31
  1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini, kita tengah menyaksikan semakin kurangnya peran utama Negara dalam tanggung jawabnya untuk mensejahterahkan kehidupan rakyat. Sebagian besar kebijakan  publik yang dihasilkan oleh para Policy Maker  tanpa mereka sadari sesungguhnya cenderung berpihak kepada kepentingan modal. Banyak kepentingan rakyat yang dulunya menjadi tanggung jawab Negara kini telah diatur oleh mekanisme Pasar bebas dalam desain demokratisasi yang membangun sistem hubungan Negara dengan rakyat dalam tatanan masyarakat neoliberalisme. Dan disinilah gerakan sosial hadir dalam rangka merespon kebijakan neoliberalisme yang pada kenyataannya menghilangkan paham kedaulatan rakyat. Perlawanan rakyat dari berbagai komunitas bergabung dalam sebuah konsep diri gerakan sosial. Gerakan sosial melakukan perlawanan terhadap hegemoni neoliberalisme dengan berbagai langkah dan strategi. Dan salah satunya adalah memasuki ruang ruang politik, yaitu mempengaruhi proses kebijakan publik. Karena dalam proses kebijakan publik tersebutlah menjadi arena pertarungan antara mereka yang mendukung kapitalisme liberal dengan mereka yang selalu menginginkan keadialan dan kedaulatan rakyat. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan Kapitalisme global yang semakin pesat, yang menjadi penyebab dari krisis di banyak negara belahan dunia. Kemenangan Kapitalisme global tersebut dimulai ketika mereka mengadakan GATT ( General  Agreement on Trade and Tariff ) , suatu perjanjian global tentang sistem perdagangan Universitas Sumatera Utara

Chapter I.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Saat ini, kita tengah menyaksikan semakin kurangnya peran utama Negara dalam

    tanggung jawabnya untuk mensejahterahkan kehidupan rakyat. Sebagian besar kebijakan

    publik yang dihasilkan oleh para Policy Maker tanpa mereka sadari sesungguhnya

    cenderung berpihak kepada kepentingan modal. Banyak kepentingan rakyat yang dulunya

    menjadi tanggung jawab Negara kini telah diatur oleh mekanisme Pasar bebas dalam

    desain demokratisasi yang membangun sistem hubungan Negara dengan rakyat dalam

    tatanan masyarakat neoliberalisme. Dan disinilah gerakan sosial hadir dalam rangka

    merespon kebijakan neoliberalisme yang pada kenyataannya menghilangkan paham

    kedaulatan rakyat. Perlawanan rakyat dari berbagai komunitas bergabung dalam sebuah

    konsep diri gerakan sosial. Gerakan sosial melakukan perlawanan terhadap hegemoni

    neoliberalisme dengan berbagai langkah dan strategi. Dan salah satunya adalah memasuki

    ruang ruang politik, yaitu mempengaruhi proses kebijakan publik. Karena dalam proses

    kebijakan publik tersebutlah menjadi arena pertarungan antara mereka yang mendukung

    kapitalisme liberal dengan mereka yang selalu menginginkan keadialan dan kedaulatan

    rakyat.

    Hal ini tidak terlepas dari perkembangan Kapitalisme global yang semakin pesat,

    yang menjadi penyebab dari krisis di banyak negara belahan dunia. Kemenangan

    Kapitalisme global tersebut dimulai ketika mereka mengadakan GATT ( General

    Agreement on Trade and Tariff ), suatu perjanjian global tentang sistem perdagangan

    Universitas Sumatera Utara

  • 2

    global liberal sejak tahun 1940-an. Yaitu untuk mempengaruhi dan merebut kembali

    global governance dalam bidang ekonomi dan politik perdagangan. Sehingga peran

    utama negara dalam pembangunan semakin tergeser oleh kepentingan kapitalis liberal

    tersebut.

    Dan terjadinya pergeseran paradigma dari model kapitalisme negara kepada

    kapitalisme liberal membawa dampak bagi banyak negara terutama bagi negara-negara

    yang ikut menandatangani konvensi WTO ( World Trade Organization )1. Karena sejak

    tahap inilah yaitu mulai tahun 1940-an mulai terjadinya perubahan peran negara, karena

    sistem governance telah dipengaruhi oleh kekuatan kapitalisme global. Negara tidak

    dapat lagi memenuhi tuntutan rakyat secara utuh. Karena banyak komoditas yang sangat

    penting bagi rakyat seperti air, hutan, pangan, kesehatan, dan layanan sosial kini telah

    diambil alih oleh kapitalisme global melalui kekuatan TNCs ( Trans National

    Corporation ) dan MNCs ( Multi National Corporation ).

    Perkembangan kapitalisme saat ini yaitu yang telah melahirkan era neoliberalisme

    tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan kapitalisme itu sendiri. Yaitu mulai

    dari kapitalisme era kolonialisme, kapitalisme negara pasca kolonialisme sampai kepada

    kapitalisme era neoliberalisme yang ada seperti saat ini. Dan disetiap tahapan

    perkembangan kapitalisme tersebut selalu diikuti oleh perubahan dalam peran negara.

    Pada era kapitalisme kolonialisme misalnya kekuatan kapitalisme kuat dan posisi negara

    sangat dipengaruhi. Dan pada era kapitalisme negara yang sering disebut dengan era

    State-led development maka kekuatan kapitalisme secara global sangat melemah. Karena

    1 Mansour fakif, social movement sebagai alternatif terhadap civil society, wacana : menuju gerakan sosial baru, yogyakarta, Insist Press 2002, hal 64

    Universitas Sumatera Utara

  • 3

    pada tahap inilah Negara mempunyai peran utama dalam pembangunan2.Model ini dulu

    ditetapkan sebagai alternatif sejak timbulnya krisis liberalisme pada era kapitalisme

    kolonialisme dan imperialisme sebelumnya pada tahun 1930-an3.

    Sejak era State-led Development tersebut, negara menjadi aktor utama dan diberi

    wewenang sebagai pengendali ekonomi dan politik. Negara lah yang bertanggung jawab

    terhadap kesejahteraan rakyat dan juga dianggap bertanggung jawab dalam melindungi

    dan mencegah setiap bentuk pelanggran HAM. Dan gerakan sosial yang ada pada saat itu

    lahir dalam rangka merespon model kapitalisme negara atau State-led development.

    Sehingga banyak ornop pada saat itu menggunakan hak azasi manusia sebagai perisai

    untuk menuntut peran negara yang sesungguhnya sesuai dengan konvensi yang mereka

    tanda tangani.

    Akan tetapi, pada saat itu yaitu sejak menguatnya kapitalisme negara golongan

    kapitalisme liberal sangat menderita. Karena akumulasi dan investasi mereka menjadi

    lamban yang disebabkan oleh banyaknya negara melakukan kebijakan proteksionis demi

    melindungi golongan kapitalisme pribumi dan GNP negara, sehingga hal ini menjadi

    penghalang utama yang membatasi gerakan dan ekspansi dari golongan kapitalisme

    transnasional.

    Maka sejak terjadinya krisis dalam tubuh kapitalisme liberal, muncul suatu strategi

    untuk merebut kembali global governance dalam bidang ekonomi dan politik dari model

    kapitalisme negara atau state-led development kepada model kapitalisme persaingan

    bebas atau liberal melalui perjanjian GATT yang juga turut melahirkan badan baru yang

    dikenal dengan WTO ( world trade Organization ). Dan dengan banyaknya negara-

    2 Ibid, hal 62 3 Mansour fakih, dalam pengantar Radikalisme kaum pinggiran, Penerbit Insist Press, Yogyakarta 2002.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4

    negara yang menjadi anggota WTO merupakan awal dari kemenangan dan bangkitnya

    kembali kekuatan kapitalis liberal. Golongan kapitalis liberal sudah mulai dapat

    memegang kendali ekonomi global, mereka dapat menguasai SDA dari berbagai negara

    dan juga melakukan perdagangan bebas4. Hal ini dapat dengan bebas mereka lakukan

    karena negara-negara yang tergabung dalam WTO dilarang melakukan proteksi ekonomi

    seperti sebelumnya kepada golongan kapitalis liberal. Karena negara-negara yang

    tergabung dalam WTO harus meratifikasi semua konvensi trade and tariff, termasuk

    perjanjian investasi, hak cipta intelektual dan pertanian.

    Sehingga dapat diasumsikan bahwa awal dari matinya peran utama negara sebagai

    pengendali ekonomi politik negara adalah ketika mereka tergabung dalam WTO dan

    harus mengikuti beberapa kesepakatan yang ada didalamnya. Kebijakan publik yang

    dihasilkan oleh negara harus disesuaikan dengan konvensi trade and tariff yang ada

    dalam WTO tersebut. Dan kekuasaan negara untuk mengontrol SDA dan ekonomi telah

    tergusur oleh paham neoliberalisme melalui diskursus good governance. Hal ini

    disebabkan oleh visi dan idiologi dari WTO tersebut ternyata bertentangan konvensi PBB

    yang masih mengindahkan akan keadilan dan kedaulatan rakyat pada era state-led

    development.

    Dan yang lebih penting lagi saat ini adalah menguatnya paham persaingan bebas atau

    neoliberalisme dan tenggelamnya paham keadilan sosial dan kerakyatan. Karena berbagai

    kepentingan dan keadilan rakyat yang sesungguhnya harus direalisasikan oleh negara

    melalui kebijakan publik kini telah bergeser ke dalam arena persaingan bebas oleh

    kekuatan kapitalisme secara global5.

    4 Mansour Fakih Ibid 5 Andre G Frank, Krisis demokrasi perwakilan, Penerbit Resist book, yogyakarta 2002.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5

    Perkembangan kapitalisme dewasa ini sering juga disebut sebagai kapitalisme di era

    globalisasi. Karena sesuai dengan prinsip kepentingan kapitalisme yaitu bagaimana

    menyatukan ekonomi negara ke dalam ekonomi global seperti yang dicita-citakan oleh

    TNCs. Sehingga aktifitas ekonomi negara-negara terutama yang tergabung dalam WTO

    harus disesuaikan oleh grand design kapitalisme transnasional yaitu oleh kepentingan

    TNCs.

    Dan secara teoritis memang tidak ada perbedaan idiologis antara model kolonialisme

    liberal dengan neoliberalisme saat ini yaitu di era globalisasi. Hanya saja pada saat ini

    proses globalisasi memiliki mekanisme yang lebih canggih dari kapitalisme sebelumnya.

    Dan dibangun secara global melalui kebijakan internasional, hingga tingkat nasional,

    kabupaten bahkan hingga pedesaan sehingga mempengaruhi sistem governance negara-

    negara Sehingga peranan rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri mulai tersingkir,

    kecuali jika rakyat melakukan perlawanan melalui gerakan sosial yang terorganisir.

    Dan sesuai dengan perkembangan kapitalisme di era neoliberalisme saat ini. Maka

    perubahan yang begitu nyata dan berpengaruh bagi kehidupan rakyat adalah banyak

    kebutuhan rakyat yang tidak dapat dipenuhi oleh negara secara penuh. Karena sumber-

    sumber produksi seperti air, tanah, hutan dan lain sebagainya kini mayoritas dikuasai oleh

    TNCs. Sehingga banyak kebijakan neoliberalisme yang diterapkan negara-negara yang

    terbagung dalam WTO, salah satunya adalah Indonesia.

    Banyaknya kebijakan neoliberalisme yang diterapkan di Indonesia juga tidak dapat

    dilepaskan dari banyaknya aktor yang berada di belakang neoliberalisme ataupun

    globalisasi tersebut. Seperti misalnya TNCs, IFIs ( International Financial Institutions )

    yang mempunyai misi utama dalam memberikan pinjaman bagi negara miskin termaksud

    Universitas Sumatera Utara

  • 6

    Indonesia. Dan masih banyak IFIs yang terkenal, dua diantaranya adalah World Bank dan

    IMF. Di Indonesia salah satu proyek besar Bank Dunia adalah Proyek Administrasi

    Pertanahan-Indonesia yang juga merupakan mega proyek 25 tahun ( 1995-2020 ).

    Tujuan dari proyek ini adalah mengembangkan desain untuk mengubah administrasi dan

    manajemen tanah di Indonesia. Dan objek utama dari proiyek ini adalah mempromosikan

    sebuah perdagangan tanah yang efisien dan meminalisir konflik sosial akibat dari

    persoalan tanah yaitu melalui percepatan pasar tanah dan perbaikan kerangka institusi

    administrasi tanah. Tentu hal ini juga menimbulkan perlawanan dari masyarakat karena

    banyak tanah rakyat yang dirampas akibat dari mega proyek ini. Dan gerakan sosial

    petani adalah konsekuensi dari hal ini. Karena rakyat harus melakukan perlawanan agar

    mereka dapat menghindari dampak negatif dari kebijakan neoliberalisme tersebut salah

    satunya adalah bagaimana memainkan peranan mereka dalam proses kebijakan publik

    baik dalam skala nasional maupun lokal.

    Dan belakangan ini semakin banyak kebijakan neoliberalisme yang diterapkan di

    Indonesia. Seperti misalnya pemotongan subsidi negara dan pembebasan tarif bagi

    produk pertanian, privatisasi perusahaan-perusahaan negara, perguruan tinggi, serta

    pelayanan kesehatan dan pendidikan. Negara juga di tuntut untuk mengubah kebijakan

    publik termaksud hukum atas pajak, ekspor, paten dan ijin pemanfaatan GMO pertanian.

    Dalam bidang Industri kebijakan neoliberalisme selalu menginginkan upah buruh yang

    rendah yang tidak banyak memakan biaya produksi dengan adanya aturan hukum yang

    efisien sehingga dapat memudahkan ekspansi dari investasi oleh TNCs6. Sehingga dalam

    waktu kapan saja kekuatan modal TNCs dapat dipindahkan ke berbagai negara. Tentu hal

    ini juga menimbulkan kerugian bagi pihak buruh sendiri dan secara tidak langsung akan 6 Ibid hal 78

    Universitas Sumatera Utara

  • 7

    menimbulkan gerakan sosial buruh sebagai wujud perlawanan terhadap kebijakan

    neoliberalisme di Indonesia.

    Seperti kita ketahui banyak konsep yang muncul seiring dengan menguatnya paham

    neoliberalisme, baik yang mendukung maupun konsep yang bertentangan. Yang banyak

    muncul adalah good governance, demokratisasi, otonomi daerah dan civil society yang

    selalu ada menopang neoliberalisme. Tetapi di sisi lain ada sebuah konsep yang

    bertentangan dan bahkan kehadirannya berusaha mendemistifikasi akan mitos-mitos dari

    neoliberalisme, yaitu gerakan sosial ( Social Movement ). Kehadian gerakan sosial

    semakin banyak seiring dengan menguatnya paham neoliberalisme, karena banyak

    ornop/LSM ataupun serikat tani, buruh yang memilih konsep diri sebagai gerakan sosial

    dengan asumsi bahwa globalisasi hanya membawa keuntungan bagi golongan kapitalisme

    sedangkan bagi rakyat miskin hanya membawa dampak kemiskinan.

    Sehingga jika kita amati perkembangan kapitalisme pada era neoliberalisme saat ini

    beserta konsekuensi yang ditimbulkannya maka kita akan mendapati suatu realitas yang

    lain, yaitu banyak ornop/LSM yang melakukan perlawanan terhadap penerapan kebijakan

    neoliberalisme tersebut. Karena sejak globalisasi ataupun neoliberalisme diterapkan di

    Indonesia telah banyak memakan korban khususnya kaum miskin seperti buruh dan

    petani dan juga menyingkirkan rakyat sebagai subjek sentral produksi ekonomi.

    Dan secara tidak langsung maka entitas rakyat yang telah dirugikan oleh kebijakan

    neoliberalisme tersebut akan selalu memimpikan akan hadirnya keadilan dan kedaulatan

    rakyat. Ketika konsep gerakan sosial menjadi pilihan bagi serikat tani maupun buruh,

    maka secara perlahan mereka akan menyadari bahwa bukan negara yang menjadi

    penyebab dari krisis tersebut melainkan ada kebijakan global yang selalu mengontrol

    Universitas Sumatera Utara

  • 8

    kebijakan negara. Walaupun banyak serikat buruh atau tani yang awal kehadirannya

    kurang mencermati hubungan neoliberal dengan kebijakan negara. Akan tetapi

    pembangunan kesadaran kritis yang mereka lakukan telah membawa perubahan.

    Tetapi dilain hal bagi serikat tani atau buruh, tidak cukup hanya dengan menunjukkan

    sikap perlawanan terhadap kebijakan neoliberalisme. Memperoleh kehidupan yang layak

    adalah suatu tujuan mereka. Maka perlawanan terhadap neoliberalisme harus dilakukan

    dengan upaya bagaimana mengubah kebijakan negara agar selalu berpihak kepada

    kepentingan rakyat miskin. Karena hal tersebut juga merupakan tugas utama dari gerakan

    sosial. Karena dengan adanya perubahan dalam kebijakan publik oleh negara yang

    berpihak pada rakyat miskin, maka disitu pulalah secara perlahan perubahan terjadi

    dalam hubungan antara negara dengan rakyat, yaitu tidak dalam tatanan hubungan

    masyarakat neoliberalisme yang mewacanakan civil society. Sehingga tidak jarang

    pulalah serikat buruh atau tani dalam melakukan perlawanan terhadap neoliberalisme

    mereka selalu memprotes negara untuk mengubah kebijakan publik yang berdasarkan

    kepentingan neoliberalisme. Sering kali juga mereka selalu berusaha ikut dalam setiap

    proses kebijakan publik. Yang dalam realitasnya banyak yang kurang berhasil dalam

    mengubah kebijakan publik, tetapi gerakan sosial yang dibangun oleh buruh sedikit

    membuahkan hasil, minimal mereka terlibat dalam tahap awal proses kebijakan public,

    yaitu tahap agenda setting. Dimana gerakan sosial mampu membangun isu-isu mereka

    dan memasukkannya ke dalam agenda kebijakan di dewan. Seperti misalnya para buruh

    yang melakukan advokasi dalam kebijakan perburuhan yang menyangkut tentang upah

    buruh, ikut andil dalam menentukan upah minimum propinsi/kota melalui keterlibatannya

    dalam dewan pengupahan daerah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 9

    Di Indonesia semakin banyak gerakan sosial yang menentang neoliberalisme atau

    globalisasi. Terlebih lagi pasca reformasi 1998 yang membuka ruang bagi masyarakat

    dalam partisipasi, seperti semakin mudah bagi buruh untuk membentuk serikat buruh.

    Walaupun pada awalnya hanya serikat tani akar rumput dan masyarakat adat saja yang

    memilih gerakan sosial sebagai bentuk perlawanan terhadap neoliberalisme, tetapi

    semakin hari semakin banyak bentuk gerakan sosial dari rakyat untuk menentang

    kebijakan neoliberalisme.

    Diluar serikat petani, banyak gerakan sosial di Indonesia yang terus melakukan

    perlawanan. Seperti misalnya, protes para buruh menolak privatisasi perusahaan semen

    dan Telkom, protes mahasiswa menolak privatisasi perguruan tinggi, dan protes para

    karyawan Bank Central Asia ( BCA ) menolak divestasi BCA. Dan masih banyak lagi

    bentuk gerakan sosial di Indonesia yang memprotes penerapan kebijakan neoliberalisme.

    Terlebih lagi jika kita jauh melihat ke skala lokal, seperti tingkat propinsi atau

    kabupaten/kota maka kita akan menemukan banyak bentuk perlawanan terhadap

    kebijakan neoliberalisme dalam konsep gerakan sosial.

    Sehingga dalam mengkaji gerakan sosial di Indonesia, maka kota Medan patut

    menjadi salah satu refrensi. Karena kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia

    ternyata memiliki sejarah penting dalam gerakan sosial buruh di Indonesia. Yaitu tepat

    pada bulan april 1994 sekitar 40.000 buruh melakukan protes menuntut pemberlakuan

    upah yang layak dan kebebasan berserikat bagi kaum buruh7. Walaupun gerakan buruh

    pada waktu itu memakan korban yang tidak sedikit ternyata dapat menjadi kemenangan

    7 Tabloid protes, Edisi Mei thn 2005. sebuah tabloid yang diterbitkan oleh LSM kelompok pelita sejahtera ( KPS ) medan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 10

    kecil bagi buruh untuk terus melakukan perlawanan, yaitu telah mengilhami para buruh

    sampai saat ini untuk terus berada dalam gerakan sosial buruh menentang neoliberalisme.

    Serikat Buruh Medan Independen ( SBMI ) adalah salah satu dari serikat buruh yang

    ada di Medan yang kehadirannya dapat eksis dalam gerakan buruh dan memiliki

    beberapa karakteristik dari serikat buruh yang lain. Walaupun SBMI adalah serikat buruh

    yang masih muda, namum didirikannya SBMI pada tahun 2001 atas bantuan LSM

    Perhimpunan Kelompok Pelita Sejahtera ( PKPS ) mereka dapat melakukan perlawanan

    yang besar dalam menentang kebijakan neoliberalisme perburuhan. Perlawanan SBMI

    tidak hanya sebatas kampanye, melainkan juga mereka terlibat dalam proses kebijakan

    publik yang menyangkut kebijakan perburuhan, SBMI juga terlibat dalam pengambilan

    keputusan kebijakan perburuhan. Seperti dalam kebijakan Upah Minimum Propinsi (

    UMP ) SBMI ikut mengambil keputusan yaitu dalam keterlibatannya dalam Dewan

    pengupahan Daerah ( DPD )8. Setiap gerakan yang dilakukan oleh SBMI tersebut pada

    intinya adalah sebuah perlawanan terhadap kebijakan neoliberalisme , sehingga

    mengubah kebijakan publik agar dapat berpihak pada buruh merupakan sebuah peranan

    yang harus mereka lakukan sebagai salah satu tugas utama dari gerakan sosial. Salah satu

    contoh adalah pada tahun 2005 SBMI melakukan perlawanan terhadap kebijakan UMP

    walaupun SBMI terlibat dalam DPD.

    Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap peranan

    gerakan sosial buruh oleh SBMI dalam proses kebijakan publik di daerah Sumatera

    Utara. Tepatnya pada perlawanan SBMI dalam penetapan kebijakan UMP tahun 2005.

    8 Tua H Hutabarat, Dilema keterlibatan serikat buruh kritis dalam dewan pengupahan, tabloid protes edisi januari 2006.

    Universitas Sumatera Utara

  • 11

    1.2 PERUMUSAN MASALAH

    Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersirat pertanyaan-

    pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab ataudicari jalan pemecahannya.

    Perumusan masalah merupakan penjabarandari identifikasi masalah dan pembatasannya9.

    Berdasarkan pemaparan tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah :

    Bagaimanakah peranan Gerakan sosial buruh oleh SBMI menentang implementasi kebijakan neoliberalisme dalam dalam skala lokal

    Bagaimanakah kekuatan SBMI dalam penetapan kebijakan perburuhan Apakah SBMI berhasil dalam memasukkan agenda perburuhan dalam isu agenda

    dalam proses kebijakan publik di darerah.

    Apakah perlawanan SBMI hanya berhasil dalam tahap membangun isu saja seperti gerakan sosial oleh LSM pada umumnya.

    1.3 PEMBATASAN MASALAH

    Suatu penelitian yang dilakukan baiknya mempunyai batasan masalah. Karena

    pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan-batasan dari masalah

    penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna bagi penulis untuk

    mengidentifikasi faktor mana saja yang termaksud dalam ruang lingkup masalah

    penelitian dan faktor mana saja yang tidak termaksud dalam ruang lingkup penulisan10.

    Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penulis menetapkan batasan penelitian ini

    sebagai berikut :

    9 Masri singarimbun, metode penelitian sosial, Pustaka pelajar, Jakarta. 10 Sofyan efendy dan masri singarimbun, metode penelitian survey, Jakarta 1999.

    Universitas Sumatera Utara

  • 12

    a. Yang dimaksud dengan Gerakan sosial buruh adalah perlawanan Serikat

    Buruh Medan Independen ( SBMI ) dalam kasus penetapan Upah Minimum

    Propinsi ( UMP ) tahun 2005-2007.

    b. Yang dimaksud dengan Proses Kebijakan Publik adalah Proses penetapan

    kebijakan Upah Minimun Propinsi ( UMP ) oleh Dewan pengupahan daerah

    ( Depeda ) yang melibatkan SBMI.

    1.4 TUJUAN PENELITIAN

    Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a. Untuk mengetahui bagaimanakah peranan SBMI dalam penetapan kebijakan

    yang menyangkut tentang perburuhan.

    b. Untuk mengetahui sejauhmanakah keberhasilan gerakan buruh oleh SBMI dalam

    menentang kebijakan Neoliberalisme dalam skala lokal.

    c. Untuk mengetahui bagaimanakah konsep dan strategi gerakan sosial yang

    dibangun oleh SBMI

    1.5 MANFAAT PENELITIAN

    a. Secara Akademis Penelitian ini dapat menambah refrensi ilmu pengetahuan dan

    karya ilmiah di Departemen Ilmu Politik khususnya dalam studi Gerakan Sosial (

    Social Movement )

    b. Secara Teoritis maupun metodologis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    kontribusi pemikiran dalam studi gerakan sosial khususnya peranan serikat buruh.

    Universitas Sumatera Utara

  • 13

    c. Secara praktis penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi

    para pelaku gerakan sosial dalam menentang kebijakan neoliberalisme khususnya

    bagi serikat buruh.

    d. Bagi penulis, penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir penulis

    melalui karya ilmiah dalam penelitian ini.

    1.6 KERANGKA TEORI

    Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian perlu ada pedoman dasar berpikir

    yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu

    menyusun suatu kerangka teori sebagi landasan berpikir untuk menggambarkan dari

    sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih11. Teori merupakan serangkaian

    asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proporsi untuk menrangkan suatu fenomena

    sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

    Oleh karena itu, dalam kerangka teori ini penulis akan memaparkan landasn

    berpikir dalam menggambarkan masalah penelitian yang sedang disoroti.

    1.6.1 Gerakan Sosial

    1.6.1.1 Sejarah dan pengertian Gerakan Sosial

    Berbicara tentang gerakan sosial ( Social Movement ) maka tidak dapat dipisahkan

    dari perkembangan kapitalisme dunia, karena pada umumnya gerakan sosial lahir untuk

    merespon akan diskursus kapitalisme. Dan walaupun gerakan sosial merupakan gejala

    yang baru dalam ilmu sosial, namum gerakan sosial sudah ada sejak lama yaitu mulai

    abad 18, yaitu pada saat gereja Methodis di Amerika dan Inggris menjadi sebuah bentuk 11 Ibid

    Universitas Sumatera Utara

  • 14

    gerakan sosial yang berbasis Agama. Di abad 19 terdapat gerakan sosial Internasional (

    The International Socialist Movement ) yang tumbuh dan berkembang di berbgai tempat

    di Eropa juga di anggap sebagai gerakan sosial. Dan pada abad ke 20 juga terdapat

    gerakan hak-hak sipil di Eropa dan Amerika yang menentukan sejarah panjang

    diskriminasi rasial di negeri tersebut. Di tahun 1970 an gerakan anti perang dan gerakan

    anti kemapanan yang menggunjang kehidupan Amerika juga dianggap sebagai inspirasi

    dari gerakan sosial12.

    Bagi Indonesia sendiri fenomena gerakan sosial bukanlah hal yang baru. Karena

    banyak terdapat model-model aksi sosial sebagai respon terhadap kebijakan publik yang

    tidak berpihak. Misalnya aksi sosial menentang penggusuran tanah di kedung ombo.

    Sehingga jika melihat beberapa kasus gerakan sosial di Indonesia maka dapat kita ambil

    kesimpulan sementara bahwa gerakan sosial merupakan gerakan yanglahir dari dan atas

    prakarsa masyarakat dalam rangka menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan atau

    struktur pemerintah. Dan biasanya gejala gerakan sosial lahir karena kebijakan

    pemerintah tidak sesuai lagi dengan konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu

    bertentangan dengan kehendak sebagian rakyat.

    Jelas bagi kita bahwa sejarah gerakan sosial itu sudah ada sejak lama dengan

    pengecualian terhadap konsep revolusi kelas yang berbau idiologis. Bahwa gerakan sosial

    hadir sebagai respon terhadap sistem sosial yang berkembang, terlebih lagi saat

    berkembangnya paham kapitalisme negara era state-led development hingga era

    neoliberalisme seperti saat sekarang.

    Berdasarkan sejarah dari gerakan sosial tersebut maka banyak defenisi terhadap

    gerakan sosial. Menurut defenisi Tarrow ( 1996 ) dalam karyanya yang berjudul Social 12 Lihat pada pengantar radikalisme kaum pinggiran.

    Universitas Sumatera Utara

  • 15

    Movement in Contentious Politics : A Review bahwa gerakan sosial diartikan sebagai

    tantangan-tantangan pada pemegang kuasa atas nama orang-orang tertindas/tersingkirkan

    yang hidup dibawah kawasan atau pengaruh pemegang kuasa itu. Dan gerakan sosial juga

    di defenisikan Tarrow ( 1994 ) sebagai tantangan kolektif yang diajukan sejumlah orang

    yang memiliki tujuan dan solidaritas yang sama, dalam konteks interaksi yang

    berkelanjutan dengan kelompok elit,lawan dan penguasa. Dan gerakan sosial memiliki

    beberapa karakteristik seperti (a) menyusun aksi mengacau melawan kelompok elit danm

    penguasa, (b) dilakukan atas nama tuntutan yang sama terhadap lawan, penguasa dan

    kelompok elit, (c) terus melanjutkan aksi kolektifnya sampai menjadi sebuah gerakan

    sosial yang terorganisir.

    1.6.1.2 Teori Gerakan Sosial

    Secara teoritis terdapat teori gerakan sosial di luar teori gerakan yang berbasiskan

    idiologi Marxist. Walaupun teori lama tersebut sudah jarang digunakan sebagai bahan

    analisis gerakan sosial, tetapi tetap mempunyai sejarah sendiri dalam gerakan menuntut

    keadilan. Beberapa teori dalam gerakan sosial adalah sebagai berikut :

    1.6.1.2.1 Teori Gerakan sosial Klasik/Lama

    Dalam perspektif ini, beranggapan bahwa gerakan sosial lahir karena dukungan

    dari mereka yang terisolasi dan teralineasi di masyarakat. Gerakan sosial klasik ini

    merupakan cerminan dari perjuangan kelas di sekitar proses produksi, dan oleh karenanya

    gerakan sosial selalu dipelopori dan berpusat pada kaum buruh. Paradigma dalam

    gerakan ini adalah Marxist Theory , sehingga gerakan ini selalu melibatkan dirinya pada

    wacana idiologis yang meneriakkan anti kapitalisme, revolusi kelas dan perjuangan

    kelas.Orientasi nya juga selalu berkutat pada penggulingan pemerintahan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 16

    digantikan dengan pemerintahan diktator proletariat. Tetapi dalam konteks saat ini teori

    gerakan sosial klasik ini sudah jarang di jumpai di lapangan dan bahkan nyaris lenyap

    dari rohnya gerakan dan telah digantikan oleh tero gerakan sosial baru.

    1.6.1.2.2 Teori Gerakan Sosial Baru

    Teori gerakan sosial baru adalah muncul sebagai kritik terhadap teori lama

    sebelumnya yang selalu ada dalam wacana idiologis kelas. Gerakan sosial baru adalah

    gerakan yang lebih berorientasi isu dan tidak tertarik pada gagasan revolusi. Dan

    tampilan dari gerakan sosial baru lebih bersifat plural, yaitu mulai dari gerakan anti

    rasisme, anti nuklir, feminisme, kebebasan sipil dan lain sebagainya.Gerakan sosial baru

    beranggapan bahwa di era kapitalisme liberal saat ini perlawanan timbul tidak hanya dari

    gerakan buruh, melainkan dari mereka yang tidak terlibat secara langsung dalam sistem

    produksi seperti misalnya, mahasiswa, kaum urban, kaum menengah. Karena sistem

    kapitalisme telah merugikan masyarakat yang berada di luar sistem produksi. Ada

    beberapa hal yang baru dari gerakan sosial, seperti berubahnya media hubung antara

    masyarakat sipil dan negara dan berubahnya tatanan dan representasi masyarakat

    kontemporer itu sendiri13.

    Gerakan sosial baru menaruh konsepsi idiologis mereka pada asumsi bahwa

    masyarakat sipil tengah meluruh, ruang sosialnya telah mengalami penciutan dan

    digerogoti oleh kemampuan kontrol negara. Dan secara radikal Gerakan sosial baru

    mengubah paradigma marxis yang menjelaskan konflik dan kontradiksi dalam istilah

    kelas dan konflik kelas.Sehingga gerakan sosial baru didefenisikan oleh tampilan gerakan

    yang non kelas serta pusat perhatian yang non materialistik, dan karena gerakan sosial

    baru tidak ditentukan oleh latar belakang kelas, maka mengabaikan organisasi serikat 13 Rajendra Singh, Teori-teorigerakan sosial baru, Wacana: menuju gerakan sosial baru, Insist Press 2002

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    buruh industri dan model politik kepartaian, tetapi lebih melibatkan politik akar rumput,

    aksi-aksi akar rumput. Dan berbeda dengan gerakan klasik, struktur gerakan sosial baru

    didefenisikan oleh pluralitas cita-cita, tujuan , kehendak dan orientasi heterogenitas basis

    sosial mereka.

    Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu yang bersumber dari

    masyarakat sipil, dan membidik domain sosial masyarakat sipil ketimbang perekonomian

    atau negara, dan membangkitkan isu-isu sehubungan demoralisasi struktur kehidupan

    sehari-hari dan memusatkan perhatian pada bentuk komunikasi dan identitas kolektif.

    Jean Cohen ( 1985:669 ) menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi diri dalam

    empat pengertian yaitu, (a) aktor-aktor gerakan sosial baru tidak berjuang demi

    kembalinya komunitas-komunitas utopia tak terjangkau dimasa lalu (b) aktornya berjuang

    untuk otonomi, pluralitas (c) para aktornya melakukan upaya sadar untuk belajar dari

    pengalaman masa lalu, untuk merelatifkan nilai-nilai mereka melalui penalaran, (d) para

    aktornya mempertimbangkan keadaan formal negara dan ekonomi pasar14.

    Dengan demikian tujuan dari gerakan sosial baru adalah untuk menata kembali

    relasi negara, masyarakat dan perekonomian dan untuk menciptakan ruang public yang di

    dalamnya terdapat wacana demokratis otonomi dan kebebasan individual.

    1.6.1.2.3 Teori Mobilisasi Sumber Daya

    Dalam perspektif ini gerakan sosial mensyaratkan sebentuk komunikasi dan

    organisasi yang canggih ketimbang terompet teriakan anti kapitalisme. Dan gerakan

    sosial muncul akibat dari adanya ketersedian sumber pendukung gerakan, tersedianya

    kelompok koalisi, adanya dukungan dana, adanya tekanan dan upaya pengorganisasian

    yang efektif, dan juga idiologi. Dan para teoritisi mobilisasi sumber daya mengawali 14 Dikutip dari artikel Rajendra Singh, dalam teori-teori gerakan sosial baru.

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    tesis mereka dengan menolak penekanan pada peran perasaan dan penderitaan dan

    kategori-kategori psikologisasi dalam menjelaskan fenomena gerakan sosial.

    Tetapi teori mobilisasi sumber daya yang berbasiskan rasionalitas, tetaplah sebuah

    teori yang tidak persis dan tidak mencukupi, dan gagal dalam menjelaskan beberapa

    ekspresi kuat dari gerakan sosial baru, seperti feminisme, environmentalism, perdamaian,

    perlucutan senjata dan gerakan otonomi lokal.

    1.6.1.2.4 Teori Orientasi Identitas

    Teori ini menyuarakan asumsi dasarnya melalui sebuah kritik terhadap teori yang

    sudah ada. Dan bersifat non materialistik dan materialisme. Ia mengurai pertanyaan

    seputar integrasi dan solidaritas kelompok yang terlibat aksi kolektif. Teori ini juga

    menolak upaya yang menekankan model neo-utilitarian untuk menjelaskan gerakan sosial

    dan aksi kolektif.

    Kendatipun paradigma teori berorientasi identitas beranjak dari pertanyaan

    tentang solidaritas dan integrasi, ia tidak bertatap muka dengan pokok-pokok yang

    relevan dalam uraian perilaku kolektif. Tetapi untuk sementara teori ini kelihatannya

    menerima beberapa elemen teori marxis seperti pengertian perjuangan,

    mobilisasi,kesadaran,dan solidaritas, tetapi teori ini tetap menolak reduksionisme dan

    determininasi tesis materialisme dan konsepsi yang berhubungan dengan formasi sosial

    yang materialistik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 19

    1.6.1.3 Fungsi Gerakan Sosial

    Perubahan-perubahan besar dalam tatanan sosial dunia yang muncul dalam dua abad

    terakir sebagian besar secra lansung ataupun tidak langsung adalah hasil dari gerakan

    sosial. Meskipun misalnya gerakan sosial itu tidak mencapai tujuannya, sebagian dari

    programnya diterima dan digabungkan dalam tatanan sosial yang sudah berubah15. Inilah

    fungsi utama dari gerakan-gerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi sekunder

    atau laten dapat dilihat sebagai berikut :

    a. Gerakan sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik

    dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui

    penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan ke dalam opini publik yang

    dominan.

    b. Gerakan sosial memberikan latihan para pemimpin yang akan menjadi bagian dari

    elit politik. Gerakan buruh sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan

    banyak pemimpin yang sekarang memimpin negaranya. Para pemimpin buruh dan

    gerakan lainnya bahkan sekalipun mereka tidak memegang jabatan pemerintah

    juga menjadi elit politik di banyak negara.

    Saat kedua fungsi ini mencapai titik dimana gerakan sesudah mengubah atau

    memodifikasi tatanan sosial, menjadi bagian dari tatanan itu maka siklus hidup gerakan

    sosial akan berakhir karena sudah melembaga.

    15 www,worldpress.com dalam artikel teori gerakan sosial.

    Universitas Sumatera Utara

  • 20

    1.6.2 Kebijakan Publik

    1.6.2.1 Sejarah dan Pengertiannya

    Studi kebijakan publik adalah sudah ada sejak abad XVIII sebelum masehi.

    Dimana pada masa itu sudah terbit sebuah peraturan pemerintah Babilonia yang disebut

    dengan kode Hammurabi yang ditulis oleh penguasa Babilonia pada abad XVIII sebelum

    masehi. Dalam kode Hammurabi tersebut adalah produk kebijakan publik pada masa itu

    yang mencantumkan sebuah persyaratan-persyaratan ekonomi dan sosial untuk sebuah

    permukiman urban yang stabil. Dan tanda-tanda keberadaan kebijakan publik ditemukan

    pada arkeologi masyarakat abad pertengahan. Pada masa itu, struktur masyarakat sudah

    menjadi demikian beragam16. Dan pada belahan dunia lain hingga kini, perkembangan

    studi kebijakan publik menjadi perbincangan yang menarik bagi para ilmuwan sosial.

    Istilah kebijakan publik dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk

    menunjuk suatu kegiatan yang mempunyai maksud yang berbeda-beda. Dan banyak

    defenisi untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebijakan publik, namun suatu

    defenisi yang dianggap lebih tepat adalah suatu defenisi yang menekankan tidak hanya

    pada apa yang diusulkan oleh pemerintah, tetapi juga mencakup arah tindakan atau apa

    yang dilakukan pemerintah.

    Dengan demikian kebijakan publik adalah adalah sebuah aktifitas negara yang

    menghasilkan keputusan-keputusan yang mengikat bagi masyarakat, dimana keputusan

    tersebut juga merupakan menjadi kepentingan bagi masyarakat. Hal ini karena kebijakan

    publik lebih berorientasi kepada pemecahan masalah riil yang dihadapi di tengah

    16 Fadillah putra, Paradigma kritis dalam studi kebijakan publik, Pustaka pelajar, yogyakarta,2002

    Universitas Sumatera Utara

  • 21

    masyarakat17. Oleh karenanya kebijakan publik pada dasarnya adalah ilmu terapan dan

    berperan sebagai problem solver.

    1.6.2.2 Proses Kebijakan Publik

    Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena

    melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa

    ahli kebijakan publik membagi proses-proses kebijakan publik ke dalam beberapa tahap.

    Tujuan ini adalah untuk memudahkan kita dalam menkaji kebijakan publik18. Adapun

    tahap-tahap atau proses dalam kebijakan publik adalah sebagai berikut19 :

    a. Tahap penyusunan agenda

    Para pejabat yang diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.

    Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk

    dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Dan pada akhirnya, beberapa

    maslah masuk ke dalam agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada

    tahap ini suatu maslah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa

    yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang

    lama.

    b. Tahap formulasi kebijakan

    Masalah yang masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

    pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefenisikan untuk

    kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut

    berasal dari berbagai alternatif yang ada. Sama halnya dengan perjuangan

    17 Fadillah Putra Ibid 18 Charles Lindblom, Proses penetapan kebijakan publik, edisi kedua. Penerjemah Ardian Syamsudin, Jakarta : Airlangga, 1986. 19 Wlliam Dunn, Analisa kebijakan publik, Yogyakarta : Gajah Mada Press, 1986, hal 24-25.

    Universitas Sumatera Utara

  • 22

    suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahap

    perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat

    dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada

    tahap ini, masing-masing aktor akan bermain mengusulkan pemecahan

    masalah terbaik.

    c. Tahap adopsi kebijakan

    Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para

    perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan

    tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, consensus

    antar direktur lembaga atau keputusan peradilan.

    d. Tahap implementasi kebijakan

    Suatu program kebijakn hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika

    program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program

    kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahan masalah harus

    diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan birokrasi

    maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah

    diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan

    sumberdaya financial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai

    kepentingan akan bersaing.

    e. Tahap penilaian kebijakan

    Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi

    untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat mampu memecahkan

    masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak

    Universitas Sumatera Utara

  • 23

    yang diinginkan. Dalam hal ini memperbaiki masalah yang dihadapi

    masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran atau kriteria yang

    menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak

    yang diinginkan.

    1.6.2.3 Teori Penetapan Kebijakan

    1.6.2.3.1 Teori Rasional Konprehensif

    Model ini merupakan model perumusan kebijakan yang paling terkenal dan juga

    paling luas diterima di kalangan para pengkaji kebijakan publik. Pada dasarnya teori ini

    terdiri dari beberapa elemen, yakni20 :

    1. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu. Masalah ini

    dapat dipisahkan dengan masalah yang lain atau paling tidak masalah

    tersebut dapat dipandang bermakna bila dibandingkan dengan maslah-

    masalah yang lain.

    2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran-sasaran yang mengarahkan pembuat

    kebijakan dijelaskan dan disusun menurut arti pentingnya.

    3. Berbagi alternative untuk mengatasi maslah perlu diselidiki,

    4. Konsekuensi ( biaya dan keuntungan ) yang timbul dari setiap pemilihan

    alternaif diteliti.

    5. Setiap alternatif dan konsekuensi yang menyertainya dapat dibandingkan

    dengan alternatif dengan alternatif lainnya.

    Keseluruhan proses tersebut akan menghasilkan suatu keputusan rasional, yaitu

    keputusan yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Namun demikian terdapat 20 Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik,Yogyakarta, MedPress, 2002.

    Universitas Sumatera Utara

  • 24

    beberapa keberatan dan kritik terhadap teori rasional konprefensif ini. Seperti misalnya

    kritik bahwa teori rasional komprehensif tidak realistis dalam tuntutan-tuntutan yang

    dibuat oleh para pembuat keputusan. Karena menurut asumsi model ini pembuat

    keputusan akan mampu membuat perbandingan alternatif berdasarkan keuntungan yang

    tepat.

    1.6.2.3.2 Teori Inkremental/Penambahan

    Teori ini lahir dan berusaha menutupi kekurangan yang ada dalam model rasional

    komprehensif. Teori ini lebih bersifat deskriptif dalam pengertian, dan menggambarkan

    secara aktual cara-cara yang dipakai para pejabat dalam membuat keputusan.

    Inkrementalisme merupakan proses pembuatan keputusan yang khas dalam masyarakat

    yang plural seperti di Amerika Serikat. Keputusan dan kebijakan merupakan hasil

    kompromi dan kesepakatan bersama antara banyak partisipan. Sehingga pembuatan

    kebijakan atau keputusan secara inkrementalis adalah penting dalam rangka mengurangi

    konflik, memelihara stabilitas dan sistem politik itu sendiri.

    Menurut kaum inkrementalis, para pembuat keputusan dalam menunaikan

    tugasnya berada di bawah keadaan yang tidak pasti yang berhubungan dengan

    konsekuensi dari tindakan mereka di masa depan, maka keputusan atau kebijakan

    inkrementalis dapat mengurangi resiko atau biaya ketidakpastian tersebut. Teori ini juga

    mempunyai sifat yang realistis dan menghaslikan keputusan yang terbatas, dapat

    dilakukan dan diterima.

    1.6.2.3.3 Teori Penyelidikan Campuran

    Teori ini adalah gabungan dari dua teori yang ada sebelumnya, dan merupakan

    suatu pendekatan terhadap pembuatan kebijakan yang memperhitungkan keputusan-

    Universitas Sumatera Utara

  • 25

    keputusan pokok dan inkrementalis, menetapkan proses-proses pembuatan kebijakan

    pokok dan urusan tinggi yang menentukan petunjuk-petunjuk dasar, prose-proses yang

    mempersiapkan keputusan pokok dan menjalankannya setelah keputusan itu tercapai.

    Dalam model penyelidikan campuran para pembuat keputusan dapat

    memanfaatkan teori-teori rasional komprehensif dan inkrementalisme dalam situasi-

    siyuasi yang berbeda. Dalam beberapa hal pendekatan inkrementalis telah cukup

    memadai namun dalam situasi yang lain dimana masalah yang dihadapi berbeda, maka

    pendekatan yang lebih cermat dengan menggunakan rasional komprehensif adalah jauh

    lebih memadai. Penyelidikan campuran juga memperhitungkan kemampuan-kemampuan

    yang berbeda dari para pembuata keputusan. Semakin besar kemampuan para pembuat

    keputusan memobilisasi kekuasaan untuk melaksanakan keputusan, maka semakin besar

    pula penyelidikan campuran dapat digunakan secara realistis oleh para pembuat

    keputusan. Dengan demikian, penyelidikan campuran merupakan suatu bentuk

    pendekatan kompromi yang menggabungkan penggunaan inkrementalisme dan

    rasionalisme komprehensif sekaligus.

    1.6.2.4 Aktor-aktor dalam Penetapan Kebijakan

    Aktor-aktor atau pemeran serta dalam penetapan kebijakan dapat dibagi kedalam

    dua kelompok, yakni Aktor resmi dan aktor tidak resmi21.

    1.6.2.4.1 Aktor/Pemeran serta resmi :

    1) Badan-badan administrasi ( agen-agen pemerintah )

    Badan-badan administrasi dalam hal ini dapat membuat dan

    melanggar undang-undang, dan sering membuat keputusan-

    21 Budi Winarno Ibid

    Universitas Sumatera Utara

  • 26

    keputusan yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi politik dan

    kebijakan yang luas.

    2) Lembaga Legislatif

    Dalam hal ini yaitu dalam penetapan kebijakan, maka lembaga

    legislatif adalah yang lebih mempunayi kapasitas karena sesuai

    dengan tugas dan fungsinya. Legislatif dapat membahas dan

    megeluarkan sebuah kebijakan yang menyangkut tentang

    kepentingan masyarakat dalam bentuk Undang-undang.

    1.6.2.4.2 Aktor/Pemeran serta tidak resmi

    1) Kelompok-kelompok kepentingan.

    Kelompok ini merupakan pemeran serta tidak resmi yang

    memainkan peran serta tidak resmi dalam pembuatan kebijakan

    di hampir semua Negara. Pengaruh kelompok kepentingan

    terhadap keputusan kebijakan tergantung pada banyak faktor

    yang menyangkut ukuran-ukuran keanggotaan kelompok,

    keuangan dan sumber lain. Seperti misalnya Serikat Buruh,

    Organisasi guru. Kamar dagang dan lain sebagainya.

    2) Partai Politik

    Dalam konteks masyarakat modern, partai politik seringkali

    melakukan agregasi kepentingan dan berusaha untuk mengubagh

    tuntutan-tuntutan dari masyarakat menjadi alternatif kebijakan.

    Karena dalam perspektif negara demokrasi, kebijakan yang

    dijalankan oleh birokrasi adalah merupakan agenda kebijakan

    Universitas Sumatera Utara

  • 27

    dari Partai Politik. Eksistensi partai politik ditunjukkan melalui

    kompetensi mereka dalam hal kebijakan publik, yaitu sejauh

    manakah parati politik yang ada respon terhadap tuntutan-

    tuntutan masyarakat.

    1.7 Defenisi Konsep

    Defenisi Konsep dirancang untuk memberikan batasan-batasan yang jelas

    mengenai konsep-konsep yang hendak di teliti sehingga tidak menimbulkan interprestasi

    ganda dari variable-variabel yang diteliti, adapun yang menjadi kosep dalam penelitian

    ini adalah :

    1.7.1 Gerakan Sosial Buruh

    Gerakan sosial buruh adalah sebuah tantangan aksi kolektif oleh pihak buruh

    terhadap pemegang kekuasaan atas nama orang-orang tertindas. Gerakan sosial buruh

    berwujud pada sebuah perlawananan terhadap diskursus neoliberalisme yang

    meruntuhkan paham kedaulatan rakyat. Sehingga konsep gerakan sosial buruh adalah

    sebuah konsep perlawanan yang tidak hanya menentang kebijakan pemerintah, tetapi

    lebih dari itu yaitu menentang kebijakan neoliberalisme yang selalu mempengaruhi

    kebijakan negara atupun sistem governance. Salah satu bentuk dari gerakan sosial buruh

    adalah perlawanan buruh terhadap kebijakan upah buruh yang biasanya ada dalam

    kebijakan Upah Minimum Propinsi ( UMP ).

    Universitas Sumatera Utara

  • 28

    1.7.2 Proses Kebijakan Publik

    Proses kebijakan publik adalah proses penetapan kebijakan oleh para pengambil

    kebijakan yang menyangut tentang kepentingan rakyat banyak. Dalam penetapan

    kebijakan tersebut biasanya melibatkan banyak unsur diluar para pengambil kebijakan,

    hal ini dikarenakan banyak isu agenda yang dibahas berasal dari masyarakat yang

    disampaikan melalui konsep gerakan sosial. Sehingga dalam perspektif pluralisme proses

    kebijakan publik adalah sebuah arena dimana rakyat secara bebas dapat mengajukan

    kepentingannya karena semakin banyaknya jenis kebutuhan rakyat yang harus

    diselesaikan oleh pemerintah. Hal ini misalnya terdapat dalam proses penetapan

    kebijakan upah buruh dalam Dewan Pengupahan Daerah ( Depeda ) yang menetapkan

    kebijakan Upah Minimum Propinsi ( UMP ) atau Upah Minimum Kota ( UMK ). Dan

    dalam Dewan Pengupahan Daerah, pihak-pihak yang terlibat tidak hanya para pengambil

    kebijakan saja yang dalam hal ini adalah pemerintah melaui Dinas tenaga kerja, tetapi

    banyak pihat yang terkait dalam perburuhan. Yaitu pihak buruk, dan pengusaha.

    1.8 Defenisi Operasional

    Defenisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana

    cara mengukur suatu variabel dengan kata lain sebagai rincian dari indikator-indikator

    pengukuran suatu variabel. Dan dalam penelitian ini maka variabel yang akan diteliti

    adalah peranan Gerakan sosial buruh oleh Serikat Buruh Medan Independen ( SBMI )

    dalam proses kebijakan publik, yaitu :

    Perlawanan SBMI dalam penetapan UMP Peranan SBMI dalam Depeda ( DPD )

    Universitas Sumatera Utara

  • 29

    Strategi gerakan buruh oleh SBMI Posisi SBMI dalam agenda setting Agenda SBMI dalam membangun isu perburuhan di kota Medan

    1.8 METODOLOGI PENELITIAN

    1.8.1 Bentuk Penelitian

    Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan

    para peneliti hendaknya menjelaskan akan metodologi penelitian yang digunakan dalam

    proposal secara singkat. Dan berdasarkan metode yang dipakai maka penelitian ini

    menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakn suatu cara

    yang digunakan untuk memcahkan masalah yang ada pada saat sekarang berdasrkan

    fakta-fakta dan data-data yang ada. Data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan

    kemudian dianalisa. Tetapi penelitian deskriptif bukan saja menjabarkan tetapi juga

    memadukan serta menganalisis.22

    1.8.2 Lokasi Penelitian.

    Penelitian yang akan dilakukan berlokasi di kota Medan, khususnya di fokuskan

    pada secretariat Serikat Buruh Medan Independen ( SBMI ) yang terletak di jln. Garu IV

    Simpang Limun Medan.

    1.8.2 Populasi dan Sampel

    Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan, gejal,

    nilai atau peristiwa sebagi sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam

    penelitian23.

    22 Masri Singarimbun Ibid 23 Sofyan Effendi Ibid

    Universitas Sumatera Utara

  • 30

    Sedangkan sample merupakan bagian dar populasi yang menjadi sumber data

    yang sebenarnya dalam suatu penelitian. Pengambilan yang sebagian itu dimaksudkan

    sebagai representasi dari seluruh populasi.

    Berdasarkan hal itu maka yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah

    pengurus Serikat Buruh Medan Independen ( SBMI ) dan juga sekaligus sampel.

    1.8.3 Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta

    yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

    a. Data Primer : wawancara, yaitu suatu cara dalam pengumpulan data dengan

    dialog langsung dengan respondenyang berhubungan dengan objek penelitian.

    b. Data Sekunder : Penelitian Kepustakaan ( Library Research ), yaitu sumber data

    yang berasal dari buku, jurnal, tabloid dan literatur lain yang berhubungan dengan

    penelitian ini.

    1.8.4 Teknik Analisa Data

    Teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

    menggunakan analisa kualitatif. Dimana jenis analisa data seperti ini banyak digunakan

    dalam jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu metode yang lebih didasarkan kepada

    pemberian gambaran yang terperinci. Data yang telah dikumpulkan, dianalisa untuk

    mendeskripsikan mengenai peranan gerakan sosial buruh dalam proses kebijakan publik.

    Jadi analisa data hanya dilakukan dengan cara menggambarkan data yang diperoleh

    dengan memberi interprestasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 31

    1.9 SISTEMATIKA PENULISAN

    BAB 1 : PENDAHULUAN

    Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, pokok permasalahan

    yang akan dibahas, dan tujuan mengapa diadakan penelitian ini dan

    metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan

    pembahasan masalah.

    BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

    Bab ini memberikan gambaran secara umum tentang sejarah singkat

    akan lokasi penelitian yang dalam hal ini adalah Sejarah berdirinya

    Serikat Buruh Medan Independen ( SBMI ) kota Medan, Struktur

    pengurus, perkembangan SBMI, Visi Misi SBMI, Tujuan, Program kerja

    SBMI, dan langkah strategi dalam gerakan buruh oleh SBMI.

    BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

    Bab ini akan memuat penyajian data yang diperoleh melalui penelitian

    ini dan setelah itu analisa terhadap data penelitian yang telah didapat

    melalui metode penelitian yang digunakan.

    BAB IV : PENUTUP

    Bab ini adalah bab terakhir dari penelitian ini, dan berisi kesimpulan dari

    hasil-hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta berisi saran-

    saran yang nantinya berguna bagi penulis.

    Universitas Sumatera Utara