Upload
fara-dila
View
3
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bppv
Citation preview
Case Report Session
BENIGN PAROXISMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV)
Oleh:
Faradila 0910313203
1
Pembimbing:
dr. Zubaidah
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI IIPUSKESMAS ALAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2015
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Vertigo adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya
atau rasa berputar yang khayal dengan disorientasi ruang yang biasanya
menimbulkan gangguan keseimbangan (1,2,3). Penderita merasa dirinya berputar
atau lingkungannya yang bergerak mengelilinginya. Penderita yang lain merasa
dirinya seperti ditarik atau dalam keadaan ketidakseimbangan (4).
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Vestibularis
Membran labirin berisi endolimf dan dikelilingi perilimf, terletak di dalam
rongga labirin tulang di dalam tulang temporal dasar tengkorak. Sistem
vestibularis terdiri dari labirin statik yang memberikan informasi mengenai posisi
kepala di dalam ruang (makula dan utrikulus), dan labirin kinetik yang
mengirimkan informasi mengenai pergerakan kepala dari area khusus di dalam
ampula (1,2).
2
Syaraf vestibularis menghantarkan 2 jenis informasi yaitu posisi kepala
dalam ruang dan rotasi angular kepala. Seluruh peralatan vestibuler memberikan
informasi yang membantu dalam mempertahankan keseimbangan dan bersama-
sama dengan sistem penglihatan dan proprioseptif, memberikan rasa posisi yang
kompleks di dalam batang otak dan serebelum.
C. Patofisiologi dan Etiologi
Vertigo timbul bila terdapat gangguan pada alat-alat vestibuler atau pada
serabut-serabut yang menghubungkan alat/nukleus vestibularis dengan pusatnya
di serebelum atau di korteks cerebri (1).
Gangguan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai hal yang dapat
dikelompokkan menjadi (1,10,11) :
1. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian perifer dari
susunan vestibularis, diantaranya :
- Penyakit-penyakit telinga
- Neuronitis vestibularis
- Vertigo posisional benigna
- Penyakit meniere
- Pengaruh obat-obatan yang bersifat toksik terhadap vestibuler,
seperti streptomisin, anti konvulsan, gentamisin dll.
- Trauma kepala dan leher
- Infeksi
- Oklusi arteri labirin
- Tumor di fosa posterior seperti neuroma akustik, dll
2. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian sentral dari
susunan vestibularis, antara lain :
- Neoplasma
- Migren basiler
- Gangguan di serebelum
- Epilepsi
- Stroke batang otak atau TIA di daerah arteri vertebro basilaris
- Spondilitis servikalis, dll
3
3. Kelompok penyakit sistemik yang menimbulkan gangguan di bagian
perifer atau sentral, seperti Diabetes Mellitus, hipoglikemi, anemia,
hipotensi postural, dll.
D. Gejala Klinis
Keluhan dari pasien dapat berupa rasa berputar, atau tempat di sekitarnya
bergerak atau perasaan bahwa mereka mengelilingi sekitarnya dan tidak dapat
menentukan tempatnya. Beberapa orang menggambarkan perasaan tertarik ke arah
lantai atau ke arah satu sisi ruangan, sukar untuk memfokuskan penglihatan dan
merasa tidak enak untuk membuka mata selama serangan. Disertai pula dengan
mual muntah, keringatan dan dada berdebar-debar (4).
Dari gejala yang didapatkan dapat dibedakan apakah kelainannya di perifer
atau sentral, seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan vertigo tipe perifer dengan sentral
Gejala Perifer Sentral
Onset Tiba-tiba PerlahanBeratnya keluhan Gejala hebat, episodik Gejala ringan, kontiniuDurasi dan Gejala Beberapa menit sampai jam KronikSifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang
keseimbangan, light headedNistagmus (+) satu arah (dengan fase
cepat atau lambat)Kadang-kadang dua arah
Fiksasi visual Dihambat oleh nistagmus dan vertigo
Tidak ada hambatan
Arah post pointing Ke arah fase lambat Berubah-ubahArah jatuh pada Romberg test
Ke arah fase lambat Berubah-ubah
Gangguan lain Tuli, tinitus, mual, muntah Jarang
E. Pemeriksaan Penderita dengan Vertigo
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan bagian pemeriksaan yang paling penting untuk
penderita vertigo, oleh sebab itu diperlukan anamnesis yang cermat dan banyak
memerlukan waktu (6,7).
4
Penderita diminta melukiskan dengan kata-kata sendiri apa yang
dimaksudnya dengan pusing
Anamnesis khusus dengan vertigonya
o Adakah kekhususan sifat vertigo yang timbul, keparahan
vertigonya
o Intensitas timbulnya vertigo berkaitan dengan perjalanan waktu
o Bagaimana timbul dan bagaimana berakhirnya
o Pengaruh lingkungan atau situasi
o Keluhan lain seperti telinga berdenging, mual, muntah dll
Anamnesis untuk keluhan-keluhan lain (drop attack, gangguan
penglihatan, disatria, disfonia, gangguan pergerakan atau sensibilitas)
bilamana keluhan ini ada dan bersamaan dengan penurunan kesadaran
maka perlu dicurigai kelainan serebrovaskuler.
Anamnesis intoksikasi/pemakaian obat-obatan, sepeti streptomisin, anti
konvulsan, gentamisin, anti hipertensi, kanamisin, penenang, neomisin,
alkohol, fenilbutazol, kinin, asam eta-akrinik, tembakau.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata dilakukan pada kondisi mata bergerak dan dalam posisi
netral. (6,7,8)
1. Mencari adanya strabismus dan atau diplopia
2. Mencari adanya nistagmus
Pada saat mata melirik ke kiri, kanan, atas, dan bawah. Bila ada
nistagmus disebut nistagmus tatapan.
Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan sistem syaraf pusat
mempunyai ciri-ciri :
a. Nistagmus pendular : nistagmus yang tidak memiliki fase cepat
dan lambat.
b. Nistagmus vertikal yang murni : nistagmus yang geraknya ke
atas dan ke bawah
c. Nistagmus rotarorri yang murni : nistagmus yang geraknya
berputar
5
d. Gerakan nistagmoid : gerakan bola mata yang bukan nistagmus
sebenarnya
e. Nistagmus tatapan yang murni : nistagmus yang berubah
arahnya bila arah lirik mata berubah.
3. Pemeriksaan dengan rangsangan perubahan posisi kepala dan tubuh
Cari kemungkinan posisi yang membangkitkan nistagmus atau
vertigo.
Test baring terlentang, baring miring ke kiri, kanan dan tes baring
terlentang dengan kepala menggantung. Tiap-tiap test dilakukan
selama 1 menit dengan kecepatan perubahan posisi 90 derajat dalam 5
detik sehingga pengaruh gaya gravitasi ditiadakan (9)
4. Manuver Hallpike
Langkah-langkah :
- Tolehkan kepala pasien 450 ke arah kiri
- Kemudian pasien direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir
tempat tidur
- Pasien tetap membuka mata agar pemeriksa dapat melihat gejala
nistagmus.
- Tolehkan kepala pasien ke arah kanan, perhatikan munculnya
nistagmus ke arah yang berlawanan.
Pemeriksaan Keseimbangan
Berdiri tegak, berjalan, berjalan di atas jari kaki, berjalan di atas tumit dan
berjalan secara tandem.
Duduk di kursi dan angkat kedua lengan serta kedua kaki dengan mata
tertutup.
Pemeriksaan Pendengaran
Garpu tala
Audiometri
F. Pengobatan
1. Medikamentosa
6
Umumnya merupakan pengobatan simptomatis. Beberapa obat yang dapat
diberikan antara lain sebagai berikut (6,7) :
1. antikolinergik/parasimpatolitik
2. antihistamin
3. penenang minor dan mayor
4. simpatomimetik
5. vasodilator
2. Fisioterapi
Bertujuan untuk mempercepat tumbuhnya mekanisme kompensasi/
adaptasi atau habituasi sistem vestibuler yang mengalami gangguan
tersebut(6,7).
Pengobatan vertigo :
Terapi kausal : merupakan pengobatan terbaik yaitu sesuai dengan etiologi
– Pengobatan terhadap kelainan susunan saraf pusat seperti iskemia,
hipotensi, infeksi, trauma kepala, tumor, migren
– Pengobatan kelainan sistem vaskuler perifer seperti kelainan
telinga tengah/dalam
Terapi simptomatik (medika mentosa) ditujukan kepada 2 gejala
a. rasa vertigo, mutar melayang
b. gejala otonom (mual, muntah)
Pemilihan obat: sesuai efek obat, berat dan fase vertigo
Golongan obat :
a. Menekan irritabilitas vestibular
- Anti histamin: dimenhidrinat (dramamin)
- Prometazine (phenergan)
- Sinarizin (vertizin, stugoron)
- Benzodiazepin
- Beta blocker : carvedilol
- Ca entry blocker (flunarizine)
b. Memperbaiki aliran darah ke labirin dan batang otak
(meningkatkan oksigenasi)
- Histaminik : betahistin (merislon)
7
- Ca entry blocker (flunarizine)
c. Mengatasi mual, muntah
- Fenotiazine (proklorperazin, stemetil)
Terapi rehabilitatif
Cara latihan antara lain :
Metode Eplay
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny. CM / perempuan / 44 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Ibu rumah tangga / tamat SMA
c. Alamat : Parak kopi RT 02
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : cukup, penghasilan suami Rp.
3.000.000,-/bulan
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, perkarangan cukup luas, luas bangunan 120m2
- Ventilasi dan sirkulasi udara baik
- Listrik ada
8
- Sumber air PDAM
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah dibakar dan dibuang ke TPA
Kesan : hygiene dan sanitasi cukup baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal bersama suami dan ke dua anak perempuannya.
Tinggal di daerah perkotaan yang padat penduduk.
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga tidak ada
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien pernah menderita keluhan ini 2 bulan sebelumnya. Lalu pasien
berobat ke puskesmas dan setelah meminum obat dari pukesmas
keluhan berangsur membaik.
- Riwayat penyakit THT (-)
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.
5. Keluhan utama :
Kepala terasa pusing berputar
6. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kepala terasa pusing berputar sejak 2 hari yang lalu. Pusing tiba-
tiba, berlangsung ± 2 menit, diarasakan hilang timbul. Pusing
dipengaruhi oleh posisi kepala terutama saat kepala miring ke kanan
dan ke kiri. Pusing juga dipengaruhi oleh posisi lain, seperti saat
duduk, berdiri, dan membungkuk. Disertai dengan rasa mual. Pasien
merasakan dirinya berputar dan kadang merasakan lingkungan
disekelilingnya yang berputar. Karena pusingnya, pasien hanya bisa
berbaring di tempat tidur dan memejamkan mata.
9
Mual muntah sebanyak lebih dari 5 kali, muntah berisi apa yang
dimakan, muntah tidak menyemprot.
Telinga berdenging (+), keringat dingin (+).
Sakit kepala diseluruh lapangan kepala, sakit kepala terasa
berdenyut terus menerus.
Pandangan ganda tidak ada, demam sebelumnya tidak ada
7. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis kooperatif
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 74 x/menit
Napas : 21x/menit
Suhu : afebris
Status Internus
Rambut : tidak ditemukan kelainan
Kulit dan kuku : tidak ditemukan kelainan
KGB : tidak ditemukan pembesaran
Keadaan regional
Kepala : tidak ditemukan kelainan
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tak ditemukan kelainan
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Paru
Inspeksi : simetris kiri=kanan
Palpasi : fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler N, ronkhi(-), wheezing(-)
10
Jantung
Inspeksi : ictus tidak terlihat
Palpasi : ictus teraba 1 jari medial LCMS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : linea sternalis dextra
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tak tampak membuncit
Palpasi : hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) Normal
Status Neurologis
Tanda Rangsangan Meningeal (-)
Tanda Peningkatan Intra Kranial (-)
Nervus Kranialis :
Nervus I : penciuman baik
Nervus II : pupil isokhor, diameter 3mm, reflek cahaya +/+
Nervus III,IV,V :bola mata bisa digerakkan ke segala arah,
Nistagmus (-)
Nervus V : buka mulut (+), mengigit (+), menguyah (+)
Nervus VII : raut muka simetris kiri dan kanan, menutup mata
+/+, mengerutkan dahi (+)
Nervus VIII : tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus IX : rasa 1/3 lidah belakang normal.
Nervus X : menelan(+), artikulasi baik
Nervus XI : dapat menoleh dan mengangkat bahu kiri dan
kanan
Nervus XII : kedudukan lidah saat di dalam dan dijulurkan
normal, deviasi (-), tremor (-)
11
Koordinasi : - Tes telunjuk hidung telunjuk (-)
- Past pointing finger test (-)
Keseimbangan :
- Tes romberg tidak dapat dilakukan
- Stepping gait tidak dapat dilakukan
Motorik : Kekuatan 555 555
555 555
Tonus : eutonus
Reflek fisiologis : ++/++
Reflek Patologis : -/-
Fungsi luhur : Dalam batas normal
Fungsi otonom : miksi dan defekasi terkontrol, sekresi keringat baik
8. Diagnosis kerja : Benign paroxysmal positional vertigo
9. Diagnosis diferensial : Penyakit Meniere
10. Pemeriksaan Anjuran :
- Rontgen foto cervical AP, lateral, obliq
- Konsul THT
11. Manajemen
a. Preventif :
- Hindari faktor-faktor yang dapat memprovokasi timbulnya pusing
seperti membungkuk bila mengangkat barang atau menengadah
ketika mengambil benda ditempat yang tinggi, dll.
b. Promotif :
- Edukasi kepada pasien untuk tidur dengan posisi kepala yang agak
tinggi.
12
- Edukasi kepada pasien untuk bangun secara perlahan dan duduk
terlebih dahulu sebelum berdiri dari tempat tidur.
c. Kuratif : betahistine mesilate 3 x 1 tab @ 6 mg
Domperidon 3 x 1 tab @ 10 mg
d. Rehabilitatif :
- Jika serangan semakin bertambah berat, maka segera konsulkan
ke puskesmas atau RS terdekat.
12. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Alai
Dokter : Faradila
Tanggal : 3 Juli 2015
R/ Betahistine mesilate tab 6mg No. XV
S 3 d d tab I £
R/ Domperidone tab 10 mg No. XV
S 3 dd tab I £
R/ Vit b kompleks No. X
S 2 dd tab I £
13
Pro : Ny. CM
Umur : 44 tahun
Alamat : Parak kopi
DAFTAR PUSTAKA
1. Ngoerah I. G. N. Dalam : Dasar-dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Penerbit dan
Percetakan Universitas Airlangga. Denpasar, 1990.
2. Debroot J. Dalam : Neuroanatomi Korelatif. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta, 1997.
3. Marjono M, Sdharta P. Dalam : Neurologi Klinik Dasar. Dian Rakyat. Jakarta,
1997
4. Neurologi Channel, Vertigo. Diakses dari :
http://www.neurologychannel.com/vertigo. Pada Januari 2012.
5. A.D.A.M. Vertigo-assosiated disorder. Diakses dari :
http://www.health.yahoo.com/health. Pada Januari 2012.
6. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada Press. Yogyakarta, 2000.
7. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W.I, Setiowulan W. Dalam : Kapita
Selekta Kedokteran, edisi tiga, jilid kedua. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2000.
8. Lumbantobing S.M. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2003.
14
9. Sidharta P. Dalam : Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat.
Jakarta, 1999.
15