64
Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Definisi Pemeliharaan Pemeliharaan mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara bagian pemeliharaan dan bagian produksi. karena bagian pemeliharaan dianggap yang memboroskan biaya, sedang bagian produksi merasa yang merusakkan tetapi juga yang membuat uang (Soemarno, 2008). Pada umumnya sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi. Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat, menjaga dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kobinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau

Chapter II 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhihi

Citation preview

Page 1: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeliharaan (Maintenance)

2.1.1 Definisi Pemeliharaan

Pemeliharaan mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara

bagian pemeliharaan dan bagian produksi. karena bagian pemeliharaan dianggap

yang memboroskan biaya, sedang bagian produksi merasa yang merusakkan tetapi

juga yang membuat uang (Soemarno, 2008). Pada umumnya sebuah produk yang

dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia

penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal

dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Oleh karena itu, sangat

dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan

perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi.

Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat,

menjaga dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kobinasi dari berbagai tindakan

yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai

suatu kondisi yang bisa diterima. Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah

tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa

pakai dan kegagalan/kerusakan mesin. (Setiawan F.D, 2008). Menurut Jay Heizer

dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “operations Management” pemeliharaan

adalah : “all activities involved in keeping a system’s equipment in working order”.

Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah untuk

menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan baik.

Page 2: Chapter II 3

Information sharing Skill training Reward system

Power sharing

Improved quality Improved capacity Reputation for

quality Continous improvment

Monitor and adjust Minor repair Comuterize record

Results

Maintenance andreliability procedure

Universitas Sumatera Utara

Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam bukunya “Production

Management” pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan

secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai

dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).

Menurut Sofyan Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk

memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau

penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan

operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Dari beberapa pendapat di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan perusahaan

agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan

yang telah direncanakan dengan hasil produk yang berkualitas.

Employee involvement

Gambar 2.1 Konsep strategi pemeliharaan yang baik membutuhkan karyawan dan

prosedur yang baik

(Sumber: Jay Heizer and Barry Render (2001), operation management, practice hall,

sixth edition)

Page 3: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Tujuan Pemeliharaan

Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian

lainnya bagi suatu pabrik adalah pemeliharaan (maintenance) murah sedangkan

perbaikan (repair) mahal. (Setiawan F.D, 2008).

Menurut Daryus A, (2008) dalam bukunya manajemen pemeliharaan mesin

Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:

1) Untuk memperpanjang kegunaan asset,

2) Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk

produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin,

3) Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan

dalam keadaan darurat setiap waktu,

4) Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

Sedangkan Menurut Sofyan Assauri, 2004, tujuan pemeliharaan yaitu :

1) Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana

produksi,

2) Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang

dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak

terganggu,

3) Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar

batas dan menjaga modal yang di investasikan tersebut,

4) Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan

melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien,

5) Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan

para pekerja,

Page 4: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

6) Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya

dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan

yaitu tingkat keuntungan (return on investment) yang sebaik mungkin dan

total biaya yang terendah.

2.1.3 Fungsi Pemeliharaan

Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah agar

dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada

serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam

keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi.

Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan

yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut :

1) Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan

akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,

2) Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan

dengan lancar,

3) Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya

kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi

selama proses produksi berjalan,

4) Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka

proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,

5) Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan

produksi yang digunakan,

6) Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka

penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,

Page 5: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

7) Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam

perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada

semakin baik.

2.1.4 Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan menurut Manahan P.

Tampubolon, (2004) meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut:

1) Inspeksi (inspection)

Kegiatan ispeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara

berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan

selalu mempunyai peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin

kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya kerusakan, maka segera

diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi

dan berusaha untuk mencegah sebab-sebab timbulnya kerusakan dengan melihat

sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.

2) Kegiatan teknik (engineering)

Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan

kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan

penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan

inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan perbaikan-

perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh

karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan terutama apabila dalam perbaikan

mesin-mesin yang rusak tidak didapatkan atau diperoleh komponen yang sama

dengan yang dibutuhkan.

Page 6: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

3) Kegiatan produksi (Production)

Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu

merawat, memperbaiki mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan

pekerjaan yang disarakan atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik,

melaksankan kegiatan service dan pelumasan (lubrication). Kegiatan produksi ini

dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-usaha perbaikan segera jika terdapat

kerusakan pada peralatan.

4) Kegiatan administrasi (Clerical Work)

Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan

pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan

kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts) yang dibutuhkan, laporan kemajuan

(progress report) tentang apa yang telah dikerjakan, waktu dilakukannya inspeksi

dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut, komponen (spareparts) yag tersedia

di bagian pemeliharaan. Jadi dalam pencatatan ini termasuk penyusunan planning

dan scheduling, yaitu rencana kapan suatu mesin harus dicek atau diperiksa, dilumasi

atau di service dan di resparasi.

5) Pemeliharaan bangunan (housekeeping)

Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap

terpelihara dan terjamin kebersihannya.

2.1.5 Masalah Efisiensi Pada Pemeliharaan

Menurut Manahan P. Tampubolon, (2004) dan Sofyan Assauri, (2004).

Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan terdapat 2 persoalan yang dihadapi oleh

suatu perusahaan yaitu persoalan teknis dan persoalan ekonomis.

Page 7: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

1) Persoalan teknis

Dalam kegiatan pemeliharaan suatu perusahaan merupakan persoalan yang

menyangkut usaha-usaha untuk menghilangkan kemungkinan–kemungkinan yang

menimbulkan kemacetan yang disebabkan karena kondisi fasilitas produksi yang

tidak baik. Tujuan untuk mengatasi persoalan teknis ini adalah untuk dapat menjaga

atau menjamin agar produksi perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Maka dalam

persoalan teknis perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a. Tindakan apa yang harus dilakukan untuk memelihara atau merawat peralatan

yang ada, dan untuk memperbaiki atau meresparasi mesin-mesin atau

peralatan yang rusak,

b. Alat-alat atau komponen-komponen apa yang dibutuhkan dan harus

disediakan agar tindakan-tindakan pada bagian pertama diatas dapat

dilakukan.

Jadi, dalam persoalan teknis ini adalah bagaimana cara perusahaan agar dapat

mencegah ataupun mengatasi kerusakan mesin yang mungkin saja dapat terjadi,

sehingga dapat mengganggu kelancaran proses produksi.

2) Persoalan ekonomis

Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan disamping persoalaan teknis,

ditemui pula persoalan ekonomis. Persoalan ini menyangkut bagaimana usaha yang

harus dilakukan agar kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan secara teknis dapat

dilakukan secara efisien. Jadi yang ditekankan pada persoalan ekonomis adalah

bagaimana melakukan kegiatan pemeliharaan agar efisien. Dengan memperhatikan

besarnya biaya yang terjadi dan tentunya alternative tindakan yang dipilih untuk

dilaksanakan adalah yang menguntungkan perusahaan. Adapun biaya-biaya yang

terdapat dalam kegiatan pemeliharaan adalah biaya-biaya pengecekan, biaya

Page 8: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

penyetelan, biaya service, biaya penyesuaian, dan biaya perbaikan atau resparasi.

Perbandingan biaya yang perlu dilakukan antara lain untuk menentukan:

a. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) atau pemeliharaan korektif

(Corrective maintenance) saja. Dalam hal ini biaya-biaya yang perlu

diperbandingkan adalah:

Jumlah biaya-biaya perbaikan yang diperlukan akibat kerusakan yang terjadi

karena tidak adanya pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance),

dengan jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang diperlukan

akibat kerusakan yang terjadi walaupun telah diadakan pemeliharaan

pencegahan (preventive maintenance), dalam jangka waktu tertentu.

Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang akan dilakukan

terhadap suatu peralatan dengan harga peralatan tersebut,

Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dibutuhkan oleh suatu

peralatan dengan jumlah kerugian yang akan dihadapi apabila peralatan

tersebut rusak dalam operasi produksi.

b. Peralatan yang rusak diperbaiki dalam perusahaan atau di luar perusahaan.

Dalam hal ini biaya-biaya yang perlu diperbandingkan adalah jumlah biaya yang

akan dikeluarkan untuk memperbaiki peralatan tersebut di bengkel perusahan

sendiri dengan jumlah biaya perbaikan tersebut di bengkel perusahaan lain.

Disamping perbandingan kualitas dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

pengerjaannya.

c. Peralatan yang rusak diperbaiki atau diganti. Dalam hal ini biaya-biaya perlu

diperbandingkan adalah:

Jumlah biaya perbaikan dengan harga pasar atau nilai dari peralatan tersebut,

Jumlah biaya perbaikan dengan harga peralatan yang sama di pasar.

Page 9: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

Dari keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa walaupun secara teknis

pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) penting dan perlu dilakukan

untuk menjamin bekerjanya suatu mesin atau peralatan. Akan tetapi secara ekonomis

belum tentu selamanya pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) yang

terbaik dan perlu diadakan untuk setiap mesin atau peralatan. Hal ini karena dalam

menentukan mana yang terbaik secara ekonomis. Apakah pemeliharaan pencegahan

(preventive maintenance) ataukah pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)

saja. Harus dilihat faktor-faktor dan jumlah biaya yang akan terjadi.

Disamping itu harus pula dilihat, apakah mesin atau peralatan itu merupakan

strategic point atau critical unit dalam proses produksi ataukah tidak, jika mesin atau

peralatan tersebut merupakan strategic point atau critical unit, maka sebaiknya di

adakan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) untuk mesin atau

peralatan itu. Hal ini dikarenakan apabila terjadi kerusakan yang tidak dapat

diperkirakan, maka akan mengganggu seluruh rencana produksi.

2.1.6 Jenis-jenis Pemeliharaan

Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan Pekerjaan pemeliharaan

dikategorikan dalam dua cara (Corder, Antony, K. Hadi, 1992), yaitu :

1. Pemeliharaan terencana (planned maintenance)

2. Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)

1) Pemeliharaan terencana (planned maintenance)

Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara

terorginisir untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang,

Page 10: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya.

Menurut Corder, Antony, K. Hadi, (1992) Pemeliharaan terencana dibagi

menjadi dua aktivitas utama yaitu:

a. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)

Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah inspeksi periodik

untuk mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi terhenti atau

berkurangnya fungsi mesin dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk

menghilangkan, mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke

kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi abnormal

mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan cacat atau kerugian.

Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations

Management” preventive maintenance adalah : “A plan that involves routine

inspections, servicing, and keeping facilities in good repair to prevent failure”.

Artinya preventive maintenance adalah sebuah perencanaan yang memerlukan

inspeksi rutin, pemeliharaan dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik sehingga

tidak terjadi kerusakan di masa yang akan datang. Ruang lingkup pekerjaan

preventive termasuk : inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga

peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan.

Menurut Dhillon B.S, (2006) dalam bukunya “maintainability, maintenance,

and reliability for engineers” ada 7 elemen dari pemeliharaan pencegahan

(preventive maintenance) yaitu:

a) Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian tertentu untuk

dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan

karakteristik lain untuk standar yang pasti,

Page 11: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

b) Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi

untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti,

c) Pengujian: pengujian secara berkala (periodic) untuk dapat menentukan

pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,

d) Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel

tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal,

e) Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan

seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan

baru jadi,

f) Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus waktu

pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi yang

ditentukan,

g) Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen

variabel untuk mencapai kinerja yang optimal.

b. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance) adalah pemeliharaan

yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan untuk

memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti

untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992).

Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek,

yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga overhaul terencana.

Menurut Jay Heizer dan Barry Reder, 2001 pemeliharaan korektif (Corrective

Maintenance) adalah : “Remedial maintenance that occurs when equipment fails and

must be repaired on an emergency or priority basis”. Pemeliharaan ulang yang

Page 12: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena keadaan

darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama.

Menurut Dhillon B.S, (2006) Biasanya, pemeliharaan korektif (Corrective

Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak direncanakan, tindakan yang

memerlukan perhatian lebih yang harus ditambahkan, terintegrasi, atau

menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan sebelumnya.

Dengan demikian, dalam pemeliharaan terencana yang harus diperhatikan

adalah jadwal operasi pabrik, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan

pemeliharaan, faktor-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan

pemeliharaan, sistem organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi

pekerjaan. ( Daryus A, 2007). Jadi, pemeliharaan terencana merupakan pemakaian

yang paling tepat mengurangi keadaan darurat dan waktu nganggur mesin. Adapun

keuntungan lainya yaitu:

Pengurangan pemeliharaan darurat,

Pengurangan waktu nganggur,

Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi,

Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan produksi,

Memperpanjang waktu antara overhaul

Pengurangan penggantian suku cadang, membantu pengendalian sediaan,

Meningkatkan efisiensi mesin,

Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan,

Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin.

Page 13: Chapter II 3

Pemeliharaan

Pemeliharaanterencana

Pemeliharaantak terencana

Pemeliharaanpencegahan (preventive maintenance)

Pemeliharaankorektif (corrective maintenace)Pemeliharaan

darurat

Universitas Sumatera Utara

2) Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)

Pemeliharaan tak terencana adalah pemeliharaan darurat, yang didefenisikan

sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah

akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan,

atau untuk keselamatan kerja. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992).

Pada umumya sistem pemeliharaan merupakan metode tak terencana, dimana

peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya,

peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya perbaikan atau

pemeliharaan.

Secara skematik dapat dilihat sesuai diagram alir proses suatu perusahaan

untuk sistem pemeliharaan dibawah ini.

Gambar 2.2 Diagram alir dari pembagian pemeliharaan

Page 14: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

Menurut Daryus A, (2007) dalam bukunya Manajemen Pemeliharaan Mesin

membagi pemeliharaan menjadi:

1) Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)

Pemeliharaan pencegahan adalah pemeliharaan yang dibertujuan untuk

mencegah terjadinya kerusakan, atau cara pemeliharaan yang direncanakan

untuk pencegahan.

2) Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan untuk

memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai

standar yang dapat di terima. Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-

peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi

rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.

3) Pemeliharaan berjalan (Running Maintenance)

Pemeliharaan berjalan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan

bekerja. Pemeliharan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus

beroperasi terus dalam melayani proses produksi.

4) Pemeliharaan prediktif (Predictive Maintenance)

Pemeliharaan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan

atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari system peralatan. Biasanya

pemeliharaan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat

monitor yang canggih.

5) Pemeliharaan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)

Pekerjaan pemeliharaan ini dilakukan ketika terjadinya kerusakan pada

peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, alat-alat dan

tenaga kerjanya.

Page 15: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

6) Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenance)

Pemeliharan darurat adalah pekerjaan pemeliharaan yang harus segera dilakukan

karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga.

7) Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance)

Pemeliharaan berhenti adalah pemeliharaan yang hanya dilakukan selama mesin

tersebut berhenti beroperasi.

8) Pemeliharaan rutin (routine maintenance)

Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilaksanakan secara rutin atau

terus-menerus.

9) Design out maintenance adalah merancang ulang peralatan untuk menghilangkan

sumber penyebab kegagalan dan menghasilkan model kegagalan yang tidak lagi

atau lebih sedikit membutuhkan maintenance.

2.1.7 Hubungan antara Preventive Maintenance dan Predictive Maintenance

1) Preventive Maintenance

Adalah metode untuk melakukan pencegahan kerusakan peralatan/mesin

dengan melakukan penggantian parts secara berkala berdasarkan waktu penggunaan

dan melakukan perawatan ringan serta inspeksi untuk mengetahui keadaan

peralatan/mesin yang terkini. Contoh : Membersihkan, memeriksa, melumasi,

pengencangan baut, inspeksi berkala, restorasi periodik dan small over haul

2) Predictive Maintenance

Adalah metode untuk melakukan perawatan dengan mengganti parts

berdasarkan prediksi dengan menggunakan alat bantu. Maksudnya adalah jika

metoda preventive hanya berdasarkan jadwal, maka metoda predictive berdasarkan

hasil dari pengukuran. Metoda ini bisa juga dengan menggunakan panca indera,

Page 16: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

contohnya dalam pemeriksaan bearing dapat dibedakan dari suara yang dihasilkan

atau pemerikasaan temperatur, dengan menyentuhnya kita dapat merasakan

perbedaan atau kelainan peralatan tersebut.

Bila dengan menggunakan alat bantu, kita harus mempunyai parameter yang

bisa didapat dari manual book atau dari studi sendiri kemudian dibandingkan dengan

hasil pengukuran. Perlu diterapkan bahwa setiap selesai mengukur, catatlah tanggal

pengukuran agar kita mendapatkan suatu frekuensi akan kelayakan parts dari

peralatan kita untuk memudahkan memprediksikannya dikemudian hari. Contoh alat

bantu ukur yaitu :

Tachometer, untuk mengukur putaran

Thermometer, untuk mengukur suhu

Vibrameter, untuk mengukur getaran pada bearing motor

Desiblemeter, untuk mengukur suara, dll

2.1.8 Hubungan Pemeliharaan dengan Proses Produksi

Pemeliharaan menyangkut juga terhadap proses produksi sehari-hari dalam

menjaga agar seluruh fasilitas dan peralatan perusahaan tetap berada pada kondisi

yang baik dan siap selalu untuk digunakan. Kegiatan hendaknya tidak mengganggu

jadwal produksi.

Menurut Sofjan Assauri (2004) agar proses produksi berjalan dengan lancar,

maka kegiatan pemeliharaan yang harus dijaga dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Menambah jumlah peralatan dan perbaikan para pekerja bagian

pemeliharaan, dengan demikian akan di dapat waktu rata-rata kerusakan dari

mesin yang lebih kecil,

Page 17: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

2) Menggunakan pemeliharaan pencegahan, karena dengan cara ini dapat

mengganti parts yang sudah dalam keadaan kritis sebelum rusak,

3) Diadakannya suatu cadangan di dalam suatu system produksi pada tingkat

kritis, sehingga mempunyai suatu tempat parallel apabila terjadi kerusakan

mendadak. Dengan adanya suku cadangan ini, tentu akan berarti adanya

kelebihan kapasitas terutama untuk tingkat kritis tersebut, sehingga jika ada

mesin yang mengalami kerusakan, perusahaan dapat berjalan terus tanpa

menimbulkan adanya kerugian karena mesin-mesin menganggur,

4) Usaha-usaha untuk menjadikan para pekerja di bidang pemeliharaan ini

sebagai suatu komponen dari mesin-mesin yang ada, dan untuk menjadikan

mesin tersebut sebagai suatu komponen dari suatu sistem produksi secara

keseluruhan,

5) Mengadakan percobaan untuk menghubungkan tingkat-tingkat sistem

produksi lebih cermat dengan cara mengadakan suatu persediaan cadangan

diantara berbagai tingkat produksi yang ada, sehingga terdapat keadaan

dimana masing-masing tingkat tersebut tidak akan sangat tergantung dari

tingkat sebelumnya.

2.1.9 Hubungan Kegiatan Pemeliharaan dengan Biaya

Tujuan utama manajemen produksi adalah mengelola penggunaan sumber

daya berupa faktor-faktor produksi yang tersedia baik berupa bahan baku, tenaga

kerja, mesin dan fasilitas produksi agar proses produksi berjalan dengan efektif dan

efisien. Pada saat ini perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan pemeliharaan

harus mengeluarkan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit.

Page 18: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

Menurut Mulyadi, (1999) dalam bukunya akuntansi biaya, biaya dari barang

yang diproduksi terdiri dari:

a. Direct Material Used (biaya bahan baku langsung yang digunakan),

b. Direct manufacturing Labor (biaya tenaga kerja langsung),

c. Manufacturing Overhead (biaya overhead pabrik).

Permasalahan yang sering dihadapi seorang manajer produksi adalah

bagaimana menentukan untuk melakukan kebijakan pemeliharaan baik untuk

pencegahan maupun setelah terjadinya kerusakan. Dari kebijakan itulah nantinya

akan mempengaruhi terhadap pembiayaan. Oleh karena itu, seorang manajer

produksi harus mengetahui hubungan kebijakan pemeliharaan dengan biaya yang

ditimbulkan sehingga tidak salah dalam mengambil kebijakan tentang pemeliharaan.

Di bawah ini diperlihatkan hubungan biaya pemeliharaan pencegahan dan

breakdown dengan total biaya. (Jay Heizer and Barry Render, (2001)

cost

Total cost

Preventive maintenance costs

Breakdown maintenance costs

Maintenance commitment

Optimal point (lowest-cost maintenance policy)

(a)

Page 19: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

cost Total cost

Full cost of breakdown

Preventive maintenance costs

Maintenance commitment

Optimal point (lowest-cost maintenance policy)

(b)

Gambar 2.3 Hubungan Preventive Maintenance dan Breakdown Maintenance

dengan biaya. (a) Traditional View Maintenance, (b) Full Cost View of Maintenance

(Heizer, Jay and Render, Barry, (2001) Operation Management, Prentice Hall, sixt

Edition)

Gambar di atas menunjukkan hubungan tradisional antara pemeliharaan

pencegahan (preventive maintenance) dengan pemeliharaan breakdown (breakdown

maintenance) yang menjelaskan bahwa manajer operasi harus bisa

mempertimbangkan keseimbangan antara kedua biaya. Di satu pihak, dengan

menempatkan sumber daya pada kegiatan pemeliharaan pencegahan akan

mengurangi jumlah kemacetan. Sama halnya dengan mengurangi pemeliharaan

breakdown biaya akan lebih murah jika dibandingkan dengan biaya

pemeliharaan pencegahan. Di waktu yang sama kurva total biaya akan menaik.

Dengan demikian metode yang digunakan untuk memelihara mesin dalam

perusahaan adalah metode probabilitas untuk menganalisa biaya. Menurut Hani

Handoko T, (1999) Langkah-langkah perhitungan biaya pemeliharaan adalah :

a. Menghitung rata-rata umur mesin sebelum rusak atau rata-rata mesin hidup

dengan cara:

Page 20: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

Rata-rata mesin hidup ∑=

(bulan sampai terjadinya kerusakan setelah

perbaikan X probabilitas terjadinya kerusakan)

b. Menghitung biaya yang dikeluarkan jika melaksanakan kebijakan

pemeliharaan breakdown:

���TCr = �

�=�...................... Literatur 2, hal 162

���

Keterangan:

TCr = biaya bulanan total kebijakan breakdown

NC2 = biaya perbaikan mesin

�=1 ���

= jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan

c. Menghitung biaya yang dikeluarkan jika melaksanakan kebijakan

pemeliharaan preventive:

Untuk menentukan biaya pemeliharaan preventive meliputi pemeliharaan

setiap satu bulan, dua bulan, tiga bulan dan seterusnya, harus dihitung

perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam suatu periode.

Bn = N ∑� �� + B(n-1)P1 + B(n-2)P2 + B(n-3)P3 + B1P(n-1)

Keterangan:

Bn = perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam n bulan,

N = jumlah Mesin,

Pn = Probabilitas mesin rusak dalam periode n.

2.1.10 Manajemen Pemeliharaan

Page 21: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

Manajemen pemeliharaan adalah jenis strategi pemeliharaan, pemeliharaan

terencana dan tidak terencana, kerusakan, pencegahan dan pemeliharaan prediktif.

Perbandingan keuntungan dan kerugian. Keterbatasan, jadwal pemeliharaan,

manajemen penghematan bahan, mengontrol daftar barang-barang, dan organisasi

departemen pemeliharaan.

Menurut Mobley, (2002) metode pelaksanaan dari manajemen pemeliharaan

ada dua jenis, yaitu:

1) Run-to-failure,

Adalah manajemen teknik pengaktifan kembali yang menunggu mesin atau

peralatan rusak sebelum diambil tindakan pemeliharaan, yang mana sebenarnya

adalah “nomaintenance”. Metode ini merupakan manajemen pemeliharaan yang

paling mahal. Metode reaktif ini memaksa departemen manajemen pemeliharaan

untuk mempertahankan persediaan suku cadang yang banyak yang mencakup seluruh

komponen utama peralatan penting pabrik.

2) Preventive Maintenance

Ada banyak defenisi pemeliharaan preventive, tetapi semua program

manajemen pemeliharaan preventive adalah dijalankan berdasarkan waktu. Dengan

kata lain tugas-tugas pemeliharaan berlalu berdasarkan pada jam operasi. Dalam

manajemen pemeliharaan preventive, perbaikan mesin dijadwalkan berdasarkan pada

statistik waktu rata-rata kerusakan (MTTF). Laju kegagalan dari suatu komponen

atau sistem dapat di plot pada suatu kurva dengan variabel random waktu sebagai

absis dan laju kegagalan dari komponen atau sistem sebagai ordinat. Kurva laju

kegagalan klasik yang sering dipakai untuk menjelaskan perilaku dari komponen

atau sistem adalah kurva bak mandi (bath-up curve). Kurva ini terdiri dari tiga buah

Page 22: Chapter II 3

λ = konstan

Masa awal Masa aus

Masa berguna

Universitas Sumatera Utara

bagian utama, yaitu masa awal (burn-in period), masa yang berguna (useful life

period), dan masa aus (wear out period).

waktu (t)

Gambar 2.4 Tipe kurva bak mandi

Bagian pertama dari kurva ini, yaitu masa awal dari suatu sistem atau

komponen, ditandai dengan tingginya kegagalan pada fase awal dan berangsur-

angsur turun seiring bertambahnya waktu. Bagian kedua dari kurva ini ditandai

dengan laju kegagalan yang konstan dari komponen atau sistem. Sedang bagian

ketiga dari kurva ini ditandai dengan naiknya laju kegagalan dari komponen atau

sistem seiring dengan bertambahnya waktu.

Gambar 2.5 Hubungan Biaya Preventive dan Corrective Maintenance

(Mobley, R, Keith, 2002)

Laju

keg

agal

an λ

Page 23: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

Pada gambar 2.6, dapat dilihat bahwa biaya operasional korektif meningkat

dengan meningkatnya waktu interval. Dengan kata lain, semakin sering melakukan

tindakan PM (Preventive Maintananance), biaya operasional semakin tinggi akan

korektif. Jelas, semakin lama kita membiarkan komponen beroperasi, tingkat

kegagalan yang meningkat ke titik yang lebih mungkin untuk gagal, sehingga

membutuhkan lebih banyak tindakan korektif. Sebaliknya, semakin lama menunggu

untuk melakukan PM, semakin sedikit biaya. Sedangkan jika Anda terlalu sering

PM, semakin tinggi biaya. Jika kita menggabungkan kedua biaya, kita dapat melihat

bahwa ada titik optimal yang meminimalkan biaya. Dengan kata lain, seseorang ahli

harus dapat menyeimbangkan antara risiko (biaya) yang terkait dengan kegagalan

untuk memaksimalkan waktu antara Preventive maintanannce.

Sedangkan Menurut Dhillon B.S, (2006) menyebutkan bahwa ada enam

prinsip-prinsip penting manajemen pemeliharaan, yaitu:

1) Hubungan layanan pelanggan adalah dasar dari organisasi pemeliharaan yang

efektif,

2) Produktivitas maksimum terjadi ketika masing-masing karyawan dalam sebuah

organisasi memiliki tugas yang ditetapkan untuk melaksanakan secara bentuk

definitive dan waktu yang pasti,

3) Pengukuran sebelum datang pengawas. Maksudnya adalah ketika seseorang

diberikan sebuah tugas yang harus dilakukan dengan menggunakan metode yang

efektif dalam jangka waktu tertentu, ia menjadi sadar secara otomatis penuh

harapan,

4) Pengawasan pekerjaan tergantung pada yang pasti, tanggung jawab individu

untuk semua tugas perintah kerja selama rentang hidup. Sebuah tanggung jawab

departemen pemeliharaan adalah untuk mengembangkan, menerapkan, dan

Page 24: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

memberikan dukungan operasi yang sesuai untuk perencanaan dan penjadualan

pekerjaan pemeliharaan,

5) Semua jadwal terkontrol secara efektif. Sesuai jadwal pada interval titik kontrol

sehingga semua masalah terdeteksi, dalam waktu dan jadwal penyelesaian

pekerjaan tidak tertunda,

6) Ukuran optimal kru adalah jumlah minimum yang dapat melaksanakan tugas

yang diberikan dengan cara yang efektif.

2.2 Pompa Sentrifugal

2.2.1 Prinsip kerja pompa sentrifugal

Prinsip kerja pompa sentrifugal ialah sebagai berikut:

a) gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar

sehingga kecepatan fluida meningkat,

b) kecepatan fluida yang tinggi ditampung oleh saluran (casing) berbentuk volut

atau diffuser dan disalurkan ke luar pompa melalui nosel, di dalam nosel ini

sebagian head kecepatan aliran diubah menjadi head tekanan.

2.2.2 Bagian-bagian utama pompa sentrifugal multi stage

Secara umum bagian-bagian utama pompa sentrifugal multi stage dapat

dilihat seperti gambar berikut :

Page 25: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.6 Bagian-bagian utama pompa sentrifugal multi stage

1) Poros (shaft)

2) Paking (packing)

3) Penekan paking

4) Flens keluar

5) Selubung poros

6) Mur Selubung

7) Pelempar bocoran zat cair

8) Tutup bantalan

9) Rumah bantalan

10) Cakram penyeimbang

11) Rumah pompa (casing)

12) Sudu antar

13) Impeler

14) Flans isap

Page 26: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

15) Pasak

16) Rumah Bantalan

17) Tutup Bantalan

2.2.3 Klasifikasi Pompa Sentrifugal

Pompa sentrifugal diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain:

1) Kapasitas :

a. Kapasitas rendah : < 20 m3/jam

b. Kapasitas menengah : 20-60 m3/jam

c. Kapasitas tinggi : > 60 m3/jam

2) Tekanan Discharge :

a. Tekanan Rendah : < 5 Kg/cm2

b. Tekanan menengah : 5 - 50 Kg/cm2

c. Tekanan tinggi : > 50 Kg/cm2

3) Jumlah / Susunan Impeller dan Tingkat :

a. Single stage : Terdiri dari satu impeller dan satu casing.

b. Multi stage : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun seri

dalam satu casing.

c. Multi Impeller : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel

dalam satu casing.

d. Multi Impeller-Multi stage : Kombinasi multi impeller dan multi stage.

4) Posisi Poros :

a. Poros tegak

b. Poros mendatar

Page 27: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

5) Jumlah Suction :

a. Single Suction

b. Double Suction

6) Arah aliran keluar impeller :

a. Radial flow

b. Axial flow

c. Mixed fllow

2.2.4 Kavitasi

Kavitasi adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung uap di dalam

cairan yang terjadi akibat turunnya tekanan cairan sampai di bawah tekanan uap

jenuh cairan pada suhu operasi pompa. Gelembung uap yang terbentuk dalam proses

ini mempunyai siklus yang sangat singkat. Knapp (Karassik dkk, 1976) menemukan

bahwa mulai terbentuknya gelembung sampai gelembung pecah hanya memerlukan

waktu sekitar 0,003 detik. Gelembung ini akan terbawa aliran fluida sampai akhirnya

berada pada daerah yang mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan uap jenuh

cairan.

Pada daerah tersebut gelembung tersebut akan pecah dan akan menyebabkan

shock pada dinding di dekatnya. Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang

terbentuk akibat pecahnya gelembung uap tadi sehingga mengakibatkan tumbukan.

Peristiwa ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan mekanis pada pompa.

Page 28: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.7 Kerusakan pada permukaan sudu impeller akibat kavitasi

2.2.5 Net Positive Suction Head (NPSH)

Kavitasi akan terjadi bila tekanan statis suatu aliran turun sampai di bawah

tekanan uap jenuhnya. Untuk menghindari kavitasi diusahakan agar tidak ada satu

bagianpun dari aliran di dalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah

dari tekan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu

diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peranan penting. Pertama, tekanan

yang ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana pompa di pasang dan kedua,

tekanan yang ditentukan oleh keadaan aliran di dalam pompa.

Berhubungan dengan dua hal diatas maka didefinisikanlah suatu Net Positive

Suction Head (NPSH) atau Head Isap Positif Neto yang dipakai sebagai ukuran

keamanan pompa terhadap kavitasi. Ada dua macam NPSH, yaitu NPSH yang

tersedia pada sistem (instalasi), dan NPSH yang diperlukan oleh pompa. Pompa

terhindar dari kavitasi jika NPSH yang tersedia lebih besar dari pada NPSH yang

dibutuhkan.

Page 29: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

2.3 Air

2.3.1 Pengertian air

Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu, air alam tidak pernah

murni. Air alam mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut. Air alam

juga mengandung mikroorganisme. Apabila kandungan air tersebut tidak

mengganggu kesehatan manusia, maka air tersebut dianggap bersih. Air yang tidak

layak diminum masih bisa digunakan untuk keperluan yang lain, misalnya, irigasi,

industri, maupun kepentingan rumah tangga seperti halnya memasak, mencuci, dan

masih banyak yang lainnya.

Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kwalitas air,

sehingga air tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Air tercemar akibat

masuknya makhuk hidup, zat, atau energi ke dalam air, sehingga kualitas air

menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukannya atau kegunaannya.

2.3.2 Pemurnian air

Fungsi pemurnian air antara lain : (Sumber : SPO Pengolahan Kelapa Sawit,

2011)

1) Mengolah air dari sumber air sehingga memenuhi persyaratan untuk

digunakan di pabrik dan perumahan.

2) Mengolah air sehingga didapatkan air yang memenuhi persyaratan untuk air

umpan Ketel.

Proses pemurnian air yang dilakukan di PTPN IV PKS Gunung Bayu adalah

sebagai berikut :

Page 30: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

1) Water basin

Adalah bak penampung sementara air sementara dari sumber air yang

berfungsi untuk mengendapkan kotoran/pasir, sehingga air yang dijernihkan

di Water Clarifier bisa lebih bersih, pemakain tawas lebih hemat, pompa

tidak cepat aus dan kualitas air tidak berfluktuasi.

2) Water Clarifier Tank

Berfungsi untuk melanjutkan penjernihan terhadap air dari water basin. Air

dalam water clarifier diberi injeksi tawas-tawas melalui pipa air masuk.

Tawas akan bereaksi dengan padatan terlarut (kotoran-kotoran yang ada

dalam air) membentuk floc-floc lumpur/kotoran yang akan mengendap di

dasar tangki

Bila pH air sebelum masuk ke tangki water clarifier <5.5, maka perlu diberi

soda ash untuk menaikkan pH menjadi 5.5-8.0 untuk memperoleh hasil reaksi

yang maksimal antara tawas dengan kotoran-kotoran dalam air. Jumlah tawas

yang diberikan sangat relatif tergantung pada kualitas air yang masuk ke

tangki water clarifier. Semakin kotor air yang masuk ke tangki water

clarifier, maka semakin banyak jumlah tawas yang harus diberikan. Pada

umumnya jumlah tawas yang diberikan adalah 25-50 ppm. Jumlah tawas

yang tepat yang sesuai kebutuhan dapat dihitung berdasarkan analisa

laboratorium dengan menggunakan floculator.

3) Sand Filter

Fungsi dari sand filter adalah untuk menangkap/menyaring kotoran yang

melayang dengan menggunakan pasir kwarsa (atas), batu kerikil kecil

(tengah), dan batu krikil yang agak besar (bawah). Perbandingan jumlah

pasir, kerikil kecil dan kerikil besar adalah 40:30:30

Page 31: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

Pada sand filter terdapat 2 buah manometer yang berfungsi untuk

menentukan apakah sudah saatny dilakukan back wash atau belum.

Indikatornya adalah apabila selisih antara manometer yang di atas dan yang di

bawah sudah mencapai 2.9 psi (=0.2 kg/cm2) berarti sand filter sudah

dipenuhi oleh kotoran/lumpur dan tangki sand filter harus segera di back

wash 5-15 menit/air back wash sudah bersih. Pasir atau batu kerikil harus

diganti minimal 4 tahun sekali atau bila air yang masuk ke sand filter sangat

kotor maka penggantian harus dilakukan lebih cepat.

4) Water Tower Tank

Adalah sebagai tempat penimbunan air hasil penyaringan dari sand filter.

Dari water tower tank (menara air) air didistribusikan ke pabrik dan

perumahan. Khusus untuk memenuhi kebutuhan pabrik, fungsi water tower

tank adalah agar air yang masuk ke Demint Plant dalam kondisi yang

kontinu dan dengan tekanan yang stabil

5) Demin Plant

Fungsinya untuk menangkap kotoran terlarut dalam air yang berupa kation

dan anion terutama kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan silika (Si) yang dapat

mengakibatkan timbulnya kerak di dalam ketel. Tangki kation exchanger

yang berisi resin kation berfungsi menangkap ion kalsium (Ca) dan

magnesium (Mg) yang ditunjukkan dengan angka kesadahan, sedangkan

anion exchanger berfungsi untuk menangkap ion silika (SiO2).

Bila kesadahan air keluar kation exchanger >2 ppm dan kandungan silika air

keluar dari anion exchanger >5 ppm, berarti resin sudah jenuh dan harus

dilakukan regenerasi. Cara memberikan regenerasi adalah dengan

memberikan H2SO4 untuk kation exchanger dan caustic soda (NaOH) untuk

Page 32: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

anion exchanger. Jumlah H2SO4 yang harus diberikan sebanyak 20-40 gr/liter

resin, sedangkan NaOH diberikan sebanyak 60-120 gr/liter resin. Contoh

resin : Amberlit IR 402/420/Deolit. Waktu yang dibutuhkan untuk regenerasi

adalah 3-4 jam.

(a)

(b)

Gambar 2.8 (a) Anion Exchanger dan (b) Kation Exchanger

Page 33: Chapter II 3

Universitas Sumatera Utara

6) Feed Water Tank

Adalah tangki yang berasal dari demint plant yang digunakan untuk air

umpan boiler. Pada stasiun inilah pompa multi stage digunakan untuk

memompakan air ke ketel melalui deaerator. Pemanasan di feed water tank

menggunakan pipa injeksi uap langsung.

Semakin tinggi temperatur air umpan semakin hemat pemakain bahan bakar,

temperatur minimal 80oC.

Gambar 2.9 Feed Water Tank