48
LAPORAN KASUS MENINGITIS TUBERKULOSA Disusun oleh: Ngakan Putu Wiga Kusuma Wibawa 030.08.175 Dokter Pembimbing: dr.Meidy D Pasumoh , Sp.A Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Otorita Batam Periode 15 juli 2013 – 18 september 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti 1

Case Meningitis Dr.meidy Blom Jadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cc

Citation preview

LAPORAN KASUS

MENINGITIS TUBERKULOSA

Disusun oleh:

Ngakan Putu Wiga Kusuma Wibawa

030.08.175

Dokter Pembimbing:

dr.Meidy D Pasumoh , Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

Rumah Sakit Otorita Batam

Periode 15 juli 2013 – 18 september 2013

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

1

LEMBAR PENGESAHAN

Nama: Ngakan Putu Wiga Kusuma Wibawa

NIM: 030.08.175

Judul Laporan Kasus: Meningitis tuberkulosa

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing pada:

Hari..................Tanggal..............................

Batam, 2013

dr.Meidy D Pasumoh, Sp.A

2

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan

karunia yang telah diberikan, sehingga pada akhirnya, saya dapat menyelesaikan makalah

laporan kasus yang berjudul “ Meningitis Tuberkulosa” dengan sebaik-baiknya.

Laporan kasus ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik

Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Otorita Batam.

Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.Meidy D

Pasumoh, Sp.A selaku pembimbing makalah laporan kasus saya di Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kesehatan Anak di Rumah Sakit Otorita Batam yang telah memberikan bimbingan dan

kesempatan dalam penyusunan makalah ini.

Saya sadari betul bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

saya mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah

yang saya buat ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah laporan kasus ini

dapat bermanfaat bagi masyarakat dan khususnya bagi mahasiswa kedokteran.

Terima kasih Batam, Juli 2013

Penyusun,

Ngakan Putu Wiga Kusuma Wibawa

030.08.175

3

LAPORAN KASUS

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RS OTORITA BATAM

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Identitas Pasien

No. Catatan Medik : 33-07-57

Nama pasien : An. D

Usia : 8 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Lahir : 22-02-2008

Agama : Kristen

Alamat : Kav. Bukit Seroja Blok I no.15

Tanggal masuk RS : 16-07-2013

Identitas Orangtua

AYAH

Nama : Tn. SS

Usia : 27 tahun

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA

Alamat : Kav. Bukit Seroja Blok I no.15

Pekerjaan : Karyawan Swasta

IBU

Nama : Tn. R

Usia : 24 tahun

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA

Alamat : Kav. Bukit Seroja Blok I no.15

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Hubungan dengan orang tua: Anak kandung

4

RIWAYAT PENYAKIT

KELUHAN UTAMA:

Kejang sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

KELUHAN TAMBAHAN:

Penurunan kesadaran, batuk, mual, muntah, gerak tidak aktif dan berat badan menurun.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:

Seorang anak laki-laki datang dibawa orangtuanya dengan keluhan terjadi kejang 1 hari

sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi terus menerus sejak dirumah, kira-kira lebih dari 10

kali, lama kejang kira-kira 10 menit dan berikutnya berulang sama sepeti sebelumnya lamanya

kira-kira 5 menit. Kejang seperti kelojotan, mata melihat keatas dan gigi terkunci. Kejang juga

sudah sering dialami pasien sebelumnya kira-kira 2 bulan sebelum masuk RS dan disertai

penurunan kesadaran. Pasien menjadi susah berkomunikasi dan gerak juga kurang aktif.

Pasien juga mengalami mual dan muntah sejak 2 hari sebelum masuk RS. Muntah

dialami 3 kali besiri makanan yang dimakan beserta air, darah (-).

Orangtuanya mengaku sebelumnya tidak ada keluhan dan seperti anak normal biasanya

namun pada umur 6th pernah mengalami batuk kering yang lama kira-kira 1th, batuk tidak

disertai darah dan berat badan pasien mulai menurun. Saat itu keluarga tidak membawa pasien ke

dokter atau rumah sakit. Pasien tidak terdapat keluhan sakit kepala. BAK dan BAB tidak

ditemukan kelainan yang berarti semua dalam batas normal. Pada keluarga tidak terdapat riwayat

kejang (-), asma (-). Tetangga di sekitar rumah ada yang menderita batuk-batuk yang lama.

Riwayat Penyakit dahulu:

Kejang (+), asma (-), tuberkulosis (-)

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

PENYAKIT UMUR PENYAKIT PENYAKIT

ALERGI (-) DIFTERIA (-) JANTUNG (-)

CACINGAN (-) DIARE (-) GINJAL (-)

DBD (-) KEJANG (-) DARAH (-)

DEMAM (+) KECELAKAAN (-) RADANG

PARU

(-)

OTITIS (-) MORBILI/varicella (-) TBC (-)

5

PAROTITIS (-) OPERASI (-) LAINYA (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Os merupakan anak pertamadalam keluarga.Tidak ada anggota keluarga yang mengalami

hal yang sama dengan pasien.

Kesimpulan:keadaan kessehatan kedua orang tua pasien saat ini dalam keadaan baik.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

KEHAMILAN

MORBIDITAS

KEHAMILAN

Tidakditemukan

kelainan,tidak pernah sakit

selama hamil,tidak pernah

mengkonsumsi jamu atau obat

obatan lain selain dari dokter

Perawatan antenatal Memeriksakan kandungan

Rutin di dokter. Setiap 3 bulan

sekali rutin memeriksakan

USG.

Tempat kelahiran Di RS

KELAHIRAN

Penolong persalinan Dokter

Cara persalinan Partus pervaginam spontan

Masa gestasi Cukup bulan

Keadaan bayi Menangis kuat

Berat badan: 3000gram

Panjang badan:48cm

Tidak ada kelainan bawaan

atau cacat

Pada riwayat kehamilan dan persalinan tidak ditemukan kelainan,kesemuanya baik.

RIWAYAT MAKANAN

6

Umur/

bulan

ASI PASI Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim

0-2 + - - - -

2-4 + - - - -

4-6 + - - - -

6-8 + + + + +

8-10 + + + + +

10-12 + + + + +

Kesimpulan: bayi meminum ASI, PASI, serta bubur susu, nasi tim

Kesimpulan: asupan gizi baik

RIWAYAT PERKEMBANGAN

- Tengkurap : 3 bulan Berjalan :13bulan

- Duduk : 6 bulan Mendorong dan menarik benda : 18 bulan

- Merangkak : 9 bulan Bicara(berbentuk kalimat dari 2 kata) : 18

bulan

- Berdiri : 11 bulan

Kesimpulan : perkembangan anak masih dalam batas normal

7

JENIS MAKANAN FREKUENSI DAN JUMLAH

Nasi/pengganti 3x sehari,1 centong nasi/kali

Sayur 3x sehari 1mangkuk/kali

Daging 1x seminggu

Telur 2x seminggu,1 butir/kali

Ikan 2xseminggu,1 potong/kali

Tahu 3xseminggu,1potong/kali

Tempe 3xsminggu,1potong/kali

Susu(merk/takaran) Susu sgm

Lain-lain Ayam 1x seminggu,1 potong/kali

RIWAYAT IMUNISASI

Vaksin Dasar (umur)

I II III IV

BCG 1 bulan

DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan

Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan

Campak 9 bulan

Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 5 bulan

Imunisasi dasar lengkap

RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI LINGKUNGAN

Rumah milik, pasien tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah dengan ukuran

sedang. Bukan daerah yang padat penduduk, lingkungan bersih, dan nyaman.Tidak berada dekat

pabrik atau tempat pembuangan sampah akhir.Pembuangan sampah rutin dan air minum berasal

dari PAM. Ventilasi baik sehingga cahaya matahari cukup masuk ke dalam rumah.

Di rumah pasien tidak memelihara binatang apapun dan tidak ada di lingkungan yang

menderita penyakit yang sama dengan pasien. Tetapi ibu pasien mengaku teman-teman bermain

pasien ada yang menderita batuk-batuk yang lama.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 16 Juli 2013 pukul 13.30 WIB

Kesadaran : Somnolen

Keadaan umum : Tampak sakit berat

Tanda-tanda vital:

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 100x/ menit

Suhu : 36,7°C

Pernafasan : 22x/ menit

Data antropometri

Umur : 8 tahun TB : 127 cm

BB : 14 kg

8

BB / U : 14 / 26 x 100% = 54 % (buruk)

TB / U : 127 / 128 x 100% = 99 % (baik)

BB / TB : 14 / 26 x 100% = 54 % (buruk)

STATUS GENERALIS

9

Kepala : normochepali ,distribusi rambut merata, wajah simetris

Mata : kelopak mata tidak cekung, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Telinga : deformitas -/-, sekret dari telinga -/- darah dari telinga -/-.

Hidung : deformitas (-), deviasi septum (-), sekret -/- pernafasan cuping hidung (-).

Mulut : deformitas (-), bibir kering (+), sianosis perioral (-), mukosa mulut kering (-)

(-) hiperemis (-), lidah kotor (-)

Tenggorokan : sulit dinilai

Leher : tidak teraba pembesaran tiroid, kelenjar getah bening tidak teraba membesar,

retraksi suprasternal (-)

Thoraks :

Jantung - Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV garis midclavicularis kiri

- Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, tidak mendengar mumur dan gallop

Paru - Inspeksi : kedua hemitoraks simetris dalam keadaan statis dan dinamis,

retraksi sela iga (-), retraksi sub costa (-).

- Palpasi : vokal fremitus sulit dinilai

- Auskultasi : suara napas vesikuler pada hemitoraks kiri dan kanan.

Ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen :

Inspeksi : datar, tidak tampak peristaltik usus, retraksi epigastrium (-)

Palpasi : abdomen teraba lunak

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : bising usus 3x/menit

Ekstremitas : akral hangat (+) di keempat ekstremitas

sianosis akral (-) di keempat ekstremitas

STATUS NEUROLOGIS

Keadaan Umum : GCS : E4 V2 M5 = 11

Rangsang meningeal : kaku kuduk : +

Brudzinsky I : -

Brudzinsky II : -

Laseq : + / +

10

Kerniq : + / +

Pemeriksaan nervus cranialis :

N. II (optikus) : Pemeriksaan tajam penglihatan : tidak dilakukan

Pupil bulat, isokor +/+, RCL +/+ , RCTL +/+

Reflex fisiologis

Refleks Biceps : ++ / ++

Refleks Triceps : ++ / ++

Refleks Patella : ++ / ++

Refleks Achilles : ++ / ++

Reflex patologis

Babinsky : + / +

Gordon : - / -

Chaddock : + / +

Schaeffer : + / +

Uji kekuatan otot dan motorik :

Spastik : + / + pada keempat ekstremitas

PEMERIKSAAN PENUNJANG 16 / 0 7 / 2013

PEMERIKSAAN HASIL Nilai Normal

Natrium

Kalium

Chlorida

125

4.8

94

135 – 147

3.5 – 5.0

94 – 111

Hemoglobin

Hematokrit

Leukosit

Trombosit

Golongan Darah

Gula Darah Sewaktu

SGOT

SGPT

12.3

37.2

11.80

627

B

70

109

63

11.0 – 16.5

35 . 0 – 50.0

4 - 11

150 - 450

70 – 140

> 38

> 41

11

Kesan laboratorium: Hiponatremi, Leukositosis, Trombositosis, Penigkatan SGOT / SGPT

CT Scan pada tanggal 11 Juni 2013 : Tak tampak kelainan

RESUME

Seorang anak laki-laki datang dibawa orangtuanya dengan keluhan terjadi kejang 1 hari

sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi terus menerus sejak dirumah, kira-kira lebih dari 10

kali, lama kejang kira-kira 10 menit. Kejang seperti kelojotan, mata melihat keatas dan gigi

terkunci. Kejang juga sudah sering dialami pasien sebelumnya kira-kira 2 bulan sebelum masuk

RS dan disertai penurunan kesadaran. Pasien menjadi susah berkomunikasi dan gerak juga

kurang aktif.

Pasien juga mengalami mual dan muntah sejak 2 hari sebelum masuk RS. Muntah

dialami 3 kali besiri makanan yang dimakan beserta air, darah (-).

Orangtuanya mengaku sebelumnya tidak ada keluhan dan seperti anak normal biasanya

namun pada umur 6th pernah mengalami batuk kering yang lama kira-kira 1th, batuk tidak

disertai darah dan berat badan pasien mulai menurun. Saat itu keluarga tidak membawa pasien ke

dokter atau rumah sakit. Pasien tidak terdapat keluhan sakit kepala. BAK dan BAB tidak

ditemukan kelainan yang berarti semua dalam batas normal. Pada keluarga tidak terdapat riwayat

kejang (-), asma (-). Tetangga di sekitar rumah ada yang menderita batuk-batuk yang lama.

Riwayat Penyakit dahulu:

Kejang (+), asma (-), tuberkulosis (-)

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran gerak aktif (-), menangis kuat (-),

Tampak sakit berat, Sopor. Tanda-tanda vital, TD : 110/80 mmHg, nadi : 100x/ menit, suhu:

36,7°C, pernafasan : 22x/ menit Dari status generalis mulai dari kepal, mata, hidung, mulut dan

tenggorokan dalam batas normal. Dari Leher, tidak teraba pembesaran tiroid, kelenjar getah

bening tidak teraba membesar, retraksi suprasternal (-). Dari pemeriksaan thorax , jantung dan

paru dalam batas normal. Abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Dari status neurologis

ditemukan keadaan Umum : GCS 11, rangsang meningeal : kaku kuduk (+),Brudzinsky I-II - /-,

Laseq + / +, Kerniq + / +. Dari pemeriksaan NII,pupil bulat isokor +/+ , RCL +/+ , RCTL

+/+, reflex fisiologis meningkat (hiperrefleksia) , reflex patologis -/-, dari Uji kekuatan otot dan

motorik Spastik+ / + pada keempat ekstremita.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium 16/07/2013 terdapat Leukositosis, Trombositosis

12

Dari hasil CT Scan pada tanggal 11 Juni 2013 tidak didapatkan kelainan.

DIAGNOSA KERJA

- Suspek meningitis TBC

- Gizi buruk

DIAGNOSIS BANDING

- Meningoencephalitis

PEMERIKSAAN ANJURAN

- Lumbal pungsi

- Mantoux test

- Foto toraks AP

PENATALAKSANAAN

Farmakologis:

- Streptomicim 1 x 450 mg IM

- Depaken sry 2 x 300mg

- Prednison 3x1 tab

- Ranitidin 2x1 tab

- Rimcure 1x2 tab (Rifampicin 75 mg, isonicotine hydrazine 50 mg, pyrazinamide 150 mg)

- Vit B6 2x1

PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad malam

Ad functionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

EVALUASI HARIAN PASIEN

Tanggal 20 Juli 2013 (perawatan hari ke lima)

Subjektif:

Demam (-) BAK (+) Penurunan kesadaran (+)

Kejang (-) BAB (+) Mual (-)

Sesak (-) Minum (+) Muntah (-)

13

Batuk (-) Makan (+) Sakit kepala (-)

Objektif:

Kes/KU : Somnolen / tampak sakit sedang

Tanda vital : TD: 110/80 mmHg, HR: 110x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.4°C

Kepala : normochepali, CA -/-, SI -/-

RCL +/+-, RCTL +/+

Leher : KGB dan tiroid tidak tampak membesar

Kaku kuduk (+), Brudzinsky I-II (-/-)

Thorax : Jantung: S1-S2 reguler (+), Mumur (-), Gallop (-)

Pulmo : SN vesikuler +/+ Rh -/-, Wh -/-, retraksi sela iga (-)

Abdomen : datar, supel, BU (+), turgor baik

Hepar dan Lien tampak membesar(-)

Ekstremitas : akral hangat (+), oedema (-), sianosis (-).

Reflek patologis : Babinsky + / + Gordon - / -

Chaddock + / + Openheim - / -

Schaffner + / +

Refleks fisiologis : Biceps ++ /++ Patella ++ / ++

Triceps ++ / ++ Achilles ++ / ++

Assessment:

Meningitis TB

Planning

Farmakologis: Non Farmakologis:

- Streptomicim 1 x 450 mg IM - Diet 1400 kalori 4 kali pemberian

- Depaken sry 2 x 300mg

- Prednison 3x1 tab

- Ranitidin 2x1 tab

- Rimcure 1x2 tab (Rifampicin 75 mg, isonicotine hydrazine 50 mg, pyrazinamide 150 mg)

- Vit B6 2x1

Tanggal 21 Juli 2013 (perawatan hari ke enam)

Subjektif:

Demam (-) BAK (+) Penurunan kesadaran (-)

14

Kejang (-) BAB (+) Mual (-)

Sesak (-) Minum (+) Muntah (-)

Batuk (-) Makan (+) Sakit kepala (-)

Objektif:

Kes/KU : Compos mentis / tampak sakit sedang

Tanda vital : TD: 110/80 mmHg, HR: 110x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.4°C

Kepala : normochepali, CA -/-, SI -/-

RCL +/+-, RCTL +/+

Leher : KGB dan tiroid tidak tampak membesar

Kaku kuduk (+), Brudzinsky I-II (-/-)

Thorax : Jantung: S1-S2 reguler (+), Mumur (-), Gallop (-)

Pulmo : SN vesikuler +/+ Rh -/-, Wh -/-, retraksi sela iga (-)

Abdomen : datar, supel, BU (+), turgor baik

Hepar dan Lien tampak membesar(-)

Ekstremitas : akral hangat (+), oedema (-), sianosis (-).

Reflek patologis : Babinsky + / + Gordon - / -

Chaddock + / + Openheim - / -

Schaffner + / +

Refleks fisiologis : Biceps ++ /++ Patella ++ / ++

Triceps ++ / ++ Achilles ++ / ++

Assessment:

Meningitis TB

Planning

Farmakologis: Non Farmakologis:

- Streptomicim 1 x 450 mg IM - Diet 1400 kalori 4 kali pemberian

- Depaken sry 2 x 300mg

- Prednison 3x1 tab

- Ranitidin 2x1 tab

- Rimcure 1x2 tab (Rifampicin 75 mg, isonicotine hydrazine 50 mg, pyrazinamide 150 mg)

- Vit B6 2x1

15

BAB II

ANALISIS KASUS

Seorang anak laki-laki usia 8 tahun dengan BB 14 kg datang dibawa orangtuanya dengan

keluhan terjadi kejang 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi terus menerus sejak

dirumah, kira-kira lebih dari 10 kali, lama kejang kira-kira 10 menit. Kejang seperti kelojotan,

mata melihat keatas dan gigi terkunci. Kejang juga sudah sering dialami pasien sebelumnya kira-

kira 2 bulan sebelum masuk RS. Hal ini bisa disebabkan karena adanya infeksi di otak.

Selain itu pasien juga mengalami penurunan kesadaran sehingga sulit untuk

berkomunikasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa anak mengalami penurunan kesadaran yang

disebabkan adanya gangguan pada intrakranium.

Pasien juga mengalami mual dan muntah sejak 2 hari sebelum masuk RS. Muntah

dialami 3 kali besiri makanan yang dimakan beserta air, darah (-). Muntah dan mual merupakan

tanda Tekanan intrakranial meningkat.

Pada umur 6th pasien seringn mengalami batuk kering yang lama kira-kira 1th, batuk

tidak disertai darah dan berat badan pasien mulai menurun. Saat itu keluarga tidak membawa

pasien ke dokter atau rumah sakit. Pasien tidak terdapat keluhan sakit kepala. Tetangga di sekitar

rumah ada yang menderita batuk-batuk yang lama. Hal ini bisa kemungkinan pasien saat itu

sudah terinfeksi kuman tuberculosa.

Dari riwayat kehamilan dan persalinantidak ditemukan kelainan. Ibu pasien rutin ke

dokter periksa kandungan. Pasien lahir di RS dengan dibantu dokter, secara pervaginum dengan

cukup bulan dan bayi langsung menangis setelah lahir. BB Lahir 3000 gram, panjang badan 48

cm, dan tidak ada kelainan bawaan atau cacat. Dari riwayat makanan pasien baru bisa

mendapatkan makanan yaitu ASI / PASI serta Bubur susu dan nasi tim. Dari riwayat

perkembangan bayi dalam batas normal. Riwayat Imunisasi, ibu pasien mengaku sudah

memdapatkan imunisasi lengkap, BCG sebanyak 2 kali, DTP sebanyak 3 kali, Polio sebanyak 4

kali, Hib sebanyak 2 kali, serta Hepatitis B lengkap. Pasien tinggal dengan kedua orangtua

dengan riwayat perumahan dan sanitasi lingkungan baik.

Kasus ini di diagnosis dengan Meningitis

Temuanyang mendukung diagnosis:

Terdapat riwayat demam naik turun

16

Kejang

Mual, muntah

Adanya penurunan kesadaran pada anak yaitu anak menjadi tidak aktif, sering tidur dan

sulit berkomunikasi

Riwayat batuk lama

Kaku kuduk +, Tanda rangsang meningeal lain yang positif seperti Laseq +/+, Kernig +/+

Refleks patologis +

Pemeriksaan Laboratorium : Leukositosis

Dari temuan tersebut, pasien memenuhi kriteria sebagai berikut:

Diagnosis meningitis berdasarkan dari hasil anamnesis seperti adanya demam,

menggigil, malaise. Demam berkisar antara 40-40.5L C, bahkan lebih tinggi.Namun pada anak

kecil demam dengan suhu 39°C sudah dapat menimbulkan kejang.Selain itu penderita mengeluh

sakit kepala hebat, namun pada bayi atau anak hal itu sulit dinilai.semakin berat disusul mual dan

muntah. Gambaran patognomonik meningitis tampak dalam waktu 12-24 jam.Setelah itu timbul

kejang dan perubahan mental disertai penurunan kesadaran. Pada pasien ini pada pemeriksaan

neurologi dijumpai penurunan kesadaran disertai kaku kuduk dengan tanda Kerniq dan laseq.

Diagnosis pasti berdasar pada penemuan bakteri pada pemeriksaan kultur dari cairan

serebrospinal.

17

BAB III

KESIMPULAN

Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piamater yang dapat terjadi secara

akut dan kronis.

Diagnosis meningitis pada pasien dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan

pemeriksaan fisik serta penunjang yang dilakukan pada pasien. Pada pasien didapatkan keluhan

riwayat demam naik turun, merupakan salah satu keluhan atau gejala pada meningitis, selain

demam juga didapatkan adanya keluhan mual muntah ini menunjukkan adanya peningkatan

tekanan intrakranial pada pasien: Agen penyebab mengakibatkan reaksi lokal pada meninges

sehingga terjadi inflamasi meninges yang mengakibatkan peningkatan permiabilitas kapiler

sehingga kebocoran cairan dari intravaskuler ke interstisial. Hal ini meningkatkan volume cairan

interstisial sehingga terjadilah edema, kompensasi tidak adekuat dan terjadilah peningkatan

tekanan intracranial.

Pada pasien ditemukan kejang dan pada meningitis jarang ditemukan kejang, kecuali jika

infeksi sudah menyebar ke jaringan otak, dimana kejang ini terjadi bila ada kerusakan pada

korteks serebri pada bagian premotor. Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan

melakukan pemeriksaan fleksi pada kepala pasien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan

oleh adanya iritasi meningeal Sedangkan pada pemeriksaan Kernig sign (+) dan Brudzinsky sign

(+) menandakan bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah.

Hasil pemeriksaan dan laboratorium yang menunjukkan adanya leukositosis menunjang

terjadinya demam pada pasien, hasil pemeriksaan fisik juga menunjukkan adanya infeksi pada

meningen yang belum mencapai medulla spinalis, oleh karena itu gejala yang didapat pada

pasien ditunjang dengan pemeriksaan fisik dan penunjang maka sesuai dengan diagnosis

meningitis. untuk mengetahui penyebab pastinya dibutuhkan adanya kultur.

18

TINJAUAN PUSTAKA

MENINGITIS

Definisi

Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak (meningens)

yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang disebabkan oleh bakteri, virus,

riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.

Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur saraf yang

halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal.

Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

a) Piameter

Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang belakang

dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untuk

struktur-struktur ini

b) Arachnoid

Selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter

c) Durameter

Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan ikat tebal

dan kuat.

19

Cairan serebrospinal adalah cairan yang berada diotak dan sterna serta ruang subrachnoid

yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. Cairan serebrospinal mempunyai tekanan yang

konstan, dan seluruh ruangan berhubungan satu sama lain.

Secara anatomis, cairan serebrospinal ditemukan dalam ruang-ruang otak (ventrikel

otak), yaitu pada:

Ruang subarachnoid

Ventrikel otak

Kanal sentralis medula spinalis.

Cairan ini dihasilkan oleh pleksus khoroid yang terdapat pada atap ventrikel ketiga dan ke

empat dan pada dinding medial ventrikel lateral.Cairan serebrospinal dihasilkan secara aktif dan

dalam keadaan normal diimbangi oleh absorbsi kembali ke dalam darah.

Aliran cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: dari ventrikel lateral cairan

serebrospinal mengalir ke ventrikel III dan disini jumlah cairan serebrospinal akan bertambah

lebih banyak.Dari ventrikel III cairan serebrospinal mengalir melalui akuaduktus Sylvii ke dalam

ventrikel IV yang juga menghasilkan cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal kemudian keluar

melaluiforamen Magendie dan Luschka masuk ke dalam ruang subarakhnoid. Di ruang

subarakhnoid serebrospinal mengalir ke dalam sinus venosus kranial melalui vili arakhnoidyang

merupakan berkas pia arakhnoid yang menembus duramater untuk kemudian terletak dalam

sinus venosus kranial dan kebawah di sekitar medula spinalis.

Apabila salah satu foramen ventrikel otak mengalami penyumbatan maka cairan serebro-

spinalnya akan terus bertambah, akibatnya ventrikel otak membesar karena tekanan cairan

serebrospinal. Pembesaran ventrikel otak akan menekan unsur-unsur saraf di sekitar

ventrikel. Akibatnya fungsi otak terganggu. Bila hal ini terjadi pada bayi baru lahir (neonatus),

maka kepala bayi tersebut menjadi sangat besar. Keadaaan patologis ini disebut hidrosefalus.

20

Etiologi

Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.

1. Meningitis bakterial :

a. Bakteri non spesifik : meningokokus, H. influenzae, S. pneumoniae,

Stafilokokus, Streptokokus, E. coli, S. typhosa.

b. Bakteri spesifik : M. tuberkulosa.

2. Meningitis virus : Enterovirus, Virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-I), Virus

Varisela-zoster (VVZ).

3. Meningitis karena jamur.

4. Meningitis karena parasit, seperti toksoplasma, amoeba.

Epidemiologi

Di negara maju, insidensi meningitis bakterial adalah 5-10 per 100.000 per

tahun.Meningitis meningokokal dapat terjadi pada epidemic. Infeksi Pneumokokus lebih sering

terjadi pada pasien usia lanjut dan juga berhubungan dengan alkoholisme dan splenektomi.

Infeksi ini menyebar ke meningen dari struktur yang berdekatan (telinga, nasofaring) atau dari

paru melalui aliran darah.Sebelum ditemukan antibiotic, angka kematian sangat tinggi, dan

menjadi 30% setelah ada antimikroba. Walaupun demikian, penemuan antibiotic baru ternyata

tidak memperbaiki prognosis karena selain peranan kuman tampaknya proses imunologis juga

berperan terhadap efektifitas pengobatan. Dari laporan perawatan, angka kematian pasien

meningitis masih cukup tinggi > 50% dengan asumsi bahwa keterlambatan terapi akan

meningkatkan angka kematian.

Di negara maju, terdapat 15% kasus meningitis tuberkulosa dengan angka kematian

yang cukup tinggi (15-40%). Penderita meningitis tuberkulosa merupakan komplikasi HIV

21

dengan gejala yang lebih kompleks, seperti infiltrate pulmoner yang difus atau limfadenopati

torakal.

Faktor Risiko

Faktor risiko yang menempatkan orang pada risiko tinggi untuk meningitis meliputi:

o Orang dewasa lebih tua dari 60 tahun

o Anak-anak kurang dari 5 tahun

o Sosial ekonomi rendah, tinggal di lingkungan padat

o Riwayat kontak

o Orang dengan sinusitis, mastoiditis

o Pengguna narkoba IV

o Imun rendah (HIV, splenektomi, malignancy)

Klasifikasi

Meningitis berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak sebagai berikut :

1. Meningitis purulenta

Radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medulla spinalis.

Penyebabnya adalah bakteri non spesifik, berjalan secara hematogen dari sumber

infeksi (tonsilitis, pneumonia, endokarditis, dll.)

2. Meningitis serosa

Radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.

Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain seperti

lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.

Patogenesis

22

a. Meningitis bakteri

Kebanyakan kasus meningitis akibat dari penyebaran hematogen yang masuk melalui

celah subarachnoid. Mikroorganisme masuk ke cerebral nervous system melalui 2 jalur

potensial. Bakteri masuk kedalam kavitas intrakranial melalui sirkulasi darah atau berasal dari

infeksi primer pada nasofaring, sinus, telinga tengah, sistem kardiopulmonal, trauma atau

kelainan kongenital daripada tulang tengkorak. Frekuensi terbanyak berasal dari sinusitis.

Organisme juga dapat menginvasi meningens dari telinga tengah. Meningitis yang diikuti

terjadinya otitis media merupakan proses bakteriemia, walaupun bukan kongenital atau adanya

posttraumatic fistula pada tulang temporal yang mensuplai akses ke CSS.

b. Meningitis Virus

Pada umumnya virus masuk melalui sistem limfatik, melalui saluran pencernaan

disebabkan oleh Enterovirus, pada membran mukosa disebabkan oleh campak, rubella, virus

varisela-zoster (VVZ), Virus herpes simpleks (VHS), atau dengan penyebaran hematogen

melalui gigitan serangga. Pada tempat tersebut, virus melakukan multiplikasi dalam aliran darah

yang disebut fase ekstraneural, pada keadaan ini febris sistemik sering terjadi. Propagasi virus

sekunder terjadi jika menyebar dan multiplikasi dalam organ-organ. VHS mencapai otak dengan

penyebaran langsung melalui akson-akson neuron.

23

Kerusakan neurologis disebabkan oleh ; (1) Invasi langsung dan perusakan jaringan

saraf oleh virus yang bermultiplikasi aktif. (2) Reaksi hospes terhadap antigen virus secara

langsung, sedangkan respons jaringan hospes mengakibatkan demielinasi dan penghancuran

vascular serta perivaskuler.

Pada pemotongan jaringan otak biasanya dapat ditemukan kongesti meningeal dan

infiltrasi mononukleus, manset limfosit dan sel-sel plasma perivaskuler, beberapa nekrosis

jaringan perivaskuler dengan penguraian myelin, gangguan saraf pada berbagai stadium

termasuk pada akhirnya neuronofagia dan proliferasi atau nekrosis jaringan. Tingkat

demielinisasi yang mencolok pada pemeliharaan neuron dan akson, terutama dianggap

menggambarkan ensefalitis “pascainfeksi” atau alergi.

Manifestasi Klinis

A. Meningitis Bakterial

Gejala-gejala yang terkait dengan tanda-tanda non spesifik disertai dengan infeksi

sistemik atau bakteremia meliputi, demam, anoreksia, ISPA, mialgia, arthralgia,

takikardia, hipotensi dan tanda-tanda kulit seperti; ptechie, purpura, atau ruam macular

eritematosa.Tanda-tanda pada kulit terjadi karena arteritis atau embolisasi langsung

meningokokus.Terdapat trias demam, kekakuan leher, dan perubahan status mental pada

2/3 pasien. Akan tetapi nilai prediktif negative gejala-gejala ini tinggi (misalnya jika

demam, kaku leher, atau perubahan status mental tidak ada, akan mengeliminasi

diagnosis meningitis pada 99-100% kasus).

Mulainya tanda-tanda tersebut diatas mempunyai dua pola dominan yaitu :

Akut / timbul mendadak berupa ; manifestasi syok progresif, DIC, penurunan

kesadaran cepat, sering menunjukkan sepsisakibat meningokokus dan pada akhirnya

menimbulkan kematiandalam 24 jam.

Sub akut berupa ; timbul beberapa hari, didahului gejala ISPA atau gangguan GIT

yang disebabkan oleh H.influenza dan Streptokokus.

Tanda disfungsi serebral sering terjadi misalnya confusion, irritability, delirium,

koma.Ini biasanya bersamaan dengan demam dan fotofobia.Nyeri kepala pada

meningitis bakterial onsetnya menit sampai jam, namun tidak mendadak seperti

24

perdarahan subarachnoid.Palsy saraf cranial dapat ditemukan, terjadi akibat peningkatan

tekanan intracranial atau adanya eksudat yang membungkus nerve roots. Tanda

neurologi fokal dapat terbentuk akibat iskemia yang berasal dari inflamasi vascular dan

thrombosis.Kejang dapat terjadi pada kira-kira 30% pasien.Papil edema dan tanda

peningkatan intracranial lain dapat muncul.Selain tersebut diatas, hal lain yang juga

meningkatkkan TIK dikarenakan

•Peningkatan protein pada CSS :

Karena adanya peningkatan permeabilitas pada sawar otak (Blood Brain Barier) dan

masuknya cairan yang mengandung albumin ke subdural.

•Penurunan kadar glukosa dalam CSS :

Karena adanya gangguan transpor glukosa yang disebabkan adanya peradangan pada

selaput otak dan pemakaian gula oleh jaringan otak

•Peningkatan metabolisme yang menyebabkan terjadinya asidosis laktat.

Tanda Rangsang Meningeal seperti :

• Kaku kuduk

• Brudzinsky 1 & 2

• Kernig sign

Ditemukan hanya 50% pasien meningitis bakterial.dan bila hal ini tidak ada, tidak

menyingkirkan meningitis.

B. Meningitis Virus

Adanya keluhan demam, sakit kepala, mual, muntah, kaku leher atau kelelahan.Nyeri

kepala hampir selalu ada dan dengan intensitas berat.Gejala muntah, diare, batuk,

mialgia, timbul pada lebih dari 50% pasien.Riwayat kenaikan temperature timbul pada

76%-100% pasien yang datang.Tipe demam dengan derajat rendah pada tahap

prodromal dan kenaikan temperature yang lebih tinggi saat terdapat tanda neurologis.

Tanda iritasi meningeal dapat terlihat pada 50% pasien tetapi secara umum lebih ringan

dibandingkan meningitis bakterial.Iritabilitas, disorientasi, dan perubahan status mental

dapat terlihat.Fotofobia relative sering namun ringan, fonofobia juga dapat

timbul.Kejang timbul pada keadaan demam, meskipun keterlibatan parenkim otak

(ensefalitis) juga dipertimbangkan. Tanda lain dari infeksi viral spesifik dapat

25

membantu diagnosis. Faringitis dan pleurodynia pada infeksi enteroviral, manifestasi

kulit seperti erupsi zoster pada VZV, ruam maculopapular dari campak dan enterovirus,

erupsi vesicular oleh herpes simpleks.Infeksi Epstein Barr virus didukung oleh

faringitis, limfadenopati.Parotitis dan orchitis dapat timbul dengan campak, sementara

kebanyakan infeksi enteroviral dikaitkan dengan gasteroenteritis dan ruam.

C. Meningitis TB

Khusus pada meningitis tuberkulosa, manifestasi klinis memperlihatkan tiga stadium:

1) Stadium I (awal) akan didapatkan gejala prodromal nonspesifik yaitu apatis,

iritabilitas, nyeri kepala ringan, malaise, demam, anoreksia, muntah, dan nyeri

abdomen. Bila terdapat gejala iritasi meningeal, nyeri kepala dan muntah dengan tanda

Kernig, Brudzinsky positif, maka diagnosis mulai dapat ditentukan.

2) Stadium II (intermediate), gejala akan menjadi lebih jelas, disertai drowsy,

kejang, dan deficit neurologi fokal termasuk hemiparesis dan kelumpuhan saraf III, IV,

VI disertai gerakan involuter. Bila terjadi hipertensi intracranial maka tampak gambaran

hidrosefalus dan papil edema.

3) Stadium III (advance), pasien mengalami penurunan kesadaran dengan disfungsi

brainstem termasuk deserebrasi atau dekortikasi. Pupil tampak melebar disertai

iregularitas denyut nadi dan pernafasan. Selain gambaran di atas, ditemukan juga bentuk

yang atipik. Penderita mengalami gangguan demensia lambat (bulan-tahun) dengan

perubahan kepribadian, penolakan sosial, hilangnya gairah dan deficit neurologi. Di

samping itu terdapat pula meningitis tuberculosis dengan infeksi HIV dengan gambaran

limfadenopati superficial, intratorakal dan intraabdominal. Kadang disertai tuberculosis

intraserebral.

Diagnosis

Diagnosis meningitis berdasarkan dari hasil anamnesis seperti adanya demam,

menggigil, malaise. Demam berkisar antara 40-40.5L C, bahkan lebih tinggi.Selain itu penderita

mengeluh sakit kepala hebat, semakin berat disusul mual dan muntah.Gambaran patognomonik

meningitis tampak dalam waktu 12-24 jam.Setelah itu timbul kejang dan perubahan mental

disertai penurunan kesadaran.Pemeriksaan fisik bisa dijumpai infeksi fokal pada gigi geligi,

THT, dan mungkin juga terdapat infeksi kulit, paru, dan jantung.Sedangkan pada pemeriksaan

26

neurologi dijumpai panas dengan penurunan kesadaran disertai kaku kuduk dengan tanda Kerniq

dan Brudzinsky. Diagnosis pasti berdasar pada penemuan bakteri pada pemeriksaan kultur dari

cairan serebrospinal.

Pada CSS dilakukan pemeriksaan terhadap adanya bakteri, jumlah sel, protein dan

glukosa level. Kadar normal dalam cairan serebrospinal adalah:

Leukosit : < 5μL

Protein : 0.1-0.4 g/L

Glukosa : ≥50% nilai serum (biasanya 2.8-4.7 mM)

Skema Meningitis

Bakteri Virus TB

Warna Keruh Jernih xantochrome

Sel PMN Limfosit Limfosit

Protein Ringan Tinggi

Glukosa ¯ Normal ¯

Pemeriksaan sediaan apus likuor dengan pewarnaan gram dapat menduga penyebab

meningitis serta diagnosis meningitis dapat segera ditegakkan. Kontraindikasi dari pemeriksaan

lumbal pungsi adalah kecurigaan atau adanya massa intrakranial karena ada risiko herniasi,

sepsis lumbal lokal, gangguan perdarahan (trombositopenia, koagulopati, terapi antikoagulan),

deformitas spinal yang signifikan, edema papil, penurunan tingkat kesadaran, tanda neurologis

fokal. Pada pasien dengan gejala tersebut, diperlukan CT scan cranial sebelum pungsi untuk

menyingkirkan adanya lesi massa, yang dapat menyerupai meningitis.

Pemeriksaan lainnya seperti hitung darah lengkap (pada meningitis bakterial

kemungkinan neutrofilia, pada meningitis tuberkulosa adanya LED meningkat), pemeriksaan

koagulasi (koagulasi intravascular diseminata), elektrolit (kemungkinan adanya tanda dehidrasi,

hiponatremia), kultur darah ( dapat positif walaupun cairan serebrospinal steril). Dianjurkan

pemeriksaan ureum kreatinin karena penderita memperoleh obat yang mempengaruhi fungsi

ginjal.Radiologis yaitu foto dada, foto kepala untuk identifikasi sumber infeksi primer. Pada

meningitis tuberkulosa bisa ditemukan adanya penyebaran miliar dan infiltrate padat di apex

lobus paru. CT scan dilakukan untuk menunjukkan enhancement/ penyengatan (tanda-tanda

27

kontras bergabung dengan pus). Indikasi dilakukan CT scan apabila ada status

immunocompromised, kejang berulang dalam 7 hari, penurunan kesadaran, kelemahan fokal,

riwayat infeksi fokal. Pemeriksaan C Reaktive Protein bermanfaat untuk menentukan meningitis

bakteri dan virus, namun tidak spesifik pada meningitis bakteri. Polymerase Chain Reaction akan

ditemukan bakteri dalam CSS dan tahap selanjutnya ditentukan r RNA dari bakteri penyebab

meningitis bakteri. Pada meningitis tuberkulosa, akan terdapat abnormalitas parenkim otak,

pembuluh darah dan meningen, hidrosefalus. Apabila dengan kontras, aka nada penyangatan

sisterna basal, pelebaran, dan pengaburan susunan arteri basilar, yang dalam beberapa hari,

penyangatan akan meluas ke permukaan korteks, fissure hemisfer. Terdapat lusensi

perivetrikuler yang merupakan refleksi eksudat tbc periventrikuler dan pembentukan tuberkel

sepanjang ependim dan koroid.

Diagnosis Banding

Meningitis bakteri

o meningitis virus

Pada meningitis virus biasanya sakit kepala berdenyut, kaku kuduk, dan letargi,

pasien biasanya sadar, dan ada perbedaan pada hasil CCS.

o meningoensefalitis

terdapat tanda ensefalitis, gambaran klinis ditambah dengan defisit neurologi

fokal seperti hemiparesis dengan perubahan kesadaran disertai kejang umum atau fokal.

Pada ensefalitis herpes simpleks tipe I gejala awal adalah panas, nyeri kepala pada satu

sisi, confuse atau perubahan perilaku. Sakit kepala bertahan sampai beberapa hari. Bila

infeksi berlanjut, maka ditemukan defisit neurologi fokal disertai kejang. Pada

pemeriksaan CSS didapatkan tekanan yang meningkat, leukosit berkisar antara 50-500

dengan predominan limfosit, terdapat sel eritrosit dan atau xantokrom, protein

meningkat, glukosa normal sedikit menurun. Pada pemeriksaan EEG tampak gambaran

sharp wave complex pada kedua temporal.

o Rocky Mountain Spotted Fever

Gejala diawali panas, nyeri kepala, mialgia, gangguan pencernaan. Adanya defisit

fokal, stupor, delirium, koma dan aktivasi kejang. Pada kulit terdapat gambaran

makulopapular, purpura, difus dengan melibatkan telapak tangan dan kaki. Diagnosis

28

tegak dengan biopsy kulit. Gambaran CSS terdapat jumlah leukosit rendah bahkan tidak

ada, sedangkan konsentrasi protein sedikit meningkat dengan glukosa normal.

o Perdarahan Subarakhnoid

penderita mengeluh nyeri kepala hebat dengan disertai penurunan kesadaran

dengan kaku kuduk. Diagnosis berdasarkan lumbal pungsi dan CT scan kepala.

o Meningitis Fungal

terjadi demam. nyeri kepala, confuse sampai beberapa hari. Gambaran CSS

pleositis mononuclear, protein meningkat, glukosa menurun, dengan pewarnaan tinta

akan tampak criptokokkosis. Diagnosis berdasarkan kultur walaupun tumbuh lambat.

Bila dicurigai meningitis Coccidoido, kultur CSS dari cistern lebih baik dibandingkan

lumbal. Penentuan antigen fungus dalam serum dan LSS serta complement fixing

antibodies berguna untuk diagnosis fungus.

Komplikasi

gangguan serebrovaskular

edema cerebri

Hidrosefalus

perdarahan intrakranial

Abses otak

Renjatan septic

Koagulasi intravaskuler menyeluruh

Penatalaksanaan

1) Meningitis bakterial

Perawatan umum:

o menjaga airways

o mengontrol kejang

o mempertahankan tekanan intracranial

o IVFD dan memperbaiki keadaan hipotensi dan mencegah kelebihan cairan.

o menurunkan panas

o mencegah hiponatremia

29

o curiga DIC bila ditemukan perdarahan abnormal dan syok

Pemberian antibiotic

o bersifat bakterisid karena rendahnya pertahanan cairan serebrospinalis.

Pengobatan dilakukan tanpa menunggu ditemukannya bakteri karena pengobatan

yang cepat akan menentukan prognosis penderita dengan memperkirakan kuman

pathogen yang menjadi penyebab meningitis bakterial ini.

o obat punya rasio toksik terapeutik yang tinggi, sehingga harus dilakukan monitor

pengaruh obat dalam serum dan CSS.

o obat harus mudah mengadakan penetrasi ke CSS.

o konsentrasi obat tinggi, konsentrasi CSS antara (20-100) x konsentrasi inhibitory

minimum untuk membunuh bakteri.

o awal pengobatan bila organisme penyebab tidak diketahui, kombinasi antibiotik

dapat digunakan. Pilihan kombinasi tergantung pada keadaan klinik dan

kemungkinan penyebab.

o antibiotik yang digunakan sesuai dengan sensitifitasnya.

o diberikan antibiotic secara intravena lama pemberian minimal 10 hari. Selama 2-3

minggu untuk golongan β-streptokok dan listeria monocytogenes. Selama 3

minggu untuk Enterobacteriacea.

o Pneumokokus yang resisten penisilin dan kloramfenikol diberikan antara lain

vankomisin, rifampisin, cefotaksim, ceftriakson, atau ceftazidin.

Pemilihan Antibiotik

o dewasa dengan meningitis akibat Pneumokok, Meningokok dan Listeria diberikan

Penicilin G 18-24 juta unit IV/ 4-6 jam, atau bisa Cefotaksim 2 gram iv/ 4 jam

atau ceftriakson 2 gram iv dosis tunggal. Golongan sefalosporin efektif untuk

meningokok, pneumokok, kurang efektif untuk listeria. Untuk listeria digunakan

Trimetoprim 100 mg, Sulfametoksazol 80 mg iv/ 8 jam.

o bila alergi penicillin diganti dengan kloramfenikol 4-6 gram iv atau sefalosporin

generasi ke 3.

o penderita dengan basil enteric gram negative diberikan sefalosporin generasi 3

atau kombinasi. Terapi diawali Sefotaksim 2 gram iv/ 4 jam atau Seftazidime 2

30

gram iv/ 6 jam atau ceftriakson 2 gram per hari dan dapat juga aminoglikosida,

gentamisin atau tobramisin 3-5 mg/kg/hari.

o Bakteri dapat diidentifikasi, maka pengobatan sesuai dengan hasil kultur. Jika

ditemukan Pseudomonas aeruginosa maka diberikan parenteral/ intratekal

gentamisin/ tobramisin bersama dengan ceftazidine. Trimetopri-sufametoksazol

digunakan untuk alternative meningitis gram negative (kecuali Pseudomonas)

yang resisten terhadap sefalosporin generasi ke 3.

o Meningitis stafilokokus aureus diberikan nafsilin atau oksasilin 12-18 gram/ hari

dan jika alergi diganti vankomisin 1 gram/12 jam iv dan intratekal 10-12 mg/ hari.

o Bila penyebab tidak diketahui, pilihan obat adalah ampisilin 12-18 gram/ hari atau

penisilin 18-24 juta unit per hari ditambah sefotakzim atau ceftriakson. Pasien

dengan alergi penisilin diberi kloramfenikol 75-100 kg per hari.

o Mengidentifikasi infeksi fokal di sinus, mastoid, atau osteomielitis kronik, segera

lakukan drainase.

o Sebagian besar penderita meningitis bakteri akut tidak memerlukan pengobatan

lebih dari 10 hari kecuali bila ada infeksi parameningeal persisten. Apabila

penyebabnya adalah Pseudomonas aeruginosa atau listeria, biasanya pengobatan

lebih dari 2 minggu untuk mencegah relaps.

o Pengulangan lumbal pungsi tidak perlu untuk monitor hasil terapi bila keadaan

klinis baik dan kuman pathogen telah diidentifikasi.

2) Meningitis Virus

Terapi diberikan suportif seperti istirahat, hidrasi, antipiretik, dan medikasi

nyeri atau anti inflamasi dapat diberikan bila diperlukan. Diberikan terapi

antimikroba awal untuk meningitis bakteri sementara menunggu

penyebabnya diidentifikasi. Asiklovir harus digunakan pada pasien dengan

kecurigaan HSV (pasien dengan lesi herpetic) dengan dosis 30 mg/kgBB per

hari IV, dibagi dalam 8 jam, diberikan untuk 10-14 hari.

3) Meningitis tuberkulosa

31

Pengobatan dilakukan secepatnya setelah dugaan tuberculosis tanpa

menunggu hasil kultur dan sensitifitas. Terdapat beberapa regimen yang

dianjurkan:

o Kelompok Oxford (Inggris) memberikan INH, Rifampisin,

Pirazinamid dan Streptomisin, termasuk Streptomisin intratekal

50 mg/kg dan selang hari sampai dengan minggu ke II. Selain itu

mencegah pembentukan eksudat diberikan Purified Protein

Desensitifity (PPD) intratekal.

o Hongkong dan Bangkok menganjurkan memberikan 4 obat INH,

Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin

o Amerika memberikan INH, Rifampisin, Pirazinamid selama 2

bulan kemudian dilanjutkan dengan INH dan Rifampisin untuk 7

bulan. Bila ada resistensi obat tambahan Streptomisin atau

Etambutol.

o American Thoracic Society mengusulkan pemberian selama 6

bulan. INH, Rifampisin, Pirazinamid selama 2 bulan, selanjutnya

4 bulan INH dan Rifampisin saja setiap hari atau 2 kali dalam

seminggu.

Terapi tambahan:

o PPD intratekal untuk mengurangi serius sekuele

o Kortikosteroid diberikan bersama INH bisa mengurangi serius

sekuele. Pada meningitis diberikan pada stadium II dan III. Dapat

diberikan Prednisone 40-60 mg/hari selama 4-7 hari, dilanjutkan

dengan dosis 30-50 mg/ hari selama 4-7 hari, kemudian diberikan

dosis 10-30 mg/hari selama 5-8 minggu yang diturunkan terus

sampai habis.

II.13. Gejala Sisa pasca Meningitis

Bila penderita dengan meningitis tidak meninggal, sebagian besar akan sembuh total,

dan yang lain akan sembuh dengan gejala sisa kelainan neurologis. Beberapa kelainan yang

mungkin terjadi pasca meningitis adalah:

32

gangguan fokal

kejang

hidrosefalus.

abses otak

tuli

kelumpuhan saraf cranial

II.15. Prognosis

Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin

jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.

Mortalitas meningitis bakterial akut kira-kira 10% dari keseluruhan lebih tinggi pada

infeksi Streptococcus pneumonia.Penyakit pneumokokus juga lebih sering menyebabkan gejala

sisa panjang (kurang dari 30% kasus) seperti hidrosefalus, palsi nervus kranialis, deficit visual

dan motorik, serta epilepsi.

Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis purulenta,

tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa).

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Gilroy, J. Basic Neurology, Mc Graw Hill. USA. 1997. Hauser,Stephen,L (ed).

Harrison’s. Neurology in Clinical Medicine . Mc Graw Hill. Philadelphia. 2005

2. Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran UI. 2000. Hal 11- 16.

3. Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. 2003. 342 - 343

4. Scheld,MW., Whitley R.Jet al. Infection Of Central Nervous System. 1991. page

335-342.

5. Schwartz MW. Pedoman Klinis Pediatri. 1996. page 203 - 204.

33

6. Retno, M. Penggunaan Kortikosteroid pada Tuberkulosa. Diunduh di

fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal/Vol1.no2.Juli2009/penggunaankortikosteroidpadatub

erkulosa.docx. Pada tanggal 15 Maret 2013.

7. Bridges, C., Woods, L., Coyne, T. Advisory Committee on Immunization Practices

(ACIP) Recommended Immunization Schedules for Adults Aged 19 Years and

Older. Morbidity and Mortality Weekly Report. 28 Januari 2013: hal. 13-18.

8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Infomedika Jakarta. 1985. 622 - 623

34