CERITA FABEL.docx

Embed Size (px)

Citation preview

1. CERITA FABEL FABEL KANCIL DAN SIPUT LOMBA LARI

Suatu hari kancil bertemu dengan siput dipinggir kali. Melihat siput merangkak dengan lambatnya, sang kancil dengan sombong dan angkuhnya berkata.

Kancil : Hai siput, beranikah kamu lomba lari denganku ? ( ajakan terasa sangat mengejek siput, berpikir sebentar, lalu menjawab ) Siput : Baiklah, aku terima ajakanmu dan jangan malu kalau nanti kamu sendiri yang kalah. Kancil : Tidak bisa, masa jago lari sedunia mau dikalahkan olehmu, siput, binatang perangkak kelas wahid di dunia. ejek kancil. Kancil : Baiklah, ayo cepat kita tentukan larinya ! jawab kancil. Siput : Bagaimana kalau hari minggu besok, agar banyak yang menonton. Kata siput. Kancil : Oke, aku setuju. Jawab kancil.Sambil menunggu hari yang telah ditentukan itu, siput mengatur taktik. Segera dia kumpulkan bangsa siput sebanyak-banyaknya. Dalam pertemuan itu, siput membakar semangat kawan-kawannya dan dengan geram mereka ingin mempermalukan kancil dihadapan umum. Dalam musyawarah itu, disepakatilah dengan suara bulat bahwa dalam lomba nanti setiap siput ditugaskan berdiri diantara rerumputan di pinggir kali. Diaturlah tempat mereka masing-masing. Bila kancil memanggil maka siput yang didepannya itu yang menjawab begitu seterusnya.Sampailah saat yang ditunggu itu. Penonton pun sangat penuh. Para penonton datang dari semua penjuru hutan.Kancil dan siput telah bersiap digaris start. Pemimpin lomba mengangkat bendera, tanda lomba di mulai. Kancil berlari sangat cepatnya. Semua tenaga dikeluarkannya. Tepuk tangan penonton kian menggema, memberi semangat kepada kancil. Setelah lari sekian kilometer, berhentilah kancil. Sambil napas terengah-engah dia memanggil.Kancil : Siput ! seru kancil. Siput : Ya, aku disini.Karena siput telah berada didepannya, kancilpun kembali lari sangat cepat sampai tidak ada lagi tenaga yang tersisa. Kemudia dia pun memanggil.Kancil : Siput ! teriak kancil lagi. Siput : Ya, aku disini.Berkali-kali selalu begitu. Sampai pada akhirnya kancil lunglai dan tak dapat berlari lagi. Menyerahlah sang kancil dan mengakui kekalahannya. Penonton terbengong-bengong.Siput menyambut kemenangan itu dengan senyuman saja. Tidak ada loncatan kegirangan seperti pada umumnya pemenang lomba.Sang Kancil dengan Buaya

Pada zaman dahulu Sang Kancil merupakan binatang yang paling cerdik di dalam hutan. Banyak binatang di dalam hutan datang kepadanya untuk meminta pertolongan apabila mereka menghadapi masalah. Walaupun ia menjadi tempat tumpuan binatang-binatang di dalam hutan, tetapi ia tidak menunjukkan sikap yang sombong malah bersedia membantu kapan saja.Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Karena makanan di sekitar kawasan kediamannya telah berkurang, Sang Kancil pergi untuk mencari di luar kawasan kediamannya. Cuaca pada hari itu, sangat panas dan terlalu lama berjalan, menyebabkan Sang Kancil kehausan. Lalu, ia berusaha mencari sungai terdekat. Setelah mengelilingi hutan akhirnya Kancil aliran sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang waktu, Sang Kancil minum sepuas-puasnya. Dinginnya air sungai itu menghilangkan rasa dahaga Sang Kancil.Kancil terus berjalan menyusuri tebing sungai. Apabila terasa capai, ia beristirahat sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rindang. Kancil berkata di dalam hatinya Aku mesti bersabar jika ingin mendapat makanan yang lezat-lezat. Setelah rasa capainya hilang, Sang Kancil kembali menyusuri tebing sungai tersebut sambil memakan dedaunan kegemarannya yang terdapat di sekitarnya. Ketika tiba di satu kawasan yang agak lapang, Sang Kancil memandang kebun buah-buahan yang sedang masak ranum di seberang sungai. Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut, pikir Sang Kancil.Sang Kancil terus berpikir mencari akal bagaimana cara menyeberangi sungai yang sangat dalam dan deras arusnya itu. Tiba-tiba Sang Kacil memandang Sang Buaya yang sedang asyik berjemur di tebing sungai. Sudah menjadi kebiasaan buaya, apabila hari panas buaya suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.Tanpa berlengah-lengah lagi kancil menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata, Hai sahabatku Sang Buaya, apa kabarmu hari ini? Buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari membuka mata dan didapati Sang Kancil yang menegurnya. Kabar baik sahabatku, Sang Kancil. Sambung buaya lagi, Apakah yang menyebabkan kamu datang ke mari?Aku membawa kabar gembira untukmu, jawab Sang Kancil. Mendengar kata-kata Sang Kancil, Sang Buaya tidak sabar lagi ingin mendengar khabar yang dibawa oleh Sang Kancil, lalu berkata, Ceritakan kepadaku apakah yang hendak engkau sampaikan?Kancil berkata, Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman supaya menghitung jumlah buaya yang terdapat di dalam sungai ini karena Raja Sulaiman ingin memberi hadiah kepada kamu semua. Mendengar nama Raja Sulaiman saja sudah menakuti semua binatang karena Nabi Sulaiman telah diberi kebesaran oleh Allah untuk memerintah semua makhluk di muka bumi ini. Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun ke dasar sungai untuk memanggil semua kawanku, kata Sang Buaya. Sementara itu, Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan. Tidak lama kemudian, semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing sungai. Sang Kancil berkata Hai buaya sekalian, aku telah diperintahkan oleh Nabi Saulaiman supaya menghitung jumlah kamu semua karena Nabi Sulaiman akan memberi hadiah yang istimewa pada hari ini. Kata kancil lagi, Berbarislah kamu merentasi sungai mulai dari tebing sebelah sini sampai ke tebing sebelah sana.Karena perintah tersebut datangnya dari Nabi Sulaiman, semua buaya segera berbaris tanpa membantah. Kata Buaya, Sekarang hitunglah, kami sudah bersedia. Sang Kancil mengambil sepotong kayu yang berada di situ lalu melompat ke atas buaya yang pertama di tepi sungai dan ia mulai menghitung dengan menyebut Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk, sambil mengetuk kepala buaya hingga Kancil berjaya menyeberangi sungai. Ketika sampai ditebing seberang, Kancil terus melompat ke atas tebing sungai sambil bersorak gembira dan berkata, Hai buaya-buaya sekalian, tahukah kamu bahwa aku telah menipu kamu semua dan tidak ada hadiah yang akan diberikan oleh Nabi Sulaiman.Mendengar kata-kata Sang Kancil semua buaya merasa marah dan malu karena mereka telah ditipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Sang Kancil apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara hingga hari ini. Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meninggalkan buaya-buaya tersebut dan menghilangkan di dalam kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.

2. CERITA LEGENDALegenda Tangkuban Perahu (Sangkuriang)

Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

Legenda Danau Toba dan Pulau Samosir

Dahulu hiduplah seorang pemuda bernama Toba. Pemuda ini memiliki pekerjaan paling hebat sedunia, yaitu sebagai petani dan pemancing ikan. Untuk urusan memancing, Toba sangatlah lihai. Dia tidak membutuhkan waktu lama. Seperti pada sore itu, Toba pergi ke sungai untuk memancing. Baru mata kail pancing dilemparkan, umpannya telah disambar ikan. Tentu saja, Toba girang mendapatkan ikan untuk makan malam. Segera Toba menyediakan kepis dan memasukkan ikan itu ke dalamnya. Toba kemudian pulang. Di jalan, dia telah memikirkan masakan apa yang akan dibuatnya dengan bahan ikan. Sesampainya di rumah, Toba segera memindahkan ikan dari dalam kepis itu ke bak berisi air. Toba menginginkan si ikan tetap dalam keadaan segar ketika dimasak. Setelah itu, Toba menyiapkan bumbu-bumbu dan kayu bakar yang dibutuhkan. Sayangnya, kayu bakar miliknya habis. Toba terpaksa ke dalam hutan untuk mencarinya. Waktu sudah beranjak malam saat Toba kembali mencari kayu bakar. Sesampainya di rumahnya, Toba terkejut karena dia tidak menemukan ikan di dalam bak air. Dia malah menemukan keping emas. Padahal dia tidak merasa punya keping emas itu. Toba tambah terkejut lagi mengetahui ada seorang gadis cantik di dalam kamarnya. "Siapakah kamu wahai gadis cantik?" Gadis cantik itu hanya tersenyum. Dia kemudian keluar dari kamar dan duduk di dipan di depan. Gadis cantik itu kemudian menjelaskan semua pada Toba. "Aku adalah ikan yang kamu tangkap tadi. Keping emas itu adalah sisikku." Karena Toba masih bujangan, dan jarang sekali dia bertemu seorang gadis cantik di desanya. Maka, dia pun meminta si gadis untuk menjadi istrinya. Si gadis menyetujui hal tersebut, dengan satu syarat bahwa Toba tidak akan mengungkit-ungkit soal asal-usulnya. Toba menyetujui persyaratan yang diajukan. Akhirnya, mereka pun menikah dan dikaruniai seorang putra yang diberi nama Samosir. Samosir adalah anak yang lincah, namun sayangnya dia manja. Saat beranjak sedikit dewasa, Samosir acap diberi tugas untuk mengantarkan makanan bapaknya di sawah. Semua berjalan baik-baik saja. Hingga, Samosir merasa malas untuk mengantarkan makanan untuk ayahnya. Hal ini tentu membuat ibunya emosi. Akhirnya, berangkat juga Samosir mengantarkan makanan untuk bapaknya. Karena hatinya sedang kesal, di tengah jalan, dia memakan sebagian besar makanan itu. Ketika makanan itu diberikan kepada Toba, Samosir ditanya, "Mengapa tinggal segini makanannya?" "Tadi, aku memakannya, Pak!" Demi mendengar perkataan Samosir, Toba naik pitam. Sudah telat mengantarkan makanannya, tinggal sedikit pula! "Anak macam apa kamu ini?" Hardik Toba, "Dasar anak ikan!" Samosir yang mendengar hardikan bapaknya segera pulang. Dia menemui ibunya dalam keadaan menangis. "Kenapa kamu, Nak?" "Bapak, Bu, huhuhu... Bapak bilang, aku anak ikan." Bagai sambar geledek, ibu Samosir mendengarnya. Dan saat itulah, ia mengetahui bahwa jodohnya dengan Toba telah berakhir. Ibu Samosir kemudian menyuruh Samosir ikut dengannya untuk menemui Toba, ayahnya. "Kamu telah melanggar syarat yang kuajukan dulu. Dengan demikian, kamu rasakan akibatnya," kata istri Toba. Toba sedih dan mengiba-iba padanya. Namun, perjanjian tetaplah perjanjian. Istrinya kemudian pergi bersama Samosir ke sungai. Perlahan-lahan mereka berubah kembali menjadi ikan. Bersamaan dengan itu turun hujan lebat. Dan mengguyur desa si Toba hingga tenggelam. Desa yang tenggelam itu kini dinamakan Danau Toba.

3. CERITA MITHE Cerita Rakyat Nyi Roro Kidul (Mite)

Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkimpoian tersebut. Maka, bahagialah sang raja.Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. "Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku", kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. "Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya." Sang dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. "Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri," kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan..Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.

Dewi Bibit

Buruti Siraso (Siraso) adalah putri dari Raja Balugu Silaride Ana`a di Teteholi Ana`a. Balugu Silaride Ana`a adalah keturunan lebih dari sepuluh setelah Balugu Luo Mewna. Siraso memiliki saudara kembar (putra) bernama Silgu Mbanua (Silgu).Di Teteholi Ana`a, Siraso rajin mendatangi rakyat saat penaburan bibit sehingga tanaman subur dan berbuah lebat. Sedang Silgu gemar mendatangi rakyat saat panen sehingga bulir-bulir panenan banyak dan bernas.Ketika memilih jodoh, Siraso mengidamkan suami yang mirip kembarannya, demikian pula Silgu ingin beristri seorang wanita persis Siraso. Untuk mencari jodohnya, Silgu pergi berkelana. Sementara Siraso diturunkan ayahnya ke muara Sungai Oyo. Anak kembar itu dipisah agar tidak terjadi incest (kawin sumbang). Dari muara Sungai Oyo, Siraso meneruskan perjalanan ke hulu, tiba di suatu dataran rendah yang kemudian bernama Hiyambanua, dan bermukim di situ.Setelah setahun berkelana Silgu pulang. Di rantau dia tidak menemukan idamannya, di Teteholi Ana`a dia juga tidak bertemu kembarannya. Menurut ayahnya, Siraso telah meninggal dunia. Betapa gundah-gulana hati Silgu. Akhirnya, Silgu mohon diturunkan ke bumi. Silgu kebetulan diturunkan di muara sungai Oyo. Dia berjalan ke hulu sungai, dan tiba dZi Hiyambanua. Di sana dia bertemu seorang wanita yang mirip adik kembarnya. Sang wanita itu juga melihat Silgu mirip abang kembarnya.Dua insan itu akhirnya kawin. Setelah menjadi pasutri (pasangan suami-istri) barulah Silgu dan wanita itu (yang ternyata adalah Siraso) mengetahui bahwa mereka saudara kembar. Apa boleh buat, Maha Sihai Si Sumber Bayu telah menjodohkan mereka.Di bumi Nias Siraso dan Silgu tetap gemar mengunjungi para petani. Doa dan berkat mereka dibutuhkan untuk bibit dan untuk panen. Setelah mereka meninggal dunia, orang-orang membuat patung Siraso (Siraha Woriwu) dan patung Silgu (Siraha Wamasi) untuk memanggil arwah mereka pada waktu para petani turun menabur bibit dan panen. Siraso dikenal sebagai Dewi Bibit (Samaehowu Foriwu), Silgu dikenal sebagai Dewa Panen (Samaehowu Famasi).Pada waktu mulai menabur bibit, masing-masing petani membawa bibit tanaman, diserahkan kepada ere (ulama agama suku) agar bibit tersebut diberkati oleh Dewi Bibit. Upacara pemberkatan ini mengorbankan babi. Ere memimpin doa pemujaan Siraha Woriwu. Syair hoho Memuja Dewi Bibit (Fanumbo Siraha Woriwu) diawali:He le Siraso samo`l, he le Siraso samowua;soga mi moriwu tanm, miga mangayaig twua;mabe`zi sarasara likhe, matan zi sambuasambua. (Hai Siraso Sumber hasil, hai Siraso sumber buah.Kami tiba, menyemai bibit, kami tiba menyemai tampang.Kami semai tunggal berlidi, kami semai biji satuan).

Setelah itu syair hoho berisi harapan agar bibit tanaman:diberi akar menembus bumi, diberi batang naik mengatasmayangnya dimatangkan oleh terik, buahnya dimatangkan oleh panasterlindung dari serangan: tikus, walang sangit, celeng, monyet, hama, pipittidak diganggu arwah orang mati dan tidak dihanyutkan banjirSelain harapan, syair hoho juga berisi janji (ikrar) yang harus ditepati:Mab wabalia mbalaki, mab wabalia zemoa;sumange woriwu tanm, sumange woriwu twua.Andr faehowu ya mo`l, andr faehowu ya mowua.

Artinya:(Akan kami bayar emas murni, dan kami membayar emas perada.Persembahan bagi Dewi Bibit, persembahan bagi Dewi tampang.Berkatilah agar ganda hasil, berkatilah agar berganda buah).Tidak dijelaskan bagaimana janji tersebut dilaksanakan, namun dalam pemujaan Dewa Panen disebutkan bahwa sebagian hasil panen harus dibagikan kepada: kaum miskin atau melarat, janda, anak yatim, dan anak yatim-piatu. Bila dilanggar akan membuat dewa marah dan merusak hasil pertanian.

4. CERITA SAGECaadara: cerita rakyat dari Irian Jaya

Suatu saat, hiduplah seorang panglima perang bernama Wire. Ia tinggal di desa Kramuderu. Ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Caadara.Sejak kecil Caadara dilatih ilmu perang dan bela diri oleh ayahnya. Wire berharap, kelak anaknya bisa menggantikannya sebagai panglima perang yang tangguh.Tahun berganti. Caadara tumbuh menjadi pemuda yang gagah. Caadara juga tangkas dan cakap. Wire ingin menguji kemampuan anaknya. Karena itulah ia menyuruh pemuda itu berburu di hutan.Caadara mengumpulkan teman-temannya. Lalu mereka berangkat berburu. Mereka berjalan melewati jalan setapak dan semak belukar. Di hutan mereka menemui banyak binatang. Mereka berhasil menombak beberapa binatang.Dari hari pertama sampai hari keenam, tak ada rintangan yang berarti untuk Caadara dan anak buahnya. Tapi esok harinya mereka melihat anjing pemburu. Kedatangan anjing itu menandakan bahaya yang akan mengancam.Caadara dan anak buahnya segera siaga. Mereka menyiapkan busur, anak panah, kayu pemukul, dan beberapa peralatan perang. Mereka waspada.Tiba-tiba terdengar pekikan keras. Sungguh menakutkan! Anak buah Caadara ketakutan. Tapi Caadara segera menyuruh mereka membuat benteng pertahanan. Mereka menuju tanah lapang berumput tinggi. Tempat itu penuh semak belukar. Di sana mereka membangun benteng untuk menangkis serangan musuh.Tiba-tiba muncullah 50 orang suku Kuala. Mereka berteriak dan menyerang Caadara dan anak buahnya. Tongkat dan tombak saling beradu. Sungguh pertempuran yang seru. Caadara tidak gentar. Ia memimpin pertempuran dengan semangat tinggi. Padahal jumlah anak buahnya tak sebanding dengan jumlah musuh.Caadara berhasil merobohkan banyak musuh. Sedangkan musuh yang tersisa melarikan diri.Betapa kagumnya teman-teman Caadara melihat anak panglima perang Wire. Mereka segan dan kagum padanya. Mereka pulang sambil mengelu-elukan Caadara.Kampung gempar dibuatnya. Wire sungguh bangga. Ia juga terharu sehingga berlinang air mata. Tak sia-sia latihan yang diberikan pada Caadara.Kampung gempar mendengarnya. Ayahnya terharu dan berlinang air mata. Pesta malam hari pun diadakan. Persiapan menyerang suku Kuala pun diadakan, karena mereka telah menyerang Caadara.Esok harinya, Caadara diberi anugerah berupa kalung gigi binatang, bulu kasuari yang dirangkai indah, dengan bulu cendrawasih di tengahnya.Kemudian masyarakat desa mempelajari Caadara Ura, yaitu taktik perang Caadara. Taktik itu berupa melempar senjata, berlari, menyerbu dengan senjata, seni silat jarak dekat, dan cara menahan lemparan kayu. Nama Caadara kemudian tetap harum. Ia dikenal sebagai pahlawan dari desa itu.

KEBO IWA

Di Bali pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri. Mereka kaya, hanya saja mereka belum mempunyai anak. Suatu hari mereka pergi ke pura dan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi keturunan. Sang istri mulai mengandung dan mereka bahagia. Hingga pada waktunya lahirlah seorang bayi laki-laki yang tidak seperti bayi pada umumnya. Ketika masih bayi ia sudah bisa makan makanan orang dewasa. Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar. Karena itu ia dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau. Kebo Iwa makan dengan rakus, lama-lama habislah harta orang tuanya untuk memenuhi selera makannya. Sejak itulah segala kebutuhan makan Kebo Iwa ditanggung desa. Tapi lama-lama penduduk merasa tidak sanggup untuk menyediakan makanan. Kemudian mereka meminta Kebo Iwa untuk memasak sendiri dengan mereka yang menyediakan bahan mentahnya. Walaupun terlahir dengan tubuh besar, namun Kebo Iwa adalah seorang pemuda dengan hati yang lurus. Ia memanfaatkan kelebihannya itu, untuk membantu masyarakat Bali. Pada suatu malam ia membuat sebuah karya pahat yang sangat megah dan indah di dinding Gunung Kawi, Tampaksiring sebagai penghormatan kepada Raja Udayana yang telah berhasil mempersatukan Bali.Kebo Iwa diangkat menjadi seorang Patih oleh serang raja yang bernama Sri Astasura Bumi Banten. Dengan dukungan dari patih Kebo Iwa yang luar biasa kuat, Sri Astasura Bumi Banten menyatakan bahwa kerajaannya tidak akan mau ditundukkan oleh Kerajaan Majapahit yang berkehendak untuk menaklukkan kerajaan di Bali. Kebo Iwa dapat menahan serbuan pasukan Majapahit dengan Patih Gajah Mada yang terkenal dengan sumpah palapanya, karena kehebatannya. Gajah Mada sebagai Maha Patih Majapahitpun mengatur siasat. Ia mengundang Kebo Iwa untuk datang ke Majapahit, kemudian meminta Kebo Iwa membuatkan sumur, karena kerajaan itu kekuarangan air minum. Kebo Iwa menyanggupinya tanpa curiga. Saat di Majapahit, ia menggali sumur dan menggalinya dalam sekali. Ketika Kebo Iwa sedang bekerja di dasar sumur, Sang Patih memerintahkan pasukannya menimbuni Kebo Iwa dengan kapur. Lalu, Kebo Iwa sesak napasnya dan ia pun meninggal. Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat ditaklukkan Majapahit. Berakhirlah riwayat orang besar yang berjasa pada Pulau Bali. 5. CERITA PARABEL

Parabel Cina: Domba dan Anjing PemburuAlkisah Pada zaman Tiongkok Kuno ada seorang petani mempunyai seorang tetangga yang berprofesi sebagai pemburu dan mempunyai anjing-anjing yang galak dan kurang terlatih. Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan mengejar-ngejar domba-domba petani. Petani itu meminta tetangganya untuk menjaga anjing-anjingnya, tetapi ia tidak mau peduli. Suatu hari aning-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa kambing sehingga terluka parah.Petani itu merasa tak sabar, dan memutuskan untuk pergi ke kota untuk berkonsultasi pada seorang hakim. Hakim itu mendengarkan cerita petani itu dengan hati-hati dan berkata, "Saya bisa saja menghukumpemburu itu dan memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya. Tetapi Anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang kau inginkan, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?" Petani itu menjawab bahwa ia lebih suka mempunyai seorang teman."Baik, saya akan menawari Anda sebuah solusi yang mana Anda harusmanjaga domba-domba Anda supaya tetap aman dan ini akan membuat tetangga Anda tetap sebagai teman." Mendengar solusi pak hakim, petani itu setuju.Ketika sampai di rumah, petani itu segera melaksanakan solusi pak hakim. Dia mengambil tiga domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada tiga anak tetangganya itu, yang mana ia menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut. Untuk menjaga mainan baru anaknya, si pemburu itu mengkerangkeng anjing pemburunya. Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah menggangu domba-domba pak tani.Di samping rasa terimakasihnya kepada kedermawanan petani kepada anak-anaknya, pemburu itu sering membagi hasi buruan kepada petani.Sebagai balasannya petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya.Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi teman yang baik.Sebuah ungkapan Tiongkok Kuno mengatakan, "Cara Terbaik untukmengalahkan dan mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan dan belas kasih.

Petani yang Baik HatiDi suatu desa, hiduplah seorang petani yang sudah tua. Petani ini hidup seorang diri dan sangat miskin, pakaiannya penuh dengan tambalan dan rumahnya terbuat dari gubuk kayu. Musim dingin sudah tiba, Pak Petani tidak punya makanan , juga tidak mempunyai kayu bakar untuk menghangatkan diri, jadi hari ini Pak Petani hendak pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan. Ketika keluar dari rumah, dilihatnya ada sebutir telur tergeletak diatas tanah bersalju.Dengan hati-hati dipungutnya telur tersebut dan dibawanya ke dalam rumah. Pak Petani menyelimuti telur itu dengan kain lusuh dan meletakkannya di dalam kardus agar tetap hangat. Setelah itu dia pergi ke pasar untuk bekerja. Pak Petani membuat telur itu menjadi hangat setiap hari sampai telur itu menetas. Ternyata telur itu adalah telur Burung Camar, mungkin induknya menjatuhkannya ketika hendak pindah ke tempat yang lebih hangat. Pak Petani merawat Burung Camar kecil itu dengan penuh kasih sayang. Dia selalu membagi setiap makanan yang diperolehnya dari bekerja di pasar. Ketika harus meninggalkan Burung Camar itu sendirian, Pak Petani akan meletakkannya di dalam kardus dan menyalakan perapian agar Burung Camar tetap hangat.Hari-hari berlalu, Burung camar kecil tumbuh semakin besar. Pak Petani sadar, Burung Camar ini tidak selamanya akan tinggal bersama dirinya. Dengan berlinang air mata, Pak Petani melepaskan Burung Camar itu agar pergi ke selatan, ke tempat yang hangat.Suatu hari, Pak Petani terbaring sakit karena kedinginan, dia tidak punya uang untuk membeli obat, kayu bakar dan makanan.Toktok..tok., terdengar suara dari pintu rumah Pak Petani.Ternyata Burung Camar itu kembali, diparuhnya terdapat benih tanaman.Pak Petani heran Burung Camar itu masih mengingatnya, dibiarkannya Burung Camar itu masuk dan memberinya minum. Sambil memandang benih yang dibawa oleh burung Camar, Pak Petani bertanya-tanya benih apakah ini ? dapatkah aku menanamnya di tengah musim dingin ini ? tanyanya dalam hati. Burung Camar keluar dari rumah Pak Petani, membuat lubang di halaman rumah Pak Petani lalu menanam benih itu . Ketika hari menjelang senja Burung Camar itu pergi meninggalkan Pak Petani. Esok harinya, keajaiban terjadi, benih yang ditanam Burung Camar tumbuh menjadi Pohon lengkap dengan buahnya hanya dalam sehari !!!! Pak Petani sangat terkejut melihatnya.Karena lapar, Pak Petani memakan buah pohon itu. Ajaib, tubuhnya menjadi kuat dan dia tidak merasa sakit. Karena Keajaibannya, Pak Petani menamakan Pohon itu Pohon Dewa, karena buahnya dapat membuat Pak Petani menjadi sehat kembali.Pak Petani merawat pohon itu dengan baik. Meskipun musim dingin, pohon itu terus berbuah dan tidak menjadi kering. Pak Petani menjual buah itu dan mendapatkan banyak uang. Sekarang Pak Petani tidak lagi kedinginan dan kelaparan. Meskipun demikian , Pak Petani tetap murah hati, dia ingat bahwa apa yang diterimanya sekarang adalah buah dari ketulusannya menolong sesama makhluk hidup.