Chapter II Kaizen Thesis

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    1/20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Budaya Kaizen

    2.1.1 Pengertian Budaya Kaizen

    Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan

    perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat

    kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi

    kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah menjadi

    kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu

    atau kualitas kerja, maka dinamakan budaya kerja menurut Widagdho (2004:76)

    Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup

    sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong,

    membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang

    tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan

    tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja menurut Prasetya (2002: 54).

    Budaya Kerja Jepang dikenal dengan sebutan Kaizen. Kaizen menurut

    Imai (2008 : 11) adalah kemajuan dan perbaikan terus menerus dalam kehidupan

    seseorang, kehidupan berumah tangga, kehidupan bermasyarakat dan kehidupan

    kerja. Sedangkan menurut Wellington (1998 : 48), Kaizenadalah konsep yang

    sederhana, yang dibentuk oleh dua karakter yaitu: Kaiartinya perubahan danZen

    artinya baik, sehingga kalau digabungkan menjadi satu kata maka secara harfiah

    berarti perbaikan. Kata Kaizen digunakan untuk menguraikan suatu proses

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    2/20

    manajemen dan budaya bisnis berarti perbaikan terus-menerus dan perlahan-lahan

    dengan keikutsertaan aktif dan komitmen dari semua karyawan dalam bentuk

    apapun yang dilakukan oleh perusahaan.

    Hardjosoedarmo (2001 : 147) mendefinisikan Kaizen atau perbaikan

    secara berkelanjutan adalah perbaikan proses secara terus menerus untuk selalu

    meningkatkan mutu dan produktifitas output

    Kemudian Waluyo (http://www.dostoc.com)menyatakan bahwa:

    Budaya organisasi masyarakat Jepang disebut kaizen yang secara bahasa

    Jepang kaiberarti perubahan sedangkanzenberarti baik dan secara istilah

    artinya adalah perbaikan dan penyempurnaan berkesinambungan yang

    melibatkan semua anggota dalam hirarki perusahaan, baik manajemen

    maupun karyawan. Intinya adalah bahwa manajemen harus memuaskan

    dan memenuhi kebutuhan pelanggan jika perusahaan ingin tetap bertahan

    dan berkembang.

    Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa budaya Kaizen proses

    perbaikan yang terjadi secara terus menerus untuk memperbaiki cara kerja,

    meningkatkan mutu dan produktivitas output dengan cara antara lain menanamkan

    sikap disiplin terhadap karyawan serta menciptakan tempat kerja yang nyaman

    bagi karyan yang melibatkan semua anggota dalam hierarki perusahaan, baik

    manajemen maupun karyawan.

    2.1.2 Konsep Budaya Kaizen

    Konsep utama Kaizen menurut Imai (2008 : 15) untuk mewujudkan

    strategi Kaizenyaitu:

    Universitas Sumatera Utara

    http://www.dostoc.com/http://www.dostoc.com/
  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    3/20

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    4/20

    memelihara, memperbaiki dan meningkatkan standar. Setiap proses

    kerja yang baru biasanya belum stabil sehingga perlu distabilkan

    melalui siklus SDCA (Standardize,Do,Check,Act) dalam rangka

    mencapai kestabilan proses. Sedangkan PDCA menerapkan perubahan

    guna meningkatkannnya. SDCA berkaitan dengan fungsi pemeliharaan

    sedangkan PDCA berkaitan dengan fungsi perbaikan.

    4. Mengutamakan KualitasKualitas merupakan prioritas tinggi dibandingkan dengan harga dan

    penyerahan produk yang ditawarkan kepada consume, karena

    perusahaan tidak dapat bersaing jika kualitas produk dan pelayanan

    tidak memadai.

    5. Berbicara dengan Data

    Mengumpulkan data tentang keadaan saat ini merupakan langkah awal

    dalam upaya perbaikan, karena data berguna untuk memecahkan suatu

    masalah.

    6. Kepuasan Konsumen

    Semua pekerjaan terselenggarakan melalui serangkaian proses dan

    masing-masing proses memiliki pemasok maupun konsumen.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    5/20

    2.1.3 Prinsip Budaya Kaizen

    Prinsip Budaya Kaizenmenurut Imai (2008 : 35) terdiri dari:

    1. Orientasi Pelanggan2. PMT (Pengendalian Mutu Terpadu)3. Robotik4. Gugus Kendali Mutu5. Sistem Saran6. Otomatisasi atau Fleksibel7. Disiplin di tempat kerja8. Pemeliharaan Produktivitas Terpadu9. Kamban (tepat waktu)10. Penyempurnaan Mutu11. Tepat Waktu12. Tanpa Cacat13. Aktivitas Kelompok Kecil14. Hubungan Kooperatif Karyawan-manajemen15. Pengembangan produk baru

    Menurut Wellington (1998 : 56), prinsip-prinsip Kaizen yang sering

    diterapkan dalam perusahaan di Jepang adalah:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    6/20

    1. Memfokuskan pada Pelanggan

    Dalam Kaizen semua aktivitas diarahkan pada kepuasan pelanggan da

    focus pandangan jangka panjang pada kebutuhan pelanggan.

    Perusahaan harus menyediakan produk bermutu tinggi dan pelayanan

    untuk menyampaikannya ke tangan konsumen untuk memenuhi

    kebutuhan konsumen.

    2. Melakukan Perbaikan Secara Terus-Menerus

    Perusahaan tidak akan berhenti setelah perbaikan berhasil

    dimplementasikan. Setiap kemajuan akan dipersatukan dalam proses

    desain/ manufaktur/manajemen sebagai standar prestasi kerja yang baru

    dan formal.

    3. Mengakui Masalah Secara Terbuka

    Pada perusahaan Kaizen, setiap tim kerja dapat mengemukakan

    masalahnya secara terbuka. Mereka akan mendapat perhatian dari setiap

    orang yang ada di tim, departemen atau perusahaan dan menerima ide

    penyelesaian masalah dari siapapun.

    4. Mendorong Keterbukaan

    Pada perusahaan Kaizen, ruang kerja bersfat terbuka, kebersamaan lebih

    disukai sehingga membuat kepemimpinan semakin jelas dan

    komunikasi semakin hidup.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    7/20

    5. Menciptakan Tim Kerja

    Setiap individu dalam sebuah perusahaan Kaizenmenjadi anggota tim

    kerja yang diarahkan oleh seorang pimpinan tim. Keberhasilan tim

    tergantung sejauh mana tujuan tim dan tingkat kemampuan tim.

    Kegiatan tim dikendalikan dengan pemeriksaan yang memadai dan

    keseimbangan dalam prestasi kerjanya.

    6. Mengelola Proyek Lewat Tim Lintas Fungsional

    Kaizenmenyatakan bahwa tidak seorang pun atau satu tim pun harus

    mempunyai semua keterampilan atau ide terbaik untuk mengelola satu

    proyek secara efisien, bahkan dalam hal yang menyangkut disiplin

    ilmunya sendiri.

    7. Mengembangkan Proses Hubungan yang Tepat

    Pada perusahaan Kaizen diharapkan terjalin hubungan yang harmonis

    pada komunikasi dan cara untuk menghindari konfrontasi antar pribadi.

    8. Mengembangkan Disiplin PribadiAdanya rasa hormat pada diri sendiri dan perusahaan menunjukkan

    kekuatan dan keutuhan dalam diri seseorang serta kapasitas agar

    menjadi harmini dengan rekan dan pelanggan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    8/20

    9. Memberikan Informasi kepada Setiap Karyawan

    Kaizen memberikan syarat agar semua staff mendapat informasi

    lengkap mengenai perusahaan mereka, secara induksi (formal,

    terstruktur, lengkap, berkepanjangan) dan sepanjang mereka masih

    menjadi karyawan.

    10. Membuat Setiap Karyawan Menjadi Mampu

    Membuat karyawan menjadi mampu berarti member bekal

    keterampilan dan peluang untuk menerapkan informasi yang

    diberikan. Lewat pelatihan berbagai keterampilan, dorongan,

    tanggungjawab membuat keputusan, akses dalam sumber data dan

    anggaran, umpan balik dan imbalan, karyawan mendapat wewenang

    untuk memberikan pengaruh yang cukup besar pada diri sendiri dan

    kegiatan perusahaan.

    Pokok dari kaizen adalah sederhana dan tepat sasaran. Dalam

    prinsip kaizen dikatakan bahwa cara hidup kita, kehidupan ditempat kerja

    kita, atau kehidupan sosial kita harus mengalami perbaikan secara konstan,

    Imai (2008 : 41).

    2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Kaizen

    Kaizen secara harafiah berarti improvement. Kaizendibutuhkan di setiap

    perusahaan . Filosifi Kaizen: dalam perjalan aktivitas suatu perusahaan pasti

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    9/20

    akan mengalami penurunan/deteriorasi (baik alat maupun manusia). Untuk

    menjaga agar penurunan itu tidak terjadi maka diperlukan

    maintenance/repairement(pemeliharaan/perbaikan). Tapi, kalau perusahaan ingin

    meningkatkan performancenya, maka dibutuhkan juga aktivitas improvement

    (Kaizen). Perusahaan sering menggunakan istilah Kaizen atau Improvement

    Proposal dalam melaksanakan program improvementnya.

    Ada 5 (lima) faktor yang mendukung di dalam Budaya Kaizenyaitu :

    1.Teamwork (Tim Kerja)

    Team workbisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja

    sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang

    saling melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah

    disepakati sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan

    efisien. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai

    pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama.

    Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan

    pula tujuan dari pribadi yang paling populer di tim.

    2.Personal Disipline (Disiplin Pribadi)

    Disiplin tidak ada kaitannya dengan kekerasan atau hukuman. Namun

    disiplin sangat erat kaitannya dengan motivasi. Pada dasarnya hal yang

    dapat memotivasi individu dapat dikelompokan menjadi dua: by

    loveatau by fear. Anda dapat termotivasi untuk melakukan suatu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    10/20

    pekerjaan jika anda telah menyadari berbagai hal menyenangkan yang

    dapat anda peroleh setelah/pada saat anda melakukan pekerjaan tersebut.

    Anda juga dapat termotivasi jika anda menyadari berbagai hal yang

    mengancam jika anda tidak melakukan suatu pekerjaan yang harus anda

    lakukan. Umumnya individu akan termotivasi dengan cara yang kedua

    karena berbagai sistem pendidikannya (formal/non-formal) selama ini

    telah berhasil mengkondisikannya demikian. Itulah sebabnya mengapa

    kebanyakan individu menghubungkan disiplin dengan kekerasan atau

    hukuman.

    Disiplin pribadi merupakan suatu skill, yang artinya dapat dilatih.

    Disiplin dapat dianalogikan seperti otot, semakin anda melatihnya,

    disiplin anda semakin baik.

    3.Improved Morale (Peningkatan Moral)

    Peningkatan kualitas moral sangat berperan penting dalam budaya

    Kaizen, karena budaya yang tidak didukung dengan kualitas moral yang

    baik maka budaya tersebut dapat dikatakan adalah budaya yang gagal.

    Budaya kaizenidentik dengan aspek moral yang tetap dijaga dari dahulu

    samapi sekarang. Budaya yang mencerminkan ketaatan atas moral

    individu masyarakat yang menganut budaya tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    11/20

    4.Quality Circle (Kualitas Lingkaran)

    Orang-orang yang merupakan bagian dari lingkaran kontrol kualitas akan

    merasakan rasa kepemilikan untuk proyek tersebut. Hasil yang lebih

    tinggi dan tingkat penolakan juga lebih rendah mengakibatkan

    peningkatan kepuasan kerja bagi para pekerja, yang pada gilirannya

    mendorong mereka untuk berkontribusi lebih banyak. Sebuah kontrol

    kualitas program lingkaran juga membawa peningkatan komunikasi dua

    arah antara staf dan manajemen.

    5.Suggestion for Improvement (Saran untuk Perbaikan)

    Penerapan Kaizen di dalam suatu perusahaan tidak semudah yang diduga

    sebab memerlukan keterlibatan semua unsur di dalam perusahaan. Ini

    dimulai dengan melakukan studi literatur untuk mendapatkan gambaran

    penerapan continuous improvement di suatu perusahaan dan

    mendapatkan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan

    penerapannya. Berdasarkan literatur dan penelitian - penelitian

    sebelumnya, faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan suatu

    manajemen mutu atau penerapan continuous improvement di dalam suatu

    perusahaan adalah dukungan manajemen, aspek pekerja, dan budaya

    perusahaan yang sesuai.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    12/20

    2.2 Kinerja Karyawan

    2.2.1 Pengertian Kinerja

    Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia kinerja seorang

    karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi

    kerja bagi karyawan itu sendiri dan juga untuk keberhasilan perusahaan.

    Istilah kinerja berasal dari job performance atau actual performance

    (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Menurut

    Mangkunegara (2000 : 67), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

    kuantitas yang ingin dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

    sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

    Berdasarkan defenisi diatas bahwa kinerja merupakan suatu konsep yang

    strategis dalam rangka menjalin hubungan kerja sama antara pihak manajemen

    dengan para karyawan untuk mencapai kinerja yang baik, unsur yang paling

    dominan adalah sumber daya manusia, walaupun perencanaan telah tersusun

    dengan baik dan rapi tetapi apabila orang atau personil yang melaksanakan tidak

    berkualitas dengan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, maka perencanaan

    yang telah disusun tersebut akan sia-sia.

    2.2.2. Penilaian Kinerja

    Pada saat ini memaksimalkan kinerja adalah prioritas bagi kebanyakan

    organisasi. Namun demikian, kinerja yang memuaskan tidak terjadi secara

    otomatis. Dalam faktor penilaian dari kinerja merupakan faktor yang cukup

    berpengaruh terhadap pencapaian kinerja yang optimal. Pada dasarnya penilaian

    kinerja sangat diperlukan bagi perusahaan, karena melalui proses ini perusahaan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    13/20

    dapat mengetahui apakah pekerjaan yang telah diberikan kepada karyawan

    tersebut dapat diselesaikan karyawan tersebut dengan baik atau tidak. Penilaian

    kinerja tersebut merupakan kinerja seorang karyawan selalu dibandingkan dengan

    standar yang telah ditentukan oleh perusahaan sehingga hasilnya dapat

    dinyatakan.

    Menurut Robbins (2002 : 155) mengatakan hampir semua cara

    pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

    1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai.Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses

    atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang

    dihasilkan.

    2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukurankualitatif keluaran mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan,

    yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk

    keluaran.

    3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yangdirencanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus

    dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu

    penyelesaian suatu kegiatan.

    2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

    Menurut Mangkunegara (2000:67), faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (abnegarility) dan

    faktor motivasi (motivation).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    14/20

    1. Faktor Kemampuan

    Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ)

    dan kemampuan realita, artinya karyawan yang memiliki IQ yang

    rata-rata (IQ 110-120) dengan memadai untuk jabatannya dan terampil

    dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih

    mudah mencapai kinerja yang diharapkan oleh karena itu karyawan

    perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

    2. Faktor Motivasi

    Motivasi terbentuk dari sikap (Attitude) seorang karyawan dalam

    menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

    menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan

    organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental

    yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja

    secara maksimal. (Sikap mental yang siap secara psikofik) artinya,

    seorang karyawan harus siap mental, mampu secara fisik, memahami

    tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu

    memanfaatkan dalam mencapai situasi kerja.

    2.2.4 Kegunaan Penilaian Kinerja

    Menurut Hasibuan (2000 : 88) tujuan dan kegunaan penilaian prestasi

    kerja karyawan sebagai berikut :

    1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untukpromosi, demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    15/20

    2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisasukses dalam pekerjaannya.

    3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan didalam perusahaan.

    4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifanjadwal kerja, metode kerja, strutur organisasi, gaya pengawasan,

    kondisi kerja dan peralatan kerja.

    5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan begikaryawan yang berada di dalam organisasi.

    6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehinggadicapai tujuan mendapatkan performance kerja yang baik.

    7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan(Supervisor, Manajer, Administrator) untuk mengobservasi perilaku

    bawahan supaya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan

    bawahannya.

    8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahadi masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

    9.

    Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan

    karyawan.

    10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personaldan dengan demikian bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar

    bisa diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.

    11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    16/20

    karyawan.

    12. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraianpekerjaan (job Description).

    2.2.5 Pengaruh Budaya Kaizenterhadap Kinerja

    Kaizen adalah budaya kerja Jepang yang artinya adalah perbaikan atau

    penyempurnaan berkesinambungan yang melibatkan setiap orang dalam

    perusahaan baik manajer maupun karyawan dalam rangka meningkatkan mutu

    dan produktivitas output. Beberapa prinsip kaizenantara lain: orientasi pelanggan,

    adanya pengendalian mutu terpadu, adanya disiplin kerja, ketepatan waktu, serta

    adanya hubungan yang kooperatif antara karyawan dengan manajemen akan

    membantu karyawan dalam bekerja sehingga karyawan mampu menghasilkan

    kinerja yang sesuai dengan harapan perusahaan.

    Dengan demikian apabila budaya Kaizen diterapkan di perusahaan maka

    kinerja karyawan juga akan meningkat. Sebab setiap karyawan akan menunjukkan

    hasil kerja yang baik, karyawan bertanggung jawab untuk memperbaiki setiap

    kesalahan kerja, serta menyempurnakan proses kerja dalam rangka mencapai

    tujuan perusahan. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

    Budaya Kaizensangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan dalam perusahaan.

    2.3 Penelitian Terdahulu

    Irma Julianty (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisa Mutu

    Produk Minyak Sawit Berdasarkan Metode Kaizendi PT. Perkebunan Nusantara

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    17/20

    III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan. Hasil penelitian ini dilakukan pada

    studi penerapan kaizenmenggunakan seven tools pada bagian proses produksi dan

    analisis penerapan 5S, pemborosan (Muda), serta standarisasi yang dapat

    diterapkan perusahaan di lantai pabrik. Dari hasil diperoleh pada histogram yang

    diperoleh dari check sheet, pareto diagram terlihat kerusakan yang terjadi dibagian

    pengolahan kerusakan terbesar adalah adanya kadar asam lemak bebas (ALB)

    yang tinggi (40,11%), dan diikuti dengan kadar air yang tinggi (33,86%) dan

    kadar kotoran yang tinggi (26,03%). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

    didapati kerusakan yang paling besar adalah adanya kadar asam lemak bebas

    (ALB) yang tinggi. Serta adanya penerapan 5 S, penghapusan pemborosan

    (Muda) dan pembuatan standarisasi. Faktor penyebab terjadinya kerusakan

    minyak kelapa sawit ini adalah faktor bahan baku, manusia, lingkungan, mesin

    dan metode kerja.

    Harisa (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Budaya

    Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Sogo Sun Plaza Medan).

    Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara

    budaya organisasi terhadap kinerja karyawan sebesar 0,641. Berdasarkan uji

    determinan diketahui bahwa budaya organisasi mempengaruhi kinerja pegawai

    dengan tingkat pengaruh sebesar 41%. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada

    pengaruh antara budaya organisasi terhadap kinerja karyawan dapat diterima.

    Lestari (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Budaya

    Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan

    Universitas Sumatera Utara

    http://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Harisahttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Harisahttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Harisahttp://repository.usu.ac.id/browse?type=author&value=Harisa
  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    18/20

    PTPN III (Persero). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

    yang positif dan signifikan antara budaya kerja terhadap kinerja karyawan pada

    Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan sebesar 36,5%.

    2.4 Kerangka Konseptual

    Hardjosoedarmo (2001 : 147) mendefinisikan kaizenatau perbaikan secara

    berkelanjutan adalah perbaikan proses secara terus menerus untuk selalu

    meningkatkan mutu dan produktifitas output.

    Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

    keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan

    dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau

    kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

    Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan tidak dilakukan karyawan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu;

    kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan

    yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi.

    Kinerja karyawan dapat ditingkatkan dengan mempraktikkan budaya

    Kaizen Jepang. Budaya Kaizen adalah adalah perbaikan atau penyempurnaan

    berkesinambungan yang melibatkan setiap orang dalam perusahaan baik manajer

    maupun karyawan dalam rangka meningkatkan kinerja karyawan. Beberapa

    prinsip kaizen antara lain: orientasi pelanggan (fokus pada pelanggan),

    pengendalian mutu terpadu (perbaikan secara terus menerus), disiplin kerja, dan

    ketepatan waktu bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kinerja

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    19/20

    karyawan tersebut sehingga karyawan mampu menghasilkan kinerja yang sesuai

    dengan harapan perusahaan.

    Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan

    taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis

    serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksinya

    apabila melanggar tugas dan wewenang yang telah diberikan kepadanya. Setiap

    perusahaan pada umumnya menginginkan para karyawan yang bekerja dapat

    memenuhi segala aturan yang telah ditetapkan. Dengan ditetapkannya peraturan

    baik tertulis maupun tidak tertulis, diharapkan agar karyawan memiliki sikap

    disiplin yang tinggi dalam bekerja sehingga kinerjanya dapat meningkat.

    Sedangkan Tempat kerja adalah lingkungan dimana

    pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Tempat kerja yang kondusif

    memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja

    optimal. Lingkungan kerja yang menyenangkan dan memberi kenyamanan bagi

    karyawan serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai akan

    membawa dampak yang positif bagi karyawan dan mampu meningkatkan kinerja

    karyawan.

    Berdasarkan uraian-uraian diatas maka hubungan antara variabel-variabel

    bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini digambarkan dalam kerangka

    pemikiran sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/21/2019 Chapter II Kaizen Thesis

    20/20

    Sumber : Robbins (2002), data diolah.

    Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

    2.5 Hipotesis

    Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan

    perumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis

    (Sugiyono, 2008 :30). Berdasarkan perumusan masalah diatas, penulis

    merumuskan hipotesis pada penelitian ini adalah: Budaya Kaizenberpengaruh

    secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Asuransi

    Ramayana Tbk Cabang Medan.

    Budaya Keizen(X)

    Disiplin Kerja (X1)

    Tempat Kerja (X2)

    Kinerja Karyawan (Y)