Case Besar MENOPAUSE

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUANMasalah reproduksi pada usia lanjut terutama pada seorang wanita sangat dirasakan ketika masa kesuburannya berakhir (menopause), meskipun sebenarnya seorang laki- laki juga akan menghadapi hal yang sama yaitu mengalami penurunan fungsi reproduksi (andropause) walaupun dalam hal ini kejadiannya lebih tua dibanding pada seorang wanita. Dalam kesempatan ini bagaimana kita menyingkapi hal tersebut, sehingga menopause bukan menjadi momok yang harus ditakuti lagi bagi seorang wanita. Proses menua adalah hal yang bersifat universal dan global. Semua orang akan mengalami proses menua di dalam siklus kehidupan mereka. Proses menua tidak dapat dihindari. Menopause bukan merupakan suatu penyakit. Menopause merupakan proses menua yang terjadi pada seorang wanita yang berkaitan dengan sistem reproduksi wanita, dimana seorang wanita tidak lagi mendapat haid. Masa klimakterium adalah masa transisi antara menopause dan postmenopause. Sedangkan perimenopause adalah masa sebelum menopause dimana timbul gejala-gejala vasomotor (flushing/kemerahan pada wajah) dan gejala-gejala urogenital, seperti kekeringan pada vagina (vaginal drysiness) dan dispareunia. Banyak wanita mengalami gejala yang bervariasi sebagai akibat perubahan hormonal yang tejadi di dalam tubuh mereka. Dalam masa menopause ini banyak wanita yang kehilangan densitas tulang, peningkatan kadar kolesterol yang akan berakibat pada kesehatan jantung. Namun kiranya menopause tidak menjadi suatu masalah bagi seorang wanita untuk tetap aktif baik didalam kehisupan sosial maupun kehidupan seksual.

BAB II MENOPAUSE1

II.1. EPIDEMIOLOGI Semakin banyaknya wanita yang mengharapkan untuk dapat hidup lebih dari 79 tahun dan peningkatan usia tersebut memberikan konsekuensi terhadap wanita untuk kekurangan hormon gonad. Walaupun angka harapan hidup sekarang telah meningkat, dimana orang lanjut usia semakin bertambah jumlahnya, namun usia yang lazim dimana seorang wanita mendapat menopause adalah sekitar 50-51 tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi seorang wanita mendapat menopause pada usia yang lebih muda adalah merokok, riwayat histerektomi, adanya penyakit autoimun, dan tinggal di dataran tinggi.

II.2. DEFINISI Klimakterik Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju usia tua atau senium yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun endokrinologi dari ovarium. Dibagi menjadi : 1. Fase premenopause Adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Ditandai dengan siklus haid tidak teratur, perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak, kadang-kadang disertai dismenorrhea. Dapat timbul keluhan vasomotor dan keluhan premenstrual sindrom. Fase folikuler memendek, kadar estrogen yang tinggi, kadar FSH juga biasanya tinggi dan dapat juga normal. Fase luteal tetap stabil. 2. Fase perimenopause Adalah fase peralihan antara premenopause dan pasca menopause. Ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Sebanyak 40 % wanita siklus haidnya anovulatorik. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH , LH dan estrogen sangat bervariasi. 3. Fase menopause

2

Menopause merupakan tanda bahwa seorang wanita tidak dapat mempunyai keturunan lagi. Biasanya terjadi pada usia sekitar 50 tahun, namun menopause timbul berbeda-beda pada tiap orang. Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen berkurang dan tidak terjadi haid lagi. Menopause adalah suatu titik di dalam kehidupan wanita, dimana sudah tidak mendapat haid lagi selama 1 tahun. Kadar FSH tinggi (> 40 ml U/ml). 4. Fase postmenopause Ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 2030 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat. Premature menopause Menopause biasanya terjadi pada wanita di usia sekitar 48-55 tahun. Bila menopause terjadi pada usia kurang dari 40 tahun maka dinamakan premature menopause. Sedangkan menopause dikatakan datang terlambat (late menopause) adalah bila periode menopause terjadi di usia lebih dari 55 tahun.

II.3. FISIOLOGI MENOPAUSE Menopause adalah akibat dari berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap hormon gonadotropin yang mengakibatkan menurunnya folikel-folikel ovarium dan terjadi disfungsi dari folikel-folikel tersebut. 20-25 tahun setelah haid pertama (menarche), oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia dan penurunan jumlah dan kualitas dari folikel-folikel yang dihasilkan ovarium. Siklus haid yang terjadi pada masa perimenopause adalah siklus haid yang tidak subur (anovulasi) dan terjadi pematangan folikel yang tidak sama (irreguler). Pada usia sekitar 50 tahun, kesuburan seorang wanita telah mengalami penurunan. Namun kehamilan masih dapat terjadi, seperti kasus-kasus kehamilan yang terjadi pada wanita di usia sekitar 40-44 tahun (Henshaw, 1998). Fase folikuler dalam siklus haid akan bertambah pendek dikarenakan menurunnya jumlah folikel fungsional. Folikel-folikel ini (yang distimulasi oleh hormon

3

FSH) akan berkurang jumlahnya, berkurangnya jumlah oosit dan fase folikular yang memendek. Sesuai dengan perjalanan usia, folikel-folikel menjadi resisten terhadap hormon gonadotropin. Kadar FSH dan LH yang beredar dalam tubuh akan meningkat. Kadar FSH dan LH yang meningkat akan merangsang stromal ovarium dan mengakibatkan hormon estrone meningkat dan estradiol menurun. Kadar hormon-hormon yang menghambat (inhibin hormon) juga mengalami penurunan karena adanya feedback negatif dari kadar hormon FSH yang meningkat (Lenton, 1991). Pada masa menopause, kadar estrogen dalam tubuh akan menurun drastis dikarenakan menurunnya jumlah folikel-folikel ovarium yang menghasilkan hormon estrogen. Tanpa sumber penghasil hormon estrogen yang berasal dari folikel ovarium, sebagian besar hormon esterogen yang dihasilkan pada masa postmenopause berasal dari stromal ovarium dan androstenedion yang dihasilkan dari kelenjar adrenal, yang kemudian mengalami aromatisasi menjadi estrone di sirkulasi perifer. Pada masa postmenopause ini kadar testosteron juga mengalami penurunan (Smith, 1994). Dengan menurunnya ovulasi, estrogen yang diproduksi melalui aromatisasi dari androgen dari stroma ovarium dan ektragonadal terus diproduksi, tidak bertentangan dengan produksi hormon progesteron oleh corpus luteum. Pada masa perimenopause dan menopause, terjadi paparan esterogen untuk waktu yang panjang akan menyebabkan hiperplasia endometrium, sebuah prekursor terjadinya kanker endometrium. Kadar estradiol mengalami penurunan yang cukup signifikan oleh karena terjadinya penurunan produksi estrogen oleh folikel ovarium selama masa menopause dan post menopause. Tetapi estrone, yang merupakan hasil aromatisasi androstenedion dari sumber-sumber nonfolikular, tetap diproduksi dan menjadi sumber estrogen utama selama masa postmenopause. Estrogen yang berasal dari aromatisasi androgen terjadi di jaringan adiposa, otot, hepar, tulang, sumsum tulang, fibroblast dan akar rambut. Oleh karena konversi terbanyak terjadi di jaringan lemak, maka wanita yang memiliki berat badan berlebih seharusnya memiliki kadar hormon esterogen yang lebih banyak daripada wanita yang kurus dan mengalami gejala-gejala vasomotor yang lebih ringan. Indikasi klinis terjadinya menopause adalah dengan pengukuran peningkatan kadar FSH. Kadar FSH meningkat lebih dari LH. Peningkatan ringan atau borderline 4

kadar FSH pada periode perimenopause wanita mungkin tidak sebagai indikator menopause karena batas variasi FSH dan LH yang berespon dalam peningkatan GnRH oleh hipotalamus dan peningkatan sensitivitas pituitari terhadap GnRH. Pengukuran FSH dan LH pada pasien perimenopause setelah 2-3 minggu sangat membantu untuk menegakkan menopause. Wanita dengan peningkatan kadar FSH tetapi bukan postmenopause masih beresiko untuk hamil dan kontrasepsi harusnya masih digunakan sampai kadar FSH dalam batasan postmenopause.

Masa Reproduksi PRAMENOPAUSE

Masa Senium

PASCAMENOPAUSE

d Gona

otrop

in

-6

49,3

MENOPAUSE

Est rog en

+1

Tahun

+6

II.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENOPAUSE

5

Saat masuknya seseorang dalam fase menopause sangat berbeda-beda. Wanita di Eropa tidak sama usia menopausenya dengan wanita di Asia. Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Wanita kembar dizigot atau wanita dengan siklus haid memendek memasuki menopause lebih awal jika dibandingkan dengan wanita yang memiliki siklus haid normal. Memasuki usia menopause lebih awal dijumpai juga pada wanita nullipara, wanita dengan NIDDM, perokok berat, kurang gizi, wanita vegetarian, wanita dengan sosioekonomi rendah dan pada wanita yang hidup pada ketinggian > 4000 m. Wanita multipara dan wanita yng banyak mengkonsumsi daging atau minum alkohol akan mengalami menopause lebih lambat. II.5. GAMBARAN KLINIS Sindrom klimakterik Lebih kurang 70 % wanita peri dan pasca menopause mengalami keluhan vasomotor, depresif dan keluhan psikis dan somatik lainnya. Keluhan klimakterik yang terbanyak yaitu berupa mudah tersinggung, berasa takut, gelisah dan lekas marah ( 90 % ), hot flushes, depresi, sakit kepala ( masing-masing 70 % ). Pada wanita pascamenopause dijumpai pula kelainan kulit, keluhan urogenital dan terjadi gangguan metabolisme. Periode masa klimakterik sangat bervariasi, dimana gejalagejala tersebut dapat timbul selama masa perimenopause dan berlanjut hingga 5-10 tahun setelah menopause Keluhan vasomotor Penyebab terjadinya keluhan vasomotor umumnya pada saat kadar estrogen mulai menurun dan penurunan ini tidak sampai mencapai kadar yang rendah. Bahkan, keluhan vasomotor makin kuat dirasakan dengan makin tingginya kadar estrogen darah. Keluhan vasomotor yang berupa hot flushes, sakit kepala, perasaan kurang nyaman dan peningkatan frekuensi nadi disebabkan oleh peningkatan pengeluaran hormon adrenalin dan neurotensin oleh tubuh wanita tersebut. Selain itu, terjadi pula penurunan sekresi hormon noradrenalin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, temperatur kulit sedikit meningkat dan timbul perasaan panas. Pada klimakterium prekok, sindrom ini terjadi sekitar 70-80 %. Sebanyak 70 % wanita

6

mengalaminya setelah 1 tahun setelah menopause dan 25 % setelah 5 tahun. Keluhan diperberat dengan adanya stres, alkohol, kopi dan makanan minuman panas. dan otot ) Hal ini disebabkan karena estrogen memicu pengeluaran endorfin dari SSP. Kekurangan estrogen menyebabkan pengeluaran endorfin berkurang sehingga ambang sakit juga berkurang. Keluhan psikis Penurunan sekresi steroid seks menyebabkan timbul perubahab psikis yang berat dan perubahan fungsi kognitif. Kurangnya aliran darah ke otak menyebabkan sulit berkonsentrasi dan mudah lupa. Akibat kekurangan hormon estrogen timbul keluhan seperti mudah tersinggung, cepat marah dan berasa tertekan. Skizofrenia Pada usia lanjut biasanya tipe I, disebabkan oleh turunnya reseptor dopamin D2. Estrogen memicu pembentukan enzim monoamin oksidase yang berperan pada metabolisme dopamin. Gangguan tidur Estrogen memiliki efek terhadap kualitas tidur. Reseptor estrogen telah ditemukan di otak ayng mengatur tidur. Gangguan seksual dan libido menurun Akibat kekurangan hormon estrogen, aliran darah ke vagina berkurang, cairan vagina berkurang dan sel-sel epitel vagina menjadi tipis dan mudah cedera. Wanita dengan kadar estrogen < 50 pg/ml lebih banyak mengeluh masalah seksual seperti vaginanya kering, perasaan terbakar, gatal dan sering keputihan. Organ-organ reproduksi pada wanita usia reproduktif sangat berbeda dengan wanita pada masa menopause. Dengan adanya penurunan estrogen, epitel vagina akan menjadi tampak lebih merah karena terjadi penipisan lapisan epitel vagina sehingga pembuluh kapilerkapiler kecil yang ada dibawah lapisan epitel akan terlihat lebih jelas. Lalu, epitel vagina akan mengalami atrofi, permukaan akan tampak pucat karena berkurangnya jumlah pembuluh kapiler. Penurunan pH urin menyebabkan perubahan flora normal vagina dan mengakibatkan gejala gatal-gatal dan keluar sekret yang berbau dari Keluhan somatik ( sakit pinggang, nyeri daerah kemaluan, tulang

7

vagina. Rugae juga menipis dan dinding vagina menjadi lebih lembut, sehingga menyebabkan nyeri saat coitus. Inkontinensia uri dan rasa panas saat berkemih Munculnya inkontinensia urin terutama akibat proses penuaan. Kekurangan estrogen sebenarnya hanya berperan terhadap timbulnya keluhan pada saluran kemih. Kekurangan estrogen menyebabkan atrofi pada sel-sel uretra dan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi. Atrophic cystitis dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dengan gejala-gejala seperti jumlah berkemih yang meningkat, urgency dan inkontinensia urin. Bagaimanapun juga wanita lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih karena adanya Atrophic cystitis. Oleh karena itu pemeriksaan kultur urin sebaiknya dilakukan pada wanita dengan gejala-gejala infeksi saluran kemih. Kelainan kulit Estrogen mempengaruhi aktivitas metabolik sel-sel epidermis dan fibroblas serta aliran darah. Kekurangan estrogen dapat menurunkan mitosis kulit sampai atrofi menyebabkan berkurangnya sntesis kolagen dan meningkatkan penghancuran kolagen. Pada 5 tahun pertama terjadi penurunan kolagen kulit ing 30 % dan pemberian estrogen terjadi peningkatan kadar kolagen kulit. Kekurangan estrogen dapat menyebabkan berkurangnya sntesis dan polimerisasi asam hialuron sehingga terjadi pengurangan pengmbilan dan penyimpanan air yang pada akhirnya terjadi dehidrasi kulit. Perubahan pada payudara : Menopause menyebabkan perubahan bentuk payudara Pengurangan densitas tulang Pengurangan densitas tulang terjadi selama masa perimenopause. Kebanyakan wanita mencapai peak bone density saat berusia 25-30 tahun. Setelah itu densitas tulang akan berkurang sekitar 0,13% setiap tahun. Selama masa perimenopause, penurunan densitas tulang terjadi sekitar 3% per tahun. Lalu densitas tulang turun perlahan-lahan sekitar 2% per tahun. Penurunan densitas tulang itu tidak berhubungan dengan rasa sakit. Penurunan densitas tulang dapat menyebabkan osteoporosis, suatu kondisi yang meningkatkan resiko fraktur. Fraktur ini dapat menyebabkan rasa sakit yang terus menerus dan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari juga dapat meningkatkan resiko kematian.

8

Kolesterol Profil kolesterol juga berubah secara signifikan pada saat menopause. Terjadi

peningkatan kolesterol total dan LDL. Peningkatan LDL dihubungkan dengan peningkatan resiko penyakit jantung Resiko penyakit jantung Resiko penyakit jantung meningkat setelah menopause, hal ini dapat disebabkan karena pengaruh usia dan perubahan hormonal yang terjadi selama masa menopause. Wanita yang mengalami menopause premature atau yang mengalami operasi pengangkatan ovarium di usia muda mempunyai resiko yang lebih tinggi.

9

BAB III OSTEOPOROSISIII.1. Epidemiologi Wanita dua sampai tiga kali lebih banyak menderita osteoporosis jika dibandingkan dengan laki-laki. Lebih kurang 35% wanita postmenopause menderita osteoporosis dan 50% menderita osteopenia. Akibat yang ditimbulkan adalah patah tulang yang hamper semuanya memerlukan perawatan khusus. Patah tulang biasanya terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan, dan tulang pinggul. Pada wanita kulit putih usia 50 tahun, selama sisa hidupnya akan mengalami patah tulang pinggul sebanyak 16%, pergelangan tangan 15%, dan vertebral 32%. Di Asia dan negara-negara maju, patah tulang femur merupakan patah tulang yang paling banyak ditemukan. Jumlah kejadian patah tulang femur di dunia pada tahun 1990 adalah 1,7 juta orang dan di Asia sebanyak 0,57 juta orang (36%). Pada tahun 2050 diperkirakan patah tulang femur di dunia per tahun sebanyak 6,26 juta orang, sedangkan di Asia sebanyak 3,25 juta orang (52%). III.2. Definisi dan faktor resiko Kekuatan tulang ditentukan massa, kandungan mineral, dan mikroarkitektural tulang. Maksimum massa tulang (peak bone mass) pada wanita 25-40% lebih rendah dibandingkan laki-laki. Maksimum massa tulang (peak bone mass) pada wanita dicapai pada usia antara 25-30 tahun. Massa tulang berbeda dengan densitas massa tulang. Densitas tulang dicapai maksimal pada usia 18 tahun dan tidak ada perbedaan gender. Stabilitas tulang ditentukan oleh arkitektur tulang dan densitas mineral tulang. Dengan meningkatnya usia, massa tulang akan berkurang. Pembongkaran tulang (resorpsi tulang) terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pembentukan (formasi) tulang. Dengan adanya kekurangan esterogen sangat berperan terhadap patogenesis hilangnya massa tulang. Lebih kurang 20% hilangnya massa tulang terjadi 5-7 tahun setelah menopause. Osteoporosis berasal dari kata osteo (tulang) dan porous (keropos) uang disebut juga pengeroposan tulang, yaitu tulang menjadi tipis, rapuh dan keropos, serta mudah patah. Tulang yang keropos terlihat belubang-lubang seperti karet spons. Wanita yang

10

keropos tulangnya mudah diamati dari sikap berdiri yang tidak bisa tegap lagi. Osteoporosis menyebabkan sekat-sekat tulang belakang penyangga tubuh tidak lagi saling bertumpu dengan kuat. Tulang belakang menjadi melengkung sehingga punggung membungkuk dan perut terdorong ke depan. Dibedakan antara osteoporosis pascamenopause (tipeI) yang disebabkan oleh kekurangan estrogen dan osteoporosis senilis yang disebabkan pengurangan massa tulang secara kontinyu akibat proses penuaan (tipe II). Faktor resiko : Usia > 70 tahun, kekurangan estrogen, menopause prekok Amenorrhea sekunder (hiperprolaktinemia, olahraga berat) Kurang bergerak Konsumsi makanan rendah kalsium dan vitamin D Konsumsi kafein dan alkohol berlebihan Konsumsi makanan yang mengandung fosfat yang berlebihan DM tipe I ( IDDM ), penyakit neurologik kronis Pengobatan dengan kortikosteroid jangka panjang Setelah mencapai puncak massa tulang ( peak bone mass ) pada usia antara 25 dan 35 tahun, lambat laun tulang akan mengalami penyusutan 0,3 sampai 0,5 % per tahun. Meskipun osteoporosis salah satu kondisi yang dialami oleh usia tua namun seringkali tidak dianggap serius oleh wanita menopause. Osteoporosis bila BMD ( Bone Mineral Density ) > 2,5 standard deviasi (SDs). Sedangkan osteopeni bila BMD 1,0 2,49 SDs. Pada tahun 2001, Grady and Cummings melakukan metaanalisa dari 22 percobaan dengan 8800 responden wanita. Mereka menemukan pada wanita yang menerima HRT ( Hormon Replacement Therapy ) resiko fraktur nonvertebra menurun sekitar 27 %. Untuk resiko fraktur panggul menurun sekitar 40%. Berdasarkan data dari Women's Health Initiative (WHI) wanita yang mendapatkan HRT resiko fraktur menurun. Oleh karena itu pemberian HRT sekarang di indikasikan untuk mengurangi gejala vasomotor bukan lagi untuk terapi osteoporosis. Pada menopause, kekurangan BMD lebih cepat karena terjadi resorpsi tulang, formasi tulang tidak berpasangan. Resorpsi tulang lebih banyak terjadi trabekula tulang dibandingkan korteks, dan kekurangan densitas tulang lebih sering terlihat pada vertebra,

11

coxae dan radius. Penurunan densitas tulang terjadi hanya beberapa tahun setelah timbul menopause dan dapat meningkat sampai 20% dari penurunan densitas tulang normal. Efek keseluruhan dari penurunan densitas tulang pada masa menopause adalah pengurangan kekuatan tulang, sehingga meningkatkan resiko fraktur. Wanita muda dengan terhentinya fungsi ovarium, akan mengalami osteoporosis lebih parah. Keadaannya akan sama pada wanita yang sebelum menopause telah mengalami penurunan densitas tulang, pada menopause akan mengalami osteoporosis yang lebih parah. Tingkat keparahan osteoporosis juga berhubungan dengan ras, lebih parah pada ras kulit putih daripada ras Asia, dan paling parah pada wanita ras kulit hitam. Faktor resiko lain adalah merokok dan wanita dengan tubuh kurus. Osteoklas mempunyai reseptor untuk hormon estrogen dan ini adalah hipotesis dari mekanisme terapi sulih hormon estrogen dapat mencegah osteoporosis. Bone densitometry adalah prediktor klinik osteoporosis yang paling akurat. Jika densitas tulang kurang dari 1 standard deviasi dibawah rata-rata untuk alat tulang spesifik, maka individu memiliki resiko fraktur lebih tinggi. Resiko lain, seperti rendahnya tingkat serum estrogen, jenis kelamin wanita, rendahnya tingkat serum androgen, merokok, fisik tidak aktif, berat badan kurang, dan kurang paparan matahari adalah faktor resiko untuk osteopenia dan osteoporosis. Pemeriksaan Bone densitometry di rekomendasikan untuk semua wanita postmenopause. III.3. Peranan estrogen Estrogen menghambat aktifitas osteoklas dan dengan sendirinya akan menhambat resopsi tulang dan secara bersamaan estrogen mengakifkan osteoblas, sehingga laju penggantian tulang menjadi normal. Estrogen bekerja baik secara langsung melalui reseptor yang berada di tulang maupun secara tidak langsung dengan bantuan sitokin dan faktor pertumbuhan. Pada proses pemugaran tulang juga berperan faktorfaktor lain yang juga berada di bawah pengaruh estrogen. Estrogen memicu pengeluaran kalsitonin dan membantu kerja paratiroid hormon terhadap tulang. Estrogen meningkatkan aktifitas 1 alfa-hidroksilase di ginjal, yang mengubah vitamin D tidak aktif menjadi vitamin D3 bentuk aktif, sehingga resopsi kalsium melalui usus meningkat dan akibat peningkatan aliran darah ke otot, nyeri otot dan sendi berkurang. Selain itu pula, akibat meningkatnya alirah darah ke otak, fungsi kognitif menjadi baik dan pasien dapat terhindar bahaya jatuh.

12

III.4. Pencegahan osteoporosis Sebagai catatan, terapi estrogen masih merupakan terapi yang baik untuk osteoporosis, tetapi indikasi untuk HRT telah berubah, pengobatan lain lebih sering dipakai untuk mengobati osteoporosis. Pencegahan osteoporosis dengan HRT baru bermanfaat bila diberikan 5-10 tahun. Selain itu, perlu juga diperhatikan diet makanan yang tinggi kalsium, tubuh cukup mendapatkan vitamin D, dan olahraga yang teratur. Sediaan estrogen oral dan transdermal sudah disetujui untuk mencegah osteoporosis pada wanita postmenopause yang beresiko. Wanita postmenopause dan wanita tua seharusnya di obati secara dini dan jangka panjang kecuali bila HRT merupakan kontraindikasi. Karena menurunnya fungsi ovarium adalah peristiwa yang bersifat universal dan tidak semua wanita dapat atau akan menggunakan HRT, terapi lain telah dikembangkan. Seperti raloxifene, calcitonin dan bifosfonat. Raloxifene adalah selektif reseptor estrogen modulator (SERM) dan bekerja langsung pada reseptor estrogen di tulang untuk menurunkan resorpsi, sehingga mengurangi resiko fraktur tulang vertebra (Ettinger, 1999) dan meningkatkan BMD. Tidak berefek pada resiko fraktur tulang panggul. Calcitonin adalah hormon peptida yang bekerja dengan menghambat osteoklas, dimana mempengaruhi aktivitas resopsi tulang. Penurunan angka fraktur vertebra telah terlihat dengan terapi ini, seperti peningkatan sedikit BMD pada wanita tua. Serum kalsium harus di monitor pada pasien yang megkonsumsi obat. Bifosfonat adalah intervensi obat yang paling bermanfaat dan bekerja antiresopsi. Menurunkan angka fraktur vertebra dan panggul dan menyebabkan peningkatan terbesar BMD dari raloxifenedan kalsitonin (Harris, 1999; Black, 1996). Bifosfonat yang tersedia adalah Alendronate dosis 5 10 mg/hari per oral dengan kalsium 1000 mg/hari, Pamidronat dosis 30 mg i.v, Klodronat dosis 800 mg/hari dan Ibandronat dosis 2 mg i.v dan Risendronate. The Vertebral Efficacy With Risedronate Therapy (VERT) mempelajari dengan 2458 wanita postmenopause di 110 center dengan fraktur vertebra. Risedronate digunakan dengan dosis 5 mg selama 36 bulan dan statistik menunjukkan menurunnya resiko relatif (relative risk/RR) dari fraktur vertebra (RR = 0,59, 95 %). Angka kejadian fraktur vertebra secara kumulatif juga berkurang (Harris, 1999). Baik Alendronate dan Risendronate, pertama kali diperkenalkan untuk pengobatan harian osteoporosis. Bifosfonat terbaru, yaitu Ibandronate, digunakan untuk 13

pengobatan osteoporosis secara bulanan. Efek samping utama dari bifosfonat adalah gangguan intestinal dan refluks. GERD harus dihindari. Terapi pencegah osteoporosis pada wanita pasca menopause dapat dengan mengkonsumsi kalsium 1500 mg per hari, sedangkan pada wanita yang diberi TSH dosis kalsium cukup 1000 mg/hari, suplemen vitamin D dan olahraga. Kurangi makanan yang mengandung garam tinggi, protein hewani, alkohol, dan kafein. Penggunaan bifosfonat pada pasien-pasien dengan

14

BAB IV RESIKO PENYAKIT JANTUNG KORONERIV.1. Epidemiologi Penyakit jantung koroner ( Coronary Artery Disease/CAD ) merupakan penyebab kematian yang utama pada wanita dengan postmenopause. Sebelum masa menopause, resiko seorang wanita untuk menderita penyakit jantung koroner tertunda sekitar 10 tahun dibandingkan pria. Namun setelah masa menopause, wanita mempunyai resiko yang sama dengan pria pada usia yang sama. Hasilnya, angka kematian wanita dengan penyakit jantung koroner akan meningkat. Kematian karena infark miocard wanita 50 tahun mendapat infark pada sisa hidupnya adalah 46% dan resiko kematian sebanyak 34%. IV.2. Faktor resiko Hiperkolesterolemia Hipertrigliseridemia Kadar lipoprotein (a) tinggi Kadar HDL rendah Hiperhomosisteinemia Merokok Hipertensi Diabetes mellitus Kekuranngan estrogen Kurang bergerak Riwayat keluarga Stress

IV.3. Pengaruh pemberian hormone Pada penelitian yang dilakukan The Women's Health Initiative (WHI) tentang apakah seorang wanita postmenopause sebaiknya menerima terapi sulih hormon (HRT) sebagai pencegah penyakit jantung koroner (Rossouw, 2002; Anderson, 2004) didapatkan bahwa HRT tidak diindikasikan untuk pencegahan penyakit jantung koroner.

15

Hasil analisa WHI menunjukkan bahwa penggunaan HRT pada masa peri dan post menopause dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner. Untuk saat ini indikasi utama penggunaan HRT adalah untuk mengurangi gejala-gejala vasomotor yang sering dikeluhkan pasien pada masa menopause. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 1972, penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian urutan nomor 11. tetapi pada SKRT 1992, menempati urutan pertama dalam deretan penyebab kematian di Indonesia. Pada wanita usia 45 dan 64 tahun, prevalensi penyakit kardiovaskuler adalah 14% dan pada usia 65 tahun sebanyak 33%. Pada wanita pascamenopuse dengan kelompok umur 50-70 tahun dijumpai penyakit kardiovaskuler per tahun 100-150 orang dan mortalitasnya 50 per 10.000 wanita/tahun. Pada wanita yang menjalani ooforektomi bilateral angka kejadian lebih besar lagi. Penggunaan HRT diantara masa peri dan postmenopause diyakini memiliki keuntungan sebagai pencegah aterosklerotik, dimana 5 tahun pertama setelah masa menopause biasanya mulai terjadi kerusakan pada arteri. Keuntungan penggunaan esterogen terhadap mortalitas penyakit jantung dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah efek esterogen terhadap metabolisme lemak. Dimana esterogen akan menurunkan LDL (Low-density Lipoprotein) dan meningkatkan HDL (High-Density Lipoprotein). Menurut penelitian, penyebab penyakit jantung koroner pada wanita dan pria berbeda (Assmann, 1998). Pada wanita, faktor trigliserida, HDL dan lipoprotein (Erikssom, 1999) lebih memegang peranan dalam menyebabkan penyakit jantung koroner. Wanita dengan kadar lipoprotein yang tinggi, harus mendapat pengobatan dengan HRT sama baiknya dengan pengobatan menggunakan obat golongan statin untuk hiperlipideminya. Keuntungan utama estrogen adalah pengaruhnya terhadap endotel pembuluh darah. Pada wanita yang mendapat angioplasti, dengan menggunakan ERT dapat berhindar dari restenosis (Abu-Halawa, 1998). Ateroslerosis dini lebih banyak terjadi pada pada wanita postmenopause yang merokok dibandingkan pada wanita postmenopause yang merokok dan menerima terapi ERT (Teeds, 1999).

16

BAB V BREAST CANCER ISSUESSejak 50 tahun terakhir, kejadian kanker payudara meningkat 1-2% per tahun. Di Jerman, kejadian baru kira-kira 45.000 per tahun dan kematian hampir 19.000 per tahun, setara dengan 45 kematian per 100.000 wanita. Kejadiannya meningkat dengan meningkatnya usia. Faktor genetik dijumpai pada 5% kasus, yaitu berupa mutasi gen BRCA-1 dan BRCA-2. wanita dengan perubahan genetik seperti ini kemungkinan ditenukan kanker payudara sebesar 70-90%. Patogenesis Berdasarkan beberapa data epidemiologik, dapat disimpulkan bahwa steroid seks tidak memiliki sifat mutagenik ataupun karsinogenik. Namun, steroid seks dapat mengaktifkan kanker yang tersembunyi. Tidak ditemukan bukti adanya hubungan langsung antara kadar steroid seks dalam serum dan mitosis epitel kelenjar payudara. Pemberian estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi semua sel-sel endometrium, sedangkan sel-sel epitel payudara hanya berproliferasi 1-3% saja. Oleh karena itu pemberian progesteron hanya semata-mata untuk mencegah kanker endometrium. Jaringan payudara memiliki kemampuan mengakumulasi estrogen, dan jenis hormon lain yang terbentuk melalui proses aromatisasi androgen. Oleh karena itu kadar steroi seks dalam jaringanpayudara lebih tinggi dibandingkan dengan yang didalam serum. Faktor resiko: Umur > 35 thn Melahirkan anak pertama usia ibu > 35 thn Tidak kawin dan nulipara Usia menarche < 12 thn Pernah operasi ginekologis Pernah mengalami radiasi daerah dada Riwayat keluarga

17

Kontrasepsi oral Usia menopause > 55 thn Pernah terkena infeksi, trauma, operasi tumor jinak payudara Terapi hormonal lama Mempunyai kanker payudara kontralateral Dari data yang ada hingga kini, kadar estrogen yang rendah kejadian kanker payudara sebanyak 2,8% per tahunnya sedangkan pemberian estrogan meningkatkan kejadiannya 2,3% per tahun. Resiko kanker payudara meningkat dengan lamanya penggunaan TSH. ERT diketahui mempunyai beberapa keuntungan, terutama dalam mengurangi gejala-gejala vasomotor yang biasa terjadi pada masa postmenopause. Estrogen juga digunakan untuk pencegahan dan pengobatan osteoporosis. Kebanyakan kontroversi tentang penggunaan estrogen dengan angka kejadian kanker payudara. Beberapa penelitian menujukkan peningkatan resiko kanker payudara pada wanita postmenopause yang menerima terapi estrogen. Kanker payudara juga meningkat pada wanita yang mendapat menarche dini dan menopause terlambat. Kehamilan pada usia muda, dimana terjadi perubahan hormonal, diketahui resiko kanker payudara menurun.

18

BAB VI EFEK PADA CNSHubungan antara estrogen dan fungsi memori masih dalam penelitian. Proses penuaan menyebabkan penurunan kemampuan kognitif, dimana kekurangan estrogen berperan dalam proses tersebut. Berarti, terapi ERT dalam masa postmenopause dapat mempertahankan fungsi kognitif dan mencegah terjadinya kemampuan penurunan kognitif. Dahulu, ERT dihubungkan dengan kemampuan memori yang lebih baik pada wanita postmenopause yang menerima ERT dibandingkan dengan wanita post menopause yang tidak menerima ERT (Sherwin, 1997; Resnick, 1997). Data dari WHI tidak menunjukkan adanya perbaikan fungsi kognitif pada wanita yang menerima HRT atau ERT (Rossouw, 2005; Anderson, 2004) Saat ini, insidens Alzheimer pada wanita lebih tinggi daripada pria, karena penyakit Alzheimer berhubungan dengan usia. (Anderson, 1999). ERT mengurangi resiko penyakit Alzheimer dan atau memperlambat timbulnya Alzheimer. Namun estrogen tidak terbukti meningkatkan fungsi kognitif pada pasien Alzheimer. Gejala depresi pada masa perimenopause lebih sering terjadi dan berhubungan langsung dengan perubahan hormonal dan juga menyebabkan gangguan tidur dan gejala vasomotor.

19

BAB VII PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah : mengukur kadar FSH Pemeriksaaan tulang : Pemeriksaan standar untuk mengukur penurunan densitas tulang, atau osteoporosis yang berhubungan menopause adalah dengan DEXA (dual-energy xray absorptiometry). Pemeriksaan jumlah mineral tulang wanita menopause dan membandingkannya dengan rata-rata jumlah mineral tulang pada wanita muda yang sehat. Osteoporosis menurut definisi WHO adalah bila penurunan BMD > 2,5 SDs. Sedangkan osteopenia BMD 1,0 2,49 SDs. Pemeriksaan DEXA biasanya dipakai sebelum pasien mendapat pengobatan untuk osteoporosis menambah densitas tulang. Pemeriksaan diulang 1.5 - 2 tahun untuk menilai keberhasilan terapi. Pemeriksaan tulang secara sederhana juga dapat menggunakan USG.

20

BAB IV PENGOBATANIV.1. Terapi sulih hormon (TSH) Kontraindikasi pemberian estrogen Kanker payudara Perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya Kerusakan hati yang berat Porfiria Menderita penyakit tromboemboli Kontraindikasi pemberian progesteron : meningioma Pemilihan pengobatan Pemberian estrogen saja Pada wanita yang diangkat rahimnya cukup diberi estrogen saja. Pada wanita yang belum diangkat rahimnya, estrogen harus selalu dikombinasikan dengan progesteron karena meningkatkan resiko kanker endometrium. Pemberian progesteron saja Sangat jarang digunakan karena memang kebanyakan keluhan klimakterik jangka panjang atau jangka pendek disebabkan oleh kekurangan estrogen. Pemberian progesteron saja tidak bermanfaat baik untuk mencegah osteoporosis, aterosklerosis maupun penyakit Alzheimer. Pemberian estrogen progesteron sekuensial Diutamakan pada wanita pra/perimenopause yang masih menginginkan datangnya haid setiap bulan. Pemberian estrogen progesteron kombinasi secara kontinu

21

Tujuannya adalah agar terjadi amenorrhoe Alasan utama untuk mengobati gejala dari fluktuasi kadar estrogen adalah untuk mengurangi gejala vasomotor, mengurangi resiko kehamilan yang tidak diinginkan, menghindari siklus menstruasi yang tidak teratur, dan melindungi tulang. Waktu untuk memulai terapi tergantung dari riwayat penyakit pasien sekarang dan sebelumnya. Baik pada masa perimenopause ataupun masa postmenopause, seorang wanita perlu mendapatkan bantuan untuk memilih terapi yang paling sesuai. Pasien dapat menentukan pilihan setelah mendapat konseling dan penjelasan dari beberapa pilihan yang diberikan. Beberapa faktor, termasuk riwayat penyakit pasien, riwayat penyakit keluarga, merokok, kultur, etnik, dan ekonomi juga berperan dalam menentukan pilihan terapi. Terapi Estrogen Merupakan terapi terbaru untuk hot flushes. Estrogen juga menambah masa tulang, mengurangi resiko fraktur, dan meningkatkan kolesterol. Estrogen juga dapat membantu mencegah gejala-gejala saluran kemih dan gejala pada vagina. Estrogen tersedia dalam berbagai macam sediaan, seperti vaginal supositoria dan krim, skin patches, dan tablet. Kontraindikasi penggunaan terapi estrogen adalah perdarahan pervaginam yang tidak terdiagnosa, penyakit hati berat, kehamilan, trombosis vena dan riwayat penyakit kanker payudara. Kanker endometrium yang berdiferensiasi baik dan terdeteksi pada stadium awal tidak merupakan kontraindikasi absolut. Penggunaan progestin dapat mengurangi gejala jika pasien tidak dapat menggunakan estrogen sebagai terapi sulih hormon. Terapi alternatif dengan menggunakan sediaan herbal yang mengandung phytoestrogens dapat memperpendek masa transisi dari perimenopause menjadi postmenopause dan terapi ini telah digunakan secara luas. Wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung sebaiknya tidak menggunakan estrogen. Terapi estrogen tidak mencegah kehamilan.Wanita yang menggunakan terapi estrogen juga mempunyai resiko lebih tinggi terhadap pembentukan : Batu empedu Peningkatan kadar trigliserida

22

Gangguan pembekuan darah Vaginal dryness dan dispareunia Wanita yang tidak pernah melakukan histerektomi harus menggunakan estrogen yang dikombinasi dengan progesteron. Karena penggunaan estrogen tunggal dapat meningkatkan resiko kanker endometrium atau lapisan uterus. Menggunakan estrogen yang dikombinasi dengan progesteron disebut terapi hormon (HT). Terapi hormon meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita apabila digunakan lebih dari 4 tahun. Wanita yang menggunakan HRT sebaiknya secara teratur memeriksakan payudara dan mammogram. Efek samping dari TSH adalah kembung, mastodinia, perdarahan pervaginam dan sakit kepala. Efek samping ini dapat menyebabkan seseorang tidak melanjutkan TSH. TSH dapat bekerja secara sistemik melalui pemberian secara peroral, transdermal atau topikal atau lokal lewat vaginal menggunakan krim, ring atau tablet. Sediaan topikal dipakai secara tunggal untuk mengobati gejala-gejala vaginal. Keluhan vasomotor ( hot flushes, sakit kepala, perasaan kurang nyaman,

peningkatan frekuensi nadi, gangguan tidur, cepat lelah, cepat tersinggung ) Bila keluhan tersebut disebabkan oleh rendahnya hormon estrogen maka penanganannya dengan pemberian estrogen. Pada wanita yang tidak memiliki rahim lagi, estrogen diberikan terus menerus dan tidak perlu ditambahkan progesteron. Pada wanita pramenopause yang menginginkan siklus haidnya tetap teratur dapat diberikan pil kontrsepsi kombinasi dengan dosis estrogen rendah. Terapi sulih hormon ( TSH ) ini harus diberikan selama 1-2 tahun untuk menghilangkan keluhan vasomotor ini. Bila pengobatan dihentikan dan keluhan muncul lagi maka TSH harus dilanjutkan lagi. Obat 2- adrenergik seperti klonidin dengan dosis 0,05 mg, 2x/hari dapat menghilangkan keluhan ini. Obat antidepresif ( sertralin ) dapat mengurangi 50 %. Fisioterapi dapat mengurangi 50 %. Fitoestrogen ( kacang kedelai, kacang tunggak atau kulit bengkoang ) dapat mengurangi munculnya keluhan ini. Keluhan somatik ( sakit pinggang, nyeri daerah kemaluan, tulang dan otot )

23

Pemberian estrogen dan progesteron dapat memicu pengeluaran endorfin dan endorfin ini dapat mengurangi aktivitas usus halus sehingga terjadi obstipasi. Keluhan psikis Pemberian estrogen dan progesteron dapat menghilangkan keluhan ini. Estrogen menghambat aktivitas enzim monoamin oksidase (MAO) mengakibatkan serotonin dan noredrenalin menjadi tidak aktif. Kekurangan estrogen menyebabkan terjadinya peningkatan enzim MAO. Pemberian serotonin-antagonis pada wanita pasca menopause dapat menghilangkan keluhan depresi. Gangguan seksual dan libido menurun Gangguan ini dapat diatasi dengan pemberian estrogen local berupa krim. Estrogen meningkatkan jumlah reseptor estrogen dalam epitel vagina serta meningkatkan aliran darah di vagina. Inkontinensia uri dan rasa panas saat berkemih Pengobatan dapat berupa operasi, pemberian TSH, fisioterapi dan menyinkirkan faktor penyebab. Pemberian estrogen dapat merangsang proliferasi epitel uretra dan trigonum vesika sehingga terjadi regenerasi fungsi kelenjar uretra dan mukosa vesika. Estrogen juga menyebabkan peningkatan laju penggantian kolagen sehingga terjadi pengurangan kadar kolagen dan terjadi penumpukan kolagen melintang di dalam jaringan ikat periuretral. Kelainan kulit Pemberian estrogen meningkatkan ketebalan kulit, proses penipisan kulit dihambat, elastisitas kulit menjadi lebih baik. Juga menyebabkan terjadinya peningkatan sintesis asam hialuron kulit dan penumpukan air kembali (rehidrasi). Kandungan air stratum korneum juga bertambah sehingga berguna untuk memperbaiki ketahanan kulit dalam mencegah dermatosis. Penyembuhan luka menjadi lebih baik. Bone loss :

24

Bisphosphonates, (Fosamax) dan risedronate (Actonel).

termasuk

alendronate

Raloxifene (Evista), adalah selektif estrogen reseptor modulator (SERM), Calcitonin (Miacalcin or Calcimar)

PTH (parathyroid hormone) untuk mencegah osteoporosis ( masih dalam penelitian).

IV.2. Pengobatan lain Obat-obatan herbal Namun obat-obatan herbal ini tidak mendapat penelitian yang ketat seperti yang dilakukan pada obat-obatan kimia. Produk-produk herbal yang mengandung phytoestrogen, termasuk kacang kedelai, mempunyai cara kerja yang sama dengan obat-obatan kimia. Wanita yang mempunyai riwayat kanker payudara atau yang memilih untuk tidak menerima HRT dann menderita karena hot flashes, dapat menggunakan obat-obatan herbal ini. Black cohosh (Remifemin) merupakan obat herbal yang biasa digunakan untuk mengurangi gejala hot flashes dan biasanya hanya untuk jangka waktu pendek. Tidak direkomendasikan untuk pemakaian lebih dari 6 bulan. Efek sampingnya dapat berupa nausea, vomitus, pusing, gangguan penglihatan, bradikardi, dan berkeringat. Obat herbal lain, yaitu dong quai, cengkeh merah (Promensil), minyak primrose sebaiknya dikonsumsi dibawah pengawasan dokter untuk mencegah timbulnya efek samping yang tidak diharapkan. Teknik akupuntur, meditasi, hypnosis, biofeedback, deep breathing exercises, dan paced respiration (tehnik bernapas pelan dengan menggunakan otot perut) dapat bermanfaat untuk mengurangi gejala-gejala menopause (menurut The National Center for Complementary and Alternative Medicine, USA).

25

BAB V PENCEGAHAN

Menopause tidak dapat dicegah, langkah yang dapat diambil adalah untuk mengurangi faktor resiko yang berhubungan dengan menopause. Pada tahun 1994 National Institutes of Health Consensus Conference, merekomendasikan 1500 mg kalsium per hari untuk mencegah penurunan densitas tulang. Wanita yang menggunakan terapi estrogen sebaiknya mengkonsumsi sedikitnya 1.000 mg kalsium per hari. Saluran cerna tidak dapat mengabsoprsi lebih dari 500 mg kalsium sekaligus, jadi pemakaian kalsium harus dibagi. Seorang wanita sebaiknya tidak mengkonsumsi kalsium berlebihan karena berhubungan dengan resiko terjadinya batu ginjal. Vitamin D berperan penting dalam penyerapan kalsium. The National Osteoporosis Foundation merekomendasikan 400 IU untuk wanita dan pria yang berusia 51-70 tahun dan 600 IU untuk usia lebih dari 71 tahun.

26