22
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Dalam hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka itu tinggal dapat dikatakan masih menyedihkan. Sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Setiap petani ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya, akan tetapi hal – hal diatas merupakan penghalang, sehingga cara berpikir, cara kerja dan cara hidup mereka lama tidak mengalami perubahan – perubahan (Kartasapoetra, 1993). Tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri – ciri inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi didalam pengelolaan pertanian serta peranan dari keluarga petani. Inovasi didalam pengelolaan pertanian serta peranan dari keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena : Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani Sesuai dengan nilai – nilai, pengalaman dan kebutuhannya Tidak rumit Dapat dicoba dalam skala kecil Mudah diamati Universitas Sumatera Utara

Chapter III

  • Upload
    hamzah

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

???

Citation preview

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan,

kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Dalam hal ini pada umumnya

karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka itu

tinggal dapat dikatakan masih menyedihkan. Sehingga menyebabkan

pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan

seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Setiap petani ingin

meningkatkan kesejahteraan hidupnya, akan tetapi hal – hal diatas merupakan

penghalang, sehingga cara berpikir, cara kerja dan cara hidup mereka lama tidak

mengalami perubahan – perubahan (Kartasapoetra, 1993).

Tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri – ciri inovasi

dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi didalam pengelolaan pertanian serta

peranan dari keluarga petani. Inovasi didalam pengelolaan pertanian serta

peranan dari keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena :

• Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani

• Sesuai dengan nilai – nilai, pengalaman dan kebutuhannya

• Tidak rumit

• Dapat dicoba dalam skala kecil

• Mudah diamati

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian adopsi dapat digunakan oleh organisasi – organisasi

penyuluhan untuk mempercepat tingkat adopsi inovasi atau mengubah proses

adopsi inovasi sedemikian rupa sehingga kategori petani tertentu dapat

mengadopsinya lebih cepat (Hawkins, dkk, 1999).

Menurut Kartasapoetra (1993) mengingat sikap pandangan, keadaan dan

kemampuan daya pikir dan daya tangkap para petani maka dengan sendirinya

keberhasilan penyuluhan untuk sampai kepada tahapan yang meyakinkan para

petani sehingga mau menerapkan materi penyuluhan akan melalui beberapa

pentahapan. Pentahapan tersebut adalah sebagai berikut :

• Awareness (Mengetahui dan menyadari)

• Interesting (Penaruhan minat)

• Evaluation (Penilaian)

• Trial (Melakukan Pencobaan)

• Adoption (Penerapan / Adopsi).

Berdasarkan cepat lambatnya para petani menerapkan inovasi teknologi

melalui penyuluhan – penyuluhan pertanian, dapat dikemukakan beberapa

golongan petani yang terlibat didalamnya antara lain :

• Pelopor (Inovator)

• Penerap inovasi teknologi lebih dini (Early Adopter)

• Penerap inovasi teknologi awal (Early Mayority)

• Penerap inovasi teknologi yang lebih akhir (Late Mayority)

• Penolak inovasi teknologi (Leggard)

Universitas Sumatera Utara

Istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan

konsumen yang secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan bahan kimia

dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh

kondisi lingkungan yang sehat. Dalam 25 tahun mendatang kebutuhan pangan

akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya penduduk Indonesia.

Dengan demikian kebutuhan masukan teknologi tinggi berupa pupuk makin

meningkat, demikian juga kebutuhan pestisida akan lebih besar daripada yang

diperlukan sekarang. Dengan makin meningkatnya kebutuhan masukan energi

tinggi, maka biaya produksi yang diperlukan akan semakin besar. Hal ini

merupakan tantangan para pakar bidang pertanian untuk mencari teknologi

alternatif dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik dan

menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan (Sutanto, 2002).

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan

terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara

alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas,

dan berkelanjutan.

Manfaat Pertanian Organik

Sejumlah keuntungan yang dapat dipetik dari pengembangan pertanian

organik adalah, antara lain:

a. Kesehatan

1. Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga

meningkatkan kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa praktek

pertanian organik mampu meningkatkan hasil sayuran hingga 75%

Universitas Sumatera Utara

dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk pertanian organik

juga mempunyai kandungan vitamin C, kalium, dan beta karoten yang lebih

tinggi.

2. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena

petani akan terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh

digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian.

3. Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan

pertanian. Karena pertanian organik: (1) Menghindari penggunaan bahan

kimia sintetis dan (2) Memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti

kotoran ternak dan jerami sebagai pupuk kompos.

b. Lingkungan

1. Kualitas Tanah

Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang baik merupakan hal yang

penting dalam pertanian organik. Untuk itu dalam pertanian organik diutamakan

cara pengelolaan tanah yang meminimalkan erosi, meningkatkan kandungan

bahan organik tanah serta mendorong kuantitas dan diversitas biologi tanah.

Dalam pertanian organik peningkatan kesuburan tanah dilakukan tanpa

menggunakan pupuk kimia sintetis. Sebagai gantinya digunakan teknik-teknik

sebagai berikut:

• Rotasi tanaman secara tepat, mixed cropping dan integrasi tanaman dengan

ternak.

• Meningkatkan populasi mikroorganisme tanah melalui penggunaan pupuk

organik.

• Meminimalkan pengolahan tanah yang mengganggu aktivitas biota tanah.

Universitas Sumatera Utara

• Menjaga tanah selalu tertutup dengan mulsa organik.

• Menghindari pengolahan tanah yang berlebihan pada tanah yang miring

untuk mencegah erosi.

• Menggunakan tanaman dalam strip dan tumpang sari.

• Menghindari penggembalaan yang berlebihan.

• Tidak menggunakan bahan kimia sintetis yang meracuni mikroorganisme

tanah dan merusak struktur tanah.

2. Penghematan energi

Sistem produksi organik hanya menggunakan 50–80% energi minyak untuk

menghasilkan setiap unit pangan dibandingkan dengan sistem produksi pertanian

konvensional. Namun demikian, ini tidak berlaku untuk semua sistem produksi

sayuran dan buah-buahan.

3. Kualitas Air

Penjagaan kualitas air merupakan upaya yang sangat penting dalam sistem

pertanian lestari (sustainable agriculture system). Kenyataan menunjukkan bahwa

polusi air tanah (groundwater) dan air muka tanah (surface water) oleh nitrat dan

fosfat menjadi hal yang umum terjadi di kawasan pertanian. Residu pupuk dan

pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit seperti Escherichia Coli juga

seringkali terdeteksi di sistem perairan.

Pada areal pertanian organik, sumber air dijaga dengan menghindari

praktek-praktek pertanian yang menyebabkan erosi tanah dan pencucian nutrisi,

pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia. Kotoran hewan yang akan

digunakan untuk pupuk organik selalu dikelola dengan hati-hati dan dikomposkan

Universitas Sumatera Utara

sebelum digunakan. Di samping itu, penggunaan pupuk kimia dan pestisida

sintetis juga dilarang dalam sistem pertanian organik.

4. Kualitas Udara

Pertanian organik terbukti mampu meminimalkan perubahan iklim global

karena emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission) pada pertanian organik

lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik tidak

menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida

dari pupuk buatan tersebut. Penggunaan minyak bumi juga lebih rendah sehingga

menurunkan emisi gas karbon dioksida. Lebih penting lagi, pertanian organik

menyediakan penampungan (sink) untuk karbon dioksida melalui peningkatan

kandungan bahan organik di tanah serta penutupan permukaan tanah dengan

tanaman penutup tanah.

5. Pengelolaan Limbah

Praktek pertanian organik mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang

limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian

lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai

nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.

6. Keanekaragaman Hayati

Pertanian organik tidak hanya menghindari penggunaan pestisida sintetis,

namun juga mampu menciptakan keanekaragaman hayati. Praktek seperti rotasi

pertanaman, tumpang sari serta pengolahan tanah konservasi merupakan hal-hal

yang mampu meningkatkan keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat

yang sehat bagi banyak spesies mulai dari jamur mikroskopis hingga binatang

besar. Pertanian organik tidak menggunakan organisme hasil rekayasa genetika

Universitas Sumatera Utara

(Genetic Enggineering Organism) atau organisme transgenik (Genetically

Modified Organism) serta produknya karena alasan keamanan lingkungan,

kesehatan dan sosial. Produk-produk seperti ini tidak dibutuhkan karena mungkin

menyebabkan resiko yang tidak dapat diterima pada integritas spesies.

c. Perekonomian masyarakat

Penerapan pertanian organik, memberikan manfaat bagi masyarakat dalam

upaya pemberdayaan ekonomi rakyat antara lain :

1. Hasil

Pertanian organik yang dilakukan secara benar oleh petani yang

berpengalaman seringkali hasilnya sama, atau bahkan lebih tinggi, dari hasil

pertanian konvensional. Namun seringkali hasil pertanian organik lebih rendah

dari pertanian konvensional. Adanya perbedaan hasil ini mencerminkan adanya

perbedaan teknik bercocok tanam dan pengalaman petani. Industri pangan organik

berkembang sangat cepat sementara petani belum mempunyai pengetahuan dan

pengalaman yang cukup untuk menerapkan sistem pertanian organik yang benar.

Perbedaan hasil juga seringkali bergantung pada jenis tanaman yang diusahakan.

Di samping itu, pertanian organik juga relative lebih tahan terhadap gangguan

hama dan penyakit.

2. Biaya Produksi

Pertanian organik memerlukan biaya produksi relatif lebih rendah

dibandingkan pertanian konvensional, khususnya untuk penyediaan input

produksi. Dalam pertanian organik pembelian pupuk dan pestisida sintetis tidak

diperlukan lagi tetapi dalam implementasinya pertanian organik harus

Universitas Sumatera Utara

menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati atau agen hayati. Di samping

itu, dalam pertanian organik nilai penyusutan peralatan juga lebih rendah.

Dalam praktek pertanian organik, pengendalian gulma dilakukan secara

mekanis. Pengolahan tanah untuk pengendalian gulma setelah tanaman tumbuh

dilakukan dengan cara minimal. Banyak orang berpendapat bahwa pengendalian

gulma akan meningkatkan frekuensi pengolahan tanah dan juga biaya. Dalam

prakteknya, ternyata tidaklah demikian. Dengan perbaikan struktur tanah dan

praktek pengelolaan yang baik, pertanian organik justru meminimalkan

pengolahan tanah, atau lebih sedikit, dibanding pertanian konvensional.

3. Pendapatan

Pendapatan petani organik sedikit lebih besar dibanding dengan petani

konvensional. Secara umum, biaya produksi lebih rendah dan pendapatan lebih

besar (karena premium price). Industri organik berubah sangat cepat sehingga

mempengaruhi ketidakstabilan harga. Sebagai contoh, adanya harga tinggi pada

satu jenis komoditi telah mendorong banyak petani menanam komoditi yang sama

secara bersamaan. Ini menyebabkan harga turun ketika musim panen. Banyak

orang berpendapat bahwa sejalan dengan waktu premium price akan stabil.

Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani akhirnya akan meningkatkan

kesejahteraan petani.

4. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial

di pedesaan.

Pertanian organik akan merangsang hadirnya industri kompos rakyat yang

berarti adanya lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan. Disamping itu,

penerapan pertanian organik juga akan merangsang adanya kerjasama kemitraan

Universitas Sumatera Utara

antara petani peternak-pekebun untuk menerapkan sistem pertanian terpadu.

Dalam hubungan ini, peternak mendapatkan bahan makanan ternak dari limbah

pertanian (jerami dan dedak, misalnya) dari petani, sedangkan petani

mendapatkan kotoran hewan dari peternak sebagai bahan kompos untuk usaha

pertanian organiknya. Hal ini secara langsung akan menciptakan keharmonisan

kehidupan sosial di pedesaan.

5. Pemasaran

Permintaan akan pangan organik akhir-akhir ini tumbuh dengan pesat di

seluruh dunia, baik di Eropa, Canada, Amerika Utara, atau Jepang. Adanya

pertumbuhan yang cepat ini menimbulkan fluktuasi di pasar. Sebagai contoh,

beberapa pasar mempunyai persyaratan mutu yang sangat spesifik serta

permintaannya selalu berubah dari tahun ke tahun. Industri organik baru

berkembang, dan infrstruktur seperti sistem pengangkutan, pedagang dan

distributor masih perlu menyesuaikan diri (Rachman, 2007).

Salah satu upaya mengurangi penggunaan bahan kimiawi pada budidaya

tanaman adalah dengan memanfaatkan mikroorganisme. Dan keberadaan

mikroorganisme dapat dimanfaatkan dalam budidaya pertanian modern yang

berorientasi organic farming berupa pupuk hayati (biofertilizer), agensia

pengendali hayati (biopestisida), dan pengolahan limbah organik/hewan menjadi

pupuk kompos (biokomposer) telah berkembang dengan pesat. Pertanian alamiah

dapat menggunakan benih unggul, penggunaan mikroba berguna (biopestisida dan

biofertilizer), pupuk organik, dan pestisida nabati (Sipayung, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Landasan Teori

Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat

diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan

(cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri

seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh

masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”,

tetapi sampai benar-benar dapat melakanakan atau menerapkannya dengan benar

serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi

tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh

orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau

ketrampilannya.

Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup

panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan

bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk

kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan

dilandasi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek

– praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknologi –

teknologi yang lebih maju di lain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi

pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi – teknologi

maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai

produsen primer (Mardikanto, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sutanto (2002) konsep perkembangan pertanian berkelanjutan

sangatlah luas, tidak mungkin begitu saja dilaksanakan tanpa dukungan petani,

ilmuwan, pemerintah bahkan politikus. Bagaimanapun juga arah kebijakan

pembangunan pertanian sangat tergantung pada minat pemerintah untuk

mendukung suatu sistem pembangunan pertanian. Banyak pakar pertanian dan

lembaga swadaya masyarakat internasional berusaha mengembangkan pertanian

alternatif yang bertujuan untuk merehabilitasi kondisi tanah yang sedang sakit.

Salah satu usaha meningkatkan kesehatan tanah adalah membangun kesuburan

tanah yang dilaksanakan dengan cara meningkatkan kandungan bahan organik

melalui kearifan tradisional, atau menggunakan masukan dari dalam usahatani (on

farm inputs) itu sendiri.

Menurut Suprayono dan Setyono (1997) padi merupakan tanaman pertanian

kuno yang sampai sekarang menjadi tanaman utama dunia. Bukti sejarah di

Provinsi Zheijiang, Cina Selatan, menunjukkan bahwa penanaman padi di Asia

sudah dimulai 7.000 tahun yang lalu. Beberapa daerah yang diduga menjadi

daerah asal padi adalah India Utara bagian Timur, Bangladesh Utara dan daerah

yang membatasi negara Burma, Thailand, Laos, Vietnam dan Cina bagian Selatan.

Padi (Oryza sativa l.) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub – tropis. Untuk

padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman

sangat penting. Oleh karena air menggenang terus – menerus maka tanah sawah

harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung.

Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar, kemudian

ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari waduk inilah sewaktu – waktu air

dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Padi Organik Binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara, Oktober 2011.

No Desa Kabupaten Kelompok Tani

Luas Lahan (ha)

Produksi (ton)

1. Lubuk Bayas Serdang Bedagai Tani Subur 27 135

2. Namu Landor Deli Serdang Tani Mandiri 5 30 JUMLAH 32 165

Sumber: BITRA Indonesia, 2012

Dari tabel dapat dilihat berdasarkan Luas Lahan dan Produksi, desa binaan

BITRA di Lubuk Bayas lebih tinggi dibanding desa binaan BITRA di Namu

Landor. LSM BITRA merupakan institusi yang memberikan pembinaan

pertanian padi organik di Sumatera Utara.

Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik

dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik dalam arti sempit yaitu

pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia. Sedangkan pengertian pertanian

dalam arti luas, adalah pertanian masih memberi toleransi penggunaan bahan

kimia dalam batas – batas tertentu. Pertanian yang baik adalah yang tidak

mengabaikan ekosistem alam yang didalamnya termasuk tanaman budidaya,

gulma dan jasad pengganggu, hama dan penyakit serta manusia.

Tanaman pangan, khususnya padi merupakan tanaman pokok yang

diusahakan oleh sebagian besar petani di Indonesia. Padi merupakan bahan

makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan

pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam upaya memenuhi

kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, pemerintah mencanangkan program

Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang diimplentasikan pada periode

2007-2009. Melalui program ini, produksi beras ditargetkan meningkat lima

Universitas Sumatera Utara

persen atau setara 2 juta ton per tahun. Salah satu strategi yang ditempuh adalah

pada tahun 2008 diharapkan dapat terselenggara Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SL-PTT) di 60.000 unit. Strategi ini diharapkan dapat

memperluas penyebaran pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang akan

berdampak terhadap percepatan implementasi program P2BN (Deptan, 2008).

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah bentuk

sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan dilapangan.

Hamparan sawah milik petani peserta program penerapan PTT disebut hamparan

SL-PTT, sedangkan hamparan sawah tempat praktek sekolah lapang disebut

laboratorium lapang. SL-PTT juga mempunyai kurikulum, evaluasi pra dan pasca

kegiatan dan sertifikat. Bahkan sebelum SL-PTT dimulai perlu dilakukan

registrasi terhadap peserta yang mencakup nama dan luas lahan sawah garapan,

pembukaan dan studi banding atau kunjungan lapang.

Proses belajar SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudian memberikan

pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalaman tersebut, menganalisis masalah

yang terjadi dan menyimpulkan hasil kegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT

telah merasakan dampak positif dari teknologi yang diterapkan, baik dari aspek

materi dan non materi, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembali pada

musim berikutnya. Adapun tujuan utama dari SL-PTT adalah untuk mempercepat

alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Ciri SL-PTT :

1. Peserta dan Pemandu saling memberi dan menghargai

2. Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan

kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan)

3. Komponen teknologi yang akan diterapkan berdasarkan hasil survey yang

dilakukan oleh petani peserta

4. Pemandu tidak mengajari petani tetapi petani belajar dengan inisiatif sendiri,

pemandu sebagai fasilitator memberikan bimbingan

5. Materi latihan, praktek dan sarana belajar ada dilapangan

6. Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam sehingga dalam periode

tersebut diharapkan terdapat 10 – 18 kali pertemuan antara peserta dengan

pemandu

Prinsip Pendidikan dalam SL-PTT

Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTT hendaknya

dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan untuk orang dewasa berdasarkan

pengalaman sendiri. Untuk itu, materi pendidikan yang akan diberikan dalam

SL-PTT mencakup aspek yang diperlukan oleh kelompok tani diwilayah

pengembangan PTT. Dalam kaitan itu, tiga aspek berikut perlu mendapat

perhatian :

1. Aspek Teknologi : Keterampilan dan Pengetahuan

Dalam SL-PTT petani diberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan

yang mereka butuhkan untuk menjadi manager dilahan usahataninya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

2. Aspek Hubungan Antar Petani : Interaksi dan Komunikasi

SL-PTT mendorong petani untuk dapat bekerjasama, melakukan analisis

secara bersama – sama, diskusi dan berkomunikasi dengan santun menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti oleh orang lain.

3. Aspek Pengelolaan : Manager di Lahan Usahatani Sendiri

Dalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai menganalisis masalah

yang dihadapi dan membuat keputusan tentang tindakan yang diperlukan untuk

mengatasi masalah tersebut.

Menurut Soekartawi (1998) Faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi :

Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani

untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Tingkat pendidikan petani

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan

menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek

pertanian yang lebih modern. petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat

dalam melaksanakan adopsi.

b. Umur Petani

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang

belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat

melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal

adopsi inovasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

c. Luas Pemilihan Lahan

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan

inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefesienan

penggunaan sarana produksi.

d. Pengalaman Bertani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi

daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pangalaman lebih banyak sehingga

sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

Penyuluhan pertanian sebagai suatu pendidikan bagi para petani dan

keluarganya haruslah menggunakan landasan falsafah kerja meningkatkan potensi

dan kemampuan para petani dan keluarganya, sehingga mereka akan dapat

mengatasi sendiri kekurangannya dan dapat sendiri memenuhi kebutuhan dan

keinginannya, tanpa harus selalu tergantung kepada orang lain. Tujuan utama dari

penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani dan keluarganya agar

berubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan (oleh pihak penyuluh) yang

akan memnyebabkan perbaikan mutu hidup dari para keluarga tani. Jadi

perubahan perilaku itu dapat terjadi dalam tiga bentuk :

1. Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi petani dan

pengertian tentang itu.

2. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru atau yang

bertambah baik.

3. Timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat sesuai dengan yang

dikehendaki.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Kartasapoetra (1993) perubahan perilaku yang diusahakan

dengan melalui penyuluhan pertanian pada diri para petani pada umumnya

berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan :

• Tingkat pengetahuan, kecakapan dan mental petani

• Penyuluhan hal – hal yang disampaikan hanya akan diterima dan

dipraktekkan (diterapkan, diadopsi) setelah para petani mendapat gambaran

nyata atau keyakinan bahwa hal – hal baru yang diterima dari penyuluhan

akan berguna, memberi keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekkan

atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan.

Menurut Mosher dalam Penyuluhan Pertanian (1999) bahwa penyuluhan

dapat berjalan dengan efektif apabila syarat berikut dapat terpenuhi, yaitu :

• Pasar dan hasil – hasil pertanian

• Teknologi pertanian yang terus – menerus berubah

• Tersedianya input dan alat pertanian di tingkat lokal

• Insentif produksi yang menguntungkan petani untuk memproduksi lebih

banyak, tidak hanya menguntungkan tuan tanah dan tengkulak saja

• Sarana transportasi dari desa ke desa.

Agen penyuluhan dapat memanfaatkan berbagai cara untuk membantu

kliennya untuk mencapai tujuannya :

• Memberi nasihat secara tepat waktu guna menyadarkannya tentang suatu

masalah

• Menambahkan kisaran alternatif yang dapat menjadi pilihannya

Universitas Sumatera Utara

• Memberi informasi mengenai konsekuensi yang dapat diharapkan dari

masing – masing alternatif

• Membantunya dalam memutuskan tujuan mana yang paling penting

• Membantunya dalam mengambil keputusan secara sisitematis baik itu

secara perorangan maupun berkelompok

• Membantunya belajar dari pengalaman dan dari pengujicobaan

• Mendorongnya untuk tukar – menukar informasi dengan rekan petani.

Peranan – peranan lain dari organisasi penyuluhan dapat membantu petani :

• Mengadakan percobaan dengan teknologi baru atau sistem usahatani baru

• Menambah akses informasi yang relevan dengan aneka ragam sumbernya

• Mengevaluasi dan menafsirkan informasi itu untuk keadaan mereka sendiri

• Belajar dari pengalaman sendiri.

Kemampuan agen penyuluhan untuk mempengaruhi petani mengalami

peningkatan, sebagian disebabkan oleh pembangunan dibidang teknologi

komunikasi dan informasi, dan sebagian lagi penggunaan ilmu – ilmu sosial

dalam penyuluhan. Agen penyuluhan tidak saja memikirkan perubahan tetapi

juga cara memberikan bantuan pada masyarakat. Didalam berbagai kasus, agen

penyuluhan tidak berurusan dengan hanya adopsi satu inovasi melainkan seluruh

paketnya. Tidak jarang inovasi harus disesuaikan dengan situasi spesifik agar

dapat digunakan.

Dalam diri seorang penyuluh pertanian sangat dibutuhkan adanya keyakinan

yang kuat dan tidak mudah goyah oleh sesuatu persoalan. Sedangkan yang

dimaksud ilmu – ilmu pengetahuan adalah perangkat persyaratan yang

Universitas Sumatera Utara

selanjutnya. Masalahnya, sampai sejauh mana ilmu – ilmu yang telah dikuasainya

itu dapat mendukung inovasi yang senantiasa hadir ke tengah – tengah kehidupan

para petani. Tentunya selama pembangunan ini terus dilaksanakan kehadiran

inovasi dalam kehidupan masyarakat desa adalah satu tolak ukur untuk

mengetahui sampai batas mana saja pembangunan ini mengalami kemajuan dan

perkembangannya (Sastraatmadja, 1993).

Menurut Rogers (1995), model proses pengambilan inovasi terdiri dari 5

langkah. Langkah-langkah tersebut adalah :

1. Pengetahuan, terjadi ketika seseorang dihadapkan pada suatu inovasi dan

memperoleh beberapa pemahaman fungsi-fungsi dari inovasi itu sendiri.

2. Persuasi atau bujukan, terjadi ketika seseorang membentuk suatu sikap yang

kurang baik atau baik ke arah inovasi.

3. Pengambilan keputusan, terjadi ketika seseorang terlibat dalam aktivitas

yang mendorong kearah suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak

inovasi.

4. Implementasi, terjadi ketika seseorang menggunakan suatu inovasi.

5. Konfirmasi, terjadi ketika seseorang mencari penguatan mengenai suatu

inovasi untuk menolak atau mengadopsi suatu inovasi.

Universitas Sumatera Utara

Kerangka Pemikiran

Petani padi organik dalam melakukan budidaya padi organik berdasarkan

teknologi budidaya padi organik berdasarkan segi : bibit/benih, lahan, pupuk,

teknik budidaya, pasca panen, harga dan label. Penyuluh mempunyai peranan

penting dalam memperkenalkan teknologi tersebut kepada petani karena dengan

bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat tani

khususnya para petani padi organik.

Dalam mengadopsi suatu teknologi, maka petani dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya yaitu : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas

lahan, dan total pendapatan.

Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah dalam menerapkan

inovasi daripada petani pemula, karena dengan pengalaman yang lebih banyak

sudah dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan dalam

mengadopsi inovasi (teknologi).

Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi apabila

tingkat adopsi petani tinggi. Bila dalam diri seorang petani ada kesadaran akan

perlunya perubahan maka inovasi yang diusulkan oleh penyuluhan pertanian dapat

diterapkan dalam usahataninya. Pada akhirnya suatu teknologi diterapkan atau

tidak terletak pada petani itu sendiri. Apakah tingkat adopsinya tinggi, sedang

atau rendah tergantung dari teknologi baru tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan:

: menyatakan hubungan

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Usahatani Padi Organik

Karakteristik sosial ekonomi petani: 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Bertani 4. Tingkat Pendapatan 5. Luas Lahan

Teknologi Budidaya

Padi Organik

Tingkat adopsi

Tahapan – Tahapan Teknologi Budidaya Padi Organik: • Benih/ bibit • Lahan • Pupuk • Teknik Produksi • Pasca Panen • Harga • Label

SEDANG TINGGI RENDAH

Petani Padi Organik

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian

1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usaha padi

organik di daerah penelitian tinggi.

2. Ada hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi

petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik didaerah

penelitian.

Universitas Sumatera Utara