Upload
jihan-nurlaila
View
37
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MUSKOLOSKELETAL
Citation preview
BAB II
ILUSTRASI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Status Pekerja : Harian
Usia : 36 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Karyawan PT. X Departemen Plantations Divisi
Area I
Lama Bekerja : 7 jam/hari
Alamat : Bedeng Gumak
B. Anamnesis Penyakit (Autoanamnesis pada 5 September 2013)
Keluhan Utama : kulit gatal
Keluhan Tambahan : kulit kemerahan, lecet, badan terasa linu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Balai Pengobatan Central PT.X dengan keluhan kulit gatal di
punggung dan kaki kanan, keluhannya disertai kemerahan dan lecet di sekitarnya.
Keluhannya ini dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Awalnya kulitnya dikatakan
terlihat kemerahan dan timbul bintik bintik merah berbentuk bulat sebesar kepala
jarum pentul dan dan sering digaruk-garuk oleh pasien sehingga menimbulkan
luka (lecet). Keluhan ini dikatakan muncul setelah punggung dan kaki kanan
5
pasien terkena cairan pestisida pada waktu penyemprotan kebun tebu. Os
menjelaskan bekerja di bagian plantation divisi I yang bertugas menyemprot
pestisida. Pada saat bekerja Os memakai perlengkapan baju lengan panjang,
celana panjang, sepatu boot, penutup muka dari kain berbahan kaos dan sarung
tangan. Cairan pestisida yang disemprotkan setiap bekerja ditempatkan
dipunggung sehingga cairan pestisida yang tercecer saat pengisisan dapat
menembuh baju dan mengenai kulit punggung. Pekerja lain pun banyak yang
berkontak langsung dengan pestisida tetapi, hanya beberapa saja yang
menimbulkan keluhan seperti yang dikeluhkan Os saat ini. Selain itu Os juga
mengeluh badannya terasa linu, tidak disertai rasa kaku pada pagi hari. Keluhan
linu biasanya timbul pada saat malam hari setelah Os bekerja pada pagi harinya.
Karena keluhan dirasakan semakin parah, Os memutuskan untuk pergi ke Balai
Pengobatan untuk memeriksakan penyakitnya. Setelah bertemu dengan dokter, Os
diberi obat salep dan dua macam obat minum.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku pernah mengalami keluhan serupa + 2 bulan yang lalu, keluhan
dirasakan lebih parah daripada saat ini.
C. Anamnesis Okupasi
1. Jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali, serta lama kerja di tiap pekerjaan tersebut
6
Jenis pekerjaan bahan/material yang digunakan
tempat kerja (perusahaan)
lama kerja
a.Harian tetapbagian penyemprotan pestisida
- Pestisida : 1)ametrin, 2) 24 D, 3) Diamin, 4) Parakuat
- APD : Masker dan sarung tangan
Di kebun tebu dengan area pekerjan yang panas.
7 jam / hari selama 6 hari dalam semingguJam operasional 07.00-11.30, 13.30-15.00 WIB. Di jam kerja dislingi dengan break
2. Uraian Tugas
Pasien merupakan pekerja harian yang bertugas menyemprot pestisida di
perkebunan tebu. Pekerjaan menyemprot sudah dijalani pasien selama 5
tahun terakhir. Proses penyemprotan terdiri dari kelompok yang tiap
kelompok terdiri dari 19-20 orang. Setiap orang mempunyai hak untuk
menyemprot lahan seluar 0,5 hektar. Dapat dilakukan sendiri atau
berkelompok untuk meringankan beban kerja para penyemprot.
Proses penyemprotan dimulai dengan penyampuran pestisida dengan
pelarut, ada 4 macam pestisida yang digunakan yaitu ametrin, 24 D,
Diamin, dan parakuat yang semuanya merupakan herbisida yaitu untuk
mengusir tanaman hama dan gulma. Keempat jenis pestisida tersebut
dicampur dengan air dari tangki yang sudah tersedia dan dilarutkan sampai
homogen. Setelah homogen, cairan pestisida selanjutnya dituangkan ke
akat penyemprot pestisida yang dipanggung dipunggung penyemprot.
Selanjutnya setiap petugas penyemprot mulai menyemprot lahan
perkebuna tebu sesuai dengan luas lahan yang telah ditentukan.
7
Lama kerja dalam satu hari yaitu 7 jam, sekali menyemprot dapat
membutuhkan waktu 2-3 minggu tergantung tingkat pertumbuhan tebunya.
Dalam 1 tahun dapat 2-3 kali penyemprotan. Untuk penyemprotan
perusahaan telah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu berupa
masker debu dan sarung tangan dari karet. Perlengkapan yang digunakan
pasien berupa baju kaos lengan panjang, celana panjang, boot dan topi.
Dapat yang digunakan mudah menyerap air sehingga cairan pestisida yang
tercecer pada baju dapat dengan mudah kontak dengan kulit dibawahnya.
Dari pihak perusahaan sendiri tidak menyediakan baju khusus untuk
penyemprotan pestisida.
Alat Pelindung Diri yang telah disediakan perusahaan berupa masker dan
sarung tangan hanya sebagian saja yang benar-benar digunakan oleh
pekerja penyemprot. Sebagian dari mereka tidak menggunakan sarung
tangan dengan alasan sarung tangan cepat panas karena terkena sinar
matahari, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman selama proses
penyemprotan pestisida. Setiap sebelum dilakukan penyemprotan dari
pihak perusahaan selalu mengadakan pengarahan tentang tata cara
penyemprotan pestisida dan pentingnya penggunaan APD. Akan tetapi
tingkat kesadaran pekerja yang masih rendah sehingga masih terdapat
beberapa pekerja yang tidak menggunakan APD pada saat penyemprotan
khususnya pekerja yang bertugas mencampur dan menuangkan cairan
pestisida ke alat penyemprot pestisida. Hal ini dapat menimbulkan
kecelakaan kerja di lapangan seperti kontak pestisida dengan kulit,
terhirupnya pestisida yang mengakibatkan kecelakaan kerja.
3. Bahaya Potensial
Tabel 2. Bahaya Potensial dan Risiko Kecelakaan Kerja
Bahaya
Potensial
Masalah Kesehatan Tempat Kerja Lama Kerja
Fisik Suhu Panas : terpapar panas yang Kebun Tebu 7 jam/hari
8
berlebihan dapat mengakibatkan
dehidrasi, heat stroke, dll.
Kimia Terkena Cairan pestisida Kebun Tebu 7 jam/hari
Biologis Terkena gigitan hewan (ular, babi
hutan, kera)
Kebun Tebu 7 jam/hari
Psikologis Beban kerja yang berat dapat
menimbulkan stress
Kebun Tebu 7 jam/hari
Ergonomi Beban Tangki pestisida tidak terlalu
bermasalah
Kebun Tebu 7jam/hari
4. Hubungan pekerjaan degan penyakit yang dialami (gejala / keluhan yang ada)
Pekerjaan utama pasien adalah karyawan di bagian plantation yang bertugas
menyemprot pestisida. Pekerjaan dibagian ini rentan kontak dengan pestisida
jika proses penyemprotan dan APD yang digunakan tidak sesuai standar,
seperti terhirupnya pestisida yang dapat mengakibatkan keracunan pestisida,
kontak pestisida dengan kulit yang menimbulkan gatal-gatal dan kemerahan
pada kulit seperti pada dermatitis kontak iritan akibat pestisida.
Analisis Hubungan Pekerjaan Dengan Terjadinya Penyakit akibat Kerja
Berdasarkan anamnesis dan hasil observasi di lapangan ditemukan akar sebab
terjadinya penyakit akibatkerja adalah lima faktor man,material, method, machine
dan environment.
9
1. Faktor Manusia
Faktor manusia yang berperan menimbulkan penyakit akibat kerja pada pasien
ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan mengenai zat –zat irritan yang dapat
menyebabkan dermatitis kontak irritan dan rendahnya kesadaran pekerja untuk
menggunakan APD yang telah disediakan.
2. Faktor Metode
Faktor metode yang berperan menimbulkan penyakit akibat kerja pada pasien
ini adalah penggunaan APD yang tidak benar, seperti penggunaan kaos
sebagai pengganti masker, sehingga APD yang digunakan tidak sesuai atau
standar.
3. Machine
Belum adanya sanksi yang tegas dari pihak perusahaan terkait ketaatan dalam
menggunakan APD sesuai standar, sehingga pekerja mengabaikan penggunaan
APD yang baik dan benar selama penyemprotan.
4. Environment
Cuaca yang panas di area perkebunan tebu dapat menyebabkan pasien lebih
mudah berkeringat dan memudahkan absorpsi cairan pestisida melalui kulit.
5. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berperan menimbulkan penyakit akibat kerja pada
pasien ini adalah cuaca di area kerja yang panas sehingga dapat
mengakibatkan pekerja mudah berkeringat yang mempermudah masuknya zat
pestisida melalui kulit.
10
D. Pemeriksaan Fisik (5 september 2013)
Status Present
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 79 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
Status Generalis
KEPALA
Bentuk : normocephal
Rambut : hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : sklera anikterik, konjungtiva tidak pucat
Telinga : liang lapang, serumen (-)
Hidung : deviasi septum (-)
Mulut : bibir kering
LEHER
Bentuk : simetris
Trakhea : di tengah
KGB : tidak teraba pembesaran KGB
THORAX
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus vokal simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
11
Auskultasi : Suara napas vesikuler pada seluruh lapang paru, rhonki
(-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus Kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus Kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas di sela iga III linea parasternal kiri
Batas kanan di sela iga IV linea parasternal kanan
Batas kiri di sela iga V linea midklavikularis kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : perut datar, simetris
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
EKSTREMITAS
Superior : t.a.k
Inferior : t.a.k
12
Status Dermatologis
Pada regio punggung dan cruris dekstra tampak lesi berbentuk macula eritema,
berbatas tidak tegas dan asimetris disertai daerah eksoriasi.
Gambar 1. Gambaran Dermatitis Kontak Iritan Pada Pasien
E. Diagnosis Okupasi
a) Diagnosa klinis/kerja :
Dermatitis Kontak Iritan
b) Identifikasi pajanan yang dialami :
- Pajanan kimiawi : cairan pestisida
c) Hubungan pajanan dengan penyakit:
Kecelakaan kerja yang terjadi pada pasien ini adalah terpaparnya kulit
punggung dan kaki oleh cairan pestisida pada saat penyemprotan di area
perkebunan tebu. Bahan kimia dalam kasus ini yaitu pestisida menurut
Cohen (1999) merupakan penyebab terbesar dermatitis kontak iritan di
13
tempat kerja. Bahan kimia untuk dapat menyebabkan kelainan pada kulit
ditentukan dari ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi. Melalui
kontak yang cukup lama dan konsentrasi yang memadai Faktor man dan
machine sangat berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja ini. Faktor
man yaitu kurangnya pengetahuan para pekerja mengenai zat –zat irritan
yang dapat menyebabkan dermatitis kontak irritan serta masih rendahnya
kesadaran pekerja untuk menggunakan APD yang telah disediakan..
Faktor machine yaitu belum tersedianya peraturan tentang penggunaan
APD pada saat penyemprotan, sehingga memungkinkan pekerja untuk
tidak menggunakai APD tanpa adanya sanksi terkait. Akibatnya masih
banyak pekerja yang tidak menggunakan APD sesuai standar.
d) Signifikansi tingkat pajanan terhadap timbulnya penyakit:
Lamanya pajanan pestisida pada pekerja yaitu selama 2-3 minggu, 6 hari
per minggu, 7 jam perhari menimbulkan kontak yang cukup signifikan
antara pekerja dengan pestisida.
e) Identifikasi kerentanan individu :
Kurangnya pengetahun tentang zat-zat iritan serta kesadaran penggunaan
APD pada saat bekerja mengakibatkan lebih rentannya kontak antara
pestisida dengan pekerja baik melaui kulit atau terhirup.
f) Investigasi pajanan non okupasi :
Tidak didapatkan pajanan non okupasi pada pasien ini.
14
g) Penetapan diagnosis penyakit akibat kerja:
Diagnosis klinis ini adalah dermatitis kontak iritan disebabkan kecelakaan
kerja, dimana kecelakaan kerja merupakan bagian dari penyakit yang terkait
hubungan kerja. Berdasarkan keputusan menteri ketenagakerjaan istilah ini
disamakan dengan penyakit akibat kerja.
F. Penatalaksanaan
Medikamentosa:
Asam mefenamat 3 x1 tab
Dexametason 2x1 tab
Antihistamin CTM 4 mg 3x1 tab
Salep kloramfenikol dan hidrokortison 2 x sehari
Non-Medikamentosa
Edukasi :
1) Memakai APD mengambil langkah-langkah perlindung lainnya untuk
menghindari kontak kulit dengan cairan pestisida.
2) Menegenali dan mencegah kontak secara langsung bahan-bahan atau zat-
zat yang dapat menimbulkan DKI
3) Mengurangi aktifitas yang memperberat lesi (menggaruk) untuk
meminimalisasi gesekan terhadap lesi yang dapat memperlama
penyembuhan.
15
G. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
16