6
1 Seleksi Central Sel T yang belum matang bermigrasi dari sumsum tulangmenuju ke timus, di mana sel T tersebut mulai mengekspresikan reseptor untuk antigen.Kebanyakan reseptor yang diekspresikan memiliki dua rantaiutama, α dan β, dan disebut α reseptor / β.Reseptor mengenali peptida imunogenik yang beradapadamajor- histocompatibility-complex (MHC). Di timus, sel epitel dan sel antigen-presenting lainmempresentasikan berbagai kompleks variasikomplekpeptida yang berikatandengan molekul MHC. Sel Tyang mampu berikatan pada reseptor dengan ikatan yang cukup (yaitu, aviditas)akan bertahan hidup melalui seleksi positif, sedangkan sel T dengan interaksi yang sangat rendah (bahkan sampai tidak ada ikatan ) dengan kompleks akan mati melalui seleksi negatif.Seperti yang dijelaskandiatas prosespematangansel T, untukmenghindariadanyaautoimunsel T akanmengalamiseleksipositifdannegative,seleksipositifadalahlolosn yasel T setelahberikatandenganself antigendenganikatan yang lemah,sedangkanseleksi negatif adalah mekanisme utama dari sistemtoleransi,dimanasel T yang berikatanterlalukuatdenganself antigenakanmengalami apoptosis. Hanya 3% darisel T precursor yang masukke thymus bertahandariseleksipositifdannegatif.daripopulasisel T ini,diantaranya terdiri dari sel-sel T dengan reseptor dengan aviditas rendah dan menengahterhadap self-antigen, akanmeninggalkan thymus danmendiami organ-organ limfoid.Anehnya,sel T denganikatanlemahiniseterusnyaakanmembentukpopulasi yang nantinyaberesponpada antigen asing. Penjelasannyaadalahbahwareseptorsel T mampumembentukreaksisilangterhadapberbagaipeptida; reaksisilanginisangatdibutuhkantubuhuntuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.Selain itu, karena antigen asing normalnyatidakterdapatdalam timus, sel-sel T

Central Selection

Embed Size (px)

DESCRIPTION

seleksi sentral

Citation preview

Page 1: Central Selection

1 Seleksi CentralSel T yang belum matang bermigrasi dari sumsum tulangmenuju ke timus, di mana sel T tersebut mulai mengekspresikan reseptor untuk antigen.Kebanyakan reseptor yang diekspresikan memiliki dua rantaiutama, α dan β, dan disebut α reseptor / β.Reseptor mengenali peptida imunogenik yang beradapadamajor-histocompatibility-complex (MHC). Di timus, sel epitel dan sel antigen-presenting lainmempresentasikan berbagai kompleks variasikomplekpeptida yang berikatandengan molekul MHC. Sel Tyang mampu berikatan pada reseptor dengan ikatan yang cukup (yaitu, aviditas)akan bertahan hidup melalui seleksi positif, sedangkan sel T dengan interaksi yang sangat rendah (bahkan sampai tidak ada ikatan ) dengan kompleks akan mati melalui seleksi negatif.Seperti yang dijelaskandiatas prosespematangansel T, untukmenghindariadanyaautoimunsel T akanmengalamiseleksipositifdannegative,seleksipositifadalahlolosnyasel T setelahberikatandenganself antigendenganikatan yang lemah,sedangkanseleksi negatif adalah mekanisme utama dari sistemtoleransi,dimanasel T yang berikatanterlalukuatdenganself antigenakanmengalami apoptosis.

Hanya 3% darisel T precursor yang masukke thymus bertahandariseleksipositifdannegatif.daripopulasisel T ini,diantaranya terdiri dari sel-sel T dengan reseptor dengan aviditas rendah dan menengahterhadap self-antigen, akanmeninggalkan thymus danmendiami organ-organ limfoid.Anehnya,sel T denganikatanlemahiniseterusnyaakanmembentukpopulasi yang nantinyaberesponpada antigen asing. Penjelasannyaadalahbahwareseptorsel T mampumembentukreaksisilangterhadapberbagaipeptida; reaksisilanginisangatdibutuhkantubuhuntuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.Selain itu, karena antigen asing normalnyatidakterdapatdalam timus, sel-sel T dengankemampuanikattinggidapatmeloloskandiridariseleksi negative danberpindahtempatmenuju organ-organ perifer(yaitu, jaringan limfoid dan organ lain).

2 Peraturan PeripheralSebagai konsekuensi seleksipada timus, beberapa sel T dengan aviditas intermedietakanmemasuki organ-organ perifer, yang nantinyaberpotensi untuk menjadi patogenic efektor cells. Untuk menghindari autoimunitas patogen, diperlukanmekanismepengaturan repertoire sel T self reaktif. Mekanisme ini berfungsi untuk menekan populasi sel T yang self-reaktif. Berkat mekanisme ini, penyakit autoimun tidak terjadi meskipun adasel T dewasa yang self-reaktif.

Page 2: Central Selection

3 Pengendalian SistemdanKelasResponImun

3.1 General intrinsik Mekanisme

Mekanisme intrinsik terjadiketika reseptor sel-T berikatandengan MHC-antigen-peptida kompleks yang merupakanpoin utama dari kontrol system dankelasresponimun. Salah satu mekanismenya memerlukan ikatan dan durasi reseptor sel-T dengan kompleks MHC-antigen peptidadimana terdapat sel T yang berikatan cepat maupun lambat dan terdapat sel T yang berikatan lemah maupun kuat . Mekanismepengikataninitidakhanyamengakibatkanaktivasidandeferensiasiakantetapijugadapatmenyebabkan apoptosis.

Adanyainteraksi reseptordenganligan lain jugatakkalah penting. Salah satunya dengan CD40 ligan yang nantinya menyebabkan kenaikan regulasi pada dua protein permukaan yang ada pada sel B dan sel dendritic,yaitu CD80 dan CD80. Ketika CD86 berinteraksi dengan CD28 pada sel T, makaakanmengakibatkan aktivasi sel-T; Sebaliknya, interaksi dengan cytotoxic T-lymphocyte–associated antigen 4(CTLA-4) pada sel T menyebabkan anergi (yaitu, keadaan spesifik yang memicuinaktivasisel T) atau toleransi imun.

3.2 Fungsi regulasi oleh Sel Konvensional T padaMekanismeIntrinsik

Dua populasi utama sel T adalah CD4 + (Helper) dan CD8 + (sitotoksik atau pembunuh). Aktivasi antigen-diinduksioleh sel helper yang menyebabkan seltersebut berdiferensiasi menjadi 2 subkelompokyaitu T helper tipesatu(Th1) danT helpertipe 2 (Th2). subkelompok ini menghasilkan sitokin yang khas, dimana sel Th1 mensekresikan interferon-γ, yang menginduksi respon imun seluler dan menghambat sel Th2. Sel Th2 mensekresikan interleukin-4 (yang berpartisipasi dalam mengaktifkan sel B) dan transforming growth factor β (TGF-β), terdapatsubkelompok lain darisel CD4 + yaitusel T Regulator tipe 1atau T regulator tipe 3, dimanafungsinyaadalahmensekresikan sitokin imunosupresif interleukin-10, TGF-β yang nantinyamenjaditoleransiimun.Peran Th1 maupun Th2 sangatlahpentingdalammengaturfungsi response imundalammenghadapi antigen asing.

Page 3: Central Selection

4. Pengaturansel T dalammembedakanself dannonself

Delesisel T yang berikatankuatterhadapself antigendalamtimustidakhanyamengurangiresikoautoimunakantetapijugamembantupengaturanpopulasisel T yang memilikiikatanlemahdanmenengahterhadapself antigen.Fungsiutamadarisel T suppressor adalahmenurunkanresponimunterhadapself antigentanpamenggangguresponimunterhadap antigen asing.

Baru-baru iniditemukan bahwa pengaturansel CD8 + T selektif down-mengatur sel T dari aviditas menengah yang diaktifkan dengan baik diri sendiri atau antigen asing merupakan contoh bagaimana sel T penekan dapat membedakan diri dari yang bukan dirinya di pinggiran. Sel CD8 + T ini secara khusus mengakui kompleks QA1-self peptide, struktur pengganti diekspresikan pada sel T tertentu diaktifkan sebagai konsekuensi dari aviditas menengah interaksi antara reseptor sel T pada sel T dan kompleks MHC-antigen-peptida yang disajikan oleh antigen menyajikan cells.Karena sel T diri reaktif berpotensi patogen termasuk dalam kolam renang sel T yang memiliki aviditas menengah, penindasan oleh sel CD8 + T averts autoimunitas patogen. Mekanisme ini tidak mempengaruhi sel T tinggi aviditas, yang hampir secara eksklusif anti-asing, dan dengan demikian mengoptimalkan respon imun untuk antigen asing.

5. Subgroup sel suppressor

Ada bukti bahwasubkelompoksel T yaitu CD4 +, CD8 +, dan sel T Natural Killermenjalankan mekanisme pengaturan. Masing-masing sub-kelompok menggunakan reseptor dan mekanisme efektor yang khas, dan masing-masing memiliki pengaruh yang berbeda pula,natural killer,dansel CD4 + T merupakan"sel suppresor alami," yang sudahada dalam kekebalan repertoar sebelum aktivasi sel T oleh antigen, dan bertindak terutama dalam fase awal respon imun bawaan. Kedua sub kelompok mengaturpenekanantergantungdari besarnya atau kelas dari respon imun. Sebaliknya, sel-sel CD8 + T berdiferensiasi menjadi sel efektor selama respon imun primer dan berfungsi sebagai sel suppressor selama fase sekunder dan “memory immunity”; mereka terutama terlibat dalam diskriminasi self dannonself.

6. Sel T Natural Killer

Page 4: Central Selection

Sel T Natural Killer adalah populasi yang sangat khas dari sel Tkeseluruhab. Mereka memiliki sifat-sifat sel pembunuh alami dengan mengekspresikan α /β reseptor sel-T yang terdiri dari rantai alpha invarian (Vα24-JαQ) danberikatanpada berbagai rantai Vβ. Sel-sel Natural killer ini secara khusus mengenali glikolipid yang bersangkutan dengan glycolipid α-galactosylceramide yang sering terdapat pada mikroorganisme patogen dan sel-sel tumor. α-galactosylceramide mengikat CD1d yang beradapada molekul MHC sel APC. Kompleks CD1d-glycolipid ini akan memicu sel T natural killer untuk melisiskan target dan mengeluarkan cytokines.Sel T natural killer awalnya didugaselain memediasi respon imun bawaan denganmemangsasel-sel tumor dan melisiskan patogen, tetapi mereka juga terlibat dalam penyakit autoimun. Ketika dirangsang secara kontak oleh antigen, sel T natural killer akanteraktivasi dan mengeluarkan sitokindalamjumlah besarantara lain interleukin-4, interferon-γ, TGF-β, dan interleukin-10, yang kitaketahui terlibat dalam aktivasi sel yang memediasi peradangan,dansystem imun bawaan.Sel T natural killer diduga telah terlibat dalam penyakit autoimun manusia. Pada kembar monozigot yang salah satu anaknya terkena diabetes tipe 1, anak kembar dengan diabetes memiliki sel TNatural killer Vα24-JαQ kurang dari anak kembar tanpa diabetes,hal ini menunjukkan adanya perlindungan terhadap penyakit oleh sel T natural killer. Hal inijugadidukungoleh penelitian yang membandingkan pasien yang menderita diabetes dengan pasien yang normal, menemukan bahwa jumlah sel T natural killer dan produksi interleukin-4 mengalamiperubahanpadapenderita diabetes tipe 1.