7
BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat Uji disolusi tablet gliseril guaiakolat 100 mg dilakukan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan. 3.2 Alat-alat Alat-alat yang digunakan adalah Dissolution Tester merk Hanson type SR-2, Spektrofotometer UV merk Agilent type 8453 E, Ultrasonic Digital, Digital balance merk Satorius type ep 224 5, kertas saring, kertas perkarmen, spatula dan alat-alat gelas (beaker gelas, corong, gelas ukur, labu tentukur dan pipet volume). 3.3 Bahan-bahan a. Sediaan tablet gliseril guaiakolat 100 mg b. Akuades 3.4 Prosedur 3.4.1 Pembuatan Larutan baku a. Ditimbang seksama sejumlah gliseril guaiakolat BPFI sebanyak 44,4 mg. b. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan akuades 20 ml, lalu dilarutkan dengan menggunakan alat Ultrasonic digital selama 15 menit.

Chapter III V

Embed Size (px)

DESCRIPTION

chapter 3-5

Citation preview

Page 1: Chapter III V

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat

Uji disolusi tablet gliseril guaiakolat 100 mg dilakukan di PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Plant Medan.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah Dissolution Tester merk Hanson type SR-2,

Spektrofotometer UV merk Agilent type 8453 E, Ultrasonic Digital, Digital

balance merk Satorius type ep 224 5, kertas saring, kertas perkarmen, spatula dan

alat-alat gelas (beaker gelas, corong, gelas ukur, labu tentukur dan pipet volume).

3.3 Bahan-bahan

a. Sediaan tablet gliseril guaiakolat 100 mg

b. Akuades

3.4 Prosedur

3.4.1 Pembuatan Larutan baku

a. Ditimbang seksama sejumlah gliseril guaiakolat BPFI sebanyak 44,4 mg.

b. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan akuades 20 ml,

lalu dilarutkan dengan menggunakan alat Ultrasonic digital selama 15

menit.

Page 2: Chapter III V

c. Dicukupkan sampai garis tanda, kemudian dihomogenkan, lalu disaring.

d. Dibuang 5 ml filtrat pertama, dan filtrat selanjutnya ditampung.

e. Dipipet 1 ml filtrat ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis

tanda, lalu dihomogenkan.

f. Dimasukkan larutan ke dalam kuvet.

g. Diukur serapan larutan baku pada panjang gelombang 273 nm,

menggunakan akuades sebagai blanko.

3.4.2 Uji Disolusi Sampel

Cara pengujian disolusi dengan metode pengaduk bentuk dayung:

a. Ditimbang masing-masing 6 tablet, dicatat hasilnya.

b. Disiapkan alat, pastikan alat siap pakai.

c. Dimasukkan 900 ml akuadest ke dalam wadah (media disolusi), dipasang

alat dengan pengaduk bentuk dayung (alat 2).

d. Dimasukkan 6 tablet gliseril guaiakolat 100 mg ke dalam masing-masing

wadah secara serentak. Segera jalankan alat pada suhu 37oC ± 0,5o

e. Setelah 45 menit dipipet 10 ml larutan pada daerah pertengahan antara

permukaan media disolusi dan bagian atas dari dayung berputar,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml lalu dicukupkan sampai garis

tanda kemudian dihomogenkan.

C

dengan laju kecepatan 50 rpm dan tunggu selama 45 menit.

f. Diukur serapan masing-masing larutan uji dengan panjang gelombang 273

nm.

Page 3: Chapter III V

3.4.3 Pembuatan Kurva Absorbansi

Pembuatan kurva absorbansi bertujuan untuk mendapatkan panjang

gelombang absorbsi maksimum dari sampel. Berhubung protap yang digunakan di

PT. Kimia Farma telah ditentukan maka pembuatan kurva absorbansi tidak

dilakukan lagi. Sesuai dengan protap yang telah ditentukan maka panjang

gelombang maksimum yang digunakan untuk sampel adalah 273 nm.

3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Pembuatan kurva kalibrasi bertujuan untuk:

1. Melihat hubungan antara absorbansi (A) dengan konsentrasi (C).

2. Membuat persamaan garis regresi.

3. Untuk menentukan konsentrasi pengukuran zat uji.

Pembuatan kurva kalibrasi diupayakan menghasilkan harga absorbansi (A)

dalam rentang 0,4 – 0,6. Tetapi, biasanya harga absorbansi (A) yang diperoleh

berkisar antara 0,2 – 0,8. Namun pembuatan kurva kalibrasi tidak dilakukan lagi

karena:

1. Protap itu sudah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di PT. Kimia

Farma sehingga cukup menggunakan kurva kalibrasi yang sudah ada.

2. Perhitungan kadar tidak menggunakan persamaan regresi melainkan

menggunakan metode pendekatan maka penbuatan kurva kalibrasi tidak

diperlukan.

Page 4: Chapter III V

3.4.5 Penetapan Kadar Secara Spektrofotometri UV

Tahapan kerja penetapan kadar yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Hidupkan alat spektofotometer ultra violet (UV).

b. Klik program spektofotometer ultra violet (UV) yang terdapat di

komputer.

c. Klik menu Quantification, masukkan panjang gelombang maksimum (273

nm) serta jarak batas atas dan batas bawah panjang gelombang (200 nm

dan 400 nm).

d. Masukkan akuades (blanko) ke dalam kuvet.

e. Letakkan kuvet di tempat pengukuran.

f. Klik blank, lalu spektrum keluar.

g. Masukkan larutan A (Larutan baku pembanding/BPFI) ke dalam kuvet.

h. Letakkan kuvet di tempat pengukuran.

i. Klik standard, keluar 1 absorbansi di dalam tabel, klik 3 kali sehingga

diperoleh 3 buah absorbansi. Dalam perhitungan kadar yang digunakan

adalah nilai absorbansi yang terdapat di tengah.

j. Masukkan larutan B (Larutan uji) ke dalam kuvet.

k. Letakkan kuvet di tempat pengukuran.

l. Klik sampel, keluar 1 buah absorbansi di dalam tabel, klik 2 kali sehingga

diperoleh 2 absorbansi untuk masing-masing sampel. Dalam perhitungan

kadar, yang digunakan sebagai Au (Absorbansi larutan uji) adalah nilai

absorbansi yang mendekati nilai absorbansi larutan baku.

Page 5: Chapter III V

3.5 Perhitungan

Perhitungan kadar zat terlarut tablet gliseril guaiakolat dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus:

Keterangan: K = Kadar zat terlarut

Au = Absorbansi larutan uji

Ab = Absorbansi larutan baku

Kb = Kadar baku

Page 6: Chapter III V

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan uji disolusi tablet gliseril guaiakolat 100 mg yang dilakukan,

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Data Hasil Uji Disolusi

No. Berat Tablet

(mg) Absorbansi Larutan Uji

(Au) Kadar Zat Terlarut

(%)

1. 294 0,52542 97,12% 2. 303 0,52711 97,43% 3. 291 0,53368 98,65% 4. 296 0,52348 96,76% 5. 295 0,52602 97,23% 6. 294 0,52312 96,70%

Cara perhitungan yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 1.

4.2 Pembahasan

Dari hasil uji disolusi tablet gliseril guaiakolat yang dilakukan diperoleh

kadar zat terlarut, yaitu 97,12%, 97,43%, 98,65%, 96,76%, 97,23%, 96,70%.

Kadar tersebut sesuai dengan batas yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia,

dimana jumlah ke-6 tablet yang diuji pada tahap 1 (S1) memenuhi kriteria

penerimaan hasil uji disolusi, yaitu tidak satupun kadar yang diperoleh kurang

dari (Q + 5%) yaitu (75% + 5%= 80%). Dari data diatas dinyatakan bahwa tablet

gliseril guaiakolat 100 mg yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Plant Medan memenuhi persyaratan.

Page 7: Chapter III V

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil uji disolusi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

tablet gliseril guaiakolat 100 mg yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Medan telah memenuhi persyaratan uji disolusi sesuai dengan yang

ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi IV. Dimana persyaratan uji disolusi

tiap unit sediaan tidak satupun kadar kurang dari ketentuan (Q + 5%) yaitu (75%

+ 5%= 80%). Berarti hasil uji disolusi memenuhi persyaratan.

5.2 Saran

Sebelum melakukan pengujian, harus memahami metode serta prosedur

sebagai berikut penimbangan, pemipetan, pengukuran sampel agar tidak terjadi

kesalahan pada saat melakukan uji disolusi. Ukuran partikel dan formulasi sediaan

juga diperhitungkan dengan teliti, karena berpengaruh dengan kecepatan uji

disolusi agar obat dapat diserap sempurna dalam tubuh.