Upload
lamhanh
View
265
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
1
HIKAYAT RATU DARMAWANGSA SEBUAH VERSI WAYANG MELAYU
OLEH :
I MADE SOREYANA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA 2015
i
KATA PENGANTAR
Atas Asung Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widi Wasa,tilisanyang
berjudul “ Sebuah Versi Wayang Melayu Dapat Terwujud”.
Tulisanini mengungkap Hikayat Ratu Damawangsa. Cerita ini merupakan
cerita wayang Melayu, sebagai sebuah transformasi, dari cerita Baratayuda.Sudah
pasti terjadi perubahan- perubahan baik besar maupun kecil menyangkut nama
tokoh,insiden,alur dan unsur lainnya.
Tulissn ini bisa terwujud berkat adanya bantuan berbagai pihak. Untuk itu
diucapkan terimakasih yang tulus ikhlas. Tulisan ini belum tuntas seperti
diharapkan. Segala kritik dan dansaran sangat diharapkan. Semoga tulisan ini
bermanfaat.
Denpasar, Oktober 2015 Peneliti
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Masalah ................................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
1.4 Landasan Teori ...................................................................................... 7
1.5 Metode .................................................................................................... 9
BAB II ANALISIS IKAT PERANG HIKAYAT DARMAWANGSA .......... 11
2.1 Pengertian Hikayat .................................................................................. 11
2.2 Naskah Hikayat Darmawangsa ................................................................ 13
2.3 Ringkasan Cerita .................................................................................... 14
2.4 Struktur Alur Hikayat Darmawangsa ...................................................... 23
2.5 Sistem Ikat Perang Hikayat Darmawangsa .............................................. 32
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 40
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 40
3.2 Saran – Saran ......................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra klasik (tradisional)merupakan dokumen sastra (kebudayan)
lamabangsaIndonesia yang cukup kayakarena mengandung antara lain ajaran budi
pekerti,buah pikiran, nilai-nilai pendidikan,dan nilai-ailai keagamaan.
Sastra klasik merupakan warisan rohani yang harus
diselamatkan,dipelajari,dinikmati,dan dipakai sebagai pedomandalam kehidupan kita,karena
dalam karya-karya sastraitu terkandung sesuatu yang penting dan berharga bagi
bangsaIndonesia.Sastra klasik adalah perbendaharaan pikiran dan cita-cita paranenek
moyang.Mempelajari sastraklasik itu,kita dapatmendekati dan menghayati pikiran dan cita-
cita yang dahulu kala menjadi pedoman kehidupan mereka(Robson,1978:5).
Sastra klasik Indonesia umumnya tersimpan dalam bentuk naskah yang memakai
bahasadan huruf daerah. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki dan menyimpan
naskahserta mempunyai tradisi tulis,antara lain;Jawa, Sunda,Bugis, Makasar, Melayu, dan
Aceh. Naskah-naskah tersebut umumnyatersimpan di berbagai tempat seperti museum,
perpustakaan,dan dirumah-rumah perseoangan baik yang tersimpan di dalam negeri maupun
di luar negeri. Sebagai warisan yang dipandang bernilai dan luhur, naskah klasik merupakan
sumber yang tak pernah kering, Akan tetapi naskah akan tetap menjadi barang yang tidak
berguna kalau tidak ada usaha penggaliannya dengan tekun dan rajin. Naskah klasik akan
dapat dinikmati apabila isinya sudah dipahami sebaik-baiknya(Soreyana, 1985).
Mengamati dan mempelajari sastra klasik memang tidak memberkan hasil yang
konkret. Menurut Robsoa (1978:5)sasta klasik memang tidak membawa keuntungan
material,tetapi dalam membangun negara yang insyaf akan kepribadian sendiri dan bangga
2
akan prestasinya, orang memperhatikan hal-hal yang nilainya dan gunanya lebih kekal dari
barang-barang ini. Mempelajari sastra klasik berarti kita telah ikut mengambil bagian di
dalam menunjang pelaksanaan Pembangunan Nasional yang sedang digalakkan
Pemerintah,yaitu pembanguna non fisik, khususnya di bidang kebudayaan.
Dalam karya sastralamaterkandung nial-nilai yang abadi yang eksistensinya memang
dipersiapkan dan disediakan kepada generasi mendatang. Akan tetapi tergantung kepada
generasi yang bersangkutan, apakah acuh tak acuh atau menerima sepenuhnya
(Soreyana,1985:26).
Sastra klasik dikataksn mempunyaiciri khas dan umum, yaitu statis atau atau tidak
berubah. Kestatisan atau ketidakberubahan tersebut memang tidak dapat
disangkat.Sepintaslalusastra klasik cukup terikat pada kaidah yang ketat, Hal itu dapat
diterangkan berdasarkan fungsi sastra sebagai seni masyarakat. Malahan dalam kebudayaan
yang sudah lama mempunyai tradisi tulisan, seperti misalnya Jawa Kuna,Bali, Melayu,dan
lain-lainnya, sastradiciptakan untuk dibaca,untuk dinikmati, dihayati dan dialami bersma-
sama(Teeuw,1983:7).Di Bali sampai sekarang masih dijumpai adanyatradisi semacam itu
yang disebut dengan istilah mababasan atau makakawin,yakni sekelompok orang
melakukankegiatan membaca kakawin dalam bahasa JawaKuna kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasaBali. Hal ini mendapat perhatian serius dari Pemerintah Daerah Balidiadakannya
perlombaan makakawin atau mababasan yang disebut dengan istilah UtsawaDharmaGita.
Di samping bersifat statis,sastraklasik jugabersifat stereotif, formulaik,memakai
rumusan tertentu dalam adegan atau deskripsi tertentu,Rumusan formulaik itu diulang-ulang
untuk memudahkan penghafalan dan pengenalan kepadapembaca dan pendengar.Pembaca
atau pendengartidak mengharapkan kejutan, pembaharuan,penyimpangan dan sebagainyayang
belum pernah didengarnya. Karena sastra yang merombak sistern sastra mungkin tidak diakui
sebagai sastra,karenadianggap tidak berakar pada kebudayaannya. Bentuk sastra yang paling
3
ketat syaratnya dan kaidahnya memberikan kemungkinan untuk memamerkan kreativitas si
seniman (Teeuw,1983:8).
Selain sastratertulis,Indonesiajugakayadengan sastra tidak tertulis, antaralain
sastralisan dan permainan anak-anak. Sastralisanjauh lebihtuaumurnyajikadibandingkan
dengan sastra tulis. Sebab sebelum manusia mengenal tradisi tulis, tradisi lisan merupakan
media uatuk berkomunikasi. Tradisi tulis di Indonesiadimulai sejak abad ke-13 dengan
prasasti Kuati di Kalimantan Timur dan prasasti Taruna di JawaBarat yang memakai huruf
Palawa.Huruf Palawa tersebut merupakan huruf Palawa awal (early)di Nusan.tara.Prasasti
(732)di JawaTengah adalah prasasti yang paling tua di Jawa. Prasasti Canggal ini merupakan
teks terakhir yang ditulis dengan huruf Palawa(De Casparis,dalam Sutrisno, 1983 b:98-99).
Tradisi sastratulis dan sastralisan di Indonesia sangat erat hubungannya. Kedua bentuk
sastra ini tidak hanya hidup berdampingan,tetapi sering terjadi keterpaduan atau keterjalinan
antara yang satu dengan yang lainnya. Sastra yang diturunkan dalam bentuk tulis dalam
prakteknya biasanyaberfungsi sebagai sastrayang dibacakan dan dibawakanbersama-sama;
dan sebaliknyasastralisan sering kemudian ditulis dan dijadikan sastra tulis (Teeuw,1984:280-
281). Kebiasaan ini berhubungan erat dengan ciri umum sastraIndonesia,ialah terutama sastra
lisan merupakan milik bersama(collective).Ciri-ciri ini berlaku pulabagi teks dalam naskah-
naskah yang sudah ratusan tahun tuanya(Sulastin Sutrisno,1983b:90). Penyampaian secara
lisan atau pembacaan teks-teks klasik itu adasangkut-putnya pula dengan anggapan bahwa
dengan membacakaa atau mendengarkan karya-karyayang diwariskaa turun-temurun itu
orang mendapatkan kekuatan magis. Kerap kali pulatradisi membaca bersama-sama itu
bertujuan untuk menolak bala atau mengusir pengaruh jahat.Pembacaan Hikayat Amir
Hamzah dan Hikayat Mohamad Hanafiyyah seperti disebutkan dalam sejarah Melayu
dimaksudkan untuk mempertebal keberanian seseorang melawan Portugis pada tahun 1511
(Sulastin Sutrisno,1981:18).
4
Adanyatradisi menuliskaa sastra lisan ke dalam bentuk naskah atau teks tertulis
menunjukkan kreativitas paraempu (penikmat) sastra yang sangat penting artinya karena di
samping bergunajuga menambah khazanah koleksi naskah,Tentunya tidak semuasastralisan
dapat dan sempat ditulisDi samping itu, tradisi menyalin naskah dan memperbanyak naskah
sudah mendarah daging pada diri parasastrawan zaman dulu,Naskah diperbanyak karena
orang ingin memiliki sendiri naskah itu, atau mungkin karena naskah asli sudah rusak, karena
kekhawatiran terjadi sesuatu terhadap naskah asli,dan sebagainya. Mungkin pula naskah
disalin dengan tujuan magis,ialah dengan menyalin naskah tertentu orang mendapat kekuatan
magisdari naskah disalin itu. Naskah yang dianggap penting disalin dengan berbagai tujuan,
seperti misalnya politik, agama, pendidikan, sebagainya(Sulastin Sutrisno, 1981: 14).
Akibat penyalinan berulang kali itu akhirnyabanyak naskah dengan judul yang
sama,Kandungannyamenunjukkaa berbagai variasi sesuai dengan sambutan
penyalinnya,bahkan judul pun ada kalanya diubah. Misalnya Hikayat Si Miskin menjadi
Hikayat Marakarmah dan Salasilah Negeri Kedah Darut Aman menjadi Mahawangsa
(Sulastin Sutrisno, 1983b: 96), Akibat penyalinan yang berulang kali itu tidak tertutup
kemungkiaan timbulnya berbagai kesalahan dan perubahan. Hal inidisebabkan dua faktor,
yaitu faktor kesengajaan dan faktor ketidaksengajaan (Sulastin Sutrisno, 1981:14 -
15;1983:92;Bdk.Cika, 1987:4).
Khazanah sastra Nusantarabanyak mendapat pengaruh dari sastra klasik
India.Pengaruh sastra Klasik Indiaseperti Ramayana dan Mahabarata muncul dalam
sastralamaNusantara,seperti misalnyadalam sastra Jawa Kuna:Kakawin Ramayana dan
Mahabaratayuda (Sawu,1983:25).Beberapageguritan di Bali yang disuga sebagai bentuk
transformasi dari Mahabarata, antara lain Geguritan Bharatayuda,Geguritan
Arjunawiwaha,GeguritanGatotkacasraya,Geguritan Salya, Geguritan Bimanyu, dan sejumlah
geguritan lainnya. Semuageguritan tersebut di atas didukung oleh tembang yang
5
berbedasesuai dengan selera penulis dan suasanacerita.Setiap tembang mempunyai fungsi
atau tugas tertentu yang disebut watak (Tim Pelaksana Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Nasional Bidang Bahasadan Sastra, 1973:12).
Dalam sastra klasik Melayu pun pengaruh karya-karya klasik India muncul lewat
sastraJawa(Sawu,1983:23).Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Darmawangsa, Hikayat
PandawaJaya,merupakan karya saduran atau transformasi dari BharatayudaKakawin.Hikayat
Maharaja Bomamerupakan saduran dariBomakawyayangdikarang dalam
bahasaJawaKunayang telah diteliti oleh Teeuw dalam desesertasinya Het Bomakavya(1946).
Hikayat Darmawangsa(seterusnyadisingkat HD)adalah salah satu karyasaduran dari
kakawin Bahatauda.Sebagai sebuah saduran, HD pernah diteliti oleh Made Sudianadengan
pendekatan reseptif (1987). Sebuah pembicaraan singkat diperkenalkan oleh Made
Soreyana(1985).Padakesempatan ini,diteliti sistem perang yang digunakan,yakni sebuah
aspek yaag belum mendapatkan perhatian parapakar sastra wayang.
1.2 Masalah
Sesuai dengan yang dipaparkam dalam latarbelakang di atas, maka masalah yang
dibahas dalam penelitian ini adalah mengungkapkan sistem ikat perang yang digunakan dalam
HD.
1.3 Tujuan Penelitian
6
Tujuan penelitian ini,di semping untuk meningkatkan apresiasi terhadap sastra
lamadalam usaha memperkaya khazanah perpustakaan,jugamempunyai sasaran
mendeskripsikan sistem ikat perang yang digelar pada setiap episode HD.
1.4 Landasan Teori
Penelitian ini menekankan pembahasan pasasistem ikat perang dalam HD.Namun
sebelumnyadisertakan pulastruktur alur HD dengan maksud memudahkan pemahaman
tentang struktur cerita.Di situ akan tampak kaitan unsur dan fungsi unsur lainnya.Dalam
pembahasan aspek alur,teori yang relevan digunakan adalah teori struktur terutamatentang
pengertian alur.
Alur merupakan bagian yang cukup penting dalam suatu cerita. Ada kalanya alur
sebuah ceritadapat dengan mudah diikuti dan adapulayang sulit diikuti.Alue menurut Forster
adalah urutan kejadian berdasarkan hubungan sebab akibat. Disebutkan pulabahwa alur
mengandung intelegehsiadan memori seorang pengarang.Dengan demikian untuk mengikuti
alur orang dituntut dayaingatan sertadayapikir ysng sebaik-baiknya dalam Soreyana,1967: 46-
47).
Jiwa Atmaja mengatakan bahwa alur adalah sesuatu yang diikuti oleh pengarang
novel,Novelis dihadapkan padasuatu kenyataan,padasuatu kemungkinan untuk
mengungkapkan sesuatu yang seharusnyadiungkapkan dengan berbagai cara,ladipaksakan
mengikuti plot oleh sejumlah persoalan subjektif sebagai kesan yang diterima,perasaan-
perasaan tentang pengalaman, memoar,bahkan penyimpangan-penyimpangan obsersasi
sehari-hari, observasi intuitif, serta hal-hal lain yang menyertai penyusunan sebuah novel
(1986: 46),
Disebutkan pulabahwaapabila plot merupakan suatu cerita, maka ceritabertalian
dengan aksi.Aksi seharusnyasampai pada suatu batas akhir,bukan sajauntuk diramalkan oleh
7
pembaca,namun jugaharus sampai padabatas akhirtersebut; karena tanda-tanda ke arah itu
telah adasejak semuladan aksi tersebut ditunjukkan oleh tokoh cerita(Bowen viaJiwa Atmaja,
1986:46), Achadiati Ikram (via Soreyana,1937:46)memyatakan bahwa alur adalah hubungan
sebab akibat yang adaantara peristiwa –peristiwadalam cerita. Adaceritayang peristiwa -
peristiwanya hanyadikisahkan berturut-turut menurut urutan waktu tanpa adanyasebab
akibat.Dalam hal ini peristiwa-peristiwa itu belum berfungsi dalam alur. Hubungan kausal
dalam alur ini dapat berurutan secara langsung,dapat disisipi oleh kejadian lain,bahkan sisipan
itu dapat berupaceritasendiri. Dengan demikian plot berfungsi sebagai alat yang menguji
ketangguhan logikainsiden.Iatumbuh secaratiba-tibaditengahcerita, namun harus diketahui
duduk perkaranya,digali proses sebab akibataya.Plot akhirnya akan menjadi tumpuan
kesimpulan ide-ide(tendens,amanat),sementaratendens ini menjadi bagian dari
tema(Sukada,1982:24). Plot semestinyaberfungsi menggerakmajukannovel
padaobjeknya(Jiwa Atmaja, 1986:47).
Pengertian plot yang tidak jauh berbeda,jugadikemukakan oleh Retnaningsih
(1983:21)yang menyatakan bahwa plot adalah suatu rentetan kejadian yang berhubungan
antara yang satu dengan yang lainnyayang dapat menimbulkan sebab akibat. Dari pokok
cerita atau tematerasa sekali adanyabenang halus yang menghubungkan dan mengikattiap-
tiapkejadian dan setiap kejadian saling berhubungan,sehinggaseluruh cerita merupakaa suatu
kesatuaa yang tak dapat dipisah-pisahkan.
Selanjutnya Mochtar Lubis(dalam Tarigan,1984:123) menyatakan bahwadari segi
geraknya,plot(alur)terdiri atas : (a)situation (mulai melukiskan
keadaan);(b)generatingcircumtance(peristiwa-peristiwamulai bergerak); (c)rising
action(keadaan mulai memucak);(d)climaks mencapaititik
puncak);dan(e)denoument(peayelesaian).
8
Dari beberapa pengertian tentang alur di atas,maka dapat disinpulkan bahwa alur
adalah semuarangkaian peristiwa yang terdapat dalam ceritayang disusun sedemikiaa
rupasehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.Struktur plot sastra tradisional
umumnyadimulai dari peristiwayang paling sederhana (permulaan) kemudian berkembang ke
tingkat yang lebih rumit, mencapai puncak klimaks.
Yang dimaksud ikat perang dalam studi ini adalah cara menyusun pasukan perang
(Poerwadarminta, 1986:371). Dengan demikian perang berarti susunan pasukan perang yang
mengikuti suatu pedoman tertentu. Pengertian inilah yang dipakai untuk mengungkapkan ikat
perang yang ada.
1.5 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut:(1)melacak teka yang dijadikan sumber kajian,(2)mencari publikasi
yang gayut dengan penelitian,(3)mengadakan klasifikasi dan seleksi datapenelitian.
Data yang telah diseleksi dianalisis berdasarkan teori diterapkan denganteknik kerja
analitik-sintetik.
9
BAB II
ANALISISIKAT PERANG
HIKAYAT DARMAWANGSA
2.1 Pengertian Hikayat
Kata ikayat berasal dari bahasa Arab yaitu hakaa( ) yang berarti‘bercerita’,
sekedangkan hikayat, hikayatun ( )artinya'cerita’(narrative, story,tale) (Hava,
1951:136).Dalam Kamus Umum; BahasaIndonesia susunanPoerwadarminta (1982:
356)disebutkan bahwa hikayat adalahcerita lama dalam bentuk prosa. Dengan menyimpulkan
pendapat Wilkinson, Sulastin mengatakan bahwaberbagai ceritadapat disebut hikayat, tetapi
tidak tepat kalau hikayat secaraetimologi diartikan memoir berlawanan dengan
riwayat(narrative) (Sulatin Sutrisno, 1983a:69-70).
Kata hikayat kadang kaladipakai bersama-samadengan kata cerita seperti terdapat pada
pembukaan Hikayat Andekan Penurat,sebagaimana kutipan berikut.
Inilahsuatu Ikayat cerita Jawadipindahkan kepada bahasa Melayu yang...“ (Robson,1969:21).
Dalam HP katahikayat jugadipakai berurutan dengan kata cerita,seperti tampak
padakutipanberikut.
“Sahibul hikayat ceritazaman dahulu kaladaripada sangat menganggung percintaan dan berahi yang tiada berkeseputusan ...“(Van de Wall,T.th.:1).
Berdasarkan sifatnyasebagai hasil sastra,hikayat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. hikayat termasuk sastratulis dengan huruf Jawi 2. sebagai sastratulis hikayat sudah berkembang secaraluas bersamaan dengan sastraMelayu
sekitar tanun 1500; 3. hikayat adalahkarya sastra Melayu klasik; 4. sebagai karya klasik hikayat aninim; 5. hikayat ditulis dalam bentuk prosa; 6. hikayat adalah fiksi,dalam arti dibacaoleh pembaca Melayu dan modern sebagai
duniadalam kata-kata tanpa hubungan langsung dengan dunia luar,dunia nyata; 7. akibat berulang kali disalin dengan berbagai tujuan dan karenatradisi teks yang kurang
diikat,maka teks mengalami bermacam-macam perubahan,terutama oleh para penyalin
10
yang merasabebas untuk membuat teks sesempurnamungkin menurut kehendaknya (Sulastin Sutrisno,1983a:75-76).
Si lain pihak hikayat mempunyai empatciri pokok struktur yang universal,yaitu:
1. adanyatokoh pusat yang dikelilingi oleh tokoh-tokoh sampingan yang keseluruhannya mewakili sejumlah kelompok tertentu;
2. dalam segalasituasi tokoh pusat selalu menonjol dalam hal kebaikan dan keunggulan; 3. perlawanan terus-menerus antaraduapihak,yaitu pihak yang baik yang hendak
menatapkan/memantapkan kembali keserasian hukum alam semestayang terancam oleh pihak yang jahat;
4. perlawanan antara kebaikan dan kejahatan mengakibatkan peperangan stereotis yang tak henti-hentinya Brakel dalam Sulastin Sutrisno,1983a:79).
Soetarno (1982:50)memberikan batasan pengertian hikayat yaitu ceritakunasejenis
roman dalam bahasaMelayu yang penuh dengan khayal.Isinyamenceritakan kehidupan putra
raja yamh gagah perkasasertaputri yang cantik molek.Biasanya dimulai dari nenek moyang
merekayang berasaldari Kahyangan. Namun adakalanyahikayat menceritakan seorang hamba,
seperti dalam Hikayat HangTuah.Hikayat padaumumnya berbentuk prosayang berfungsi
selain sebagai hiburan juga memberikan sesuatu yang dibutuhkan,yang sering terlepas dari
pengamatan sehari-hari.(Suharianto,1982:18). Secaralebih rinci Sulastin Sutrisno menyebut
fungsi hikayat adalah (1)untuk menumbuhkan jiwa kepahlawanan,(2) bersifat didaktis,(3)
sebagai hiburan,sekedar untuk menyenangkan hati atau dengantujuantertentu,dan (4)untuk
mengabadikan segala kejadian yang dialami oleh pararaja (1983a:83).
Adapun tujuan orang menulis hikayat adalah seperti apa yang dikutip oleh Sulastin
Sutrisno (1982: 213) dari kalimat pendahuluan Sejarah Melayu, antara lain :
1. untuk mencatat segala peristiwa; 2. untuk mencatat adat istiadat 3. untuk mencatat peraturan segala raja; 4. agar ceritayang ditulis sampai kepada anak cucu; 5. agar anak cucu dapat belajar dari peristiwamasa nenek moyangnya,
2.2 Naskah Hikayat Darmawangsa
11
Naskah HD adadisebutkan dalam Kaatalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat
Jakarta dan Catalogusder MalaischeHandscriften in het Musem van het Bataviasch
GenootschapKunsten en Wetenschpppen (dalam Soreyana, 1985:28-29).
Penelitian ini menggunakan naskah koleksi Van de Wall, nomor 143,tebal 57 halamn
dengan ukuran kertas panjang 31,5 cm dan lebar 20 cm.Setiap halaman terdiri atas 21
baris,kecuali halaman pertamadan halaman kedua berisi sembilan baris.Halaman terakhir
berisi 12 baris.Mulai baris ke delapan sampai baris keduabelas semakin kecil sehingga
bentuknya menyerupai kerucut yang terbalik.Naskan HDbertuliskan tangan dengan
menggunakau huruf Jawi dan berbahasa Melayu. Tulisannya sangat baik dan jelas untuk
dibaca. Tidak terdapat tulisan yang bervariasi,tulisan sejenis.
Pada bagian awal HDterdapat interne evidentie yang menyebutkan,“...diatur oleh
segalajauhari dipindahkan dari bahasa Jawakepadabahasa Melayu”(HD,hal.1.baris 3-4 d.a.).
Kemungkinan besar yang dimaksudkan bahasa Jawatersebut adalah bahasaJawa
Kuna,mengingat pengaruh sastraJawa ke luar Jawa(Melayu dan Bali)terjadi pada zaman sastra
Jawa Kuna,sekitar abad ke-14-15. Demikian jugadengan memperhatikan hikayat yang lain
yang seversi dengan HDyang tidak mungkin mendapat pengaruhdari sastra Jawa Modern.
Naskah HD ini telah ditransliterasi oleh I Made Soreyana. Naskah inilah yang
selanjutnyadipakai sebagal landasan analisis.Pada priasipnya peneliti membedakan pengertian
teks dan naskah.Teks yang dimaksud di sini ialah kandungan atau muatan naskah yang sifat
lebih cenderung abstrak,sedangkan naskah ialah wujud dariteks,yaitu semua bahan yang
ditulis dengan tangan (Sulastin Sutrisno,1983b:87).
Melihat pengertian hikayat diatas,maka HD telah memenuhi kriteriapengertian
hikayat,yaitu HD adalah cerita berbentuk prosa,melukiskan peperangan antara pihak baik dan
jahat sertaanonim.
12
2.3 Ringkasan Cerita
Untuk memudahkan pemahaman terhadap cerita HD makaringkasan ceritadisusun
berdasarkan bagian-bagian yang merupakan satu kesatuan episode.Dengan
carademikian,diharapkan dapat memudahkan dalam melakukan analisis.
1) Kresna sebagai utusan Pandawakenegeri Astinapura
Dalam suatu musyawarah yang diadakan oleh Pandawa yang dihadiri pulaoleh Batara
Kresnadan Maharaja Mancapati, Demang serta Tumenggung,disepakati untuk mengutus
Batara Kresnasebagai duta ke Astinapati gunamenagih janji kepada Maharaja
Duryadana,Kresnaberangkat dengan diiringi oleh beberapa rakyat. Setibanyadi
Astinapati,Kresnabertemu dengan empat begawan,rajaBrestarata,dan AryaWidura, Kresna
jugamengunjungi Dewi Kunti.Pertemuan ini membuat Dewi Kunti menjadi senang sekaligus
sedih,karena Pandawa tidak ikut serta dengan Kresna.
Mengetahui maksud kedatangan Kresnaitu,Duryadanamemanggil Patih
Sengkuni,Dursasana,dan Karna.Ketigaorang ini tidak pernah dilewatkan dalam setiap
pembicaraan.Duryadana tidak mau memberikan sebagian negeri Astina,apalagi mendapat
dukungan dari Karna.Menurut Karna,jika nwgeri Astinadiberikan,makaterhukumlah
Duryadana dan Karna sanggup menghadapi Pandawadalam perang nanti.
Mendengar perkataan Karna seperti itu,Kresna marah dan mengembalikan dirinya
menjadi Dewa MahaBisnu yang dapat menghancurkan dunia. Keempat bagawan turun
membujuk Kresna. Akhirnya Kresnaberpamitan kepada Dewi Kunti dan kembali
Angmertawangsadengan tangan hampa.
2) Persiapan Perang
13
Setibanyadi Angmertawangsa,Kresnamenceritakan segala peristiwa yang
dialaminya,sehinggamembuat paraPandawa marah dan nempersiapkan segalaperalatan
perang.Atas petunjuk Kresna, Raden Setadiangkatsebagai panglimaperang.
3) Bisma sebagai panglima perang di pihak Korawa
Mendengar Pandawasudah beradadi luar kota,makaDuryadana menanggil Patih
Sengkuni untuk mempersiapkan segalanya. Merekakeluar dengan segala rakyat dan lengkap
dengan peralatan perang.Bismadipilih sebagai panglima perang oleh
Duryadana.Bismamemakai siasat perang yang disebut Ukir Bisma,artinyagunung di tengah
laut.Dalam perang pertama ini Raden Utaradibunuh oleh Raden Rukma anak angkat
MaharajaSalya.
MelihatRaden Utaratewas,Raden Setamengamuk sekuat tenaga.Kemudian tampillah
Raden Karna.Melihat Karnamenyerang, maka Gatotkaca,Abimanyu,dan Asta jumenaikut
mengamuk. Perang pun semakin dahsyat,Bisma,Drono,dan Maharaja Wahatanala tampil dan
menyerang Seta. Namun dari pihak Pandawa: Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa membantu
Raden Seta. Tetapi akhirnya Raden Seta dapat dibunuh oleh Resi Bisma. Hari pun mulai
malam.Para Pandawa diliputi oleh kesedihan. Pada malam itujuga dilakukan pembakaran dan
pembuangan abu Raden Seta,Utara,dan Wrasangka ke laut.
4) Raden Astajumenasebagai panglima perang Pandawadan gugurnya Bagawan Bisma di
tangan Srikandi
Setelah Raden Setaterbunuh,BataraKresna mengangkat Raden Astajumena menjadi
panglima perang,Kresnamenggunakan siasat perang yang disebut KaranaBayu. Setelah
diketahui siasat perang Pandawa,Bagawan Bismamengikuti siasat perang Pandawa itu dengan
menempatkan Patih Sengkunipanglima perang. Bagawan Bismatampil dengan gagah seorang
diri. Tiada seorang pun yang dapat menahan serangannya. Arjuna mencobamenahan serangan
14
Bisma,tetapi juga tidak kuasa menandingi. Melihat ini, Kresna pun ikut menandinginya.
Ketika Kresna hendak melemparkan cakranya, lengan cekatan Arjuna menghalangi.
Disadari bahwa Bagawan Bismatidak dapat dikalahkan oleh lelaki,namun dapat
dikalahkan oleh seorang wanita,Kresnamencari Srikandi.Dengan bantuan Arjuna,Srikandi
dapat aembunuh Begawan Bisma. Melihat Bagawan Bismagugur, Darmawangsasegera
meletakkan senjatadan bersama-sama adiknyamenghadap Bagawan Bisma.Demikian juga
Korawa.
5) Danghyang Drona sebagai panglima perang Korawa dan gugurnya Abimanyu
Setelah Bagawan Bismaterbunuh,Duryadanameminta Danghyang Drona sebagai
panglimaperang.Ketikapenobatan berlangsung, saat itu terjadi hujan darah yang merupakan
kekalahan adadi pihak Korawa.
Drona menggunakan siasat perang yang disebut Beram Seta yang artinyagajah yang
meta.Melihat siasat perang Drona,Kresnajuga membuat siasat perang.Dalam perang ini
Arjuna berhasil membunuh Bagadanta,Duryadanasangat sedih atas kematian adiknya itu.
Melihat peristiwaitu,Dronamembuattipuan dengan menantang Arjuna dan Bima di luar
medan. Tipuan ini berhasil dengan baik. Drona menyerang dengan memakai siasat perang
Cakrabayu. Darmawangsa pun segera menyusun siasat perang dengan menempatkan
Bimanyu sebagai panglima perang.Bimanyu berhasil membunuh Raden Laksmana Kumara.
Akan tetapi malang bagi Abimanyu, karena iadibunuh beramai-ramai oleh pasukan Korawa.
Darmawangsahendak membantu tetapi iadihalangi oleh Jayadrata, Arjunabersumpah hendak
belajikatidak dapat membunuh Jayadrataesok hari.Mendengar perkataan Arjuna,
Jayadratatakut dan kembali ke negerinya,tetapi dihalangi Drona.Sedang di pihakPandawa
kesedihan dantangistidak henti-hentinya menangisi kematian Bimanyu. Siti Sundari,
melakukan bela.
15
6) Dewi Srikandi dan Raden Astajumena sebagai panglima perang Pandawa, Gatotkaca
dibunuh Karna, dan Drona dibunuh Astajumena.
Peperangan yang berlarut-larut semakin hebat dan sengit.Rakyat kedua belah pihak
telah banyak mati. Raden Sancaki berhadapan dengan Burisrawa. Sancaki hampir saja dapat
dibunuh oleh Burisrswa,tetapi atas petunjuk Kresna, Arjuna memanah tangan
Burisrawasehinggaia bisalepas dan kesempatan itu digunakan dengan baik. Sancaki
membunuh Burisrawa dengan senjatanyayang bernama Buriraksa.
Arjuna mengeluh karenasampai sekarang menjelang malam, ia belum m berhasil
membunuh Jayadrata.Mendengar ini,Kresna kemudian menutup matahari dengan
cakranya,sehinggahari kelihatan malam. Para Korawabersorak dan mengejek Arjunauntuk
terjun ke dalam api.Pada saat itu, Kresna membuat kilat dan Arjuna segera memanah
Jayadrata,Jayadratapun tewas.
Duryadana menyalahkan Drona atas kematian Jayadrata, sehingga Drona marah dan
tidak sanggup menghadapi Arjuna di samping memang Arjunasangat dikasihi dewa-
dewa.Duryadana menyuruh Karna menghadapi Arjuna. Kresna yang memang
telahmengetahui kelemahan Karna,menyuruh Gatotkacamenghadapi Karna. Melihat kelakuaa
Gatotkaca yang menjengkelkan,Karna melepaskan senjata Kontanya.Tidak pelak lagi
Gatotkacatewas di tangan Karna. Arimbi melakukan bela dengan menceburkan diri ke dalam
api.
KarenaDronasangat sakti,Kresnamembuattipuan dengan menyuruh Arjuna
mengucapkan Bangbang Sutama Mati. Arjuna tidak mau berdusta kepadagurunya.Tetapi tiba-
tiba Bima dapat membunuh seekor gajah yang bernama Sutama,kemudian berteriak
mengatakan Sutama mati yang selanjutnya diikuti oleh Pandawa lainnya. Mendengar ucapan
itu, Drona lemas jatuh pingsan. Astajumena memaafaatkan kesempatan itu untuk membunuh
Drona dengan sebilah keris yang bernama Candarasa.
16
Karena kematian ayahnya, Sutama mengamuk. Namun dapat dihalangi oleh Bima dan
Arjuna. Sutama pun mundur dari medan pertempuran.
7) Raden Karna menjadi panglima perang Korawa
Setelah Drona mati,Duryadanamerasa sulit memilih panglima perang. Namun akhirnya
ia ingat akan janji Karna ketika Kresna menagihsetengah kerajaan Astina. Korawa sepakat
menobatkan Karna sebagai panglima perang. Di lain pihak para Pandawaberkeliling mencari
mayat Danghyaag Drona.Setelah ditemukan, mayat Drona dipindahkan dan dibawa dekat
mayat Bisma. Pandawa memberi hormat dan menyembah mayat Dronadan Bisma.
Merekamerasaberdosatelah meabunuh paraguru mereka. Bisma (yang belum mati)memberi
nasihat dan mengatakan bahwa Pandawa tidak bersalah.
Setelah mengetahui bahwasais Arjunaadalah Kresna,maka Karna meminta kepada
Salya agar berkenan menjadi saisnya. Salya marah, namun karena permintaan Duryadana
pula, pada akhirnya Salya menerima tugas tersebut dengan syarat Karna harus menuruti
perintah Salya.Karna pun setuju.
Karna menggunakan siasat perang yang disebut Amuk Angin sedangkan
Arjunamenggunakaa siasat Bulan Sehari.Karna sesumbar akan membinasakan para
Pandawa.Ini membuat Salya berkenan di hati dan memperingatkan Karna.Tak terlukiskanb
perang yang terjadi.Rakyat keduabelah pihak berguguran. Dalam pertempuran ini,Sancaki
berhasil membunuh Sukrasana dan Bimamembunuh Dursasana.Menyaksikan peristiwaitu,
Salya mengejek Karna.
Perang tanding Arjuna melawan Karnaberlangsung dengan masing-masing
mengeluarkan kesaktian.Ketika Karnamengeluarkan senjatayang paling ampuh,Salyamemberi
isyarat kepadaKresna.Kresnamengerti isyarat tersebut.KetikaKarna hendak memanah
Arjuna,Salyamengatakan panah Karnaterlalu tinggi.Ucapan Salyaitu sangat
keras,sehinggadidengar Kresna.Kresna mengerti arti ucapan Salyaitu dan segera merendahkan
17
kereta.Yang terlalu tinggi bukanlah panah tetapi kereta Kresna.Dengan demikian,panah yang
di Karnapun hanyamengenai gaung keretanya.Dengan cepat dan mantap Arjunamelepaskan
anak panahnya. Putuslahleher Karna terkena anak panah Arjuna.
8) Salyasebagai panglimaperang
ArtinyaRaden Karnamerupakan pertandakekalahan Korawa sudah diambang
pintu.Duryadanasangat sedih.laingin matidengan saudara-saudaranya. Atas petunjuk
Sengkuni, Duryadana memohon kepadaSalyaagar berkenan menjadi panglima perang.
Salyamenerimapermohonan itu,tetapi iajugamerasa sedihkarena
Pandawaadalahkemenakannyasendiri.Dengan diangkatnya Salyasebagai panglima
perang,Bangbang Utama mengundurkan diri dan bertapa ke hutan.
Mendengar Prabu Salyasebagai panglima perang,Pandawa bingung
karenaharusberhadapan dengan uwanya sendiri.Kresnamengutus Nakuladan
Sadewamenghadap Salya.Nakuladan Sadewamenyembah dan mencium kaki Prabu Salya
sambil menangis. Salyasangatterkejut kemenakannyadatang.Di sinilah menuturkan isi
hatinyayang sebenarnya.Laberpesan bahwa hanyaDarmawangsalah yang dapat membunuh
dirinya.Bila perang nanti Salyatelah mengeluarkan senjataCandraBerawa, hendaknya
Darmawangsamengeluarkan senjata pustaka Kalimasada yang dapat membunuh Salya.
Sepulang NakuladanSadewa,Satyawati menjadi amat sedih dan ingin bunuh diri
karenasuaminya menyerahkan hidupnya kepadaPandawa.Salyamembujuk istrinyadan
memberikan bahwa itu hanyaolok-olok.
Dalam peperangan esoknya,Salyadibunuh oleh Darmawangsa.Bima bertemu dengan
Patih Sengkuni dan Sengkuni pun dibunuh oleh Bima.Sedangkan Duryadana melarikan diri
ke hutan dan bersembunyi di sungai Mahadara. Pandawa pun mengamuk.Mendengar
kematian Salya,Dewi Satyawati melakukan belamembunuh diri dengan keris dan diikuti oleh
seorang dayangnya.
18
Setelah mengetahui tempat persembunyian Duryadana, Pandawa segera
membuntutinya. Terjadilah perang tanding Bima melawan Duryadana, Maharaja Baladewa
yang sedang bertapa diberitahukan oleh Bagawan Narada.la pun segeraberangkat ke tempat
peperangan itu.Baladewamelarang merekamemukul di bawah pusar. Perang ini berjalan
dengan seru dan cukup lama. Kresnamemberi isyarat kepada Bima agar memukul paha
Duryadana. Bima pun mengikuti isyarat Kresna. Duryadana roboh setelah pahanya digada
oleh Bima, kemudian ia melampiaskan dendamnya dan memakai Duryadana.Baladewa marah
melihat kelakuan Bima dan hendak membunuhnya.Namun Kresna segera menghalangi.
Baladewa diantar pulang oleh Sancaki.Beberapa kali memukul Duryadana,namun jugatidak
mati.Darmawangsa dan Kresnamenyuruh Bimakembali.ParaIndraberkatakepada Duryadana
bahwaiatidak akan mati jikabelum dapat mengerat Pandawa.Kresnaterkejut mendengar
perkataan Indraitu. Kresna pun kemudian mengajakPandawa pergi berburu.
9) Sutama mengamuk dan terbunuhnya Astajumena, Srikandi,dan Raden Pancawala
Mendengar keadaan Duryadana di hutan,Sutamasegera menghadapnya dan
mengatakan sanggup membunuh Pandawa.la kemudiaanmengamuk ke dalam perkemahan
Pandawa.la berhasil membunuh Astajumenan,Srikandi,dan Pancawala.Kepala
Pancawaladikeratnya kemudian dibawa kepadaDuryadana, kemudian dimamahnya.
Beberapa hari kemudian Duryadana pun mati.Bangbang Sutama kembali bertapa.
SekembalinyaparaPandawadari berburu,didapatinya para istri Pandawadiliputi oleh
kesedihan karenakematian anak-anak Pandawa.Pengejaran terhadap Sutamasegera dilakukan.
Sutamaakhirnyadibunuh oleh Bima.Setelah Sutamamati, Pandawa menang perang dan
mendapatkan kerajaan Astina.
10) MaharajaDarmawangsa kembali ke Angmertawangsa
Beritatentang hidupnya Patih Sengkuni di hutan Imaguna yang ingin merebut kembali
negeri Astinadiketahui oleh Kresnakemudian Darmawangsa mendesak Perjanauntuk
19
menghadapi Sengkuni.Dalam perang ini Sengkuni berhasil mengelabui Perjana, karena ia
mengubah dirinya menjadi gunung. Perjana kembali menghadap Darmawangsadan
Kresna.Akhirnya Sengkuni berhasil dibunuh oleh Sadewa.
Padasuatu hari Darmawangsamelakukan samadi.Dalam samadinya itu ia melihat
ayahnya dan menyuruh Pandawa kembali ke Angmertawangsa karena itulah negeri
paraleluhur mereka. Demikian juga Sri Kresnabermimpi bertemu dengan BataraGuru
:Indrabahwa mereka menyuruh Pandawa kembali ke Angmertawangsa. Kemudian Pandawa
kembali ke Angmertawangsadan Darmawangsa dinobatkan menjadi raja agung yang adildan
bijaksana.
2.4 Struktur Alur HD
Pembicaraan alur HD dapat diterangkan berdasarkan episode cerita.
1) Episode Kresnasebagai utusan Paadawa ke Astinapura
Alur HD dimulai dengan rapat untuk memilih utusan ke Astina oleh Pandawa.Dalam
rapat itu disepakati memilih Kresna.Kresna pun berangkat diiringi oleh rakyat. Setibanyadi
Astina, iabertemu dengan empat bagwan.Setelah itu Kresna mengunjungi
AryaDustarata.Duryadanamendengar kedatangan Kresna kemudian menyuruh
saudaranyaberkumpul dan memerintahkan untuk mengelukan Kresna.Duryadana kemudian
menjamu Kresna dengan makanan dan minuman,tetapi Kresnamenolaknya, kemudian
mengunjungi AryaWiduradan Dewi Kunti(hlm. 1-4)lnsiden ini merupakan pengenalan
terhadap situasi sebagai awal peristiwayang mengakibatkan terjadinya ketegangan berikutnya.
Duryadana kemudian merundingkan misi Kresnadengan Dursasana, Karna,dan Petih
Seagkuni. Ketigaoraag ini tidak pernah dilewatkan dalam setiap perabicaraan.Karnatidak
menginginkan setengah kerajaan diberikan kepadaPandawa.Menurut Karna jika diberikan
maka terhukumlah Duryadanaoleh Pandawa. Karna sanggup menghadapi Arjuna dalam
20
perang nanti,demikian jugaDursasanasanggup menghadapi Bima,Patih Sengkuni menghadapi
Darmawangsa.
Dalam rapat di balai Ruang Kresnamenyampaikan maksud kedatangannya.Mendengar
kataKresna,Duryadanatidak menyahut. Karna mengulangi kata-katanyaketika laberunding.
Mendengar kata Karnademikian,Kresnamarah dan mengubah wujudnya menjadi
DewaMahaBisnu dalam bentuk yang sangat menakutkan. Keajaiban alam pun
terjadi.Duryadanadan paraKorawa lainnya lari ketakutan. Keempat bagawan membujuk
Kresna dan menaburinyadengan bunga rampai emas agar tidak menghancurkan dunia ini.
Kresnakemudian kembali ke wujud semula dan pamit kepadaDewi Kunti dengan kegagalan
(hlm. 4-6). Dalam episode ini disisipkan tentang kecantikan Dewi Banuwati, istri Duryadana
dan keindahaa keratonnya.Dilihat dari segi struktur alur,bagian ini (episode)sudah melukiskan
peristiwa-peristiwamulai bergerak menuju ke tahapan yang lebih rumit.
2) Episode Persiapan Peraag
Kresna kembali ke Angmertawangsa dengan kegagalan. Setibanya di
Angmertawsngsa,ia menceritakan segala peristiwa yang dialaminya. Setelah mendeagar
kataKresna,para Pandawa marah mendengar kata Maharaja Duryadana. Kresnaa pun
menyampaikan pesan Dewi Kunti agar Pandawa merebut negeri melalui perang. Dalam
episode ini dilukiskan jugainsiden iring-iringan perang Pandawa (hlm.7-9).Dengan adanya
insiden iringan perang Pandawa,keadaan sudah mulai memuncak. Perang pun tidak dapat
dielakkan lagi.
3) Episode perang besar Pandawa melawan Korawa
Dalam episode ini konflik keduabelah pihak sudah tidak dapat dihindarkan
lagi,sehingga peranglah yang akan menyelesaikannya. Duryadanayang telah mendengar
kehadiran pasukan perang Pandawadi luar kota Astina,memanggil Sang Dursasana, Karna,dan
Patih Sengkuni uatuk menyiapkan pasukan perang dan keluar menuju medan perang serta
21
membuat perkemahan. Bertemunyadua kelompok pasukan perang yang
bermusuhan,bayangan perang dan akibat yang akan ditimbulkannya tampak semakin nyata.
Mereka siap mengadu kesaktian untuk mempertahankan prinsipnya masing-masing.Dilihat
dari alur insiden ini telah bergerak menuju klimaks cerita(hlm,10-11).
Dalam perang awal ini,Raden Setatampil sebagai panglima perang di pihak Pandawa.
Iaterpilih berdasarkan petunjuk Kresna. Di pihak Korawa,Duryadanamengangkat Bagawan
Bisma sebagai panglima perang. Perang pun berkecamuk.Banyak korban yang berjatunan
baik dari pinak Pandawa maupun di pihak Korawa.Dalam awal perang besar ini Raden
Utaradibunuh oleh Raden Rukma,sedangkan Setamati dibunuh oleh Bisma. Insiden ini
berakhir dengan pembuangan abu Raden Seta, Raden Utara dan Raden Wrasangka ke
laut(hlm.11-14).
Astajumena tampil menandingi Bisma,tetapi iatidak mampu menghadapi bagawan
yang sakti itu.Demikian juga Arjuna mencobamelawannya.Menyaksikan kejadian
ini,Kresnamencoba ikut menghadapi Bisma,tetapi ketikaiahendak membidikkan
cakranya,Arjunamenghalangi dan mengatakan bahwaBisma tidak dapat dibunuh oleh laki-
laki,hanyaperempuanlah yang mampu membuhuhnya.Kresnasegera mencari Srikandi. Dengan
bantuan Arjuna, Srikandi menghadspi Bisma.Srikandi memanahBisma kemudian diikuti oleh
Arjuna,Bismapun gugur.Melihat Bisma roboh. Darmawangsamenangisdan menyembah
Bisma, kemudian diikuti oleh adik-adiknya. Ini dilakukan karena menghormati gurunya
walaupun gurunyaberadadi pihak lawan. Demikianjugatak ketinggalan MaharajaDuryadana.
Ia menangisi Bisma(hlm.14-17). Paddawa kemudian memindahkan Bisma kebawah pohon
beringin di tengah medan perang itu. Dalam insiden ini Bisma menasihati mereka agar
berdamai.
Duryadanakemudian mengangkat Dronasebagai panglima perang. Dalam perang yang
dipimpin Drona,Arjuna nyaris mati ditikam Bagadanta.Kresnamengobati Arjunadengan
22
kembang wijayakusuma.Arjunakemudian berhasil membunuh Bagadanta. Duryadana sangat
sedih atas kematian adiknyadan mulai putus asa. Namun Drono segeramenghiburnya dan
mengatakan sanggup menghadapi Bimadan Arjuna(hlm. 17-19), karena Bima dan
Arjunamerupakan kunci kekuatan Pandawa.Selanjutnya Dronamembuat siasat dengan
memisahkan Bimadan Arjuna dari Pandawa.Dalam perang selanjutnya, Bamanyu dapat
membunuh LaksmanaKumara,sedangkan Bimanyu kemudian dibunuh beramai-ramai oleh
Korawa. Dalam inseden ini dilukiskan keadaan mayat Bimanyu yang sangat
menyedihkan.ParaPandawa sangat sedih karena kehilangan putranyaterutama Bimanyu Siti
Sundari dan Dewi Utari.Setelah bertangis-tangisan, Sundari melakukan bela atas kematian
suaminya(hlm. 20-24). Arjunabersumpah hendak melakukan belajikatidak dapat membunuh
Jayadrata esok harinya. Mendengarsumpah ini Jayadrata takut dan hendak pulang,namun
dihalangi oleh Drona dan mengatakan bahwa kalau memaag waktunyasudah mati,di manapun
beradatentu akan mati. Peperangan yang berlarut-larut semakin sengit dan panas. Rakyat
keduabelahpihak tak terhitung lagi yang mati. Dalam perang ini, Sancaki berhasil membunuh
Burisrawa, sedangkan Jayadratayang ditunggu-tunggu Arjuna putus lehernya dipanah
Arjuna(hlm.24-26).
Kekalahan yang berturut-turut mengakibatkan terjadinya ketegangan di kubu
Korawa.Duryadanamenyalahkaa Drona yang melarang Jayadratakembali ke
negerinya.Sebaliknya Dronapun marah dan mengatakan tidak sanggup menghadapi Arjuna
karena iadikasihi oleh paradewa. Duryadanamenyuruh Gatotkaca menghadapi
Karna.Gatotkaca mengamuk sejadi-jadinya.Banyaklah rakyat Korawa yang dibunuhnya.
Karna merasa heran satu pun senjatanyatidak mempan.Dengan senjataKonta,Karnamembidik
Gatotkacadan akhirnya Gatotkacagugur diatas kereta Karna. ParaPandawadiliputi tangis yang
memilukan,terlebih-lebih Bimayang tidak dapat melampiaskan marahnya karenahari larut
malam.Arimbi,setelah berpamitan kepada Drupadi,Subadra,Srkandi,dan Dewi Kunti
23
melakukan bela atas kematian putranya(hlm.27-30).Dronayang sangat sakti sulit dihadapi
oleh Pandawa.Banyak rajayang memihak Pandawadibunuh Drona,antaralain
Durbala,Nelawata,raja Mancapati dan MaharajaDrupada.AkhirnyaDronamati karena tipu
muslihat Kresna.Dalamkeadaan tidak berdaya,leherDrona dipenggal oleh Asta Jumena,anak
Drupada.Kepalanya dilempar kepadaDuryadana,laterkejut dan kemudian memberitahukan
Bangbang Sutama.Mendengar ayahnyamati, Sutamamengamuk, namun mendapat perlawanan
sengit dari Bima dan Arjuna, Sutama akhirnya mengundurkan diri dari medan pertempuran
danberkata hendak bertapa(hlm. 30-32).Setelah Drona mati,Karna diangkat menjadi kepala
perang. Ketikapenobatan Karna sebagai panglima perang terjadi tanda-tanda buruk
berupafirasat bahwa kepemimpinan Karna tidak akan berhasil. Sementara itu malam hari
Darmawangsa,Kresna,dan Arjunaberkeliling di medan perang mencari mayat Danghyang
Drona.Setelahditemukan,mayat Dronadisembah.Mayat Droaaini kemudian dipindahkan ke
dekat Bagawan Bisma. Bismaa tahu bahwa ada orang yang menyembahnya. Darmawangsa
merasa berdosa telah membunuh gurunya. Namun Bisma mengatakan tidak apa, karena
memang adat orang berperang (hlm, 33-34).
Karena yang menjadi sais kereta Arjuna adalah Kresna.Karna minta kepada Salya
untuk menjadi sais keretanya. Salya marah dan beranjak hendak pergi,tetapi Duryadana
memeluknya dan membujuk agarmau menjadi sais Karna. Salya merasa kasihan dan tidak
berdaya uatuk menolaknya. Salya pun mau menjadi saiskereta Karna, jika Karna memenuhi
syarat yang diajukan Salya. Karnapun menyetujuinya. Dalam episode ini Bima membunuh
Dursasana dan membayar kaulnyadengan minum darah Dursasana. Perang Arjunamelawan
Karnaberlangsung dengan hebat. Arjuna dan Karnasaling mengadu kesaktiannya.Dengan
kerjasama yang rapi antara Salyasebagai sais Karnadan Kresna sebagai sais Arjuna, perang ini
diakhiri putusnya leher Karna dipanah Arjuna(hlm. 34-39).
4) Episode Salyasebagai panglima perang dan gugurnya Salya ditangan Darmawsngsa
24
Ketegangan demi ketegangan, kekalahan demi kekalahan yang dialami
Korawamembuat Duryadanasedih dan menangis. Duryadanaingin mati bersama-sama
saudaranya karenabayangan kehancuran negerinyatelah tampak semakin jelas. Namun atas
petunjuk Patih Sengkuni, Duryadana memohon dan sangat merendahkan dirinya agar
Salyamenjadi panglima perang. Karenasikapnyayang memelas, Salya menjadi kasihan dan
berkenan menjadi panglimaperang. Sedangkan Bangbang Sutama meagundurkan diri dan
pergi bertapa. Di balik semua itu, Salya menjadi sedih karena harus menghadapi
kemenakannya sendiri (h1m. 40). Dengan diangkatnya Salya sebagai panglima perang, dari
segi alur cerita telah mencapai titik puncak ketegangaa (klimaks) karena Salya satu-satunya
yang diharapkan oleh Duryadana untuk menghancurkan Pandawa,telah menyerahkan
hidupnya kepada Pandawa ketika iadihadapi oleh Nakula dan Sadewa. Sementara itu,
Satyawati yang mendengar percakapan suaminya,setelah kepergian Nakula dan Sadewa
nyaris membunuh diri. Salya dengan cekatan mencegahnya. Insiden ini dilanjutkan dengan
cumbu rayu Salyaterhadap istrinya(hlm,41).
Ketika Salyabangun hendak berangkatperang, Satyawati tidur berbantalkan tangan
Salya. Perlahan-lahan digantinyadenganbantal.Kemudian kainnyayang tertindih dipotong
dengan kerisnya.Hal ini dilakukan semata-mataagar istrinya tidak terbangun dan sedih. Salya
kemudian berangkat ke medan perang.Dalam perang ini,Salya dibunuh oleh
Darrnawangsadengan PustakaKalaimasada yang berubah menjadi pedang. Bima berhasil
membunuh Patih Sengkuni. Sementara itu Duryadana melarikan diri dan bersembunyi di
sungai Mahadara.Insiden ini diakhiri oleh tindakan Satyawati melakukan bela atas ke-matian
suaminya yang diikuti oleh seorang dayangnya.Oleh BataraGuru, Salyadimasukkan ke
sorga(hlm. 42-43).
5) Episode perang tanding Bima melawan Duryadanadan Bangbang Sutamamengamuk
25
GugurnyaBisma,Drona,Kama,Salyadan Patih Sengkuni, terlebih-lebih
lagiDuryadanayang lari dan bersembunyi di sungai,menandakan kekalahan Korawasudah
menjadi kenyatsan. Inilah pahalaorang yang selalu berbuat jahat. Selanjutnya dilukiskan
insiden pasukan Pandawabergerak maju menuju sungai Mahadara,tempat persembunyian
Duryadana.Terjadi perang tanding Bima melawan Duryadana yang disaksikan juga oleh
MaharajaBaladewa.Perang ini berlangsung cukup lama.Akhirnyamelalui isyarat Kresna,Bima
memukul pahaDuryadanasehingga roboh.RajaBaladewa marah, tetapi
Kresnasegeramelerainya.Pandawa kembali ke perkemahan.
ParaDewaberkatabahwaDuryadanaakan mati jika iadapat mengerat kepala Pandawa.
Kresnaterkejut mendengar kata paradewa,sehingga ia menjadi gelisah.Untuk menghindari
itu,Kresnamengajak Pandawa pergi berburu ke hutan (hlm, 44-45).
Bangbang Sutamayang mendengar keadaan Duryadanasegeramenghadapnya.la
mintadan akan mengerat kepala Pandawa, Sutamakemudian dengan perkasamenyerang
perkemahan Pandawa.KarenaPandawaLimapergi berburu, makaiahanyaberhasil membunuh
Astajumena,Srikandi,dan Pancawala.Kepala Pancawaladikerat dan diberikan
kepadaDuryadanayang kemudian memamahnya.Beberapahari kemudian Duryadanapun
meninggal. Sementaraitu,para istri Pandawadiliputi kesedihan karena kematian putra-
putrinya. Pengejaran terhadap BangbangSutama segera dilakukan. Sutama akhirnyadibunuh
Bisna.Dengan kematian Bangbang Sutama,Pandawa menang perang dan mendapatkan negeri
Astina.Dari segi struktur alur,episode ini merupakan anti klimaks cerita,ketegangan situasi
sudah menurun (hlm. 46-47).
7) Episode kembalinya MaharajaDarmawangsa ke Angraertawangsa
Dengan kematian Sutama,terjadi perang Sengkuni melawan Pandawa. Sengkuni yang
mempunyai kesaktian bernama Janur Pancasonadapat hidup kembali,hendak merebut kembali
negeri Astina.Hal ini segeratercium oleh Pandawa. Atas perintah Kresna, kemudian didesak
26
oleh Darmawangsa,Perjana(anak Kresna) mau menghadapi Sengkuni dengan senjatayang
diberikan oleh Bima,Arjuna,Nakula,dan Sadewa. Dalam perang ini Sengkuni mengelabui
Perjana. Perjanakembali menghadap KresnadanDarmawangsa.(hlm.48-5l). Pandawapun
mengadakan pengejaranterhadap Patih Sengkuni. Sengkuni sempat memperdayai
Pandawa,namun iadibunuh oleh Sadewa. (hlm.54-55).Dalam episode ini terselip insiden
Arjuna mengawini Dewi Banuwati (jandaDuryadana).Melalui motif mimpi dan
samadi,pengaraag memberikan denouement(penyelesaian).Kresnabermimpi bertemu dengan
Batara Indra dan Batara Guru dan menyuruh agar Pandawakembali ke Angmertawangsa.
DemikianjugaDarmawangsa dalam samadinyabertemu dengan ayahnyadan menyuruh
Pandawa kembali ke Angmertawangsa,karenaitulah negeri para leluhurnya. Ceritaberakhir
dengan kembalinyapara Pandawake Angmertawangsadan MaharajaDarmawangsasebagai raja
yang agung,adil,dan bijaksana(hlm.56-57).
Berdasarkan uraian di atas, HD menggunakan alur lurus yang bersifat longgar.Urutan-
urutan peristiwa dilukiskan secarakronologis serta hubungan sebab akibat berjalan selaras. Ini
dibuktikan dengan tidak adanyateknik sorot balik (flashback).Adabeberapainsiden sisipan
dijumpai dalam HD, namun semuainsiden tersebut tidak mengganggu cerita,malahan
membuat ceritamenjadi lebih manis dan enak dibaca. Insiden-insiden tersebut memberikan
pertalian yang mesra sebagai perantaradari satu insiden ke insiden yang lain.
2.5 Sistem Ikat Perang Dalam Hikayat Darmawangsa
Bagian ini membicarakan sistem (siasat)ikat parang yang dijumpai
padaHD.Karenastudi ini tidak mengadakan perbandingan (komparasi)dengan naskah wayang
Jawa, maka tidak dapat dibuat dan dideskripsikan latar belakang timbulnyaikat perang sebagai
reaksi terhadap ikat perang yang mendahuluinya. Naskah HD yang dijadikan dasar kajian ini
tidak pula menyebut-nyebut baik secaraimplisit maupun eksplisit latarbelakang yang
27
dimaksud.Sekali lagi yang dimaksud dengan ikat perang dalam penelitian ini adalah siasat
atau carauntuk mengatur strategi pasukan perang tatkalamenghadapi lawan.Jadi ikat perang
itu berarti susunan pasukan perang yang disusun atau diatur sedemikian rupamengikuti
pedoman tertentu.
Dalam setiap peperangan,seseorang panglima perang harus cekatan mengatur strategi
perang untuk menghadapi situasi lawan, konsekuensinyadiperlukan seorang tokoh panglima
yang pintar. Hal ini sangat diperlukan mengingat situasi dan kondisi medan perang
sehinggadengan mudah dapat menghancurkan musuh.
Dalam HD,sebagian besar isinya peperangan aatara kaum Pandawadengan kaum
Korawa. Peperangan keluargaBarataini mempergunakaa ikat perang yang dapat dijumpai
padasetiap insiden. Kalau ditinjau dari segi sosiokultural,masyarakat pada waktu itu(pada
waktu Ikayat itu diciptakan)tingkatbudayadan peradaban masyarakat sudah tinggi.Hal ini
dapat dibuktikan dengan adanyaikat perang dan deagan piatarnyamengatur strategi perang.
Sepanjang pengamatan penulis,dalam naskah HD dijumpai enam ikat perang dengan namadan
duaikat perang tanpa menyebut nama,tetapi lengkap dengan nama-nama pelakunya. Ada pun
ikat perang itu seperti berikut ini.
1. Ikat Perang Ukir Bisma
Ikat perang ini dijumpai padanaskah HD seperti tampak padakutipan berikut.
“Adapun yang mengikat perang Korewaitu Bagawaa BismaUkir Bismanamanya
artinyagunung di tengah laut”(him.11).
Dalam kutipan di atas ukir artinya ‘gunung’,sedangkan kataditengah
lauthanyamenunjukkan tempat.Nama Bismabarangkali namaBagawan Bismaitu sendiri yang
mengikat perang. Siapaorang-orangnyayang duduk dalam ikat perang itu tidak disebut.Tetapi
pada halaman empatbelas adadisebut Sengkuni sebagai kepalaperang,Bisma sebagai sayap
kanan, Jayadratasebagai sayap kiri,Duryadanadan segala raja-raja Korawasebagai
tubuh,sertaDursasanasebagai ekor.
28
Melihat kutipan di atas,kemungkinan bentuk ikat perang itu menyerupai gunung. Tentu
saja puncaknyatidak menghadap ke atas,tetapi ke samping.Kalau digambarkan mungkin
bentuknya menyerupai:
(Sumber : Kamajaya dan Katijo, 1965).
Keterangan gambar :
O :panglima perang
:sayap kanan dan sayap kiri sebagai penguatikat perang
:paraprajurit dan segalaraja-raja
2. Ikat Perang KaranaBayu
Ikat perang Karana Bayu adalah jenis ikat perang yang dirancang oleh Sri Kresna dari
pihak Pandawa.Dalam naskah HD seperti tampak padakutipan berikut.
“MakeRaden Stajumenadijadikan kepalaperang..,. MakaBatara Kresnamengikat perang KaranaBayu namanya.Raden Sena menjadisayap kiri dan Maharaja Mancapati menjadi sayap kanan,dan Sri Amertaserta segalaPandawamenjadi tubuh dan Raden Sancaki menjadi ekor dengan balatentaranyasekalian”(hlm.14).
Berdasarkan kutipan di atas,barangkali bentuk ikat perang itubagaikan burung
terbang.Dalam kesusastraan wayang Jawaseperti dalam buku Lampahan BaratayudaII tulisan
Kamajayadan Katijo (1965:22)diberi namaGaruda, Nglayang.Kemungkinan
bentuknyasepertitersebut.Kalau demikian ikat perang itu dapat digambarkan sebagai berikut.
29
Keterangan gambar :
: Batara Kresna
: Asta Jumena
: Raden Sena
:MaharajaMancapati
: Sri Angmertawangsadan segalaraja-raja
: Sancaki
3. Ikat Perang Biram Seta
Dalam naskah HD dijumpai namaikatperang Biram Setayang direkayasaoleh kaum
Korawa. Sebagai perancang ikat perang ini ialah Danghyang Drona.Ikat perang tersebut dapat
ditemukan padakutipan berikut ini.
“MakaDanghynag Dronabercakap melawan Pandawa... (hlm.17). Setelah hari siang makaDanghyang Drono dan segala raja-rajaitupun keluarlah dari dalam kotanyaberjalan ketengah medan hendak mendahului Pandawa. DidapatinyaPandawaitu sudah di tengah medan.MakaDanghyang Dronaitu pun mengikat perang Biram Setanamanya artinyagajah yang meta.
Syahdan makaSri Karnajadi gading kanan dan MaharajaJayadratajadi gading kiri dan Maharaja Bagadantamenjadi ekor”(hlm.18).
Padakutipan di atas Biram Setaartinyagajah yang seta.Katametadalam kamus
artinyamabuk,mengganas, mengamuk (Poerwadarminta,1986:648). Jadi Biram Seta arti-
nyagajah yang mengamuk,mengganas,bagaikan mabuk.
Dalam kesusastraan wayang Jawaseperti disebut oleh Kamajayadan
Katijo(1965:22)adaikat perang yaag bernama Gajah Bangun.Oleh karenasama-
samamenggunakan namagajah, kemungkinan namaikat perang Biram Setamenyerupai ikat
perang Gajah Bangun. Adapun ikat perang itubiladigambarkan akantampak seperti berikut ini.
30
Keterangan gambar
:Danghyang Drona
:Sri Kama
:Jayadrata
: MaharajaBagadanta
Sebagai reaksi dari ikat perang Korawaini,makaPandawadi bawah arsitek
BataraKresnamenyusun ikat perang. Sayang ikat perang tersebut tidak menyebut namanya.
Namun melihat konteksnya,mungkin ikat perang itu menyerupai gajahjuga. Perhatikan
kutipan berikut.
“Setelahdilihatoleh Batara Kresna, makaiamengikat perang pula.Raden Arjuna sebagai gading kanan,dan Raden Bima menjadi gading kiri dan MaharajaDarmawangsa menjadi talale,dan segalaraja-rajaPandawaitu menjadi tubuh dan Raden Sancaki menjadi ekor” (hlm.18).
4. Ikat Perang Cakra Bayu
CakraBayu adalah namaikat perang Danghyang Drona di pihak Korawa. Sebagai
kepaladipercayakan Bagawan Drona. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Maka kata Danghyag Drona. Baiklah!Maka Danghyang Drona pun keluarlah berperang lalu mengikat perang Cakra bayu namanya.Danghyang Dronamenjadi kepala perang,dan MaharajaKarnapengikat perang di hadapan dan MaharajaJayadratamenjadi pangkat pintu ditengah dan MaharajaSalyamenjadi pengikat kiri,dan Patih Sengkuni menjadi pengikat kanan,dan MaharajaDuryadanamenjadi pengikat di belakang bersama-sama dengan raja-raja Korawa yagg baayak”(hlm.20).
Mengenai nama CakraBayu dapat ditelusuri dari segi etimologisnya.
Keduakatatersebut berasal dari bahasaSansekerta. Cakra artinya roda
(Woyowasito,1969:99)sedangkan bayu berasal dari wayu yang artinya angin (Woyowasito,
1969:202).Jadi Cakra Bayu berarti roda bagaikanangin. Sebagai gambarnyadi sini dikutip
gambar sesuai dengan yang terdapat pada wayang Jawa.Dalam buku itu disebut Cakrabyuha.
31
Keterangan gambar
:Maharaja Kama
:Danghyang Drona
: Maharaja Salya
: Patih Sengkuni
:MaharajaJayadrata
: MaharajaDuryadana
: Rakyat Korawa
Sebagai reaksi terhadap ikat perang di atas, makaSri
KresnabersamaDarmawangsamengikat perang namuntidak menyebut
namanya.Dikatakan,Abimanyu sebagai kepala perangAstajumenasebagai sayap kiri, Sancaki
sebagai sayap kanan, Sri Amertadan Maharaja Mancapati dan Drupadasebagai ekor (hlm. 20).
5. Ikat Perang Amuk Angin
Jenis ikat perang Korawa ini dijumpai pada halaman tiga puluh lima. Dalam naskah
disebutkan sebagai berikut.
“Adapaun ikat perang Maharaja Karna itu Amuk Angin namanya,jikalau tampil tiada akan mundur” (hlm. 35).
Padahalaman ini tidak disebut orang-oragnya,tetapi disebut padahalaman tiga puluh
enam, seperti tampak padakutipan berikut.
“Adapun tatkalaituberjalan. Patih Sengkuni menjadi sayap kanan,dan Raden Sukrasena menjadi sayap kiri. Adapun Maharaja Karna menjadi mulut dengan segala raja-raja Korawadi belakang Baginda”(hlm.36)
Rupa-rupanyakalau kitasimak kutipan di atas,maka ikat perang yangdimaksud
mungkin berbentuk burung.
32
6. Ikat Perang Bulan Sehari
Ikat perang Bulan Sehari kepunyaan Pandawadi bawah arsitek Raden Arjuna dipakai
melawan ikat perang Korawa Amuk Angin. Mengapayang dipakai melawan justru Bulan
Sehari.Menurut Raden Arjuna(hlm. 35).Raden Karna terlalu sakti,tambahan lagi Raden Salya
yang menjadikepala keretanyaterlalu sakti dantelah banyak makan garam dalammedan
perang. Makayang mampu menandingi hanyalahBulan Sehari.Mengenai susunan ikat perang
tersebut dapat dilihatpada kutipan berikut.
“Maka Batara Kresna pun mengikat perang mengatur segala raja-raja. Raden Bima menjadi ujung kiri,dan Raden Arjunadari depan,sikapnyaseperti api akan menghanguskan alam.MakaMaharajaDarmawangsadan Nakula Sadewa dari tengah beratur dengan segala raja-raja menjadi ujung kanan sampai ujung kiri serta dengan hulubalang yang dipilih” (hlm,35).
Berdasarkan nukilan tersebut di atas, kemungkinan gambar ikat perang tersebut
menyerupai bulan yang kelihatan setengahnya saja(bulan sabit). Untuk itu dicoba
direkonstruksi ke dalam sebuah gambar sebagai berikut ini.
Keterangan gambar :
: Raden Arjuna
: Raden Bima
: Maharaja Darmawangsa
: Nakula Sadewa
: Hulubalang pilihan
33
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
HD merupakan karya saduran Kakawin Baratayuda yang sangat populer dalam
kesusastraan Melayu Lama. Banyak pengamat telah mengungkapkan aspek-aepek yang
menarik dari HD. Salah satu yang belum mendapatkan perhatian adalah sistem ikat perang,
yakni strategi perang yang digunakan baik oleh Pandawa maupun oleh Korawa dalam
menghadapi perang besar keluarga Barata.
HD adalah sebuah sastra hikayat yang strukturnyabulat dan koheren yang didukung
oleh unsur alur, perwatakan, dan unsur lainnya. Sebagai sebuah karya sastrasaduran dan
tradisional, HD mengikuti alur-konvensional yang diawali oleh peristiwa yang paling
sederhana kemudian berkembang ke tingkat yang lebih rumit, mencapai puncak perumitan
(klimaks).
Dalam perang besar ini, dijumpai enam ikat perang, yakni ikat perang Ukir Bisma, ikat
perang Karana Bayu, ikat perang Biram Seta,ikat perang CakraBayu, ikat perang Amuk
Angin,dan ikat perang Bulan Sehari. Semua ikat perang ini mempunyai fungsi dalam
menangkal serangan musuh.
3.2 Saran-Saran
HD tentu sangat digemari oleh masyarakat Melayu.Terbukti banyak terciptaceritaini
dengan judul yang berbeda.Banyak aspek yaag telah terungkapkan. Tentu masih banyak yang
belum terungkapkan yang lebih menarik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Cika, I Wyan. 1987.“Suntingan Naskah, Salah Satu AspekPenelitian Filologi”. Makalah Sanggar Kerja Pengembaggan Aspek Penelitian Linguistik dan Sastra. Denpasar: JSI, FS Unud.
34
Hava, J.G. 1951. Alfaraidud Dariyah. Arabic-English Dictionary;. Beiru: Catholic Press.
Hikayat Damawangsa.t.th. Naskah Koleksi. Van de Wall No.143
Jiwa Atmaja. 1986. Notasi Tentang Novel dan Semiotika Sastra.Ende Flores; Nusa Indah.
Kamajayadan S. Katidjo.1965.Lampahan Bratayuda II.Tawur (Bisma Moksa) Tjap-tjapan kaping II. Yogya:UP Indonesia.
Poerwadarminta, W. J. 5. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka.
Retnaningsih, Aning. 1983.Roman dalam Masa Pertumbuhan Kesusastraan Indonesia. Jakarta:Erlangga.
Robson,S.O.1969. Hikayat Andekan Penurat. The Hague:Martinus Nijhoff.
——— 1978.“Pengkajian Sastra-SastraTradisioaal Indonesia”, Bahasa dan Sastra.Th.IV,Nomor 6. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Sawu.1983.“Kedudukan Filologi di antaraIlmu-Ilmu Lain”Dalam “Pengantar Teori Filologi”. Yogya:FS. UGM.
Soreyana,I Made. 1985.“Memperkenalkan Naskah dan TeksHikayat Ratu -Darmawangsa”. Widya Pustaka.Tahun III, Nomor 5. Denpasar:FS. Unud.
Soreyana,I Made.1987.“Studi Alur dan Penokohan HikayatPandawa Lima dan Geguritan Baratayuda:Suatu Pendekatan Reseptif”.Tesis Pasca Sarjana, UGM.
Sulastin Sutrisno. 1981. Relevaasi Studi Filologi. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Filologi pada Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. Yogya: Liberty
——— 1982.“Sastra dan Historiografi Tradisional”.Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, Jilid X. No. 03. Jakarta: FS, UI.
——— 1983a. Hikayat Hang Tuah. Analisa Struktur dan Fungsi.Yogya:Gadjah MadaUniversity Press.
——— 1983b.“Teori Filologi dan Penerapannya”. Dalam “Pengantar Teori Filologi”. Yogya: FS.UGM.
Suharianto. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta:Surakarta : Widya Duta.
Sukada. Made.1982.MasalahSistematisasi Analisis CiptaSastra Prosa”.Denpasar:FS,Unud.
Sutarno.1982.Peristiwa Sastra Lama.Surakarta:WidyaDuta
Tarigan,H.G.1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra.Bandung:Angkasa
Teeuw, A.1983.Membacadan Menilai Sastra.Jakarta:Gramedia
———— 1934. Sastradan IlmuSastra.Pengantar Teori Sastra.Jakarta:PustakaJaya.
35
Tim Pelaksana Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayasn Nasional Bidang Bahssadan Sastra.1973.Geguritan Sebuah Bentuk Sastra Yang Mempunyai Pengaruh Besar dalam Masyarakat.Jakarta:Dep. P dan K.