Case Report CA Hipofaring

Embed Size (px)

Citation preview

Case Report Session

KARSINOMA HIPOFARING

Oleh :

Hermalina Sherli Utami Raras Hayati Rokayah

07120093 07923041

PRESEPTOR: dr. Effy Huriyati, Sp.THT-KL

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RSUP DR M. DJAMILPADANG 2012

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan Hipofaring adalah bagian faring yang paling bawah, dan meluas dari tulang hyoid sampai kebagian atas dari esophagus yang merupakan batas bawah dari kartilago krikoid. Hipofaring adalah suatu tempat yang sangat tidak menguntungkan yang jelek.1,2 Angka kejadian tumor ganas hipofaring sekitar 5%-10% dari semua tumor ganas pada saluran pernapasan bagian atas. Biasanya pasien dengan tumor ganas ini datang dalam keadaan yang lanjut dan sering disertai masalah seperti kekurangan gizi serta ada massa di kerongkongan.2,3 Tumor ganas pada hipofaring sering terjadi di daerah sinus piriformis. Tumor ganas pada laring biasanya tumbuh lambat serta bermetastasis lambat, sedangkan tumor hipofaring pertumbuhan serta bermetastasis dengan cepat dan bersifat ganas.2,4 Tumor ganas hipofaring mempunyai angka harapan hidup yang sangat dimana pengobat ganas hipofaring ini di tujukan untuk mempertahankan dan an kecil, tumor ganas pada anemia yang sangat pada bagian kepala dan leher, jika ditemukan tumor tumor ganas, karena pengobatan yang sulit dan disertai prognosis

signifikan, dan biasanya penderita tumor ini datang dengan keluhan tidak enak dan seperti

menjaga fungsi dari hipofaring. penyakit, maka akan dapat

Dengan pemeriksaan yang benar serta mengetahui perjalanan mengurangi komplikasi.2,5

ditentukan stadium serta pengobatan yang baik untuk dapat hasil terapi yang baik serta untuk

Karsinoma hipofaring mempunyai prognosis yang jelek di banding bagian lain pada kepala dan leher karena kecenderungannya menyebar ke submukosa dan akan sangat cepat bermetastase ke kelenjar limf leher dan retrofaring.2,6

1.2 Anatomi Hipofaring Hipofaring terletak dibagian posterior dari laring, terbuka lebar di sebelah kranial dan makin menyempit ke kaudal sampai pembukaan esophagus.Pada bagian kranial dimulai dari pinggir atas epiglotis dan berakhir pada pinggir bawah kartilago krikoid.2,4,6

Lumen hipofaring berbentuk kerucut dimana bagian atas lebih lebar dan akan menyempit ke daerah postkrikoid dan daerah esofagus, dimana secara klinis hipofaring terdiri dari tiga regio yaitu: sinus piriformis, dinding posterior faring, dan daerah postkrikoid.2,4,6,8 Sinus piriformis berada setentang laring dan meluas dari lipatan epiglotik faring ke batas atas esofagus. Berhubungan ke lateral dengan membrane tirohioid dan kartilago tiroid. Sedangkan ke arah medial dengan lipatan ariepiglotik, permukaan posterolateral aritenoid dan kartilago krikoid. Dinding posterior faring meluas setentang tulang hyoid sampai ke daerah sendi krikoaritenoid. Regio post krikoid merupakan bagian dinding anterior hipofaring antara batas atas dan bawah lamina krikoid.2,9 Dinding hipofaring terdiri dari 4 lapisan: 1 . lapisan mukosa, lapisan paling dalam berupa epitel stratified skuamous . 2 . lapisan fibrous dari aponeurosis faring. 3 . lapisan otot yang dibentuk oleh otot konstriktor faring . 4 . fasia yaitu lapisan terluar. Aliran darah hipofaring berasal dari pembuluh darah besar di leher dan termasuk cabang dari arteri tirohioid superior, arteri lingual, arteri faring asenden.2 Persarapan dari hipofaring adalah berasal dari nervus glossofaringeus serta nervus vagus melalui bagian faring dan cabang dari saraf laring bagian atas dimana persarafan vagus juga berasal dari saraf arnold, persarafan motorik otot kontriktor bawah melalui kumpulan saraf di faring sedang mempersarafi otot konstriktor faring inferior berasal dari nervus laringeus rekuren untuk otot krikofaringeus.2,4,5 Sistem limfatik sinus piriformis berjalan dari sinus piriformis melewati membran tirohioid dan berjalan bersama arteri laringeal superior akan masuk kedalam kelenjar limf yaitu: subdigasterika, jugular lateral, limf jugular bersama pembuluh darah fasial. Postkrikoid sistem limfatik berjalan bersama persarafan dari laringeal rekuren .Sedang untuk dinding posterior faring sistem limfatik melalui kelenjar limf retrofaringeal atau jugular interna. 2,10

1.3 Etiologi Penyebab pasti dari tumor ganas hipofaring belum diketahui dengan jelas. Merokok dan alkohol merupakan salah satu penyebab, dimana alkohol dapat menekan respon imun serta membuat karsinogen hidrokarbon di dalam tembakau menjadi efektif. Keadaan kekurangan dari zat zat gizi, serta penurunan imun sellular juga akan menambah berat keadaan penyakit.2,4,7

1.4 Epidemiologi Tumor ganas hipofaring merupakan 5 % - 10 % tumor ganas yang menyerang sistem pernafasan bagian atas.Pria lebih banyak terserang dari pada wanita. Mungkin hal ini

berhubungan dengan banyaknya jumlah rokok yang dikonsumsi. Tumor ganas ini menyerang rata-rata pada usia 50-80 tahun. Sindrom Plummer Vinson merupakan gabungan antara anemia kekurangan besi dengan tumor post krikoid.2,10 Insiden dalam satu tahun di eropa 1: 100.000. Sedangkan di Francis terjadi 14 per 100.000 per tahun. Tumor ganas sinus piriformis dan dinding faring lebih sering pada pria dari pada wanita.5,.9

1.5 Gejala dan tanda Gejala dan tanda yang paling sering dan berhubungan dengan tumor ganas pada

hipofaring berupa :suara serak, dispnea, disfagia, nyeri pada tenggorokan dan nyeri alih pada

telinga. Pemeriksaan rongga mulut serta keadaan gigi perlu dilakukan juga untuk mengetahui gangguan di rongga mulut.2,7. Dispnea dan stridor dapat juga dijumpai pada keadaan penyakit yang lanjut yang terjadi karena adanya sumbatan jalan napas oleh massa dari tumor. Penderita dengan tumor ganas pada post krikoid dapat juga dijumpai anemia dan juga splenomegali. 2,3,7 Tumor ganas hipofaring biasanya tampak setelah penyakit sudah lanjut. Tumor ganas ini bersifat agresif dan tumbuh dengan cepat. Biasanya akan mengadakan penyebaran ke kelenjar limf dan pembesaran pada kelenjar limf retrofaring.2,5. Dapat juga di jumpai Sindrom Peterson Kelly pada penderita tumor ganas postkrikoid yang dapat terlihat pada lidah berupa glosittis dan stomatitis. 2,7 Gerakan pita suara dan fungsi laring harus diperiksa dengan seksama, karena jika telah melibatkan organ ini tampaknya penyakit sudah lebih parah dan berimplikasi yang signifikan pada penanganan.2,8

1.6 Perluasan Tumor Tumor ganas hipofaring hampir sebagian besar adalah tipe sel skuamosa dengan tingkat diferensiasi yang bervariasi. Variasi tempat terjadinya meliputi daerah sinus piriformis, dinding posterior faring dan regio postkrikoid. 2,7,10

1.6.1 Karsinoma Sinus Piriformis Sinus piriformis adalah tempat yang paling sering terlibat. Terdapat 60% - 70% dari semua tumor ganas hipofaring. Lebih banyak terjadi pada pria diatas umur 50-60 tahun. Tumor ini tumbuh dengan sangat cepat dan bersifat agresif serta mempunyai prognosis yang jelek.2,4 Penyebaran submukosa ke daerah lain dari hipofaring dan di servikal esofagus dapat terjadi melalui penyebaran jauh. Dan penyebaran pada bagian lateral tumor sinus piriformis

meliputi kartilago tiroid dan juga jaringan ikat di leher. Sedang pada bagian medialnya akan meliputi laring dan juga paraglotik.2,4,8 Tumor ini terbatas pada suatu daerah yang dibatasi pada daerah superior oleh plika glossoepiglotik, di inferior oleh puncak sinus piriformis dan dilateral oleh kartilago tiroid dan bagian medial oleh plika ariepiglotika. 2 Karena ukuran dari sinus piriformis yang besar, biasanya sering asimtomatik dalam waktu yang lama.

Tumor

dapat tumbuh ke arah

atas

yaitu daerah valekula dan pada daerah dasar lidah.

Kebawah ke regio post krikoid dan kelipatan ariepiglotik dan ventrikel dan dapat berinfiltrasi ke kartilago tiroid. 2,9

1.6.2 Karsinoma Dinding Posterior Faring Penyebaran dari karsinoma dinding belakang hipofaring sering eksophitik dan tidak menyerang fasia prevertebra sampai menjadi lanjut. Tumor juga akan menyebar kearah

lateral,sedang ke arah superior akan ke dasar tonsil dan orofaring, sedangkan ke arah bawah akan menyebar ke arah postkrikoid.2,4 Tumor ini biasanya menginvasi kartilago krikoid dan juga otot krikoaritenoid posterior,dimana penyebaran sering ke kelenjar limf paratrakea profunda.2,5 Tumor ganas ini dapat mengenai permukaan valekula epiglotis, valekula pangkal lidah dan juga tumor ini sering mengenai plika glosoepiglotik.2 maupun ke kelenjar limf

1.6.3 Karsinoma Regio Postkrikoid Tumor ganas postkrikoid sering tidak menunjukan gejala sampai pada stadium

lanjut.Tumor ini sering menyerang membran kartilago krikoid dan muskulus krikoaritenoid. Perluasan kebagian bawah dapat masuk ke esofagus servikalis. 8. Tumor ini cenderung terjadi pada wanita, yang bersamaan dengan Sindrom Plummer Vinson.2,7

1.7 Penyebaran Limfatik Hipofaring mempunyai sistem limfatik yang luas, terutama sinus piriformis yangbanyak kelenjar limf midservikal dan kelenjar limf jugulodigasterika. Insiden metastasis servikal di daerah hipofaring adalah 63%.

1.8 Patologi Tumor ganas pada hipofaring yang paling sering adalah karsinoma sel skuamosa yang biasanya bersifat agresif, walaupun sangat jarang dapat juga di jumpai paraganglioma dengan karakteristik nyeri yang dapat meluas ke telinga 2,7 tumor jinak

1.9 Staging Sistem penentuan stadium secara khusus telah dibuat oleh The American Joints Committee on Cancer ( AJCC ) untuk menentukan luas dan penyebaran yang telah terjadi. Lesi primer pada hipofaring dapat diklasifikasikan sebagai berikut :2 T is T1 T2 : karsinoma insitu. : tumor terbatas pada 1 sisi dari hipofaring dan ukuran lebih kecil dari 2 cm. : tumor telah menyerang lebih dari satu bagian dari hipofaring dan besar lebih dari 2 cm dan kurang dari 4 cm. T3 T4 : ukuran tumor lebih dari 4 cm atau telah terfiksasi ke hemilaring. : tumor telah menyerang tiroid atau kartilago krikoid tiroid, esofagus dan jaringan lunak. Klasifikasi untuk kelenjar limf pada hipofaring adalah sama seperti tempat lain pada kepala dan leher.2 Nx No N1 N2a : Pembesaran kelenjar limf regional tidak dapat di nilai. : Tidak terdapat penyebaran kelenjar limf regional. : Pembesaran kelenjar limf pada ipsilateral dengan ukuran kurang dari 3 cm . : Pembesaran kelenjar limf pada ipsilateral dengan ukuran lebih 3 cm dan kurang dari 6 cm. N2b N2c : Pembesaran kelenjar limf dengan multi ipsilateral dan tidak lebih 6 cm. : Pembesaran kelenjar limf dengan bilateral atau kontralateral dan tidak lebih dari 6 cm. N3 : Pembesaran kelenjar limf dengan bilateral dan kontralateral dan lebih 6 cm. tulang hioid, kelenjar

Metastase ( M ): Mx Mo M1 : Metastase tidak bisa ditemukan. : Tidak ada metastase jauh. : Metastase jauh.

1.10 Diagnosis Diperlukanya pemeriksaan pada kepala dan leher secara teliti dan menyeluruh pada pasien yang datang dengan massa di leher. Faring biasanya harus dapat tampak jelas dengan cermin laringoskopi indirek, rigid endoskopi , atau endoskopi fleksibel melalui hidung.2,7

Pemeriksaan diagnostik terdiri dari radiologi, endoskopi dan biopsi .Umumnya pasien dengan tumor ganas hipofaring datang dengan keluhan susah menelan atau adanya

massa pada rongga mulut dan datang dalam keadaan yang sudah lanjut. Radiografi dada harus dilakukan untuk melihat penyebaran pada paru, sedang Scan secara umum dipakai untuk memberikan gambaran yang sangat baik induk serta gambaran perluasan dan penyebaran dari tumor 1,6,7,8 Pemeriksaan endoskopi mendapatkan suatu sebelumnya tidak terduga.2,7,11 merupakan bagian dari evaluasi tumor dan untuk CT

pada tumor

materi biopsi serta untuk mendeteksi adanya tumor primer yang

1.11 Terapi Pengobatan pasien dengan tumor hipofaring sangat rumit dan membutuhkan perhatian beberapa faktor seperti: keadaan penyakit, keadaan umum penderita dan penyebaran tumor.2 Secara umum terapi dari tumor hipofaring adalah : radiasi, kemoterapi, operasi atau kombinasi dari ketiganya. 2,7

1.11.1 Terapi Radiasi a. Sinus Piriformis Radioterapi lebih disukai untuk tumor hipofaring T1 dan T2, dimana lesi awal dapat diberikan radioterapi dengan dosis tinggi, khususnya tumor yang eksophitik. Terapi maupun

radiasi dapat juga dilakukan pada stadium awal dari kelenjar limf servikal 66,6 70 Gray ( Gy ).2,5. b. Dinding Posterior Faring Infiltrasi tumor kejaringan padat dan kenyal dari dinding

retrofaringeal. Dosis yang diberikan adalah 1,8 2 Gray ( Gy ) / hari dengan dosis total

belakang sering akan

mengakibatkan kerusakan pada fasia prevertebra dan ligamen spinalis anterior, dimana radiasi tidak memberikan hasil yang baik pada keadaan ini. Untuk lesi primer tumor pada belakang dinding hipofaring membutuhkan radioterapi setelah operasi untuk melindungi kelenjar limf retrofaring untuk mengurangi resiko penyebaran kelenjar tersebut.2 c. Postkrikoid

Tumor pada daerah postkrikoid biasanya luas dan telah menyebar jauh ke servical esofagus maka penyinaran hasilnya relatif kurang efektif.2

1.11.2 Terapi Bedah. a. Sinus Piriformis Pengangkatan tumor ini dilakukan dengan cara parsial faringolaringektomi, insisi dilakukan ke ipsilateral valekula dan bagian bawah ipsilateral sinus piriformis bagian

belakang,dilanjutkan insisi ke bawah ventrikel laring dan terus ke komisura anterior dan ke permukaan interaritenoid secara tegak lurus ke batas atas kartilago krikoid. b. Dinding Posterior Faring Operasi pengangkatan dilakukan melalui lateral atau suprahioid faringotomi. Pertama laring dibuka kemudian insisi kebagian lateral yang dilakukan dengan hati-hati untuk

menghindari perlukaan pada saraf hipoglossus serta persarapan laringeal superior.Operasi rekontruksi dipakai spit-thickness skin graf yang dapat di buka pada hari 7 sampai hari ke 10. c. Postkrikoid Tumor ganas post krikoid sering tidak menunjukan gejala sampai pada stadium lanjut dan lesinya sering menyerang membran kartilago krikoid, aritenoid dan dapat juga menyebar ke esofagus. Pada keadaan ini dapat dilakukan total laringektomi atau faringektomi parsial yang diikuti dengan terapi radiasi post operasi.2,11

1.11.3 Kombinasi Terapi Radiasi Dan Pembedahan Umumnya pasien yang telah dioperasi dengan tumor ganas hipofaring hampir seluruhnya diberikan terapi dengan radiasi. Terapi radiasi post operasi mempunyai hasil kirakira 20% - 40 % dibandingkan dengan hanya operasi saja.2,7 Pemberian kombinasi radiasi dan pembedahan memberikan angka keberhasilan yang lebih baik pada pengobatan.2

1.11.4 Kemoterapi Kemoterapi dalam pengobatan karsinoma sel skuamosa pada hipofaring untuk kelangsungan hidup. Tetapi

mempertahankan fungsi dari organ dan meningkatkan masa beberapa peneliti menganjurkan dengan kombinasi pengobatan.2,12

1.12. Komplikasi Secara umum, komplikasi yang terkait dengan operasi besar di bagian lain dari kanker kepala dan leher juga berlaku untuk pasca operasi laryngopharyngectomy. Kebanyakan komplikasi awal reseksi tumor hipofaring adalah karena hasil dari kebocoran di lokasi penutupan faring. Status gizi preoperatif pasien, riwayat terapi radiasi sebelumnya, serta jenis pilihan rekonstruksi juga dapat mempengaruhi perkembangan fistula faring. Faktor lain seperti penutupan yang ketat yang disebabkan oleh mukosa yang tersedia tidak memadai atau adanya tumor di margin reseksi juga akan mengarah pada pengembangan fistula faring. Infeksi, perdarahan, serta tidak terhentinya luka juga menjadi resiko tinggi. Obtruksi jalan nafas biasanya menjadi perhatian di awal periode pada pasien pasca operasi trakeostomi. Perawatan yang baik dan suction yang rutin dapat menjadi pencegahan masalah ini. Komplikasi berikutnya yang dapat terjadi setelah operasi kanker hipofaring adaah aspirasi, yang dapat menyebabkan pneumonia. Rehabilitasi menelan di bawah pengawasan fisioterapi adalah wajib bagi pasien. Kesulitan menelan juga dapat disebabkan dari stenosis setelah rekonstruksi circumferential dan mungkin memerlukan pelebaran ulang pada saat rawat jalan.

1.13. Prognosis Tumor ganas hipofaring bersifat agresif dengan prognosis yang jelek dan

menyebar secara lokal maupun jauh. Terapi biasanya dikombinasikan, baik pembedahan, kemoterapi maupun dengan radiasi. Untuk tumor ganas dinding

dengan belakang

hipofaring angka bertahan hidup 5 tahun sebesar 35% - 44% dengan pembedahan dan radiasi. Untuk tumor ganas sinus piriformis angka bertahan hidup 5 tahun rata - rata 40% - 60% dengan pembedahan dan radiasi. Sedang untuk tumor postkrikoid angka bertahan hidup 5 tahun rata-rata 2 % dengan pengobatan radioterapi dan pembedahan.2,3

BAB II ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN Nama Umur : Ny. B : 78 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan No MR Alamat : 776575 : Koto Tangah, Padang

Suku Bangsa : Minang

ANAMNESIS Seorang pasien perempuan berumur 78 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil tanggal 6 Maret 2012 dengan :

Keluhan Utama : Susah menelan sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang : Susah menelan sejak 3 bulan yang lalu. Satu bulan sebelumnya pasien merasa ada yang mengganjal di tenggorok, lalu timbul rasa susah menelan yang makin lama makin bertambah, sekarang pasien hanya bisa makan makanan cair. Pasien sering mengeluarkan air ludah, dan riwayat keluar air ludah bercampur darah ada. Suara berubah menjadi serak sejak 2 bulan yang lalu, makin lama makin serak hingga sekarang Penurunan berat badan dalam 3 bulan terkhir 6 Kg. Bengkak pada leher kanan dan kiri sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, awalnya bengkak dirasakan sebesar telur puyuh makin lama makin membesar dan sekarang sebesar telur ayam kampung dan tidak disertai nyeri. Riwayat nyeri menelan disangkal. Lidah sukar digerakkan tidak ada.

-

Sesak nafas tidak ada Riwayat tidur mengorok tidak ada dan saat ini pasien tidur dengan posisi bantal ditinggikan.

-

Riwayat bicara pelo tidak ada Riwayat gangguan pada pengecapan tidak ada

Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada yang berhubungan

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor leher atau tumor pada anggota tubuh yang lain

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan : Pasien seorang ibu rumah tangga, kebiasaan merokok tidak ada Konsumsi ikan asin dan makanan yang dibakar jarang.

PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tekanan darah Frekuensi nadi Frekuensi nafas Suhu : Tampak sakit sedang : Composmentis kooperatif : 120/80 mmHg : 88 x/menit : 20 x/menit : 36,8 0C

Pemeriksaan Sistemik Kepala Mata Thorax Abdomen : normochepal : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik : paru dan jantung dalam batas normal : dalam batas normal

Extremitas

: akral hangat dan refilling kapiler