Upload
ricky-yahya
View
57
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ratu Boko
Citation preview
CERITA RAKYAT RATU BOKO
Bermula pada kisaran abad ke-17, H.J. DeGraff seorang warga negara Belanda memuat dalam
catatannya bahwa orang-orang Eropa yang datang ke tanah Jawa telah melaporkan keberadaan tempat
peninggalan sejarah purbakala, dan menerangkan telah ditemukan reruntuhan bangunan istana, yang
konon istana Prabu Boko, seorang Raja yang berasal dari Bali. Sedangkan kisah Prabu Boko juga
merupakan cerita rakyat kuno yang ada di tanah Jawa pada jaman masuknya agama Hindu. Banyak
catatan yang dibuat berkaitan dengan sejarah keberadaan situs purbakala di bukit desa Bokoharjo ini.
Dan tak kurang pula prasasti yang menjadi jejak untuk penelusuran atas riwayat berdirinya. Situs
Istana Ratu Boko, meskipun sebagian besar berupa reruntuhan dan puing, tapi daya mistis akan kisah
sejarahnya masih terasa hingga kini. Hingga masih banyak misteri di dalam reruntuhan bangunan
yang didominasi batuan tersebut yang belum selesai dirangkai kisah sejarahnya.
Alkisah pada suatu ketika, bertahtalah seorang Raja yang bernama Prabu Dewatasari di
Kraton Prambanan, namun banyak diantara rakyatnya yang menyebut juga bahwa Raja Prambanan
adalah Prabu Boko, seorang Raja yang ditakuti karena konon menurut cerita, Prabu Boko gemar
makan daging manusia. Dan ternyata, sesungguhnya Prabu Boko adalah seorang perempuan, yaitu
permaisuri Raja Prambanan yang bernama asli Prabu Prawatasari. Prabu Boko adalah perempuan
titisan raksasa yang bernama Buto Nyai, meskipun begitu, kecantikannya tidak ada yang menandingi
di wilayah Jawa Tengah kala itu. Dan karena postur badannya yang tinggi melebihi rata-rata tinggi
orang dewasa di masa itu, maka dia juga mendapat nama alias atau julukan Roro Jonggrang. Setelah
melahirkan putranya, Prabu Boko mempunyai kebiasaan memakan daging manusia. Dan karena
perbuatannya tersebut, sang Raja Prabu Dewatasari murka dan mengusir permaisurinya meninggalkan
istana. Kepergian sang permaisuri meninggalkan luka bagi Raja dan putranya yang masih bayi.
Akhirnya dibuatlah patung dari batu yang menyerupai istrinya yang kini dikenal dengan Roro
Jonggrang. Kisah yang seakan membawa kita masuk ke dalam era kejayaan cerita rakyat ini
merupakan kutipan dari cerita Mas Ngabehi Purbawidjaja dalam Serat Babad Kadhiri. Dan kaitan
kisah tersebut dengan keberadaan situs Istana Ratu Boko yang berlokasi di sebelah selatan candi
Prambanan makin menambah pesona mistis akan keberadaannya.
Sementara di perbukitan tempat berdirinya situs Istana Ratu Boko, menyisakan
sebuah legenda yang mengisahkan bahwa Ratu Boko adalah seorang Raja, dalam bahasa
Jawa berarti Raja Bangau. Dan Raja Bangau adalah ayah dari Roro Jonggrang atau Loro
Jonggrang, yang telah membuat seorang pemuda bernama Bandung Bondowoso jatuh hati
hingga tergila-gila untuk mempersuntingnya menjadi istri dengan persyaratan apapun. Dan
mungkin kisah Bandung Bondowoso yang jatuh hati dengan Roro Jonggrang ini lebih
populer hingga kini dibandingkan kisah sejarah berdirinya candi Prambanan maupun
keberadaan situs Istana Ratu Boko. Legenda pembuatan 1000 candi semalam suntuk oleh
Bandung Bondowoso hingga batas waktu saat ayam jantan berkokok, memberikan sensasi
romantisme kehidupan negeri dongeng dalam cerita rakyat yang seolah akan terus melekat
pada dinding batu-batu candi.
Pada beberapa prasasti yang ditemukan berkaitan dengan penelusuran sejarah berdirinya
Istana Ratu Boko, sedikit membuka pintu untuk kembali ke masa lampau. Pada masa Mataram Kuno
atau Mataram Hindu para penguasa wilayah mempunyai gelar Rakai yang artinya ‘penguasa di’. Pada
jaman dulu bangunan Istana Ratu Boko dibuat untuk digunakan sebagai Vihara oleh Rakai
Panangkaran penguasa pada jaman dinasti Syailendra di abad ke-VIII. Dan awalnya situs ini bernama
Ambhayagiri, yang mempunyai arti ‘bukit kedamaian’, dan disinilah tempat ini awalnya berfungsi
sebagai tempat belajar tentang hidup dan menjadi manusia seutuhnya, yang membuat orang-orang
dari berbagai negeri datang untuk belajar. Hingga ilmunyapun akhirnya sampai ke Tibet dan masih
ada hingga sekarang. Pada era berikutnya, juga berdasarkan temuan prasasti, terjadi alih fungsi
bangunan yang kemudian digunakan sebagai istana atau tempat tinggal bagi Rakai Walaing Pu
Kombayoni dan berganti nama menjadi Kraton Walaing. Kemudian masa berikutnya terjadi
percampuran pengaruh Hindu dan Budha pada bangunan Istana Ratu Boko, yakni pada abad ke-IX.
Hal tersebut disebabkan adanya perkawinan antara Rakai Pikatan yang berasal dari dinasti Sanjaya
dengan Pramudawardani putri Samaratungga Raja terakhir dari dinasti Syailendra yang menganut
ajaran Budha. Dan pada masa kekuasaannya sebagai Raja tunggal di tanah Jawa Tengah, Rakai
Pikatan membangun candi Prambanan yang berlokasi tidak jauh dari Istana Ratu Boko. Pada temuan
prasasti era berikutnya, yakni abad ke X, penguasa penerus Rakai Pikatan adalah anak bungsunya
yang bernama Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. , dan di masa Rakai Kayuwangi ini konon Istana
Ratu Boko digunakan sebagai beteng perlindungan atau lokasi persembunyian. Kisah demi kisah dari
tiap generasi dan perubahan fungsi terus menyertai keberadaan Istana Ratu Boko pada masa lalu,
hingga masa kini.
Melewati kurun waktu yang panjang, dari abad ke VIII hingga kini memasuki abad ke-XXI,
situs Istana Ratu Boko seakan mengalami ‘reinkarnasi’ atau kembali seperti fungsi awal mula
bangunan ini diciptakan. Suasana damai dari bukit yang letaknya tidak terlalu jauh dari kemajuan
kehidupan kota masih sangat bisa dirasakan hingga kini. Meskipun setiap jaman mempunyai gaya
hidup yang selalu berbeda, termasuk kondisi Istana Ratu Boko sekarang ini, tapi situs ini masih
mempunyai peran besar sebagai tempat untuk belajar, minimal bisa belajar menghargai kehebatan
bagaimana konstruksi material batuan yang besar ini bisa disusun rapi di puncak bukit di masa itu.
Fasilitas yang berkaitan dengan kekinian juga sudah mewarnai wajah situs purbakala ini. Mulai dari
restaurant dengan pemandangan dari ketinggian bukit ke arah candi Prambanan hingga aktifitas
hiking ataupun trekking bisa dilakukan di sini. Hal tersebut menjadi pelengkap atas ketersediaan paket
belajar bidang arkeologi dan sejarah di reruntuhan Istana yang di masa dulu pasti terlihat lebih megah
ini. Seakan keberadaannya akan selalu menyimpan misteri atas perubahan fungsi dari setiap
‘pergantian penguasa’ dari generasi ke generasi.
Semua kisah legenda dan catatan sejarah lewat temuan prasasti, serta perubahan dari jaman ke
jaman tersebut kian mempertegas bahwa siapapun yang hidup di era sekarang ini sebenarnya sama
jauhnya dengan misteri sejarah dibalik keindahan situs Istana Ratu Boko yang terletak di wilayah
perbukitan desa Sumberwatu (Sambirejo) dan desa Bokoharjo (Dawung) kecamatan Prambanan
Kabupaten Sleman Yogyakarta. Perbukitan Boko yang merupakan bagian dari rangkaian perbukitan
Gunung Kidul yang didominasi batuan dan pasir ini seolah masih banyak menyembunyikan kisah
besar yang pernah hidup di dalamnya. Tapi setidaknya, keberadaan lokasi situs ini tidaklah jauh dari
kehidupan masa kini, jarak dari kota Yogyakarta sekitar 18 km dan dari kota Solo kurang lebih 50 km,
sementara dari candi Prambanan berjarak sekitar 3 km, tidaklah terlalu jauh untuk tetap bisa
menikmati misteri yang ada di balik reruntuhan batu-batu yang tampak masih kokoh dan menikmati
keleluasaan untuk berimajinasi atas kehidupan serta kejayaan masa emas generasi para leluhur dahulu
kala.