43
15. Rapatke-13 CATATAN RAPAT P ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG PENDIDIKAN NASIONAL Tahwi Sidang Masa Persidangan Rapat ke - Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Harl, tanggal W ak tu Tempat Ketua Rapat Sekretaris A c a r a Had i r ANGGOTA TETAP : 1. dr. Bawadirnan 1988 - 1989. II 16 Raker Pansus Ke-13 Mendikbud Terbuka Rabu, 14 Desember 1988 09.00 WIB. Etadartha Samiti I Gedung MPR-RI dr. Bawadirnan _ Drs. Noer Fata Pembahasan DIM RUU tentang Pendidikan Nasional. Pansus DPR-RI 46 dari 48 orang Anggota Te tap; 13 dari 23 orang Anggota Pengganti. Pemerintah : Mendikbud beserta Staf. 17. Drs. H. Hasanudin 2. H. Sulaeman Tjakrawiguna, S.H. 18. Mohammad Roem,S.H. 3. H. Suryo Mardjiyo 4. H. Imam Sofwan 19. H. Achrnad H.M.S. S.H. 20. Ibnu Saleh 5. B.N. Marbun, S.H. 21. H.M. Ali Sri lnderadjaja 6. Ir. A. Moestahid Astari 22. Ir. Soewardjo Adikoesoemo 7. Prof. Drs. Wuryanto 23. Har son o 8. H. Obos Syabandi Purwana 9. Drs. Dewa Putu Tengah 24. Dra. Ny. Syamsiar Lasahido 25. H. Djamaluddin Tambunan, S.H. 10. Drs. Osman Simandjuntak 26. Drs. Mozes Adisoerjo Soenario 11. Soegiyono 27. Dr. Ir. Irma Alamsyah, MSc 12. H. Ismael Hassan, S.H. 28. K.H.ASyarifuddin Sapari 13. H. Basyuni Suriamihardja 29. Sahuntung Sastrohamidjojo 14. Ors. DS. lsaac Saujay 30. A.S. Harjono 15. Anton Priyatno, S.h. 31. Roebijanto 16. Drs. H. Iman Soedarwo PS 32. Basas Suyono 830

CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

15. Rapatke-13

CATATAN RAPAT P ANI'TIA KHUSUS RUU

TENT ANG PENDIDIKAN NASIONAL

Tahwi Sidang Masa Persidangan

Rapat ke -

Jenis Rapat

Dengan

Sifat Rapat

Harl, tanggal

W ak tu

Tempat

Ketua Rapat

Sekretaris

A c a r a

Had i r

ANGGOTA TETAP :

1. dr. Bawadirnan

1988 - 1989. II

16

Raker Pansus Ke-13

Mendikbud

Terbuka

Rabu, 14 Desember 1988

09.00 WIB.

Etadartha Samiti I Gedung MPR-RI

dr. Bawadirnan _

Drs. Noer Fata

Pembahasan DIM RUU tentang Pendidikan Nasional.

Pansus DPR-RI

46 dari 48 orang Anggota Te tap; 13 dari 23 orang Anggota Pengganti.

Pemerintah : Mendikbud beserta Staf.

17. Drs. H. Hasanudin 2. H. Sulaeman Tjakrawiguna, S.H. 18. Mohammad Roem,S.H. 3. H. Suryo Mardjiyo 4. H. Imam Sofwan

19. H. Achrnad H.M.S. S.H. 20. Ibnu Saleh

5. B.N. Marbun, S.H. 21. H.M. Ali Sri lnderadjaja 6. Ir. A. Moestahid Astari 22. Ir. Soewardjo Adikoesoemo 7. Prof. Drs. Wuryanto 23. Har son o 8. H. Obos Syabandi Purwana 9. Drs. Dewa Putu Tengah

24. Dra. Ny. Syamsiar Lasahido 25. H. Djamaluddin Tambunan, S.H.

10. Drs. Osman Simandjuntak 26. Drs. Mozes Adisoerjo Soenario 11. Soegiyono 27. Dr. Ir. Irma Alamsyah, MSc 12. H. Ismael Hassan, S.H. 28. K.H.ASyarifuddin Sapari 13. H. Basyuni Suriamihardja 29. Sahuntung Sastrohamidjojo 14. Ors. DS. lsaac Saujay 30. A.S. Harjono 15. Anton Priyatno, S.h. 31. Roebijanto 16. Drs. H. Iman Soedarwo PS 32. Basas Suyono

830

Page 2: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

33. Drs. Made Sudiartha 34. A.R. Lubis 35. Ki. Soeratman 36. Ir. Ida Bagus Putera 37. Soebagjo, S.H. 38. Pudjo Bintoro 39. H. Ismail Hasan Metarewn, S.H.

ANGGOTA PENGGANTI :

1. Dra. Ny.lnne E.A. Soekaryo 2. Drs. H. Hoesni Thamrin Assaat, S.H. 3. Krissantono 4. Ny. R.H. Mahadera Hertasning S. J. Moelyono 6. Warsito Poespojo, S.H.

PEMERINT AH :

40. Drs. H. Zarkasih Nur 41. Sukardi Effendi. S.H. 42. Drs. Suandi Hambali 43. H. Soetardjo Soerjogoeritno, .B.Sc 44. K.H. Sansuri Badawi 45. A. 'fyas Satijono Soenarto 46. Budi Hardjono, S.H.

7. Drs. Awang Paroek Ishak 8. Muhammad Yusuf Husein 9. Sadikun Sugihwaras 10. Ny. Aisyah Alniny, S.H. 11. Drs. H. Ali Sofwan 12. Drs. Subagyo 13. Djupri, S.H.

1. Prof. Dr. Fuad Hassan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) 2. Bambang Triantoro (Sekjen Depdikbud) 3. Harsya W. Bachtiar 4. W .P .Napitupulu 5. Puger 6. Was kit o 7. Moegiadi 8. Soetanto Wirjoprasonto 9. Budihardjo 10. E. Soeharya 11. Sugeng Karno 12. Soejoto 13. D. Budi Kencono, S.H. 14. Ny. Mardiyah Santoso 15. Bambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H.

KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan) :

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Menurut catatan Sekretariat Pansus, quorum telah terpenuhi dan kita lihat semua frak­si telah hadir, dari Pemerintah juga telah hadir, maka dengan mengucap Bismillahi Rah· manirrahiim, Rapat Pansus bersama Pemerintah saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk urnum.

( KETOK PALU)

Salah seorang Pimpinan belwn bisa hadir karena mengikuti ada acara pelantikan Ang­gota Dewan baru, nanti setelah selesai habis acara di sana akan mengikuti rapat ini.

Sepertinya tidak terasa kita telah banyak menangani RUU ini, menurut catatan Pim­pinan dari 60 Pasal 59 pasal telah dibahas. Arah basil pembahasan ada yang disepakati, sesuai dengan persandingan DIM ada yang disepakati dalam pembahasan Pansus, ada yang diserahkan pada Timmus dan ada yang diserahkan ke dalam Panja. Namun ada beberapa

831

Page 3: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

ayat dalam pasal-pasal clan juga sebuah pasal yang kita lewati pada pembahasan yang lalu karena menyangkut pengaturan lebih lanjut dari pasal-pasal sebelumnya.

Di samping itu Pimpinan dengan rasa bahagia juga telah membahas pansus ini, pasal­pasal dan Bab-bab usulan Fraksi-fraksi,, sehingga dari 6 Bab usulan baru dari Fraksi-fraksi,, 5 Bab baru prinsipnya disepakati untuk didalami di dalam Panja dan ada 1 yang di Tunus­kan, sedangkan usulan dari Fraksi-fraksi baik menyangkut ayat baru dan beberapa pasal baru sudah banyak yang terserap pada waktu kita membahas, pasal-pasal RUU dan ada 5 pasal baru waktu itu, kemudian yang satu dianggap tidak dilanjutkan oleh usulan Fraksi yang bersangkutan sehingga ada 4 pasal usulan Fraksi baru yang sudah diangkat, ada yang masuk di dalam kaitannya Panja, penjelasan dan sebagainya.

Dengan demikian menurut catatan Pimpinan yang masih perlu mengalami pembahasan adalah menyangkut Konsiderans, Judul, Penjelasan Umum dan yang tadi kami kemukakan ayat-ayat dan pasal yang menyangkut pengaturan lebih lanjut. Sedangkan penjelasan dari pasal-pasal, sudah banyak masukan-masukan, menurut Pimpinan tentunya konsekuensi logisnya penjelasan itu hams sesuai dengan pasal, pasalnya berubah tentunya penjelasannya bisa disempurnakan, sehingga penjelasan atas pasal-pasal mungkin mempunyai tempat yang cocok untuk di sempurnakan, di dalami dalam Panja maupun Timus sesuai dengan pem­bahasan lebih lanjut pasal-pasal tersebut. Dan ini juga seiring dengan DIM yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang menyebutkan penjelasan itu perlu disempurnakan, dan kita melihat bagaimana perkembangan pasal-pasal.

Tentunya termasuk apabila nanti disepakati ada Bab barn atau pasal baru dari usulan Fraksi-traksi yang akan didalami di Panja itupun sekaligus dipersiapkan penjelasannya.

Oleh karena itu Pimpinan tadi mengusulkan kalau Fraksi-fraksi tidak keberatan, hake· toh berlanjut sampai besok ki ta bisa memberikan suatu tanggapan secara keseluruhan kalau bisa antara konsiderans dengan pengaturan lebih lanjut sedangkan Penjelasan Umum­nya sendiri kalau Fraksi-fraksi ingin memberikan masukan ataupun ulasan saya rasa tidak salah, hanya tentunya Penjelasan Umum akan diselesaikan di dalam Rapat Pansus semacam ini juga tidak akan mem berikan hasil yang kita harapkan bersama.

Kalau Pimpinan melihat di dalam konsiderans, menimbang dan mengingat, di situ ada Fraksi-fraksi yang beranggapan tidak perlu diubah dalarn arti kata tidak ada usulan perubah­an tetapi juga ada usulan-usulan perubahannya.

Kemudian di alam mengingat, dari ke-4 Fraksi ada usulan-usulan perubahannya, usulan perubahan dalam arti kata tambahan ataupun pengurangan penyempurnaan dan sebagai­nya, sedangkan tentang yang saya sebutkan ayat ataupun pasal yang menyangkut tentang pengaturan lebih lanjut, itu ada di dalam pasal yang mengkait kepada jalur, ada pasal yang mengkait tentang jenis, ada pasal yang terkait pada pra-sekolah, ada pasal yang terkait pada pendidikan dasar, ada pasal yang terkait sebagai tindak lanjut perguruan pendidikan tinggi, ada pasal yang terkait pada sebutan di perguruan tinggi, ada pasal yang terkait pada penggunaan sebutan lulusan perguruan tinggi, kemudian ada yang terkait pada kebebasan akademik dan ada juga yang terkait pada keleluasaan gerak peserta didikan dan ada yang terkait pada penyelenggaraan pendidikan oleh masyarakat.

Oleh karena itu Pimpinan tadi mengusulkan kalau Fraksi-fraksi tidak keberatan, hake· katnya ini adalah ada kaitannya satu sama lain, maka kami mohon pendapat Fraksi-fraksi kalau disetujui merupakan satu bahasan bersama, kalau saya tidak boleh mengatakan 1 paket dengan apa yang saya kemukakan tadi karena Pimpinan ini beranggapan sating kait mengkait.

832

Page 4: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

kan, dan sekarang masalahnya apakah ini pasal kita tambahkan atau tidak dalam rangka keseluruhan itu.

Ada tadi maaf FK.P tadi kami mendengar istilah tidak operasional di Pasal 1 ayat (3) tidak operasional, kami menganggap inipun tidak operasional kalau menurut tanggapan kami, yang operasional adalah pasal-pasal yang kita sudah bahas pada waktu yang lalu itu.

Saya kira demikian, terima kasih.

KETUA:

Terima kasih atas tanggapannya FPP, mohon urun rembugnya dari FPDI.

FPDI (Djupri, S.H.):

Saudara Pimpinan dan Sidang yang terhormat, sebagaimana tadi sudah kami tegaskan bahwa tentang komponen ini saya kira memang tidak perlu diulang lalu kemudian dirumus­kan dalam satu pasal tersendiri, memang konotasinya mengenai operasional, ta pi jelas kom­ponen ini memang ada dan disinggung diberbagai peraturan pasal-pasal yang lain tapi per­masafahannya sudah kita maklumi bersama kalau toh itu dimasukkan untuk memberikan penegasan saya kira nantinya akan bisa dituangkan di dalam penjelasan, lalu di mana tem­patnya ya kita cari, sehingga jelas bahwa komponen yang dirnaksud oleh FKP ini sebagai­mana yang diuraikan di dalam usulan Pasal 9 itu, yaitu mencakup unsur keluarga, anak, pe­serta didikan, tenaga kependidikan, dan sebagainya termasuk pengolahan sarana penyeleng­gara pendidikan dan sebagainya.

Demikian Saudara Pimpinan, terima kasih.

KETUA:

Terirna kasih atas tanggapan dari FPDI, ketiga Fraksi telah menanggapi termasuk FPDI yang terakhir ini menyarankan kalau toh memang semuanya sepakat, kalau memang perlu keterangan eksplisit bagaimana diletakkan di penjelasan tinggal melihat tempatnya di mana, sekiranya semuanya itu menyetujui. Oleh karena itu kami kembalikan kepada FK.P setelah tiga Fraksi juga memberikan tanggapannya.

FKP (Anton Priyatno, S.H.) :

Terima kasih, yang pertama terirna kasih atas tanggapan dari FPP bahwa memang pasal ini tidak operasional, tapi pasal ini menyatakan sistem pendidikan nasional, yang ten­tu masih mempunyai nilai dibanding pada ketentuan umum.

Yang kedua kami usul begini Saudara Ketua di dalam usulan FKP yang juga ada usulan dari F ABRI mengenai jalur itu sebetulnya kita juga ingin menegaskan bahwa jalur-jalur itu merupakan sub-sistem dan menjadi sistem pendidikan nasional, tapi ini waktu itu masuk di dalam Panja, sehingga kita belum tahu apa hasilnya, di samping kami sangat berterima kasih atas jalan ke luar yang diajukan oleh FPDI, di samping pada mungkin di dalam pen­jelasan umum tapi mohon nanti pada saat kita membicarakan mengenai jalur yang di sana juga kami usulkan bahwa masing-masing jalur itu pada hakekatnya merupakan sub-sistem dalam satu sistem pendidikan nasional. Nah hanya memang kita masih mendalami pengerti­an informal yang berkembang pada saat diskusi dengan Pemerintah di sana informal itu ter­masuk dampak pendidikan, juga ada di dalam terserah kepada informal sedangkan kita berpotensi mengetengahkan mengenai lembaga keluarga. Jadi itulah yang bisa kami guna­kan untuk menanggapi apa yang tadi dikemukakan.

Terima kasih.

823

Page 5: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

yang telah disampaikan oleh FKP, yang 2 Fraksi berikutnya juga telah menyetujuinya.

Terima kasih.

KE TUA:

Terima kasih. Kemudian kita selalu memperoleh ridla atau selalu berada di dalam satu · pemikiran yang sama, namun kurang lengkap kalau Pl.mpinan tidak menanyakan kepada Pemerintah, apakah kehendakFraksi-fraksi, Pemerintah sependapat.

PEMERINT AH (Prof. Dr. Fuad Hassan) :

Kami sependapat dengan semua Fraksi Pak.

KE TUA:

Jadi 5 berada di satu barisan yang sama ini. Baik Ibu-Bapak sekalian, mari kita melihat di dalam persandingan DIM mulai halaman pertama, yaitu tentang menimbang dari RUU ada butir a, b. c, d, e. Kita memasuki menimbang butir a.

Kami persilakan dari.FPDI, untuk lebih dahulu.

FPDI (&di Hardjono, S.H.) :

Di mana pada FPDI itu tetap.

Saudara Pimpinan dan Sidang yang terhormat. Di dalam persandingan DIM di sana ditulis bahwa FPDI tetap apa yang diutarakan, apa yang dituangkan di dalam butir a ini sehingga tidak ada persoalan.

:KE TUA:

Terima kasih, juga mohon dari FPP meskipun di dalam DIM-nya itu tidak ada usulan untuk butir a.

FPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.):

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kami memang tidak memberikan usulan mengenai butir a, cuma_ apakah kalimat ini sudah baik atau belum sempurna, intinya kami sudah dapat menerima cuma kalimatnya terserah kepada kita bersama.

Terima kasih.

KE TUA:

Terima kasih atas usulan FPP meskipun tidak aJa usulan karena hakekatnya, intinya setuju hanya mengingatkan apakah kalimatnya itu sudah pas.

Kami persilakan dari F ABRI, meskipun tidak ada usulan perubahan.

F ABRI (Drs. Made Sudiartha) :

Pimpinan yang kami hormati, F ABRI tetap kepada pendapatnya bahwa untuk butir a ini tidak ada perubahan, karena berdasarkan bahwa justru UUD 1945 adalah merupakan sumbernya di dalam rangka kita membicarakan pendidikan.

Terima kasih.

834

Page 6: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

KEnJA:

Terima kasih dari F ABRI yang telah bisa menerima prinsipnya dari rumusan RUU me­nimbang butir a tersebut.

Kami persilakan dari FKP.

FKP (Harsono J Pimpinan Pansus yang terhormat dan Sidang yang berbahagia, tentang konsiderans dan

menimbang huruf a, sebelumnya perkenankan kami melatarbelakangi sedikit mengenai usulan FKP, bahwa konsiderans menimbang di clalamnya antara lain berisi tentang fakta dan motif dan biasanya disusun secara paclat, tegas clan jelas. Adapun RUU Pendidikan Nasional ini, konsiderans dan menimbang a kami bacakan, bahwa UUD 1945 mengamanat­kan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-undang, apabila kita membaca ini, maka akan tergambar bahwa rumusan ini terutama diambilkan dari Pasal 31UUD1945.

FKP berpendapat bahwa apabila sesuatu pasal dalam UUD itu telah dijadikan clasar hukum, maaf ini kita belum membicarakan mengingat, tapi kita kaitkan ke sana, maka biasanya tidak diurai lagi di dalam konsiderans clan menimbang. Jadi FKP berpenclapat kurang lazim apabila sesudah dijadikan clasar hukum, maaf ini ~Ja belum membicarakan mengingat, tapi kita kaitkan ke sana, maka biasanya tidak diuraikan lagi di dalam konsi­derans dan menimbang. Jadi FKP berpendapat kurang lazim apabila sesudah dijadikan da­sar hukum Pasal 31 ini diuraikan lagi secara jelas-jelas di sini, itu pertama.

Selanjutnya yang akan kita atur di dalam RUU ini adalah tentang Sistem Pendidikan Nasional, sehingga oleh karenanya FKP berpendapat mengajukan rumusan baru sebagai berikut: bahwa Pendidikan Nasional merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, kita ambilkan dari alenia ke4 UUD, oleh karena itu sistem perlu disusun suatu Sistem Pendidikan Nasional yang menyeluruh dan terpadu, jadi di sini dilandasi oleh alinea ke4 Pembukaan UUD dan Bab XIII tentang Pendidikan, jadi tidak dari Pasal 31.

Demikian untuk sementara.

KETUA:

Terima kasih, kalau kami boleh menyimpulkan inti yang diungkap oleh FKP sebagai alasan atas usulannya yaitu menyebutkan, meskipun kita belum pembagi dalam mengingat, pasal di dalam UUD yang telah diangkat konsiderans, mengingat tidak lazim untuk diurai­kan, itu alasannya.

Kemudian ingin mengangkat apa yang terdapat di dalam Pembukaan UUD 45 dan ingin menonjolkan Sistem Pendidikan Nasional. Karena dari 3 fraksi sudah menyampaikan pendapatnya dan FKP yang terakhir sudah, yang ada usulan perubahan dari FKP, kami persilakan dari pihak Pemerintah untuk menanggapi lebih dahulu sebelum fraksi-fraksi lainnya nanti memberikan pandangannya.

Kami persilakan dari Pemerintah untuk menanggapinya.

PEMERINTAH:

Terima kasih Saudara Ketua, setelah mendengar pendapat Fraksi-fraksi, maka sejauh ini kami sependapat dengan F ABRI, FPP, FPDI maupun penjelasan dari FKP yang meng­anggap rumusan ini tidak sesuai dengan kelaziman, kalau hanya akan menyesuaikan dengan kelaziman, itu saya percayakan kepada Pansus ini, hanya catatan kami adalah agar ungkap-

835

Page 7: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

an suatu sistem itu diganti menjadi satu sistem, adapun penyesuaiannya kami serahkan pada Pansus ini.

Terima kasih.

KETUA: Jadi dari pihak Pemerintah bisa mengerti, sependapat, dan apa yang diungkapkan

fraksi-fraksi dan juga alasan FKP, kalau ini menyangk.ut kelaziman maka dikembalikan bagaimana Pansus ini untuk menyelesaikan, hanya dengan catatan kiranya nanti kalau ini bisa kita selesaikan di mana tempatnya supaya satunya itu ditonjolkan, jadi satu sistem bukan suatu tapi satu Sistem Pendidikan Nasional.

Mohon dari FKP sekali lagi memberikan tanggapannya atas apa yang telah diungkap­kan sebelum fraksi-fraksi lain menanggapinya setelah Pemerintah tadi menanggapi, kami persilakan.

FKP (Haisono ):

Pimpinan Pansus yang terhormat, FKP pertama menghargai dan menyatakan terima kasih atas tanggapan dari pihak Pemerintah yang dapat memahami usulan dari FKP untuk mengadakan suatu penyempurnaan Menimbang huruf a ini disesuaikan dengan judul RUU tersebut.

Demikian juga FKP menyatakan terima kasih seperti apa yang dikemukakan tadi oleh FPP bahwa tidak keberatan apabila konsiderans huruf a ini diadakan penyempurnaan, dan FK.P berpendapat bahwa rumusan apa yang diajukan FKP ini memang menganggap baik, menganggap mencakup dan tepat sesuai dengan judul RUU ini, selanjutnya FKP juga dapat menerima bahwa kata-kata suatu sistem diganti menjadi satu sistem pendidikan.

Demikian, terima kasih.

K.ETUA:

Demikian penjelasan ulang dari FKP, kami mohon pandangan dari fraksi-fraksi lain setelah ada penjelasan dan tanggapan dari pihak Pemerintah.

Kami persilakan dari F ABRI.

F ABRI (IXs. Made Sudiartha):

Saudara Pimpinan yang kami hormati, kami sependapat dengan pandangan Pemerintah bahwa di dalam ayat ini yang akan diselenggarakan adalah satu sistem, sistem pengajaran. Ini referentie kepada UUD 1945 Pasal 31. Tapi kalau kita melihat di dalam kaitannya Bab dengan UUD itu tentang Pendidikan, jadi ini oleh karena kembali kepada bunyinya pasal itu, padahal di dalam satu sistem nanti itu akan meluas, jadi oleh karena itu kita me­nyampaikan terima kasih daripada FKP bahwa dia sudah merubah, usulannya mengenai suatu sistem menjadi satu sistem ini sudah tepat, mengapa kami referen kepada UUD 1945 karena sebagai hukum dasar, jadi sebagai hukum dasar itu memuat pokok-pokok saja ma­salahnya, jadi oleh karena itu di dalam pelaksanaan itu harus sesuai dengan pasal yang di­muat di dalam batang tubuhnya, jadi oleh karena itu kami kembali pendirian F ABRI bahwa rumusan ini sebagai pertimbangan berdasarkan hukum dasar yang berlaku di dalam rangka menyusun Undang-undang yaitu Undang-undang tentang pendidikan.

Jadi dengan dernikian maka F ABRI tetap paqa sarannya pertama bahwa di dalam pertimbangan ini adalah tetap bersumber pada UUD 1945,

Sekian dan terima kasih.

836

Page 8: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

KETUA: Untuk supaya nanti lebih jelas, kami mohon tanggapan dari F ABRI, maaf dengan

pengertian yang disampaikan FKP tidak lazim, jadi pendapatnya F ABRI bagaimana apakah ada tanggapan pendapat khusus.

FADRI (In. Made Sudiartha):

Justru yang mengenai tidak lazim dan lazirn itu apa? Kalau tidak salah di dalam pe· ngettian UUD itu kita mengenai bahwa ada kebiasaan sebagai praktek kehidupan negara, ini kita lihat juga di dalam perkembangan itu jugga memungkinkan adanya hal-hal di dalam pelaksanaan. Jadi ini bisa dimasukkan dalam pasal nanti penjelasan daripada masalah int, dalam ketentuan umurn mungkin bisa diangkat. Terima kasih. ·

KETUA:

Kami persilakan dari FPP untuk memberikan urun rembuknya.

FPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.):

Kami mungkin akan mendahulukan apa yang ditanyakan oleh ketua, kami ingin me· ngetengahkan persoalan bahwa di dalam kita membuat bagian pertama dari Menimbang, biasanya motivi\Si yang kita tonjolkan. Apa motivasi dari kita membuat Undang·undang ini. Dalam hal ini bisa saja kita memotivasi karena diperintah oleh UUD, bisa saja motivasinya karena lainnya kepentingan nasional yang memerlukan kita hams segera membuat suatu Undang-undang. Jadi di sini terletaklah persoalan dasar atau pokok pikiran atau pemikiran dasar <lari kita.

Yang kedua, kami tadi telah mengungkapkan bahwa kami tidak membuat rumusan, karena kami anggap pada prinsipnya kami tidak keberatan terhadap apa yang diajukan oleh RUU. Namun apabila kita .membah, akan menjadi lain sedikit, kalau begini cara se· perti yang diusulkan oleh FKP. Kalau kalimatnya seperti ini, maka ia tidak tepat di bagian a. Sehingga terpaksa pindah ke bawah. Kalimatnya itu akan menghamskan dia pindah ke bawah. Namun masalahnya kami tidak ada persoalan. Pada prinsipnya kami dapat me­nerima. Hanya kalimatnya terserah kepada kita dan kita mulai dari mana. Ini masalahnya. Terima kasih.

KETUA:

Untuk melengkapi nanti bahan diskusi terhadap kalimat FKP, tidak laziin pasal yang diangkat dari UUD diurai, ini menumt FPP bagaimana?

FPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H. ) :

Terima kasih, kami sebenamya tadi rnau memulai dengan itu supaya tidak ditanya, rupanya ditanya juga.

Perrnasalahan ini terletak pada yang saya kemukakan tadi, pemikiran dasar dari kita apa yang menyebabkan kita hams membuat Undang-undang ini. Jadi apakah kita meme­_gang pada UUD, apakah mengenai masalah lainnya yang kita merasa perlu mendasari pikir· an kita untuk membuat Undang-undang itu kita mulai dari situ. Masalah lazim barangkali sulit untuk kami jawab, oleh karena kalau sudah terbiasa jadi lazim.

Terima kasih Saudara pimpinan.

KETUA:

Terima kasih atas pandangan dari FPP yang melemparkan suatu pengertian bahwa di dalam menimbang itu yang diutamakan adalah rnotivasi sehingga tadi ada usul pendapat

837

Page 9: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

kalau toh demikian ini misalnya kita terima usulannya FKP membawa konsekuensi letak­nya mesti turun, turun dalarn arti kata urutan. lni bahasa ahli hukum semuanya, terima kasih atas urun rembugnya dari FPP sehingga nanti kita bisa menimbulkan diskusi yang lebih positif, kami ,persilakan dari f1>DI .

FPDI (Budi Hardjono, S.H.) : Menanggapi usul dari FKP, dari FPDI berpendapat bahwa apabila kita mengingat di

dalam masalah menimbang ini memang diutarakan hal-hal yang menjadi latar belakang clan motivasi sebagaimana disinggung oleh FPP tadi, jadi latar belakangnya biasanya memang diuraikan dalam hal menimbang. Apabila kita membaca di dalam Pasal 31 Ayat (2) di sini ada satu UUD 1945 Ayat (2) ini yang diharapkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-undang dan menurut FPDI yang dimaksud dalam pengajaran ini dalam pengertian tafsiran yang luas ter­masuk pendidikan. Oleh karena itu sebetulnya lahirnya Undang-undang, RUU ini sebagai penjabaran daripada Pasal 31 Ayat (2) oleh karena itu nantinya di dalam mengingatpun menjadi dasar pokok daripada RUU ini. ·saya kira masalahnya adalah apa yang diuraikan di dalam Bab A ini merupakan satu alasan, satu motivasi dan juga satu dasar-dasar yang akan nantinya dipakai sebagai alasan untuk menjabarkan Pasal 31 Ayat (2) itu. Jadi saya kira sudah tepat itu, isinya tepat hanya secara kebetulan ini rumusan daripada bunyi pasal Und":ng-un~ang itu bukan merupakan persoalan.

Demikian menurut FPDI, terima kasih.

KETUA:

Rasanya tidak adil kalau pimpinan juga tidak minta pendapatnya FPDI dengan tadi yang diangkat oleh FKP tidak lazim kalau Pasal Undang-Undang Dasar sudah diangkat. kemudian diuraikan di dalam menimbang.

Mohon pendapatnya dari FPDI.

FPDI (Budi Hardjono, S.H. ) :

Kebetulan saja rumusannya memang sama dengan apa yang tercantum di dalam Pasal 2 tetapi isinya adalah mengandung satu alasan motivasi tadi. Saya kira tidak ada per­soalan dan ini bisa juga terjadi.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih. Ketiga Fraksi telah menyampaikan dengan segala latar belakang pe­mikirannya terhadap usulan perubahan FKP.

Oleh karena itu karni kembalikan dari FKP sebelum Pemerintah mungkin juga turut menanggapi.

Kami persilakan.

F ABRI (Drs. Made Sudiartha ):

Kami ingin mengulangi lagi pendirian FABRI bahwa kami dapat memaharni apa yang disampaikal'l· oleh pemerintah dan juga FKP, nah justru di dalam pendirian F ABRI kami bisa menerirfla daripada pendapat FKP yaitu dengan perubahan. Kalau di ·sini di dalam ayat "a" disebufRan. satu sistem pengajaran, jadi bukan yang kami terima dari FKP itu bukan suatu, tapi tetap satu tapi sistem pendidikan. Kalau di sini di dalam rumusannya

838

Page 10: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

sistem pengajaran, dus jadi kami menerima dari FKP itu adalah dalam suatu sistem pen­didikan. Alasan kami adalah sesuai dengan Bab XII UUD jenjang tentang pendidikan. Di dalam pendidikan itu salah satunya itu adalah termasuk Pasal 31 itu tentang pengajaran.

Jadi oleh karena kita akan membuatkan suatu sistem pendidikan oleh karena di sini judulnya nanti adalah "Pendidikan Nasional". Oleh karena itu kami dapat menerima usul dari FKP dengan perubahan bukan "suatu" sistem pendidikan tapi "satu" sistem pen­didikan, jadi dengan merubah ketentuan yang berbunyi di dalam butir "a" yang menyata­kan "satu sistem pengajaran" itu dengan memasukkan pengertian dari FKP ada satu sistem pendidikan.

Terima kasih.

KEnJA:

Usul penyempurnaan dari F ABRI hanya tentunya kita nanti memikirkan konteks keseluruhan kalimat, ini yang repotnya. Kalau konteksnya itu amanat UUD maka suratan­nya seperti itu, oleh karena itu pendapat F ABRI sebagai salah satu masukan terserah nanti kepada kita hanya konteks kalimatnya itupun hams kita perhatikan artinya dalam rangka ingin rnenggabungkan _itu jangan sarnpai kita ke luar dari konteks arnanat itu sendiri. Kami persilakan dari FKP.

FKP (Harsono ):

Jadi sesudah mengikuti baik dari Pernerintah rnaupun dari Fraksi-fraksi atas saran dari FKP pada dasarnya apa yang dikemukakan itu tidak jauh berbeda atau tidak ber­tentangan. Mengenai apa yang dikemukakan oleh FPP bahwa di dalam konsiderans "Me­nimbang" itu perlu ditekankan motivasi atau tadi saya sudah mengutarakan pada waktu awal sebelum rnenjelaskan usulan kami yaitu fakta dan motif kami sependapat itu. Selanjutnya terirna · kasih juga kepada Fraksi kecuali FPP, kalau F ABRI yang telah rne­mahami mengenai hal ini. Mengenai urutan apakah di "a" atau di mana hal ini dapat kita pecahkan bersama namun demikian dari FKP mengapa ini ingin diletakkan di sini, maka ditekankan tentang sisternnya ini, dorongan utama untuk rneletakkan sistem pendidikan itu di nomor pertama, adapun ada redaksi yang berpendapat bahwa ini sebaiknya di urutan yang lain maka nanti bisa kita pecahkan. Tentang mengenai redaksi yang melandasi bahwa UUD 45 dan lain sebagainya itu saya berpendapat itu bisa saja asal isinya itu tidak meng­ambil penuh atau menkup penuh dari salah satu pasal begitu. Sebab kalau ini diambil penuh Pasal 31 Ayat (2), padahal Pasal 31 itu nanti akan menjadi dasar hukum daripada yang dicantumkan di dalam mengingat, sehingga kami di dalam UUD 45 ini kami juga tadi sudah menjelaskan bahwa ini diambilkan dari Pembukaan dan dari salah satu bab yang kita utarakan di dalam motivasinya itu.

Saya kira sementara itu dan terima kasih, saya kira bahasan ini pada umumnya tidak ada yang keberatan dan apabila mungkin dapat dirumuskan bersama nanti, terima kasih.

KE TUA:

Terima kasih atas penjelasan ulang dari FKP yang juga menanggapi Fraksi-fraksi lain, karni persilakan dari pemerintah untuk menanggapinya.

PEMERINTAH:

Memperhatikan berbagai saran-saran dari berbagai Fraksi dan penjelasan FKP, maka kami dapat menerima penyempurnaan sebagaimana diusulkan oleh FABRI tadi yaitu untuk mengganti kata "Pengajaran" menjadi "Pendidikan" sesuai dengan saran FKP. Memperhati-

839

Page 11: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

kan alasan-alasan tentang lazim tidaknya perumusan ini maka saya pikir masalah kelaziman ini lebih baik saya sertakan kepada yang lebih berwenang yaitu para anggota DPR yang memang lebih lazim mengerjakan naskah-naskah Undang-undang, jadi kalau tidak sesuai dengan kelazimannya disesuaikan tapi jiwanya saya kira tidak banyak berbeda satu dengan lainnya tidak untuk menambah kesulitan, saya hanya ingin mencatat ada perbedaan lain lagi dalam dua rumusan ini yang barangkali ka1au nanti dibicarakan masalah ini di dalam Panja atau Timus yaitu bahwa pada RUU ada sebutan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan dan seterusnya. Berarti ini mewajibkan Pemerintah menyelenggarakan dan sebagainya, sedangkan pada usulan dari FKP be ban mewajibkan ini tidak tertunjuk ke­pada siapa, ini perbedaannya. Apakah ini perbedaan akan mengganggu dalam suatu rumus­an konsiderans atau tidak itu saya juga kurang paham, saya kembalikan kewenangan ini ke­pada para anggota Pansus lainnya. Kesimpulannya kami tidak keberatan untuk sesuai dengan usul FKP yang dikuatkan oleh usul F ABRI mengganti ka ta "pengajaran" dengan "pendidikan". Yang kedua mengenai kelazimannya kami pulangkan kepada Pansus ini yang lebih ahli, terima kasih.

KETUA: Terima kasih dari Pemerintah yang telah memberikan pendapatnya Pimpinan ber­

anggapan konsiderans itu mempunyai posisi yang cukup penting di dalam suatu perundang­undangan oleh karena itu kita hendaknya benar-benar nanti bisa enak dan tepat. Jadi terpetik memang tidak ada perbedaan isi, hanya yang menonjol perlu disempurnakan, oleh karena itu kami masih ingin dengan adanya tanggapan dari pemerintah yang telah terakhir ini tadi kami masih ingin mengundang pendapat daripada rekan-rekan bagaimana

untuk butir "a" menimbang ini sebelum nanti kita rumuskan, karena permasalahannya yang tadi sudah dilemparkan oleh pimpinan katakanlah kalau diambil dari RUU kemudian. kalimatnya dan "pengajaran" diganti "pendidikan" itu orang nanti mencari di UUD 45 tidak ada, ini permasalahannya oleh karena itu saya katakan hendaknya konteksnya, kon­teks kalimatnya hendaknya kita pertimbangkan betul-betul, ini kan merepotkan yang membaca. Kemudian kalau kita ingin menghendaki satu sistem pendidikan yang hakekat­nya juga kita sepakati bagaimana? Hanya tadi dari FPP sudah memberikan semacam saran, kalau jiwa dari FKP ini misalnya yang diterima konsekuensi mesti turun ranking urutan motivasi tersebut, bukan berarti hilang jiwanya teta pi urutan-urutan di dalam kon siderans itu. Sekali lagi apabila RUU itu sendiri kalimatnya "pengajaran" dengan "pen­didikan" ini bisa malah mengkaburkan dari hakekat suratan yang ada di dalam UUD karena ini menyangkut masalah peraturan perundangan. Oleh karena itu sekali lagi kami mohon mengundang tanggapan yang positip sehingga nanti nampak diskusi kita ini konstruktif menuju kesamaan berpikir.

Kami mohon sekali lagi dari FPDI.

FPDI (Budi Hardjono, S.H.):

Sebagaimana tadi telah saya utarakan FPDI berpendapat karena motivasi dan latar belakangnya ini adalah sebagai usaha untuk menjabarkan amanat sebagaimana tertuang di dalam Pasal 31 Ayat (2) dan yang dipermasalahkan sekarang ini adalah adanya suatu sistem pengajaran yang dikaitkan dengan judul Undang-undang tentang pendidikan. Kami berpen­dapat bahwa baiklah rumusan yang sudah ada ini biar untuk menegaskan hal itu, saya kira nanti di dalam penjelasan umum bisa dituangkan bahwa yang dimaksud dalam pengertian pengajaran di sini dalam tafsiran pengertian yang luas termasuk pendidikan itu sudah selesai tapi rumusan ini baik menurut pendapat FPDI karena ini memang kita kutip dari UUD 1945 ditambah pengantar UUD 1945 menjabarkan/mengamanatkan kepada Pemerintah

840

Page 12: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

dan seterusnya. Jadi menurut kami pengertian pengajaran yang akan menjadi cantolan ini, memang ini bunyi dari UUD 1945 Pasal 31 Ayat (2), untuk lebih jelasnya supaya orang tidak bingung dari mana ini, tafsirannya bagaimana sebab di sini tidak dituangkan dengan istilah pendidikan. Oleh karena itu di dalam penjelasan umum nanti perlu ada satu pe­negasan tentang tafsiran pengajaran itu yang dimaksudkan adalah dalam pengertian luas termasuk pendidikan.

Demikian Saudara pimpinan dan terima kasih.

KE TUA:

Terima kasih atas tanggapan dari FPDI, mohon pendapat ulang dari FPP.

FPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.):

Kami tadi mendengar komentar Pak Pimpinan kami hargai, memang benar kalau kita melihat di sini dikatakan amanatkan agar pemerintah mengusahakan dan seterusnya, kalau kita ubah istilah pengajaran dengan pendidikan maka tidak ketemu nanti di mana perintahnya. Jadi memang kami menggarisbawahi apa yang dikemukakan oleh pak Pim· pinan.

Kemudian yang kedua kami ingin mencoba memberikan urun rembug dalam hal ini terhadap dua rumusan. Rumusan pertama kami dapat memahami sepenuhnya apa yang dirumuskan oleh pemerintah dengan melihat kepada UUD itu, yaitu bahwa pemerintah merasa berkewajiban karena Pasal 31 Ayat (2) dari UUD, adapun apakah kita mengutip satu ayat penuh begitu itu masalah yang kedua. Jadi memang benar apa yang dikemukakan oleh FKP tidak lazim mengutip ayat penuh begitu, itu betul. Cuma kalau sudah dibiasakan jadi lazim itu juga lain dan barangkali juga tidak semua persoalan sama. Kemudian yang kedua dari yang diusulkan oleh FKP, karni kemukakan ini tidak di sini, dari fraksi kami melihat bahwa rencana dari FKP untuk menggantikan ayat "a" dari RUU mungkin rumus­annya agak tidak sebagai beliau-beliau maksudkan. Rumusannya sendiri sudah akhirnya agak lain, sehingga kami katakan tadi kalau ini kita pakai sebagai satu tambahan itu di­tambah di belakang, karena sudah merupakan kesimpulan daripada ayat-ayat semuanya. Jadi karena itulah maka kami pikir kalau kita terirna rumusan ini, itu tidak berarti meng­ganti "a" dari RUU tapi berarti ini kita menambah suatu pemikiran barn untuk yang ter­akhir, ini yang perlu kami kemukakan. Kalau memang ini untuk kita sekarang ingin men­cari rumusan, barangkali kalau tidak mengutip UUD terpaksa kita mencari rumusan lain yang tujuan kita persis sebagai yang diingini, artinya kalimatnya sesuai dengan motivasi yang kita ingin rumuskan pada ayat "a" ini. Nah, apakah sekarang bisa kita lakukan atau nanti karni juga belum bisa memberikan pegangan pikiran. Sedangkan isinya saya sudah katakan sejak mula bahwa kami setuju kepada prinsip yang ingin dikemukakan di dalam ayat "a" ini, namun kalimatnya terserah kepada kita bersama, mungkin barangkali Pak Harsya sambil duduk-duduk bisa rumuskan lain yang dipertanyakan FKP, kemudian kita bicarakan bersama barangk:ali ada rumusan lebih baik itu lebih baik barangk:ali daripada kita di sini terns menerus berbicara tidak bisa ketemu juga barangkali.

Terima kasih.

KE TUA:

Terima kasih tidak menutup Fraksi-fraksi lain dan Pemerintah untuk mengemukakan pendapat, siratan usulannya barangkali kalau boleh diangkat oleh pimpinan ldta schors sebentar untuk ngornong-ngomong karena menyangkut konsideran itu penting, siapa tahu nanti terjadi kerangka. Ngomong-ngomong kecil ini didorong ke Timus juga mungkin bisa apakah tidak perlu kongkow-kongkow sebentar begitu, kami persilakan FKP.

841

Page 13: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

FMF (Harsono ):

Sebelum ngomong-ngomong atau untuk didorong ke Timus maka kiranya FKP perlu memberikan tambahan penjelasan sebagai berikut. Mengenai konsiderans, konsiderans menimbang dan mengingat itu adalah hendaknya tidak dipisah-pisahkan. Kalau dia menim­bang itu alasan, motivasi atau latar belakang maka dia mengingat itu dasar hukumnya. Mengenai yang dikemukakan oleh pemerintah bagaimana mengenai UUD mengamanatkan itu maka di dalam "Mengingat" Pasal 31 itu juga tersirat di situ, bahwa pemerintah, agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan dan seterusnya. Jadi memerintahkan kepada pemerintah untuk menyelenggarakan itu, selanjutnya mengenai ranking apa yang dikemukakan oleh FPP tadi mungkin ada redaksi, perlu itu kok ada di "a" itu mungkin. Itu nanti mungkin bisa disempurnakan oleh Timus itu jadi tidak kebera:tan untuk di-Timus­kan itu nanti, jadi di "a" tapi oleh karena itu perlu disusun, biasanya perlu disusun di ter­akhir biasanya. Jadi mengadakan redaksi itu terima kasih atas itu nanti bisa di-Timuskan. Selanjutnya mengenai pengajaran dan pendidikan justru cli sini FKP beranggapan bahwa dikonsideran menimbang ini yang ditekankan pendidikannya, sistem pendidikan· nasional­nya.

Saya kira sementara itu pak, terima kasih.

KETUA:

Kalau ini kita teruskan penjelasannya kurang lebih kembali ke situ pada hakekatnya ini sama bisa menerima tinggal penyempurnaan. Kalau tawaran pimpinan maksudnya itu nanti ke Timus itu sudah nampak garisnya begitu melalui lobby kalau kiranya tidak bisa diterima kami mohon pendapatnya apakah bisa didorong ke Timus atau ke Panja tinggal dua saja, karena ini adalah menyangkut konsideran, menurut pendapat kami ini jangan di­Panja, kalau di Panja ini berarti masih diskusi lagi, oleh karena itu ditemukanlah hati ke hatinya bagaimana, nanti kelihatan begitu. Oleh karena itu tadi pimpinan mengusulkan skors sebentar, ta pi sebentar betul, kami persilakan F ABRI.

F ABRI (Ors. Made Sudiartha ):

Seperti apa yang karni uraikan terdahulu, bahwa rujusan "a" ini kiranya perlu ciiaua­kan perubahan sedikit terutama mengenai kalimat satu sistem pengajaran itu diganti dengan satu sistem pendidikan. Hal ini didasarkan kepada judul daripada RUU ini, itu yang pertama. Yang kedua karena kita akan mengatur suatu sistem berarti sistem tidak hanya pengajaran saja tapi keseluruhan sesuai dengan Bab .UUD. Yang k.~ti_ga ini adalah :esuai dengan keterangan pemerintah di mana beliau mengatakan tentang istilah pengajaran ini berkembang demikian luas sehingga tidak sempit dalam pengertian pengajaran sekarang sudah dalam pengertian pendidikan. Berdasarkan hal itu saya rasa bahwa sesuai dengan judulnya nanti bahwa ini sistem pendidikan. Tentang l.,LJD 45 dicantumkan ini ka!au di­katakan bukan lazirn itu bisa kita tunjukkan adanya Undang-undang yang berlaku sarnpai sekarang ini, seperti Undang-undang Nomor 16 Tahun 1969 tentang "Susunan, Kedudukan \fajelis Perrnusyawaratan Rakyat, DPR .... " dan sudah rnengaiam: penyempurnaan, di c .dam menimbangpun disebutkan UUD 1945 terjadi ini. r,1asalahnya ltJ bukan tidak lazirn

laztm. tapi secara praktek kenegaraan ini sudah dilaksanakan. o:eh karena itu kami '· _.oti<:aE barr.~a UUD 1945 adalah hukurn dasar yang 1ertulls dan juga yang tidak tertulis ·,,. k.;biasaar. di dalam praktek penyelenggaraan kenegaraan. Jadi oleh karena itu penye­

- ~er..; U'TD 1945-nya tidak menyimpang daripada prakte!\. keh1dupan negara. Oleh karena ; '1 ;,;~rr;; sep.:ndapat jiwanya dari FKP itu kami terima dirnasukkan dalam Pasa! 1, di sini .,anti :rr,.;:,nan.6 akari merernbet pada butir "b" itu adalah penjabaran daripada apa yang di­',<:;_mtka11 Galilrt1 buti; ''a'', oleh karena di sini nanti akan :nenyangkut tentang pernbukaan-

842

Page 14: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

nya. Kalau di sini disebutkan UUD 1945 dalam artian luas baik pembukaannya, batang tubuh maupun penjelasannya, kalau yang di butir "b" akan ldmsus nanti menyangkut ten­tang Pembukaan UUD 1945 itu memang ada rentetannya daripada pertimbangan Pemerin­tah di dalam kai!annya.

Terima kasih.

KETUA: Jadi pimpinan bisa mengerti usulnya FABRI, kalau yang diganti hanya pengajaranjadi

pendidikan, konteks kalimatnya dilihat dari aspek hukum konsistensinya sepertinya tidak ada, karena di sini ada kalimat perintah UUD. Oleh karena itu penyempurnaannya tidak hanya itu mungkin juga penyempurnaan kalimat di atasnya karena di sini kalimat meng­usahakan dan menyelenggarakan memang kalimat persis perintah UUD 45 dan muaranya pengajaran. Kita sepakat dengan pendidikan oleh karena itu kalau ini kita mau mengubah dengan pendidikan kita carikan istilah penyempurnaan secara keseluruhan begitu. Jadi kalau toh memang bisa di-Timuskan pimpinan setuju, hanya maksudnya itu kalau sudah sepakat, pemerintah kami persila.kan.

PEMERINT AH :

Saudara Ketua pada hakekatnya kami tidak keberatan untuk meneruskan perumusan ini demi penyempurnaannya pada Timus terns terang saja saya hams mengakui kelemahan saya kalau mencari alasan-alasan yang yuridis sifatnya, mencari cantelan yang yuridis, mencari keterangan yang yuridis sebab kalau dicari cantelannya kata pendidikan meng­ganti kata pengajaran entah ini yuridis atau tidak bisa juga kita kaitkan pada Bab XIII secara keseluruhan termasuk Pasal 32 yang menegaskan sesuatu tentang kewajiban peme­rintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Nah, karena itu maka dugaan saya walaupun Pasal 31 Ayat (1) dan (2) tidak menyebutkan sesuatu tentang pendidikan me­lainkan pengajaran namun bab keseluruhan XIII itu adalah bab pendidikan termasuk pasal berikutnya yaitu Pasal 3 2 yang menyebutkan tentang kebudayaan. Cante Ian lain entah ini secara legal tepat atau tidak adalah sebutan Undang-undang itu sendiri yang menyebutkan Undang-undang tentang pendidikan, dengan asumsi bahwa kata pendidikan ini dipahami dalam hal ini khususnya meliputi pen.gajaran maka menurut hemat saya tidak perlu ada kontradiksi antara istilah pengajaran dan pendidikan dalam hal ini. Kalau ini dapat disetujui atau ini sekedar informasi kami tidak keberatan untuk meneruskan perumusan penyem­purnaannya kepada Timus.

Terima kasih.

K.ETUA:

Untuk tidak salah tafsir saya rasa semuanya tidak mempermasalahkan lagi bahwa kita ingin menuju sistem pendidikan nasional, bukan pengajaran. Hanya Pimpinan meng­ingatkan konteks, kalimatnya kami bacakan:

Pasal 31

(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional.

Ini amanat. Jadi kalau misalnya kita ganti: "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan ..... "

dalam konteks ini, orang lalu kabur, kok tidak ada dalam UUD. Ini persoalannya di situ. Jadi menyangkut pendidikannya sendiri saya rasa semuanya sudah sepakat, hanya kami Pimpinan menyarankan tolong nanti itu kalimatnya yang sebaik-baiknya, jiwa yang sudah

843

Page 15: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

kita terima ini bisa tercakup supaya tidak salah pengertian yang dimaksudkan Pimpinan. Kalau ini memang kelihatannya bisa di Timus asal kita tahu pada pendapatnya kami terima kasih.

Mohon pendapat Fraksi-fraksi lain, FPDI 9

FPDI (Budi Hardjono, S.H.):

Rumusan dalam RUU huruf a ini memang tadi dikutip dari PasaI 31 Ayat (2) sehingga saya kira itu tidak perlu dirubah. Jadi FPDI mengusulkan untuk ditegaskan di dalam pen­jelasannya. Dan apabila masalah ini akan didorong ke Timus, saya ingin sarankan satu way­out sebab apa yang dituangkan dalam huruf a ini adalah merupakan motivasi sebagai usaha menjabarkan amanat Pasal 31 (2) dan apa yang diutarakan FKP ini juga merupakan latar belakang dan motivasi, saya kira masalahnya gampang tinggal dimasukkan saja ke dalam hal "menimbang" itu. Artinya huruf a menjadi b, sehingga dengan demikian menjadi lertgkap dan itu nanti kita akan susun di dalam Timus, saya kira tidak ada persoalan.

KE TUA:

Jadi usu] FPDI mengisi menjembatani jalannya pembahasan tetap mendorong supaya butir a ini tetap. Kemudian motivasi yang berikutnya usulan dari FKP itu bisa diletakkan sesudahnya itu, ini pendapat FPDI. Atau masalah itu nanti diletakkan di "penjelasan umum" bahwa apa yang dimaksud dengan "sistem pengajaran" itu tidak lain adalah "pen­didikan" seperti juga yang tadi sudah diusulkan rupanya memang perlu penyempurnaan.

Kami persilakan dari FPP.

FPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.): Saya kira memang prinsip kita sama, apapun kalimat yang kita gunakan sekarang tokh

dengan tuiuan yang sama. Maksudnya kita di sini adalah menuliskan motivasi kita mem­buat Undang-undang ini. Karena itu, maka kami kira kalau itu sudah menganggap Timus bisa menyelesaikannya, saya kira tidak ada masalah karena prinsipnya sudah sama. Namun kami tanggapi sedikit rekan kami d~ri kiri saya. kalau dikumpulkan mungkin lain penger­tiannya dan FKP sendiri bukan bermaksud untuk menambah, ta pi mengubah. Saya kira itu perlu kita pertimbangkan.

KETUA:

Jadi nada-nadanya kalau kita sepakat dan Pimpinan percaya. ini kita Timuskan saja dengan catatan kita rumuskan suatu bentuk motivasi yang pertama, ini butir a penting sekali yang ada kaitannya dengan UUD 1945 dengan bagaimana kehendak kita mewujud­kan suatu sistem pendidikan. ltu nanti bagaimana perumusannya. Kemudian kalau nanti masih perlu, ada tempatnya yaitu di "penjelasan umum" di situ bisa lebih dijelaskan lagi.

Oleh karena itu terima kasih, menimbang butir a itu diserahkan kepada Timus.

( KETOK PALU)

Pimpinan terlalu berhati-hati, karena ini konsiderans dan menimbang yang pertama mewarnai kalau nanti salah nanti anak cucu kita yang ngempret kita nanti. Apa itu ngem­pret, saya tidak tahu.

Baik kita lanjutkan konsiderans kedua sekarang "menimbang butir b". Dari FPDl hakekatnya bisa menerima RUU, F ABRI pada prinsipnya juga tidak ada usu] perubahan, yang ada dari FPP dan FKP. Dan usulan FKP supaya dilihat juga di halaman 2. Oleh karena

844

Page 16: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

itu kami persilakan dari FPP untuk menyampaikan latar belakang atas usulan perubahan terse but.

Kami persilakan FPP.

FPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.):

Sebenarnya hanya redaksional yang kami di sini melihat bahwa di dalam kalimat­kalimat yang kita gunakan memakai istilah, maaf terns terang saja saya kemukakan di halaman 2 itu "jasmaniah" kemudian kita tambah dengan "perasaan, sosial, intelektual maupun spiritual", yang kalau kita serasikan dengan istilah "jasmaniah" maka kami anggap lebih tepat kalau "jasmaniah dan rohaniah" sekaligus. Jadi dengan begitu lengkaplah ke­seluruhan yang kita maksudkan itu.

Jadi kami anggap kalimatnya lebih serasi kalau yang kita sebut "perasaan, sosial" daripada kita komentari nanti perasaan, sosial ini, barangkali kami lebih baik usulkan saja "jasmaniah dan rohaniah". Karena kalau kita pakai istilah aspek "jasmaniah, perasaan, dan sosial" mungkin ada komentar macam-macam lagi, sehingga 2 istilah saja sudah cukup menggantikan keseluruhannya dan lengkap.

KE TUA:

Demikian latar belakang pemikiran usulan dari FPP.

Kami persilakan dari FKP yangjuga mengajukan usulan perubahannya.

FKP (Harsono ):

FKP sekaligus akan mengemukakan usulnya dan menanggapi fraksi lain dalam ke­sempatan mengurai butir b ini.

Pertama, FKP pada prinsipnya menerirna rumusan RUU dengan suatu penyempurna­an kecil-kecil. Karena upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sudah kita angkat ke atas ke huruf a, maka sebagai kelanjutan dari huruf a tersebut, di dalam huruf b kita masukkan apa yang ditekan dalam GBHN, yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Selanjutnya kata-kata atau redaksi yang mungkin bisa dinilai berlebihan, kami usulkan untuk dihapus sehingga saran FKP berbunyi sebagai berikut:

"Bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan mak­mur serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah, perasaan, intelektual maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945."

Di sini FKP berpendapat dan sependapat dengan apa yang ditekankan pada rumusan Pe­merintah, yaitu bahwa kecuali aspek jasmaniah ditekankan tentang aspek intelektual dan spiritualnya. Jadi kalau tadi dari FPP mengusulkan tentang "jasmanfah dan rohaniah", mungkin rohaniah ini tertampung di dalam spiritual, tetapi belum menekankan secara khusus mengenai penmgkatan intelektual. Padahal dalam upaya meningkatkan pendidikan kita, kecuali aspek jasmaniah dan rohaniah, mengenai upaya untuk meningkatkan kualitas atau intelektual ini kiranya perlu ditekankan. Sehingga kami berpendapat dengan me­ngurangi beberapa kalimat yang dianggap kurang perlu, kami mengusulkan rumusan seperti terse but.

KE TUA:

FKP telah mengusulkan penyempurnaan yaitu kata "sosial" ditiadakan dan "men-

845

Page 17: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

cerdaskan kehidupan bangsa" diganti "meningkatkan kualitas manusia Indonesia''.

Meskipun F ABRJ dan FPDI tidak ada usuian perubahan, ta pi sekaligus kami mohon untuk pendapat dan pandangannya.

Kami persilakan F ABRI.

F ABRI (Drs. Made Sudiartha ):

Memang F ABRl tidak mengajukan suatu usul perubahan atau penambahan daripada butir b ini. Karena berpendapat bahwa rumusan pertimbangan b ini sudah cukup kami anggap, di dalam rangka penyusunan Undang-undang.

Justru pertimbangan inilah yang nantinya akan merupakan materi daripada batang tubuh UUD, yang akan· dijabarkan di dalam pasal-pasalnya. Jadi oleh karena itu sebagai pertimbangan di dalam rangka mewujudkan suatu Undang-undang dengan sendirinya apa yang merupakan pertimbangan itu nanti bisa dijabarkan di dalam Undang-undang. Oleh karena itu kami berpendapat bahwa rumusan butir b ini sudah mencakup hal-hal yang essensial dalam rangka membikin Undang-undang ini.

KE TUA:

Pandangan F ABRl merupakan latar belakang pemikiran atas butir b menimbang.

Kami persilakan FPDI.

FPDI (Budi Hardjono, S.H.): Sebagaimana diketahui bahwa FPDI menanggapi masalah "menimbang huruf b"

ini memberikan satu saran usul-usul karena mengingat bahwa apa yang dirumuskan di dalam b ini sudah cukup luas. Sekaligus ingin menanggapi apa, yang diusulkan FKP dan FPP tentang perlunya diubah istilah "rohaniah dan jasmaniah", saya kira apa yang ter­kandung di dalam rumusan di sini: aspek jasmaniah, perasaan. sosial, intelektual ini mung­kin dikandung maksud bahwa ini memang perlu ada penekanan di dalam dunia pendidikan sudah barang tentu tidak bertentangan, jadi prinsipnya diajukan FPP tadi memang tepat tapi di sini mungkin dikandung maksud untuk menekankan bahwa aspek intelektual itu ~)erlu ditonjolk.an dalam RUU ini, di samping aspek rohaniah dalam arti yang luas.

Kernudian sekaligus bahwa huruf b ini sebenarnya juga sudah menarnpung apa yang tadi disarankan oleh FKP dalam huruf a, maaf kami kembali dulu kepada huruf a dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebetulnya lengkap saya tadi usu! untuk dimasuk­kan tapi bunyi setelah membaca kembali, bunyi yang diusulkan itu sudah juga termasuk dalarn huruf b ini, sehingga ketiga-tiganya a, b, dan c menurut pendapat FPDI sudah cuku_p padat dan mencakup semua aspek yang tadi ditanggapi baik oleh FKP maupun FPP.

KE TUA: Dernikian pandangan dan pendapat dari FPDL

Kami persilakan dari pihak Pemerintah untuk memberikan tanggapannya.

PEMERINTAH: Membaca tanggapan FKP dan FPP serta memperhatikan catatan-catatan dari F ABRI

.:ian FPDI, maka sebelum kita merumuskan ha! ini perlu kita usahakan agar istilah yang kita pergunakan memang mempunyai makna yang cocok, apalagi kalau dipadankan.

846

Page 18: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

Misalnya saran FPP untuk memadankan "jasmaniah dan rohaniah" ini dapat diterima saya kira. Saran dari FKP untuk menambahkan "untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia dan sebagainya" bisa diterima, "sosial" dihapus bisa diterima sama dengan FPP. Sehingga nanti kalau kita merangkai istilah-istilah ini baik sendiri maupun dalam padanan itu memang cocok. Kalau kita menyebutkan kata "mental" itu tentu padanannya "spiri­tual". Jadi tidak mungkin "intelektual · spiritual" ini tidak kena. Kalau kita menyebut "sosial" mesti menyebut "kultural".

Sekarang kita rinci satu-satu, jadinya gabungan saran FKP dan FPP serta ulasan-ulasan FABRI tadi, maka apa yang disebutkan dalam RUU bahwa "Pembangunan nasional di bidang pendidikan merupakan .... "diganti adalah, setuju. "Upaya mencerdasakan kehi­dupan bangsa", nah ini segi intelektual. Sebab kecerdasan ini ten tu intelektual, di tarn bah dengan rumusan saran FKP "dan meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesia", itu dapat diterima.

Selanjutnya menyambung saran dari FKP maupun FPP kata "sosial" dihapus, dan saran FPP "jasmaniah" dipadankan dengan "rohaniah", dapat diterima.

Dengan begitu maka rumusannya menjadi :

"Bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan peningkatan mutu manusia (atau : kehidupan manusia Jndo nesia) dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memung­kinkan para warganya mengembangkan diri masing-masing (diganti: baik atau maupun) berkenaan dengan aspek jasmaniah dan rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang­Undang Dasar 1945."

Dengan demikian, maka semua saran dapat ditampung sebagai penyempurnaan dari rumusan yang ada pada RUU.

KETUA:

J adi kami mohon diulang Pak. Jadi "perasaan, sosial, intelektual dan spiritual" Peme­rintah meniadakan?

PEMERINTAH :

"perasaan" juga tidak, "sosial" juga tidak ada.

KETUA:

"intelektual" ?

PEMERINT AH :

Sudah masuk dalam kecerdasan

KETUA:

Artinya kata "intelektual" disini tidak perlu.

PEMERINT AH :

Tidak perlu

KETUA:

"Spiritual"?

~47

Page 19: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

PEMERINTAH:

Spiritual tidak perlu karena sudah rohaniah tadi.

K.ETUA:

Jadi pihak Pemerintah tidak keberatan untuk menggabungkan antara usulan FKP dengan FPP dan ini belum keputusan hanya mengulas usulannya Pemerintah untuk nanti ditanggapi kembali.

Jadi kalau kami ulangi:

"Bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya mengem­bangkan diri (terserah tadi Pemerintah pakai kata masing-masing, baik dan sebagainya) berkenaan dengan aspek jasmaniah dan rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang­Undang Dasar 1945."

Betul Pak? Jadi saya tidak keliru mencoba menjadi Juru Bicaranya Pemerintah Pak yah?

Kami persilakan fraksi-fraksi untuk menanggapinya, jadi ini tadi pendapat Pemerintah. Bagaimana kita masing-masing sebelum kita menuju ke arah kesepakatan. Kami persilakan dari FPDI.

FPDI (Budi Hardjono, S.H.):

FPDI berpendapat bahwa rumusan ini sudah cukup baik. Tapi apa yang diutarakan oleh Pemerintah dalam menanggapi usul FKP dan FPP itu semata-mata dalam rangka pe­nyampurnaan lebih baik lagi, sudah barang tentu FPDI tidak keberatan karena pada hake­katnya merupakan suatu penjelasan lebih lanjut dan penegasan dari berbagai aspek yang ta di diusulkan FKP maupun FPP.

KE TUA:

Kami persilakan dari F ABRI.

F ABRI (Drs. Made Sudiartha):

Memang kami dari F ABRI tetap pada usulnya semula, karena unsur-unsur yang di­masukkan di dalam ini cukup luas. Tapi dalam rangka penyempurnaan atau rumusan itu tanpa merupakan essensi dari yang termasuk ini, dapat kami terima.

KE TUA:

J adi telah mengatakan bahwa itu penyempurnaan bisa diterima baik oleh FPDI mau­pun FABRI.

Kami persilakan FPP.

FPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.):

Kami setuju dengan usul Pemerintah dan setuju Pak Pimpinan jadi Juru Bicara Peme­rintah, tapi tadi saja ini.

(RAPAT TERTAWA)

848

Page 20: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

KE TUA: Kami persilakan dari FKP.

FKP (Harsono ).

Terhadap rumusan b nanti bisa kita susun rumusan lebih lanjut hubungannya dengan a, apakah nanti di b "meningkatkan kualitas manusia Indonesia" atau "mencerdaskan kehidupan bangsa" itu dia.

Terima kasih atas diterimanya saran FKP yang dikawinkan dengan FPP, selanjutnya nan ti kita akan susun rumusan yang sebaik-baiknya. Dan setuju untuk di Timuskan.

KE TUA: Sebenarnya karena Pimpinan tadi ikut menikahkan tadi dan sudah disetujui nikahnya,

mengapa hams ke Timus ? Kan lebih baik disahkan. Jacli kalau sudah nikah yah sudahlah, sehingga nan ti di kamar sah.

Oleh karena itu sebelum kami ketok akan kami ulangi lagi kalimatnya:

"Bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makrnur serta memungkinkan para warganya me­ngembangkan diri masing-masing berkenaan dengan aspek jasmaniah dan rohaniah berdasarkan Pancasila dan Un dang-Un dang Dasar 1945."

Ini kalimat tadi. Kalau ini sudah dianggap setuju tinggal kita sahkan saja. Apakah kata masing-masing nya akan diganti ?

( Rapat Minta Diulang )

Ulangi lagi, mudah-mudahan tidak disuruh ngulang terns ini.

"Bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makrnur serta memungkinkan para warganya me­ngembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah (maupun konsekuensinya kalau pakai kata baik) berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945."

Apakah begitu ? Pemerintah, enak mana pak ?

PEMERINTAH:

Setuju. Hanya kata "kualitas" diganti "mutu" disini.

KETUA: "kualitas" diganti "mutu", yah tidak apa-apa bukan ? Tapi kepada Pemerintah Pim­

pinan hanya mengingatkan kalau "kualitas" cantolannya GBHN, bahwa tujuan pendidikan nasional itu meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

Terserah, tapi baik dan maupun sudah disetujui yah ? Jadi ''baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945."

Bagaimana Pak Menteri kalau tetap kualitas ?

PEMERINTAH:

Tidak apa-apa, cuma membahasaindonesiakan

849

Page 21: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

Oh, ini bahasa Indonesia. Bagaimana kalau diganti "inutu" ?

(RAPAT: "KUALITAS")

KETUA:

Oh, "kutalitas" saja, supaya konsisten dengan pembangunan. Baiklah.

Jadi apa yang dibacakan oleh Pimpinan tadi itu merupakan rumusan, "masing-masing" diganti kata "baik". Kemudian antara "jasmaniah dan rohaniah" diisi "maupun". Dengan demikian posisi yang baru tadi rnaka menimbang butir b dapat kita sepakati.

( Anggota Rapat Sebentar-sebentar)

KETUA:

Silakan.

FKP (Harsono ): Pertama, dari FKP mengucapkan terima kasih tentang diterimanya "meningkatkan

kualitas",jadi saya kira tetap "kualitas" ini karena dari GBHN begitu.

Selanjutnya yang lain-fain kecuali "mencerdaskan kehidupan bangsa", karena suatu konsiderans a, b, c dan seterusnya itu berkait, maka sebaiknya yang b inipun di Timuskan, karena a, b, c, itu terkait dan satu kesatuan.

KETUA:

Tidak bermaksud Pimpinan minta dihargai, itu tidak. Karena ada usul yang di-Timus­kan, kami mohon pendapat dari Fraksi-fraksi lain.

Kami persilakan F ABRI. Apakah disahkan atau di Timus ? Kalau disahkan seperti rumusan tadi.

F ABRI (Sahuntung Sastrohamidjojo ):

Barangkali tadi kita sudah sepakat bersama-sama menyimak materi dari butir tadi secara jelas. a pun tadi kita sudah setuju di Timus. b barangkali kalau tadi rumusannya sudah kita terima dalam bentuk kata-kata, apalagi yang di Timuskan menurut kami. Jadi disahkan saja di sini. Sudah jelas rumusannya sudah mencakup beberapa saran dari be­berapa Fraksi.

Jadi dengan demikian kami ingin menegaskan bahwa a kita setuju Timus, dan b di­putuskan saja di sini.

KE TUA:

Mohon pendapatnya dari FPDI.

FPDI (Budi Hardjono, S.H.):

FPDI berpendapat rnemang tadi rupa-rupanya sudah ada semacam kesepakatan yang ketemu, maka lebih baik diputuskan sehingga di Timus dan tidak ada persoalan lagi. Sebab kemungkinan juga timbul diskusi lagi rumusannya itu.

KE TUA:

Mohon FPP.

850

Page 22: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

FPP (H. IsmailHasan Metarewn, S.H.): FPP menganggap kalau kita bisa selesaikan itu lebih baik.

KETtJA:

Dari Pemerintah?

PEMERINTAH:

· Kami sependapat. Qleh karena rumusannya sudah diterima, maka baisa diputuskan pada pertemuanini.

KETUA:

Jadi kembali kepada FK.P.

FKP (H. Iman Soedarwo Padmosoegondo) :

Pada dasarnya kami tidak keberatan, terhadap apa yang baru saja kita rumuskan ber­sama ini. Tapi persoalannya Dleh karena tadi kami menerima bahwa apa yang tercantum di dalam konsiderans ini akan dijadikan satu paket, maka kalau kita sudah menghadapi satu kesamaan pendapat yang antara huruf satu dengan yang lain berbeda, pada akhirnya kita harus ketemu di dalam Timus supaya dengan demikian seluruh rumusn itu menjadi lebih mengalir begitu.

Ini tidak berarti kami tidak menyetujui rumusan itu, tapi ini sebaiknya diserahkan saja kepada Timus supaya keserasiannya itu bisa tercapai di sana.

KETUA:

Jadi kalau toh rumusannya itu bisa diterima, apa bisa rumusan kita sahkan dulu ke­mudian nanti diserahkan di Timus, bagaimana diserasikan dengan butir-butir yang lain. Karena ini menyangkut suatu pembahasan, pembahasan harus ada jelas kesepakatan atau Timus, apa Panja, apa di delay.

Apakah rumusan yang dibacakan oleh Pimpinan bisa disahkan? Kemudian kita dorong, otomatis nanti kita melihat, tetapi hakekatnya ini perumusan tadi sudah bisa disahkan dan nanti dikaitkan tentunya.

Menurut pengamatan atau pengalaman Pimpinan yang awam ini, nanti setelah selesai semua tentu akan ada semacam stream lining begitu disesuaikan dengan bahasanya hukum dan bahasa Indonesia yang benar, biasanya begitu.

Apakah bisa disahkan tidak meninggalkan untuk Timus nanti membicarakan secara keseluruhan. Bagaimana, apakah begitu bisa?

Silakan dari Fraksi Karya.

FKP (Drs. H. Iman Soedarwo Padmo Soegondo ) :

Saudara Ketua, artinya rumusan ini tidaklah rumusan mati, melainkan masih dimung­kinkan upaya penyelesaiannya dengan ayat (a) ayat (c) dan seterusnya.

KETUA:

Lalu yang dirumuskan oleh Pimpinan tadi disepakati oleh FK.P tidak ? Mohan jawab-an.

851

Page 23: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

·-

FKP (Dr_s:_ f!:. Iman Soedarwo PS)_:

Pada dasamya kami menyepakati, namun jangan diartikan lain dengan istilah disepa­kati, apakah juga pasal-pasal yang sudah disepakati akan bergeser kepada pendapatnya Fraksi Karya yang terakhir ini? Mohon penjelasan.

FKP (Drs. H. Iman Soedarwo PS) :

Saudara Ketua, masalahnya berbeda tadi kami ketengahkan berbicara mengenai konsi­deran sebagai_satu paket, apa yang diupayakan oleh Pimpinan adalah satu jasa yang mem­perlancar usaha Timus nanti. Akan tetapi jangan kita mengartikan ini sebagai mati begitu­lah, supaya luwes begitu saja.

KETUA:

Jadi rumusan tadi bisa diketok, dengan tidak menutup keluwesannya di dalam itu semuanya ? Jadi perumusan tadi bisa kita ketok di dalam kaitannya pembicaraannya nanti itu tetap kita hubungkan. Memang tidak lucu kalau menimbang itu tidak serasi antara atas dan bawah. Itu saya rasa konsekwensi logis. Pimpinan awam juga bisa mengerti bahwa itu juga mesti hams serasi. Maka rumusan tadi ini di sepakati ya ?

(RAPAT SETUJU) Terima kasih.

Jadi rumusan butir (b) tadi jiwanya sudah disepakati dengan mengingat saran yang simpatik dari FKP, bahwa rumusan itu jangan mati, tapi nanti kalau sudah disahkan di DPR itu tentunya menjadi mati. Nanti saya khawatir sudah diputuskan ada yang ngomong jangan mati. Kasihan Pemerintahnya nanti.

Baik kami lanjutkan dengan butir (c). Dari butir (c) menimbang ini, ada 3 Fraksi yang tetap, tetapi ada satu Fraksi, kebetulan Fraksi Karya Pembangunan .yang mengusulkan untuk dihapus. Dalam arti pengertian Fraksi Karya Pembangunan mempunyai pendapat mungkin, bahwa butir (c) menimbang ini dianggap tidak perlu.

Oleh karena itu karena yang ada usul perobahan dari FKP, kami mohon penjelasan dari FKP.

FKP (Harsono) :

Mengenai rumusan RUU yang berbunyi: "bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan tersebut diperlukan adanya pembinaan peningkatan dan pengembangan penyelenggaraan pendidikan nasional".

Dalam hubungan ini FKP mengusulkan untuk rumusan tersebut dihapus dengan suatu alasan sebagai berikut :

Jadi dalam (a) dan (b) sudah disebutkan bahwa untuk mewujudkan mencerdaskan dan meningkatkan kwalitas manusia Indonesia dan seterusnya. Maka dari (b ), kiranya di (c) ini lebih tepat apabila ini di penjelasan umum. Dan ini memang sudah ada di penjelasan umum. Karena masalah pembinaan, peningkatan pengembangan dan sebagainya ini apabila di konsideran, tadi sudah saya katakan bahwa di konsideran itu biasanya hams jelas dan tegas. Karena sistim itu sendiri sudah menjamin demikian.

Dari FKP berpendapat, bahwa dari (b) itu bisa langsung ke .(d), yaitu bahwa perun­dang-undangan yang ada itu sudah tidak sesuai lagi. Jadi sesudah kondisi yang diinginkan, maka langsung kepada perundang-undangan yang sudah tidak sesuai lagi, tanpa perlu di­jelaskan di dalam (c) itu. Dan (c) itu sendiri memang sudah dirangkum di dalam penjelasan umum sampai dua kalimat atau dua baris.

852

Page 24: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

JC,ETUA: Demikian dari alasan FKP, maka kami persilakan dari Fraksi-fraksi lain, meskipun

fraksi lain itu tetap, tapi mohon pendapatnya sebelum kita kembangk:an kepada jawaban Pemerintah. ·'

Kami persilakan FABRI.

FABRI (Drs. Made Sudiartha)·:

Fraksi ABRI memang tidak menanggapi ten tang butir (c) ini, karena kita beranggapan justm posisi dari pada butir (c) ini, adalah mempakan jembatan dari pada masalah (a) dan (b) juga (d) dan (e ).

Di dalam butir (c) ini adalah kalau kita pikirkan bahwa butir (a) dan (b) adalah me­nyangk:ut mengenai das sollen yang hams kita capai, sedangk:an kondisi sekarang ini yaitu butir {d) dan (e) yang berlaku tidak sesuai, memang butir (c) ini adalah mempakan suatu jembatan untuk meningkatkan upaya penyelenggaraan pendidikan.

Jadi oleh karena itu FABRI berpendapat bahwa butir (c) ini adalah sudah sewajarnya bahwa masih tetap ada, untuk menghubungk:an antara (a) dan (b), dan {d) dan (e ).

KETUA:

Terima kasih FABRI yang telah mempunyai pemikiran bahwa butir (c) menimbang ini mempakan jembatan dari butir di atasnya menuju ke butir bawahnya.

Kami persilakan Fraksi Persatuan Pembangunan.

F.PP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.) :

FPP memang tidak mengajukan apa-apa di sini, dan memang tidak keberatan kalau ini tetap, oleh karena melihat memang ada hal yang mempakan isi daripada pemikiran kita sekarang ..

KETUA:

Kami persilakan FPDI.

FPDI (Budi Hardjono, S.H.):

Fraksi PDI memandang bahwa butir (c) itu tetap, dengan alasan bahwa meskipun telah ada konsideran dalam butir-butir (a), (b), sudah barang tentu apa yang dirumuskan di dalam butir (a) mempunyai suatu subyek pokok yang juga tidak sama dengan yang subyek {b ). Sehingga dengan demikian lebih menggambarkan adanya suatu kelanjutan dan penegasan daripada masing-masing subyek pokok dalam butir-butir tersebut.

Jadi kalau pada butir (a) itu mengenai landasan atau penjabaran dari pada pasal Undang-Undang Dasar 1945, kemudian butir (b) itu adalah masalah pembangunan secara keseluruhan dan lebih luas yang dikaitkan dengan pendidikan, kemudian butir (c) itu me­nyangk:ut pendidikan sendiri yang jelas hams ada pengembangan pembinaan dan sebagai­nya.

Jadi sebenarnya tidak perlu dihilangk:an, jadi akan memberikan kelanjutan dan pene­gasan lebih kongk:rit, dan hal demikian adalah biasa dirumuskan di dalam suatu konsi­deran, sebab konsideran itu mempakan suatu philosophical basis daripada keseluruhan pasal-pasal yang ada. Pasalnya ini-ini-ini, kalau ditanya sumber pokok pikirannya itu apa? mengapa? dan bagaimana?, dirumuskan di dalam konsideran. Sehingga dalam hal ini saya pikir tepat kalau masih dipertahankan.

853

Page 25: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

KETIJA:

Terima kasih FPDI atas butir (c) menimbang, ke-empat Fraksi sudah menyampaikan pendapatnya, kami persilakan dari pihak Pemerintah.

PEMERINTAH :

Saudara Ketua dan Pansus yang kami hormati, kalau kita ingat kemarin pembahasan , kita mengen;ri perguruan tinggi antara lain ada usul perobahan dari Fraksi FKP untuk mengacu kepada peiwujudan pembangunan nasional sebagai tujuan dari pendidikan ini. Jadi apa yang disebut antara lain dari Fraksi PDI out put oriented. Usul perobahan itu kemudian ditanggapi oleh Sidang dengan justru mengacu pada butir {c) ini dibuang, ini agak corttradictoris lagi. Jadi harus kita bahas semua lagi, karena usul perobahan itu kalau saya tidak keliru dipanjakan, tapi sebagian .....

KETUA : lnterupsi

Usulnya dari FKP rapat kemarin sudah ditarik, usul tentang satuan pendidikan yang berorientasi pada pembangunan nasional sudah ditarik.

PEMERINTAH:

Apa lagi kalau ditarik, malahan cantelannya ini mau ditarik juga ini !alu tidak ada acuan ke mewujudkan pembangunan nasional tadi.

Jadi alasannya itu justru butir (c) berikut seluruh penjelasannya. Ini yakni kita dis­kusikan kemarin, saya hanya ingin menyampaikan catatan itu.

KETUA:

Yang dimaksudkan penjelasan umum Pak Menteri ya? Demikian pendapat dari Peme­rintah dan karni persilakan dari FKP untuk memberikan penjelasan ulang setelah men­dengarkan pendapat Fraksi-fraksi dan Pemerintah.

Kami persilakan.

FKP (Drs. Iman Soedamo Padmo Soegondo) :

Sebenarnya FKP tidak terlampau memandang masalah ini prinsipal sekali tidak, tetapi FKP hanya ingin menyederhanakan ke seluruhan susunan dari konsideran ini. Apakah mungkin dengan menghapuskan ini kesederhanaari itu bisa tercapai.

Saudara Ketua, kalau kita berbicara tentang sistim pendidikan nasional yang di dalam­nya sudah mengandung arti upaya untuk mengolah semua in put dengan cara tertentu, dan dengan cara itu memperoleh keluaran tertentu, maka di dalamnya sebenarnya sudah mengandung pengertian pembinaan, melalui sub sistem-sub sistemnya itu.

Kalau tadi dicoba dikaitkan dengan orientasi FKP, pendidikan mengaitkan dengan pembangunan, maka sebenarnya di (c) ini tidak berkaitan dengan masalah itu, karena di sini yang diketengahkan adalah pendidikan nasional sebagai bagian dari pembangunan Nasional. Jadi berbeda dengan yang di masalahkan dengan FKP kemarin, pendidikan yang berorientasi kepada pembangunan nasional.

Saya hendak mengulangi membacakan di sini "mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan nasional". Jadi berbeda dengan orientasi kepembangunan nasional itu.

Dengan demikian Saudara Ketua, maka menurut pendapat FKP, apa yang hendak dicantumkan di dalam (c) ini sudah tercakup di dalam (a) itu dorongan utama untuk mem-

854

Page 26: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

bentuk Undang-undang ini adalah perlunya sistem pendidikan nasional. Dan di dalam pengertian pendidikan nasional sebagai keseluruhan sub sistem yang mengolah masukan dengan cara tertentu untuk memperoleh keluaran, sudah termaktup di dalamnya, tersirat di dalamnya, keinginan untuk melakukan pembinaan.

KETUA: Demikian yang dijelaskan ulang dari FKP yang disebutkan, bahwa usul untuk dihapus

itu tidak usul yang prinsipial, tetapi dari FKP berupaya bagaimana dengan usulan itu untuk menjembatani untuk menyusun seperti yang diungkapkan berkali-kali oleh FKP ak:himya nanti satu keseluruhan konsideran ini yang sederhana, tetapi mencakup kese­luruhannya.

Ini makna dari pada usulan dari FKP dan menanggapi apa yang dijelaskan oleh Peme­rintah dalam kaitannya usulan FKP yang telah dicabut kembali sama-sama telah kita dengarkan.

Kami persilakan dari Fraksi-fraksi lain untuk tetap memberikan urun rembugnya. Kami mulai dari FPDI.

FPDI (Budi Hardjono, S.H.):

Sebagai penegasan dari pada pendapat FPDI yang tadi sudah diutarakan, memang dikandung maksud supaya ada rangkaian (a), (b), (c) dan (d).

Dan kenapa di sini perlu ada pencantuman kembali sebagaimana ditentukan di dalam (c), pada hakekatnya merupakan suatu penegasan, apabila kita selalu melihat kenyataan bahwa di dalam dunia pendidikan °Hu sudah berkembang sedemikian rupa, baik diusahakan oleh Pemerintah, lebih-lebih yang diusahakan oleh swasta. Hal demikian diperlukan suatu penegasan, selalu penegasan diperlukan adanya peningkatan pengembangan dan pembina­annya khususnya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam usaha-usaha memajukan pen­didikan.

Oleh karena itu saya kira FKP tadi juga bukan merupakan suatu prinsipiil dan tidak keberatan, saya kira persoalannya sudah jelas, sehingga menurut FPDI saya kira (c) itu tetap dicantumkan di dalam rumusan ini.

KETUA: Kami persilakan dari Fraksi Persatuan Pembangunan.

PPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.) :

Sehubungannya konsideran itu merupakan suatu keseluruhan, jadi kalau kita memakai istilah (a), (b), (c), (d), (e) dan sebagainya ini kita hams melihat keseluruhannya apakah sudah mencakup atau belum.

Pada pertama kali kita harus membuatkan suatu motivasi pokok dari pada kita hendak membuat ini. Kemudian motivasi-motivasi lain perlu dipikirkan untuk dicantumkan se­belum kita sampai kepada kesimpulan. Apakah ini merupakan salah satu motivasi? Ini menjadi problem yang pertama yang sekarang kita bicarakan.

Kami melihat ada kalimat-kalimat ini yang merupakan motivasi kita untuk menyusun kedalamnya. lnilah tadi yang kami kemukakan, kami tidak mengusul, dan kamipun tidak keberatan adanya ayat ini.

855

Page 27: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

KETUA:

Dari FPP tetap untuk mengingatkan pada makna motivasi yang ada dalam konsideran menimbang, sehingga sampai dimana, apakah ini bisa masuk di dalam motivasi yang pokok yang kita angkat apa tidak, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh FKP tadi.

Kami persilakan dari FABRI.

FABRI (Ors. Made Sudiartha):

Kami ingin lagi menjelaskan apa yang terkandung dalam pikiran F ABRI, bahwa butir (c) ini tidak bisa lepas dari butir (a), (b) sebelumnya. Kalau kita simak mengenai butir (a), bahwa yang dibentuk itu adalah mengenai sistem pendidikan nasional betdasarkan Undang­Undang Dasar 1945.

Jadi ini menyangkut philosophical background terhadap sistem pendidikan. Kalau kita simak mengenai butir (b) itu adalah menyangkut sasaran yang ingin dicapai di dalam rangka proses pembangunan itu. Sedangkan mengenai butir (c) ini adalah metode yang hams dipergunakan di dalam mencapai sasaran itu. Baik akan menyangkut mengenai pembinaan, peningkatan, pengembangan, penyelenggaraan pendidikan nasional. Karena dengan posisi ini berarti, kalau ini ditingkatkan, karena mungkin undang-undang yang mengatur sistem yang ada kurang sesuai dengan keperluan itu untuk (d), sama (e ).

Nah justru masalah inilah yang nantinya akan sebagai cantolan di dalam rangka peru­musan bab-bab dan pasal-pasal dari batang tubuh UUD 1945. Jadi kalau melepaskan ini, berarti akan menghilangkan kaitannya dengan pembangunan, sebagaimana sasaran yang disebutkan dalam butir (b) dalam pertimbangan itu. Jadi oleh karena itu kami masih ber­pendapat bahwa rumusan ini saya rasa cukup tidak ber!ebihan apabila masih tetap dican­tumkan, justru dipertegas di dalam rangka nanti pemikiran di dalam perumusan pasal-pasal.

KETUA:

Yang dari F ABRl beranggapan bahwa ini diperlukan dalam arti kaitannya semacam penurunan dari yang (a) dan dari (b).

Kami mohon dari Pihak Pemerintah untuk menanggapinya.

PEMERINTAH :

Kamipun tidak melihat bahwa butir (c) ini berle bihan, kalau tadi dari F ABRI mengin­dikasikan bahwa butir (c) ini menunjuk kepada metode, maka barang kali juga dapat di­tambahkan lagi bahwa pada metode, maka barang ka!i juga dapat ditambahkan lagi bahwa butir (c) ini menunjuk pada dinamiknya dari undang-undang ini.

KETIJA:

Dan setelah ada tanggapan dari ke-tiga Fraksi dan juga Pemerintah, tentunya kami kembalikan kepada pengusul Fraksi FKP untuk sekali lagi memberikan penjelasan atas usulannya.

FKP (Drs. Iman Soedarwo Padmosoegondo) :

Pada kesempatan ini FKP ingin menyampaikan sekedar bahan pemikiran, kalau kita berbicara tentang konsideran, maka tampaknya tidaklah begitu layak kalau kita meng­gunakan tata pikir idea, subyek, obyek, invironrnent dan metodh, melainkan memper­timbangkan sejumlah motif, dan dari sejumlah motif itu kita akan mengurut graduasi dari motivasi yang mendorong per!unya undang-undang ini.

856

Page 28: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

Nah kalau kita berbicara yang ke-dua tentang konsideran ini kita menyentuh mengenai fakta, maka konstatasi fakta itu hendaknya fakto yang paling memberikan dorongan, sekali lagi perlunya kita membentuk undang-undang ini. Dengan demikian kita tidak tepat kalau mengaitkan masalah urutan di sini dengan masalah idea, subyek, obyek dan metode itu.

Kalau kita berkeberatan mengenai penghapusan ayat (c) ini karena dengan demikian memberi gejala putusnya kaitan dengan pendidikan dengan pembangunan, hal itu ter­tangkal dengan sendirinya kalau kita menyimak pada huruf (b ), di sana kita melihat bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan. Jadi hal yang sama kita sudah melihat ter­cantum di dalam (b) ini.

Saudara Ketua, dengan mengajukan pertimbangan pikiran inilah barang kali bisa lebih lanjut berbicara secara mendalam mengenai masalah yang (c) ini nanti, karena saya kira bahan-bahan itu sudah cukup banyak, dengan demikian kita akan membahas nanti kaitan­nya dengan (a), (b ), sekali fagi kita mendalami

0

kita akan bisa meyakini, perlu atau tidak. Sekali lagi keseluruhan dari konsideran ini.

KETUA:

Pimpinan khawatir kalau di situ nanti ada krikil Pak. Karena masalah konsideran ini adalah masalah yang sangat mendasar. Oleh karena itu mungkin dengan omong-omong lebih dekat itu lebih tahu persis apa yang dimaksudkan oleh Fraksi Karya, kami minta untuk di skors, untuk supaya nanti ada pendekatan, okeylah, sehingga nanti di dalam Timus tidak menjadi soal.

Oleh karena itu kami usulkan untuk kita skors Fraksi-fraksi dengan Pemerintah ngo­brol-ngobrol sebentar tidak lama.

Disetujui ? Kami skors selama 10 menit.

(RAPAT SETUJU) (Rapat diskors pukul 11.01 s/d 11.42)

KETUA: Ibu-ibu dan Bapak-bapak sekalian yang kami hormati, mohon ma'af kalau melebihi

dari 10 menit, karena inilah ciri khas permusyawaratan kita untuk mencari mufakat.

Ibu dan Bapak sekalian, yang ingin kami sampaikan hasil rembugan lobby antara 4 Fraksi dan Pemerintah, pertama butir (c) ini disepakati untuk tetap exist, artinya ada keberadaannya di dalam konsideran terse but. Kemudian ada penyempurnaan kalimat, yaitu diantaranya setelah tersebut diperlukan ada­nya penyelenggaraan pendidikan nasional, itu ada kata pembinaan peningkatan dan pe­ngembangan, itu tadi hasil rembugannya muncul bagaimana kalau dicakup dengan kata peningkatan dan penyempurnaan dan sebagainya, untuk kepentingan jiwa butir itu yang terkait kepada butir-butir yang lain. Namun ini kita serahkan kepada Timus nanti untuk supaya bisa merumuskannya. Tapi jalan pikirannya itu demikian.

Oleh karena itu kami nyatakan di sini bahwa butir (c) itu tetap hid up, ada, terjadi penyempurnaan kalimat dengan apa yang telah kami katakan mengintroduksikan penyem­purnaan untuk penyelenggaraan pendidikan nasional kita percayakan kepada Timus dalam kaitannya untuk menyusun keseluruhannya nantinya, setelah juga (e) apa itu bisa kita selesaikan.

Dengan demikian maka kita serahkan kepada Timus seperti posisi yang tadi saya ke­mukakan.

(RAP AT SETUJU)

857

Page 29: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

Kami lanjutkan sebelum masuk (d), ada usulan antara (c) dan (d) dari Fraksi PDI. Tidak bermaksud mengecilkan maksud Fraksi PDI, seperti yang sudah-sudah usulan baru itu kita lihat nanti di belakang setelah kita selesaikan, maka kita supaya lebih jelas lagi karena ini antara ( c) dan ( d) kit a masuk saja ke butir ( d)-nya sekarang, halaman 3

J adi setelah kita lihat butir ( d) bagaimana, sehingga kita bisa melihat bagaimana maksud usulan tambahan dari FPDI. Fraksi FKP ada, usulan perobahan dengan (c) tentunya terkait kepada usulan se­mula, karena (c)-nya ingin dihapus. Jangan melihat butimya, tetapi isinya. Fraksi Persatuan juga ada, Fraksi PDI juga ada. Fraksi ABRI itu bisa menerima apa yang ada di dalam RUU.

Kami persilakan dari Fraksi PDI untuk menyampaikan usulannya, yang berarti yang tertulis e di halaman 3 itu Pak.

FPDI (Budi Hardjono, S.H.):

Saudara Pimpinan dan Sidang yang terhormat, sebagaimana kita ketahui bahwa dengan akan disahkannya nanti RUU ini, maka beberapa Undang-undang akan dinyatakan tidak berlaku lagi, dengan demikian diperlukan adanya satu ketentuan yang bisa menampung kekosongan hukum.

Oleh karena itu di dalam perumusan perubahan ini kami bacakan saja bahwa Undang­undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, Un­dang-undang Norn or 12 Tahun 19 54 tentang Pernyataan berlakunya Undang-undang No­mor 4 Tahun 1950 dari Republik Indonesia dahulu tenta.ng !Asar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk seluruh Indonesia dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi serta Undang-undang Nomor 4 PRPS Tahun 1965 tentang Pokok­pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila dalam beberapa hal tidak sesuai lagi c!engan kebutuhan perkembangan Pendidikan Nasional dewasa ini dalam kenyatannya.

Kemudian disini usul perubahannya bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas dan dalam rangka memantapkan Ketahanan Nasional serta mewujudkan masyarakat maju yang berakar pada kebudayaan bangsa dan kesatuan nasional atas dasar Bhinneka Tunggal

Ika yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 perlu ditetapkan Undang-undang tentang Pokok-pokok Pendidikan Nasional, ini hanya tambahan itu saja dalam beberapa hal tidak sesuai lagi, sebab apabila dinyatakan tidak berlaku Undang-undang yang kami sebut tadi lalu kemungkinan ada hal yang masih sesuai, jadi kalau dinyatakan tidak berlaku seluruh­nya nanti akan timbul kekosongan hukum, demikian usul kami.

KETUA:

Terima kasih. Jadi jiwanya tidak menghendaki secara absolut tidak berlaku begitu di sini ada kata dalam beberapa hal yaitu jiwa dari pada usulan dari F .PDI, kami persilakan dari F.PP.

FPP {H. Ismail Hasan Metarewn, S.H.) :

Terima kasih Saudara Pimpinan, kami memang tidak memberikan sesuatu catatan di sini namun ada memang yang kami ingin mernpertanyakan dan sebenarnya bukan memper­tanyakan, tetapi ingin mempertimbangkan sesudah kita selesai, meskipun konsideran alarn suatu Undang-undang kalau kita baca akan ditemui pada permulaan kita baca, tapi konsideran itu harus juga menggarnbarkan apa isi yang kita putuskan.

Oleh karena itu. maka dalarn butir ini perlu kita pertimbangkan secara benar-benar apakah di dalarn Undang-undang yang baru kita mengambil isi dari pada Undang-undang yang lama. Kalau memang mengambil sebagian isi dari Undang-undang lama kita tidak akan

858

Page 30: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

--------------- - - -

rnengatakan bahwa sernuanya tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tapi kalau tidak mengambil sama sekali itu benar, ini kenyataannya. Namun bisa juga diartikan lain bahwa karena sedikit saja tidak sesuai, maka secara keseluruhannya dianggap tidak sesuai, itu bisa juga. Karena itu maka kami tidak memberikan usul apa-apa dalam soal ini hanya kami se­rahkan pada kita bersama untuk mempertimbangkan apakah tepat kita dengan tegas me­ngatakan tidak sesuai lagi atau menyatakan hanya dalam beberapa hal seperti yang dikemu­kakan oleh rekan dari PDI tadi, ini perlu kit::i timbang <lulu isi yang akan kita masukkan nanti di dalam Undang-undang sendiri dan memang ini sudah kita bicarakan secara menye­luruh kita sudah ada gambaran tentang itu bagaimana sebaiknya marilah kita bicarakan.

Terima kasih.

K.ETUA:

Terima kasih, dari pihak FPP meskipun tidak ada usulan perubahan tetapi minta ke­pada kita semua untuk mempertimbangkan kaitannya Undang-undang yang akan dibentuk nanti dengan Undang-undang lama yang sampai sekarang masih berlaku. Kami persilakan FABRI.

F ABRI (Sahuntung Sastrohamidjojo }:

Saudara Pimpinan, setelah kita melihat rumusannya antara RUU saran dari FKP maupun dari FPDI memang ini adalah menyarankan adanya pe,rubahan redaksional. Jadi bagi kami memang F ABRI tidak menolak tetap berpegang kepada rumusan RUU, namun kami tidak menutup kemungkinan untuk secara redaksional diadakan perubahan rumusan redaksional agar dapat benar-benar memenuhi konsep dari RUU ini, karena kita melihat pada Pasal 58 di belakang itu juga ada, rumusan bahwa apabila ada peraturan atau per­undangan yang masih berlaku itu tidak bertentangan masih berlaku. Jadi mungkin tidak sesuai lagi ini memang benar mungkin perlu dicarikan rumusan yang lebih baik, apakah menjadi kurang memenuhi dengan kebutuhan dan perkembangan barangkali, ini akan secara umum menjelaskan bahwa memang ada kekurangan dalam perundang-undangan yang lama ini, demikian pendapat F ABRI.

Terima kasih,

KE TUA:

Terima kasih, F ABRI beranggapan setelah mempelajari jalannya pembicaraan ini ke­lihatannya mengarah ke arah penyempurnaan redaksi dalam arti untuk menegakkan isi daripada butir d ini yang sebenarnya. Kami pesilakan dari FKP.

FKP (Mohammad Roem, S.H.):

Terima kasih Pimpinan, pertama-tama dari FKP pada prinsipnya menerima point d konsideran ini dengan catatan beberapa kata yang dihilangkan namun secara prinsip apa yang tercantum dalam butir d ini diterima dengan penyempurnaan yaitu kata "dan" sesudah kata untuk seluruh Indonesia, kata "serta" sesudah kata dalam kenyataannya, sesudah kata "dewasa ini" dihapus. Kata Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 "u" yang kedua ditulis Undang-undang dalam huruf kecil, sehingga dengan demikian bunyi butir d ini adalah sebagai berikut "bahwa Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar­dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, Undang-undang, Nomor 4 Tahun 1950 dari Republik Indonesia dahulu tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah un­tuk seluruh Indonesia, Undang-undang Nomor 14 PRPS Tahun 1965 tentang Mejelis Pen­didikan Nasional dan Undang-undang Nomor 19 PNPS Tahtln 1965 tenang Pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan Pen­didikan Nasional dewasa ini".

859

Page 31: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

Sehingga dengan demikian sekaligus menanggapi usul daripada FPDI yang ingin me­rubah rumusan ini adalam beberapa hal tidak sesuai lagi, maka FKP menyatakan bahwa hal ini adalah sesuai dengan Pasal 59 yang kalau tidak salah telah kita sepakati adalah mencabut seluruh daripada Undang-undang yang kami sebutkan tadi,jadi bukan dalarn be­berapa hal tidak sesuai lagi, oleh karena itu Fraksi Karya berpendapat bahwa apa yang di­usulkan oleh FPDI ini adalah tidak sesuai, sesuai dengan kesepakatan kita Pasal 59 RUU ini yang telah kita sepakati, demikian untuk sementara dart FKP.

KETUA:

Terima kasih dari FKP yang telah memberikan latar belakang usulannya perubahan redaksi dan sekaligus mengemukakan pendapatnya atas usulan FPDI. Kami persilahkan dari Pemerintah untuk menanggapinya.

PEMERINTAH:

Saudara Ketua saran dari FKP untuk merubah beberapa kata-kata atau meniadakan beberapa kata-kata dapat diterima yaitu sesudah kata ''seluruh Indonesia koma dan" kata "dan" akan ditiadakan itu mungkin, karena di belakang koma tidak pernah nyambung dan atau komanya ditiadakan dan "dan" bisa bertahan. Jadi pilihannya antara "koma" ditiadakan, "dan" dipertahankan atau "koma" dipertahankan, "dan" ditiadakan.

Ten tang kata "serta" yang menurut catatan di sini sesudah kata "dalam kenyataan­nya" tapi mungkin yang dimaksudkan sesudah kata "Perguruan Tinggi". Kata "serta" antar spasi itu tergantung kalau "dan" mau dipertahankan sesudah "koma" ditiadakan "serta" bisa bertahan. tapi semua kalau mau dijadikan "koma" juga tidak keberatan, kalimat Undang-undang nomor sekian yang "U"nya huruf besar saya cari tidak ketemu, semuanya sudah huruf kecil, jadi ini selesai.

Dan yang ketiga perkataan ''dalam kenyataannya" ditiadakan ini juga dapat disetujui. jadi kalimat ini berakhir pada 'dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan nasional dewasa ini" dalam kenyataannya ditiadakan setuju

Terima kasih.

KETUA:

Maaf kami agak berpikir ke tempat lain jadi tidak ada di sini sebentar, jawaban ter­hadap usulan POI sudah Pak. oh belum, kalau begitu belum kami dengar.

PEMERINT AH:

Memang saya yang lupa. jadi ini memang sesuai dengan apa yang diterangkan tadi oleh Saudara dari FPP ketidaksesuaian ini gradasinya beberapa atau berbagai dan sebagainya ini terserah, tapi saya pikir adanya ketidaksesuaian sama dengan tidak sesuai sebabnya sedikit banyak kurang lebih ini terserah kepada ahli Undang-undang apa konsekuensinya.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih, demikian jawaban dari pihak Pemerintah apakah masih ada kalau me­lihat nada-nadanya ini juga ke Timus ini penyempurnaan tapi kami berikan sekali lagi ke­pada FPDI untuk memberikan pendapatnya.

860

Page 32: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

FPDI (Budi Hardjono, S.H.): Saudara Pimpinan dan Sidang yang terhormat, penambahan istilah dalam beberapa

hal tadi hanya merupakan satu konstatasi sebenarnya apa yang akan dihapuskan UU yang disebut berbagai itu sampai sekarang masih dianggap perlu dan dilaksanakan dan itu tidak bertentangan sama sekali, oleh karena itu kita hanya secara psikologis menyerukan demi­kian itu tidak menjadi perso'alan, memang kenyataannya demikian dan kita pun menge­tahui bahwa ini akan dicabut semua, itupun nanti masih ada satu peraturan peralihan yang menyangkut peraturan pelaksanaannya dengan sendirinya selama belum diadakan yang baru ya kemudian nanti akan timbul satu ketentuan sehingga dengan demikian kita tidak menganggap sarna sekali bahwa Undang-undang yang lama itu sama sekali sudah tidak adz, yang masih, sebetulnya.

Demikian pendapat FPDI, terima kasih.

FPP {H. Ismail Hasan Metareum, S.H.):

Terima kasih Saudara Pimpinan, memang kami sejak tadi sudah menyampaikan dan sudah ditanggapi oleh Pak Menteri, maksud kami memang demikian bahwa ada yang meng· artikan tidak sesuai lagi itu karena salah satu di antaranya tidak sesuai dan memang Ur;· dang-undang itu akan kita cabut. Oleh karena itu, maka daelam hal ini pengertian kita ba· gaimana, apakah Undang-undang yang akan dicabut itu ada yang dimasukkan ke dalamnya sehingga kenyataan itu kita masukkan di sini atau memang dinyatakan karena tidak sesuai lagi, maka dicabut lagi sebagiannya dimasukk.an kembali, ta pi itu tidak usah dikernuka\..ar. di sini, hanya kalimat yang kita gunakan.

Tadi saya mendengar F ABRI mengemukakan kurang memenuhi barangkali juga itu nanti kalau di Timus patut dipertirnbangkan. Terima kasih.

KETUA: Terima kasih. Maaf barangkali kadang-kadang manusia itu, pik.iran dengan ucapan

tidak nyambung, menjadi semacam kesepakatan, itu yang khusus untuk konsideran nanti­nya itu biasanya namanya bukan Timus tapi Timcil. Jadi apa yang kami sebut Timus itu dimaksudkan ada Timcil ini saja. Jadi maaf saya rasa tadi waktu di Lobby juga sudah mengarah ke situ, terima kasih dari FPP.

Jadi soal istilah tadi kurang dan sebagainya nanti bisa kita bahas di situ, kami persila­kan FABRI.

FABRI (Sahuntung Sastrohamidjojo):

Saudara Ketua, jadi memang benar bahwa istilah tidak sesuai lagi itu memang masih ganjel, karena kfta juga selama pembahasan ini membahas rumusan yang terdapat pada Un­dang-undang yang larnpau itu yang masuk, seperti Pendidikan Agama, wajib belajar, hari li­bur, ini kita masukkan dalam rumusan Undang-undang yang barn karena kita nilai bahwa ini masih relevan dengan perkembangan sampai sekarang. Oleh karena itu lepas dari saran redaksi yang lain barangkali hanya untuk bahan pembicaraan pada tim yang lain nanti perlu perkataan tidak sesuai lagi ini diperhalus, karena kenyataannya kita masih rnenggu­nakan.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih, atas saran dari F ABRI, kami • persilakan FK.P.

861

Page 33: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

FKP (Mohammad Roem, S.H.):

Terima kasih Pimpinan. Jadi FKP berpendapat bahwa sistem daripada sistem pendidik­an yang akan diatur dalam RUU ini memang berbeda dengan sistem pendidikan, kalau toh itu sudah ada dalam Undang-undang yang ada sekarang, jadi bukan karena ada materi yang kebetulan diangkat dibicarakan kembali dalam RUU ini lalu dikatakan itu bersumber dari sana, jadi ini pandangan dari FKP sehingga mengatakan bahwa Undang-undang yang ada, yang masih berlaku sampai detik ini, itu tidak sesuai lagi dengan RUU yang sementara kita bicarakan, karena sistemnya berbeda, itu yang melandasi pemikiran FKP sehingga dengan demikian tetap pada pemikiran kami bahwa sistem pendidikan yang diatur dalam RUU ini berbeda dengan Undang-undang tentang pendidikan yang masih berlaku sampai saat ini, demikianlah alasan kami terhadap usu! dari FPDI.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih, mohon dari Pemerintah untuk menambahkan masalah tidak sesuai lagi masih ganjel bagaimana apa bisa diperhalus dari Fraksi lain mengatakan tetap pendapat Pemerintah.

PEMERINTAH:

Menurut hemat kami rumusan ini cukup jelas, tapi kalau perlu diperjelas dengan tam­bahan kata-kata lain kami persilahkan pada panitia ini untuk menyarankan dan kita akan menerima apa yang menjadi mufakat di dalam Panitia Khusus ini.

Terima kasih.

KETUA:

Karena materinya sudah jelas kalau tidak keberatan apakah FKP menyetujui kalau ini kita dorong ke Timcil, kami persilakan.

FKP (Mohammad Roem, S.H.):

T erima kasih Pimpinan jadi FKP sangat setuju manakala butir ini didorong ke Tim Kecil sebagaimana dengan butir-butir sebelumnya. Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih.

FPDI (Budi Hardjono, S.H.) : lnterupsi

Apa yang ditanggapi oleh FKP tadi mengenai sistem pendidikan yang memang tidak sesuai lagi, saya kira betul kalau itu hanya dibaca dari bagian terakhir dari Undang-undang ini yaitu Undang-undang Nomor 19 PNPS, tapi pada hakekauiya kalimat ini ada rangkaian­nya dengan berbagai Undang-undang yang disebutkan yang akan clinyatakan dihapuskan \tu, sehingga dengan demikian masih ada ha! yang memang dituangkan di dalam RUU ini jadi bukan hanya sistemnya saja yang disebut di sini tapi berbagai Undang-undang termasuk s2lah >atu di antaranya Undang-undang Nomor 19 ini yang merupakan sistem pendidikan yang tidak sesuai lagi, demikian sebagai tambahan saja, saya kira itu nanti bisa dibawa di dalam pemikiran dalarn Tim Kecil.

862

Page 34: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

KETUA: Jadi saya rasa sepakat dengan posisi diskusi kita ini di mana tidak ada perbedaan yang

mendasar hanya pandangan bagaimana penyempurnaan dan tadi saya rasa diingatkan kaitannya dengan Undang-undang yang lama dan bagaimana nantinya, maka kita dorong ke Timcil. Terima kasih. Dengan juga meralat apa-apa yang kami kemukakan Timus itu diang­gap Timcil, karena kasihan konsiderannya nan ti tercerai berai, ini satu. Pimpinan tidak mem­beranikan melanggar kesepakatan, ini sudah jam 12.00 lebih tetapi Pimpinan mohon pengertian kesepakatan kemarin dari Pemerintah nanti sesudah jam 13.30 tidak bisa begitu. Konsideran ini tinggal satu lagi e dan tambahan dari FPDI apakah ini kita selesai­kan, apa kita tunda besok, terima kasih. Jadi kesepakatan diskors jam 12.00 untuk hari ini kita tunda sebentar, meskipun di sana sudah siap menanti, jadi kita teruskan terima kasih.

Kita masuk sekarang huruf e, kami persilakan dari FKP untuk menyampaikan usul perubahannya.

FKP (Harsono):

Saudara Pimpinan yang terhormat, dari FKP terhadap konsideran huruf e pada prin­sipnya menerima rumusan tersebut. Selanjutnya dari rumusan tersebut diajukan beberapa penyempurnaan yaitu kalimat dianggap berulang-ulang karena di atasnya yaitu pada huruf b itu sudah ditegaskan, maka dianggap pada huruf e ini mengenai berdasarkan Pancasila dan UUD I 945 dianggap cukup jelas, sehingga tidak perlu dicantumkan.

Selanjutnya mengenai yang berakar pada kebudayaan bangsa ini juga bisa menanggap atau menerima hal ini karena ini sesuai dengan GBHN, sehingga rumusannya bahwa se­hubungan dengan hal-hal tersebut di atas dan dalam rangka memantapkan ketahanan nasional serta mewujudkan masyarakat maju yang berakar pada kebudayaan bangsa dan persatuan nasional atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, maka perlu ditetapkan Undang-undang tentang Pendidikan Nasional, demikian sementara.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih dari FKP yang ada penyempurnaan redaksi, kami persilakan dari FPP.

FPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.): Terima kasih Saudara Pimpinan, dari fraksi kami ada 2 pemikiran dalam masalah

butir e ini, yaitu:

I. Mengenai mewujudkan masyarakat maju. 2. Mengenai nama Undang-undang sendiri yang masih kita pendingkan, belum dibahas se­

perti yang sekarang.

Mengenai yang pertama yang. ingin kami kemukakan adalah bahwa kalau kita ingin mewujudkan masyarakat maju yang sudah kita sepakati bersama dan betul-betul konkrit adalah berdasarkan Pancasila dan UUD I 945, itu merupakan !andasan pokok kita, se­hingga kita tidak usah ragu-ragu ke arah yang lain yang kita ingini. Sehingga oleh karena itulah maka kami anggap lebih tepat apabila kalimatnya langsung mewujudkan masya­rakat maju berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, karena itu kami ingin supaya yang berakar pada kebudayaan nasional atas dasar Bhinneka Tunggal Ika memang benar kita akui adanya, tetapi tidak usah dimasukkan dalam sasarnn kita ingin mewujudkan suatu masyarakat maju, masyarakat maju yang kita ingini kita sudah persis dapat membayang­kan kalau kita sudah menggunakan dasar Pancasila dan UUD 1945, karena itu maka lebih

863

Page 35: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

baik kalau kita straight to the point mengenai masalah ini kita langsung saja kepada me­nyatakan bahwa masyarakat maju yang kita ingini yang berdasarkan Pancasila dan di sana jelas sasaran yang ingin kita capai dan tujuan yang kita kehendaki.

Yang kedua mengenai masalah ketentuan pokok kami serahkan kepada Pimpinan, saya tidak akan menjelaskan lebih dahulu, terima kasih.

KETUA:

Terima kasih, jadi saran latar belakang usulan FPP ada 2 hal usulannya, yang satu tadi supaya langsung kepada Pancasila dan usul yang kedua menjadi persoalan kita ber­sama, karena memang kita belum memasukinya itu, itu bisa dijadikan satu paket dengan catatan yang usulan terakhir nanti akan kita bahas di belakang, terima kasih. Kami per­silakan dari FPDI.

FPDI (A. Tyas Satijono Soenarto) :

Saudara Pimpinan dan Sidang yang kami hormati, menanggapi butir e di dalam RUU ini, maka fraksi kami akan juga menuju pada sasaran usu! yang permulaan yaitu tentang judul Undang-undang itu sendiri, o!eh karenanya memang Fraksi kami mengusulkan rumus­an dalam butir e ini ialah bahwa sehubungan dengan hal-ha! terse but di atas dan dalam rangka memantapkan ketahanan nasional serta mewujudkan masyarakat maju yang berakar pada kebudayaan bangsa dan persatuan nasional atas dasar Bhinneka Tunggal Ika yang ber­dasarkan Pancasila dan UUD 1945 perlu ditetapkan Undang-undang tentang Pokok-pokok Pendidikan Nasional. Jadi kami mengarah kepada tercapainya usu! yang permulaan tentang judul Undang-undang ini sendiri.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih. Jadi terlepas dari kalimat terakhir materi keseluruhannya RUU oleh FPDI tidak ada usu! perubahan. jadi jawaban saya yang terakhir sesuai dengan usulan RUU nya sendiri itu nanti kita bahas pada saatnya, jadi tidak akan mengganggu karena hanya ditetapkan dengan apa. nah kesepakatan kita nanti apa. tapi antara lain adalah itu nanti yang akan didiskusikan antara beberapa usul-usul tadi, terima kasih dari FPDI. Kami persilakan dari FABRI.

F ABRI (Sahuntung Sastrohamidjojo) :

Saudara Pimpinan yang terhormat, menanggapi mengenai butir e maka F ABRI me­mang mendukung konsep RlJU. dasar kami adalah butir e ini merupakan penyimpulan dari se!uruh konsideran yang ada di atas, sehingga kata-kata yang di sana itu sud.ah cukup memuat sebagai kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang ada di atas tadi. Jadi ter­masuk Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika, oleh karena itu kami menerima sepenuhnya rumusan yang sebagaimana tercantum dalam halaman 3 fersebut, mengenai judul memang nan ti kita bicarakan lebih lanjut, jadi intinya yang tanggapan pertama adalah mengenai materinya yang di atas itu.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih dari F ABRI dan sebelurn pada Pemerintah kaami sampaikan demikian pendapat Fraksi-fraksi dengan catatan kalimat terakhir istilah itu tidak perlu kita persoal­kan, tapi materi yang di atasnya. yaitu ada usulan dari FPP dan usulan dari FKP, FPDI tidak ada usulan Pak, FPDI hanya kata terakhir, FKP dan FPP, mohon tanggapannya.

864

Page 36: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

PEMERINTAH :

Menurut hemat kami apa yang dicantumkan dalam perumusan RUU itu ada kaitannya barangkali dengan Bab XIII secara keseluruhan mengenai pendidikan yang Pasal 32-nya itu menyangkut kebudayaan. Oleh karena itu sebutan berakar pada kebudayaan dan sebagai­nya ini barangkali relevansinya adalah dalam kaitan dengan keseluruhan Bab XIII dari UUD, Pasal 32 tentang kebudayaan.

Kalau tentang Ketentuan pokok dipending, maka komentar saya hanya itu. Oleh ka­rena itu maka perumusan sebagaimana diajukan oleh RUU ini menurut kami cukup memadai dan beralasan untuk dipertahankan.

Catatan kecil saja, pada semua kolom kata "bhineka), termasuk dalam RUU harusnya 2 (dua) "n" (bhinneka), satu-satunya yang benar adalah dalam kolom FPDI.

KETUA: Terima kasih kepada Pemerintah. Kami kembalikan kepada Fraksi-fraksi pengusul,

khususnya FKP dan FPP karena yang mengusulkan perubahan materi, sedangkan yang lain­lainnya tidak ada.

Kami persilakan kepada FKP.

FKP (Harsono) :

Menanggapi apa yang dikemukakan oleh Pemerintah dan Fraksi-fraksi maka pertama kaitannya dengan kebudayaan yang berakar pada kebudayaan bangsa dan persatuan berda­sar Bhinneka Tunggal Ika maka FKPberpendapat seperti rumusan dalam RUU.

Selanjutnya tentang usulan FKP yang pada hakekatnya adalah penyempurnaan re­daksi dimana usulan yang pada butir ke-2 itu telah dicantumkan, maka di dalam huruf "d" ini kiranya perlu dipertimbangkan apakah perlu untuk tidak dicantumkan.

Mengenai usulan yang ada hubungannya dengan Ketentuan Pokok nanti kita bicarakan pada waktu kita membicarakan judul.

Demikian, terima kasih.

KETUA:

Ulasan ulang ini menunjukkan bahwa mengapa usul itu berubah karena beranggapan di butir b itu sudah disebutkan, apakah perlu disebutkan kembali.

Kami persilakan dari FPP.

FPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.) :

Terima kasih kepada pihak Pemerintah yang telah menyambung pandangan karni yaitu menunjuk pada Pasal 32 Undang-Undang Dasar.

Kalau kami tidak salah Pasal 32 UUD menyebutkan bahwa Pemerintah memajukan ke­budayaan nasional Indonesia. Ini kalimatnya; sedangkan kalimat di sini kita mengemu­kakan serta mewujudkan masyarakat maju kok berakar kepada kebudayaan dan seterusnya, ini yang karni pikir. Mengapa tidak langsung saja kita, sesuai dengan ide kita dan keinginan kita bersama bahwa kita berdasar.kan Pancasila, mewujudkan masyarakat maju yang ber­dasarkan Pancasila, mengapa tidak dernikian kita kembali ke sana, bahkan yang disebut oleh Pak Menteri tadi Pasal 32 UUD di situ mengatakan memajukan kebudayaan Indone­sia bukan kepada akar kebudayaan Indonesia,

Ini yang kanii lebih terima kasih tadi, dengan diingatkan tadi, kami lebih teringat lagi dan lebih kuat lagi pernikiran karni bahwa langsung saja kita dasar Pancasila yang kita pa­kai sebagai landasan untuk mewujudkan masyarakat maju di Indonesia ini. Ini termasuk

865

Page 37: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

memajukan ilrnu pengetahuan, memajukan kebudayaan yang disebut dalam Pasal 32 itu dalam RUU ini nanti.

Inilah yang kami pikirkan.

KETUA: Silakan dari Fraksi Persatuan Pembangunan.

FPP (Ny. Asyah Aminy, S.H.) :

Menyambung apa yang sudah diuraikan oleh Rekan terdahulu, barangkali kita perlu mendalami kalau sekarang kita pergunakan istilah "yang berakar pada kebudayaan", tentunya kita harus melihat apa yang ingin kita capai? Yang ingin kita capai itu adalah masyarakat maju. Dasarnya tentunya kita harus ielas, masyarakat maju yang mana, dan sampai sekarang ini yang mantap bagi kita itu adalah dasamya Pancasila clan UUD 1945. Kalau kita kaitkan dengan kebudayaan, Pasal 32, dalam penjelasan mengatakan : kebu­dayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah·daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Kalau kita letakkan dasarnya itu kepada kebudayaan puncak-puncak yang demikian, apakah kita tidak akan mengalami bahwa kebudayaan ini masih ditugaskan kepada."Pemerintah untuk memajukan. Jadi suatu pegangan yang jelas itu belum kita temukan. Oleh karena itulah selanjutnya dalam penje· lasan itu dikatakan usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan abad, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru bagi kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan dan memperkaya kebudayaan bangsa sendiri. Jadi berarti kebudayaan kita itu akan bertumbuh dan berkembang terus. Sedangkan sekarang kita akan menetapkan sesuatu yang sudah menjadi pegangan bagi kita sekarang-sekarang ini.

Oleh karena karena itulah FPP ingin mengusulkan supaya yang menjadi pegangan kita itu adalah yang sudah mantap dan sudah tetap. Karena itu kami mengusulkan bahwa sehubungan dengan itu kita akan mewujudkan masyarakat maju yang berdasarkan Pancasila dan UUD45.

Demikian sebagai tambahan, terima kasih.

KETUA:

Mohon juga urun rembugnya dari FPDI.

FPDI (A. Tyas Satijono Soenarto) :

Di dalam menanggapi butir f dari konsiderans ini, memang kebudayaan Indonesia ini beraneka ragam dan selalu dimajukan. Di dalam mewujudkan masyarakat maju, betapa pun majunya masyarakat Indonesia ini, memang sebenarnya masih tergambar pula di dalam wu­jud kebudayaan-kebudayaan yang ada pada setiap bagian bangsa ini. Dan ini pun tidak per­lu membuat bangsa ini menjadi gaga! dalam persatuan-persatuan, bahkan merupakan suatu kekayaan yang perlu kita terns kembangkan. Dengan demikian maka akan ada suatu wujud bangsa Indonesia ini yang memang demikian aneka ragamnya walaupun ingin mencapai suatu masyarakat yang maju.

Demikian, terima kasih.

KETUA:

Terima kasih atas urun rembugnya FPDI. Selanjutnya kami persilakan dari Fraksi ABRI.

866

Page 38: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

F ABRI (Sabuntung Sastrohamidjojo) :

Fraksi ABRI berpendapat mengenai rumusan e ini sebenarnya sudah cukup jelas, ka­rena ini merupakan kesimpulan dari butir-butir yang sebelumnya. Tetapi juga sebetulnya ini ingin menggambarkan keadaan yang ingin kita capai, dalam mencerdaskan kehidupan bangsa itu tentunya dalam rangka mewujudkan masyarakat yang berakar pada kebudayaan bangsa dan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Jadi upaya tadi itu adalah merupakan upaya untuk juga mencapai kondisi yang seperti ini. Oleh karena itu kami berpendapat bahwa rumusan ini sebenarnya cukup jelas. Artinya cukup jelas, cukup jelas bahwa ini menyimpulkan tujuan undang-undang, juga cukup jelas mengenai kondisi yang ingin kita capai nanti di dalam kemajuan bangsa ini dengan sistem pendidikan yang baru, memantapkan ketahanan nasional, mewujudkan masyarakat maju yang berakar kepada kebudayaan bangsa dan persatuan nasional atas dasar Bhinneka Tung­gal lka.

Jadi dengan demikian konteksnya mantap, merupakan kesimpulan dari apa yang ada pada konsiderans, juga merupakan das sollen barangkali yang kita ingin capai dengan adanya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ini.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih. Akhirnya kami kembalikan pada Pemerintah untuk memberikan penje­lasan.

PEMERINTAH:

Rupa-rupanya membaca Pasal 32 ini bisa terjadi macam-macam asosiasi, Saudara dari FPP tadi sepertinya berkesimpulan seolah-0lah oleh karena Pasal 32 dikait-kaitkan seperti­nya kita akan statis pada tradisionalisme atau statis pada pluralisme dan sebaganya.

Menurut hemat saya justru karena sudah seringkali masalah Pasal 32 ini dibahas di berbagai forum, maka yang jelas adalah bahwa Pasal 32 beserta penjelasannya itu menun­jukkan justru keterbukaan kita terhadap kemajuan adab dan lain-lain sebagainya dengan kalau perlu i:nemilih unsur-unsur budaya yang sesuai dan memajukan kita. Ini satu hal. Saya justru melihat dalam kalimat yang dikutip tadi keterbukaan itu yaitu usaha kebudaya­an harus menuju ke arah kemajuan adab. Ini saja sudah menunjukkan bahwa unsur didikan dan kaitannya dengan kebudayaan penting, ini secara umum dulu.

Mengapa kami juga menganggap bahwa perumusan secara dijabarkan yaitu kebhin­nekaan dicantumkan? Oleh karena ini nan ti ada kaitannya juga dengan muatan lokal dalam penyelenggaraan pendidikan. Namun muatan lokal ini tetap tidak mengganggu persatuan oleh karena satunya sistem pendidikan ini sebagai sistem pendidikan nasional.

Kalau saya boleh menyimpulkan dan ditarik dari apa yang diajukan oleh FPP yaitu bahwa cukup menyebutkan "berdasarkan Pancasila dan UUD 1945", maka dalam UUD 1945 pun termuat ini, jadi termuat konstatasi kebhinnekaan budaya ini tadi.

Jadi kalau ditambahkan, bukan kelebihan, tetapi akan menjadi kaitan untuk penye­lengga:raan misalnya kurikulum muatan lokal, bahasa daerah dan Iain-lain sebagainya, tan­pa mengurangi satunya sistem pendidikan nasional ini.

Kalau ha! ini bisa diterima maka saya pikir rumusan dalam RUU ini kiranya bisa di­terima kita semua.

Terima kasih.

867

Page 39: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

KETUA:

Terhadap FKP yang menghendaki kalimat ''berdasarkan Pancasila" ditiadakan, bagai­mana?

PEMERINTAH :

Oh iya. Dalam pembicaraan bisik-bisik dengan salah seorang Anggotanya yang sedang tertidur sekarang, maaf disetujui bahwa itu barangkali tidak apa-apa untuk dilengkapkan. Saya kira tidak mengganggu juga, jadi kebhinnekaannya ditekankan, dasar Pancasila dan UUD 1945 dipertahankan. Saya kira dengan kelengkapan itu kita bisa menerima semuanya.

Terima kasih.

KETUA:

Saya persilakan FKP untuk menanggapinya.

FKP (Harsono) :

Setelah mendengarkan dari tanggapan Pemerintah untuk agar kata-kata yang "ber­dasarkan Pancasila dan UUD 1945" itu tetap. karena ini dari saran FKP itu pada da­samya hanya jangan hal ini disebut berulang-ulang karena itu sudah disebutkan, maka itu bisa di Tim Kecil.

Selanjutnya terhadap pendapat dihapuskannya yang "berakar" sampai dengan "Bhin­neka Tunggal Ika", seperti tadi telah dikemukakan oleh FKP bahwa rumusan ini saya kira sudah memadai, karena Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri pada dasarnya adalah menggambar­kan hal-hal yang ada hubungannya dengan persatuan bangsa yang sudah kita capai.

Jadi FKP berpendapat bahwa rumusan ini sudah baik. Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih. Kami kembalikan kepada FPP.

FPP (H. Ismail Hasan Metareum, S.H.):

Kami tadi sudah menjelaskan bahwa dalam mewujudkan masyarakat maju, kita lebih baik. lebih tegas kita secara masyarakat yang modern, kita ini sudah masyarakat yang modern dengan suatu landasan yang cukup kokoh dan kuat, kita maju, memajukan masya­rakat ini berdasarkan yang kita sudah kita tetapkan itu. Sehingga dengan demikian maka pernikiran kita tidak menyimpang, adapun isi daripada Bhinneka Tunggal Ika, isi daripada kebudayaan bangsa, ini bisa saja masuk ke dalam. Tetapi tujuan kita di dalam konsiderans ini kita harus cantumkan yang lebih tegas, yang lebih jelas sehingga mudah kita ikuti, dan kemudian kita rumuskan nanti di dalam pasal-pasal bisa saja untuk kepentingan kebudaya­an. kepentingan Bhinneka Tunggal Ilea. Kalimatnya ini memang jalan, tetapi sasaran yang ingin kita capai barangkali dengan berliku begini maka akan menjadi pernikiran sendiri. Maaf kalau kami katakan menurut pandangan kami jadi berliku, kalau tidak ada kalimat yang menghambat antara yang menjadi kalimat di tengah-tengah antara masyarakat maju dengan dasar Pancasila, barangkali lebih tegas dan lebih jelas ~ta bisa bekerja.

lni pandangan FPP, terima kasih.

KETUA:

Silakan Pemerintah untuk menanggapinya.

868

Page 40: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

PEMERINTAH :

Kami masih berpendapat bahwa rumusan ini sudah baik tetapi kalau akan diringkas, kalau akan diringkas saya tidak setuju. Tetapi kalau akan diringkas malahan rumusan FKP yang lebih tepat yaitu agar dalam butir ini kebhinnekaan itu justru yang ditampilkan, kare­na Pancasila dan UUD 1945 sudah sebelum-sebelumnya ditekankan. Kebhlnnekaan ini perlu ditonjolkan untuk justru mengakui pluralisme dalam masyarakat kita yang berbagai budaya ini.

Kalau toh mau diringkas kebhinnekaan Pancasila UUD 1945 ,maka ringkasan FKP lebih kena yaitu kebhinnekaannya ini yang ditonjolkan. Tetapi kalau mau lengkapnya, maka se­mua dijajar juga tidak mengganggu, malahan sating memperkuat.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih. Silakan urun rembug dari F ABRI.

F ABRI (Sahuntung Sastrohamidjojo) :

Kalau lebih baik yang lengkap tadi, karena ini cukup menegaskan dan membatasi pada kita artinya Bhinneka Tunggal Ika, persatuan, kebudayaan itu memang selalu perlu diingatkan kembali, meskipun implisit ada dalam Pancasila dan UUD 1945. Dus ini penegas­an, jangan sampai menjadi orang yang tidak berakar pada kebudayaan, tidak berakar pada Bhinneka Tunggal Ika, tidak berakar pada persatuan. Jadi ini mengingatkan, juga menegas­kan, melengkapi.

Terima kasih.

KETUA:

Menurut Pimpinan, karena kalimat itu esensi itu dari FPP juga prinsipnya tidak dito­lak, hanya menyangkut usulan FPP tempat.

Apakah FPP dan kita semua sependapat, saya tanyakan FPP karena yang memiliki usul kita diskusikan di dalam Tim Kecil. Setuju dalam Timcil, sehingga nanti terkait ke­pada keseluruhannya. Bagaimana? Pemerintah setuju? Fraksi lain setuju? Fraksi Karya se­tuju?

(RAPAT SETUJU)

Maka untuk ini kita dorong ke Tim Kecil, kita diskusikan, kita temukan betul-betul esensi karena Pimpinan yakin kita sudah berada pada titik kesepakatan semuanya untuk kepentingan kita semuanya.

(KETOK PALU)

Ibu-Bapak sekalian, berdosa kalau saya tidak menyampaikan, tetapi bisa diselesaikan sekarang, ini karena usulan tambahan dari FPDI yaitu halaman 2, ini terkait usulannya konsisten dengan usulan Bab Riset dan Pengembangan.

FPDI mengusulkan di dalam halaman 2 itu ingin menyisipkan usulan antara butir c dan butir d.

Untuk itu kami persilakan FPDI untuk menjelaskan.

869

Page 41: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

FPDI (A. Tyas Satijono Soenarto): Mengingat pentingnya dan melihat bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

begitu pesat, karenanya maka FPDI mengusulkan konsiderans baru diantara huruf c dan d satu tambahan lagi yaitu yang rumusannya kami ingin bacakan di sini:

Bahwa pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah begitu cepat dan kompe­titif serta universal, dan untuk menyiapkan tenaga-tenaga yang siap kerja yang ber­taraf nasional dan internasional.

Ini rumusan yang kami usulkan di antara butir c dan d, terima kasih.

KETUA:

Kami persilakan Pemerintah untuk menanggapi, nanti baru Fraksi-fraksi.

PEMERINT AH: Saya pikir rumusan ini adalah penjabaran yang labih lanjut saja dari butir c itu yang

berarti peningkatan, penyempumaan dan lain sebagainya dari ikhtiar pendidikan.

Rumusan sebagaimana disarankan di sini sifatnya uraian, dan saya pikir berlaku dengan sendirinya dimanapun juga satu sistim pendidikan diterapkan. Oleh karena itu agaknya berlebihan untuk diuraikan lagi a tau dicantumkan lagi.

Terima kasih.

KETUA:

Demikian pendapat Pemerintah. Sebelum Fraksi lain menanggapi, kami persilakan FPDI untuk menyampaikan tanggapannya ulang atas penjelasan Pemerintah.

FPDI (A. Tyas Satijono Soenarto):

Ini idealisme kami bahwa rumusan ini kami usulkan mengingat apa yang kami ajukan tadi. Namun demikian kami serahkan pada sidang ini di dalam menanggapi lebih lanjut apa yang kami inginkan · sebagai satu hal yang memang secara eksklusif dinyatakan di dalam rumusan ini.

Terima kasih.

KETUA:

Kami persilakan Fraksi Karya Pembangunan.

FKP (Harsono) :

FKP memahami apa yang diusulkan FPDI untuk menambah satu huruf lagi di dalam konsiderans menimbang itu.

Setelah mempelajari kalimat-kalimat yang terdapat di dalarnnya, maka FKP berpen­dapat bahwa dorongan untuk menyempurnakan sistim pendidikan kita itu sudah tertam­pung di konsiderans menimbang huruf a, b dan c. Sehingga oleh karenanya dari FKP berpendapat tambahan ini kiranya tidak diperlukan.

Demikian, terima kasih.

KETIJA:

Terima kasih atas tanggapan FKP. Selanjutnya mohon urun rembugnya F ABRI.

870

Page 42: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

F ABRI (Drs. Made Sudiartha):

Kalau kita memperhatikan usulan FPDI, itu sebenarnya dapat dipahami. Tetapi ilmu pengetahuan dan teknologi ini adalah merupakan produk daripada kebudayaan. Tetap saya rasa bahwa hal ini sudah termasuk di dalam butir yang e itu. ltu dalam penger­tian di situ saya rasa bahwa di dalam rangka mengembangkan memajukan masyarakat itu dengan berdasarkan kebudayaan Indonesia ini juga tidak menutup dari pada kebudaya· an asing yang sangat diperlukan dan tidak bertentangan dengan budaya bangsa. Dalam pengertian ini saya rasa bahwa ilmu pengetahuan dan juga teknologi itu adalah juga merupakan salah satu produk a tau hasil daripada pengembangan budaya asing.

Jadi saya rasa usulan ini sudah tercakup di dalam pengertian e saja.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih pandangan dan pendapat FABRI atas usu! FPDI.

Kami mohon urun rembugnya dari FPP.

FPP (ff. Ismail Hasan Metareum, SH):

Kami memaharni sepenuhnya apa yang dikemukakan oleh FPDI dan idenya karni dapat menerima, ide untuk kita mernikirkan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan tek­nologi sekarang ini.

Namun masalah yang sesudah itu menyiapkan tenaga-tenaga yang siap kerja, ini berkali-kali dibicarakan dalam lingkungan perguruan tinggi selama ini. Apakah suatu lembaga ilrniah itu bisa menciptakan atau menelorkan tenaga-tenaga trampil, ini menjadi pertanyaan. Sehingga kita juga sudah membahas masalah-masalah ini pada waktu beberapa hari yang lalu.

Kemudian yang selanjutnya dilihat dari segi sistimatika, kita sudah ada a, b, c. apakah masih diperlukan yang c yang karni anggap agak species daripada c tadi itu, sehingga ini masih karni pertimbangkan.

Terima kasih.

KETUA:

Terima kasih. Kami mohon pendapatnya FPDI sekali lagi setelah ada tanggapan dari Fraksi-fraksi atas usulannya.

FPDI (Drs. Soebagyo):

Pemerintah tadi sudah menegaskan memaharni, tetapi tidak menyetujui. FKP memaharni, tetapi juga tidak menyetujui. F ABRI memaharni, tetapi tidak menyetujui. FPP memaharni, tetapi tidak menyetujui.

Tetapi satu hal jelas dengan bahasa-bahsa efumisme tadi, FPDI sudah bisa menangkap esensi daripada yang dikehendaki rekan-rekan Fraksi seasas dan sudah barang tentu perlu karni tegaskan bahwa rumusan yang karni usulkan ini memang suatu idealisme, suatu angan-angan dari pada FPDI harus begini-begini yang dipaharni oleh keseluruhan Fraksi tetapi tidak diterima, itu tidak apa-apa. Namun demikian ha! tersebut sudah barang tentu diharapkan oleh FPDI menjadi satu bahan, paling tidak ya menjadi satu bahan pembicara­an dan syukur-syukur nanti kalau bisa tertampung secara agak eksplisit meskipun tidak di

871

Page 43: CATATAN RAPAT ANI'TIA KHUSUS RUU TENT ANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191025-110215-4033.pdfBambang Haryadi, S.H. 16. Mardjuki, S.H. KETUA RAPAT (dr. Bawadirnan)

dalam konsiderans yang dipahami tetapi tidak diterima tad~ di tempat lain.

Kira-kira demikian tanggapan kami, terima kasih.

KETUA:

Terima kasih, jadi rupa-rupanya semuanya paham. Tetapi itu harus dicatat barangkali usul Pimpinan nanti nm Kecil pada waktu membahas Penjelasan Umum. Sekiranya Penjelasan umum itu merupakan bagian Undang-undang yang tidak kalah pentingnya.

Itu betul-betul seandainya. Memang di situ mapan sesuai dengan usulan himbauan FPDI nanti dijadikan bahan-bahan diskusi di Tim Kecil. Kalau toh memang bisa eksiplisit, juga eksplisit. Tapi seandainya di dalam diskusi tidak eksplisit, ya pemahamannya itu implisit. Itu nanti nm Kecil, bukan saya. Pimpinan tidak mempunyai pretensi mendahului nm Kecil.

Demikian maka usulan dari FPDI mohon dititipkan nanti pada Tim Kecilnya itu dalam menyusun meskipun tidak berat dari konsideran, tadi yang diungkapkan FPDI tapi bagai­mana !ah.

Ibu, Bapak sekalian yang kami hormati, maka keseluruhan konsideran itu sudah selesai, merupakan satu kesatuan yang utuh dan mengalir dengan nanti butir-butirnya itu mempunyai eksistensi masing-masing tapi tidak terputus daripada aliran konsideran itu. Ini menjadi tugas dari Tim Kecil. Dengan nanti penjelasan Umum itu nanti kita lanjut­kan pembahasannya besok pagi.

Kita akhiri dengan minta maaf Pimpinan karena Pemerintah betul-betul punya acara yang lain sehabis makan siang, tidak kita lanjutkan.

Dengan mengucap Alhamdulillahirobbil'alamin.

FPDI ( A. Tyas Satijono Soenarto) : htterupsi

Jadi jelasnya apa yang kami usulkan itu diputuskan di dalam Pansus ini masuk Tim Kecil, begitu?

KETUA:

Ya. Jadi sesuai dengan FPDI, kalau toh memang tidak bisa eksplisit di konsideran, mohonlah jiwanya itu bagaimana, bisa diletakkan secara eksplisit, Pimpinan mengharap, mungkin di Penjelasan Umum bisa. Nah ini letaknya di Tim Kecil, karena Penjelasan Umum dan Konsidera kita sepakat di Tim Kecil.

Jadi sekali lagi, Jadi kalau toh nanti tidak bisa di konsideran, memang tadi rupanya mufakat, tapi tidak setuju tapi difikirkanlan jiwanya oleh Tim Kecil.

Dengan mengucap Alhamdulillahirobbil'alamin Rapat Pansus bersama Pemerintah kami nyatakan diakhiri sampai besok pagi jam 09.00 dimulai.

Wassalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

872

Jakarta, 14 Desember 1988 a.n. KETUA RAPAT,

fj.KABAGSETPANSUS,

ttd.

DRS. NOER FATA NIP. 210000598