59
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK KONSTRUKSI G. Pengertian Kontrak Konstruksi Istilah kontrak kerja konstruksi merupakan terjemahan dari construction contract. Kontrak kerja konstruksi merupakan kontrak yang dikenal dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun pihak swasta. 42 42 Salim H.S., Op.Cit. Hal 90. Menurut Pasal 1 Ayat (5) UUJK, Kontrak kerja kostruksi merupakan: “Keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”. Universitas Sumatera Utara

Chapter III V

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Chapter III V

Citation preview

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK KONSTRUKSI

G. Pengertian Kontrak Konstruksi

Istilah kontrak kerja konstruksi merupakan terjemahan dari construction

contract. Kontrak kerja konstruksi merupakan kontrak yang dikenal dalam

pelaksanaan konstruksi bangunan, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah

maupun pihak swasta. 42

42Salim H.S., Op.Cit. Hal 90.

Menurut Pasal 1 Ayat (5) UUJK, Kontrak kerja kostruksi

merupakan: “Keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara

pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”.

Universitas Sumatera Utara

Dalam kenyataan sehari-hari, istilah kontrak konstruksi sering juga disebut

dengan perjanjian pemborongan.

Istilah pemborongan dan konstruksi mempunyai keterikatan satu sama

lain. Istilah pemborongan memiliki cakupan yang lebih luas dari istilah

konstruksi. Hal ini disebabkan karena istilah pemborongan dapat saja berarti

bahwa yang dibangun tersebut bukan hanya konstruksinya, melainkan dapat juga

berupa pengadaan barang saja, tetapi dalam teori dan praktek hukum kedua istilah

tersebut dianggap sama terutama jika terkait dengan istilah hukum/kontrak

konstruksi atau hukum/kontrak pemborongan. Jadi dalam hal ini istilah konstruksi

dianggap sama, karena mencakup keduanya yaitu ada konstruksi

(pembangunannya) dan ada pengadaan barangnya dalam pelaksanaan

pembangunan.43

Menurut R. Subekti perjanjian pemborongan adalah perjanjian dimana

pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diriuntuk menyelenggarakan suatu

pekerjaan bagi pihak yang memborongkan denganmenerima suatu harga yang

ditentukan.

44

43Munir Fuady. Kontrak Pemborongan Mega Proyek (Bandung:Citra Adtya Kartini,1998). Hal12.

Dalam KUH Perdata , perjanjian pemborongan disebut dengan

istilah pemborongan pekerjaan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1601

(b) KUH Perdata bahwa : “Perjanjian peborongan adalah perjanjian dengan mana

pihak satu (sipemborong) mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu

pekerjaan bagi pihak lain (pihak yang memborongkan) dengan menerima suatu

harga yang ditentukan”.

44R. Subekti, Aneka Perjanjian (Bandung : Alumni, 1985). Hal 57.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Mariam Darus Badrulzaman, dilihat dari sistem hukum maka

kontrak bangunan merupakan salah satu komponen dari hukum bangunan

(construction law, bouwrecht). Istilah construction law biasa dipakai dalam

kepustakaan anglo saxon, sedangkan bouwrecht lazim dipergunakan dalam

kepustakaan Hukum Belanda. Dengan demikian, yang dinamakan hukum

bangunan adalah seluruh perangkat peraturan perundang-undangan yang bertalian

dengan bangunan meliputi pendirian, perawatan, pembongkaran, penyerahan, baik

bersifat perdata maupun publik/administratif.45

Dalam kontrak konstruksi, sebagaimana kontrak pada umumnya akan

menimbulkan hubungan hukum maupun akibat hukum antara para pihak yang

membuat perjanjian. Hubungan hukum merupakan hubungan antara pengguna

jasa dan penyedia jasa yang menimbulkan akibat hukum dalam bidang konstruksi.

Akibat hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban diantara para pihak.

Momentum timbulnya akibat itu adalah sejak ditandatanganinya kontrak

konstruksi oleh pengguna jasa dan penyedia jasa. Dengan demikian dapat

disimpulkan, bahwa unsur-unsur yang harus ada dalam kontrak konstruksi

adalah:

46

1. Adanya subjek, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa;

2. Adanya objek, yaitu konstruksi;

3. Adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan

penyedia jasa.

45H. Mohammad Amari dan Asep Mulyana., Op.Cit. Hal 104. 46Salim H.S., Op.Cit. Hal 91.

Universitas Sumatera Utara

H. Pengaturan Hukum Tentang Kontrak Konstruksi

Penyelengaraan pengadaan bidang konstruksi di Indonesia telah diatur

secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi. Dari segi substansinya, kecuali mengenai segi-segi hukum kontrak,

undang-undang ini cukup lengkap mangatur pengadaan jasa konstruksi.47

Undang-undang ini dibuat pada masa reformasi. Latar belakang lahirnya

undang-undang ini karena berbagai peraturan perunang-undangan yang berlaku

belum berorientasi pada pengembangan jasa konstruksi yang sesuai dengan

karakteristiknya. Hal ini mengakibatkan kurang berkembangnya iklim usaha yang

mendukung peningkatan daya saing secara optimal maupun bagi kepentingan

masyarakat. UUJK ditetapkan pada tanggal 7 Mei 1999 . ketentuan terdiri atas 12

bab dan 47 pasal.

48

Pengaturan lebih lanjut dari undang-undang ini tertuang dalam tiga

peraturan pemerintah yaitu : Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang

Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi (PP No. 28/2000)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2000 (PP

No. 4/2010), Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (PP No. 29/2000) sebagaiman telah diubah

dengan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2010 (Perpres No. 59/2010), dan

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan

Jasa Konstruksi (PP No. 30/2000).

49

47Y. Sogar Simamora., Op.Cit. Hal 213.

48Salim H.S., Op.Cit. Hal 91-92 49Y. Sogar Simamora., Op.Cit. Hal 214.

Universitas Sumatera Utara

Dalam kaitannya dengan pengadaan jasa konstruksi, tata cara dan prosedur

pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan instansi Pemeritah, telah diatur

dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah disempurnakan

melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 Tahun 2010. Kemudian Perpres No.

54 Tahun 2010 diubah melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 70 Tahun 2012

tentang Perubahan Kedua atas Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah. Selain itu, terkait dengan izin usaha konstruksi dalam hal

ini terdapat Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan Nomor 23 Tahun 2002 dan

Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor 35 Tahun 2008 tentang Retribusi

Izin Usaha Jasa Konstruksi.

I. Peserta Dalam Kontrak Konstruksi

Para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak konstruksi, adalah

sebagai berikut :

1. Pihak Pengguna Jasa,

Pihak pengguna jasa sering juga disebut sebagai pemeberi tugas, yang

memborongkan, pemimpin proyek, dan lain-lain. Pengguna jasa adalah

pereseorangan atau badan pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang

memerlukan layanan jasa konstruksi.50

a orang perorang;

Pengguna jasa mempunyai hubungan

dengan para perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas

konstruksi. Yang dimaksud dengan Pengguna jasa adalah:

50Salim H.S., Op.Cit. Hal 95.

Universitas Sumatera Utara

b badan usaha, baik badan hukum maupun tidak berbadan hukum; dan

c badan yang bukan badan usaha tapi berbadan hukum, yaitu pemerintah dan

atau lembaga negara dimana pemerintah dan atau lembaga negara dengan

menggunakan anggaran yang telah ditentukan baik dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD).

2. Pihak Penyedia Jasa

Pihak penyedia jasa sering juga disebut sebagai kontraktor, pemborong,

rekanan, dan lain-lain. Dengan berlakunya UUJK, maka telah dirumuskan

pengertian jasa konstruksi. Pengertian jasa konstruksi senagaimana yang

dinyatakan dalam Pasal 1 Angka 1 UU Jasa Konstruksi tersebut , menunjukkan

bahwa hubungan hukum yang diatur dan diakui oleh Negara ada tiga yaitu

perencanaan, pelaksanaan pekerjaan, dan pengawasan.

Dalam hal kontrak pengadaan jasa konstruksi, khususnya yang dilakukan

oleh Pemerintah telah diatur dalam ketentuan Peraturan Presiden No. 54 Tahun

2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Adapun pihak-pihak atau

peserta yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa oleh Pemerintah berdasarkan

Pasal 7 dan 19 Perpres No. 54 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

a. PA/KPA

Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat pemegang

kewenangan penggunaan anggaran Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja

Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada institusi lain Pengguna

APBN/APBD. Sedangkan Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

disebut KPAadalah Pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan

APBN atau ditetapka oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD

b. PPK

Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat

yang ditetapkan PA/KPA untuk bertanggung jawab atas pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa.

c. ULP/ Pejabat Pengadaan

Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi

pemerintah yang berfungi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat

permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.

Sedangkan Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki Sertifikat

Keahlian Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan pengadaan barang/jasa.

d. Panitia/ Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

Panitia/ Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang

ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil

pekerjaan.

e. Penyedia Barang/Jasa

Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang

menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultasi/Jasa Lainnya.

J. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Kontrak Konstruksi

Dalam setiap perjanjian atau kontrak yang melibatkan dua pihak pastilah

menimbulkan hak dan kewajiban atau tugas dan kewenangan bagi para pihak. Hak

bagi satu pihak merupakan kewajiban (prestasi) yang harus dilaksanakan oleh

Universitas Sumatera Utara

pihak lainnya. Demikian pula dalam kontrak kerja konstruksi terdapat dua pihak

yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa konstruksi, yang mana masing-masing

pihak memiliki hak dan kewajiban sebagaimana telah diuraikan diatas dan

merupakan prestasi yang harus dilakukan.

Hak pengguna jasa konstruksi adalah memperoleh hasil pekerjaan

konstruksi, sesuai dengan klasifikasi dan kualitas yang diperjanjiakan. Dalam

Pasal 18 ayat (1) UUJK, kewajiban pengguna jasa dalam suatu kontrak mencakup:

1. Menerbitkan dokumen tentang pemilihan penyedia jasa yang memuat

ketentuan-ketentuan secara lengkap, jelas dan benar serta dapat dipahami;

2. Menetapkan penyedia jasa secara tertulis sebagai hasil pelaksanaan

pemilihan;

3. Memenuhi ketentuan yang diperjanjikan dalam kontrak kerja konstruksi.

Adapun kewajiban dari penyedia jasa konstruksi adalah mencakup :

a. Menyusun dokumen penawaran berdasarkan prinsip keahlian untuk

disampaikan kepada pengguna jasa;

b. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sebagaimana yang telah diperjanjikan.

Hak penyedia jasa konstruksi adalah memperoleh informasi dan menerima

imbalan jasa dari pekerjaan konstruksi yang telah dilakukannya. Informasi yang

dimaksud merupakan doumen secara lengkap dan benar yang harus disediakan

oleh pengguna jasa untuk penyedia jasa konstruksi sehingga dapat melakukan

sesuai dengan tugas dan kewajibannya.51

51H. Mohammad Amaridan Asep Mulyana, Op.Cit. Hal 107.

Universitas Sumatera Utara

Dalam kontrak pengadaan barang/ jasa oleh Pemerintah, kontrak tersebut

merupakan perikatan antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan penyedia

barang/jasa. Jika mengacu pada rumusan ini maka pejabat yang mewakili

pemerintah dan karenanya berwenang menandatangani kontrak pengadaan adalah

PPK. Pejabat inilah yang bertanggung jawab atas akibat hukum dari kontrak yang

ditandatangani. Dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 terdapat lampiran tentang Tata

Cara Pemilihan Penyedia Pekerjaan, dimana dalam lampiran tersebut terdapat

ketentuan mengenai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PPK dan

Penyedia dalam melaksanakan kontrak, meliputi:

1) Hak dan kewajiban PPK :

a) Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia;

b) Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan

yang dilakukan oleh penyedia;

c) Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak

yang telah ditetapkan kepada penyedia;

d) Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh

penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan

kontrak.

2) Hak dan kewajiban Penyedia :

a) Menerima pembayaran untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

harga yang telah ditentukan dalam kontrak;

b) Berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari

PPK untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak;

Universitas Sumatera Utara

c) Melaporkan pelaksanaan peerjaan secara periodic kepada PPK;

d) Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam

kontrak;

e) Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan

pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada PPK;

f) Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan

yang telah ditetapkan dalam kontrak;

g) Penyedia harus mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk

melindungi lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan

gangguan kepada masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia.

K. Proses Terjadinya Kontrak Konstruksi

Dalam proses terjadinya suatu kontrak konstruksi terdapat tahapan-tahapan

yang harus dilakukan oleh para pihak. Seperti kontrak pada umumnya, tentu saja

diawali dengan adanya 2 (dua) pihak atau lebih yang sepakat untuk mengadakan

suatu perjanjian pengadaan pekerjaan konstruksi. Proses terjadinya kontrak

konstruksi dimulai dengan proses pemilihan pihak kontraktor atau penyedia jasa

oleh pihak pengguna jasa. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam

proses terjadinya kontrak kontruksi berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah sebagai berikut.

1. Pemberitahuan atau Pengumuman

Pada umumnya pengguna jasa akan terlebih dahulu membuat

pengumuman atau pemberitahuan dengan membuka penawaran melalui suatu

Universitas Sumatera Utara

pelelangan untuk mencari penyedia jasa yang sanggup untuk melaksanakan

pekerjaan. Pengumuman dilakukan diumumkan paling kurang diwebsite K/L/D/I,

dan papan pengumuman resmi untukmasyarakat serta Portal Pengadaan Nasional

melalui LPSE,sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat

danmemenuhi kualifikasi dapat mengikutinya (Pasal 36 ayat (3) Perpres No. 54

Tahun 2010). Pelelangan biasanya dibagi 2 (dua) yakni pelelangan umum dan

pelelangan terbatas. Pada prinsipnya kedua jenis pelelangan tersebut sama,

perbedaannya hanya terletak pada jumlahnya saja. 52

Dalam hal ini juga dijelaskan mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan

tempat lokasi proyek atau pekerjaan, dimana tempat pendaftaran dan batas waktu

pendaftaran, dimana dan kapan saat pelelangan akan diadakan.

53

Selanjutnya pejabat pemilihan penyedia jasa akan melakukan evaluasi

terhadap dokumen penawaran yang masuk. Pada fase penawaran, pejabat

pemilihan wajib melakukan penilaian terhadap semua penawaran yang masuk.

Unsur yang dinilai meliputi segi administrasi, teknis dan harga, menagcu pada

keriteria, metode dan tatacara yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan

penyedia jasa.

Bagi pihak

penyedia jasa atau kontraktor yang berminat untuk melaksanakan pekerjaan

tersebut dapat mendaftar secara tertulis dengan memasukkan dokumen penawaran

sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dalam pengumuman untu ikut

sebagai peserta pelelangan (tender).

52Ibid. Hal 140 53Sri Soedewi Masjchun Sofwan.Hukum Bangunan. Perjanjian Pemborongan Bangunan

(Yogyakarta : Liberty, 1982). Hal 8.

Universitas Sumatera Utara

2. PersyaratanKualifikasi dan Klasifikasi

a. Kualifikasi

Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dankemampuan usaha

serta pemenuhan persyaratan tertentulainnya dari Penyedia Barang/Jasa (Pasal 56

ayat (1) Perpres 54 Tahun 2010). Dalam tahap kualifikasi ditentukan juga

beberapa persyaratan bagi penyedia jasa yakni :54

1) Penyedia jasa harus memiliki surat izin usaha pada bidang usahanya

(IUJK);

2) Mempunyai kapasitas menandatangani kontrak pengadaan;

3) Tidak masuk daftar hitam dan tidak dalam pengawasan pengadilan;

4) Tidak bangkrut/pailit;

5) Kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksinya tidak

sedang menjalani sanksi pidana.

Kualifikasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu prakualifikasi atau

pascakualifikasi, berikut penjelasannya :

a) Prakualifikasi

Sebelum menentukan pihak pemenang yang dipilih untuk mengerjakan

pekerjaan konstruksi tersbut, terlebih dahulu dilakukan prakualifikasi terhadap

calon-calon penyedia jasa yang ada. Prakualifikasi merupakan proses penilaian

kualifikasi yang dilakukan sebelum pemasukan penawaran. Berdasarkan Perpre

No. 54 Tahun 2010, prakualifikasi dilaksanakan untuk pengadaan sebagai berikut:

(1) Pemilihan penyedia jasa konsultasi;

54Y. Sogar Simamora., Op.Cit. Hal 142.

Universitas Sumatera Utara

(2) Pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bersifat

kompleks melalui pelelangan umum;

(3) Pemilihan penyedia barang/pekerjaan kontruksi/jasa lainnya yang

menggunakan metode penunjukan langsung, kecuali untuk penanganan

darurat.

Perbuatan prakualifikasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dasar

perusahaan, baik yang berbentuk badan hukum, maupun yang tidak bentuk badan

hukum dimana mereka mempunyai usaha pokok berupa pelaksanaan pekerjaan

pemborongan, konsultasi, dan pengadaan barang/jasa lainnya.55

b) Pascakualifikasi

Pascakualifikasi merupakan proses penilaian kualifikasi yang dilakukan

setelah pemsukan penawaran. Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2010 Pasal 56

ayat (9), pascakualifikasi dilaksanakan untuk pengadaan sebagai berikut :

(1) Pelelangan Umum, kecuali Pelelangan Umum untukPekerjaan Kompleks;

(2) Pelelangan Sederhana/Pemilihan Langsung; dan

(3) Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan.

b. Klasifikasi

Klasifikasi adalah bagian dari kegiatan registrasi untuk menetapkan

penggolongan perusahaan pemborong di bidang jasa pemborongan/konstruksi

sesuai bidang dan sub bidang pekerjaan atau penggolongan profesi keterampilan

55Fuady, Munir. Op.Cit. Hal 170.

Universitas Sumatera Utara

dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa pemborongan tersebut.

Klasifikasi usaha jasa pemborongan/konstruksi terdiri dari:56

1) Klasifikasi usaha bersifat umum, diberlakukan kepada badan usaha yang

mempunyai kemampuan untuk melaksanakan satu atau lebih bidang

pekerjaan. Bidang usaha jasa pemborongan yang bersifat umum ini harus

memenuhi kriteria mampu mengerjakan bangunan konstruksi atau bentuk

fisik lain, mulai dari penyiapan lahan sampai penyerahan akhir atau

berfungsinya bangunan konstruksi.

2) Klasifikasi usaha bersifat spesialis, diberlakukan kepada usaha orang

perseorangan dan atau badan usaha yang mempunyai kemampuan hanya

melaksanakan satu sub bidang atau satu bagian subbidang pekerjaan.

Badan usaha jasa pemborongan/konstruksi yang bersifat spesialis ini harus

memenuhi criteria mampu mengerjakan bagian tertentu dari bangunan

konstruksi atau bentuk fisik lain.

3) Klasifikasi usaha orang perseorangan yang berketerampilan kerja tertentu,

diberlakukan kepada usaha orang perseorangan yang mempunyai

kemampuan hanya melaksanakan suatu keterampilan tertentu. Badan

usaha jasa pemborongan ini mampu mengerjakan subbagian pekerjaan

pemborongan dan bagian tertentu bangunan konstruksi dengan

menggunakan teknologi sederhana.

Pelaksanaan klasifikasi dan kualifikasi usaha orang perorangan dan badan

usaha dapat dilakukan oleh asosiasi perusahaan yang telah mendapat akreditasi

56Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana. Op.Cit. Hal 28.

Universitas Sumatera Utara

dari lembaga. Tujuan diadakannya standarisasi klasifikasi dan kualifikasi jasa

pemborongan/konstruksi yaitu untuk mewujudkan standar produktivitas dan mutu

hasil kerja sehingga mendorong berkembangnya tanggung jawab profesional di

antara para pihak.57

3. Pelelangan dan Pelulusan.

Dalam melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan, pejabat

pengadaan harus terlebih dahulu menetapkan metode pemilihan penyedia

barang/jasa, metode penyampaian dokumen, metode evaluasi penawaran, metode

penilaian kualifikasi dan jenis kontrak yang paling sesuai dengan pengadaan

barang/jasa yang bersangkutan. Untuk pengadaan pekerjaan pemborongan sendiri

dapat digunakan metode pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan

langsung, penunjukan langsung, atau pengadaan langsung.58

a. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang

dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media

massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga

masyarakat dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat

mengikutinya.

b. Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang

diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman

resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini

57Ibid. Hal 31. 58Y. SogarSimamora. Op.Cit. Hal 133.

Universitas Sumatera Utara

mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya

yang memenuhi kualifikasi.

c. Pemilihan Langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa

melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas yang dilakukan dengan

membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3

(tiga) penawar dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi

dan langsung dilakukan negosiasi baik teknis maupun harga.

d. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa

dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.

e. Pengadaan Langsung adalah pemilihan penyedia barang/jasa dengan

penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara

melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga

yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Ukuran untuk menentukan pelulusan adalah penawaran yang paling

menguntungkan bagi Negara dan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai

calon pemenang, dengan memperlihatkan keadaan umum dan keadaan pasar, baik

untuk jangka pendek atau jangka menengah. Dalam praktek pelaksanaan

pelelangan, penentuan pelulusan pelelangan didasarkan atas penawaran yang

terendah yang dapat dipertanggungjawabkan (the lowest responsible bid).59

4. Sanggahan dan Penunjukan Pemenang

Dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 ditentukan bahwa peserta pemilihan

Penyedia atau lelang yang merasa keberatan atas penetapan pemenang lelang

59 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Op.Cit.Hal. 32.

Universitas Sumatera Utara

diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis, selambat-

lambatnya dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang lelang

(Pasal 82 ayat (1) Perpres No. 54 Tahun 2010). Dalam Pasal 81 ayat (1)

ditentukan bahwa Peserta pemilihan yang merasa dirugikan dapat mengajukan

surat sanggahan kepada instansi pemerintah pengguna jasa konstruksi, apabila

menemukan :

a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang telah diatur dalam

Peraturan Presiden ini dan yang telah ditetapkan dalam dokumen

Pengadaan Jasa;

b. Adanya rekayasa tertentu yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang

tidak sehat;

c. Adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP dan/ atau Pejabat yang

berwenang lainnya.

Kemudian Pengguna Jasa akan mengeluarkan surat penunjukan penyedia

barang/jasa (SPPBJ) sebagai pelaksana pekerjaan yang dilelangkan, dengan

ketentuan :

1) Tidak ada sanggahan dari peserta lelang;

2) Sanggahan maupun sanggahan banding yang diterima pejabat yang

berwenang terbukti tidak benar;

3) Sanggahan yang diterima melewati waktu masa sanggah atau telah

berakhir.

5. Tahap Pembuatan Kontrak

Universitas Sumatera Utara

Tahapan selanjutnya adalah pembentukan kontrak antara pihak pengguna

jasa atau PPK dengan penyedia jasa yang dinyatakan sebagai pemenang. Para

pihak harus segera melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan dalam

pembuatan kontrak, setelah semua lengkap maka dikeluarkanlah surat perjanjian

(kontrak). selanjutnya para pihak akan saling merevisi, melengkapi isi atau

klausul dalam perjanjian tersebut. Apabila telah terjadi kesepakatan, para pihak

wajib menandatangani kontrak tersebut. Selanjutnya kontrak tersebut akan

menjadi acuan atau pedoman bagi para pihak untuk melaksanakan pekerjaan.

L. Berakhirnya Kontrak Konstruksi

Suatu kontrak konstruksi akan berkahir apabila terjadi hal-hal sebagai

berikut:

1. Penghentian Kontrak

Penghentian kontrak terjadi apabila pekerjaan sudah selesai dan setelah

masa pemeliharaan selesai atau dengan kata lain pada penyerahan kedua dan

harga telah dibayar oleh pihak pengguna jasa. Didalam kontrak konstruksi dikenal

adanya dua macam penyerahan yaitu:60

a. Penyerahan pertama yaitu penyerahan pekerjaan fisik setelah selesai

100%.

b. Penyerahankedua yaitu penyerahan pekerjaan setelah masa pemeliharaan

selesai.

Dengan berakhirnya kontrak dalam hal ini, maka pengguna jasa wajib membayar

kepada Penyedia sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai.

60Djumialdji., Hukum Bangunan (Jakarta : Rineka Cipta, 1996). Hal 21.

Universitas Sumatera Utara

2. Pemutusan Kontrak

Berakhirnya suatu kontrak konstruksi dapat disebabkan karena adanya

pemutusan kontrak oleh salah satu pihak atau kedua belah pihak dalam kontrak

tersebut. Hal ini terjadi sebagai salah satu akibat ketidakterlaksanaan suatu

kontrak konstruksi.61

a. kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya

kontrak;

Berdasarkan LKPP Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Pengadaan Barang/Jasa, pemutusan kontrak kontruksi dilakukan apabila:

b. berdasarkan penelitian PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), Penyedia tidak

akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan

kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa

berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;

c. Setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaansampai dengan 50

(lima puluh) hari kalender sejak masaberakhirnya pelaksanaan pekerjaan,

Penyedia Barang/Jasatidak dapat menyelesaikan pekerjaan;

d. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakankewajibannya dan tidak

memperbaiki kelalaiannya dalamjangka waktu yang telah ditetapkan;

e. Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/ataupemalsuan dalam

proses Pengadaan yang diputuskan olehinstansi yang berwenang; dan/atau

f. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKNdan/atau

pelanggararan persaingan sehat dalampelaksanaan Pengadaan dinyatakan

benar oleh instansiyang berwenang.

61 Munir Fuady., Op.Cit. Hal 200.

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal pemutusan kontrak yang dilakukan karena kesalahanPenyedia

Jasa, maka dapat disertai sanksi berupa:62

1) Jaminan Pelaksanaan dicairkan;

2) Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia atau JaminanUang Muka

dicairkan (apabila diberikan);

3) Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatanterhadap bagian

kontrak yang terlambat diselesaikansebagaimana ketentuan dalam kontrak,

apabila pemutusankontrak tidak dilakukan terhadap seluruh bagian kontrak;

4) Penyedia dimasukkan dalam Daftar Hitam.

Dalam hal pemutusan Kontrak yang dilakukan karena Pengguna Jasa

terlibatpenyimpangan prosedur, melakukan KKN dan/ataupelanggararan

persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan,maka Pengguna Jasa

dikenakansanksi berdasarkan peraturanperundang-undangan. Bertitik dari prinsip

proporsionalitas seharusnya sanksi tersebut bersifat fakultatif bukan komulatif.

Prinsip proporsionalitas dalam hal ini digunakan untuk menilai apakah kesalahan

penyedia jasa secara proporsional layak digunakan sebagai alasan dalam memutus

kontrak.63

62Y. Sogar Simamora., Op.Cit. Hal 285 63 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KONTRAK KONSTRUKSI ANTARA DISPERINDAG KAB. ASAHAN DENGAN PT. MENARA KHARISMA

INTERNUSA MEDAN

A. Profil PT. Menara Kharisma Internusa Medan

Sebelum menguraikan lebih lanjut mengenai tinjauan yuridis terhadap

kontrak konstruksi antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara

Kharisma Internusa Medan, penulis terlebih dahulu akan menguraikan sedikit

mengenai profil dari PT. Menara Kharisma Internusa yang bertindak sebagai

pihak penyedia jasa atau kontraktor.

PT. Menara Kharisma Internusa didirikan di Medan dengan Akta Notaris

Darmiana Lubis, Sarjana Hukum Nomor 15 Tahun 2003 pada tanggal 9 Agustus

2003. Adapun maksud dan tujuan dari Perseroan ini adalah melanjutkan usaha

Universitas Sumatera Utara

Perseroan Komenditer “CV. Menara Kharisma Internusa”, yang didirikan dengan

Akta Notaris Reny Helena Hutagalung, Sarjana Hukum Nomor 429 pada tanggal

18 September 1995. Adapun usaha dari Perseroan ini adalah bergerak dibidang :

1. Pembangunan;

2. Pengembang;

3. Perdagangan;

4. Perindustrian;

5. Percetakan;

6. Perbengkelan;

7. Agrobisnis;

8. Jasa.

Untuk mencapai maksud dan tujuannya, Perseroan ini dapat melaksanakan

kegiatan usaha sebagai berikut :

a. Menjalankan usaha dalam bidang Pembangunan, termasuk sebagai

perencana, pelaksana, pengawas, dan pemborong (kontraktor), pembuatan

bangunan-bangunan, gedung-gedung, jalan, jembatan, irigasi, bendungan,

pembukaan lahan, penggalian, pengurungan, pekerjaan pemasangan

instalasi listrik, gas, air minum, telekomunikasi, dan pekerjaan-pekerjaan

lain dibidang pembangunan.

b. Menjadi pengembang atau developer proyek perumahan (real state), pusat

perbelanjaan, gedung-gedung, perkantoran dan kawasan industri.

Universitas Sumatera Utara

c. Manjalankan perdagangan umum, termasuk perdagangan ekspor-impor,

local dan interinsulair, serta bertindak sebagai grossien, leveransir,

distributor, dan keagenan atau perwakilan dari perusahaan lain, baik dari

dalam maupun luar negeri untuk segala macam barang yang dapat

diperdagangkan.

d. Menjalankan usaha dalam industri, antara lain industri garment, industri

material bangunan, industri furnitur, industri manufacturing dan fabrikasi,

industri peralatan teknik dan mekanik, industri perakitan komponen jadi

(elektronik), industri peralatan rumah tangga dan kerajinan tangan.

e. Manjalankan usaha dibidang agrobisnis, meliputi bidang pertanian,

perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan pertambakan.

f. Menjalankan usaha dalam bidang perbengkelan, kenderaan bermotor dan

alat-alat berat.

g. Menjalankan usaha dibidang jasa, antara lain penyelenggaraan usaha

teknik, jasa kebersihan, jasa rekreasi, jasa pengolahan data, jasa hiburan,

jasa konsultasi dibidang bisnis management dan administrasi, jasa

konsultasi dibidang teknik engineering, jasa konsultasi bidang arsitek,

landscape, design dan perencanaan, jasa konsultasi bidang study

perencanaan, jasa konsultasi bidang konstruksi sipil dan jasa-jasa lainnya,

kecuali dalam bidang hukum dan pajak.

Peseroan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Para

pendiri dan pemegang saham PT. Menara Kharisma Internusa semua aktif

diperusahaan. Masing-masing ditugaskan sebagai direksi perusahaan dan sebagai

Universitas Sumatera Utara

komisaris aktif. Disamping itu, selain terdiri dari para pendiri dan pemilik

perusahaan yang cukup potensial, Perseroan ini juga didukung oleh :

1) Tenaga-tenaga ahli yang sangat berpengalaman dan cukup senior

dibidangnya.

2) Peralatan yang terdiri dari perangkat keras dan lunak sesuai dengan

perkembangan teknologi saat ini dalam jumlah dan kualitas yang

memadai.

3) Pemodalan disiapkan cukup untuk mendukung atau menanggung biaya-

biaya untuk melaksanakan pekerjaan yang membutuhkan modal

awal/dasar.

4) Managemen perusahaan dipimpin oleh personal yang telah berpengalaman

memimpin perusahaan yang selalu berusaha meningkatkan

kemampuannya melalui seminar, kursus dan pendidikan dibidang

managemen.

5) Suasana kerja yang harmoni antara pimpinan dan karyawan perusahaan.

Dengan kemampuan yang dimiliki oleh PT. Menara Kharisma Internusa

diharapkan kepada para pemberi pekerjaan atau pengguna jasa yang memerlukan

potensi-potensi tersebut diatas dapat memberi kepercayaan sekaligus memberi

kesempatan untuk berpartisipasi dalam suatu pekerjaan.

B. Proses Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi dalam Kontrak

Dalam pelaksanaan kontrak konstruksi antara DISPERINDAG Kab.

Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa sebelumnya telah melaui

tahapan-tahapan. Terjadinya kontrak tersebut merupakan bagian dari program

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah yakni Disperindag Kab. Asahan untuk melakukan Pengembangan

Sarana Distribusi di Kabupaten Asahan, yang salah satunya adalah proyek

pembangunan Pasar Kartini di Kisaran. Rencana program tersebut telah dibuat

oleh DISPERINDAG Kab. Asahan sejak Maret 2013. Dalam melaksanakan

proyek pembangunan tersebut pihak DISPERINDAG Kab. Asahan harus

bekerjasama dengan perusahaan konstruksi sebagai penyedia jasa untuk

melaksanakan proyek tersebut.

Dalam kontrak konstruksi antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan

PT. Menara Kharisma Internusa, pemilihan pihak penyedia jasa konstruksi

dilakukan dengan pemilihan langsung dengan metode pascakualifikasi. Hal ini

mengacu pada ketentuan Pasal 37 Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan

Kedua atas Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

pemerintah yang menyebutkan bahwa pengadaan pekerjaan yang tidak kompleks

dan bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00. (lima milyar rupiah) dapat

dilakukan dengan pemilihan langsung untuk pengadaan pekerjaan konstruksi.

Sebagaimana diketahui dalam kontrak tersebut bahwa nilai kontrak adalah sebesar

Rp. 4.491.082.000,00.

Metode pemilihan langsung dalam pengadaan pekerjaan konstruksi, pada

prinsipnya sama dengan pelelangan umum, perbedaannya hanya terkait dengan

ketetapan waktu penayangan pengumuman, penyampaian sanggahan dan

sanggahan banding. Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedian

Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilaipaling tinggi

Rp5.000.000.000,00 (Pasal 1 Angka 26 Perpres No. 70 Tahun 2012). Metode

Universitas Sumatera Utara

pemilihan langsung dilakukan melalui proses pascakualifikasi. Adapun tahapan

dalam pemilihan penyedia pekerjaan kontruksi dengan metode Pemilihan

Langsung adalah sebagai berikut:

1. pengumuman;

2. pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan;

3. pemberian penjelasan;

4. pemasukan Dokumen Penawaran;

5. pembukaan Dokumen Penawaran;

6. evaluasi penawaran;

7. evaluasi kualifikasi;

8. pembuktian kualifikasi;

9. pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan;

10. penetapan pemenang;

11. pengumuman pemenang;

12. sanggahan; dan

13. sanggahan banding (apabila diperlukan).

Dalam hal ini pemberitahuan atau pengumuman tentang adanya

pelelangan terhadap proyek pembangunan pengembangan sarana distribusi

dilakukan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Asahan Tahun

Anggaran 2013. Pengumuman tersebut diinformasikan kepada khalayak umum

melalui Papan Pengumuman Resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, disitus

Portal Pengadaan Nasional LPSE Kabupaten Asahan pada tanggal 17 Juni 2013.

Kemudian berdasarkan pengumuman tersebut, masing-masing peminat

Universitas Sumatera Utara

mendaftarkan perusahannya dengan memasukkan dokumen pendaftaran untuk

mengikuti proses pemilihan penyedia jasa untuk melaksanakan proyek

pembangunan. Dalam tahap pendaftaran tersebut, ada 14 (empat belas)

perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi terdaftar untk kemudian

dinyatakan dapat mengikuti tahapan pemilihan langsung pekerjaan konstruksi

yang dilaksanakan oleh pihak DISPERINDAG Kab. Asahan.

Kemudian tahap selanjutnya adalah pemberian penjelasan pelelangan

(aanwijing), yang dilakukan melalui LPSE Kabupaten Asahan. Semua peserta

diberikan penjelasan mengenai lingkup pekerjaan; metode pemilihan; cara

penyampaian dokumen penawaran; kelengkapan dokumen penawaran; metode

evaluasi atau pelelangan penilaian serta penjelasan tambahan lain yang diperlukan

oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kab. Asahan Tahun Anggaran 2013. Penjelasan tersebut dituangkan dalam Berita

Acara Nomor : 09/DISPERINDAG-AS/2013 pada tanggal 24 Juni 2013.

Tahapan selanjutnya adalah pemasukan dokumen penawaran oleh peserta

yang terdaftar sebagai peserta lelang, dimana semua peserta atau calon penyedia

memasukkan penawaran harga. Pemasukan dokumen penawaran dituangkan

dalam Berita Acara Penutupan Pemasukan Penawaran. Setelah masa penyampaian

dokumen pelelangan ditutup maka proses pemilihan langusng dilanjutkan pada

tahap pembukaan dokumen penawaran yang telah disampaikan oleh semua

peserta. Setelah pemeriksaan dan penetapan kelengkapan dokumen, panitia

membuat berita acara pembukaan dokumen penawaran, kemudian berita acara

tersebut dibacakan dihadapan seluruh peserta lelang yang hadir.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya adalah tahap evaluasi penawaran, dimana panitia pengadaan

barang/jasa melakukan penilaian terhadap semua penawaran yang masuk. Metode

evaluasi yang digunakan adalah sistem gugur, hal ini sesuai dengan Pasal 48 ayat

(2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, yang menyebutkan bahwa evaluasi

penawaran dalam pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya

pada prinsipnya menggunakan sistem gugur. Dalam hal ini unsur-unsur yang

dinilai pihak DISPERINDAG Kab. Asahan meliputi segi administrasi, teknis dan

harga yang dilihat dalam dokumen-dokumen penawaran yang disampaikan

masing-masing peserta. Setelah melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga

ada 3 (tiga) perusahaan yang dinyatakan lulus, yaitu PT. Deli Surya Jaya, PT.

Dayatama Cipta Mandiri dan PT. Menara Kharisma Internusa. Hal ini dituangkan

dalam Berita Acara Evaluasi Penawaran Nomor : 40/PAN/DISPERINDAG-

AS/2013 tanggal 5 Juli 2013.

Kemudian ketiga peserta yang dinyatakan lulus selanjutnya mengikuti

tahapan tahap evaluasi syarat kualifikasi, diantaranya meliputi :64

a. penyedia memiliki izin usaha sesuai dengan peraturan perundang-

undangan;

b. formulir kualifikasi ditandatangani oleh pejabat yang berhak mewakili;

c. tidak masuk dalam daftar hitam dan tidak dalam pengawasan pengadilan;

d. berpengalaman dibidang pekerjaan konstruksi;

Selanjutnya ketiga peserta yang dinyatakan lulus tahapan evaluasi

kualifikasi tersebut mengikuti tahapan pembutian kualifikasi. Berdasarkan hasil

64Berita Acara Evaluasi Penawaran Nomor 40/PAN/DISPERINDAG-AS/2013

Universitas Sumatera Utara

evaluasi yang dilaksanakan oleh panitia, maka panitia menetapkan calon

pemenang, calon pemenang I, dan calon pemenang II yang dimuat dalam Berita

Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor : 42/PAN/DISPERINDAG-AS/2013.

Kemudian panitia menetapkan pemenang pemilihan langsung berdasarkan pada

Surat Panitia Pengadaan Barang dan Jasa DISPERINDAG Kab. Asahan Tahun

Anggaran 2013 Nomor : 43/PAN/DISPERINDAG-AS/2013 tanggal 11 Juli 2013

perihal Penetapan Penyedia Jasa untuk Kegiatan Pemilihan Langsung, yaitu :

Pemenang

Nama Perusahaan : PT. Menara Kharisma Internusa

NPWP : 01.714.285.2-123.000

Alamat : Jl. Kasuari No. 46 Medan

Harga Penawaran Terkoreksi : Rp. 4.491.082.000,-

Pemenang Cadangan I

Nama Perusahaan : PT. Dayatama Citra Mandiri

NPWP : 31.515.063.1-122.000

Alamat : Jl. Menteng VII Gg. Lestari No. 04 Medan

Harga Penawaran Terkoreksi : Rp. 4.449.700.000,-

Pemenang Cadangan II

Nama Perusahaan : PT. Deli Surya Jaya

NPWP : 02.200.679.5-123.000

Alamat : Jl. Budi Luhur No. 147 Medan

Harga Penawaran Terkoreksi : Rp. 4.503.800.000,-

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya adalah tahap pengumuman pemenang pemilihan langsung

yang dilakukan oleh panitia berdasarkan Pengumuman Pemenang Pemilihan

Langsung DISPERINDAG Kab. Asahan Tahun Anggaran Nomor :

44/PAN/DISPERINDAG-AS/2013 tanggal 12 Juli 2013. Setelah melakukan

pengumuman, selanjutnya diberikan masa sanggah selama 5 hari kepada publik

untuk menyatakan protes atau ketidakpuasan terhadap hasil pelelangan yang

diadakan oleh panitia pemilihan dalan hal ini DISPERINDAG Kab. Asahan.

Setelah lewat masa sanggah ternyata tidak ada sanggahan, maka

selanjutnya DISPERINDAG Kab. Asahan selaku pengguna jasa atau Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) menerbitkan surat penunjukan yakni Surat Penunjukan

Penyedia Jasa (SPPJ) Nomor : 05/SPPJ/PPK-DISPERINDAG-AS/APBN-2013.

Isi dari surat penunjukkan tersebut adalah menunjuk pemenang pemilihan

langsung untuk melaksanakan Proyek Pembangunan Pasar Kartini Kisaran kepada

PT. Menara Kharisma Internusa. Setelah pemenang ditetapkan, maka tahapan

selanjutnya adalah pembuatan atau penyusunan kontak yang dilakukan oleh para

pihak.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, disebutkan bahwa

kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah dengan penyedia dilaksanakan

selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya

Surat Penunjukan dan ditandatangani oleh direksi atau pihak yang sah

berdasarkan akta pendirian perusahaan untuk menandatangani kontrak pengadaan

barang/jasa. Kontrak ini merupakan kontrak kerja konstruksi yang dibuat oleh

instansi pemerintah selaku pengguna jasa dengan rekanan selaku pelaksana jasa

Universitas Sumatera Utara

konstruksi. Pekerjaan yang dimaksud dalam kontrak ini adalah pengadaan

pekerjaan konstruksi untuk melaksanakan pekerjaan berupa “Pengembangan

Sarana Distribusi Perdagangan” pada tempat perbelanjaan Pasar Kartini Kisaran.

Perjanjian tersebut diatur dalam Surat Perjanjian Nomor : 09/SP/PPK-

DISPERINDAG-AS/APBN-2013. Dalam Surat Perjanjian antara Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan dengan PT. Menara Kharisma

Internusa di Kisaran Nomor : 09/SP/PPK-DISPERINDAG-AS/APBN-2013

tanggal 29 Juli 2013. Para pihak yang menandatangani kontrak konstruksi ini

adalah sebagai berikut :65

1) Nama : Harry Naldo Tambunan, S.E

Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen Pada DISPERINDAG Kabupaten

Asahan Tahun Anggaran 2013.

Alamat : Jl. Prof. H.M Yamin, SH No. 44 Kisaran.

Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya untuk dan atas nama Pemerintah

Kabupaten Asahan Cq. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(DISPERINDAG) Kabupaten Asahan yang selanjutnya disebut sebagai

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pengguna Jasa.

2) Nama : Muhammad Muhazir Tanjung

Jabatan : Direktur

Alamat : Jl. Kasuari No 46 Medan

65Surat Perjanjian Nomor 09/SP/PPK-DISPERINDAG-AS/APBN-2013.

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya untuk dan atas nama PT. Menara

Kharisma Internusa yang berkedudukan di Medan selanjutnya disebut sebagai

pihak penyedia.

Sesuai dengan ketentuan PP No. 29 Tahun 2000, bahwa dalam kontrak ini

penyedia jasa konstruksi juga melampirkan :

a) Akta badan usaha yakni akta pendirian PT. Menara Kharisma Internusa.

b) Nama wakil/ kuasa badan usaha sesuai kewenangan pada akta badan

usaha.

c) Tempat kedudukan dan alamat badan usaha.

Seperti kontrak atau perjanjian pada umumnya, kontrak konstruksi juga

mengandung prinsip-prinsip hukum perikatan yang sesuai dengan ketentuan KUH

Perdata, yakni :

(1) Memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan ketentuan

Pasal 1320 KUH Perdata;

(2) Bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-

undang bagi yang membuatnya dan harus dilaksankan dengan itikad baik,

hal ini sesuai dengan Pasal 1338 KUH Perdata;

(3) Perjanjian hanya berlaku antara para pihak yang membuatnya, hal ini

sesuai dengan Pasal 1340 KUH Perdata.

Dokumen perjanjian kerja ini merupakan dasar dalam pelaksanaan kerja

oleh pihak kontraktor. Dalam dokumen perjanjian tersebut dapat dilihat bahwa

kontrak konstruksi harus dibuat dalam bentuk tertulis. Hal ini berkaitan dengan

perjanjian pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah yang merupakan perjanjian

Universitas Sumatera Utara

baku sehingga harus dibuat sesuai dengan format atau darft yang telah ada sesuai

dengan standart kontrak. Biasanya pengguna jasa telah menyiapkan substansi

kontrak secara sepihak, sedangkan pihak penyedia jasa dalam hal ini kontraktor

tinggal mempelajari substansi kontrak tersebut. Apabila para pihak telah sepakat

maka para pihak akan menandatangani kontrak tersebut.

Hal tersebut juga berlaku dalam kontrak konstruksi antara

DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa, dimana

perjanjian antara mereka dituangkan dalam draft perjanjian yang mana telah

dipersiapkan terlebih dahulu oleh pihak pengguna jasa konstruksi dalam hal ini

pihak pemberi pekerjaan. Pihak pemberi pekerjaan yang dalam kontrak ini disebut

sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam merancang kontrak kerja

konstruksi menggunakan standart kontrak atau contoh Surat Perjanjian Kerja

(SPK) yang dibuat oleh pimpinan dari DISPERINDAG Kab. Asahan sebagai

pemeberi pekerjaan konstruksi.

Surat perjanjian tersebut dibuat rangkap 2 (dua) dengan isi dan kekuatan

hukum yang sama serta diberi materai yang cukup, kemudian ditandatangani oleh

para pihak yang terkait. Akan tetapi sebelum konrak ditandatangani oleh para

pihak, pastilah didahului dengan negosiasi kedua belah pihak mengenai pekerjaan

yang akan dibuat, biaya-biaya serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan

konstruksi tersebut. Kemudian keseluruhan hasil negosiasi itu nantinya akan

dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Untuk mengindari kesalahan dalam

perumusan dan pembuatan perjanjiandan menganisipasi munculnya konflik,

dalam kontrak konstruksi antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT.

Universitas Sumatera Utara

Menara Kharisma Internusa, para pihak menggunakan jasa konsultan hukum dan

notaris dalam pembuatan kontrak tersebut.

Setelah penandatanganan kontrak, maka DISPERINDAG Kab. Asahan

selaku pengguna jasa menyerahkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor :

11/SPMK/PPK-DISPERINDAG-AS/APBN-2013 kepada PT. Menara Kharisma

Internusa selaku penyedia jasa. Dalam SPMK ditentukan bahwa Kontrak Kerja

Konstruksi tersebut berlaku sejak 29 Juli 2013 s/d 6 Desember 2013. Pekerjaan

dimulai sejak tanggal 30 Juli 2013 dengan waktu penyelesaian selama 130 Hari

dan pekerjaan harus selesai pada tanggal 6 Desember 2013. Sedangkan masa

pemeliharaan berlaku selama 130 Hari kalender. Adapun sumber pembiayaan dari

kontrak ini adalah dibiayai dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara)

Tahun Anggaran 2013 dan Nilai Kontrak senilai Rp. 4.491.082.000,- (Empat

Milyar Empat Ratus Sembilan Puluh Satu Juta Delapan Puluh Dua Ribu Rupiah).

Pada umumnya pelaksanaan kontrak berjalan dengan baik dan telah sesuai

dengan apa yang telah disepakati dalam surat perjanjian. Pembangunan proyek

tersebut selesai tepat pada waktunya sesuai dengan yang disepakati dalam

kontrak. Untuk penyerahan pertama yakni penyerahan pekerjaan setelah selesai

100 % telah dilakukan. Mengenai penyerahan hasil pekerjaan dimuat dalam Berita

Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan Nomor: 002/PPHP-FISIK/KARTINI.3-

APBN/2013 tanggal 9 Desember 2013. Sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan

terhadap hasil pekerjaan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan

Nomor: 001/PPHP-FISIK/KARTINI.1-APBN/2013 yang menyatakan bahwa hasil

pekerjaan telah sesuai dengan spesifikasi teknis yang tedapat dalam Surat

Universitas Sumatera Utara

Perjanjian atau Kontrak Pekerjaan. Sementara itu, untuk penyerahan kedua yakni

penyerahan setelah masa pemeliharaan diberikan waktu selam 130 hari sejak

penyerahan pertama dilaksanakan untuk masa pemeliharaan.

C. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Pelaksanaan Kontrak Konstruksi.

Salah satu bagian penting dari pelaksanaan kontrak kerja kontruksi adalah

tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. Tanggung

jawab itu diwujudkan dalam bentuk pemenuhan kewajiban yang dilakukan baik

oleh pengguna jasa maupun penyedia jasa. Oleh karena itu, penentuan tanggung

jawab para pihak menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu kontrak,

sebagai salah satu bentuk antisipasi apabila terjadi persengketaan dari pemenuhan

hak dan kewajiban masing-masing pihak. 66

Dalam konteks perjanjian dalam hukum keperdataan, setidaknya ada 2

(dua) hal yang dapat mengakibatkan terjadinya persengketaan diantara para pihak

yaitu ingkar janji (wanprestasi) dan perbuatan melawan hukum

(onrechmatigedaad). Adapun wujud dari ingkar janji adalah dikarenakan suatu

pihak :

67

1. Sama sekali tidak memenuh perikatan;

2. Terlambat memenuhi perikatan;

3. Keliru dan tidak pantas dalam memenuhi perikatan;

Sedangkan perbuatan melawan hukum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal

1365 KUH Perdata, yaitu suatu pihak membawa kerugian bagi pihak lain,

66 H. Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana, Op.Cit. Hal 115. 67Ibid,. Hal 152.

Universitas Sumatera Utara

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut.

Tanggung jawab para pihak dalam kontrak diwujudkan dalam bentuk

pemenuhan kewajiban yang dilakukan baik oleh pengguna jasa maupun penyedia

jasa. Hak dan kewajiban para pihak merupakan akibat yang timbul dari hubungan

hukum yang terjadi antara DISPERINDAG Kab. Asahan sebagai pengguna jasa

atau pemberi pekerjaan dengan PT. Menara Kharisma Internusa sebagai penyedia

jasa (Kontraktor). Dalam kontrak telah dimuat mengenai hak dan kewajiban

utama yang harus dilaksanakan oleh Pengguna Jasa atau PPK (Pejabat Pembuat

Komitmen) dan Penyedia Jasa dalam melaksanakan kontrak, meliputi :

a. Pihak Pengguna Jasa atau PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)

Adapun hak dan kewajiban dari pihak PPK meliputi :

1) Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak

penyedia;

2) Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan

yang dilakukan oleh penyedia;

3) Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak

yang telah ditetapkan kepada penyedia;

4) Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh

penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan

kontrak.

b. Pihak Penyedia Jasa

Adapun hak dan kewajiban pihak penyedia jasa meliputi :

Universitas Sumatera Utara

1) Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga

yang telah ditentukan dalam kontrak;

2) Berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari

pengguna jasa atau PPK untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai

ketentuan kontrak;

3) Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada PPK;

4) Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal

pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan;

5) Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan

penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan,

peralatan, angkutan ke atau dari lapangan, dan segala pekerjaan permanen

maupun sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan

perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam kontrak;

6) Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan

pelaksanaan yang dilakukan oleh PPK;

7) Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan

yang telah ditetapkan dalam kontrak;

8) Mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi

lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada

masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia.

Selain hal-hal tersebut diatas, ada hak dan kewajiban lainnya yang

dituangkan dalam pasal-pasal selanjutnya dalam kontrak. Dalam pelaksanaan

kontrak kontstruksi antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara

Universitas Sumatera Utara

Kharisma Internusa dalam proyek pembangunan Pasar Kartini Kisaran, tanggung

jawab para pihak adalah untuk memenuhi dan melaksanakan pasal-pasal yang

tercantum dalam kontrak, khususnya bagi pihak penyedia jasa atau kontraktor

sebagai pihak yang melaksanakan proyek pembangunan. Berikut penulis akan

menjelaskan lebuh lanjut tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak.

1) Tanggung Jawab Pihak Penyedia Jasa (Kontraktor)

Dalam pelaksanaan kontrak khususnya pembangunan proyek, tanggung

jawab pihak penyedia jasaatau kontraktor adalah melaksanakan pekerjaan

konstruksi sesuai dengan instruksi dari pihak pemberi tugas atau pengguna jasa

yang dalam kontrak ini disebut dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Pihak

kontraktor brtanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai

dengan kontrak dan syarat-syarat yang telah ditetapkan berdasarkan hasil

negosiasi awal antara pihak penyedia dengan pihak pengguna jasa.

a) Tanggung Jawab Penyedia Jasa dalam Hal Waktu Penyelesaian

Pekerjaan

Dalam hal waktu penyelesaian proyek, pihak penyedia jasa bertanggung

jawab untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program mutu serta

menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dalam

kontrak. Dalam kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara

Kharisma Internusa mengenai jangka waktu penyeesaian proyek tercantum dalam

Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Dalam kontrak ini juga ditentukan bahwa,

apabila pekerjaan tidak selesai pada waktu yang telah ditetapkan atau terjadi

Universitas Sumatera Utara

keterlambatan penyelesaian proyek yang bukan karena keadaan kahar melainkan

karena kelalaian penyedia, maka peyedia bertanggung jawab atas denda atau ganti

rugi terhadap peristiwa tersebut. Namun, apabila keterlambatan terjadi akibat

keadaan kahar maka penyedia tidak akan dikenakan denda. Selain itu, denda atau

ganti rugi tidak akan dikenakan bagi si penyedia apabila waktu penyelesaian

disepakati oleh para pihak untuk diperpanjang. Permohonan untuk perpanjangan

waktu berasa dari pihak penyedia, dan PPK atau pengguna jasa berdasarkan

pertimbangan Pengawas Pekerjaan memperpanjang waktu penyelesaian pekerjaan

secara tertulis. Dalam kontrak ini, terkait dengan ketentuan mengenai

perpanjangan waktu penyeesaian dimuat dalam ketentuan adendum. Hal ini

memang diharuskan karena perpanjangan waktu tersebut akan mengubah Masa

Kontrak, sementara itu kontrak hanya dapat diubah melalui adendum kontrak.

Dalam ketentuan adendum disebutkan bahwa perubahan kontrak bisa

dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak, meliputi :

(1) Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para

pihak dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam

kontrak.

(2) Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan

pekerjaan.

(3) Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan, perubahan

pelaksanaan pekerjaan dan/atau penyesuaian harga.

Dalam adendum kontrak juga memungkinkan bagi pihak pengguna jasa atau

pemberi pekerjaan untuk meminta kepada pihak penyedia atau kontraktor

Universitas Sumatera Utara

melaksanakan pekerjaan tambah atau kurang dari yang diperjanjikan sebelumnya.

Namun, dalam kontrak ditentukan bahwa pekerjaan tambah harus

mempertimbangkan tersedianya dana anggaran dan paling tinggi 10 % dari nilai

yang telah disepakati dalam kontrak sejak awal.

b) Tanggung Jawab Penyedia Jasa dalam Hal Penyerahan Pekerjaan

Pihak penyedia jasa bertanggung jawab untuk melaksanakan serah terima

pekerjaan setelah pekerjaan konstruksi tersebut selesai 100% dan diserahkan

untuk pertama kalinya kepada pihak pemberi tugas dengan baik dan dapat

diterima selambat-lambatnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam

perjanjian tersebut. Penyedia atau kontraktor mengajukan permintaan secara

tertulis kepada PPK atau pengguna jasa untuk penyerahan pekerjaan. Pihak

penyedia juga bertanggung jawab atas kekurangan-kekurangan dan/atau cacat

yang terjadi pada hasil pekerjaan, penyedia wajib memperbaiki/menyelesaikan,

atas perintah PPK. Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa

pemeliharaan, kemudian setelah masa pemeliharaan berakhir penyedia

mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pemberi tugas untuk

melaksanakan penyerahan akhir pekerjaan.

PPK atau pemberi tugas menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah

penyedia melaksanakan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan

baik. PPK wajib melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar

atau mengembalikan Jaminan Pemeliharaan. Apabila penyedia tidak

melaksanakan kewajiban pemeliharaan sebagaimana mestinya, maka PPK berhak

menggunakan uang retensi untuk membiayai perbaikan/ pemeliharaan atau

Universitas Sumatera Utara

mencairkan jaminan pemeliharaan. Kemudian PPK akan mengambil alih lokasi

dan hasil pekerjaan dalam jagka waktu tertentu setelah dikeluarkan surat

keterangan selesai/pengakhiran pekerjaan.

c) Tanggung jawab Penyedia Jasa dalam Hal Material/ Bahan

Penyedia harus meyampaikan asal material/ bahan yang terdiri dari rincian

komponen dalam negeri dan komponen impor. Pihak penyedia atau kontrakor

harus menggunakan bahan-bahan yang telah disepakati oleh para pihak dalam

kontrak. Apabila dalam pelaksanaan kontrak pihak penyedia atau kontraktor

menyimpang atau melanggar syarat-syarat dalam kontrak sehingga berpengaruh

pada mutu bangunan menjadi tidak baik maka pihak kontraktor harus bertanggung

jawab untuk mengganti, membongkar dan memperbaiki kembali sesuai dengan

ketentuan yang telah disepakati oleh para pihak dalam kontrak.

d) Tanggung Jawab Penyedia Jasa dalam Hal Perlindungan Tenaga Kerja

Penyedia dan subpenyedia berkewajiban atas biaya sendiri untuk

mengikutsertakan pesonilnya pada program Jamsostek sebagaiman diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Penyedia juga berkewajiban untuk mematuhi dan

memerintahkan personilnya untuk mematuhi peraturan keselamatan kerja. Selain

itu penyedia juga bertanggung jawab atas biaya sendiri untuk menyediakan

kepada setiap personilnya perlengkapan keselamatan kerja. Penyedia juga

bertanggung jawab untuk melaporkan kepada PPK atau Pengguna jasa mengenai

setiap kecelakaan yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan kontrak ini dalam

waktu 24 jam setelah kejadian. Dengan kata lain, penyedia bertanggung jawab

atas keselamatan semua pihak dilokasi kerja.

Universitas Sumatera Utara

e) Tanggung Jawab Penyedia Jasa dalam Hal Kegagalan Bangunan

Secara teoritis, kegagalan bangunan diartikan keadaan bangunan yang

tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis,

manfaat, keselamatan, dan kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai

akibat kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir

pekerjaan konstruksi (Pasal 34 PP Nomor 29 Tahun 2000).68

Dalam perjanjian (kontak) antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan

PT. Menara Kharisma Internusa, telah ditentukan bahwa dalam hal kegagalan

bangunan, penyedia berkewajiban untuk melindungi, membebaskan, dan

menanggung tanpa batas PPK atau pemberi pekerjaan beserta instansinya terhadap

semua bentuk tuntutan, tanggung jawab, kewajiban, kehilangan, kerugian, denda,

gugatan atau tuntutan hukum, proses pemeriksaan hukum, dan biaya yang

dikenakan terhadap PPK beserta instansinya sehubungan dengan klaim kehilangan

atau kerusakan harta benda, dan cidera tubuh, sakit atau kematian pihak ketiga

sebagai akibat yang timbul dari kegagalan bangunan. Terhitung sejak tanggal

mulai kerja sampai pada batas akhir masa pemeliharaan, penyedia bertanggung

jawab atas kerusakan atau kehilangan terhadap hasil pekerjaan dan harus diganti

atau diperbaiki oleh penyedia atas tanggungannya sendiri, sepanjang kerusakan

atau kehilangan tersebut terjadi akibat tindakan atau kelalaian penyedia.

Jangka waktu

pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan ditentukan sesuai dengan umur

konstruksi yang direncanakan dengan maksimal 10 tahun, sejak penyerahan akhir

pekerjaan konstruksi (Pasal 35 Ayat (1) PP Nomor 29 Tahun 2000).

68Salim H.S., Op.Cit. Hal 124.

Universitas Sumatera Utara

Sementara itu, dalam peristiwa tersebut pentanggungan asuransi yang dimiliki

oleh penyedia tidak membatasi kewajiban penanggungan penyedia.

Berdasarkan penelitian penulis, dalam pelaksaan kontrak ini tidak terdapat

kerusakan dan cacat pekerjaan setelah pemabangunan proyek selesai. Namun

hingga masa pemeliharaan berkahir, pihak kontraktor selalu aktif dan

berkonsultasi dengan pihak konsultan atau pemberi tugas mengenai hal-hal yang

dianggap kurang atau tidak sesuai dengan perencanaan awal. Sehingga apabila ada

kerusakan ataupun cacat pekerjaan, pihak PT. Menara Kharisma Internusa selaku

penyedia jasa segera konsultasi dengan pihak pemberi tugas untuk diubah atau

diperbaiki sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan sejak awal oleh para pihak.

Dalam rangka penilaian terhadap hasil pekerjaan, dalam pelaksanakan

kontrak ini pihak PPK telah menunjuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

PPK atau pengguna jasa menugaskan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh

pihak penyedia apakah ada kekerurangan-kekurangan dan atau kerusakan

bangunan ataupun terjadinya kegagalan bangunan. Penilai ini dipilih dan

disepakati oleh pihak pengguna jasa dan penyedia jasa yang bersifat independen

dan mampu memberikan penilaian secara objektif serta ahli dibidangnya. Dari

hasil penilaian yang dilakukan oleh Panitia Penilai terhadap hasil pekerjaan, dapat

menentukan siapakah yang bersalah dalam pelaksanaan konstruksi. Pihak yang

bersalah akan dibebani tanggung jawab, baik tanggung jawab perdata,

administratif, maupun tanggung jawab pidana.

Universitas Sumatera Utara

Sanksi yang dikenakan kepada penyedia jasa yang gagal dalam

pelaksanaan kontrak adalah berupa sanksi profesi dan sanksi adminitratif. Sanksi

administratif ini berupa peringatan tertulis, penghentian sementara sebagian atau

keseluruhan pekerjaan konstruksi, pembekuan izin usaha, pencabutan izin usaha,

pemebekuan atau pencabutan izin pelaksanaan konstruksi. Termasuk larangan

sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi atau larangan melakukan

pekerjaan. Penjatuhan sanksi ini tergantung pada berat ringannya kesalahan yang

dilakukan oleh penyedia jasa.

Dalam pelaksanaan kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan

PT. Menara Kharisma Internusa, penerapan sanksi oleh pihak pengguna jasa atau

pemeberi tugas terhadap pihak penyedia dilakukan dengan tegas, sesuai dengan

ketentuan yang telah diatur dalam perjanjian pemborongan. Pada umumnya sanksi

yang diberikan berupa sanksi denda dan pemutusan konrak. Namun, sebelumnya

pihak penyedia akan diminta atau diberikan kesempatan untk terlebih dahulu

memperbaiki dan atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang

diisyaratkan dalam kontrak.

2) Tanggung Jawab Pihak Pengguna Jasa atau PPK

Dalam kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara

Kharisma Internusa, pihak DISPERINDAG Kab. Asahan selaku Pengguna Jasa

atau PPK juga memiliki tangung jawab dalam proyek pembangunan, khususnya

dalam hal pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak kontraktor. Berikut

ini penulis akan menjelaskan lebih lanjut mengenai tanggung jawab PPK sebagai

Universitas Sumatera Utara

pemberi tugas kepada pihak penyedia berdasarkan apa yang telah ditetapkan

dalam kontrak atau surat perjanjian.

a) Tanggung jawab PPK dalam hal pelaksanaan pekerjaan kontruksi

Hal pertama yang menjadi tanggung jawab PPK dalam hal pelaksanaan

pekerjaan adalah penyerahan lokasi kerja. PPK berkewajiban untuk menyerahkan

keseluruhan lokasi kerja kepada penyedia sebelum Surat Perintah Mulai Kerja

(SPMK) deterbitkan. Sebelum melakukan penyerahan lokasi kerja, harus

dilakukan pemeriksaan lapangan secara bersama dengan pihak penyedia.

Kemudian hasil pemeriksaan tersebut dituangkan dalam berita acara penyerahan

lokasi kerja. Jika dalam pemeriksaan lapangan bersama ditemukan hal-hal yang

dapat mengakibatkan perubahan isi kontrak maka perubahan tersebut harus

dituangkan dalam adendum kontrak. Jika penyerahan hanya dilakukan pada

bagian tertentu dari lokasi kerja maka PPK dianggap telah menunda pelaksanaan

pekerjaan, kondisi ini ditetapkan sebagai peristiwa kompensasi. PPK wajib

menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) selambat-lambatnya 14 hari

sejak tanggal penandatanganan kontrak. Dimana dalam SPMK tersebut

dicantumkan waktu paling lambat dimulainya pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap pelaksanaan kontrak antara

DISPERINDAG Kab. Asahan, setelah Surat Perjanjian diterbitkan dan sebelum

pelaksanaan pekerjaan dimulai, PPK bersama dengan penyedia, unsur

perencanaan, dan unsur pengawasan menyelenggarakan rapat persiapan

pelaksanaan kontrak. Hal ini sebagaimana telah diatur dalam kontrak, bahwa

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya Surat Perjanjian dan

Universitas Sumatera Utara

sebelum pelaksanaan pekerjaan PPK bersama dengan pihak-pihak terkait harus

sudah menyelenggarakan Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak. Adapun hal-hal

yang dibahas dan disepakati dalam rapat tersebut adalah :

(1) Program mutu;

(2) Organisas kerja;

(3) Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan;

(4) Prosedur pelaksanaan pekerjaan;

(5) Jadwal pengadaan bahan/material, mobilisasi peralatan dan personil;

(6) Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lokasi pekerjaan.

Dalam pelaksanaan pekerjaan, PPK juga dapat memberikan fasilitas

berupa sarana dan prasarana atau kemudahan lainnya (jika ada) yang tercantum

dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK), untuk kelancaran pelaksanaan

pekerjaan ini.

b) Tanggung jawab PPK dalam hal peristiwa kompensasi

Dalam pelaksanaan kontrak, apabla terjadi perpanjangan waktu

penyelesaian pekerjaan maka kondisi tersebut ditetapkan sebagai peristiwa

kompensasi. Dalam surat perjanjiam antar DISPERINDAG Kab. Asahan dengan

PT. Menara Kharisma Internusa ditentukan bahwa, Peristiwa kompensasi dapat

diberikan kepada penyedia dalam hal sebagai berikut :

(1) PPK mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;

(2) Keterlambatan pembayaran kepada penyedia;

Universitas Sumatera Utara

(3) PPK tidak memberikan gambar-gambar, spesifikasi dan/atau instruksi

sesuai jadwal yang dibutuhkan;

(4) Penyedia belum bisa masuk ke lokasi sesuai jadwal dalam kontrak;

(5) PPK menginstruksikan kepada pihak penyedia untuk melakukan pengujian

tambahan yang setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak ditemukan

kerusakan/kegagalan/penyimpangan;

(6) PPK memerintahkan penundaan pelaksanaan pekerjaan;

(7) PPK memerintahkan untuk mengatasi kondisi tertentu yang tidak dapat

diduga sebelumnya dan disebabkan oleh PPK;

(8) Ketentuan lain dalam SSKK.

Jika peristiwa kompensasi mengakibatkan pengeluaran tambahan dan/atau

keterlambatan pelaksanaan pekerjaan maka PPK berkewajiban untuk membayar

ganti rugi dan/atau memberikan perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan.

Penyedia tidak berhak atas ganti rugidan/atau perpanjangan waktu penyelesaian

pekerjaan jika penyedia gagal atau lalai untu memberikan peringatan dini dalam

mengantisipasi atau mengatasi dampak peristiwa kompensasi.

Namun dalam pelaksanaan kontrak DISPERINDAG Kab. Asahan dengan

PT. Menara Kharisma Internusa, perpanjangan waktu tersebut tidak terjadi. Dalam

pelaksanaan kontrak tersebut tidak ada hal sampai mengharuskan adanya

perpanjangan waktu atau peristiwa kompensasi. Hal ini terbukti dengan

selesainya proyek pembangunan tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan yang

ditetapkan dalam kontrak. Sehingga dalam hal ini pihak pengguna jasa/ PPK tidak

perlu mengeluarkan dana tambahan untuk memberikan perpanjangan waktu

Universitas Sumatera Utara

ataupun ganti rugi. Karena berdasarkan kesepakatan, ganti rugi hanya dapat

dibayarkan jika berdasarkan data penunjang dan perhitungan kompensasi yang

diajukan oleh penyedia kepada PPK dapat dibuktikan.

c) Tanggung Jawab PPK dalam Hal Pembayaran

Pembayaran kepada penyedia atas pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh

PPK atau pengguna jasa sesuai dengan harga kontrak yang disepakati dalam surat

perjanjian. Dalam menetukan harga kontrak sebelumnya telah memperhitungkan

keuntungan, beban pajak serta biaya asuransi yang meliputi juga biaya

keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam pelaksanaan kontrak, pengguna jasa atau

PPK terlebih dulu memberikan uang muka kepada pihak penyedia. Uang muka ini

dibayar untuk membiayai mobilisasi peralatan, personil, pembayaran uang tanda

jadi kepada pemasok bahan/material dan persiapan teknis lain. Besaran uang

muka ditentukan dalam SSKK dan dibayar setelah penyedia menyerahkan

Jaminan Uang Muka senilai uang muka yang diterima.

Dalam kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara

Kharisma Internusa ditentukan bahwa pembayaran dilakukan dengan sistem

termin atau bertahap sesuai dengan prestasi yang telah diselesaikan oleh pihak

penyedia sebagaiman telah diatur dalam SSKK. Mengenai uang muka yang

diberikan pada pada kontrak pengadaan pekerjaan konstruksi ini adalah sebesar

20% dari nilai kontrak. Dalam SSKK pembayaran angsuran dilakukan sebanyak 4

(empat) tahap, dan pembayaran angsuran terakhir diberikan setelah pekerjaan

selesai 100%. Namun dalam prakteknya pembayaran dilakukan hanya 2 (dua)

tahap yakni pembayaran uang muka dan pembayaran setelah selesai 100%. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan permintaan pihak penyedia yang meminta untuk pembayaran tahap 1

s/d 4 sekaligus dipembayaran angsuran terakhir. Kemudian dibuat berita acara

penyerahan awal yang ditandatangani kedua belah pihak. Semua pekerja dibayar

selama hari kerja dan datanya disimpan oleh penyedia. Daftar pembayaran

ditandatangani oleh masing-masing pekerja dan diperiksa oleh PPK.

Penulis juga melihat didalam kontrak ini terdapat ketentuan mengenai

penangguhan pembayaran yang dapat dilakukan oleh PPK dalam hal penyedia

gagal atau lalai dalam memenuhi kewajiban kontraktualnya. Pembayaran yang

ditangguhkan harus disesuaikan dengan proporsi kegagalan atau kelalaian

penyedia. Penangguhan pembayaran juga dapat dilakukan oleh PPK atau

pengguna jasa apabila terjadi keterlambatan dalam penyerahan pekerjaan.

d) Tanggung Jawab PPK dalam Hal Kegagalan Bangunan

Dalam hal terjadinya kegagalan bangunan, pemerintah dalam hal ini

sebagai pengguna jasa memiliki tanggung jawab untuk mengambil tindakan

tertentu apabila kegagalan mengakibatkan kerugian atau menimbulkan gangguan

pada keselamatan umum. Termasuk dalam hal ini yaitu memberikan pendapat

dalam penunjukan, proses penilaian dan hasil kerja penilai ahli yang dibentuk dan

disepakati kedua pihak. Dalam pelaksanaan kontrak DISPERINDAG Kab.

Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa, tanggung jawab pengguna jasa

atau PPK dalam hal terjadinya kegagalan bangunan adalah menjatuhkan sanksi

kepada pihak penyedia dan memprosesnya.

Universitas Sumatera Utara

D. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Kontrak dan Upaya

Penyelesaiannya.

1. Hambatan hambatan Dalam Pelaksanaan Kontrak

Dalam setiap perjanjian mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi

pihak-pihak yang terkait didalamnya. Dengan kata lain, pihak pemberi tugas dan

pihak kontraktor harus mentaati kalusul-klausul yang ada dalam kontrak

konstruksi tersebut. Namun dalam pembangunan suatu proyek yang dituangkan

dalam perjanjian tentu tidak selamanya dapat tercapai seperti apa yang telah

direncanakan dalam kontrak. Banyak hal yang mempengaruhinya baik yang

dipengaruhi oleh kehendak manusia atau diluar kehendak manusia, sehingga dapat

menyebabkan proyek pembangunan tersebut terhambat atau bahkan harus

dibatalkan sama sekali. Berkaitan dengan hal tersebut ada 2 (dua) macam

hambatan dalam pelaksanaan kontrak yaitu hambatan oleh kelalaian manusia dan

hambatan yang diakibatkan peristiwa diluar kekuasaan manusia.

Dalam kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara

Kharisma Internusa yang menjadi hambatan yang diakibatkan diluar kekuasaan

manusia disebut dengan keadaan kahar. Keadaan kahar yang dimaksud adalah

suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat

diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak

menjadi tidak dapat dipenuhi, meliputi :

a. Bencana alam;

b. Bencana non alam;

c. Bencana social;

Universitas Sumatera Utara

d. Pemogokan;

e. Kebakaran, dan/atau

f. Gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan

bersama Menteri Keuangan dan Menteri teknis terkait.

Dalam hal terjadinya keadaan kahar tersebut, pemberi tugas atau PPK

memberikan toleransi kepada pihak kontraktor atau penyedia dan mendiskusikan

kembali kontrak konstruksi tersebut apakah pekerjaan tetap dilaksanakan atau

dihentikan. Tanggung jawab atas kerugian yang timbul tidak dapat dijatuhkan

kepada pihak penyedia sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi tersebut.

Hambatan yang diakibatkan karena kelalaian manusia antara lain adalah

wanprestasi yang dilakukan oleh pihak penyedia. Wanperstasi tersebut terjadi

karena penyedia lalai dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki

kelalaiannya tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Wanprestasi

dapat berupa pelaksanaan pekerjaan yang tida sesuai atau sebagaimana mestinya,

atau terlambat dalam penyerahan atau sama sekali tidak melaksanakan pekerjaan.

Apabila terjadi wanprestasi tersebut maka pihak pengguna jasa atau PPK dapat

melakukan pemutusan kontrak. Namun sebelum melakukan pemutusan kontrak

pihak pengguna jasa terlebih dahulu memberikan sanski berupa peringatan tertulis

samapi tiga kali. Apabila setelah tiga kali berturut-turut diberikan surat peringatan

namun pihak kontraktor belum juga memperbaiki pekerjaannya maka pihak

Universitas Sumatera Utara

pengguna jasa atau PPK akan melakukan pemutusan kontrak.69

1) Jaminan pelaksanaan dicairkan;

Terkait pemutusan

kontrak yang dilakukan PPK karena kesalahan dari pihak penyedia maka :

2) Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia atau jaminan uang muka

dicairkan;

3) Penyedia membayar denda;

4) Penyedia dimasukkan dalam Daftar Hitam.

Jika pihak kontraktor tidak melaksanakan tangung jawabnya

sebagaimanayang tercantum dalam kontrak sehingga mengakibatkan

kegagalanproyek maka dikenai sanksi administratif ataupun sanksi pidana.

Sanksiadministratif yang dapat dikenakan kepada pihak kontraktor sebagai

penyediajasa, menurut pasal 42 ayat (1) UU No 18 tahun 1999 tentang jasa

konstruksiberupa:

a) Peringatan tertulis

b) Penghentian sementara pekerjaan konstruksi

c) Pembatasan kekgiatan usaha dan/ atau profesi

d) Pembekuan izin usaha dan / atau profesi

Selanjutnya dalam pasal 43 ayat (2) disebutkan “Barang siapa

yangmelakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak

sesuaidengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan

kegagalanbangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau

dikenakan denda paling banyak 5% dari nilai kontrak”.

69Wawancara dengan Bapak Harry Naldo Tambunan, SE selaku mewakili Pejabat Pembuat Komitemen DISPERINDAG Kab. Asahan.

Universitas Sumatera Utara

Dalam pelaksanaan kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan

PT. Menara Kharisma Internusa hambatan dalam pembangunan proyek timbul

dari pihak lain. Hal ini terkait bahwa proyek tersebut merupakan pembangunan

pasar yang sebelumnya telah menjadi tempat distribusi perdagangan, sehingga

untuk membangun kembali pasar tersebut pedagang-pedagang yang sebelumnya

berdagang dipasar tersebut harus dialokasikan sementara. Pada awalnya banyak

pedagang yang menolak untuk dialokasikan sementara. Namun setelah pihak

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan memberikan penjelasan

atau sosialisasi mengenai tujuan pembangunan pasar tersebut, akhirnya para

pedagang mengerti dan bersedia dipindahkan untuk sementara. Selain itu masalah

pembebasan lahan oleh masyarakat sekitar juga sempat menjadi masalah namun

hal tersebut dapat selesaikan dengan baik dan damai, sehingga tidak begitu

menghambat jalannya proyek pembangunan pasar tersebut.70

Pada umumnya, dalam pelaksanaan proyek-proyek yang dilaksanakan oleh

PT. Menara Kharisma Internusa, hal-hal yang sering menjadi faktor penghambat

antara lain bencana alam, pengaruh musim ataupun cuaca serta perubahan harga

barang. Hal-hal tersebut yang sering sekali menyebabkan pengerjaan proyek

pembangunan tertunda. Namun hal-hal tersebut terjadi diluar kekuasaan atau

khendak manusia, sehingga apabila terjadi maka pihak pengguna jasa wajib

memberikan toleransi dan para pihak kembali mendiskusikan kelanjutan dari

pelaksanaan kontrak.

70Wawancara dengan Bapak Harry Naldo Tambunan, SE yang bertindak atas nama DISPERINDAG Kab. Asahan.

Universitas Sumatera Utara

2. Upaya-Upaya Yang Ditempuh Para Pihak Dalam Penyelesaian

Perselisihan.

Dalam pelaksanaan suatu kontrak sering terjadi sengketa atau perselisihan

antara para pihak. Perselisihan tersebut biasanya terjadi apabila salah satu pihak

tidak memenuhi kewajiban atau prestasinya sesuai dengan apa yang telah

disepakati dalam kontrak atau biasa disebut dengan perbuatan wanprestasi.

Menurut Pasal 36 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang JasaKonstruksi

disebutkan bahwa :

a. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan

atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang

bersengketa.

b. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tidak berlaku terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan

konstruksi sebagaimana diatur dalam KUH Pidana

c. Jika dipilih penyelesaian sengketa diluar pengadilan, gugatan melalui

pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak

berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.

Selanjutnya dalam Pasal 37 Undang-Undang No. 18 Tahun

1999disebutkan apabila:

1) Penyelesaian sengketa jasa konstruksi diluar pengadilan dapat ditempuh

untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan

penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi kegagalan

bangunan.

Universitas Sumatera Utara

2) Penyelesaian sengketa jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat menggunakan pihak ketiga, yang disepakati oleh para pihak.

3) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dibentuk oleh

pemerintah dan / masyarakat jasa konstruksi.

Secara yuridis pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi tigamacam, yaitu

melalui pengadilan, Alternatif penyelesaian sengketa dan Musyawarah.

Dalam pelaksanaan kontrak antara Disperindag Kab. Asahan dengan PT.

Menara Kharisma Internusa Medan, ditentukan bahwa penyelesaian perselisihan

atau sengketa antara para pihak dalam kontrak dapat dilakukan melalui

musyawarah, arbitrase, mediasi, konsiliasi atau pengadilan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila terjadi perselisihan, pihak PPK

atau pemberi tugas dengan penyedia akan berupaya terlebih dahulu untuk

menyelesaikan perselisihan tersebut secara damai atau musyawarah.71 Jika dengan

jalan musyawarah tidak tercapai kata sepakat maka akan dibentuk panitia

Arbitrase yang terdiri dari seorang wakil pihak pertama dan seorang wakil dari

pihak kedua, kemudian mengangkat seorang ahli yang pengangkatannya disetujui

oleh kedua belah pihak. Selanjutnya penyelesaian perselisihan tersebut akan

diteruskan melalui pengadilan, apabila melalui cara tersebut diatas tidak tercapai

penyelesaian.72

Sejauh ini dalam pelaksanaan kontrak antara DISPERINDAG Kab.

Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa Medan dalam proyek

pembangunan Pasar Kartini Kisaran tidak terjadi perselisihan atau persengketaan

71Wawancara dengan pihak PT. Menara Kharisma Internusa Medan. 72Sri Soedewi. Mascjcun Sofwan., Hukum Bangunan (Yogyakarta : Liberty, 1982). Hal 82

Universitas Sumatera Utara

yang menharuskan untuk diselesaikan sampai melalui jalur pengadilan.

Pelaksanaan kontrak berjalan dengan baik sampai waktu yang telah ditetapkan

dalam kontrak dan hasil pekerjaan yang diterima oleh pengguna jasa telah sesuai

dengan perjanjian. Hal ini dikarenakan pihak pengguna jasa atau PPK telah

memberikan peringatan terlebih dahulu pada pihak penyedia atau kontraktor untuk

melengkapi dan memperbaiki kekurangan pekerjaan sebagaimana yang

diisyaratkan dalam kontrak. Artinya para pihak selalu berupaya dengan sungguh-

sungguh untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara mereka dalam

pelaksanaan kontrak dengan jalan damai atau musyawarah.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah membahas Tinjauan Yuridis tentang Kontrak Konstruksi Antara

DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa Medan

(Study Pada Proyek Pembanguna Pasar Kartini Kisaran), maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pemilihan Pihak Penyedia Jasa Konstruksi atau Kontraktor dalam

Perjanjian antara Disperindag Kab. Asahan dengan PT. Menara Kharisma

Internusa Medan pemilihan pihak penyedia dilakukan dengan metode

pemilihan langsung, karena pekerjaan konstruksi tersebut merupakan

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan yang tidak kompleks dan nilai kontrak ini senilai Rp.

4.491.082.000,- (Empat Milyar Empat Ratus Sembilan Puluh Satu Juta

Delapan Puluh Dua Ribu Rupiah). Hal ini berdasarkan Pasal 37 Perpres No.

70 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa pengadaan pekerjaan yang tidak

kompleks dan bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)

dapat dilakukan dengan pemilihan langsung untuk pengadaan pekerjaan

konstruksi. Dalam pelaksanaan kontrak juga terlihat bahwa kontrak tersebut

berjalan dengan baik dan proyek pembangunan selesai pada waktu yang telah

ditentukan dan hasilnya sesuai dengan perjanjian.

2. Pihak penyedia atau kontraktor bertanggung jawab untuk menyelesaikan

pembangunan proyek sesuai dengan persyaratan baik dari segi teknis, bahan,

mutu dan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak yang telah disetujui dan

ditandatangani oleh kedua belah pihak. Apabila pihak penyedia melakukan

wanprestasi, maka pihak pemberi tugas atau PPK dapat mengajukan tuntutan

agar pekerjaan tetap dilanjutkan, agar pekerjaan dihentikan, ganti kerugian

yang timbul akibat wanprestasi yang dilakukan oleh pihak penyedia atau

kontarktor. Demikian juga dengan pihak pemeberi tugas atau PPK

bertanggung jawab untuk melakukan kewajiban pembayaran kepada pihak

penyedia sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah ditetapkan dalam

kontrak.

3. Dalam pelaksanaan kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT.

Menara Kharisma Internusa Medan dalam proyek pembangunan Pasar Kartini

Kisaran, yang menjadi hambatan adalah masalah pedagang yang awalnya

Universitas Sumatera Utara

menolak untuk dialokasikan sementara dan masalah pembebasan lahan,

sehingga proses pembangunan sedikit terlambat. Namun masalah tersebut

dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat sehingga proyek pembangunan

dapat terus dilanjutkan. Mengenai terjadinya peselisihan antara para pihak,

dalam prakteknya penyelesaian perselisihan tersebut lebih dulu dilakukan

dengan cara musyawarah atau damai. Jika dengan jalan musyawarah tidak

tercapai kata sepakat maka dapat diselesaikan dengan membentuk panitia

Arbitrase hingga kemudian akan diteruskan melalui pengadilan, apabila

melalui cara tersebut diatas tidak tercapai penyelesaian.

B. Saran

1. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sangat di perlukan kerjasama atau

koordinasi yang baik antara pemeberi tugas, perencana konstruksi, pelaksana

konstruksi maupun pengawas konstruksi sehingga pelaksanaan pekerjaan

dapat berjalan dengan baik, efektif, efisien dan terencana.

2. Apabila dalam proses pembangunan proyek ditemukan hal-hal yang tidak

sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati dalam kontrak, maka pihak

pemeberi tugas harus segera memberikan peringatan kepada pihak penyedia

atau kontraktor agar segera memperbaiki pekerjaannya. Hal ini bertujuan

untuk menghindari terjadinya kerugian yang lebih besar.

Universitas Sumatera Utara

3. Dalam proses pembangunan proyek, pengawas harus lebih memperhatikan

mutu dari bahan-bahan yang digunakan dalam proyek pembangunan, hal ini

terkait dengan kualitas hasil bangunan.

Universitas Sumatera Utara