Upload
dedewhalthalabaii
View
302
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
CEKUNGAN SALAWATI
DISUSUN OLEH :
RIDJVANDRA RANJANI
ADHE MAULANA
WAHYU CAHYO R
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN KONSENTRASI GEOLOGI
2012
i
Daftar Isi
Judul Halaman ....................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ...................................................................................................................... iv
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah................................................................................................... 1
Bab II Landasan Teori ........................................................................................................... 2
Bab III Pembahasan .............................................................................................................. 4
Bab IV Penutup ..................................................................................................................... 17
4.1 Saran dan Kritik ..................................................................................................... 17
4.2 Kesimpulan ............................................................................................................ 17
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 20
ii
Kata Pengantar
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada Kami sehingga Kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Cekungan Salawati”
Makalah ini berisikan tentang informasi analisa Kami akan pemahaman dalam informasi dasar
Cekungan Salawati Irian Barat . Serta terima kasih banyak kepada pembimbing Adi Gunawan.,
S.T ., M.T .Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu Kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.Amin.
Balikpapan, 19 Mei 2014
Kelompok 5
iii
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Cekungan (basin) adalah Cekungan adalah bentuk muka bumi yang lebih rendah dari
permukaan bumi di sekelilingnya. Cekungan dapat pula terjadi di puncak bukit atau gunung
yang membentuk semacam kaldera luas seperti yang terdapat di Gunung Bromo. Bahkan di
beberapa tempat, cekungan atau depresi dapat memiliki ketinggian di bawah permukaan air laut.
Pada peta topografi, cekungan digambarkan dengan garis kontur yang semakin mengecil ke arah
dalam, sehingga berlawanan dengan penggambaran gambar sebuah bukit atau juga bisa diartikan
suatu daerah yang luas yang terjadi dari batuan sedimen dan karena konfigurasinya diperkirakan
merupakan tempat tampungan minyak.
Jumlah Cekungan di IndonesiaIndonesia memiliki 60 cekungan. Di antaranya 22
cekungan telah dieksplorasi secara ekstensif, dan 14 cekungan produktif menghasilkan minyak
dan gas bumi. Batuan sumber yang terdapat di cekungan-cekungan Indonesia pada umumnya
adalah jenis lakustrin, fluvio-deltaik, marina, dan pra-tersier.
Beberapa di antaranya nama-nama cekungan yang produktif di Indonesia:
Cekungan Arjuna
Cekungan Barito
Cekungan Bintuni
Cekungan Bula
Cekungan Jatibarang
Cekungan Kutei
Cekungan Laut Jawa sebelah Timur
Cekungan Natuna Barat
Cekungan Salawati
Cekungan Sumatera Selatan
Cekungan Sumatera Tengah
Cekungan Sumatera Utara
4
Cekungan Sunda
Cekungan Tarakan
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Struktur Regional Papua ?
2 Bagaimana Tatanan Tektonik Kepala Burung Papua ?
3 Bagaimana Sejarah Sedimentasi Cekungan Salawati ?
4 Bagaimana Geologi Regional Cekungan Salawati ?
5 Bagaimana Stratigrafi Regional Cekungan Salawati ?
6 Bagaimana Petroleum System di Cekungan Salawati ?
1.3.1 Tujuan
Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan evaluasi terhadap hasil analisis
sehingga dapat diketahui karakteristik batuan induk dan minyak bumi dalam menentukan
hubungan antara batuan induk dan minyak bumi tersebut.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui struktur Regional Papua.
2. Mengetahui tatanan tektonik kepala burung Papua.
3.Mengetahui sejarah sedimentasi Cekungan Salawati.
4. Mengetahui Geologi regional Cekungan Salawati.
5. Mengetahui stratigrafi regional Cekungan Salawati.
6.Mengetahui petroleum system di Cekungan Salawati.
5
Bab II
Landasan Teori
2.1 Struktur Regional Papua
Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan dan
serentak aktif (Gambar 1). Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke barat-
baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng Benua Indo-Australia bergerak ke
utara dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk
suatu tatanan struktur kompleks terhadap Papua Barat (Papua), yang sebagian besar dilandasi
kerak Benua Indo-Australia.
Periode tektonik utama daerah Papua dan bagian utara Benua Indo-Australia dijelaskan
dalam empat episode (Henage, 1993), yaitu (1) periode rifting awal Jura di sepanjang batas utara
Lempeng Benua Indo-Australia, (2) periode rifting awal Jura di Paparan Baratlaut Indo-Australia
(sekitar Palung Aru), (3) periode tumbukan Tersier antara Lempeng Samudera Pasifik-Caroline
dan Indo-Australia, zona subduksi berada di Palung New Guinea, dan (4) periode tumbukan
Tersier antara Busur Banda dan Lempeng Benua Indo-Australia. Periode tektonik Tersier ini
menghasilkan kompleks-kompleks struktur seperti Jalur Lipatan Anjakan Papua dan Lengguru,
serta Antiklin Misool-Onin-Kumawa
6
Gambar1. Elemen tektonik Indonesia dan pergerakan lempeng-lempeng tektonik (Hamilton, 1979).
Tektonik Papua, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu Badan Burung
atau Papua bagian timur dan Kepala Burung atau Papua bagian barat. Kedua bagian ini
menunjukkan pola kelurusan barat-timur yang ditunjukan oleh Tinggian Kemum di Kepala
Burung dan Central Range di Badan Burung, kedua pola ini dipisahkan oleh Jalur Lipatan
Anjakan Lengguru berarah baratdayatenggara di daerah Leher Burung dan juga oleh Teluk
Cenderawasih (Gambar 2).
Gambar 2. Struktur Regional Papua
2.2 Tatanan Tektonik Kepala Burung Papua
Daerah Kepala Burung mengalami kompresi ke selatan sejak Oligosen
sampai Resen.Kompresi ini merupakan hasil interaksi konvergen miring (oblique)
antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera Pasifik-Caroline (Dow dan
Sukamto, 1984). Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong, Blok Kemum – Plateu
Ayamaru di utara, Sesar Ransiki, Jalur Lipatan-Anjakan Lengguru dan Cekungan Bintuni dan
Salawati di timur dan Sesar Tarera-Aiduna, Antiklin Misool-Onin-Kumawa dan Cekungan Berau
di selatan dan baratdaya. Cekungan-cekungan Bintuni, Berau dan Salawati diketahui sebagai
cekungancekungan Tersier.
7
Blok Kemum adalah bagian dari tinggian batuan dasar, dibatasi oleh Sesar Sorong di
utara dan Sesar Ransiki di timur. Dicirikan oleh batuan metamorf, pada beberapa tempat diintrusi
oleh granit Permo-Trias. Batas selatannya dicirikan oleh kehadiran sedimen klastik tidak
termetamorfosakan berumur Paleozoikum-Mesozoikum dan batugamping-batugamping Tersier
(Pigram dan Sukanta, 1981; Pieters dkk., 1983).Blok Kemum terangkat pada masa Kenozoikum
Akhir dan merupakan daerah sumber sedimentasi utama pengisian sedimen klastik di
utara Cekungan Bintuni.
Cekungan Bintuni merupakan cekungan Tersier di selatan Blok Kemum, di
bagian timurnya dibatasi oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru.Cekungan ini dipisahkan dari
Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan Berau oleh Perbukitan Sekak
(Gambar 3).
8
Gambar 3. Elemen Tektonik Kepala Burung (dimodifikasi dari Pigram dkk., 1982).
Plateu Ayamaru dan Pematang Sekak merupakan tinggian di tengah Kepala Burung,
dicirikan oleh sedimen tipis berumur Mesozoikum dan Tersier. Kedua tinggian ini memisahkan
Cekungan Bintuni dan Salawati (Visser and Hermes,1962; Pigram and Sukanta, 1981).
Antiklin Misol-Onin-Kumawa merupakan bagian antiklinorium bawah laut
yang memanjang dari Peninsula Kumawa sampai ke Pulau Misool (Pigram dkk., 1982). Jalur
Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdaya-tenggara diperlihatkan oleh suatu seri bentukan
ramps dan thrust. Di bagian selatannya, jalur ini terpotong oleh Zona Sesar Tarera-Aiduna
(Hobson, 1997). Tanjung Wandaman pada arah selatan-tenggara, merupakan jalur sesar
yang dibatasi oleh batuan metamorf. Daerah ini dapat dibagi menjadi zona metamorfisme derajat
tinggi di utara dan derajat rendah di selatan (Pigram dkk.,1982).
Zona Sesar Tarera-Aiduna merupakan zona sesar mendatar mengiri di daerah selatan
Leher Burung.Jalur Lipatan Anjakan Lengguru secara tiba-tiba berakhir di zona berarah barat-
timur ini (Dow dkk., 1985). Sesar ini digambarkan (Hamilton, 1979 dan Doutch, 1981 dalam
Pigram dkk., 1982) memotong Palung Aru dan semakin ke barat menjadi satu dengan zona
subduksi di Palung Seram.
9
Bab III
Pembahasan
3.1 Defenisi
Bagian utama Irian Jaya
Merupakan Pinggiran Benua Australia yang sejak Trias bergerak ke utara dan ini
sebenarnya merupakan Passive margin, dengan lempeng Samudra di depannya membentuk
subduksi terhadap lempeng Pasific. Pada saat jalur subduksi yang terus menerus mengkomsumsi
Lempeng Samudra Australia bertumbukan dengan kerak benua Australia pada Awal Tersier.
mengakibatkan Lempeng Samudra Pasific tertekukkan ke atas dan menghasilkan Obduksi,
sedang lapisan-lapisan Paleozoic-Mesozoic serta lapisan Tersier terlipat kuat membentuk sesar
naik dan sungkup ke arah selatan yang sering disebut dengan Papua Foldthrust Belt, Sementara
Foreland-basins terbentuk didepan Paparan Australia,Hinterland basin dibelakang Pegunungan
lipatan tersebut. Lapisan sedimen yangterlipat ketat karena pertumbukanCollision ini disebut
Suture. Masalah di sini makin dipersulit dengan adanya sesar geser di jalur Pegunungan
tersebut.
Cekungan Salawati
Cekungan ini berhubungan dengan Sesar Geser Sorong,yang membentuk asimetri, ada
dugaan bahwa Cekungan Salawati ini merupakan bahagian terpotong dari Cekungan Banggai.
Cekungan Selawati yang terletak di bagian barat kepala burung Irian Jaya atau di daerah
Dobberai (Vogelkop) Peninsula, terbentuk pada kala Miosen Atas atau sekitar 10 juta tahun yl.
Akibat adanya “oblique subduction” antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasific.
Sebelum itu daerah ini merupakan suatu paparan karbonat yang diberi nama Paparan Ayamaru
yang merupakan bagian dari kerak benua Australia
.
10
3.2 Sejarah Sedimentasi Cekungan Salawati
Sejarah sedimentasi yang teramati dimulai dari umur 35-32,5 juta tahun (Oligosen
Bawah) dengan terbentuknya endapan karbonat New Guinea Limestone (NGL) di lingkungan
Neritik Dalam-Tengah (20-60 meter) dan proses pengendapannya berlangsung dalam fasa
trangresi seperti yang terlihat dari hubungan antara eustatik dengan paleobatometri. Kemudian
mulai dari umur 32,5 – 30 juta tahun (Oligosin Bawah-Atas) pengendapan endapan karbonat
NGL masih terus berlangsung dalam fasa regresi (yang diperlihatkan dengan adanya “sea level
drop” dan pendangkalan paleobatimetri) dan kemudian kelompok batu gamping ini terangkat ke
permukaan pada umur 30 juta tahun yang mana pengangkatan (uplift) ini diperlihatkan dengan
bertambah kecilnya laju penurunan tektonik (tectonic subsidence)
Terjadinya pengangkatan (uplift) , ini ada hubungannya dengan terjadinya “oblique
collision” antara lempeng Australia dengan “sepic arc”. Dengan demikian akibat adari tumbukan
ini selain mengakibatkan pengangkatan (Visser dan Hermes, 1982 ; Froidavaux, 1977 ; Brash
1991) juga mengakibatkan terjadinya “sea level drop” (Lunt dan Djaafar , 1991)
Proses tumbukan ini terus berlangsung hingga umur 15 juta tahun dan mulai dari 30 juta
tahun hingga 15 juta tahun (Oligosen Bawah/Atas-Miosen Tengah bagian bawah) seluruh
kelompok Batugamping New Guinea tersingkap dipermukaan dan tererosi. Selama masa ini
muka air laut purba naik kembali.
Mulai dari umur 15-10 juta tahun (Miosen tengah bagianrumbu bawah-Miosen atas
bagian bawah) terbentuk Formasi Kais tipe terumbu (Robinson & Soedirja , 1986) dilingkungan
Neritik Dalam-Tengah (10-35 meter) dan formasi Klasafet serta formasi Klasaman bagian
dilingkungan Neritik tengah (35-60 meter), selama ini muka air laut menurun, kedalaman
paleobatimetri bartambah dan laju penurunan tektonik meningkat dan peningkatan ini
berhubungan dengan terjadinya “oblique subduction” antara lempeng Australia dengan Lempeng
Pasific. Dari umur 10-2,5 juta tahun (miosen atas bagian bawah-liosen) pertumbuhan formasi
Kais tipe terumbu (Robinson dan Soedirdja, 1986) disumur PY001 dan pembentukan formasi
Klassafet berakhir yaitu masing-masing pada umur 8,9 juta tahun (miosen atas) dan 7,6 juta
tahun (miosen atas) dan digantikan dengan terbentuknya Formasi Klasaman yang tebal. Selama
masa ini muka air laut purba naik umur 5 juta tahun dan menurun kembali hingga umur 2,5, juta
11
tahun dengan kedalaman paleobatimetri yang relatif bertambah besar dan terjadinya peningkatan
laju penurunan tektonik.
Dari adanya peningkatan laju penurunan tektonik disimpulkan bahwa awal pembentukan
Cekungan Salawati dan juga aktivitas Sesar Sorong dimulai dari umur 10 juta tahun hingga 2,5
juta tahun, selama berlangsungnya proses :oblique subduction” antara Lempeng Australia
dengan Lempeng Pasifik.
Selama masa ini muka air laut purba meningkat kembali, kedalaman paleobatimetri
berkurang dan laju penurunan tektonik juga berkurang. Hal ini menandakan bahwa aktivitas
Sesar Sorong masih terus berlangsung yang mana akibat dari aktivitas tersebut menimbulkan
pengangkatan dan penrunan separti yang terlihat di TBH09. Aktivitas Sesar Sorong ini diduga
ada hubungannya dengan terjadinya “oblique collision” nantara Lempeng Australia dengan
bagian dari “ Sunda trench dan Banda Forearc “ yang berlangsung hingga sekarang.
3.3 Geologi Regional
Geologi Regional Irian Jaya sangatlah kompleks, merupakan hasil dari pertemuan dua
lempeng yaitu lempeng Australia dan Pasifik ( gambar 4.1 ). Kebanyakan evolusi tektonik pada
masa cenozoic berasal dari pertemuan dua lempeng ini ( Darman & Sidi, 2000 ). Secara umum
dari utara ke selatan maka geologi dari Irian Jaya dapat dibagi menjadi tiga wilayah: Continental,
Oceanic, dan Transitional.
12
3.3.1 Geologi Regional
Hanya sedikit bukti struktur geologi yang ditemukan sebelum peristiwa tektonik pada
Miosen Akhir yang terjadi di Irian Jaya. Bukti struktur tertua yang diketahui tercatat pada masa
Paleozoikum, tapi kemunculannya di permukaan sangatlah terbatas. Sebagian besar bukti
tektonik yang ada di Papua merupakan hasil dari kolisi busur kepulauan pada Miosen Akhir,
peristiwa tektonik selanjutnya (< 4Ma) mengaktifkan kembali sebagian struktur-struktur yang
lebih tua menjadi dominan sesar geser mengiri lateral ( Darman & Sidi, 2000). Secara
keseluruhan, pola struktur di Irian Jaya terbagi menjadi tiga wilayah struktur utama, yaitu kepala,
leher dan tubuh burung. Pada tubuh burung, struktur berarah barat-barat laut dominan sepanjang
wilayah tengah. Sabuk berarah barat-barat laut ini dikenal dengan nama New Guinea Mobile
Belt, yang merupakan zona sabuk selebar 300 kilometer menerus dari Papua Nugini sampai Irian
Jaya ( Darman & Sidi, 2000 ). Sabuk ini diakhiri oleh sesar geser kontinental berarah barat-timur
yang dikenal dengan nama Zona Sesar Tarera-Aiduna pada bagian leher burung. Struktur pada
wilayah leher burung didominasi oleh lipatan berarah utara sampai barat laut yang dikenal
dengan nama Lengguru Fold Belt. Pada sabuk lipatan ini, sebagian besar struktur di dominasi
oleh sistem sesar yang berarah barat-timur.
Di cekungan Salawati berkembang gejala struktur dan stratigrafi dengan baik, yang
terjadi pada batas utara dari lempeng Australia selama miosen. Perkembangan terjadi selama
miosen awal dengan penurunan lokal dan berasosiasi dengan pergerakan sepanjang zona sesar
Sorong, yang membatasi cekungan kearah utara. Saat ini cekungan Salawati dibatasi oleh
Misool-Onin geantiklin di bagian selatan, dataran tinggi Ayamaru di bagian timur serta sesar
Sorong di bagian utara dan barat. Pola tektonik lokal di dominasi oleh lipatan dan sistem sesar
kompleks berarah barat-timur yang sebagian besar dari sesar tersebut merupakan sesar normal
ekstensional. Pada area blok Arar, ditemukan sesar dengan bukti pergerakan strike- slip yang
diasumsikan sebagai conjugate shears yang berhubungan dengan sesar Sorong lateral mengiri
Cekungan Salawati pertama kali menarik perhatian para pencari minyak dan gas bumi
pada awal 1906 ketika H. Hirshi, seorang ahli geologi asal Swiss, mengenali kehadiran minyak
untuk pertama kali di cekungan ini. Rembesan minyak ditemukan kemudian oleh Loth (1924) di
antiklin ”X”, dan sumur pertama dibor pada 1936, yang mengacu pada penemuan lapangan ”X”.
Sejak itu dilakukan kegiatan eksplorasi secara intensif di seluruh lapangan, dan mengacu pada
13
penemuan beberapa lapangan produktif juga daerah yang dikenali sebagai cekungan yang telah
matang.
Gambar 4.2 Peta struktur Papua, garis merah adalah penampang Misool – Klamumuk. MTFB =
Memberamo Thrust & Fault Belt, WO = Weyland Overthrust, WT = Waipoma Trough, TAFZ = Tarera
Aiduna Fault Zone, RFZ = Ransiki Fault Zone, LFB = Lengguru Fault Belt, SFZ = Sorong Fault Zone,
YFZ = Yapen Fault Zone, MO = Misool – Onin High. Panah menunjukkan arah pergerakan relatif dari
lempeng Pasifik dan Australia ( Darman & Sidi, 2000 ).
3.4 Stratigrafi Regional
Cekungan Salawati terbentuk pada kala miosen – pliosen. Basement pra- tersier dari
cekungan Salawati terdiri atas batuan beku, batuan metamorf, serpih, batu dan batu bara. Secara
tidak selaras di atasnya diendapkan formasi Faumai yang terdiri dari endapan karbonat laut
dangkal yang setempat berasosiasi dengan endapan evaporit. Secara selaras di atas formasi
Faumai diendapkan formasi Sirga yang berumur oligosen. Formasi ini merupakan satu-satunya
formasi dengan endapan silisiklastik di wilayah Irian Jaya pada kala eosen hingga miosen
14
tengah. Ciri litologi berupa batupasir dan lanau dengan sedikit batu gamping yang menunjukan
siklus regresif.
Pada miosen awal, terjadi penurunan dasar cekungan atau pendalaman laut. Batu
gamping marin berwarna abu-abu gelap sampai kecoklatan yang dikenal sebagai formasi
Klamogun, diendapkan pada bagian tengah cekungan. Vincelette dan Soepardjadi (1976)
meyakini bahwa formasi ini merupakan sumber minyak dan gas untuk cekungan Salawati. Tapi
menurut penelitian terakhir, tingkat kematangan termal dari batu gamping ini tidak mendukung
dihasilkannya minyak dan gas. Formasi Klamogun bergradasi secara lateral ke arah pinggir
cekungan menuju karbonat dengan energi tinggi yang merupakan fasa awal dari formasi Kais.
Pengangkatan pada Miosen Awal – Pliosen sepanjang zona sesar Sorong di utara dan
dataran tinggi Ayamaru di timur, membagi cekungan menjadi cekungan Salawati di barat dan
cekungan Bintuni di timur. Peristiwa pengangkatan ini mengakibatkan pengendapan sikuen
klastik yang tebal dari formasi Klasaman dan mengakhiri perkembangan terumbu di cekungan
Salawati. Fosil yang umumnya ditemukan pada formasi Klasaman ini adalah foraminifera
pelagik dan bentonik, moluska serta bryozoa. Lalu pada kala pliosen – pleistosen setelah
pengangkatan secara regional cekungan, sedimen fluvial formasi Sele berupa batu pasir dan
konglomerat diendapkan secara tidak selaras di atas formasi-formasi yang lebih tua.
15
3.5 Petroleum System
Beberapa syarat petroleum system antara lain adanya batuan induk (source rock), batuan
reservoar (reservoir), migrasi (migration), jebakan (trap), batuan penutup (seal) dan batuan
overburden. Selain syarat di atas, terdapat juga kriteria lain seperti temperatur, berat jenis
minyak, porositas, dan permeabilitas reservoar dan parameter lainnya (Sitorus, S.L., 2008).
Batuan sumber daerah Cekungan Salawati berasal dari batu lempung dan serpih Formasi
Klasafet, batu gamping pada Formasi Kais dan batu lempung dan serpih pada Formasi Klasaman
awal. Formasi yang diperhitungkan akan menghasilkan hidrokarbon adalah Formasi Kais.
Hidrokarbon yang terakumulasi di Formasi Kais juga selain dari Formasi Kais itu sendiri,
juga berasal dari Formasi Klasafet dan Formasi Klasaman. Batuan reservoar lainnya adalah
Klasafet yang berumur Miosen akhir. Jebakan hidrokarbon di Cekungan Salawati terdapat di
Formasi Kais berupa kompleks terumbu karbonat dan karbonat paparan yang tersesarkan.
Jebakan dalam jumlah yang lebih kecil ada di Formasi Klasafet dan Klasaman. Batuan penutup
(seal rock) berupa serpih karbonat dari formasi Klasafet dan batu gamping kristalin Formasi
Kais. Batuan yang menjadi overburden adalah batuan gamping (limestone) pada Formasi Kais,
dan clay pada Formasi Klasafet, Klasaman dan Sele. petroleum system Cekungan Salawati dapat
dilihat pada Gambar 2.6 sebagai berikut :
16
3.6 Reservoir
Lapangan “X” dan sekitarnya termasuk dalam Lagoonal Deeper Carbonates Facies,
secara umum terdiri dari lime-mudstone berwarna abu-abu kecoklatan yang berbutir halus dan
wackestone pada beberapa tempat terdapat argillaceous dengan material skeletal berkisar 8-25%
yang terdiri dari foraminifera plankton dan sedikit foraminifera benthonik. Berdasarkan peta
facies, batugamping terumbu di Lapangan X diperkirakan sebagai suatu atoll atau finger reef
yang berkembang pada suatu lagonal.
Analisis paleontologi dan komposisi litologi menunjukkan bahwa Formasi ini diendapkan
pada lingkungan laut dalam pada open marine dengan kondisi low energy. Di Lapangan “X”,
dari 114 sumur yang telah dibor, formasi Kais ini memiliki
17
porositas berkisar 20-28% dengan permeabilitas berkisar 248-1722 md (data core). Pada plot
antara harga porositas dan permebilitas dapat ditarik suatu trend (garis). Hasil evaluasi
petrofisika menunjukkan bahwa harga saturasi air berkisar 17-26% dengan gross column 13-143
m, dan perbandingan net-to-gross ratio rata-rata 0,78. Di sekitar lapangan “X” diperkirakan tidak
berkembang Intra-Kais reef, hal ini disebabkan pada saat pengendapan batugamping Kais relatif
lebih dalam. Blok X terletak di onshore cekungan Salawati Irian Jaya, di mana terdapat lapangan
“X” yang telah diproduksi sejak tahun 1939-an. Pada penampang yang ditarik dari pulau Misool
hingga Klamumuk dapat dilihat bahwa reservoir “X” merupakan sebuah self margin dengan
pinneacle reef ( Gambar 4.4 ).
18
3.7 Data Produksi
Tabel Data Produksi Cekungan Salawati Pada Januari Hingga Desember 2010
19
Tabel Data Produksi Cekungan Salawati Pada Januari Hingga Desember 2011
20
Tabel Data Produksi Cekungan Salawati Pada Januari Hingga Desember 2012
21
Bab IV
Penutup
4.1 Saran dan Kritik
3.2 Kesimpulan
22
Daftar Pustaka
Dow, D.B., dan Sukamto, R. (1984) : Western Irian Jaya: the end-product ofoblique plate
convergence in the Late Tertiary, Tectonophysics, 106, p.109-139.
Hamilton, W.R. (1979) : Tectonics of the Indonesian Region, US Geological Survey
Professional Paper 1078, 345 pp.
Pigram, C.J., Robinson, G.P., dan Tobring, S.L. (1982) : Late Cainozic Origin forthe
Bintuni Basin and Adjacent Lengguru Fold Belt, Irian Jaya, Proceedings Indonesian
Petroleum Association, 11th Annual Convention, p. 109-126
Pigram, C.J., dan Sukanta, U. (1981) : Report on the geology of the Taminabuansheet
area. Indonesian Geological Research and Development Centre, Open File Report.
http://statistik.migas.esdm.go.id/
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20289719-S1237-Achmad%20Yoshi%20S.pdf
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-gadjahekop-
33701
http://syawal88.wordpress.com/2012/11/27/tatanan-tektonik-geologi-di-kepala-burung-
papua/
http://id.scribd.com/doc/220578001/Cekungan-Pra-Tersier
23