11
Terapi Rehabilitasi Untuk Meningkatkan Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa Pasca Penyalahgunaan Zat Terlarang Abstrak Terapi pada pasien gangguan jiwa pasca penyalahguanaan zat terlarang tidak hanya didasarkan pada pengobatan psikofarmaka, yang tak kalah penting adalah terapi rehabilitasi yang berguna untuk meningkatkan kemandirian pasien saat dikembalikan pada keluarga dan lingkunganya. Terapi rehabilitasi ini berorientasi pada bidang kepeminatan dan bakat yang dimiliki oleh penderita. berbagai kegiatan rehabilitasi yang pasien jalani antara lain : bidang seni seperti melukis dan bermain musik, kegiatan kerohanian, tata boga, pertukangan dan lain – lain. Dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak seperti keluarga dan petugas rehabilitasi yang terkait dalam program ini sangat diperlukan guna tercapainya sebuah tujuan yaitu mengurangi stigma pada pasien gangguan jiwa dan meningkatkan kemandirian pasien secara ekonomi. Latar Belakang Salah satu kendala dalam upaya penyembuhan penderita gangguan jiwa adalah stigma dalam keluarga dan masyarakat karena masih banyak anggapan bahwa gangguan jiwa adalah suatu aib atau penyakit yang memalukan sehingga biasanya penderita dikucilkan. Program rehabilitasi sangat diperlukan sebagai persiapan penempatan kembali ke keluarga dan masyarakat. Pada program ini pasien dimotivasi untuk berkarya pada bidang yang mereka minati.

Case Report

Embed Size (px)

DESCRIPTION

drug abuse

Citation preview

Terapi Rehabilitasi Untuk Meningkatkan Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa Pasca Penyalahgunaan Zat Terlarang

Terapi Rehabilitasi Untuk Meningkatkan Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa Pasca Penyalahgunaan Zat Terlarang

Abstrak

Terapi pada pasien gangguan jiwa pasca penyalahguanaan zat terlarang tidak hanya didasarkan pada pengobatan psikofarmaka, yang tak kalah penting adalah terapi rehabilitasi yang berguna untuk meningkatkan kemandirian pasien saat dikembalikan pada keluarga dan lingkunganya. Terapi rehabilitasi ini berorientasi pada bidang kepeminatan dan bakat yang dimiliki oleh penderita. berbagai kegiatan rehabilitasi yang pasien jalani antara lain : bidang seni seperti melukis dan bermain musik, kegiatan kerohanian, tata boga, pertukangan dan lain lain. Dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak seperti keluarga dan petugas rehabilitasi yang terkait dalam program ini sangat diperlukan guna tercapainya sebuah tujuan yaitu mengurangi stigma pada pasien gangguan jiwa dan meningkatkan kemandirian pasien secara ekonomi.Latar Belakang

Salah satu kendala dalam upaya penyembuhan penderita gangguan jiwa adalah stigma dalam keluarga dan masyarakat karena masih banyak anggapan bahwa gangguan jiwa adalah suatu aib atau penyakit yang memalukan sehingga biasanya penderita dikucilkan. Program rehabilitasi sangat diperlukan sebagai persiapan penempatan kembali ke keluarga dan masyarakat. Pada program ini pasien dimotivasi untuk berkarya pada bidang yang mereka minati.

Persentasi Kasus

Tuan S seorang laki laki berusia 29 tahun seorang penderita gangguan jiwa akibat efeksamping dari penyalahguanaan zat terlarang jenis ganja. Pasien berasal dari keluarga sederhana yang agamis. Ayahnya mempunyai pekerjaan yang tidak tetap sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Pasien merupakan anak ke 2 dari 6 bersaudara ini adalah lulusan sekolah menengah kejuruan negeri jurusan manajemen bisnis.Dengan latar belakang keluarga pasien yang agamis mendorong orang tua pasien untuk memproteksi pasien sedemikian rupa, yang timbul adalah saat pasien ingin memutuskan sesuatu harus berdasarkan atas izin orang tua sehingga pasien sangat tergantung sekali dengan orang tua dalam setiap pengambilan keputusannya. Seiring berjalannya waktu, hal tersebut membuat pasien tidak percaya diri, mempunyai konsep diri yang kurang baik, harga diri rendah, dan perasaan bersalah.Sejak bersekolah di sekolah menengah kejuruan pasien sudah terjerumus dalam penyalahgunaan zat terlarang, dalam kasus ini adalah ganja. Pasien memakai ganja sudah 5 tahun. Gangguan jiwa yang diderita pasien kira kira sekitar 12 tahun yang lalu dan baru ditangani di rumah sakit jiwa sekitar 2 tahun yang lalu. Sebelumnya pasien dibwa berobat oleh orang tuanya ke orang pintar, kyai/ustadz, dan dibwa ke pengajian pengajian dan pesantren berdasarkan informasi yang didapat dari kerabat, saudara atau teman yang berbaik hati memberi saran untuk tempat berobat pasien serta beberapa yayasan kesehatan jiwa. Berdasarkan cerita yang didapat dari pasien, bahwasannya pasien mulai merasakan halusinansi dan bisikan bisikan setelah dirinya memakai narkoba.

Dalam 2 tahun selama pengobatannya di rumah sakit, pasien sudah mengalami kambuh selama 10 kali karena emosinya yang labil. Sebelum mengalami kambuh yang terakhir, sehari harinya pasien menjalani terapi rehabilitasi melalui kegiatan day care. Dalam kegiatan tersebut pasien menjalani serangkaian program rehabilitasi pada bidang yang pasien minati seperti pengajian, bermain musik, dan kegiatan berdagang dalam hal ini pembuatan sirup. Kegiatan tersebut dijalani pasien setiap hari, berangkat dari rumah pagi dan kembali lagi ke rumah pada sore hari. Pihak keluarga belum berani melepas pasien untuk pergi terlalu jauh sehingga untuk menjalani kegiatan tersebut pasien masih diantar jemput oleh pihak keluarga (dalam hal ini ayahnya) karena ada kekhawatiran dari pihak keluarga apabila dilepas akan mudah dijebak atau dijerumuskan oleh orang lain (baik rekan atau orang yang tidak dikenal).Obat obatan yang dikonsumsi pasien rutin diberikan oleh keluarga, bahkan jika keluarga belum memberikan, maka pasien yang memintanya secara langsung kepada keluarga untuk disiapkan obatnya. Menurut keluarga, pasien sudah bisa membedakan obat yang cocok dengan dirinya yang bisa membuat diri pasien tersebut tenang dan membuat badannya enak.Sedikit gambaran dari hasil pemeriksaan psikologis didapatkan bahwa intelegensi pasien berada pada taraf rata rata sehingga pasein cukup mampu menyelesaikan permasalahannya sehari hari. Namun pasien memiliki pola pikir yang kompleks karena adanya respon terhadap suatu kegagalan (frustasi) sehingga daya juang kurang. Pasien memiliki kepribadian yang dependen (ketidakmatangan) hal ini disebabkan karena pola asuh keluarga yang overprotective yang menyebabkan konsep diri negatif, perasaan tidak nyaman dan timbul paranoid. Hal tersebut didukung oleh pola kerja yang sistematis, tanggung jawab dan inisiatif serta konyak sosial yang cukup baik. Pasien juga memiliki orientasi masa depan yang baik. Dari hasil pemeriksaan psikologis tersebut didapatkan kesimpulan bahwa adanya ketidakseimbangan dalam diri pasein sehingga kurang dapat berpikir realistis.DiskusiRehabilitasi adalah suatu proses yang kompleks yang meliputi berbagai disiplin dan merupakan gabungan dari usaha medik, sosial, edukasional dan vokasional yang terpadu untuk mempersiapkan, menyalurkan/menempatkan dan membina seseorang agar dapat mencapai kembali taraf kemapuan fungsional setinggi mungkin. (WHO, 1980 dan DitKesWa, dalam Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit di Indonesia 1983) Program rehabilitasi ini biasanya dilakukan dilembaga rahabilitasi misalnya dibahagian lain di Rumah Sakit Jiwa khusus untuk untuk penderita yang kronis. Di lembaga itu penderita tidak hanya diberi terapi psikofarmaka tetapi juga menintegrasikan dengan jenis jenis terapi yang lainnya termasuk keterampilan. Dalam lembaga rehabilitasi ini para penderita merupakan kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antar sesama penderita dengan para pelatih. Program rehabilitasi ini tidak hanya diikuti oleh penderita yang dirawat jalan.

Program rehabilitasi sebagai persiapan kembali ke keluarga dan masyarakat meliputi berbagai macam kegiatan, antara lain :

1. Terapi kelompok

2. Menjalankan ibadah keagamaan bersama sama (jamaah)

3. Kegiatan kesenian (menyanyi, musik, tari tarian, seni lukis4. Terapi fisik berupa olah raga

5. Keterampilan (membuat kerajinan tangan)

6. Berbagai macam kursus

7. Bercocok tanam (bila tersedia lahan)

8. Rekreasi (darmawisata)

9. Dan lain sebagainya.

Lembaga rehabilitasi yang ideal seyogyanya memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta para pengasuh/pelatih/pembimbing (instruktur) yang profesional, terdiri dari psikiater, pekerja sosial, psikolog, guru agama, guru kesenian, guru olahraga, guru keterampilan, guru bimbingan belajar/les, guru pertania dan lain lain yang terkait.Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3 6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit 2 kali, yaitu evaluasi sebelum mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi saat penderita akan diekmbalikan ke keluarga dan masyarakat. Bila program rehabilitasi dapat diikuti dengan baik, maka diharapakan bila penderita kembali ke keluarga dan masyarakat sudah mempunyai keterampilan dan penyesuaian diri yang lebih baik sehingga produktivitas kerjanya dapat dipulihkan.Tujuan dari rehabilitasi pasien adalah mengurangi stigma pada pasien gangguan jiwa dengan cara meningkatkan kemandirian secara ekonomi. Intervensi rehabilitasi pada pasien tersebut didasari pada motivasi dan kegiatan prakarya dibidang yang pasien minati. Berikut ini adalah tabel mengenai proses dan hasil dari berbagai macam kegiatan rehabilitasi yang pasien jalani di unit rehabilitasi rumah sakit jiwa.

KegiatanProsesHasilKeterangan

A. MelukisMula mula dengan pensil diatas kertas, jika baik, dengan cat minyak diatas kanvasEmosi dan bakat klien tersalurkan- Lukisan dijual/dipajang- Untuk pasien yang berbakat melukis

B. Tata Boga- Persiapan (tutup kepala, celemek)- Klien mencatat bahan dan cara pembuatan

Pembuatan tugas

- Praktek- Mengekspresikan kemapuan- Penerapan di rumah- Selasa dan Jumat- 100 butir telor asin

- Dijual pada karyawan RS

C. Pertukangan- Persiapan bahan dan alat

- Penjelasan

- Pelaksanaan- Motivasi kerja

- Produk pembersihDalam proses untuk konsumsi laundry dan karyawan

D. Pertamanan Menyalurkan hobi

Motivasi kerja

Daur ulang sampah dapu dan tamanDalam proses untuk digunakan pada taman taman RS

Bidang kepemintan yang pasien minati pada kasus ini antara lain : bidang seni seperti bermain musik dan melukis, pengajian, dan pasien ingin mempunyai penghasilan sendiri. Dengan didasari pada bidang kepeminatan tersebut maka dibuatlah suatu rencana pemulihan pasien (RPI). Rencana pemulihan individu tersebut berisi :

1. Goal 1

Isu bidang kehidupan

Pengenalan diri (agama)

Keadaan saya sekarang

Alhamdulillah keimanan dan ibadah saya semakin ada peningkatan

Saya bisa membaca Al-Quran, solat 5 waktu dan dzikir

Strategi saya

Mengikuti pengajian dan diskusi rutin di rehab dan mushola dekat rumah Bertanya pada Ustadz bila tidak tahu

Membaca buku buku agama

Kekuatan saya

Dapat membaca Al-Quran, salat 5 waktu dan dzikir

Ada sarana pengajian tiap hari senin dan kamis di rehab

Gol/harapan saya ingin seperti apa

Saya ingin lebih jauh lagi mengenal siapa Tuhan saya dan bagaimana agama saya

Langkah langkah yang harus saya ambil

Ikut pengajian di rehab tiap senin dan kamis

Bertanya pada Ustadz/guru ngaji yang tidak saya tahu

Belajar sungguh sungguh

Bagaimana orang lain bisa membantu saya

Tersedianya pengajian rutin

Dukungan dari suster atau mantri serta keluarga

Hasil apa yang kemudian terjadi

Klien mendapat informasi dan pengetahuan agama

Klien rajin mengikuti pengajian, bahkan sekali waktu dapat mengisi acara pengajian

2. Goal 2

Isu bidang kehidupan

Mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang

Keadaan saya sekarang

Saya masih bergantung sama orang tua

Belum mendapat pekerjaan yang menghasilkan

Strategi saya

Meyakinkan keluarga bahwa saya benar - benar mau mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain

Ikut latihan keterampilan di rehab Kekuatan saya

Klien yakin kalau tekun dan ikhlas karena Alloh SWT pasti akan tercapai

Selama ini klien ikut kegiatan berjualan di dapur rehabilitasi dan es sirup

Gol/harapan yang saya ingin seperti apa

Saya ingin mempunyai penghasilan sendiri

Saya ingin bisa hidup mandiri

Saya ingin menabung jika ada penghasilan

Strategi/langkah langkah yang harus saya ambil

Ikut membantu berjualan di dapur rehab

Belajar berjualan es sirup di RS

Saya akan bekerja bersungguh sungguh

Bagaimana orang lain bisa membantu saya

Adanya dukungan dari dokter atau perawat

Ada fasilitas untuk berjualan es sirup

Dukungan keluarga

Hasil yang kemudian tercapai

Klien berjualan es sirup di depan instalasi rehabilitasi

Mendapat keuntungan dari berjualan es sirup

Dengan adanya rencana pemulihan individu tersebut pasien disediakan wadah untuk bisa menyalurkan bakat dan kepeminatannya. Di tempat rehab, saat pengajian pasien mampu membaca Al-Quran, mengajarkan teman temannya mengaji dan menjawab pertanyaan yang menyangkut agama. Dalam kegiatan bermusik pun pasien mampu memainkan berbagai macam alat musik terutama gitar, pasien menguasai berbagai macam lagu dari sholawat sampai lagu rock.

Dukungan dari pihak keluarga untuk membuat pasien mandiri pun tidak kalah pentingnya. Hal tersebut ditunjukkan keluarganya dengan cara menyediakan kolam ikan lele. Diharapkan dengan kolam ikan lele ini, pasien dapat menjadi mandiri dan belajar berwirausaha. Kolam lele tersebut dimaksudkan untuk menampung ikan lele yang didapatkan dari seorang kenalan pihak keluarga dan pasien diharapkan dapat memasarkan ikan lele ke rumah makan yang menyediakan menu ikan lele di pinggiran jalan sekitar rumahnya.

Proses rehabilitasi sangat berguna untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam keluarga dan masyarakat. Hal ini didasari karena masih adanya stigma dalam keluarga dan masyarakat mengenai pasien dengan gangguan jiwa. Pada dasarnya mereka sama seperti kita yang hidup pada keadaan yang umumnya terjadi, mereka pun mempunyai cita cita, mereka pun mampu hidup layak dan mempunyai suatu keahlian yang minimal bisa berguna untuk diri pasien tersebut.

Simpulan

Program rehabilitasi yang dijalani pasien dengan gangguan kejiwaan didasari pada kepemintanan dan bakat yang pasien miliki. Dukungan dari berbagai pihak terutama keluarga dan petugas pada tempat rehabilitasi sangat diperlukan guna tercapainya suatu keberhasilan yang ingin dicapai yaitu kemandirian pasien.Acknowledgement

Pada bagian ini penulis ingin mengucapakan terimakasih banyak pada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses dan hasil penyelesaian laporan ini.Daftar pustaka