37
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien Nama : An. R Umur : 8 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : RT.16 TelanaiPura II. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga a. Status Perkawinan : Belum menikah b. Jumlah anak/saudara : - / pasien anak Ketiga dari empat bersaudara. c. Status ekonomi keluarga : Cukup d. Kondisi Rumah : Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakak dan adiknya. Rumah yang ditempati adalah rumah kontrakan, rumah Berdinding, dimana rumah Berlantai semen. Rumah ini memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, dan 1 dapur, memiliki 1 kamar mandi dan 1 WC di dalam rumah dengan WC jongkok. Ventilasi dan pencahayaan kurang baik karena jendela hanya ada 3 jendela dan tidak di buka.

campak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

campak

Citation preview

BAB ISTATUS PASIEN

I. Identitas Pasien Nama: An. RUmur: 8 tahunJenis kelamin: PerempuanAlamat: RT.16 TelanaiPura

II. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluargaa. Status Perkawinan: Belum menikahb. Jumlah anak/saudara: - / pasien anak Ketiga dari empat bersaudara.c. Status ekonomi keluarga: Cukupd. Kondisi Rumah:Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakak dan adiknya. Rumah yang ditempati adalah rumah kontrakan, rumah Berdinding, dimana rumah Berlantai semen.Rumah ini memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, dan 1 dapur, memiliki 1 kamar mandi dan 1 WC di dalam rumah dengan WC jongkok. Ventilasi dan pencahayaan kurang baik karena jendela hanya ada 3 jendela dan tidak di buka.Sumber air sehari-hari yang digunakan berasal dari air sumur pribadi yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan minume. Kondisi Lingkungan KeluargaPasien dan keluarganya tinggal di lingkungan sedikit kurang baik. Kondisi lingkungan baik antar anggota keluarga dan tetangga, namun disekitar rumah terlihat Lembab.

III. Aspek Psikologis di KeluargaPasien tinggal bersama orang tua, adik dan kakaknya. Hubungan antara keluarga sangat rukun.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/Penyakit Keluarga Pasien belum pernah menderita campak sebelumnya. Dikeluarga sebelumnya ada yang menderita hal yang sama, yaitu adik pasien..

V. Riwayat Penyakit SekarangKeluhan Utama:Keluar bercak merah-merah pada seluruh tubuh pasien sejak 1 hari yang llu.

Riwayat Perjalanan Penyakit: (Alloanemnesa dan Autoanamnesa)Ibu pasien mengatakan bahwa 1 hari yang lalu pasien mengeluh demam tinggi, kemudian muncul bercak kemerahan yang muncul pertama kali di belakang telinga kemudian muncul di leher, perut, tangan dan kaki. Bercak kemerahan tersebut dirasakan oleh pasien sangat gatal, sehingga pasien sering menggarukknya. Mata tampak memerah dan sedikit membengkak (+), batuk (+), tenggorokan sakit (+), pilek (-). Pasien mandi dan mengganti pakian 2x sehari, Pasien juga sering bargantian memakai handuk dengan keluarganya, riwayat imunisasi tidak lengkap.Sebelumnya adik pasien juga menderita hal yang sama, sehari-hari pasien tidur bersama adiknya , serta makan dan minum bersamaan. Riwayat imunisasi adik pasien lengkap (menurut pengakuan ibu pasien).

VI. Pemeriksaan FisikKeadaan umum: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentisTanda vital: TD: mmHgNadi: 94 x/menitRR: 20 x/menitT: 37,50CStatus GeneralisataKepala: Normosefal.Rambut: Hitam tidak mudah rontokMata : Konjungtiva hiperemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+).Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-)Telinga: serumen (+/+, minimal)Bibir: Mulut kering (-), sianosis (-), pucat (-), kering (-)Tenggorokan : T1-T1 faring hiperemis (-)Leher: Pembesaran KGB (-)ThoraksParuInspeksi :Simetris, Retraksi (-)Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiriPerkusi : Sonor seluruh lapangan paruAuskultasi : Vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-), Rhonki (-/-)JantungInspeksi : Iktus cordis tak tampakPalpasi: Iktus cordis teraba di ICSV 2 cm medial linea medio clavicular sinistraPerkusi: Tidak dilakukanAuskultasi: Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)Abdomen Inspeksi : simetrisAuskultasi: Bising usus (+) normalPerkusi: TimpaniPalpasi: turgor kulit normal (15 bulan, anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia 3 bulan dapat memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit campak dengan kata lain pemberian ASI merupakan faktor protektif terhadap kejadian campak (OR = 0,69) jarang terjangkit penyakit, angka kematian bisa setinggi 25%.

3.7 Manifestasi KlinisPenyakit campak dibagi dalam tiga stadium:2,3,5a. Stadium Kataral atau Prodromal Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnosa pasti terhadap penyakit campak.b. Stadium Erupsi Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadang-kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul setelah 3-7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka bengkak.c. Stadium Konvalensi atau penyembuhan Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. Panas badan menurun sampai normal bila tidak terjadi komplikasi.

3.8 Pemeriksaan Penunjang1,3,4Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7-10 hari setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih. Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal.

3.9 Diagnosa 1-6Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnesa, gejala klinis, dan pemeriksaan laboratorium.Kasus Campak Klinis Kasus Campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh berbentuk makula popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38C atau lebih (terasa panas) dan disertai salah satu gejala bentuk pilek atau mata merah (WHO). Kasus Campak Konfirmasi Kasus campak konfirmasi adalah kasus campak klinis disertai salah satu kriteria yaitua. Pemeriksaaan laboratorium serologis (IgM positif atau kenaikan titer antiantibodi 4 kali) dan atau isolasi virus campak positif. b. Kasus campak yg mempunyai kontak langsung dengan kasus konfirmasi, dalam periode waktu 12 minggu.

3.10 Tatalaksana1-6Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total. Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.

3.11 Diagnosa Banding3,4,51. Roseola InfantumPada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.2. Alergi ObatDidapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal. 3. Demam SkarlatinaRuam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa.

3.12 Komplikasi Pada penderita campak dapat terjadi komplikasi yang terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain. 2,3,41. Otitis Media Akut Dapat terjadi karena infeksi bakterial sekunder. 2. Ensefalitis Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita campak atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus campak hidup, pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif dan sebagai Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi campak adalah 1:1.000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus campak hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.SSPE jarang terjadi hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah infeksi dimana lebih dari 50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak pada 2 tahun pertama umur kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus campak memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. 3. Bronkopneumonia Dapat disebabkan oleh virus morbilia atau oleh Pneuomococcus, Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun misalnya tuberkulosis, leukemia dan lain-lain.4. Kebutaan Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A yang akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan.

3.13 Imunitas3,5,6Struktur antigenikImunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak. Kemudian IgM menghilang dengan cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi) sedangkan IgG tinggal tak terbatas dan jumlahnya dapat diukur. IgM menunjukkan baru terkena infeksi atau baru mendapat vaksinasi. IgG menandakan pernah terkena infeksi. IgA sekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan hanya dapat dihasilkan oleh vaksinasi campak hidup yang dilemahkan, sedangkan vaksinasi campak dari virus yang dimatikan tidak akan menghasilkan IgA sekretori.3

Imunitas transplasentalBayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena campak. Antibodi akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 6 bulan dan kadarnya akan menurun dalam jangka waktu yang bervariasi. Level antibodi maternal tidak dapat terdeteksi pada bayi usia 9 bulan, namun antibodi tersebut masih tetap ada. Janin dalam kandungan ibu yang sedang menderita campak tidak akan mendapat kekebalan maternal dan justru akan tertular baik selama kehamilan maupun sesudah kelahiran.1

ImunisasiImunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat berasal dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari virus yang dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu yang lama dan protektif meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20% dari antibodi yang terbentuk karena infeksi alamiah. Pemberian secara sub kutan dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut sensitif terhadap cahaya dan panas, juga harus disimpan pada suhu 4C, sehingga harus digunakan secepatnya bila telah dikeluarkan dari lemari pendingin. Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak digunakan lagi. Respon antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak dapat merangsang pengeluaran IgA sekretori.Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah .6Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili. Dosis serum dewasa 0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah terinfeksi, tetapi semakin cepat semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit mengurangi gejala dan demam dapat muncul meskipun tidak terlalu berat.

3.14. Penatalaksanaan1-6Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.4Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.6

3.15. Pencegahan2,3,51. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention) Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu:a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi. b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun. 3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeateksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu:a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah. b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya. c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi. d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu: a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak. b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.

3.16. Prognosis 3.5.6Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit maka prognosisnya baik.

BAB IIIANALISA KASUS

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakak dan adiknya. Rumah yang ditempati adalah rumah kontrakan, rumah Berdinding, dimana rumah Berlantai semen. Rumah ini memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, dan 1 dapur, memiliki 1 kamar mandi dan 1 WC di dalam rumah dengan WC jongkok. Ventilasi dan pencahayaan kurang baik karena jendela hanya ada 3 jendela dan tidak di buka. Sumber air sehari-hari yang digunakan berasal dari air sumur pribadi yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan minum

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluargaSebelumnya adik pasien juga menderita hal yang sama, sehari-hari pasien tidur bersama adiknya , serta makan dan minum bersamaan. Penyakit ini mempunyai hubungan dengan keluarganya. Penyakit ini merupakan penyakit menular melalui percikan ludah pasien. Jadi apabila ada yang terkena penyakit campak ini maka pasien harus diisolasikan agar keluarga yang lain tidak tertular.

Analisis untuk mengurangi paparan Pasien dan keluarga diberikan edukasi agar pasien diisolasikan karena penyakit campak mudah menular misalnya peralatan makan dan peralatan mandi yang berisiko menularkan virus lewat kontak langsung Jika demam turun, mandi untuk mengurang rasa gatal-gatal. Kalau tidak dimandikan dikhawatirkan keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak bersih dan terjadi infeksi. Sebaiknya campurkan larutan antiseptic (dettol, betadine,) pada air mandi. Istirahat dan makan-makanan bergizi dan hindari makanan yang bisa merangsang timbulnya batuk seperti gorengan Konsultasi dengan dokter untuk pengobatan yang tepat Jagalah kebersihan dan sanitasi lingkungan

DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA

1. Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113.2. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283 22983. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743.4. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed) Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal. 105.5. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 125.6. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90.

13