51
Beyond Cabotage; Tinjauan Kebijakan Penunjang Capt. Witono Suprapto 2013

CASE STUDY New Energizer to the Maritime Sector in Indonesia

  • Upload
    poetoet

  • View
    20

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Maritime Sector in Indonesia

Citation preview

Slide 1

Beyond Cabotage;Tinjauan Kebijakan PenunjangCapt. Witono Suprapto2013

1Asas CabotageBeyond CabotageMaret 2005Pemerintah menerbitkan Insruksi Presiden No.5 tahun 2005Mei 2008Pemerintah Menerbitkan UU No.17 tahun 2008Mei 2010INSA Mulai Memperkenalkan Program Beyond Cabotage. Juli 2011Rapat Umum Anggota (RUA) INSA Merekomendasikan Agenda INSA tentang Beyond Cabotage9 Oktober 2012.INSA & BUMN membentuk Task Force Beyond Cabotage27 Februari 2013MoU CIF untuk ekspor antara Mendag, Kadin Indonesia, INSA, Apindo, GPEI, ALFI, ASEI dan Indonesia Exim Bank.Maret 2013.Dibentuk Tim KhususTerm of Trade CIF untuk Ekspor

Milestone Cabotage ke Beyond CabotageApril 2010Lahirlah PP No.20 /2010Tentang Angkutan di Perairan

Team Task Force Transformasi FOB ke CIFSK Menteri Perdagangan no 127.1/M-Dag/Kep/3/2013

Pendataan Produk Ekspor dan cara pengangkutannya.

Pemetaan (Roadmap) Produk Ekspor yang didorong untuk CIF dalam kegiatan ekspor.

Pembuatan Rencana Aksi terhadap Produk Ekspor yang akan didorong menggunakan term CIF.

Team Task Force Transformasi FOB ke CIFPENDATAAN :

Pendataan referensi jumlah freight cargo muatan ekspor.

Pendataan referensi nilai premi assuransi cargo muatan ekspor.

Sosialisasi pengisian angka Freight dan Premi assuransi dalam format Bea Cukai kepada eksportir di 6 Pelabuhan Nusantara. i.e: Jakarta Semarang Surabaya Medan Makassar Balikpapan.

Usulan Roadmap Beyond Cabotage

Asas CabotageBeyond CabotageASEAN Economic Community

Tiga Agenda INSA hingga 2015Instruksi Presiden No.5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional dari Aspek Perdagangan: Muatan impor yang biaya pengadaan dan/atau pengangkutannya dibebankan kepada APBN/APBD wajib menggunakan kapal yang dioperasikan oleh perusahaan pelayaran nasional dengan tetap memperhatikan ketentuan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.

Instruksi Presiden No.5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional dari Aspek Perpajakan: Menyempurnakan kebijakan perpajakan yang lebih mendukung tumbuh dan berkembangnya industri pelayaran nasional dan industri perkapalan, termasuk pemberian insentif kepada pemilik muatan ekspor yang diangkut dengan kapal berbendera Indonesia dan dioperasikan oleh perusahaan pelayaran nasional.

Landasan Hukum Beyond CabotagePasal 11 UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran.Kegiatan angkutan laut dari dan ke luar negeri dilakukan oleh perusahaan angkutan laut pelayaran nasional dan/atau perusahaan angkutan laut asing dengan mnenggunakan kapal berbendera Indonesia dan/atau kapal asing.

Perusahaan angkutan laut asing hanya dapat melakukan kegiatan angkutan laut ke dan dari pelabuhan Indonesia yang terbuka bagi perdagangan luar ngeri dan wajib menunjuk perusahaan nasional sebagai agen umum.

Pasal 25 PP No.20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.Pengangkutan barang impor milik Pemerintah dan/atau pemerintah daerah harus menggunakan kapal berbendera Indonesia yang dioperasikan oleh perusahaan angkutan laut nasional.

Landasan Hukum Beyond Cabotage

Peluang Angkutan Luar Negeri IndonesiaDampak KrisisBiaya Angkutan

Ancaman Angkutan Luar Negeri Indonesia

Kekuatan Angkutan Luar Negeri Indonesia

Kelemahan Angkutan Luar Negeri IndonesiaMasih ada Kebijakan Pelayaran yang selama ini menghambat sektor ini untuk meningkatkan daya saing dengan negara lainnya.

Adanya kebijakan fiskal yang menjadi penghambat bagi industri pelayaran untuk bersaing dengan pelayaran luar negeri pada angkutan ekspor/impor.

Adanya kebijakan moneter yang belum berpihak kepada pengembangan industri pelayaran nasional.

Tiga Kondisi Regulasi Angkutan LautNoKebijakan/Peraturan KegiatanDampak Ekonomi/Usaha PelayaranKelaziman Internasional PelayaranDPP INSAProgressSaranDasar Pemikiran 1

2.

3.

4.Revisi Keputusan Menteri Perhubungan No.70 tahun 2000 tentang Pengawakan Kapal.

SK Direktur Jenderal Perhubungan Laut No. PY/1/3-91 tentang Jadwal Perlimbungan/Pengedokan Kapal Indonesia.

Ratifikasi Asas Penahanan Kapal (Arrest of Ship).

IMO Number

Pengawakan kapal

Kegiatan Pengedokan kapal minimal tiap 3 tahun.

Dukungan atas kegiatan pembiayaan kapal.

Penerapan IMO Number.

Operasional kapal di Indonesia bisa lebih efisien sehingga menurunkan biaya logistik nasional.

Operasional kapal di Indonesia bisa lebih kompetitif & meningkatkan daya saing pelayaran nasional.

Permudah mendapatkan pembiayaan dan meningkatkan daya serap pelayaran terhadap sumber pembiayaan.

Meningkatkan daya saing kapal nasional.Disesuaikan dengan kondisi perairan pelayaran setempat.

Docking rata-rata tiap 5 tahun.

Menganut Asas Penahanan Kapal.

Berlaku IMO Number secara benar.Direvisi

Direvisi

Diratifikasi.

Diberlakukan secara benara.

b.Defisit pelaut Indonesia yang begitu tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah kapal. Menambah biaya bagi usaha Pelayaran

Masih menjadu bahasan di Kementerian Perhubungan.Menurunkan biaya operasional kapal nasional.

Perlunya penyesuaian masa berlaku sertifikat kapal sesuai kelaziman internasional.Masih pada tahap usulan dari INSA kepada Kementerian Perhubungan.Pembiayaan kapal di Indonesia perlu dioptimalkan dalam rangka pemberdayaan.Sudah menjadi bahasan Kementerian Perhubungan, tapi sampai sekarang belu ada realisasi.

Sudah menjadi usulan INSA kepada Kementerian Perhubungan.Banyaknya kapal-kapal tua yang usianya dipermuda sehingga mengkhawatirkan dari sisi keselamatan..

Masalah Kebijakan di Sektor PelayaranPeraturan PemerintahKegiatanDampak Ekonomi/Usaha PelayaranKelaziman Internasional PelayaranDPP INSAProgresSaran5

6

7.

8.

9.

10.

P & I

Kapal crew boat dan penumpang

SPS (Special Purpose Ship) dan SPL Code.

Sea and Coast Guard

Interest Rate

Marine Labour Convention (MLC). Kemenhub KemenNaker Kemenkumham KemenLU.Penerapan P & I sesuai UU Pelayaran.

Kapal crew boat dan penumpang perlu dibedakan.

Pengaturan mengenai SPS (Special Purpose Ship) dan SPL Code.

Badan Penjagaan Laut dan Pantai.

Penurunan bunga pembiayaan kepada pelayaran.

Penerapan fasilitas ruang kerja dan ruang isrirahat bagi Pelaut.Angkutan pelayaran domestik dan internasional bertumbuh.

Memberikan kepastian kebijakan antara kapal crew boat dan penumpang.

Memberikan kepastian pengaturan di bidang SPS dan

Menghapus pungli, dan memberikan kepastian akan security pelayaran.

Bunga bank di Indonesia untuk pelayaran terbilang tinggi yakni mencapai di atas 10%.

Meningkatkan produktifitas kerja.

Ada

Ada

Ada

Ada

Hanya 3%-6%

AdaDiberlakukan sesuai UU Pelayaran.

Diberlakukan di Indonesia sesuai UU Pelayaran

Diberlakukan sesuai UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran.

Segera dibentuk sesuai UU Pelayaran.

Perlu lembaga khusus pembiayaan maritime

Pelayanan pelayaran domestik diberikan kemudahan.Di berbagai negara di dunia, P&I sudah diberlakukan sehingga berdampak terhadap pertumbuhan pelayaran.

Kapal crew boat dan penumpang memiliki perbedaan treatment.Meningkatkan pertumbuhan perdagangan.

Menggairahkan industri pelayaran.

Di berbabagi negara, SPS dan SPL Code diberlakukan dalam rangka meningkatkan safety dan security pelayaran.

Biaya tambahan di pelayaran sangat besar akibat tumpang tindih kewenangan dalam hal penjagaan laut dan pantai.Sudah menjadi usulan INSA kepada Kementerian Perhubungan.

Konsep PP sudah selesai dibahas di Kementerian Perhubungan..Bunga bank diberikan hanya 3%--6%.

Pem RI agar segera meratifikasi MLC-2006.

Sudah lama menjadi usulan kepada Kementerian Perhubungan.

Sudah menjadi usulan dan masukan INSA kepada Kementerian Perhubungan.

ContinuedPeraturan PemerintahKegiatanDampak Pada Usaha Pelayaran NasionalKelaziman Internasional PelayaranDPP INSADampak Ekonomi MakroSaranDasar Pemikiran/Peraturan Pemerintah1PP 38/2003 tentang Jasa Tertentu Yang Dibebaskan PPN :B/M Kontainer Dikenakan PPN 10%Menambah Biaya B/M 10% Perusahaan Pelayaran0% / Tidak Ada VATDibebaskan PPNa.Adanya Hubungan Integral Antara Jasa Pelabuhan Dengan Jasa Angkutan Laut yang dibebaskan dari PPNa.Menurunkan Biaya Logistik di Indonesiab.Adanya Suatu Kelaziman Di Dunia Internasional Bahwa Jasa Pelabuhan Bagi Pelayaran Internasional Dikecualikan Dari Pengenaan PPN

b.Meningkatkan Penerimaan Negara (Kajian FISIP UI Desember 2011)c.Per DJP No: SE 08/PJ.532/1999 Tentang PPN Atas Jasa Kepelabuhanan Untuk Kapal Jalur Pelayaran Internasional

Saat Ini Masih Proses Revisi PP di Kementerian Keuangand.PP No. 28 Tahun 2009 Tentang Perlakuan PPN Atas Penyerahan Jasa Kebandarudaraan Tertentu Kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Untuk Pengoperasian Pesawat Udara Yang Melakukan Penerbangan Luar Negeri

Masalah Regulasi di Bidang FiskalPeraturan PemerintahKegiatanDampak Pada Usaha Pelayaran NasionalKelaziman Internasional PelayaranDPP INSADampak Ekonomi MakroSaranDasar Pemikiran/Peraturan Pemerintah2

3.PMK 80 Th. 2012

PP 38/2003 pS. 4.a

Voyage Charter Dikenakan PPN 10%

Penjualan Kapal < 5 Th, Fasilitas PPN Harus Dibayar Kembali Oleh Perusahaan Pelayaran

Tidak Kompetitif Dengan Pelayaran Asing

Belum Ada PER-DJP

Menambah beban perusahaan Pelayaran

0% / Tidak Ada

0% / Tidak AdaPPN Tidak Dipungut

Penerbitan Per-DJP PPN Angkutan Laut Umum

Penjualan Kapal < 2 Th PPN Dibebaskan

a.Kelaziman Internasional Angkutan Laut Bukan Objek PPNPositif

Menurunkan Biaya Logistik di Indonesiab.

a.

b.

c.Termasuk Kategori Angkutan Umum di Air

Kontrak Dengan Pertamina/KPS 2 Th

Mengikuti Kebutuhan Kapal Pertamina/KPS

Membantu Pemberdayaan Pelayaran Nasional (INPRES 5/2005)

Positif & investasi pelayaran bergairah.

ContinuedPeraturan PemerintahKegiatanDampak Pada Usaha Pelayaran NasionalKelaziman Internasional PelayaranDPP INSADampak Ekonomi MakroSaranDasar Pemikiran/Peraturan Pemerintah4

5

6.

UU PPH Atas Laba Penjualan Aktiva

PP 38/2003

UU PPH No.17/2000Laba Penjualan Kapal Dikenakan Tarif 25%

Pembelian Bunker Terhutang PPN 10%

Impor kapal Floating Crane dikenakan PPN 10% dan PPH Pasal 17Menghambat Investasi/Peremajaan Kapal Baru.

Menambah Biaya OperasionalTidak Kompetitif Dengan Pelayaran Asing.

Menambah Biaya Operasional.

Tidak Kompetitif Dengan Pelayaran Asing

0% / Tidak Ada

0% / Tidak Ada

0% / Tidak Ada

Laba Penjualan Kapal Dikenakan Tarif Khusus 1% (NP : 4%x25%)

PPN DTP

PPN DTP

a.Membantu Pemberdayaan Pelayaran nasional (INPRES 5/2005)Positif

Peremajaan Kapal

Menurunkan Biaya Logistik

Menurunkan Biaya Logistik

b.Meningkatkan Jumlah Armada Kapal Nasional

PPN Keluaran Tidak Ada

INPRES 5 Th. 2005 : Pemberdayaan Pelayaran Nasional

PPN Keluaran Tidak Ada

INPRES 5 Th. 2005 : Pemberdayaan Pelayaran Nasional

Continued

Persaingan Tak seimbang Pelayaran Nasional vs Asing

Beyond cabotage menjadi satu dari tiga agenda INSA hingga 2015 yang memerlukan dukungan kebijakan dan regulasi yang berpihak kepada kepentingan nasional.

Diperlukan revisi atas kebijakan-kebijakan pelayaran, fiskal dan moneter yang selama ini menjadi hambatan dalam memperkuat industri pelayaran nasional untuk disetarakan dengan negara lainnya.

KesimpulanTHANK YOU

21

Beyond Cabotage untuk Angkutan Laut Luar Negeri Darmansyah Tanamas

September 2013

Sasaran Kebijakan Ekonomi NasionalPotensi Sumber Daya Manusia yang Besar.Indonesia Menganut Sistem Perekonomian Pasar TerbukaSasaran Kebijakan EKonomiPeningkatan Ekspor, Mengurangi Impor.Peningkatan Penggunaan Produk Dalam NegeriEkspor Sebagai Driver Pertumbuhan Ekonomi. Devisa Ekspor sebagai Sumber Pembiayaan)Potensi Sumber Daya Alam yang Besar

September 2013Perkembangan Perdagangan Luar NegeriTahunNilai (US$ Miliar)Volume (Juta Ton)2010157,8478,92011203,5582,22012190,0600,1TahunNilai (US$ Miliar)Volume (Juta Ton)2010135,7110,72011177,4128,22012191,7136,3Secara nilai maupun volume, trend ekspor dan impor Indonesia meningkat dari tahun-tahun. Pertanyaannya:Mengapa kontribusi ekspor Indonesia terhadap produk domestic bruto (PDB) kecil?(Sumber: BPS, diolah)

September 2013Kontribusi Ekspor Terhadap PDB NasionalPada kwartal I tahun ini, kontribusi ekspor Indonesia terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 20%. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan Thailand sebesar 66,2%, Malaysia tercatat 79,3%, dan Singapura yang menembus 157,6%. (Sumber: Kemendag)Nilai ekspor Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara-negara lain karena nilai tambah ekspor Indonesia rendah.Ekspor mayoritas produk row material- Term of trade menggunakan FOB.Angkutan menggunakan kapal luar negeri.- Daya saing produk belum setara.

September 201325Angkutan Luar Negeri Dikuasai Non-NasionalVolume201020112012Muatan kapal luar negeri516,04525,69532,50Persentase90,98%525,69%90,14%Muatan kapal nasional51,1655,1855,20Persentase9,02%9,50%9,86%Jumlah567,20580,87587,70

Perbandingkan porsi muatan kapal nasional dan kapal luar negeri pada perdagangan luar negeri Indonesia selama tiga tahun terakhir.

September 2013Potensi Devisa dari Ongkos AngkutSejalan dengan pertumbuhan muatan angkutan laut luar negeri, potensi devisa dari ongkos angkut terus meningkat. Nilainya mencapai 6%-10% tehadap total nilai ekspor.Rata-rata Freight: US$25 per ton.

September 2013Beyond Cabotage: Kegiatan Angkutan Ekspor dan Impor Indonesia Menggunakan Kapal yang dioperasikan oleh perusahaan pelayaran nasional, berbendera nasional dan atau diawaki oleh awak berkebangsaan Indonesia.

Tujuan Beyond Cabotage: Membantu negara memaksimalkan kegiatan perdagangan luar negeri sebagai lokomotif pertumbuhan melalui upaya mengamankan potensi devisa dari freight yang selama ini hilang sebesar IDR 120 triliun per tahun.

Beyond Cabotage untuk Angkutan Luar Negeri

September 2013Beyond Cabotage Tanggung Jawab BersamaAsas CabotageBeyond CabotageKementerian PerhubunganKementerian PerdaganganKementerian ESDMKementerian KeuanganKementerian PerindustrianKementerian BUMNBKPMPelayara nDPRPerbankan/ AsuransiEksportir/ ImportirPemiik Barang Menyelamatkan Potensi Devisa Negara

September 201329Ekspor mayoritas menggunakan term of trade FOBImpor mayoritas menggunakan term of trade CIFPenetapan alat angkut ditentukan pembeli.Pemilik kapal menawarkan kapalnya kepada pembeli di luar negeri, padahal barang ada di Indonesia.Potensi devisa menguap.Peluang investasi bagi pelaku usaha nasional kecil.Ekspor menggunakan term of trade CIFImpor menggunakan term of trade FOB Penetapan kapal ditentukan oleh pemilik barang.Pemilik kapal menawarkan kapalnya kepada pemilik barang di Indonesia.Potensi devisa negara terselamatkan.Peluang investasi lebih terbuka bagi pelaku usaha nasional.Target/Sasaran Beyond CabotageKONDISI SAAT INITARGET/SASARAN

September 2013STAKEHOLDERS>> Pelaksanaan Term of Trade CIF untuk Ekspor dan FOB untuk Impor.

>> Pembiayaan Berbunga Rendah atau Setara dengan Negara Tetangga.

>> Penyiapan Infrastruktur dan Fasilitas Pelabuhan.Strategi Implementasi Beyond Cabotage

September 2013FOB (FREE ON BOARD) C&F(Cost & Freight)CIF (Cost, Insurance & Freight)Tanggung jawab eksportir dalam pengangkutan barang ekspor sampai ke pelabuhan muat.Resiko dan biaya serta pemilihan sarana pengangkut barang ekspor dibebankan kepada salah satu pihak (Eksportir/importir) berdasarkan kesepakatan.Resiko, Biaya dan Asuransi serta pemilihan sarana pengangkut barang ekspor dibebankan kepada salah satu pihak (eksportir atau importir) berdasarkan kesepakatan.TERM OF TRADEPENGERTIAN NILAI TAMBAH/KURANGPerbandingan Nilai Tambah Term of Trade Penyediaan alat angkut dilakukan oleh buyer.Peran alat angkut nasional mengecil/tidak ada.Potensi penerimaan devisa hilang besar.Alat angkut disediakan pemilik barang.Peran alat angkut nasional besar.Potensi penerimaan devisa meningkat.Dampak ekonomi lebih besar.Alat angkut disediakan pemilik barang.Peran alat angkut nasional besar.Potensi penerimaan devisa meningkat.Dampak ekonomi lebih besar.

September 2013MoU Cost Insurance Freight (27 Februari 2013MoU perubahan term of trade dari FoB menjadi CIF untuk ekspor antara Menteri Perdagangan dengan Kadin Indonesia, INSA, Apindo, GPEI, ALFI, ASEI dan Indonesia Exim Bank.

Implementasi CIF pada aktivitas ekspor Indonesia diperkirakan mampu menambah penerimaan devisa sebesar 10% dari nilai ekspor sekitar US$20 miliar.Pembentukan Pokja (Kelompok Kerja) perubahan Term of Trade CIF untuk ekspor.

Pemetaan dan penetapan komoditas utama, kendala dan tantangan dalam penggunaan term of trade CIF pada aktivitas ekspor Indonesia.Study Awal (Dalam proses)Uji coba pengapalan komoditas term of trade CIF pada angkutan ekspor.

Kerangka regulasi/kebijakan atau roadmap tentang beyond cabotage.Implementasi (Dalam Proses)Proses Implementasi Beyond Cabotage

September 2013Dampak Program Beyond Cabotage

Indonesian National Shipowners AssociationJumlah Perusahaan Pelayaran: INCREASEJumlah kapal berbendera Indonesia INCREASELapangan pekerjaan EXPANDEDNilai tambah lainnya NATIONAL SOVEREIGNITYMarket Share Kapal Nasional GROWTHEkonomi Nasional BOOMINGInvestasi nasional EXPANDED.

34KesimpulanDevisa Ekspor sebagai sumber pembiayaan pembangunan dapat diperbesar melalui peningkatan nilai tambah produk ekspor nasional dan penggunaan produk dalam negeri.

Peningkatakan nilai tambah ekspor nasional dapat dilakukan dengan melaksanakan program nasional beyond cabotage yang diawali dengan perubahan term of trade FOB menjadi CIF.

Penggunaan kapal berbendera nasional memberikan multiflier effect yang besar sehingga dapat menjadi lokomotif pertumbuhan baru perekonomian nasional dari industri maritime.

September 2013

Terima KasihINSAwww.insa.or.idTelp. (62-21) 3850993, Fax. (62-21) 3849522Email: [email protected] M. Mulia

Kesiapan Armada dan Peluang Investasi pada Program Beyond Cabotage

Bani M. Mulia

Negara Archipelago terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17,480 buah, bentangan laut sepanjang 81,000 KM, luas laut sebesar 5,8 juta Km2 perbanding luas tanah hanya 1,9 juta km2

Negara yang mempunyai populasi terbesar ke empat terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika yaitu 237 juta penduduk.

Pertumbuhan jumlah populasi Middle Class Income yang cukup pesat.

Memiliki pertambangan dengan kandungan mineral, energy dan perkebunan yang terbesar diantara negara-negara ASEAN.

Keunggulan Negara Indonesia38

Kekayaan Sumber Daya Alam IndonesiaProduksi sumber daya alam Indonesia seperti batu bara, gas alam, timah, bouksit, nikel dan minyak kelapa sawit menjadi komoditas utama dunia dan andalan ekspor Indonesia.39Perkembangan volume perdagangan luar negeri Indonesia, baik ekspor maupun impor, selama tiga tahun terakhir cenderung meningkat. Sumber: BPS, diolah

September 2013Uraian201020112013Volume Ekspor Indonesia478,9582,2600,1Volume Impor Indonesia110,7128,2136,3Jumlah589,6710,4736,4Juta Ton

Perkembangan Volume Perdagangan Luar Negeri IndonesiaSektor transportasi laut memainkan peran penting. Lebih dari 90% kegiatan ekspor Indonesia menggunakan moda transportasi laut, sisanya menggunakan moda transportasi lainnya.Sumber: BPS, Kemenhub, diolah

September 2013Uraian201020112013Total Volume Ekspor/Impor589,60710,40736,40Porsi Moda Transportasi Laut567,20580,87587,70Porsi Moda non-Transportasi Laut.22,4129,53148,7Juta Ton

Peran Moda Transportasi Laut pada Perdagangan Luar NegeriKontribusi tiga komoditas strategis (batu bara, bijih nikel dan CPO) pangsa pasar angkutan luar negeri mencapai lebih dari 50%. Tapi, 90% ekspor ketiga komoditas itu menggunakan moda kapal luar negeri.% TahunBatubaraNikelCPOJumlahMuatan LautShare Tiga Komoditas20102081016,45234,45567,2041,3%20112733317,07323,07580,8755,6%20123042818,15350,15587,7059,6%41,3%58,7 %54,4%55,6%40,4%59,6%201020112012Tiga komoditas itu ada di Indonesia dan untuk tujuan ekspor. Tetapi diangkut dengan menggunakan kapal luar negeri.

Perlu segera ambil alih guna meningkatkan nilai tambah ekspor nasional.

Ekspor Didominasi oleh Komoditas Batubara, Bijih Besi dan CPOSumber: BPS, diolahUraian201020112013Muatan Laut Luar Negeri567,20580,87587,70Muatan Laut Dalam Negeri309,00320,25355,02Jumlah876,20901,12942,72Juta Ton

Perbandingan Pangsa Angkutan Laut Luar Negeri dan Dalam NegeriPangsa pasar angkutan laut luar negeri (ekspor dan impor) Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan pangsa angkutan dalam negeri.Volume201020112012Muatan kapal luar negeri516,04525,69532,50Persentase90,98%525,69%90,14%Muatan kapal nasional51,1655,1855,20Persentase9,02%9,50%9,86%Jumlah567,20580,87587,70

Perbandingan porsi muatan kapal nasional dan kapal luar negeri pada perdagangan luar negeri Indonesia selama tiga tahun terakhir. Karena itu, pelayaran nasional mempersiapkan armada niaga nasional untuk angkutan ekspor dan impor Indonesia.

Peran Moda Transportasi Laut pada Perdagangan Luar Negeri

Perkembangan Perusahaan dan Armada Pelayaran NasionalSejak asas cabotage diberlakukan, jumlah perusahaan pelayaran dan armada niaga nasional berbendera Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Khusus kapal niaga nasional, sejak Maret 2005 Maret 2013 terjadi kenaikan hingga 99,20%. Dari sisi kapasitas amrada, terjadi kenaikan hingga dua setengah kali lipat menjadi 17,108 juta GT dari Maret 2005 sebanyak 5,67 juta GT.

Kapal-kapal Niaga Nasional untuk Mendukung Program Beyond Cabotage

Bulk Carrier 92 Unit

Barges3.436 Unit.

Tanker576

Kontainer210

Hari ini, anggota INSA sudah memiliki kapal besar yang dibeli setelah kebijakan nasional asas cabotage diberlakukan: - Jenis VLCC (Very Large Crude Carrier) sebanyak 2 unit. - Jenis VLGC (Very Large Gas Carrier) sebanyak 3 unit

Kapal-kapal Nasional untuk Mendukung Program Beyond Cabotage

Proyeksi Investasi Kapal untuk Angkutan Luar NegeriVESSEL TYPEUSD>=20jtUSD