Upload
vannyanoy
View
1.317
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
CENDO ASTHENOF MD
KOMPOSISI :
Tiap ml larutan mengandung :
Vitamin A palmitate 1000 IU Oxymetazoline hydrochloride 0,25 mg,
Hydroxypropyl Methylcellulose 5 mg
Tambahan : Aescullinum, Aqua hamamelidis CMN, Quinidine sulfas Fl,
Phenazonum Fl, Menyhol Fl, Oleum rosae Fl.
DESKRIPSI :
ASTHENOF adalah suatu larutan oftalmik steril isotonik berwarna kuning muda,
didapar yang memiliki pH netral dan viskositas rendah mengandung Vitamin A
palmitate 1000 IU/ml, Oxymetazoline hydrochloride 0,25 mg/ml, Hydroxypropyl
Methylcellulose 5 mg/ml, diformulasikan untuk mengobati kemerahan pada mata
dalam beberapa menit dengan pengobatan efektif sampai enam jam.
CARA KERJA OBAT :
Vitamin A secara topikal dapat mengurangi jumlah sel tang terketinisasi, evaluasi
sitologi menunjukkan meningkatnyajumlah sel goblet setelah penggunaan
Vitamin A. Vitmin A diketahui dapat mengurangi proliferasi dan difrensiasi sel
epitel kornea serta menjaga sel goblet pada konjungtiva dan telah dignakan
dalam pengobatan dan telah digunakan dalam pengobatan penyakit pada mata
seperti mata kering dan superior limbik keratokonjungtivitis. Zat pembawa utama
Vitamin A menuju ke keratokonjungtival epithelium adalah cairan air mata,
kandungan Viamin A pada cairan mata adalah berkisar 0,07 IU/ml.
Oxymetazoline HCl bekerja sebagai dekongestan dengan mekanisme kerja
membatasi respon vaskuler setempat dengan cara vasokonstriksi, HPMC adalah
suatu zat yang inert, tidak mempunyai aktifitas farmakologi.
INDIKASI :
Untuk meringankan gejala kemerahan pada mata serta mengurangi rasa tidak
nyaman karena iritasi mata ringan.
KONTRA INDIKASI :
Hipersensitif terhadap gejal kemerahan pada mata serta mengurangi rasa tidak
nyaman karena iritasi mata ringan.
PERINGATAN & PERHATIAN :
- Hanya untuk pemakaian luar
- Jangan dipakai jika larutan berubah warna atau keruh
- Untuk mencegah kontaminasi, jangan menyentuh ujung penetes
- Botol ditutup rapat setelah dipakai
- Jauhkan dari jangkauan anak-anak
- Jika terasa sakit, gangguan penglihatan, terjadi kemerahan dan iritasi berlajut
atau keadaan makin parah lebih dari 72 jam, hentikan pemakaian dan
konsultasikan dengan dokter
CARA PEMAKAIAN :
Dewasa dan anak-anak 6 tahun atau lebih : teteskan 1 atau 2 tetes pada mata
yang sakit. Dapat diulang sesuai kebutuhan setiap 6 jam atau sesuai dengan
petunjuk dokter
CARA PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar 25 ? - 30 ? C serta terlindung dari cahaya Jangan
dipergunakan 3 x 24 jam setelah dibuka KEMASAN & NO REG. : Larutan tetes
mata,botol PE 5 x 0,6 ml D. 7813399
MATUVIT Sirup
KOMPOSISI :
Tiap sendok teh (5 ml) mengandung :
Billberry dry Extract 40 mg
Retinol 800 IU
Beta Carotene 10 % 2.5 mg
Vitamin E 20 mg
Bahan penambah qs ad 5 ml
KEGUNAAN DAN KHASIAT :
Untuk memelihara kesehatan mata.
TAKARAN PEMAKAIAN :
Dewasa : 3 kali sehari 2 sendok teh.
Anak-anak : 1 - 6 tahun : 3 kali sehari sendok teh.
6-12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok
teh.
KEMASAN :
Box botol @ 60 ml POM SD. 051 624 141
Punctum remotum adalah titik terjauh dimana bayangan yang ditangkap mata
terfokus tepat di retina sehingga bayangan tampak jelas. punctum remotum mata
normal adalah tak hingga. Seseorang yang mengalami rabun jauh (miopi)
punctum remotumnya bukan di tak hingga, melainkan lebih pendek.
REFRAKSI
Definisi
1. Emetropia: sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dibiaskan
oleh sistem optik mata dalam keadaan tanpa akomodasi tepat di retina
2. Miopia: sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga, dibiaskan di
depan retina
3. Hipermetropia: sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga,
dibiaskan di belakang retina
4. Astigmatisma: sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga,
dibiaskan dengan kekuatan yang tidak sama, sehingga fokus pada retina
tidak terletak pada satu titik
5. Presbiopia: sinar divergen yang datang dari jarak dekat dibiaskan di
belakang retina
6. Akomodasi: kemampuan lensa untuk mencembung akibat kontraksi
dari otot siliar
7. Pungtum proksimum: titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan
jelas
8. Pungtum remotum: titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas
MIOPIA
Menurut penyebabnya dibedakan atas:
1. Miopia aksialis: disebabkan jarak anteroposterior bola mata terlalu
panjang
2. Miopia refraktif: disebabkan kelainan pada media refraksi, misalnya
keratokonus, keratoglobus, katarak imatur
Berdasarkan berat ringannya miopia dibedakan atas:
1. Miopia sangat ringan: kurang dari 1 dioptri (D)
2. Miopia ringan: 1 – 3 D
3. Miopia sedang: 3 – 6 D
4. Miopia tinggi: 6 – 10 D
5. Miopia berat: lebih dari 10 D
Secara klinis dibedakan atas:
1. Miopia simpleks: kurang dari 6 D. Timbul pada usia muda kemudian
berhenti setelah pubertas, atau sedikit kenaikkan sampai umur 20 tahun
2. Miopia progresif: melebihi 6 D. Dimulai sejak lahir, mencapai puncak
pada waktu remaja, bertambah terus sampai usia 25 tahun atau lebih
3. Miopia maligna: miopia progresif yang disertai kelainan degeneratif
pada koroid
Gejala:
Penglihatan kabur jauh sedangkan penglihatan dekat terang. Pada miopia
tinggi pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, sehingga kedua mata
harus melakukan konvergensi berlebihan sehingga akan timbul keluhan
astenovergen berupa mata cepat lelah, pusing dan silau.
HIPERMETROPIA
Menurut sebabnya dibedakan atas:
1. Hipermetropia refraktif: akibat pembiasan kornea, lensa, dan humor
akuos berkurang
2. Hipermetropia aksial: akibat sumbu bola mata terlalu pendek
Jenis-jenis hipermetropia:
1. Hipermetropia manifes: hipermetropia yang dapat ditentukan dengan
koreksi kacamata, tanpa sikloplegik
2. Hipermetropia manifes fakultatif: Hipermetropia yang masih dapat
diatasi dengan akomodasi
3. Hipermetropia manifes absolut: hipermetropia yang tidak dapat diatasi
dengan akomodasi
4. Hipermetropia total: Hipermetropia yang didapatkan setelah pemberian
sikloplegik
5. Hipermetropia laten: selisih hipermetropia total dan hipermetropia
manifes
Gejala:
Astenopia akomodatif, disebabkan akomodasi terus menerus pada waktu
melakukan pekerjaan dekat, sehingga menimbulkan keluhan sakit kepala,
sakit disekitar mata, mata cepat lelah, penglihatan dekat kabur.
Pada hipermetropia tinggi dapat terjadi strabismus konvergen, akibat
berakomodasi
terus menerus bolamata melakukan konvergensi sehingga akan terlihat
esotropia.
ASTIGMSTISMA
Berdasrkan titik pembiasan dibagi atas:
1. Astigmatisma reguler: terdapat dua bidang pembiasan utama yang
saling tegak lurus, dengan daya pembiasan terkuat dan terlemah. Bila
daya pembiasan terkuat pada aksis 90° disebut astigmatisma “with the
rule”, sedangkan bila daya pembiasan terkuat p;ada aksis 180° derajat
disebut astigmatisma “against the rule”
2. Astigmatisma ireguler: titik pembiasan tidak teratur, dan tidak terdapat
dua bidang pembiasan yang saling tegak lurus
Berdasarkan letak pembiasan, astigmatisma reguler dapat dibagi atas:
1. Astigmatisma miopik simpleks: satu meridian berupa miopia, sedangkan
meridian yang lainnya merupakan emetropia
2. Astigmatisma miopik kompositus: kedua meridian miopia
3. Astigmatisma hipermetropia simpleks: satu meridian hipermetropia,
sedangkan meridian yang lainnya emetropia
4. Astigmatisma hipermetropia kompositus: kedua meridian hipermetropia
5. Astigmatisma mixtus: satu meridian miopia, meridian lainnya
hipermetropia
PRESBIOPIA
Pada presbiopia pungtum proksimum menjadi jauh, sehingga pekerjaan
dekat sulit dilakukan. Hal ini disebabkan lensa mengalami kemunduran
untuk mencembung, disebabkan proses sklerosis. Proses sklerosis ini
akan berjalan progresif sesuai dengan bertambahnya umur. Selain itu
kontraksi otot siliar juga berkurang sehingga pengendoran zonula zinii
tidak sempurna. Proses ini biasanya dimulai pada umur 40 tahun.
Gejala:
Pekerjaan dekat sukar dilakukan karena penglihatan menjadi kabur,
setelah membaca mata terasa lelah dan berair.
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
1. Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan memeriksa mata satu
persatu dengan menggunakan kartu “Snellen”, mata yang belum diperiksa
ditutup.
2. Pasien duduk pada jarak 5 atau 6 meter, sinar yang datang dari jarak
tersebut dianggap sebagai sinar sejajar, atau seolah-olah berasal dari titik
yang letaknya pada jarak tak terhingga di depan mata.
3. Pasien disuruh membaca huruf pada kartu “Snellen” dari atas ke
bawah, bila kemampuan baca huruf terkecil pada baris yang
menunjukkan angka 20, maka visus tanpa kacamata adalah 5/20, artinya
pada jarak 5 meter hanya dapat melihat huruf yang seharusnya dapat
dilihat pada jarak 20 meter.
4. Tambahkan lensa sferis + 0.50 D untuk menghilangkan akomodasi
5. Bila penglihatan bertambah jelas, maka kemungkinan terdapat kelainan
hipermetropia. Pada mata tersebut perlahan-lahan ditambahkan lensa
sferis positif sampai tajam penglihatan terbaik, bila tajam penglihatan
maksimal yang dicapai
5/5, lensa positif ditambah lagi sampai tajam penglihatan berkurang.
Koreksi diberikan lensa sferis positif yang terkuat yang memberikan tajam
penglihatan 5/5.
6. Bila penglihatan bertambah kabur, maka kemungkinan terdapat miopia,
tamabahkan lensa sferis negatif sampai tajam penglihatan terbaik, pada
miopia diberikan lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam
penglihatan 5/5.
7. Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
penglihatan maksimal, kemungkinan terdapat astigmatisma. Lakukan
“fogging technique”.
8. Setelah hipermetropia atau miopia dikoreksi, visus dikaburkan dengan
lensa sferis positif. Penderita melihat pada kisi-kisi juring astigmatisma
yang berbentuk kipas, tanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila
pada garis 90° terlihat jelas,
maka tegak lurus padanya dipasang lensa silinder, yaitu pada aksis 180°.
9. Kekuatan lensa silinder perlahan-lahan dinaikkan sampai garis juring
kisi-kisi astigmatisma vertikal sama tegasnya dengan horizontal.
10. Penderita melihat kartu “Snellen”, pasang lensa sferis negatif sampai
pasien melihat jelas pada kartu “Snellen”.
11. Pada penderita berusia 40 tahun, dilakukan pemeriksaan baca dekat
dengan kartu
“Jaeger”, kedua mata dipasang lensa sferis positif sampai penderita dapat
membaca huruf pada kartu “Jaeger”.
12. Ukur pupil distansia (PD), penderita disuruh melihat pada mata kanan
pemeriksa pada jarak 33 cm, ukur jarak kedua pupil. Misalnya PD adalah
60 mm untuk jarak dekat, maka untuk jarak jauh ditambah 2 – 4 mm.
STRABISMUS
Otot-otot mata, persarafan, dan fungsi:
1. M. Rektus lateralis: N. VI: abduksi
2. M. Rektus medialis: N. III: aduksi
3. M. Rektus superior: N. III: elevasi, aduksi, intorsi
4. M. Rektus inferior: N. III: depresi, aduksi, ekstorsi
5. M. Oblikus superior: N. IV: intorsi, abduksi, depresi
6. M. Oblikus inferior: N. III: ekstorsi, abduksi, elevasi
Pergerakan bolamata:
- Duksi: rotasi monokular, dengan mata lain ditutup
- Versi: pergerakan kedua mata kearah yang sama
Strabismus:
adalah suatu keadaan dimana kedudukan kedua bolamata tidak searah.
Pada keadaan normal kedudukan bolamata adalah ortoforia
Bentuk-bentuk strabismus:
1. Heterotropia: deviasi bolamata manifes, yang tidak dapat diatasi
dengan penglihatan binokular tunggal
2. Heteroforia: deviasi bolamata tersembunyi. Pada keadaan normal
kedudukan bolamata normal, apabila fusi mata diganggu akan timbul
deviasi.
Cara pemeriksaan:
1.Tes Hirschberg: untuk mengukur derajat deviasi.
Penderita melihat cahaya pada jarak 30 cm, perhatikan refleks cahaya
tersebut pada pupil. Bila cahaya dipenggir pupil deviasinya 15°, cahaya
diantara pinggir
pupil dan limbus deviasinya 30°, cahaya dilimbus deviasinya 45°.
2.Uji tutup mata: untuk mengetahui heterotropia
Mata melihat lurus kedepan, satu mata ditutup. Bila mata yang dibuka
bergerak, berarti mata yang dibuka tersebut terdapat heterotropia.
3.Uji tutup-buka: untuk mengetahui heteroforia
Mata yang ditutup akan berdeviasi, pada saat dibuka akan terlihat
pergerakkan mata tersebut untuk berfiksasi.