20
PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia, seperti: bubur kacang hijau dan isi onde-onde. Kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat melancarkan buang air besar dan menambah semangat hidup, juga digunakan untuk pengobatan (Atman, 2007). Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau di Indonesia, karena memberikan kontribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Sebaran daerah produksi kacang hijau di Indonesia adalah: NAD, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Total kontribusi daerah tersebut adalah 90% terhadap produksi kacang hijau nasional dan 70% berasal dari lahan sawah. Tantangan pengembangan kacang hijau di lahan kering adalah peningkatan produktivitas dan mempertahankan kualitas lahan untuk berproduksi lebih lanjut. Pengembangan kacang hijau merupakan solusi murah untuk mengatasi masalah tersebut. Keterbatasan modal, garapan lahan kering yang relatif luas, anggapan petani terhadap kacang hijau sebagai tanaman kedua, dan infrastruktur yang kurang memadai merupakan faktor biofisik dan sosial ekonomi yang menghambat pengembangan kacang hijau di lahan kering (Kasno, 2007). Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani, meskipun hasil tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik. Universitas Sumatera Utara

Chapter I.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman

    kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia, seperti: bubur

    kacang hijau dan isi onde-onde. Kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman

    ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein, besi, belerang, kalsium,

    minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E). Manfaat lain

    dari tanaman ini adalah dapat melancarkan buang air besar dan menambah

    semangat hidup, juga digunakan untuk pengobatan (Atman, 2007).

    Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau di Indonesia, karena

    memberikan kontribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Sebaran

    daerah produksi kacang hijau di Indonesia adalah: NAD, Sumatera Barat dan

    Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan

    Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Total kontribusi daerah tersebut adalah 90%

    terhadap produksi kacang hijau nasional dan 70% berasal dari lahan sawah.

    Tantangan pengembangan kacang hijau di lahan kering adalah peningkatan

    produktivitas dan mempertahankan kualitas lahan untuk berproduksi lebih lanjut.

    Pengembangan kacang hijau merupakan solusi murah untuk mengatasi masalah

    tersebut. Keterbatasan modal, garapan lahan kering yang relatif luas, anggapan

    petani terhadap kacang hijau sebagai tanaman kedua, dan infrastruktur yang

    kurang memadai merupakan faktor biofisik dan sosial ekonomi yang menghambat

    pengembangan kacang hijau di lahan kering (Kasno, 2007).

    Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani, meskipun

    hasil tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2

    Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan yang lain, kacang hijau memiliki

    kelebihan ditinjau dari segi agronomi maupun ekonomis, seperti: lebih tahan

    kekeringan, serangan hama penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur

    55 60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayanya

    yang mudah. Dengan demikian kacang hijau mempunyai potensi yang tinggi

    untuk dikembangkan (Sunantara, 2000).

    Masalah yang dihadapi dalam pengembangan kacang hijau adalah masih

    rendahnya produksi yang dicapai petani. Rendahnya hasil disebabkan oleh

    budidaya yang kurang baik (tanpa pemupukan dan penyiangan), persediaan air

    tidak cukup, adanya serangan penyakit terutama seperti bercak daun Cercospora,

    karat daun, embun tepung, kudis (scab) dan virus (Rukmana, 1997).

    Kecambah kacang hijau (tauge) merupakan sayuran tradisional yang

    terkenal diseluruh dunia. Nama itu jadi bersih sejak pelarangan pestisida dalam

    proses produksinya. Untuk itu, sumber vitamin yang baik perlu dipikirkan,

    khususnya kaya akan vitamin C. Enam puluh jam proses perkecambahan

    meningkatkan kadar vitamin C hingga 132 mg/100 g, sebuah pertimbangan

    keuntungan yang nyata. Perkecambahan itu juga meningkatkan kadar niasin dan

    riboflavin secara signifikan. Jika tauge diproduksi berbasis komersial, diperlukan

    suatu varietas baik yang memiliki sifat diinginkan seperti hasil yang tinggi, dapat

    beradaptasi pada kondisi iklim yang berbeda dan toleran terhadap hama-penyakit

    selain untuk produksi tauge yang baik. Kacang hijau kualitas tinggi untuk

    kecambah, harus sedikit akar, berdiameter besar dan renyah. Permasalahan utama

    yang terjadi secara komesial adalah: akar yang panjang dan hipokotil yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 3

    ramping, sulit berkecambah, perakaran pendek dan besar tauge dikatakan hal yang

    paling sulit untuk dicapai (Heettiarachchi, 1985).

    Dalam perdagangan kacang hijau di Indonesia hanya dikenal dua macam

    mutu, yaitu kacang hijau biji besar dan biji kecil. Kacang hijau biji besar

    digunakan untuk bubur dan tepung, sedangkan yang berbiji kecil digunakan untuk

    pembuatan tauge. Di Indonesia, tauge sangat populer karena proses pembuatannya

    sangat sederhana (Astawan, 2004).

    Varietas unggul merupakan komponen teknologi produksi yang murah,

    mudah diadopsi petani serta aman terhadap lingkungan. Tersedianya varietas yang

    memiliki produktivitas tinggi, tahan terhadap penyakit embun tepung, memegang

    peranan penting dalam menekan kehilangan hasil dan meningkatkan pendapatan

    petani. Selain itu tersedianya varietas tersebut memiliki dampak positif terhadap

    efisiensi usaha tani dan aman terhadap lingkungan (Anwari, et al, 2006).

    Meskipun banyak usaha yang telah dilakukan pada kecambah (tauge),

    mereka mengutamakan pada penemuan cara untuk meningkatkan kualitas tauge.

    Juga banyak usaha telah dilakukan pada analisa kualitas nutrisinya. Hanya

    literatur yang terbatas menyediakan berbagai komponen produksi tauge. Ada

    hubungan terbalik antara hari dan indeks panen dari awal pembungaan sampai

    awal pematangan polong pada kacang hijau. Ini menjadi tahap dalam kelebihan

    dari strategi yang diperlukan dari kerapatan kanopi dalam kondisi agronomi yang

    berbeda, hasil, dalam produksi kering berikutnya, sebagian lagi pada batang dan

    daun tanpa peningkatan produksi (Heettiarachchi, 1985).

    Dalam sebuah studi pada berbagai karakter populasi kacang hijau

    kelompok kematangan yang berbeda menunjukkan dalam kelompok yang paling

    Universitas Sumatera Utara

  • 4

    cepat matang dengan jumlah polong/tanaman, tinggi tanaman dan biji/polong

    menjadi komponen produksi utama dimana dalam kelompok kematangan terakhir

    jumlah polong/tanaman, ruas/tanaman, cabang sekunder, cabang primer, biji/

    polong, tinggi tanaman dan hari berbunga. Selebihnya, mereka pernah meneliti

    suatu hubungan negatif diantara berat dan hasil 100 galur. Jumlah polong

    /tanaman sebagai komponen hasil utama (Heettiarachchi, 1985).

    Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi varietas kacang hijau

    (Vigna radiata (L.) Wilczek) dalam produksi kecambah (tauge) yang berkualitas

    tinggi.

    Hipotesa Penelitian

    1. Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi dari varietas kacang hijau

    (Vigna radiata (L.) Wilczek) yang diuji.

    2. Ada pengaruh perbedaan varietas kacang hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek)

    terhadap produksi kecambah (tauge).

    Kegunaan Penelitian

    1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

    Universitas Sumatera Utara, Medan

    2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5

    TINJAUAN PUSTAKA

    Botani Tanaman

    Sistematika tanaman kacang hijau adalah:

    Kingdom: Plantae

    Divisio : Magnoliophyta

    Class: Magnoliopsida

    Ordo: Fabales

    Family: Fabaceae

    Genus: Vigna

    Species: Vigna radiata (L.) Wilczek

    (http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_hijau, 2010).

    Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil

    akar (nodul, nodula). Makin banyak nodul akar, makin tinggi kandungan nitrogen

    (N) sehingga menyuburkan tanah (Rukmana, 1997).

    Jumin (2002) dalam Ojimorinews (2011)

    http://www.ojimori.com/2011/06/29/proses-biokimia-dan-fisiologi-fiksasi-nitrogen/

    bahwa pada tanaman legume, pembentukan bintil akar yang efektif disamping di

    tentukan oleh sifat genotip, juga ditentukan oleh galur Rhizobium yang berperan.

    Bintil akar diklasifikasikan dalam dua kelompok yaiu kelompok efektif dan

    kelompok tidak efektif. Sifat tidak berbintil dan berbintil akar sangat berguna

    untuk mengukur fiksasi nitrogen dan residunya di dalam tanah terutama dalam

    mengatur sistem pola tanam, agar konsumsi pupuk dapat ditekan, tetapi

    pertumbuhan dan produksi konsumsi pupuk dapat ditekan, tetapi pertumbuhan

    dan produksi tetap tinggi. Mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen

    Universitas Sumatera Utara

  • 6

    dalam akar banyak spesies yang telah teridentifikasi pada beberapa pohon tropika

    adalah Chyanobakteri, tetapi pada sebagian besar spesies yang melaksanakan

    proses ini adalah organisme seperti Actionomycetes (bakteri berfilamen). Pada

    polongpolongan yang berperan adalah spesies bakteri dari genus Rhizobium

    tertentu biasanya efektif hanya pada satu spesies polongpolongan. Rhizobium

    memperoleh energi karbohidrat ini mulamula dibentuk di daun selama proses

    fotosintesis dan kemudian diangkut melalui floem ke bintil akar. Sukrosa

    merupakan karbohidrat yang paling umum dan banyak diangkut, seperti pada

    polongpolongan beberapa elektron dan ATP yang diperoleh selama oksidasi

    dalam bakteroid digunakan untuk mereduksi N2 menjadi NH4+. Faktor faktor

    yang mempengaruhi proses fiksasi nitrogen adalah jumlah NH4+ didalam tanah

    yang terbentuk, populasi bakteri nitrifikasi, reaksi tanah, aerasi, kelembaban

    tanah, dan suhu. Jumlah NH4+ di dalam tanah lebih disukai organisme yang

    mengikat N2 dibanding bentuk bentuk lain. Ada tiga hal penting dalam proses

    nitrifikasi yaitu:

    Reaksi ini membutuhkan oksigen, oleh sebab itu proses ini berlangsung di

    tanah tanah yang aerasinya baik,

    Reaksi ini membebaskan H+ yang merupakan penyebab terjadinya

    pengasaman tanah bila dipupuk dengan pupuk NH4,

    Kecepatan perubahan dipengaruhi oleh lingkungan.

    (http://www.ojimori.com/2011/06/29/proses-biokimia-dan-fisiologi-fiksasi-nitrogen/, 2011).

    Kacang hijau merupakan tumbuhan semusim yang tegak, percabangannya

    bermula dari buku terbawah. Pasangan daun pertama berhadapan dan berupa daun

    tunggal, daun berikutnya berseling-seling serta beranak daun tiga, anak daunnya

    Universitas Sumatera Utara

  • 7

    bundar telur sampai berbentuk delta. Bunganya besar, berdiameter 1 2 cm

    kehijauan sampai kuning cerah, terletak pada tandan ketiak yang tersusun atas 5

    25 kuntum bunga, panjang tandan bunga 2 20 cm. Polongnya menyebar dan

    menggantung berbentuk silinder, panjangnya mencapai 15 cm, sering lurus

    berbulu atau tanpa bulu dan berwarna hitam atau coklat soga (towny brown) berisi

    sampai 20 butir biji yang bundar. Biji berwarna hijau, memiliki warna yang

    kusam atau berkilap. Perkecambahannya secara epigeal (Somaatmadja, 1993).

    Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bevariasi

    antara 30 60 cm. Cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat

    dan berbulu, berwarna hijau dan ada yang ungu (Suprapto, 2007).

    Daun tanaman kacang hijau termasuk trifoliat (dalam satu tangkai terdapat

    3 helai daun), letaknya berselingan dan berbentuk oval berwarna hijau muda

    sampai hijau tua (Fachruddin, 2000).

    Bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaprodite), dapat

    menyerbuk sendiri, berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning. Biasanya

    berbunga 30 70 hari, dan polongnya menjadi tua 60 120 hari setelah tanam.

    Perontokan bunga banyak terjadi, mencapai 90%. Persilangan masih juga terjadi

    sampai 5%. Bunga biasanya diserbuki pada malam hari, sebelum mekar pagi hari

    berikutnya. Polong berbentuk silindris dengan panjang antara 6 15 cm dan

    biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua

    berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10 15 biji (Somaatmadja, 1993

    dan Suprapto, 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8

    Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan bobot (berat) tiap butir

    0.5 mg 0.8 mg atau berat per 1000 butir antara 36 g 78 g dan berwarna hijau

    (Rukmana, 1997).

    Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan

    beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau

    fitohormon. Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik

    dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya

    hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,

    sejumlah gen yang semula tidak aktif akan memulai ekspresi dan merupakan

    bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk

    mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon

    telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai

    macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami,

    mencakup hasil, memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk, atau

    menyeragamkan waktu berbunga tanaman buah musiman

    (http://plantshormon.blogspot.com/, 2008).

    Universitas Sumatera Utara

  • 9

    Syarat Tumbuh

    Iklim

    Faktor iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi surya, dan kelembaban

    sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman kacang-

    kacangan membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhannya (kondisi tanah

    yang lembab). Kondisi air yang berlebihan (tergenang) tidak baik bagi

    pertumbuhan tanaman. Apabila air irigasi tidak tersedia, maka curah hujan

    100 200 mm /bulan dinilai cukup bagi pertumbuhan tanaman (Arsyad, 2003).

    Kacang hijau dapat ditanam di daerah iklim hangat dan di daerah

    subtropik. Sebagian besar genotipnya memperlihatkan tanggapan terhadap hari

    pendek. Kacang hijau adalah tanaman musim hangat dan tumbuh dibawah suhu

    rata-rata yang berkisar 20 40 oC dengan suhu optimumnya 20 30 oC

    (Somaatmadja, 1993).

    Pertumbuhan yang optimum yang tercapai pada suhu 20 25 oC. Suhu

    12 20 oC adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan

    tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan biji.

    Pada suhu yang lebih tinggi dari 30 oC, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil

    fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

    Pada banyak jenis tanaman, khususnya pada jenis tanaman semusim suhu

    memainkan peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan dan

    perkembangan bunga (Barden, Halfacre and Parish, 1987).

    Universitas Sumatera Utara

  • 10

    Tanah

    Jenis tanah yang dikehendaki tanaman kacang hijau adalah liat

    berlempung atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik, seperti

    tanah podsolik merah kuning (pmk) dan latosol. Kacang hijau dapat tumbuh pada

    ketinggian < 2000 m dpl, dan tumbuh subur pada tanah liat atau liat berpasir yang

    cukup kering, dengan pH 5.5 7.0 (Rukmana, 1997).

    Tanaman kacang hijau hampir dapat tumbuh pada semua jenis tanah yang

    banyak mengandung bahan organik, dengan drainase yang baik. Namun demikian,

    tanah yang paling cocok bagi tanaman kacang hijau ialah tanah liat berlempung

    atau tanah lempung, misalnya podsolik merah kuning (PMK) dan latosol

    (Fachruddin, 2000).

    Tanah yang mempunyai pH 5.8 paling ideal untuk pertumbuhan kacang

    hijau, sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik karena penyediaan makanan

    terhambat. Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara fosfor,

    kalium, kalsium, magnesium, dan belerang. Unsur hara ini cukup penting untuk

    meningkatkan produksinya (Suprapto, 2007).

    Suplai nitrogen di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting

    dalam kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah. Peranan

    N terhadap pertumbuhan tanaman adalah jelas, karena senyawa organik di dalam

    tanaman pada umumnya mengandung N antara lain asam-asam amino, enzim dan

    bahan lainnya yang menyalurkan energi (Buckman dan Brady, 1982).

    Pori tanah yang lebih besar akan meningkatkan perkembangan akar dan

    kemampuan akar menyerap air dan unsur hara yang pada akhirnya dapat

    mempengaruhi pertumbuhan serta hasil tanaman (Buckman dan Brady, 1982).

    Universitas Sumatera Utara

  • 11

    Lahan yang akan ditanami tanaman kacang hijau bisa sawah beririgasi,

    lahan sawah tadah hujan, lahan kering tegalan, serta lahan pasang surut dan lebak.

    Lahan kacang hijau prioritas pertama (sawah beririgasi) mempunyai keuntungan

    lahan lebih produktif, ketersediaan air lebih terjamin, biaya produksi relatif rendah

    (karena tanpa mengolah tanah secara intensif), terhindar resiko erosi, takaran

    pupuk lebih rendah, dan kualitas biji hasil panen lebih baik

    (Andrianto dan Indarto, 2004).

    Keberadaan air di alam dapat menjadi pembatas pertumbuhan tanaman,

    apabila jumlahnya terlalu banyak (menimbulkan genangan) sering menimbulkan

    cekaman aerasi dan jika jumlahnya terlalu sedikit, sering menimbulkan cekaman

    kekeringan. Besarnya kerusakan tanaman sebagai dampak genangan tergantung

    pada fase tumbuhan. Fase yang peka genangan : fase perkecambahan, fase

    pembungaan dan pengisian. pada tingkat yang berlebihan menyebabkan genangan

    pada tanaman (Manik, dkk , 2008).

    Varietas

    Varietas tanaman yang selanjutnya disebut dengan varietas adalah

    sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk

    tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi

    karakteristik genotip yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama

    oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak

    tidak mengalami perubahan (Mangoendidjojo, 2003).

    Varietas hibrida adalah generasi F1 dari suatu persilangan sepasang atau

    lebih tetua yang mempunyai sifat unggul. Dengan demikian biji varietas ini selalu

    harus disediakan melalui persilangan tetua tersebut. Penanaman biji varietas

    Universitas Sumatera Utara

  • 12

    hibrida pada generasi berikutnya (generasi F2 dan selanjutnya) akan menghasilkan

    tanaman yang rata-ratanya tidak unggul lagi, akibat adanya segregasi tanaman F2

    (Poespodarsono, 1988).

    Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu

    lingkungan untuk mendapatkan genotif ungul pada lingkungan tersebut. Pada

    umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap

    genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam

    penampilan fenotip dari tanaman bersangkutan (Darliah, dkk, 2001).

    Hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul

    menerima respon terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek

    budidaya lainnya. Semua kondisi input ini penting dalam mencapai produktivitas

    tinggi (Nasir, 2002).

    Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab

    penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase

    pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang

    mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman

    pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan

    susunan genetik selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan

    berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

    Gen-gen dari tanaman tidak akan dapat menyebabkan perkembangan suatu

    karakter terkecuali apabila gen-gen tersebut berada dalam lingkungan yang sesuai

    dan sebaliknya tidak akan ada pengaruh gen-gen terhadap perkembangan

    karakteristik dan merubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang

    diperlukan ada. Apabila keragaman penampilan tanaman timbul akibat perbedaan

    Universitas Sumatera Utara

  • 13

    sifat dalam tanaman (genetik) atau perbedaan keadaan lingkungan atau kedua-

    duanya dan apabila keragaman tanaman masih tetap timbul sekalipun bahan

    tanaman dianggap mempunyai susunan genetik yang sama atau berasal dari jenis

    tanaman yang sama dan ditanam pada tempat yang sama, hal ini berarti cara yang

    diterapkan tidak mampu menghilangkan perbedaan sifat dalam tanaman atau

    keadaan lingkungan atau kedua-duanya (Allard, 2005).

    Biji

    Biji merupakan alat untuk melanjutkan hidup species suatu tumbuhan

    yaitu dengan cara mempertahankan dan memperpanjang kehidupan embryonic

    axis. Didalam biji terdapat embryo serta cadangan makanan yang menunjang

    embryo muda untuk berkecambah sampai berfotosintesis. Penyimpanan cadangan

    makanan merupakan salah satu fungsi utama biji. Penyimpanan cadangan

    berhubungan erat dengan proses pemasakan dan pengisian biji. Didalam proses

    pemasakan dan pengisian biji terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

    optimumnya proses tersebut, faktor internal dipengaruhi oleh jenis tanaman dan

    keberagaman gen antar varietas dalam species, faktor ekternal yang berorientasi

    pada lingkungan dipengaruhi oleh kondisi iklim, dan kondisi lahan, serta teknik

    budidaya (Marufah, 2008).

    Varietas kacang hijau yang berdaya hasil tinggi belum tentu memberikan

    keuntungan yang tinggi kepada petani. Selera konsumen atau permintaan pasar

    terhadap kualitas tertentu, seperti ukuran dan warna biji, turut menentukan harga

    jual. Kriteria mutu biji kacang hijau yang baik adalah biji berukuran besar (6570

    g/1000 biji), tidak mengandung biji keras, kandungan protein tinggi (> 30%),

    Universitas Sumatera Utara

  • 14

    bentuk biji bundar, dan warna biji hijau kusam. Varietas unggul yang sudah

    dilepas mempunyai kandungan protein berkisar antara 1826% (Suhartina 2005).

    Sifat lain yang turut menentukan mutu biji kacang hijau adalah ukuran dan

    warna biji. Ukuran biji berhubungan erat dengan kandungan biji keras. Varietas

    kacang hijau yang berbiji kecil mengandung biji keras lebih tinggi daripada

    varietas berbiji besar, makin besar ukuran biji maka kandungan biji keras makin

    rendah. Oleh karena itu, kacang hijau yang berbiji besar dan biji berwarna hijau

    kusam lebih disenangi petani karena rasanya lebih enak (pulen) serta harga

    jualnya lebih tinggi daripada yang berbiji kecil. Karakterisasi terhadap kacang

    hijau berbiji besar 7073 g/1.000 biji (Hakim, 2008).

    Warna biji merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu biji

    kacang hijau. Kacang hijau yang berwarna hijau kusam mempunyai mutu lebih

    baik karena rasanya lebih enak (pulen) dan bila dibuat bubur lebih tahan basi

    daripada yang berwarna hijau mengkilat (Hakim, 2008).

    Perkecambahan

    Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan

    berkecambah), pengujian awal (pematahan dormansi) dan kondisi perkecambahan

    seperti: air, suhu, media, cahaya dan terbebas dari hama dan penyakit. Cahaya,

    suhu, dan kelembaban merupakan tiga faktor utama (Utomo, 2006).

    Para ahli fisiologi menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya

    radikula menembus kulit benih. Para agronomis menyatakan bahwa

    perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari

    dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah

    normal pada kondisi lingkungan yang optimum (Tohari, 1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • 15

    Proses perkecambahan merupakan suatu rangkaian kompleks dari

    perubahan-perubahan morfologis, fisiologis, dan biokimia. Tahap pertama

    perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih diikuti

    melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Setelah biji menyerap air

    maka biji akan menghasilkan hormon tumbuh seperti giberellic acid (GA) yang

    menstimulir kegiatan enzim-enzim di dalam biji. Tahap kedua dimulai dengan

    kegiatan sel-sel dan enzim serta naiknya respirasi benih. Tahap ketiga merupakan

    terjadinya penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein

    menjadi bentuk melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat

    merupakan assimilasi dari bahan yang telah diuraikan tadi ke daerah meristematik

    untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan

    pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima merupakan pertumbuhan dari

    perkecambahan mulai dari proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel

    pada titik-titik tumbuh. Proses pertumbuhan dan perkembangan embrio diawali

    dari ujung-ujung titik tumbuh akar yang diikuti oleh titik tumbuh tunas. Daun

    yang terbentuk belum dapat berfungsi optimal sebagai organ fotosintesis,

    pertumbuhan kecambah sangat bergantung pada persediaan makanan yang ada

    dalam biji (Utomo, 2006).

    Heritabilitas

    Untuk dapat menaksir peranan genotip dan lingkungan dapat dihitung

    melalui keragaman fenotip pada suatu populasi. Keragaman fenotip merupakan

    jumlah dari keragaman yang disebabkan genotip dan keragaman yang disebabkan

    oleh pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, yang terutama ingin diketahui tentang

    pengaruh genotip, maka yang perlu dihitung hanya ratio keragaman genotip

    Universitas Sumatera Utara

  • 16

    terhadap keragaman fenotip. Ratio ini merupakan konsep heritabilitas.

    Heritabilitas dapat diartikan proporsi keragaman teramati yang disebabkan oleh

    sifat menurun. Heritabilitas dapat dinyatakan dengan :

    Nilai heritabilitas dinyatakan dalam bilangan 0 dan 1. Heritabilitas dengan

    nilai 0 berarti bahwa keragaman fenotip hanya disebabkan lingkungan, sedangkan

    keragaman dengan 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya semakin

    mendekati 0 heritabilitasnya makin rendah (Poespodarsono, 1988).

    Melalui heritabilitas dapat diketahui apakah keragaman yang timbul oleh

    suatu karakter didominasi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Dengan

    demikian pemulia tanaman dapat memperkirakan karakter yang akan memberikan

    respon terhadap usaha perbaikan yang dilakukan, yaitu karakter yang memiliki

    respon terhadap usaha perbaikan yang dilakukan, yaitu karakter yang memiliki

    heritabilitas tinggi (Sjamsudin, 1990).

    Ragam fenotip merupakan total ragam biologis yang terdiri dari ragam

    genetik, ragam lingkungan dan interaksi antara keduanya. Variasi lingkungan

    ditimbulkan oleh lingkungan, diukur dengan rata-rata tangggapan tetua homozigot

    dan keturunan F1 terhadap lingkungan tertentu. Variasi genetik timbul dari gen-

    gen yang sedang segregasi dan interaksinya dengan gen lain, diukur dengan

    keragaman populasi F2 (Crowder, 1997).

    egghatau

    pgh 22

    22

    2

    22

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    BAHAN DAN METODE PENELITIAN

    Waktu dan Tempat

    Pelaksanaan penelitian dimulai pada Nopember 2010 sampai Pebruari

    2011 di lahan percobaan Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian

    tempat 25 m di atas permukaan laut.

    Bahan dan Alat

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang hijau

    dengan 5 varietas yaitu: varietas Sampeong, varietas Gelatik, varietas Parkit,

    varietas Perkutut, dan varietas Sriti sebagai bahan yang diamati, pupuk Urea, TSP,

    dan KCl sebagai pupuk dasar, kompos sebagai media tanam, air sebagai

    kebutuhan air tanaman, tanah dan kebutuhan perkecambahan, insektisida sebagai

    bahan pengendali serangan hama dan penyakit.

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul sebagai alat

    pengolah tanah, handsprayer sebagai alat aplikasi insektisida, gembor sebagai alat

    untuk menyiram tanaman, timbangan analitik sebagai alat pengukur bobot kacang

    hijau dan kecambah (tauge), tali plastik, pacak sampel, jangka sorong untuk

    mengukur diameter kecambah, dan kain untuk media perkecambahan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non

    Faktorial. Varietas Kacang Hijau yang diuji dengan 5 varietas (V):

    V1 : Varietas Sampeong

    V2 : Varietas Gelatik

    V3 : Varietas Parkit

    V4 : Varietas Perkutut

    V5 : Varietas Sriti

    Jenis Kebutuhan

    Ukuran Plot : 60 x 100 (cm)

    Jarak Antar Plot : 25 cm

    Jumlah Plot /Blok: 15

    Jarak Antar Blok : 50 cm

    Jumlah Blok : 3

    Jarak Antar Tanaman per Plot : 20 x 20 (cm)

    Jumlah Tanaman per Plot : 15

    Jumlah Sampel per Plot : 3

    Jumlah Sampel Seluruhnya : 45

    Jumlah Tanamn Seluruhnya 225

    Universitas Sumatera Utara

  • 19

    Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier

    RAK sebagai berikut :

    i : 1, 2, 3 j : 1, 2, 3

    Dimana :

    Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i sebagai pengaruh varietas ke-j

    : Nilai tengah

    i : Efek blok ke-i

    j : Efek varietas ke-j

    ij : Efek galat pada blok ke-i sebagai pengaruh varietas pada taraf ke-j

    Jika hasil perhitungan sidik ragam yang diperoleh nyata, maka perhitungan

    dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) dengan taraf 5 %

    (Steel and Torrie, 1995).

    Heritabilitas

    Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus :

    Dimana :

    h2 : heritabilitas

    2g : varian genotif

    2p : varian fenotif

    2e : varian lingkungan

    ijjiij

    egghatau

    pgh 22

    22

    2

    22

    Universitas Sumatera Utara

  • 20

    heritabilitas dinyatakan :

    tinggi ---------- jika nilai h2 > 50 % ; 0.5 1

    sedang ---------- jika nilai h2