14
 I. IDENTI TAS PA SI EN  Nama : Tn. A Usia : 27 tahun Jenis kelamin : Laki - laki Agama : Islam Pendidikan : Strata-1 Pekerjaan : !n!rer  Alamat : Jl. "alimantan "elurahan #a$a %akmur &engkulu  N! #% : '(.(1.11 Ta nggal Pemeriksaan : 1)*'7*2'1+ ,ukul 1).'' I& II. Riwa yat Psi kia tri A. Ke luha n Ut ama Pasien ingin erhenti menggunakan shau-shau B. Riwaya t Gan ggu an Se kar ang AUT/ANA%N0SIS Pada tahun 2''7 ketika ,asien erusia 22 tahun menurut ,engakuan ,asien dirin a mulai meng!nsu msi shau -shau . Pertama kali ,asien mengaku hana ingin 3!a-3!a karena ajakan temanna ang mengatakan ah$a dengan meng!nsumsi sh a u- sha u ,ik ir an ak an te ra sa n aman st amin a men in gkat da n da ,at memangkitkan rasa ,er3aa diri saat itu ,asien mengaku ,ertama kali meng!nsumsi shau-shau ersama teman-temanna. A$aln a ,asi en men da,atkan sha u- sha u se3a ra 3uma-3u ma dari teman- temanna dan dinikmati se3ara ersam-sama. &iasana ,asien meng!nsumsi shau- shau jika diajak teman-temanna saja setelah eera,a ulan meng!nsumsi shau- shau ,a sie n mengaku seri ng meras akan keingi nan kuat at au d!r!ngan a ng memaksana untuk menggunakan shau-shau kemali. Pasien mengaku kesulitan dalam mengendalikan hal terseut hingga ,asien meng!nsumsi shau-shau ham,ir setia, 1-2 ulan sekali. "emudian ,asien sering memeli shau-shau dengan teman- temanna unt uk di ,ak ai sendiri jika sedang mer asa stres atau anak ,ik iran. %enuru t ,engak uan ,asi en set elah men g!n sumsi sha u- sha u ,as ien mer asak an stamina dan ke,er3aaan diri meningkat leih ersemangat menjalani akti4itas tidak merasa la,ar dan isa tahan tidak tidur hingga 2-( hari. &iasana ,asien meng!nsumsi 1

Case

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yy

Citation preview

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. AUsia: 27 tahunJenis kelamin: Laki - lakiAgama: IslamPendidikan: Strata-1Pekerjaan: HonorerAlamat: Jl. Kalimantan Kelurahan Rawa Makmur BengkuluNo RM: 03.31.11Tanggal Pemeriksaan : 16/07/2014 pukul 16.00 WIB

II. Riwayat PsikiatriA. Keluhan UtamaPasien ingin berhenti menggunakan shabu-shabuB. Riwayat Gangguan SekarangAUTOANAMNESISPada tahun 2007 ketika pasien berusia 22 tahun, menurut pengakuan pasien, dirinya mulai mengonsumsi shabu-shabu. Pertama kali pasien mengaku hanya ingin coba-coba karena ajakan temannya yang mengatakan bahwa dengan mengonsumsi shabu-shabu pikiran akan terasa nyaman, stamina meningkat dan dapat membangkitkan rasa percaya diri, saat itu pasien mengaku pertama kali mengonsumsi shabu-shabu bersama teman-temannya. Awalnya pasien mendapatkan shabu-shabu secara cuma-cuma dari teman-temannya dan dinikmati secara bersam-sama. Biasanya pasien mengonsumsi shabu-shabu jika diajak teman-temannya saja, setelah beberapa bulan mengonsumsi shabu-shabu pasien mengaku sering merasakan keinginan kuat atau dorongan yang memaksanya untuk menggunakan shabu-shabu kembali. Pasien mengaku kesulitan dalam mengendalikan hal tersebut hingga pasien mengonsumsi shabu-shabu hampir setiap 1-2 bulan sekali. Kemudian pasien sering membeli shabu-shabu dengan teman-temannya untuk di pakai sendiri jika sedang merasa stres atau banyak pikiran. Menurut pengakuan pasien setelah mengonsumsi shabu-shabu pasien merasakan stamina dan kepercayaan diri meningkat, lebih bersemangat menjalani aktivitas, tidak merasa lapar dan bisa tahan tidak tidur hingga 2-3 hari. Biasanya pasien mengonsumsi shabu-shabu dengan cara menghirupnya. Pasien tidak mencampurkan shabu-shabu dengan obat-obatan lainnya.Pasien mengaku merasa selalu membutuhkan shabu-shabu untuk dapat merasa bersemangat, percaya diri, bisa tidak ngantuk dan tidak merasa lapar. Dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak dari jumlah awal untuk mendapatkan efek yang sama disangkal. Tahun 2008 pasien mulai merokok. Pasien mengaku hanya merokok saat bersama temannya (2-3 kali sebulan), pasien biasanya merokok 2-4 batang jika sedang berkumpul dengan teman-temannya. Selain itu pasien juga mengaku pernah mengonsumsi alkohol 2 kali saat bersama temannya. Pasien minum 1-2 botol alkohol hingga pasien mabuk. Pasien tidak ingat jenis atau kadar alkohol yang diminumnya. Namun mengonsumsi rokok dan alkohol tersebut tidak dikonsumsi secara rutin, karena pasien mengaku efek yang didapatkan tidak begitu menyenangkan seperti mengonsumsi shabu-shabu. Tidak ada gejala yang muncul saat pasien berhenti mengonsumsi rokok dan alkohol tersebut.Pasien mengatakan dirinya sadar bahwa kebiasaannya akan merugikan kesehatannya. Pasien tahu bahwa dirinya harus menghentikan kebiasaan ini, namun dorongan untuk mengonsumsi shabu-shabu sulit untuk dikendalikan.Pada bulan Januari 2011 pasien mengatakan bahwa dirinya sempat mencoba berhenti mengonsumsi shabu-shabu. Ia kemudian merasa lemas pada seluruh tubuhnya, pasien juga merasa kurang semangat dan tidak percaya diri dalam beraktivitas jika tidak mengonsumsi shabu-shabu. Kemudian pasien kembali mengonsumsi shabu-shabu dan mengaku setelah mengonsumsi shabu-shabu keluhan tadi menghilang dan ia dapat beraktivitas seperti biasa. Tetapi walaupun masih menggunakan shabu-shabu pasien mulai mengurangi kebiasaannya untuk menggunakan shabu-shabu. Menurut pasien hanya menggunakan shabu-shabu sesekali saja jika bersama teman. Kemudian pasien lebih sering menjual shabu-shabu kepada teman-temannya yang lain dibandingkan menggunakannya.Bulan Februari 2013 pasien pernah dipenjara selama 6 bulan karena tertangkap oleh polisi sedang melakukan transaksi jual-beli shabu-shabu dengan temannya. Selama 6 bulan di penjara, pasien berhenti mengonsumsi shabu-shabu yang lebih sering dikonsumsinya. Pasien mengaku awalnya dirinya menjadi gelisah, tidak enak badan, dan tidak bersemangat sejak berhenti menggunakan shabu-shabu saat itu. Pasien menyangkal pernah melihat bayangan atau suara-suara aneh baik selama mengonsumsi shabu-shabu / alkohol atau saat berhenti menggunakannya. Pasien merasa sedih atau kehilangan semangat dibandingkan biasanya. Pasien masih dapat tidur walaupun tidak selelap biasanya. Setelah menjalani hukuman selama 6 tahun, pasien mengaku merasa tertekan dan merasa tidak berharga karena telah mengecewakan istri dan keluarganya sehingga pasien berniat ingin berhenti total setelah bebas dari penjara.ALLOANAMNESISDiperoleh dari istri pasien, Ny. I seorang perempuan yang menikah dengan pasien pada tahun 2012. Pasien tinggal serumah di rumah milik sendiri. Menurut istri pasien, pasien adalah tipe orang yang mudah dekat dengan orang lain. Dari awal pertemuannya, Ny. I tidak mengira bahwa pasien adalah seorang pengguna narkoba, karena pasien tidak pernah menceritakan kepadanya. Pasien menceritakan tentang kebiasaannya menggunakan narkoba sekitar 3 bulan setelah menikah kepada Ny. I, dan Ny. I berusaha memberikan semangat dan dorongan kepada suami agar bisa berhenti untuk menggunakan narkoba. Istri pasien ingin suaminya sembuh dan terbebas dari obat-obatan. Semenjak hidup bersama, istri pasien menyangkal jika pasien pernah mengamuk atau bersikap kasar di rumah. Pasien juga tidak pernah terlihat berbicara sendiri atau mengaku melihat bayangan. Selain itu, pasien juga tidak pernah memperlihatkan menggunakan obat-obatan sehingga istri pasien menganggap suaminya telah berhenti mengonsumsi obat-obatan.Pasien sehari hari bekerja sebagai sopir direktur disalah satu rumah sakit di kota bengkulu. Pasien pergi bekerja biasanya bersama-sama dengan istrinya seorang perawat pagi hari, biasanya pasien dan istrinya juga pulang bersama-sama sore hari. Pasien biasanya istirahat setelah pulang kerja dan kadang-kadang pergi bertandang kerumah temannya untuk keperluan tertentu. Biasanya pasien sering pergi kerumahnya temannya jika hari libur untuk beberapa jam dan istri pasien tidak merasa keberatan ataupun curiga dengan kebiasaan pasien.C. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Riwayat Gangguan PsikiatriDisangkal2. Riwayat Gangguan MedikPasien tidak pernah mengalami gangguan medik sebelumnya.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol Tahun 2007 mengkonsumsi shabu-shabu Tahun 2008 pasien merokok dan minum alkohol Pasien tidak tidak menggunakan zat psikoaktif lainnya.

D. Riwayat Kehidupan Pribadia. Riwayat pranatalPasien lahir dengan sehat melalui persalinan normal dan cukup bulan, ditolong bidan. Tidak ada gangguan bermakna selama pasien didalam kandungan.b. Riwayat masa kanak-kanak Pasien tumbuh dan berkembang sesuai umur sebagaimana anak seumurnya sehingga pasien tidak ada gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. c. Riwayat masa remajaPasien memiliki banyak teman dan sudah mulai berpacaran.d. Riwayat masa dewasaMenurut istri pasien, pasien memiliki teman yang cukup banyak karena kepribadian pasien yang cepat dekat dengan orang lain dan ramah dengan orang disekitarnya. e. Riwayat pendidikanPasien telah menyelesaikan strata-1 di universitas swasta kota bengkuluf. Riwayat pekerjaanPasien bekerja sebagai sopir direktur di salah satu RS di kota bengkulu.g. Riwayat agamaPasien beragama Islam dan jarang melakukan ibadah.h. Aktivitas sosialPasien sudah jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar semenjak keluar dari penjara dan rehabilitasi. Tetapi sesekali pasien pergi kerumah temannya yang menurut pasien bisa memberikan pengaruh positif kepadanya, karena pasien tidak mau sampai jatuh pada kesalahan yang sama.

E. Riwayat KeluargaDi keluarga tidak ada yang memiliki kebiasan serupa dengan pasien. Pasien merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Pasien dan semua saudara-saudaranya telah menikah. Kakak tertua pasien adalah laki laki tinggal dirumah yang terpisah dengan pasien, begitu juga dengan kakak pasien yang kedua dan ketiga.

Keterangan :

Pasien

Keluarga inti pasien

F. Situasi Sosial SekarangPasien tinggal dengan istri di Bengkulu. Lingkungan tempat tinggal pasien terkesan kurang baik, sedangkan hubungan keluarga dengan tetangga pasien juga kurang baik. Puskesmas juga tidak begitu jauh dari rumah pasien. Saat ini pasien masih bekerja sebagai sopir RS di Kota Bengkulu. Dalam biaya pengobatan pasien dibantu dengan adanya surat keterangan tidak mampu dari dinas sosial, sehingga tidak dikenai biaya. Hubungan pasien dengan kedua orang tua dan kakaknya cukup baik, setiap hari libur biasanya pasien dan istrinya menyempatkan main ke rumah orang tua dan keluarga terdekatnya. Pasien ingin membahagiakan istri dan keluarga dan tidak mau mengecewakan atau mempermalukan keluarganya lagi. Pasien mau berhenti total dari kebiasaannya.

G. Persepsi Pasien Terhadap DirinyaPasien menyadari bahwa kebiasaan dirinya mengonsumsi narkoba salah dan tidak baik untuk kesehatannya. Pasien memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh dan bebas total dari kebiasaanya. Pasien berjanji akan berusaha berhenti total dari mengonsumsi shabu-shabu. Pasien juga berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya dulu.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTALA. Deskripsi Umum1. PenampilanLaki - laki usia 27 tahun, dengan postur atletikus, berpenampilan cukup rapi, warna kulit kuning langsat, rambut sedang berwarna hitam, kuku dan badan tampak bersih, memakai baju kaos oblong warna biru dan celana pendek berwana hitam, tampak tenang.2. KesadaranSecara kualitas dalam batas normal3. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorKeadaan pasien tenang. Pasien tidak memperlihatkan gerak-gerik yang tidak bertujuan, gerak berulang, maupun gerakan abnormal/involunter.4. Sikap terhadap pemeriksaPasien kooperatif, kontak mata (+) adekuat. Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

B. Keadaan Afektif1. Mood: Eutimia2. Afek: Normoafek3. Keserasian: Serasi

C. Bicara / Verbalisasi Kuantitas : Jumlah kata kata banyak, pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas. Kualitas : Bicara spontan, menyambung, volume bicara normal, intonasi dan pengucapan jelas dan pembicaraan dapat dimengerti. Tidak ada hendaya berbahasa

D. Fungsi Intelektual / Kognitif1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan Taraf pendidikanPasien lulusan strata-1 Pengetahuan UmumBaik, pasien dapat menjawab dengan tepat ketika diberi pertanyaan2. Daya konsentrasi Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai dengan selesai. 3. Orientasi Waktu: Baik, pasien mengetahui saat wawancara, hari rabu sore tanggal 16 juli 2014, pukul 16.00 WIB Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada dirumahnya Orang : Baik, pasien mengetahui siapa saja saudaranya, siapa saja yang tinggal serumah dengannya, dan mengetahui sedang diwawancara oleh siapa. Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan wawancara.4. Daya Ingat Daya ingat jangka panjang Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah SD, SMP, SMA. Daya ingat jangka pendekBaik, pasien dapat mengingat warna baju yang digunakannya kemarin Daya ingat segeraBaik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa dan menyebutkan kembali 5 angka yang disebut oleh pemeriksa Akibat hendaya daya ingat pasienTidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.5. Kemampuan menolong diri sendiriBaik

E. Gangguan Persepsi1. Halusinasi: Tidak ada 2. Ilusi: Tidak ada3. Depersonalisasi: Tidak ada4. Derealisasi: Tidak ada

F. Proses Pikir1. Proses pikir : Realistas2. Arus pikira. Produktivitas: Baik, pasien dapat menjawab spontan bila diajukan pertanyaan.b. Kontinuitas: Koheren, mampu memberikan jawaban sesuai pertanyaan.c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa3. Isi pikiran: Waham curiga (-), waham kebesaran (-)G. KemauanKemauan pasien dalam batas normal.H. TilikanTilikan derajat 6.

IV. PEMERIKSAAN FISIKa. Status Generalis KU: Tampak Sehat Sensorium: CM (GCS: E4 V5 M6)Vital Sign TD: 110/80 mmHg Nadi: 85 x/menit RR: 19 x/menit Suhu: 36,5 oC

b. Status InternusKepala Normocephali, rambut tidak mudah dicabut, pertumbuhan rambut merata, dan warna rambut hitam.

Mata Sklera ikterik -/-, conjungtiva palpebra anemis -/-, edema palpebra -/-

Hidung deformitas (-), tidak ada sekret.

Telinga deformitas (-), liang lapang, membran timpani intak

Mulut bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata, mukosa lidah merah

Leher Dalam batas normal

Thorax Tidak terdapat scar, simetris kiri dan kanan

Paru IPernapasan Statis-Dinamis kiri = kanan.

PDalam batas normal

PDalam batas normal

ADalam batas normal

Jantung Iiktus kordis tidak terlihat

Piktus kordis teraba di ICS V linea mid calavikularis sinistra

PDalam batas normal

ABunyi jantung normal

Abdomen IDatar, tampak benjolan (-)

ABising usus (+)

PTimpani (+) di seluruh regio abdomen

PDalam batas normal

Ektrimitas Pitting edema (-/-) pada ekstrimitas, akral teraba hangat.

c. Status Neurologisi. Saraf kranial: dalam batas normalii. Saraf motorik: dalam batas normaliii. Sensibilitas: dalam batas normaliv. Susunan saraf vegetatif: dalam batas normalv. Fungsi luhur: dalam batas normal

V. FORMULASI DIAGNOSIS Laki laki 27 tahun mengonsumsi shabu-shabu sejak usia 22 tahun hampir setiap 1-2 bulan sekali. Sekarang pasien sudah tidak mengkonsumsi shabu-shabu lagi. Marah marah, bicara kacau, dan susah tidur terutama karena terlambat atau lupa minum obat, bukan karena mendengar suara bisikan Mengkonsumsi rokok sampai sekarang

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Aksis I F 19.00 Gangguan mental dan Perilaku akibat penggunaan zat multipel dan zat psikoaktif lainnya tanpa komplikasiAksis II Tidak adaAksis IIITidak adaAksis IVGangguan dalam pergaulan dengan keadaan lingkungan sekitarAksis VGAF scale 80 71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, dll) GAF scale 90 81 (Mutakhir)

VII. PROGNOSISFaktor yang mempengaruhi prognosis ke arah baik, antara lain : Pasien ada keinginan untuk sembuh dan bebas obat total Kesadaran pasien untuk kontrol dan minum obat tinggi Istri dan orang orang disekitar rumah (tetangga) mendukung pasien untuk sembuh dan bebas obat total Pasien masih memiliki keinginan untuk bekerja Pasien berjanji untuk tidak kembali ke kesalahan yang sama

Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas sebagai berikut :Quo Ad Vitam: Ad bonam Quo Ad Functionam: Ad bonamQuo Ad Sanationam: Ad bonam

VIII. Terapi Psikofarmaka Risperidone tab 2 x 2 mg Alprazolam tab 2 x 0,5 mg Psikoterapi & Edukasi Menyarankan untuk mencari kesibukan dan interaksi sosial dengan orang lain dengan tujuan untuk mengatasi kambuhnya gejala Memberikan dukungan dan meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup untuk menghadapi masalah yang sedang di alami. Menganjurkan untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kebiasaannya merokok, karena dapat menghambat kerja obat.

IX. PEMBAHASANGangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat didefinisikan sebagai gangguan yang bervariasi luas dan berbeda tingkat keparahannya akibat penggunaan satu/lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter).Dari hasil wawancara, tidak ditemukan kelainan fisik yang berhubungan dengan gejala-gejala psikiatrik yang dialami pasien, seperti riwayat trauma atau gangguan otak. Dengan demikian, diagnosis banding gangguan mental organik (F0) dapat disingkirkan. Selain itu, ditemukan riwayat konsumsi rokok, alkohol, shabu dan ganja. Dengan demikian, gangguan mental akibat penggunaan zat multipel (F19) perlu dipikirkan.

Dari hasil wawancara dan pemeriksaan psikiatri, dengan berdasarkan kriteria diagnostik dari PPDGJ III menunjukkan bahwa penderita mengalami gangguan psikotik akut akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya (F19). Kriteria diagnostik secara umum telah terpenuhi yaitu adanya riwayat penderita dalam penggunaan zat psikoaktif yang bercampur baur, bukan akibat sindrom ketergantungan dan bukan keadaan putus zat, tetapi tampak adanya gangguan psikotik yang jelas yaitu adanya halusinasi auditorik, visual dan taktil dan gangguan psikomotor dengan manifestasi mengamuk.Psikosa didefinisikan sebagai suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Hal ini diketahui dengan terdapatnya gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berfikir, psikomotorik dan kemauan sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi.tidak ditemukan kelainan fisik yang berhubungan dengan gejala-gejala psikiatrik yang dialami pasien, seperti riwayat trauma atau gangguan otak. Dengan demikian, diagnosis banding gangguan mental organik (F0) dapat disingkirkan.Melalui hasil wawancara, ditemukan gangguan psikotik yang dialami pasien pertama kali 10 tahun yang lalu, dengan riwayat 2 kali menjalani perawatan di RSJ dan RS di Pekanbaru, dengan gejala marah marah, bicara kacau, halusinasi auditorik (+), waham kebesaran (+), waham curiga (+), waham rujukan (+) dengan onset pertama kali 45 hari, maka gangguan psikotik akut bisa disingkirkan dan diagnosis yang mendekati adalah skizofrenia (F 20). Dikaitkan dengan kekambuhan pasien 1 tahun berikutnya sejak onset pertama kali muncul dan adanya riwayat satu episodik psikotik yang jelas di masa lampau untuk skizofrenia (keluhan bicara kacau, halusinasi, waham) dan adanya perawatan diri dan kinerja yang buruk mengarahkan kemungkinan diagnosis ke arah skizofrenia residual (F 20.5). Menilai keadaan pasien sekarang, dilihat dari gejala pasien terkait adanya waham dan halusinasi yang sekarang sudah tidak pernah dialami oleh pasien sejak 1 tahun terakhir, menunjukkan berkurangnya gejala dari gangguan yang dialami oleh pasien, namun pasien masih sering marah marah, bicara kacau dan susah tidur bila telat atau lupa minum obat, menunjukkan bahwa sudah mengarah pada keadaan remisi, namun belum bisa sepenuhnya terlepas dari konsumsi obat, maka diagnosis bisa dipikirkan ke arah skizofrenia residual remisi tak sempurna (F 20.54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III. Cetakan Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Indonesia; 1993. 2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Cetakan Pertama. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya; 2001.3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya; 2007.4. Elvira D, Sylvia, Hadisukanto, Giyanti. Buku Ajar Psikiatri. FKUI. Jakarta. 2003.

12