Upload
anisha-puspa-melati
View
68
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
smf obgyn
Citation preview
CASE REPORT
GRAVIDA 34-35 MINGGU
DENGAN PREEKLAMSI BERAT + IUGR
DISUSUN OLEH:
ANISHA PUSPA MELATI
1102009035
PEMBIMBING:
Dr. Hj.Helida Abbas, Sp.OG
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKSMF OBSETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD DR. SLAMET GARUT
PERIODE 1O JUNI 2013 – 17 AGUSTUS 2013
1
IDENTIFIKASI KASUS
1. IDENTITAS
Pasien Suami
Nama : Ny. Y Tn. A
Umur : 27 th 27 th
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga. Wiraswasta
Agama : Islam Islam
Suku : Sunda Sunda
Alamat : Garut Kota Garut Kota
No.CM : 01615622
Masuk RS : 1 Juli 2013
Keluar RS : 7 Juli 2013
Ruangan : Kalimaya
2. ANAMNESIS
A. Keluhan utama :
Tekanan Darah tinggi
B. Anamnesa khusus :
G1P0A0 merasa hamil 8 bulan, datang dengan keluhan tekanan darah tinggi sejak
hamil 7 bulan saat diperiksa di bidan dengan tekanan darah 160/100 mmHg dan pasien
berobat ke puskesmas. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum dan selama kehamilan
disangkal. Keluhan nyeri kepala hebat, pandangan kabur dan nyeri pada ulu hati
disangkal. Keluhan perut mules-mules yang semakin sering dan bertambah kuat belum
dirasakan ibu. Keluar cairan banyak dari jalan lahir belum dirasakan ibu. Gerak anak
masih dirasakan ibu.
C. Riwayat Obstetri
Anak 1: ---------------------------------Hamil saat ini------------------------------------
2
D. Riwayat Perkawinan :
Status : Menikah pertama kali
Usia saat menikah : Perempuan : 26 tahun, SMP, IRT
Laki-laki : 36 tahun, SMP, Wiraswasta
E. Haid
Siklus haid : Teratur
Lama haid : 7 hari
Banyaknya darah : biasa, 2-3 pembalut/hari
Nyeri haid : tidak dirasakan
Menarche usia : 13 tahun
HPHT : 22 Oktober 2012
TP : 29 Juli 2013
F. Riwayat kontrasepsi
Tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
G. Prenatal Care :
Datang untuk kontrol kehamilan ke Puskesmas, Bidan dan dr.Sp.OG dengan
jumlah kunjungan ± 12 kali selama kehamilan, terakhir 1 minggu yang lalu.
H. Keluhan selama kehamilan
Tidak ada keluhan selama kehamilan
I. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit liver,
penyakit Diabetes militus, penyakit tiroid, penyakit epilepsi, riwayat asma bronchial
disangkal pasien dan riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal.
3
3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Praesens
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 160/110 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,4 ºC
Kepala : Konjungtiva Anemis : -/-
Sklera ikterik : -/-
Cor : Bunyi jantung I-II murni dan regular
gallop (-), murmur (-)
Pulmo : VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Cembung dan lembut
Hepar dan Lien: Sulit dinilai
Ekremitas : Akral hangat, capillary refill < 2”, Edema tungkai +/+,
Varises -/-
4. STATUS OBSTETRIK
A. Pemeriksaan luar
Tinggi Fundus Uteri : 22 cm
Lingkar Perut : 83 cm
Letak Anak : Kepala, 5/5, pumggung kanan
HIS : 2-3 x/10 mnt, lama his 30 detik
BJA : 152 x/menit
TBBJ : 1550gram
B. Inspekulo :
Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Fornises :
4
Tidak dilakukan
D. Pemeriksaan Dalam : (setelah loading dose MgSO4)
Vulva : TAK
Vagina : TAK
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 1 jari sempit
Ketuban : (+)
Bag. Terendah: Kepala
Pengeluaran : -
Pemeriksaan panggul : CV : (-) CD : (-)
Promontorium : Tak teraba
Linea innominata : Teraba 1/3 – 1/3
Sakrum : Konkaf
Spina ischadica : Tak menonjol
Arkus pubis : > 90o
Dinding samping : Lurus
Kesan panggul : Baik
E. Laboratorium
Tanggal : 1 Juli 2013
Darah rutin
Hemoglobin 11,1 gr %
Hematokrit 34%
Leukosit 10.500/mm3
Trombosit 221.000/mm3
Eritrosit 5.13 juta/mm3
Urin Rutin
Berat jenis urine 1.015
pH urine 6.5
5
Nitrit urine Negatif
Protein urine Positif (+++)
Glukosa urine Negatif
Keton urine Positif (++)
Urobilinogen urine Normal
Bilirubin urine Negatif
5. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 gravida 34-35 minggu dengan preeklampsi berat + IUGR
6. RENCANA PENGELOLAAN
• R/ rawat konserfatif
• Metildopa 3 x 500 mg
• Nifedipin 3 x 10 mg
• Infus MgSO4 sebanyak 10 gr dalam 500 cc 20 gtt/menit (maintanance)
• Pemeriksaan dalam 15 menit setelah pemberian MgSO4
• Pemasangan folley kateter
• Observasi KU, Tanda vital, BJA
FOLLOW UP (Rawat Konservatif)
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
02-07-2013 - KU : CM
T : 160/110 mmHg
N : 100 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,1º C
Mata : Ca -/- SI -/-
Abd: cembung lembut,
TFU:22 cm, HIS: - ,
BJA: 158x/mnt
Bak/Bab : +/+
G1P0A0 gravida
34-35 minggu
dengan PEB +
IUGR
D/
Cek Lab (ulang)
Cek Urin Rutin
T/
Dexametason 2x5mg
Dopamet 3x500gr
Nifedipin 3x10mg
MGSO4 20% 10gr dalam
500 RL → 20gtt
6
03-07-2013
04-07-2013
-
-
Perdarahan: -
Eks : Edema +/+, akral
hangat
KU : CM
T : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,0º C
Mata : Ca -/- SI -/-
Abd: cembung lembut,
TFU:22 cm, HIS: - ,
BJA: 154x/mnt
Bak/Bab : +/-
Perdarahan: -
Eks : Edema +/+, akral
hangat
KU : CM
T : 140/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,0º C
Mata : Ca -/- SI -/-
Abd: cembung lembut,
TFU:22 cm, HIS: - ,
BJA: 148x/mnt
Bak/Bab : +/-
Perdarahan: -
Eks : Edema +/+, akral
hangat
G1P0A0 gravida
34-35 minggu
dengan PEB +
IUGR
-
G1P0A0 gravida
34-35 minggu
dengan PEB +
IUGR
D/
Cek Urin Rutin
T/
Dexametason 2x5mg
Dopamet 3x500gr
Nifedipin 3x10mg
D/
Cek Urin Rutin
R/Lapor gagal rawat
konservatif
R/Lapor dr.Rizki Sp.OG
→ terminasi dengan
misoprostol 50mg/fornix
posterior
T/
Dopamet 3x500gr
Nifedipin 3x10mg
7
HASIL LABORATORIUM (Rawat Konservatif)
Tanggal : 2 Juli 2013
Kimia klinik
AST (SGOT) 20 U/L
ALT (SGPT) 11 U/L
Ureum 17 mg/dl
Kreatinin 0,79 mg/dl
Glukosa Darah Puasa 91 mg/dl
Elektrolit
Natrium 143 mEq/L
Kalium 4.3 mEq/L
Klorida 115 mEq/L
Kalsium (Ca Bebas) 1.57 mg/dl
Tanggal : 3 Juli 2013
Urin Rutin
Berat jenis urine 1.020
pH urine 6.5
Nitrit urine Negatif
Protein urine Positif (+++)
Glukosa urine Negatif
Keton urine Negatif
Urobilinogen urine Normal
Bilirubin urine Negatif
Tanggal : 4 Juli 2009
Urin Rutin
Berat jenis urine 1.025
pH urine 6.0
Nitrit urine Positif (+)
8
Protein urine Positif (+++)
Glukosa urine Negatif
Keton urine Positif (++)
Urobilinogen urine Normal
Bilirubin urine Positif (+)
OBSERVASI
TGL HIS BJA(x/mnt)
T(mmHg)
N (x/mnt)
R(x.mnt)
Ket
01/0718.00
04/0712.20
16.45
-
-
-
158
152
148
160/110
140/100
140/90
100
80
80
20
24
24
- Dopamet 3 x 500 mg- Nifedipine 3 x 20 mg- Pemasangan kateter
urin- 4 gram (20 cc MgSO4
20 %) dalam 100 cc RL- Obs KU, BJA, T, N, R- 10 gram ( 50 cc MgSO4
20 % ) dalam 500 cc RL
- Dopamet 1x250mg- PD : v/v : t.a.k,
Portio :tebal,lunak,ᴓ: - , Bawah: kepala st.0
- Misoprostol ke-1 ¼ /fornix
- Dilakukan vagina higine
- PD : v/v : t.a.k, Portio: tebal,lunak, ᴓ: 1 jari longgar, bawah: kepala st.0
- Misoprostol ke-2 ¼ /fornix posterior
9
22.15 - 152 130/90 80 24- Terpasang metrolisa 80
cc dengan beban 500cc
Diagnosa : G1P0A0 parturient aterm kala 1 fase aktif dengan PEB + IUGR
Terapi : R/ partus spontan
Observasi KU, his, BJA, Tanda vital
7. LAPORAN PERSALINAN
Tanggal persalinan : 5 Juli 2013
- Jam 00.15 WIB ibu ingin mengedan pada pemeriksaan dalam vulva dan vagina
tidak ada kelainan, portio tak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-), kepala station +2
partus di pimpin.
- Jam 00.25 WIB Bayi lahir spontan, LBK, tidak segera menangis, muka diusap,
dibersihkan, lendir dari mulut dan hidung dihisap, tali pusat diklem kemudian dipotong.
Selanjutnya bayi di rawat di R. Perinatologi:
Jenis kelamin : perempuan Kel : t.a.k
BB : 1250 gram Anus : ( + )
PB : 37 cm No peneng : 5100
A - S : 2 – 4
Ibu disuntikkan oxytocin 10 IU / im, kandung kemih dikosongkan.
- Jam 00.30 WIB Plasenta lahir spontan, kesan tidak lengkap,dengan B + 400 gram
keadaan umum ibu post partum baik.
Ibu disuntikan 1 amp pospargin 4 tab cytostole.
TFU 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Perdarahan + 150 cc
Perineum hecting
DIAGNOSIS AKHIR : P1A0 partus maturus spontan dengan augmentasi + PEB + IUGR
10
PEMANTAUAN KALA IV
Jam KU T N R S TFU Kontraksi Perdarahan
00.45 CM 130/70 84 24 36,2 2 jari di bawah
pusat
Baik 30 cc
TERAPI POST PARTUM:
- Cefadroxyl 2x500 mg PO
- Asam Mefenamat 3x500 mg PO
- SF 1 x 1 PO
FOLLOW UP POST PARTUM
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
05-07-2013
06-07-2013
-
-
KU : CM
T : 140/90 mmHg
N : 80 x/menit
R : 24 x/menit
S : 36,1º C
Mata : Ca -/- SI -/-
ASI : -/-
Abd: datar lembut,
TFU:2 jari bawah pusat,
NT: -
Bak/Bab : +/-
Perdarahan: -
Eks : Edema +/+, akral
hangat
KU : CM
T : 140/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,1º C
Mata : Ca -/- SI -/-
P1A0 partus
maturus dengan
augmentasi drip
oxytocin + PEB
+ IUGR + susp
sisa plasenta
P1A0 partus
maturus dengan
augmentasi drip
oxytocin + PEB +
IUGR
D/
USG
Cek Hematologi (ulang)
Cek Urin Rutin
T/
Dopamet 3x500gr
Nifedipin 3x1
Cepadroxil 2 x 500mg
Asam Mefenamat 3x1 po
SF 1x1
D/
Cek Urin Rutin
Jika protein urin +/-
pasien BLPL
T/
Cepadroxil 2 x 500mg
11
07-7-2013_
ASI : -/-
Abd: datar lembut,
TFU:2 jari bawah pusat,
NT: -
Bak/Bab : +/-
Perdarahan: -
Eks : Edema -/-, akral
hangat
KU : CM
T : 100/60 mmHg
N : 72 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,1º C
Mata : Ca -/- SI -/-
ASI : -/-
Abd: datar lembut,
TFU:2 jari bawah pusat,
NT: -
Bak/Bab : +/+
Perdarahan: -
Eks : Edema -/-, akral
hangat
P1A0 partus
maturus dengan
augmentasi drip
oxytocin + PEB +
IUGR
Asam Mefenamat 3x1 po
SF 1x1
Dopamet 3x500gr
D/
BLPL
T/
Cepadroxil 2 x 500mg
Asam Mefenamat 3x1 po
SF 1x1
HASIL LABORATORIUM POST PARTUM
Tanggal : 5 Juli 2013
USG
Hasil : Kesan cavum uteri bersih
Tanggal : 6 Juli 2013
Urin Rutin
Berat jenis urine 1.090
pH urine 6.0
Nitrit urine Positif (+)
Protein urine Positif (+++)
12
Glukosa urine Negatif
Keton urine Positif (+)
Urobilinogen urine Normal
Bilirubin urine Negatif
Tanggal : 7 Juli 2009
Urin Rutin
Berat jenis urine 1.025
pH urine 6.0
Nitrit urine Negatif
Protein urine Positif (+)
Glukosa urine Negatif
Keton urine Negatif
Urobilinogen urine Normal
Bilirubin urine Negatif
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis dan prosedur diagnostik pasien pada kasus ini sudah benar?
2. Apakah penyebab preeklampsi berat pada pasien ini?
3. Mengapa bayi pada kasus ini mengalami pertumbuhan janin terhambat ?
4. Apakah prosedur penatalaksanaan pasien pada kasus ini sudah benar?
5. Bagaimana prognosis pasien pada kasus ini?
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosis dan prosedur diagnostik pada pasien ini sudah benar?
A. PREEKLAMSI BERAT
Preeklamsi merupakan sindroma spesifik dalam kehamilan akibat berkurangnya
perfusi organ sekunder terhadap vasospasme dan aktivasi endothelial. Proteinuria
merupakan tanda penting pada preeklamsi. Proteinuria > 300 mg/24 jam atau persistent
13
30 mg/dl (+1 dipstick) pada urin random. Proteinuria +2 atau lebih atau protein dalam
urin 24 jam 2 gr atau lebih adalah preeklamsi berat, dimana filtrasi glomerulus
terganggu dan kreatinin meningkat.
Etiologi dan faktor predisposisi
Preeklamsi berdampak pada 5-10% kehamilan dan bertanggung jawab secara
nyata pada angka kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Hingga saat ini
diyakini bahwa teori 2 tingkat preekalmsi sebagai etiopatogenesis dengan inisiasi
pencetusnya adalah plasenta, dimulai dengan tidak adanya gejala pada maternal yang
diikuti dengan sekumpulan karakteristik gejala berupa hipertensi, proteinuri dan
disfungsi endotel. Tingkat pertama dinyatakan sebagai invasi sitotrofoblas pada arteri
spiralis maternal yang menimbulkan insufiensi plasenta. Kelainan pada plasenta
mengakibatkan lepasnya factor-faktor soluble angiogenic yang menginduksi disfungsi
endotelial sistemik dan gambaran preeklamsi secara klinik selama tingkat kedua
perkembangan penyakit ini.
Penyebab kelainan ini tetap belum dimengerti. Preeklamsi sendiri adalah unik
pada kehamilan, tetapi dapat terjadi bahkan dengan tidak adanya janin dan akan
menghilang dengan diakhirinya kehamilan dan pengeluaran plasenta, dan hal ini
nampaknya berhubungan dengan patologi plasenta.
Preeklamsi merupakan kelainan spesifik pada kehamilan manusia yang
mempunyai dampak pada ibu (melalui disfungsi vaskuler) dan janin (intrauterine
growth restriction-pertumbuhan janin terhambat). Insiden preeklamsi berkisar antara
5% hingga 10% kehamilan, dan hal ini terbukti tidak mengalami perubahan berarti
selama abad terakhir ini. Preeklamsi mempunyai karakteristik berupa vasospasme,
peningkatan resistensi vaskuler perifer dan menimbulkan penurunan perfusi organ.
Sindroma yang ditimbulkannya polimorfik yang dapat berdampak pada setiap sistim
organ. Preeklamsi didiagnosa dengan timbulnya hipertensi, yang dalam keadaan normal
≤ 140/90 mmHg, proteinuri yang nyata dan menghilangnya tanda-tanda ini setelah
persalinan. Eklamsi adalah timbulnya kejang pada penderita preeklamsi yang tidak
disebabkan oleh penyebab lain. Bahkan tanpa berkembangnya menjadi eklamsi,
sindroma memberikan risiko yang cukup bermakna bai ibu dan bayi. Preeklamsi
merupakan penyebab utma kematian maternal di Negara berkembang dan berhubungan
dengan lima kali peningkatan mortalitas perinatal. Bagaimanapun terdapat bukti yang
nyata bahwa faktor feto-plasental dan maternal berkaitan dengan timbulnya disfungsi
sel endotelial dan manifestasi kliniknya,
Karakteristik preeklamsi adalah dengan ditemukannya hipertensi dan proteinuri
14
setelah kehamilan 20 minggu. Preeklamsi juga sering berhubungan dengan edema dan
hiperurisemia dan pada umumnya hal ini akan mengalami remisi dengan dilahirkannya
plasenta. Plasenta pada preeklamsi sering abnormal, dengan bukti adanya hipoperfusi
dan iskemik. Disfungsi endotel vaskuler dan mikroangiopati tampak pada maternal,
tetapi tidak pada janin. Komplikasi yang berat dari preeklamsi termasuk gagal ginjal
akut, edema serebral, perdarahan serebral, kejang (eklamsi), edema paru,
trombositopenia, anemia hemolitik, koagulopati dan kerusakan hepar-termasuk HELLP,
suatu kumpulan gejala berupa Hemolysis, Elevated liver enzymes, dan Low Platelet .
Jika ada ancaman terjadinya preekalmsi yang memungkinkan terjadinya komplikasi
berat pada ibu, persalinan segera janin dan plasenta sering dilakukan untuk
memperbaiki kesehatan ibu.
Akhir-akhir ini diyakini bahwa perubahan patologi yang paling awal pada
preeklampsi terjadi pada sirkulasi uteroplasenter sebagai akibat insufisiensi atau
iskemik plasenta, yang dipertimbangkan sebagai tingkat pertama dari kelainan ini. Pada
tingkat kedua, kelainan jaringan plasenta (iskemik plasenta) mengeluarkan factor-faktor
angiogenik ke dalam sirkulasi yang menyebabkan kerusakan sel endotel pada ibu dan
menimbulkan kumpulan gejala preeklamsi. Patologi preeklamsi saat ini digambarkan
dengan ditemukannnya bukti bahwa adanya ketidakseimbangan faktor-faktor
angiogenik dalam sirkulasi dan interaksinya dengan struktur vaskuler ibu yang
bertanggung jawab pada gambaran klinik preeklamsi.
Pengertian tentang etiologi dan patogenesis preeklamsi merupkan unsur utama
pengertian tentang gambaran klinisnya. Patofisiologi terjadinya suatu penyakit terus
berkembang seiring dengan berbagai temuan penelitian. Ditemukan banyak teori yang
mencoba menerangkan penyebab preeklamsi, akan tetapi tidak ada yang dapat
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori terjadinya preeklamsi berkaitan erat
dengan : 1. Terpapar vili korialis untuk pertama kalinya.
2. Terpapar vili korialis yang terdapat dengan jumlah yang sangat berlimpah
3. Mempunyai riwayat penyakit vaskuler, atau
4. Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam kehamilan.
Dekker dan Sibai (1998) mengajukan hipotesis tentang etiologi preeklamsi, yaitu:
1. Iskemia Plasenta
Peningkatan deportasi trofoblas, sebagai konsekuensi iskemik plasenta, dapat
berdampak pada disfungsi sel endothelial. Dalam publikasi terbaru dari peneliti-
peneliti Oxford menggambarkan bahwa plasentasi yang kurang baik
15
dipertimbangkan sebagai mekanisme patologis yang terpisah, bukan sebagai
penyebab terjadinya preeklamsi tetapi lebih pada sebagai faktor predisposisi.
2. Model penyakit hiperdinamik
Menurut teori ini, awal kehamilan, penderita preeklamsi mengalami pengingkatan
cardiac output dengan vasodilatasi sebagai kompensasi. Dilatasi sistemik arteriole
terminal dan arteriole afferent ginjal akan mempengaruhi capillary beds terhadap
tekanan sistemik dan peningkatan aliran, yang akan menimbulkan kerusakan sel
endotel sebagai karakteristik dari keruskan yang tampak pada preeklamsi.
3. Immunologic response
Interaksi antara leukosit desidua dan invasi sel sitotrofoblas adalah penting bagi
invasi trofoblas normal perkembangannya. Maladaptasi imun dapat menyebabkan
invasi yang dangkal arteri spralis oleh sitotrofoblas endovaskuler dan disfungsi sel
endotel yang dimediasi oleh peningkatan pelepasan desidua dari sitokin Th1, enzim
proteolitik dan spesies radikal bebas. Ketidakmampuan antibodi ibu untuk
merespon allograft (pemindahan jaringan individu berbeda genotipe) dari fetus
menghasilkan kerusakan pembuluh darah dari kampleks sistem imun. Teori ini
didukung oleh adanya peningkatan prevalensi penyakit pada kehamilan dengan
expose antigen pertama kali (nullipara muda) dam pada situasi dengan antigen fetus
yang berlebihan (gemelli, molar pregnancy, hydrops fetalis, dan diabetes dengan
plasenta yang lebar)
4. Hipotesa konflik genetika
Genom ibu dan janin berjalan dalam aturan yang berbeda selama perkembangan-
nya. Turunan paternal, disbanding ibu, lebih merupakan cetak biru bagi
perekembangan trofoblas normal. Dengan demikian pada preeklamsi timbul adanya
konflik genetic atau adanya ketidakmampuan ibu untuk menerima konflik genetic
atau adanya ketidakmampuan ibu untuk menerima konflik genetik secara fisiologis.
5. Endothelial cell injury
Kerusakan primer pada sel-sel endotel menyebabkan penurunan produksi
prostacyclin yang berpotensi sebagai vasodilator dan peningkatan produksi
thromboxane A2 yang relatif sebagai vasokonstriktor.
6. Circulating toxins
16
Substansi-substansi vasokonstriktor dilaporkan juga dapat dihasilkan oleh darah,
cairan amnion, dan plasenta pada wanita dengan preeklampsi.
7. Endogenous vasoconstrictors
Peningkatan sensitivitas terhadap vasopresin, epinephrine, dan norepinephrine
juga telah dilaporkan, serta hilangnya resistensi terhadap angiotensin II pada
trimester ketiga.
8. Primary disseminated intravascular coagulation
Pembentukan dan deposisi thrombin pada pembuluh darah kecil menyebabkan
kerusakan penbuluh darah terutama pada ginjal dan plasenta.
Diagnosis
Bila didapatkan satu atau lebih gejala di bawah ini preeklamsi digolongkan berat yaitu
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg.
2. Proteinuri > 2 g/24 jam atau > 2 + dalam pemeriksaan kualitatif (dipstick)
3. Kreatinin serum > 1,2 mg% disertai oliguri (< 400 ml/ 24 jam)
4. Trombosit < 100.000/mm3
5. Angiolisis mikroangiopati (peningkatan kadar LDH)
6. Peninggian kadar enzim hati (SGOT dan SGPT)
7. Sakit kepala yang menetap atau gangguan visus dan serebral
8. Nyeri epigastrium yang menetap
9. Pertumbuhan janin terhambat
10. Edema paru disertai sianosis
11. Adanya “HELLP Syndrome” (H : Hemolysis; EL : Elevated liver enzymes LP : low
platelet count)
17
Gambar 2. Kriteria diagnosis preeclampsia
Pembahasan
Pasien di diagnosis G1P0A0 gravida 34-35 minggu + preeklampsi berat + IUGR
Diagnosa :
G1P0A0 : Didapatkan dari anamnesa pasien merupakan kehamilan yang ke 1 dan
belum pernah melahirkan atau keguguran sebelumnya.
Gravida : Pada pasien ini menurut anamnesa pasien belum merasakan mules-mules
yang semakin sering dan bertambah kuat.
Praterm (34-35 minggu) : Dilakukan perhitungan berdasarkan HPHT pada pasien ini
didapatkan 22 Oktobert 2013, maka menurut perhitungan Naegle usia kehamilan pada
ibu ini adalah 34-35 minggu maka usia kehamilan pada pasien ini belum cukup bulan
(praterm)
Preeklampsi berat : Preeklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Preeklampsi bisa dibagi dalam dua derajat yaitu preeklampsi ringan dan preeklampsi
berat (PEB). Pasien ini didiagnosa sebagai preeklampsi berat karena di dapatkan
tekanan darah 160/110 mmHg dan pada pemeriksaan urin di dapatkan proteinuria 3+.
Berdasarkan kriteria tersebut pasien ini termasuk dalam preeklampsi berat.
18
IUGR : Intrauterin growth retraction atau pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah
pertumbuhan intrauterin dimana beratnya dibawah persentil ke-10 pada usia gestasi
yang sesuai. Cara yang paling umum digunakan dalam menentukan pertumbuhan janin
adalah dengan memperkirakan berat massa janin pada usia kehamilan tertentu. Pada
pasien ini di usia gestasi ke 34-35 minggu hanya memiliki tinggi fundus uteri 22 cm.
Hal ini tidak sesuai dengan umur kehamilan pasien.
2. Apa penyebab preeklampsia berat pada pasien ini?
Banyak faktor yang telah ditemukan berhubungan dengan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Kebanyakan faktor tersebut termasuk dalam faktor predisposisi, sedangkan
sebagian lagi seperti penambahan berat badan dan edema lebih cenderung merupakan akibat
dari hipertensi dalam kehamilan Penyebab pasti dari preeklamsia belum diketahui. Meskipun
demikian penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita hamil yang:
- Primigravida
- Hiperplasentosis, yaitu pada hamil kembar, anak besar, mola hidatidosa, dan hydrops
fetalis
- Mempunyai dasar penyakit vaskuler, hipertensi atau diabetes melitus
- Mempunyai riwayat preeklampsi /eklampsi dalam keluarganya.
Gambar 3. Faktor resiko preeklampsi
19
Pembahasan
Pada pasien ini preeklampsi berat dapat terjadi akibat primigravida sehingga
kemungkinan terjadinya preeklampsi berat lebih besar sebagai bentuk gestosis lanjut.
3. Apakah bayi pada kasus ini mengalami pertumbuhan janin terhambat ?
Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah pertumbuhan intrauterin dimana beratnya
dibawah persentil ke-10 pada usia gestasi yang sesuai, dijumpai 3-7% dari semua persalinan
sesuai dengan kriteria diagnostik.
Insiden
Kejadian pertumbuhan janin terhambat (PJT) bervariasi antara 3 sampai 10%, tergantung
pada populasi, geografi dan definisi yang digunakan. Sekitar dua pertiga PJT berasal dari
kelompok kehamilan risiko tinggi (seperti hipertensi, perdarahan antepartum, penderita
penyakit jantung atau ginjal, kehamilan multiple,dan lain-lain ), sedangkan sepertiga lainnya
berasal dari kelompok kehamilan yang tidak diketahui mempunyai risiko. Angka mortalitas
perinatal akibat PJT meningkat 3-8 kali dibandingkan bayi berat lahir normal. Sekitar 26%
kejadian lahir mati ternyata ada kaitannya dengan PJT. Pertumbuhan janin terhambat juga
disertai morbiditas perinatal yang tinggi, terutama menyangkut masalah perkembangan
neurologik dan mental. Sebagian kelainan yang diakibatkan PJT bersifat permanen.
Sekitar 70% kematian akibat PJT dapat dicegah apabila kelainan tersebut dapat dikenali
sebelum usia kehamilan 34 minggu. Cara-cara permeriksaan klinis untuk mendeteksi PJT
(misalnya pengukuran tinggi fundus uteri, taksiran berat janin.) seringkali hasilnya kurang
akurat, terutama pada pasien yang gemuk, kelainan letak janin, dan pada jumlah cairan
amnion yang abnormal..
Gangguan pertumbuhan janin simetris dan asimetris
Gruenwald mengelompokkan gangguan pertumbuhan janin yang simetris pada umumnya
diartikan terjadi karena ada gangguan pada fase pertumbuhan yang dini yaitu pada trimester
pertama atau pada awal trimester kedua, dan pertumbuhan pada masa ini didominasi oleh
hiperplasia sel. Keadaan ini menyebabkan bayi yang lahir adalah kecil, tetapi tetap
memberikan gambaran simetris, yaitu penurunan ukuran dari kepala, ekstrimitas dan tubuh
bayi. Keadaan ini biasanya didapatkan pada abnormalitas kromosom, kerusakan struktur
20
siecara kongenital, infeksi serta obat-obatan.
Gangguan pertumbuhan janin yang asimetris diartikan kecepatan pertumbuhan dari tubuh
janin lebih lambat dibanding organ lain. Hal ini akibat lambatnya pertumbuhan hati janin
dan penurunan lemak subkutan dan keadaan ini terutama terjadi pada trimester ketiga.
Keadaan ini ditemukan pada penyakit-penyakit ibu, abnormalitas plasenta dan anomali
uterus.
Diagnosis
Pada saat PNC skrining terhadap kemungkinan adanya PJT bisa dilakukan dengan
melakukan secara rutin penilaian pertambahan berat badan ibu serta pengukuran tinggi
fundus uteri. Penurunan tinggi fundus uteri biasanya disertai dengan kejadian PJT pada
kebanyakan ibu hamil.
Ada beberapa faktor risiko untuk terjadinya PJT antara lain ; penurunan tinggi fundus
uteri, riwayat persalinan yang lalu dengan bayi kecil, perokok, pertambahan berat badan ibu
yang kurang, ibu dengan berat badan rendah sebelum hamil dan ibu hamil yang tidak
melakukan PNC. Pada ibu-ibu dengan faktor risiko seperti tersebut diatas sebaiknya segera
dilakukan pemeriksaan USG untuk mengevaluasi ada tidaknya gangguan pertumbuhan
janin.
Banyak penulis menggunakan cut off point 10 persentil sebagai batasan dalam
menyatakan PJT. Penulis lainnya mengambil batasan 5 persentil, bahkan ada juga yang
menggunakan batasan 2 deviasi standar. Banyak dijumpai bayi-bayi yang lahir dengan berat
di bawah 10 persentil tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi, sebaliknya banyak bayi-
bayi yang lahir dengan berat di atas 10 persentil menunjukkan tanda-tanda malnutrisi yang
jelas. Penulis lainnya menyatakan bahwa definisi PJT merupakan definisi postnatal, oleh
karena diagnosis pasti PJT baru diketahui setelah bayi dilahirkan.
21
Gambar 4. Gestation and birthweight
Memang hingga kini belum ditemukan suatu cara yang dapat menentukan berat janin
secara akurat. Namun banyak penelitian telah membuktikan bahwa dengan mengenali secara
dini adanya gangguan pertumbuhan janin intrauterin, maka mortalitas dan morbiditas
perinatal akibat PJT akan dapat dikurangi.
Cara yang paling umum digunakan dalam menentukan pertumbuhan janin adalah dengan
memperkirakan berat massa janin pada usia kehamilan tertentu. Disini dianggap bahwa usia
kehamilan sudah diketahui dengan tepat. Dugaan adanya PJT adalah apabila pada usia
kehamilan tertentu berat janin yang diobservasi ternyata lebih kecil dari berat janin yang
diharapkan pada nomogram.
Berdasarkan hal di atas, maka diciptakan berbagai macam bentuk formula yang
menggunakan parameter biometri janin tertentu untuk menghitung berat janin intrauterin.
Formula tersebut dibuat berdasarkan penelitian pada populasi kecil yang distribusi
sampelnya tidak adekuat, dan tidak mempertimbangkan usia kehamilan. Interval waktu
antara saat pengukuran dan saat persalinan seringkali juga kurang dipertimbangkan. Hal ini
22
akan berpengaruh terhadap tingkat kesalahan penghitungan. Kenyataannya adalah, hingga
saat ini belum ada formula perhitungan berat janin yang dianggap akurat dan dapat berlaku
pada berbagai usia kehamilan.
Adapun penentuan usia kehamilan berdasarkan pemeriksaan USG didasarkan pada
hubungan antara usia kehamilan dan ukuran biometri janin. Yang paling ideal adalah bahwa
setiap populasi mempunyai nomogram sendiri yang dapat digunakan untuk menentukan usia
kehamilan dengan USG. Beberapa prinsip yang perlu difahami di dalam penentuan usia
kehamilan melalui pemeriksaan USG adalah :
1. Ketepatan prakiraan usia kehamilan berbanding terbalik dengan usia janin. Laju
pertumbuhan janin selama kehamilan tidak berjalan konstan, yaitu berlangsung cepat
pada awal masa kehamilan, kemudian semakin melambat dengan bertambahnya usia
kehamilan. Semakin cepat pertumbuhan janin, berarti semakin besar pula pertumbuhan
parameter biometri janin per satuan waktu (variabilitasnya semakin kecil), dan
sebaliknya.
2. Cara optimal dalam penentuan usia kehamilan berdasarkan pengukuran biometri janin
bervariasi menurut usia kehamilan. Pada kehamilan 4-6 minggu, parameter yang dipakai
untuk menentukan usia kehamilan adalah diameter kantung gestasi. Pada kehamilan 7-
12 minggu parameter yang dipakai adalah jarak kepala bokong (crown-rump length;
CRL), dengan kesalahan sekitar 3-4 hari. Pada kehamilan 12-20 minggu parameter yang
dipakai adalah diameter biparietal (DBP) dengan kesalahan sekitar 7 hari. Pada
kehamilan trimester II dan III penentuan usia kehamilan dapat juga dilakukan dengan
menggunakan parameter biometri lainnya, seperti lingkar kepala, femur, humerus, jarak
biorbita, dan sebagainya.
23
Gambar 5. Taksiran berat janin berdasarkan BPD dan AC dan BPD dengan FL pada
hamil kembar berdasarkan usia gestasi.
PEMBAHASAN
Pada kasus ini seharusnya di diagnosa akhir sebagai kecil masa kehamilan atau yang
biasa disebut pertumbuhan janin terhambat atau intra uterine growth retardation (IUGR).
Pertumbuhan janin terhambat yang terjadi pada pasien ini ditandai dengan berat badan bayi
saat lahir yaitu 1250 gram pada usia kehamilan 34-35 minggu. Dimana seharusnya pada usia
gestasi 34-35 minggu berat badan bayi yaitu ≥ 2000 gram sesuai dengan grafik estimated
fetal weight. Hal ini sesuai dengan definisi pertumbuhan janin terhambat dimana berat badan
bayi berada di bawah persentil ke-10 pada usia gestasi yang sesuai. Pertumbuhan janin
terhambat atau yang disebut dengan kecil masa kehamilan pada kasus ini dia akibatkan
karena faktor maternal yaitu preeklampsi berat. Preeklampsi berat dapat menyebabkan
iskemik plasenta yang pada akhirnya mengganggu aliran uteroplasenta sehingga aliran
nutrisi untuk janin berkurang.
4. Apakah prosedur penatalaksanaan pasien pada kasus ini sudah benar?
Penatalaksanaan preeklampsi berat dapat dilakukan rawat bersama dengan bagian yang
terkait (Penyakit Dalam, Penyakit Saraf, Mata, Anestesi,dll). Pengelolaan tergantung dari
usia kehamilan apakah akan dilakukan perawatan aktif maupun konservatif.
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan dasar
24
sebagai berikut :
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya : yaitu terapi medikamentosa dengan
pemberian obat2an untuk penyulitnya
b. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya yang tergantung pada
umur kehamilan. Sikap terhadap kehamilannya dibagi 2, yaitu :
- Ekspektatif ; konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya : kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa
Tujuan :
• Mempertahankan kehamilan, sehingga mencapai umur kehamilan yang memenuhi
syarat janin dapat dilahirkan
• Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi keselamatan ibu
Indikasi
• Kehamilan 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda dan gejala-gejala impending
eklamsi.
Terapi Medikamentosa :
• Lihat terapi medikamentosa seperti di bawah : no. VI. 5.a
• Bila penderita sudah kembali menjadi preeklamsi ringan, maka masih dirawat 2-3
hari lagi, baru diizinkan pulang.
• Pemberian MgSO4 sama seperti pemberian MgSO4 seperti tersebut di atas nomor
VI. 5.a Tabel 3, hanya tidak diberikan loading dose intravena, tetapi cukup
intramuskuler
• Pemberian glukokortikoid diberikan pada umur kehamilan 32-34 minggu selama 48
jam.
Perawatan di Rumah Sakit.
• Pemeriksaan dan monitoring tiap hari terhadap gejala klinik sebagai berikut : Nyeri
kepala, Penglihatan kabur, Nyeri perut kuadran kanan atas, Nyeri epigastrium dan
Kenaikan berat badan dengan cepat
• Menimbang berat badan pada waktu masuk Rumah Sakit dan diikuti tiap hari.
• Mengukur proteinuria ketika masuk Rumah Sakit dan diulangi tiap 2 hari.
• Pengukuran desakan darah sesuai standar yang telah ditentukan.
• Pemeriksaan laboratorium sesuai ketentuan di atas nomor V. C Tabel 2
25
• Pemeriksaan USG sesuai standar di atas, khususnya pemeriksaan : Ukuran
biometrik janin dan Volume air ketuban
Penderita boleh dipulangkan
• Bila penderita telah bebas dari gejala-gejala preeklamsi berat, masih tetap dirawat 3
hari lagi baru diizinkan pulang.
Cara persalinan
• Bila penderita tidak inpartu, kehamilan dipertahankan sampai kehamilan aterm
• Bila penderita inpartu, perjalanan persalinan diikuti seperti lazimnya (misalnya
dengan grafik Friedman)
• Bila penderita inpartu, maka persalinan diutamakan pervaginam, kecuali bila ada
indikasi untuk seksio sesaria.
- Aktif, agresif ; bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya kehamilan dikahiri setelah
mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
• Tujuan : Terminasi kehamilan
• Indikasi
Indikasi Ibu :
1. Kegagalan terapi medikamentosa : Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan
medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang persisten dan atau setelah 24 jam
sejak dimulainya pengobatan medikamentosa terjadi kenaikan darah desakan
darah yang persisten.
2. Tanda dan gejala impending eklamsi
3. Gangguan fungsi hepar
4. Gangguan fungsi ginjal
5. Dicurigai terjadi solution placenta
6. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, pendarahan.
Indikasi Janin :
1. Umur kehamilan ≥ 37 minggu
2. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG
3. NST nonreaktiv dan profil biofisik abnormal
4. Timbulnya oligohidramnion
Indikasi Laboratorium :
26
1. Thrombositopenia progesif, yang menjurus ke sindroma HELLP
• Terapi Medikamentosa : Lihat terapi medikamentosa di bawah : nomor VI. 5.a.
• Cara Persalinan
Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam
• Penderita belum inpartu
1. Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop ≥ 8
Bila perlu dilakukan pematngan serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan
harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi persalinan
dianggap gagal, dan harus disusul dengan seksio sesarea
2. Indikasi seksio sesarea:
- Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam
- Induksi persalinan gagal
- Terjadi gawat janin
- Bila umur kehamilan < 33 minggu
3. Bila penderita sudah inpartu
- Perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman
- Memperpendek kala II
4. Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan gawat janin
5. Primigravida direkomendasikan pembedahan cesar
6. Anestesia : regional anestesia, epidural anestesia. Tidak diajurkan anesthesia
umum
7. Penyulit ibu
- Sistem syaraf pusat
Perdarahan intrakranial
Trombosis vena sentral
Hipertensi ensefalopati
Edema serebri
Edema retina
Macular atau retina detachment
Kebutaan korteks retina
- Gastrointestinal-hepatik
27
Subkapsular hematoma hepar
Ruptur kapsul hepar
- Ginjal
Gagal ginjal akut
Nekrosis tubular akut
- Hematologik
DIC
Trombositopeni
- Kardiopulmoner
Edema paru : kardiogenik atau non kardiogenik
Depresi atau gagal pernafasan
Gagal jantung
Iskemi miokardium
- Lain-lain
Asites
c. Pemberian terapi medikamentosa
- Segera masuk rumah sakit
- Tirah baring miring ke kiri secara intermiten
- Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%
- Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
- Pemberian MgSO4 dibagi : Loading dose (initial dose) : dosis awaln dan Maintenance
dose : dosis lanjutan
Sumber Regimen Loading dose Maintenance dose Dihentikan1. Prich
ard, 1955 1957
Preeklamsi
Eklamsi
Intermitent intramuscularinjection
10 g IM
1)1g/menit
2)Kuadran atas sisi luar kedua bokong
5g 50% tiap 4-6 jamBergantian salah satu bokong
5g 50% tiap 4-6 jamBergantian salah satu bokong
24 jam pasca persalinan
28
- 5g IM bokong kanan- 5g IM bokong kiri
3)mllidocaine
4)terjadi Setelah 15 menit, beri : 2g
20% IV : 1 g/menit Obese : 4g iv
Pakailah jarum 3-inci, 20
gauge
(10 g MgSO4 IM dalam 2-3 jam dicapai kadar plasma3, 5-6 mEq/l
2. Zuspan, 1966
Preeklamsi berat
Eklamsi
Continous IntravenousInjection
Tidak ada
4-6 g IV / 5-10 minute
1 g/jam IV
1 g/jam IV
3. Sibai, 1984
Preeklamsi – eklamsi
Continous IntravenousInjection
4-6 g 20% IV dilarutkan dalam100 ml/D5 / 15-20 menit
1) Dimulai 2g/jam IV dalam 10g 1000 cc D5 ; 100 cc/jam2) Ukur kadar Mg setiap 4-6 jam3) Tetesan infus disesuaikan untuk mencapai maintain dose 4-6 mEq/l(4,8-9,6 mg/dL)
24 jam pascasalin
4. Magpie
TrialColaborativeGroup, 2002
Sama dengan Pritchard regimen
1) 4g 50% dilarutkan dalam normalSaline IV / 10-15 menit2) 10 g 50% IM:
- 5g IM bokong
1) 1g/jam/IV dalam 24 jam atau2) 5g IM/4 jam dalam 24 jam
29
35
kanan- 5g IM bokong kiri
Syarat pemberian MgSO4. 7H2O 1. Refleks patella normal2. Respirasi > 16 menit3. Produksi urine dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc ; 0,5 cc/kg BB/jam4. Siapkan ampul Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc
AntidotumBila timbul gejala dan tanda intoksikasi MgSO4. 7H2O , maka diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc dalam 3 menit
Refrakter terhadap MgSO4. 7H2O, dapat diberikan salah satu regimen dibawah ini :1. 100 mg IV sodium thiopental2. 10 mg IV diazepam3. 250 mg IV sodium amobarbital4. phenytoin : a. dosis awal 1000 mg IV
a. 16,7 mg/menit/1 jama. 500 g oral setelah 10 jam dosis awal dalam 14 jam
d. Anti hipertensi
Diberikan : bila tensi ≥ 180/110 atau MAP ≥ 126
Jenis obat : Nifedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam.
- Nifedipine tidak dibenarkan diberikan dibawah mukosa lidah (sub lingual) karena
absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makanan. Desakan darah
diturunkan secara bertahap :
• Penurunan awal 25% dari desakan sistolik
• Desakan darah diturunkan mencapai :
• - < 160/105
• - MAP < 125
- Nicardipine-HCl : 10 mg dalam 100 atau 250 cc NaCl/RL diberikan secara IV
selama 5 menit, bila gagal dalam 1 jam dapat diulang dengan dosis 12,5 mg selama 5
menit. Bila masih gagal dalam 1 jam, bisa diulangi sekali lagi dengan dosis 15 mg
selama 5 menit
30
- Diuretikum
Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena :
• Memperberat penurunan perfusi plasenta
• Memperberat hipovolemia
• Meningkatkan hemokonsentrasi
Diuretikum yang diberikan hanya atas indikasi :
• Edema paru
• Payah jantung kongestif
• Edema anasarka
e. Diet
Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih
5. Bagaimana prognosis pasien pada kasus ini?
Prognosa pada pasien ini adalah
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam :
- Untuk fungsi menstruasi dan kehamilan adalah ad bonam, karena tidak terdapat
gangguan pada endometrium ataupun hormon kehamilan
- Untuk fungsi kehamilan adalah ad bonam
- Fungsi seksual adalah ad bonam karena tidak ada intervensi pada genetalia eksterna.
DAFTAR PUSTAKA
31
1. Keith LG, Lopez-Zeno JA, Luke B. Twin Gestation In : Sciarra JJ ed, Gynecology and
Obstetri, vol 2, rev ed, Philadelphia, JB. Lippincott Company. 1995; 75:1-14
2. Pernoll ML, Benson RC. Multiple Pregnancy, In Decheney & Pernoll eds. Current
Obstetric & Gynecology diagnosis & treatment. 9th ed. Connecticut, Appleton & Lange,
2003; 315-325.
3. Sastrawinata, S.Martaadisoebrata,J.Wirakusumah,FW et al. Obstetri Patologi ed 2.
Bandung, bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unpad- RSUP Dr. Hasan
Sadikin.2005
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, Gilstrap L.C, Houth J.C, Wenstrom K.D.
Multifetal gestation in William Obstetrics. 22nd ed.London: McGraw-Hill,2005: 911-945.
5. Lin CC, Evans MI. Intrauterine growth retardation and pathophysiology and clinical
management. New York: McGraw-Hill, 1984
6. Manning FA, Hohler C. Intrauterine growth retardation: Diagnosis, prognostication and
management based on ultrasound method. In: Fleischer AC, et al. The principles and
practice of Itrasonography in obstetrics and gynecology. 4 th ed. London: Prentice-Hall
Int, 1991: 161
7. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, Gilstrap L.C, Houth J.C, Wenstrom K.D.
Hypertensive Disorders in Pregnancy. In William Obstetrics 22nd ed.London: McGraw-
Hill,2005: 761-808.
8. Report of the Working Group on Research on Hypertension During Pregnancy (2001).
National Heart, Lung and Blood Institute. Accessed On january, 6nd 2012. Available
at :http://www.nhlbi.nih.gov/resources/hyperten_preg/index.html
9. Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy (2000). National High Blood Pressure Education
Program. Accessed On January , 6nd 2012, Available at
http://www.nhlbi.nih.gov/health/prof/heart/hbp/hbp_preg.pdf
32