8
CARA MENDIDIK DAN MENGAJAR ANAK TUNAGRAHITA SERTA KARAKTERISTIKNYA Pendidikan khusus sebagai salah satu bentuk pendidikan yang khusus di peruntukan bagi mereka yang mengalami hambatan dalam belajarnya, secara sadar terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dengan sebaik-baiknya. Menyadari bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah individu yang unik. Keunikan ini mengandung pengertian bahwa ABK mempunyai sifat-sifat khusus atau karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, baik dalam segi kemampuan, bakat, minat maupun gaya belajarnya. Mendidik siswa di sekolah luar biasa tidak sama dengan mendidik siswa di sekolah umum. Yang perlu dipahami oleh pendidik yang memiliki siswa tunagrahita antara adalah guru harus mehami karakter anak tunagrahita yang memiliki keunikan tersendiri yaitu bersifat pelupa, susah memahami perintah yang kompleks, perhatian mudah terganggu, dan susah memahami hal-hal yang kompleks. Oleh karena itu guru siswa tunagrahita harus sabar, penyayang, mengajar dengan kata-kata sederhana dan gambar yang nyata. Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Jadi anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata- rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus. Pengertian Tunagrahita menurut American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20) sebagai berikut: yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub- average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes; yang muncul

Cara Mendidik Dan Mengajar Anak Tunagrahita

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Cara Mendidik Dan Mengajar Anak Tunagrahita

CARA MENDIDIK DAN MENGAJAR ANAK TUNAGRAHITA SERTA KARAKTERISTIKNYA

Pendidikan khusus sebagai salah satu bentuk pendidikan yang khusus di peruntukan bagi mereka yang mengalami hambatan dalam belajarnya, secara sadar terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dengan sebaik-baiknya.

Menyadari bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah individu yang unik. Keunikan ini mengandung pengertian bahwa ABK mempunyai sifat-sifat khusus atau karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, baik dalam segi kemampuan, bakat, minat maupun gaya belajarnya.

Mendidik siswa di sekolah luar biasa tidak sama dengan mendidik siswa di sekolah umum. Yang perlu dipahami oleh pendidik yang memiliki siswa tunagrahita antara adalah guru harus mehami karakter anak tunagrahita yang memiliki keunikan tersendiri yaitu bersifat pelupa, susah memahami perintah yang kompleks, perhatian mudah terganggu, dan susah memahami hal-hal yang kompleks. Oleh karena itu guru siswa tunagrahita harus sabar, penyayang, mengajar dengan kata-kata sederhana dan gambar yang nyata.

Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita.Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

Jadi anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus.

Pengertian Tunagrahita menurut American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20) sebagai berikut: yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. Pengklasifikasian/penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut:

EDUCABLE : Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.

PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan anak tunagrahita berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah-sekolah untuk melayani pendidikan anak luarbiasa (tunagrahita) yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah berkebutuhan khusus.

Page 2: Cara Mendidik Dan Mengajar Anak Tunagrahita

1.      Sekolah untuk anak luar biasa terdiri dari :a.         SLB – A untuk anak Tunanetrab.         SLB – B untuk anak Tunarunguc.         SLB – C untuk anak Tunagrahitad.         SLB – D untuk anak Tunadaksae.         SLB – E untuk anak Tunalarasf.         SLB – F untuk anak Berbakatg.        SLB – G untuk anak cacat ganda

2.        Sekolah Luar Biasa untuk anak tunagrahita dibedakan menjadi :a.         SLB – C untuk Tunagrahita ringanb.         SLB – C untuk Tunagrahita sedang

3.        Untuk Tunagrahita berat biasanya berbentuk panti plus asramanya.

KURIKULUM

      Dalam memberikan layanan pendidikan tidak terlepas dari yang namanya kurikulum. Kurikulum sebagai pedoman bagi sekolah. Kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan tugasnya. Kurikulum untuk Sekolah Luar Biasa disesuaikan dengan jenis dan tingkat ketunaannya, mulai dari tingkat TKLB sampai dengan SMALB. Kurikulum yang sekarang ini digunakan yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Selain mempelajari mata pelajaran umum, ada juga mata pelajaran ke khususan, untuk anak tunagrahita yaitu mata pelajaran “Bina Diri” didalamnya mencakup:1.      Mengurus diri2.      Menolong diri3.      Komunikasi dan Sosialisasi

CIRI-CIRI KHUSUS PADA MASA PERKEMBANGANNYA

a.       Masa BayiPara ahli mengemukakan bahwa tunagrahita adalah tampak mengantuk saja , apatis tidak pernah sadar, jarang menangis, kalau menangis terus menerus, terlambat duduk, bicara dan berjalan.b.      Masa Kanak-kanakCiri ciri klinis seperti mongoloid, kepala besar, dan kepala kecil. Tetapi anak tunagrahita ringan ( yang lambat ) memperlihatkan ciri-ciri sukar mulai dengan sesuatu. Mengerjakan sesuatu dengan berulang-ulang tetapi tidak ada variasi, tampak penglihatannya kosong, melamun, ekspresi muka tanpa ada pengertian.c.       Masa PuberPerubahan yang dimiliki remaja tunagrahita sama halnya dengan remaja biasa. Pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi perkembangan berfikir dan kepribadian berada di bawah usianya. Akibatnya ia mengalami kesulitan dalam pergaulan dan mengendalikan diri

Page 3: Cara Mendidik Dan Mengajar Anak Tunagrahita

  CARA MENDIDIL ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH

Keterbatasan kecerdasan yang di miliki anak tunagrahuta menjadi kendala utama dalam belajar. Mereka tidak mampu berkompetisi dalam belajar dengan temannya yang normal sehingga mereka seringkali menjadi bahan olok-olok sebagai anak yang bodoh di kelas.

Materi pembelajaran bagi anak tunagrahita harus di rinci dan sedapat mungkin di mulai dari hal-hal konkrit, mengingat mereka mengalami keterbatasan dalam berfikir abstrak. Walaupun demikian materi yang bersifat akademik tetap di berikan sampai mereka memperlihatkan ketidak mampuannya. Sebaliknya materi pelajaran keterampilan memiliki bobot yang tinggi karena melalui materi ini di harapkan mereka dapat memiliki suatu keterampilan sebagai bekal hidupnya.

Dan materi pelajaran bina diri bagi anak tunagrahita harus diprogamkan secara rinci dan mendapat bobot yang tinggi pula karena tidak dapat mempelajari hal itu hanya melalui pengamatan seperti yang di lakukan anak normal.

Strategi pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran anak tunagrahita adalah strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dimana mereka belajar bersama-sama dalam satu kelas tetapi kedalaman dan keluasan materi, pendekatan/metode maupun teknik berbeda-beda di sesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik. Namun demikian dapat pula menggunakan strategi lainnya seperti strategi kooperatif, dan strategi modifikasi tingkah laku. Metode mengajar hendaknya harus dipilih agar anak belajar dengan melakukan karena dengan praktek rangsangan yang di peroleh melalui motorik akan cepat di pusat berpikir dan tidak mudah di lupakan.

Alat/media yang di gunakan dalam pembelajaran anak tunagrahita harus memperhatikan beberapa criteria, seperti : anak memiliki tanggapan tentang yang di pelajarinya, tidak mudah rusak, tidak berbahaya, tidak abstrak, dapat di gunakan anak, dan mudah di peroleh.Evaluasi belajar dalam pembelajaran anak tunagrahita harus dilakukan setelah mempelajari salah satu bagian kecil dalam materi pembelajarannya, dan setelah itu barulah kita pindah pada materi berikutnya. Alat evaluasi sebaiknya berbentuk kinerja dan hasilnya pun diolah secara kualitatif. Sedangkan penilaian kuantitatif di buat apabila dibutuhkan namun didampingi dengan uraian singkat (bersifat deskriptif)

Anak tunagrahita dibagi kepada tiga tingkatan, yaitu tunagrahita ringan, sedang, dan berat. Ketiga tingkatan ini mempunyai karakteristik yang berbeda. Adapun karakteristik umum tunagrahita itu adalah:

1.      Keterbatasan intelegensi, dimana kapasitas belajar terbatas untuk hal abstrak.2.      Keterbatasan sosial, dimana anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri sendiri dan cendrung

meniru tanpa tau akibatnya.3.      Keterbatasan fungsi mental, dimana anak tunagrahita sukar memusatkan perhatian.4.      Jarang menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial.5.      Mengalami keterlambatan dalam perkembangan sikap.

Dilihat secara rinci, kecerdasan berfikir anak tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak normal usia 12 tahun. Mereka memiliki tingkat kecerdasan paling tinggi diantara kelompok tunagrahita yang lain, dengan IQ berkisar 50-70. Meskipun kecerdasan dan

Page 4: Cara Mendidik Dan Mengajar Anak Tunagrahita

adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang di bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. (Amin, 1995:37).

Sebaliknya, anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran akademik. Mereka umumnya belajar secara membeo, perkembangan bahasanya sangat terbatas, hamper selalu bergantung pada orang lain, dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya, masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan dapat mengerjakan pekerjaan yang mempunyai nilai ekonomi. Pada usia dewasa, baru mencapai usia yang sama dengan anak normal umur 7-8 tahun. (Amin, 1990)

Anak dengan tunagrahita berat tidak dapat membedakan bahaya, selalu tergantung pada pertolongan orang lain, kata-kata yang sangat sederhana, dan kecerdasannya hanya dapat berkembang paling tinggi sama dengan anak usia 3-4 tahun.

Ketunagrahitaan seorang anak dapat diketahui dengan melakukan observasi. Observasi dilakukkan dengan cara membandingkan anak dengan anak seusianya. Data hasil observasi dan tes spikologi dikumpulkan dan dibandingkan dengan usia anak sebenarnya. Adapun dalam tes Binet – Simon, anak yang tergolong tungrahita atau anak dengan gangguan intelektual yaitu:

            1.      Debil (IQ 50-70)            2.      Imbesil (IQ 30-50)            3.      Idiot (IQ < 30)

Angka tersebut di peroleh dari tes, dimana IQ = MA/CA X 100. Dengan CA merupakan umur anak dan MA merupakan haril tes intelegensi.

Dalam pemberian layanan pendidikan tersebut, diperlukan strategi pembelajaran. Adapun strategi pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita yaitu:

1. Direct Introduction

Merupakan metode pengajaran yang menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang terstruktur dengan cermat, dalam memberikan instruksi atau perintah. Metode ini memberikan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk berprestasi. Pelajaran di rancang secara cermat akan memberikan umpan balik untuk mengoreksi dan banyak kesempatan untuk melatih keterampilan tersebut. Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap.

Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan. Sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok.

Direct introduction ini dapat diberikan kepada anak tunagrahita dengan mengkombinasikan strategi ini dengan strategi pembelajaran lainnya.

2. Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tapi belakangan ini metodeCooperative Learning ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Namun demikian, hasil penelitian 20 tahun belakangan ini menunjukkan bahwa strategi ini dapat digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan berbagai macam mata pelajaran.

Page 5: Cara Mendidik Dan Mengajar Anak Tunagrahita

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami materi pelajaran. Kelompok belajar yang mencapai hasil belajar yang maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Slavin (1995:16) mengatakan bahwa pandangan teori motivasi pada belajar kooperatif terutama difokuskan pada penghargaan atau struktur-struktur tujuan dimana siswa beraktifitas.

Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Diantaranya adalah untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka.

Meskipun pembelajaran ini bersifat kelompok, tapi tidak semua belajar dikatakan Cooperative Learning, seperti yang dijelaskan Abdullah (2001:19-20) bahwa pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.

Ada unsure dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Dalam pembelajaran kooperatif, proses pembelajaran tidak harus belajar dari satu guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa yang lainnya.

Menurut Siahaan (2005:2), ada lima unsure esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a.       Saling ketergantungan yang positifb.      Interaksi berhadapanc.      Tanggung jawab individud.      Keterampilan sosiale.      Terjadi proses dalam kelompok

3. Peer Tutorial

Merupakan metode pembelajaran dimana seorang siswa dipasangkan dengan temannya yang mengalami kesulitan/hambatan. Oleh karena itu lebih ditekankan pada siswa yang mempunyai kemampuan di bawah kemampuannya.

Program tutorial juga dapat dilakukan dengan menggunakan software berupa program komputer yang berisi materi pelajaran dan soal-soal latihan. Perkembangan teknologi komputer membawa banyak perubahan pada sebuah program pembelajaran yang seharusnya di desain terutama pada upaya menjadikan teknologi ini mampu merekayasa keadaan sesungguhnya.

Sedangkan tujuan pembelajaran tutorial yaitu sebagai berikut:a.      Meningkatkan pengetahuan para siswa.b.      Meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa tentang cara memecahkan masalah agar

mampu membimbing diri sendiri.c. Meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar mandiri