Case - drug Induced Hepatitis

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    1/20

    DEFENISI TUBERKULOSIS PARU

    Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan

    oleh infeksiMycobacterium tuberculosis.1,2

    2. EPIDEMIOLOGI TUBERKULOSIS PARU

    Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB

    tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000

    (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah

    kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.3

    3. ETIOLOGI TUBERKULOSIS PARUTuberkulosis paru (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis

    kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.

    Sebagian besar didnding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian

    peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

    terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga

    lebih tahan terhadap gangguankimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara

    kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam

    sifat dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan

    penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.1

    Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam

    sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi justru disenangi karena

    banyak mengandung lipid. Sifat lain kuman ini aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa

    kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini

    tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga

    bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.1

    4. PATOGENESIS TUBERKULOSIS PARU

    4.1 Patogenesis Tuberkulosis Primer

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    2/20

    Penularan tuberkulosis paru (TB) terjadi karena kuman dibatukkan atau

    dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Bila partikelinfeksi ini

    terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru.

    Partikel ini dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    3/20

    4.2 Tuberkulosis pasca primer (tuberkulosis sekunder)

    Kuman yang dormant paada TB primer akan muncul bertahun-tahun

    kemudian sebagai infeksi endogen menjadi TB dewasa (TB post primer= TB pasca

    primer = TB sekunder). Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder

    terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna,

    diabeters, AIDS, gagal ginjal. TB pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang

    berlokasi di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior).

    Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.

    Sarang ini mula-mula juga terbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10

    minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel

    Histiosit dan sel Datia Langhans (sel besar banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel

    limfosit dan berbagai jaringan ikat.

    TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi endogen dari usia muda

    menjadi TB usia tua (elderly tubeculosis). Tergantung dari jumlah kuman,

    virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapar menjadi:

    a. Direabsobsi kembali oleh tubuh tanpa meninggalkan cacat.b. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan

    jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan

    perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang

    menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami

    nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju

    dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding

    tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas

    dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya

    perejuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat

    oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan

    sitokin dengan TNF-nya. Bentuk perkejuan lain yang jarang adalah cryptic

    disseminateTB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut.

    Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat:

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    4/20

    a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas inimasuk ke dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier. Dapat

    juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk lambung dan selanjutnya

    ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti

    yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobrokial dan TB

    endotrakeal atau empiema bila ruptur ke pleura.

    b. Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkulomaini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan

    menjadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus

    seperti Aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma.

    c. Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuhdengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai

    kavitas terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate

    shaped.

    Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yakni: 1) sarang yang sudah

    sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi; 2) sarang aktif eksudatif,

    sarang ini perlu pengobaran yang lengkap dan sempurna; 3) sarang berada antara

    aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan, tetapi mengingat

    kemungkinan terjadinyaeksaserbasi kembali, sebaiknya diberikan pengobatan yang

    sempurna juga.1

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    5/20

    5. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS PARU

    Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan:

    1. Letak anatomi penyakit2. Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi (termasuk hasil resistensi)3. Riwayat pengobatan sebelumnya4. Status HIV pasien

    \

    1. Berdasarkan letak anatomi penyakitBerdasarkan letak anatomi penyakit, TB diklasifikasikan menjadi:

    a. TB paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru. TB milierdiklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang terletak dalam paru.

    b. TB ekstraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru danpleura, kelenar getah benning (termasuk mediastinum dan/atau hilus),

    abdomen, traktus genitourinarius, kulit, sendi, tulang, dan selaput otak.

    2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologiBerdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi dikelompokkan menjadi:

    a. TB paru BTA positif, apabila:i. Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak

    menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat

    quality external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan

    dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari.

    ii. Pada negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengansyarat EQA, maka TB paru BTA positif adalah:

    Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif, atau Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil

    pemeriksaan foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang

    ditetapkan klinisi, atau

    Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil kulturM.tuberculosispositif.

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    6/20

    b. Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila:i. Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif.

    Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA negatif padalaboratorium yang memenuhi syarat EQA

    Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan dahak BTAnegatif untuk memastikan diagnosis terutama pada daerah dengan

    prevalens HIV >1% atau pasien TB dengan kehamilan 5%.

    ATAU

    ii. Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yangbelum memiliki fasilitas kulturM. tuberkulosis

    iii.

    Memenuhi kriteria sebagai berikut: Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai

    salah satu di bawah ini:

    o Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratoriumsesuai HIV, atau

    o Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atauprevalens HIV rendah), tidak menunjukkan perbaikan setelah

    pemberian antibiotik spektrum luas (kecuali antibiotik yang

    mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan

    aminoglikosida).

    c. Kasus bekas TB:i. Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

    gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau

    foto serial (dalam 2 bulan) menunjukkan gambaran yang menetap.

    Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.

    ii. Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapatpengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks ulang tidak ada

    perubahan gambaran radiologi

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    7/20

    3. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnyaRiwayat pengobatan sangat penting diketahui untuk melihat risiko resistensi

    obat atau MDR. Pada kelompok ini perlu dilakukan pemeriksaan kultur dan uji

    kepekaan OAT. Tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu:

    a. Pasien baru adalah pasien yang belumpernah mendapatkan pengobatan TBsebelumnya atau sudah pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan.

    Pasien dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan lokasi anatomi

    penyait di manapun.

    b. Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang sudahpernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya minimal selama satu bulan,

    dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan loksi anatomi penyakit

    di manapun.

    Tabel 1. Pencatatan kasus berdasarkan hasil pengobatan TB sebelumnya

    Pencatatan

    kasus

    Hasil

    BTA

    Hasil pengobatan sebelumnya

    Baru +/- -

    Riwayat

    pengobatan

    sebelumnya

    Kambuh +/- Sembuh

    Pengobatan lengkap

    Gagal + Pengobatan gagal

    Lalai + Lalai berobat

    Pindah +/- Masih dalam pengobatan

    Lain-lain +/- Untuk semua kasus yang tidak

    memenuhi kriteria diatas, seperti:

    Pasien dengan riwayatpengobatan tidak diketahui

    sebelumnya

    Pasien dengan riwayatpengobatan sebelumnya tetapi

    tidak diketahui hasil pengobatan

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    8/20

    Pasien yang datang kembaliuntuk pengobatan dengan hasil

    dahak BTA negatif atau

    bakteriologis ekstraparu TB

    negatif

    Catatan:

    Apabila dicurigai kasus kambuh dengan hasil BTA dahak negatif

    (berdasarkan gejala klinis dan foto toraks perburukan) maka harus

    disingkirkan dahulu penyakit selain TB misalnya pneumonia atau jamur

    paru.

    4. Status HIV (TB 2011)Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan pengobatan.

    a. TB Paru BTA Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan dahakpositif.

    b. TB Paru BTA negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif dangambaran klinis & radiologis mendukung TB atau BTA negatif

    dengan hasil kultur TB positif.

    c. TB Ekstra Paru pada ODHA ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh

    yang terkena.

    5. Luas lesi (radiologis) (ipd)a. TB minimal, jika terdapat sebagian kecilinfiltrat nonkavitas pada satu paru

    maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

    b. Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidaklebih dari 4 cm. jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu

    bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu

    paru.

    c. Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihikeadaan pada moderately advanced tuberculosis.

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    9/20

    6. Terapi, menurut WHO 1991a. Kategori I, ditujukan terhadap:

    i. Kasus baru dengan sputum positifii. Kasus baru dengan bentuk TB berat

    b. Kategori II, ditujukan kepada:i. Kasus kambuh

    ii. Kasus gagal dengan sputum BTA positifc. Kategori III, ditujukan kepada:

    i. Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luasii. Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I

    d. Kategori IV, ditujukan kepada TB kronik.

    6. DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU

    Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,

    pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

    6.1 Gejala klinis

    Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan

    dejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala

    respiratori (gejala lokal sesuai dengan organ yang terlibat).4

    1. gejala respiratoria. batuk 2 minggub. batuk darahc. sesak napasd. nyeri dadagejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala

    yang cukup berat bergantung dari luas lesi. Bila bronkus belum terlibat dalam

    proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    10/20

    pertama terjadi karena iritasi bronkus dan selanjutnya batuk diperlukan untuk

    membuang dahak ke luar.

    2. Gejala sistemika. Demamb. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan

    menurun.

    c. Gejala TB ekstraparuGejala TB ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada

    limfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidaak nyeri dari

    kelenjar getah bening. Pada meningitis TB akan terlihat gejala meningitis.

    Pada pleuritis TB terdapat gejala sesak napas kadang nyeri dada pada sisi

    yang rongga pleuranya terdapat cairan.

    6.2 Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukn

    konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), dan

    badan kurus atau berat badan menurun.

    Pada pemeriksaan fisik, pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan

    terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik.

    Demikian juga bila fokus terletak di dalam, akan sulit menemukan kelainan pada

    pemeriksaan fisik, karena hantaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit

    dinilai secara palpasi, perkusi, dan auskultasi. Secara anamnesisTB paru sulit

    dibedakan dengan pneumonia biasa.

    Tempat kelainan lesi TB paru yang paling disurigai adalah bagian apeks paru.

    Bila dicurigai adanya infiltrat agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan

    auskultasi suara napas bronkial. Akan didaparkan suara napas tambahan berupa ronki

    basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura,

    suaranya menjadi vesikular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi

    akan memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara

    amforik.

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    11/20

    Pada TB yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan

    retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menatik isi

    mediastinum atau paru lainnya. Paru yang sehat akan menjadi lebih hiperinflasi. Bila

    jaringan fibrotik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan paru, akan

    terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan selanjutnya meningkatkan tekanan

    arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor pulmonal dan gagal

    jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal

    jantung kanan seperti takipnea, takikardi, sianosis, right ventricular lift, right atrial

    gallop, murmur Graham-Steel, bunyi P2 mengeras, tekanan vena jugularis yang

    meningkat, hepatomrgali, asites, dan edema.

    Bila TB mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit

    terlihat agk tertinggal dalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi

    memberikan suara nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.

    6.3 Pemeriksaan Radiologis

    Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. TB dapat memberi gambaran

    bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai

    lesi aktif adalah:

    a. Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dansegmen superior lobus bawah.

    b. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan ataunodular

    c. Bayangan bercak milierd. Efusi pleura unilateral atau bilateral.

    Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif:

    a. Fibrotik (bayangan yang bergaris-garis)b. Kalsifikasi (fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada

    sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru)

    c. Schwarte atau penebalan pleura.

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    12/20

    Gambaran lain adalah luluh paru (destroyed lung), yaitu gambaran radiologi

    menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat. Gambaran terdiri dari: atelektasis,

    ektasis/multikavitas, dan fibrosis parenkim paru.

    6.4 Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan Sputum

    Pemeriksaan sputum sangat penting, karena dengan ditemukannya

    kumanBTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu

    pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang

    diberikan. Kriteria sputum BTA positif adalah ditemukan minimal 3 batang kuman

    BTA dalam satu sediaan.

    Pemeriksaan Darah

    Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang

    meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru

    mulai (aktif) akan didapatkan leukositosis dengan hitung jenis pergeseran ke kiri.

    Jumlah linfosit masih di bawah normal. Laju endap darah (LED) mulai meingkat.

    Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit

    masih tinggi. LED mulai turun ke arah normal lagi.

    6.5. Diagnosis

    Alur diagonsis TB paru dapat dilihat pada gambar 1.

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    13/20

    Gambar 1. Alur diagnosis TB paru4

    Keterangan:

    a. Suspek TB Paru: Seseorang dengan batuk berdahak selama 2 - 3 minggu ataulebih disertai dengan atau tanpa gejala lain.

    b. Antibiotik non OAT : Antibiotik spektrum luas yang tidak memiliki efek anti TB(jangan gunakan fluorokuinolon)

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    14/20

    7. PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU

    Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,

    mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya

    resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

    Tabel 2. Pengelompokan OAT4

    Tabel 3. Jenis, Sifat, dan Dosis OAT lini pertama4

    Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

    1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalamjumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    15/20

    gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap

    (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

    2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasanlangsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas

    Menelan Obat (PMO).

    3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.a. Tahap awal (intensif)

    Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari danperlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya

    resistensi obat.

    Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2

    minggu.

    Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif(konversi) dalam 2 bulan.

    b. Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,

    namun dalam jangka waktu yang lebih lama

    Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistersehingga mencegah terjadinya kekambuhan

    Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

    Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di

    Indonesia:4

    1. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.2. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.3. Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)4. Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di Indonesia

    terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin, Levofloksasin,

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    16/20

    Ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and

    etambutol.

    Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa

    obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi

    2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan

    pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Paket Kombipak

    Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan

    Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program

    untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.

    Panduan OAT lini pertama:

    a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

    Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

    Pasien baru TB paru BTA positif. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif Pasien TB ekstra paru

    Tabel 4. Dosis untuk panduan OAT KDT4

    Tabel 5. Dosis untuk panduan OAT-Kombipak4

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    17/20

    b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

    Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

    Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

    Tabel 6. Dosis untuk panduan OAT KDT4

    Tabel 7. Dosis untuk panduan OAT Kombipak4

    Catatan:

    a. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untukstreptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.

    b. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.c. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan

    aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg).

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    18/20

    c. OAT Sisipan (HRZE)

    Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif

    kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

    Tabel 8. Dosis untuk panduan OAT KDT4

    Tabel 9. Dosis untuk panduan OAT Kombipak4

    Pemantauan kemajuan pengobatan TB

    Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan

    dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.Pemeriksaan dahak secara

    mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam

    memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk

    memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik untuk TB. Untuk memantau

    kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan spesimen sebanyak dua kali (sewaktu

    dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif.

    Bila salah satu spesimen positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak

    tersebut dinyatakan positif.

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    19/20

    Tabel 10. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Ulang Dahak4

  • 8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis

    20/20