Upload
thomas-suryo
View
127
Download
35
Embed Size (px)
Citation preview
HUKUM ACARA PIDANA
Dosen Pengajar : 1. A.H Deddy Gadzali, S.H.,
2. Lies Silistiani, S.H.
DEFINISI DAN PENGERTIAN
• Hukum Pidana mengatur hubungan antara negara dengan individu (publik).
• Hukum Pidana dalam arti luas mencakup Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana,
sedang dalam arti sempit mencakup Hukum Pidana saja.
• Hukum Pidana bersifat publik (publiek rechielijk), maksudnya bahwa dalam perkara
pidana tidak diserahkan pada individu tetapi oleh negara melalui alat negara (yaitu:
polisi, jaksa, dan hakim) dan tidak mengenal perdamaian (arbitrase).
• Hukum Acara Pidana bersifat publik karena ternyata setiap orang memiliki
kepentingan masing-masing.
• Hukum Acara Pidana melaksanakan Hukum Pidana, yang dimulai dari/ sejak
timbulnya sangkaan.
• Mengenai alat negara di atas, apabila berbicara mengenai fungsi/ tugas/
wewenangnya, maka merupakan bidang kajian HAN, sedangkan mengenai
lembaganya maka menjadi bidang kajian bagi HTN.
• Salah satu tujuan Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari kebenaran materiil/
hakiki/sejati dengan menemukan fakta yang disukung oleh disiplin ilmu lain, yaitu
antara lain meliputi:
1. llmu logika,
Dengan logika maka dapat menghasilkan asumsi (kesimpulan awal) untuk
hipotesa dan untuk selanjutnya penting bagi tahap verifikasi (pembuktian).
2. Psikologi (oleh ahli jiwa),
Setiap orang yang diperiksa selalu dalam keadaan tertekan, sedangkan
pemeriksaan di bawah tekanan psikologis tidak sah dalam menentukan
kebenaran.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
1
3. Psikiatri (oleh dokter jiwa),
Bahwa orang sakit jiwa mendapat perlindungan hukum.
4. Ilmu kedokteran kehakiman,
Ilmu ini berguna dalam Hukum Pidana karena tidak semua aparat hukuin
menguasai keahlian dalam mengungkap penyebab-penyebab perkara pidana
yang menyangkut; jiwa, tubuh manusia, kehormatan, kesusilaan.
5. Kriminalistik,
Kriminalistik bukan ilmu yang berdiri sendiri, karena memiliki objek ilmu lain,
yaitu:
• Ilmu sidik jari.
• Ilmu tentang tulisan tangan.
• Ilmu balistik, dll.
6. Kriminologi,
Kriminologi mencari sebab/causa terbaik, yaitu faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan tindak pidana dilakukan atau mencari modus/motivasi.
• Definisi Hukum Acara Pidana menurut Simons :
Hukum Acara Pidana adalah Hukum Pidana formil yang mengatur bagaimana
negara dengan menggunakan alat-alatnya, menggunakan haknya untuk menghukum,
dan menjatuhkan hukuman.
• Pendapat ini didukung oleh: J. Mr. Bosh Kemper, yang menyatakan bahwa :
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan daripada asas-asas dan peraturan undang-
undang menurut mana negara menggunakan hak-haknya untuk menghukum
sementara undang-undang pidana yang dilanggar.
Persamaan antara dua definisi di atas adalah bahwa keduanya menitikberatkan pada
sanksi/penjatuhan pidana, dan menurut sarjana lain bahwa definisi ini tidak memuat
tujuan, dan ada juga pendapat sarjana lain yang menyatakan bahwa putusan hakim
tidak selamanya memberi hukuman.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
2
• Menurut J. M. van Bemmelen :
Hukum Acara Pidana adalah sekumpulan ketentuan-ketentuan hukum yang
mengatur cara bagaimana negara bila dihadapkan pada suatu kejadian/keadaan yang
menimbulkan prasangka telah terjadi suatu pelanggaran Hukum Pidana, dengan
perantara alat-alatnya mencari kebenaran, menetapkan di muka dan oleh hakim
suatu keputusan mengenai bagaimana hakim harus memutuskan suatu hal yang
telah terbukti dan bagaimana keputusan itu harus dijalankan.
• Tujuan pokok Hukum Acara Pidana, antara lain :
1. Mencari kebenaran (materiil).
Kebenaran materiil ini dapat diuji kembali, sedangkan kebenaran formil
merupakan kebenaran yang menurut undang-undang dianggap benar (pada
perdata) yang dapat dibuktikan dengan adanya bukti surat.
2. Mendapatkan keputusan.
3. Melaksanakan putusan hakim.
• Dalam Hukum Pidana dikenal dua sistem
(mengenai kedudukan pemeriksa dan yang diperiksa), yaitu:
1. Sistem aquisatoir,
Yaitu dimana kedudukan antara pemeriksa dan yang diperiksa adalah sejajar,
karena itu sekarang kedudukan pemeriksa yang mendakwa adalah negara.
2. Sistem inquisatoir,
Yaitu dimana kedudukan antara pemeriksa dan yang diperiksa adalah tidak
sejajar (yang diperiksa lebih rendah).
• Sistem inquisatoir ini menganggap bahwa yang diperiksa adalah bukan merupakan
subjek, dengan demikian maka yang diperiksa adalah bukan manusia (benda),
sehingga sistem ini dirasa bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM), karena
itu yang dianut dalam KUHP sekarang adalah sistem aquisatoir”.
• Sistem aquisatoir penuh menghendaki bahwa yang diperiksa sejak dari awal sudah
didampingi oleh pcngacara.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
3
PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA
• Meliputi:
Penyidikan (oleh penyidik), Penuntutan (oleh penuntut umum), Persidangan.
Penyidikan
• Dalam UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), bahwa:
- Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan.
- Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang terjadi dan guna menemukan tcrsangkanya
- Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyclidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini.
• Penyidik melakukan pengawetan terhadap barang bukti (conservising maatregeling)
dengan tujuan untuk menjaga agar barang bukti tidak menjadi rusak atau hilang,
karena akan digunakan untuk proses selanjutnya terutama proses pembuktian.
• Mengenai barang bukti terdapat beberapa definisi, yaitu:
- Adalah barang yang digunakan sebagai alat untuk melakukan pidana
(instrumenta delictie), misal: pisau, dsb.
- Adalah barang yang menjadi sasaran tindak pidana (corpora delictie), misal:
mobil, dsb.
- Adalah barang yang dijadikan petunjuk mengenai adanya tindak pidana
(anwijzing in), misal: baju yang berlumuran darah, dsb.
- Adalah barang yang tercipta sebagai hasil kejahatan, contoh: uang palsu, dsb.
• Jika barang buktinya orang maka keterangannya dijadikan/ dibuat berita acara,
adapun macam-macam berita acara, diantaranya (menurut pasal 75 KUHAP, ada 10
macam): pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan, dst.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
4
• Penyidik dapat mengetahui adanya tindak pidana, yaitu dari:
- Laporan,
adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang
telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.
- Pengaduan,
adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada
pejabat yang bcrwenang untuk menindak menurut hukum kepada seseorang yang
telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya.
- Tertangkap tangan;
(1) adalah perbuatan yang dilakukan atau sedang/tengah dilakukan,
(2) adalah perbuatan yang diketahui segera setelah dilakukan, adalah perbuatan
yang segera setelah dilakukan diteriaki oleh khalayak ramai,
(3) adalah perbuatan bila pada diri tersangka (terdapat alat-alat pcrkakas atau
suatu) yang dapat membuktikan atau menunjukkan bahwa ia adalah
pelakunya.
(4) adalah perbuatan bila pada diri tersangka terdapat alat-alat perkakas atau suatu
yang dapat membuktikan atau menunjukan bahwa ia adalah pelakunya.
Belanda hanya menganut angka (1) dan (2).
- Mengetahui sendiri, yaitu jika tertangkap tangannya oleh polisi.
• Penyidik mempunyai wewenang dalam hal:
1. Penangkapan,
2. Penahanan,
Ad l): Penangkapan
• Adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan
tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan
atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang.
• Diatur dalam pasal 16-19 KUHP.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
5
• Seseorang dapat ditangkap apabila terdapat bukti permulaan yang cukup (paling
tidak ada saksi korban/saksi yang melihat kejadian/surat) (pasal 17KUHAP).
• Alat bukti berdasarkan pasal 184 KUHAP, antara lain;
a. keterangan saksi,
b. keterangan ahli,
c. surat,
d. petunjuk,
e. keterangan terdakwa.
• Penangkapan dilakukan oleh polisi (dengan surat tugas), harus disertai surat
perintah penangkapan (mencantumkan identitas tersangka dan alasan penangkapan).
• Lamanya penangkapan adalah paling lama satu hari (l x24jam).
• Dengan demikian maka syarat sahnya penangkapan :
1. Bukti permulaan yang cukup,
2. Surat tugas, surat perintah penangkapan,
3. Tembusan,
4. Penangkapan dilakukan selama-lamanya 1 x 24 jam;
• Surat perintah penangkapan harus memuat :
1. Identitas tersangka dengan jelas, misal A bin B.
2. Alasan penangkapan (diuraikan secara singkat mengenai perkaranya).
3. Tempat tersangka diperiksa.
4. Tembusan yang diberikan kepada pihak keluarga.
• Dalam hal tertangkap tangan maka tidak perlu surat penangkapan.
• Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan penangkapan kecuali dalam
hal ia telah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan
itu tanpa alasan yang sah.
Ad 2): Penahanan
• Adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau
penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara
yang diatur dalam undang-undang.
• Diatur dalam pasal20-31 KUHAP.
• Alasan penahanan :
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
6
1. Alasan subjektif (dilihat dan tersangkanya), Bahwa terdapat bukti yang cukup
dalam hal :
a. tersangka diduga akan melarikan diri,
b. adanya kekhawatiran tersangka akan menghilangkan bukti-bukti.
c. khawatir tersangka akan mengulangi perbuatannya.
3. Alasan objektif (dilihat dari perbuatannya), Hanya pada perbuatan tersebut
diancam 5 tahun/ lebih atau tercantum dalam pasal 21 ayat 4 sub (b).
• Syarat sahnya penahanan antara lain :
1. Kepada tersangka/ terdakwa harus diberikan surat perintah penahanan/ surat
penetapan hakim.
2. Surat penahanan harus memuat identitas jelas, alasan dan uraian singkat
mengenai perkaranya, tempat di mana ia ditahan.
• Jenis-jenis penahanan, antara lain:
1. Penahanan Rumah Tahanan Negara (RUTAN),
2. Penahanan Rumah,
3. Penahanan Kota,
• Penahanan memiliki konsekuensi yaitu mengurangi lamanya vonis yang dijatuhkan,
yaitu :
1. Untuk penahanan rumah tahanan negara adalah dikurangkan seluruhnya.
2. Untuk penahanan rumah adalah 1/3-nya.
3. Untuk penahanan kota adalah 1/5-nya.
• Lamanya waktu penahanan:
1. Oleh penyidik paling lama 20 hari, kemudian dapat diperpanjang oleh Penuntut
Umum paling lama 40 hari.
2. Oleh Penuntut Umum paling lama 20 hari, kemudian dapat diperpanjang oleh
Ketua Pengadilan Negeri paling lama 30 hari.
3. OIeh Hakim Pengadilan Negeri paling lama 30 hari, dapat diperpanjang oleh
Ketua Pengadilan Negeri paling lama 60 hari.
4. Oleh Hakim Pengadilan Tinggi paling lama 30 hari, dapat diperpanjang oleh
Ketua Pengadilan Tinggi paling lama 60 hari.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
7
5. Oleh Hakim Agung paling lama 50 hari, dapat diperpanjang oleh Ketua
Mahkamah Agung paling lama 60 hari.
• AIasan perpanjangan penahanan, antara lain:
1. Alasan gangguan fisik/mental yang berat.
2. Apabila ancaman hukumannya adalah 9 tahun atau lebih.
• Penangguhan penahanan dapat dimohonkan kepada pcnyidik dengan atau tanpa
jaminan uang atau jaminan orang dengan sualu alasan yang jelas, dimana besarnya
uang (apabila dengan jaminan uang) adalah sesuai perjanjian dengan melihat
kemampuan penjamin dan dengan suatu kesepakatan. Penangguhan penahanan
mengalihkan jenis tahanan yang diberikan, misal; dari RUTAN menjadi tahanan
kota (pasal 31 KUHAP).
Praperadilan
• Diatur dalam pasal 77 - 83 KUHAP.
• Praperadilan merupakan wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan
memutus sesuai cara yang diatur dalam undang-undang mengenai :
1. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan atas permintaan tersangka atau
keluarga tersangka atau pihak lain atas kuasa tersangka.
2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas
permintaan penyidik atau penuntut umum atau pihak ketiga demi tegaknya
hukum dan peradilan.
3. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarga atau
pihak yang diberi kuasa yang perkaranya dihentikan pada tingkat penyidikan
atau penuntutan.
• Lembaga praperadilan sebagai lembaga pengawas (controlling) terhadap
pelaksanaan peradilan (ini menyangkut HAM).
• Pengadilan Negeri hanya berwenang untuk mensahkan saja tindakan-tindakan
penangkapan, penahanan, penuntutan ataupun ganti rugi.
• Menurut van Bellen, bahwa lembaga penahanan sebagai pedang bermata dua,
dikatakan demikian karena bisa mengenai orang yang bersalah juga orang yang
tidak bersalah.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
8
• Lembaga praperadilan inilah sebagai lembaga yang memberi kesempatan untuk
meminta ganti kerugian, dimana yang memberi ganti kerugian adalah negara.
• Objek praperadilan meliputi :
1. Penangkapan dan penahanan yang tidak sah,
2. Penghentian penyidikan (dapat merugikan tersangka),
3. Penghentian penuntutan (hanya penghentian sementara),
4. Rehabilitasi.
• Yang berperkara dalam praperadilan adalah penyidik (termohon) dan tersangka
(pemohon).
• Keluarga berhak mengajukan praperadilan karena keluarga merupakan salah satu
pihak yang diberitahu atas penahanannya seseorang.
• Acara pemeriksaan praperadilan :
1. Dalam 3 hari setelah diterimanya permintaan, Hakim yang ditunjuk harus sudah
menentukan hari sidang.
2. Dilakukan secara cepat, dalam waktu 7 hari harus sudah diputus.
3. Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh Pengadilan Negeri
sedangkan permintaan praperadilan baru diajukan, maka permintaan
praperadilan gugur (bukan batal).
• Apabila ternyata penangkapan tidak sah, maka Hakim harus melepas tersangka,
sedangkan apabila penghentian penyidikan tidak sah, maka Hakim memutus untuk
melanjutkannya.
• Penyidikan dimulai ketika ada sangkaan dan berhenti ketika berkas perkara
diberikan kepada penuntut umum.
PENUNTUTAN
• Pasal 1 ayat (7) KUHAP: Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk
melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya
diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan
• Penuntut bila mendapat berkas perkara dari penyidik, ia harus mempunyai alasan :
1. Perbuatan yang dilakukan tersangka memenuhi rumusan delik,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
9
2. Mampu mempertanggungjawabkannya.
• Asas dalam penuntutan, antara lain :
1. Asas opportunitas,
2. Asas Lcgaliteit.
Ad I): Asas opportunitas
• Adalah suatu asas yang menghendaki agar tindak pidana tidak sampai ke pengadilan
yaitu bila ada hal-hal yang menyangkut kepentingan umum yang akan dirugikan.
• Kalau ada perkara yang tidak dituntut (mengenyampingkan perkara) disebut perkara
• yang di-deponeer (acte van depot), seharusnya dituntut tapi tidak dituntut derni
kepentingan umum.
• Apabila suatu perbuatan memenuhi rumusan delik dan tidak ada alasan deponeer
maka harus dituntut.
• Yang berhak men-deponeer hanyalah Jaksa Agung.
Ad 2): Asas Legaliteit
• Adalah suatu asas yang menghendaki bahwa setiap tindak pidana harus dituntut.
• Antara keduanya memiliki kesamaan yaitu bahwa keduanya sama-sama ingin
menuntut perkara.
• Dalam proses penuntutan terdapat istilah prapenuntutan, yaitu dimana penyidik
diminta melengkapi berkas penyidikan, dan dalam waktu 14 hari harus kembali.
• Jika hasil penyidikan belum lengkap maka penuntut umum dapat meminta untuk
melengkapinya paling lama 14 hari, jika sudah lengkap maka dibuat surat dakwaan.
• Cara menyampaikan berkas dari penyidik kepada penuntut umum :
1. Berkas perkara diserahkan kepada Penuntut Umum tanpa alat bukti (dilakukan
jika Penuntut Umum ingin petunjuk),
2. Berkas perkara sudah lengkap berikut alat bukti.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
10
Surat Dakwaan
• Surat dakwaan (acte van verwijzing/ acte van dagvaarking) adalah surat yang dibuat
Penuntut Umum yang didasarkan pada penyidikan untuk menuntut tersangka
mengenai perbuatan yang telah dan diperiksa.
• Surat dakwaan merupakan surat penting karena merupakan dasar pemeriksaan
sidang.
• Pada perkara cepat tidak ada surat dakwaan, biasanya dalam sidang mengenai
pelanggaran lalu lintas (misal ; mengenai tilang), maka surat tilang dijadikan
sebagai surat dakwaannya.
• Pada perkara singkat, hanya diberitahukan dalam persidangan (ada pada panitera)
yaitu salinan surat dakwaan.
• Dalam perkara biasa, surat dakwaan harus dibuat.
• Surat dakwaan mengikat semua pihak :
- Mengikat terdakwa, karena terdakwa dituntut hanya sesuai surat dakwaan.
- Mengikat Jaksa, karena Jaksa hanya menuntut sesuai surat dakwaan.
- Mengikat Hakim, karena Hakim memutus sesuai apa yang dituntut dalam surat
dakwaan.
• Pandangan dan posisi hakim, jaksa, pembela dan terdakwa dalam persidangan :
Hakim; pandangan objektif, posisi objektif.
Jaksa; pandangan subjektif, posisi objektif.
Pembela; pandangan objektif, posisi subjektif (karena harus membela kliennya).
Terdakwa; pandangan subjektif, posisi subjektif.
• Kalau surat dakwaan tidak jelas disebut obscure libel/ obscruri libelli, akibat
hukumnya maka dakwaan dapat dibatalkan atau juga batal demi hukum.
• Supaya tidak obscure libel, maka dakwaan harus memenuhi syarat:
1. Syarat formal,
2. Syarat materiil.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
11
Ad l): Syarat formal
• Yaitu segala hal menyangkut identitas tersangka.
• Tidak memenuhi syarat formil dapat berakibat dakwaan dapat dibatalkan.
Ad 2): Syarat maleriil
• Yaitu :
a. Perbuatan yang didakwakan (perbuatan konkrit yang dilakukan terdakwa),
b. Waktu dan tempat (kualifikasi delik). Misal ;
- pada tindak pidana pencurian, pencurian dengan pemberatan karena
dilakukan di malam hari,
- Penuntut Umum dengan kalimat luasnya, misal ; antara tanggal x s/d y.
c. Hal-hal yang memberatkan/ meringankan, tetapi kalau tidak ada tidak
membatalkan tuntutan.
• Tidak memenuhi syarat materiil dapat berakibat dakwaan batal demi hukum.
• Bentuk pokok surat dakwaan :
1. Dakwaan Tunggal,
Surat dakwaan dimana di dalam surat dakwaan tersebut hanya didakwakan 1
(satu) pasal pelanggaran. Hal tersebut terjadi karena Penuntut Umum sudah
yakin terhadap apa yang harus didakwakan terhadap tersangka.
2. Dakwaan alternatif (pilihan),
Surat dakwaan dimana Penuntut Umum merasa ragu-ragu karena dari satu
perbuatan dapat melanggar beberapa ketentuan pidana. Misal : dalam pencurian
dan penggelapan, apa yang menjadi niatnya. Cirinya ; dituduhkan secara
berturut-turut, missal ; primer pasal 338 KUHP, subsider pasal 359 KUHP, lebih
subsider 340 KUHP, lebih subsider lagi.... (Urutannya acak). Apabila urutannya
tidak acak, misal sanksinya makin subsider makin berat maka disebut dakwaan
subsider (tidak sama dengan dakwaan alternatif), misal ; primer pasal 359
KUHP, subsider pasal 338 KUHP, lebih subsider pasal 340 KUHP.
3. Dakwaan kumulatif,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
12
Surat dakwaan dimana dibuat kalau suatu perbuatan dilakukan, dimana sebelum
sempat dipidana sudah datang lagi dakwaan baru. Cirinya ; ada perbuatan yang
didakwakan seperti, dakwaan I, dakwaan I, dakwaan III dst, dengan waktu yang
berbeda. Dalam hal ini maka setiap dakwaan harus dibuktikan, dan dihukum
berdasarkan apa yang terbukti dengan lama hukuman kumulatif yaitu hukuman
terberat ditambah 1/3-nya.
4. Dakwaan komulatif dan altematif,
Misal :
Dakwaan I Primer pasal 263 (1) KUHP
Subsider pasal 263 (2) KUHP
Dakwaan II Primer pasal 362 KUHP
Subsider pasal 371KUHP.
Maka hanya perlu dibuktikan satu tindak pidana saja dalam setiap dakwaan,
subsidernya saja atau primernya saja, kemudian diambil yang terberat.
• Tiga (3) Jenis perkara dalam pidana :
1. Perkara biasa,
2. Perkara singkat,
3. Perkara ccpat.
• Perubahan dakwaan diajukan 7 hari sebelum persidangan diadakan, perubahan itu
bertujuan :
1. Untuk memperbaiki surat dakwaan.
2. Untuk menghentikan penuntutan, apabila ternyata surat dakwaan yang sudah
disusun tidak memiliki kesesuaian dengan alat bukti.
PEMBUKTIAN
• Pembuktian merupakan bagian yang paling sentral, yang dilakukan oleh Penuntut
Umum yang memberi dalil bahwa seseorang bersalah maka ialah yang harus
dibuktikan.
• Tujuan pembuktian adalah meyakinkan kepada hakim mengenai perbuatan konkrit
yang dilakukan terdakwa yang mengandung unsur pidana (bestaandeel).
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
13
• Dalam setiap delik terdapat :
bestaandeel, unsur-unsur; perbuatan inti,
element; unsur suatu delik.
• Yang harus dibuktikan adalah bestaandeel
• Berdasarkan pasal 183 KUHAP, maka kita mengenal 2 teori :
1. Suatu perbuatan pidana harus dibuktikan dengan sekurang-kurangnya 2 alat
bukti yang sah dan Hakim harus yakin akan kesalahan terdakwa.
2. Keyakinan Hakim harus didasarkan alat bukti.
• Kedua teori ini saling berhubungan dimana alat bukti meyakinkan Hakim dan
keyakinan Hakim didasarkan alat bukti.
Sistem Pembuktian
• Sistem pembuktian/ bagaimana cara meletakkan pembuktian pada perkara yang
sedang diperiksa, antara lain :
1. Sistem pembuktian conviction in Time,
Menentukan salah tidaknya seseorang terdakwa semata-mata ditentukan oleh
penilaian keyakinan hakim. Mengenai darimana hakim menarik kesimpulan
maka hal itu tidak dipcrsoalkan, sehingga sistem ini banyak mengandung banyak
kelemahan.
2. Sistem pembuktian conviction in raisance,
Faktor keyakinan Hakim dibatasi karena harus ada alasan-alasan yang masuk
akal.
3. Sistem pembuktian positive wellelijk (berdasarkan undang-undang),
Bertolak belakang dengan sistem pembuktian yang berdasarkan keyakinan.
Semata-mata digantungkan pada alat bukti yang sah. Dalam sistem ini maka
keyakinan diabaikan.
4. Sistem yang dianut dalam KUHAP;
Pasal 183 :
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-bcnar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
14
Dalam sistem ini maka Hakim terikat oleh 2 alat bukti dan keyakinan, sistem
inilah yang kemudian dinamakan sistem negative wettelijk.
Beban Pembuktian
• Mengenai beban pembuktian (pasal 66 KUHAP), secara implisit menyatakan bahwa
Penuntut Umumlah yang mempunyai beban pembuktian.
• Terdakwa tidak dibebani pembuktian kecuali pada tindak pidana tertentu misanya
pada tindak pidana korupsi (pembuktian terbalik).
• Menurut Prof. Romli; pembuktian terbalik berimbang, karena keduanya mempunyai
beban pembuktian.
• Dalam pembuktian maka :
1. Penuntut umum memiliki daya upaya untuk membuktikan,
2. Terdakwa berhak melemahkan tuntutan (dengan sangkalan, bantahan yang
beralasan, memanggil saksi a de charge atau dengan alibi).
Alat Bukti
• Berdasarkan pasal 184 KUHAP, maka yang menjadi alat bukti adalah :
1. Keterangan saksi,
2. Keterangan ahli,
3. Surat,
4. Petunjuk,
5. Keterangan terdakwa,
Ad I): Keterangan saksi
• Diatur dalam pasal 185 KUHAP.
• Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang dinyatakan oleh saksi didepan
pengadilan.
• Keterangan seorang saksi saja tidak cukup; dikaitkan dengan asas unus testis nullus
testis (satu saksi bukan bukti).
• Alat bukti yang bulat adalah keterangan-keterangan saksi yang kemudian dapat
dirangkai menjadi suatu rangkaian yang bulat (maka dapat diterima).
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
15
• Saksi mempunyai kewajiban untuk menyampaikan keterangan yang harus ia ketahui
sendiri yang didasarkan :
1. Apa yang ia lihat sendiri,
2. Apa yang ia dengar sendiri,
3. Apa yang ia alami sendiri.
• Keterangan yang ia ketahui dari orang lain bukan merupakan alat bukti, disebut
testimonium de audito.
• Saksi yang pertama diajukan ialah saksi korban dimana ketiga dasar di atas
dipenuhi.
• Keterangan saksi di luar sidang tidak sah tetapi dapat dijadikan pedoman dalam
pembuktian.
• Dalam pembuktian maka hal-hal umum tidak perlu dibuktikan lagi, misal : malam
itu gelap, siang itu terang, api itu panas, dsb., disebut notoire feiten.
• Dalam pemeriksaan perkara pidana, setelah Penuntut Umum membuktikan atau
meyakinkan akan kesalahan terdakwa maka Penasehat Hukum terdakwa diberikan
kesempatan untuk membela kliennya dengan bertanya dan menghadirkan saksi-
saksi yang meringankan (a de charge), sedangkan saksi-saksi yang memberatkan (a
charge) diajukan oleh Penuntut Umum.
• Empat (4) jenis pertanyaan yang tidak boleh ditanyakan oleh pihak Jaksa Penuntut
Umum/ kuasa hukum terdakwa, antara lain;
1. yang bersifat menjerat,
2. yang bersifat mengesahkan,
3. yang bertentangan dengan kesaksian,
4. yang tidak relavan.
Terhadap pertanyaan seperti di atas maka hakim harus menolak pertanyaan tersebut.
• Berdasarkan pasal 185 ayat (6) KUHAP, maka untuk menilai kebenaran keterangan
saksi maka Hakim harus menguji, yaitu berkaitan dengan :
1. Persesuaian keterangan saksi dengan saksi lain,
2. Persesuaian keterangan saksi dengan alat bukti lain,
3. Alasan saksi memberikan keterangan tertentu,
4. Tata cara hidup saksi.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
16
• Jika saksi memberikan keterangan yang tidak benar, maka ia akan dituntut atas
sumpah palsu dan dapat dikenakan terhadapnya pasal 242 KUHP.
• Saksi dapat mengundurkan diri dengan kedudukan saksi (saksi relatief on bevoegd)
(pasal 168 KUHAP):
1. Saksi mempunyai hubungan keluarga baik garis lurus ke atas maupun ke bawah,
2. Saksi mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan,
3. Suami/isteri sekalipun mereka pernah bercerai.
• Saksi tersebut di atas boleh menjadi saksi apabila memenuhi syarat; para pihak tidak
berkeberatan, saksi bersedia untuk memberikan keterangan dan bersedia disumpah.
• Terhadap saksi absolute on bevoegd, maka ia boleh didengar tapi tak boleh di
sumpah, yaitu antara lain (pasal 171 KUHAP):
1. Orang yang sakit jiwa/ ingatannya, sekalipun terkadang pikirannya tenang.
2. Anak-anak yang belum cukup umur (15 tahun) atau belum pernah menikah-
Sumpah saksi diatur pada pasal 161 KUHAP.
• Sumpah dapat diambil sebelum dan sesudah ia melakukan kesaksian.
• Sumpah yang dilakukan sebelum melakukan kesaksian disebut sumpah promissoris,
sedangkan sumpah yang diberikan sesudah kesaksian disebut sumpah assertoris.
• Sumpah itu sama dengan janji.
• Ada 2 macam sumpah :
1. Sumpah biasa,
Membacakan apa yang dibacakan oleh hakim bahwa ia akan menerangkan yang
sebenarnya dan tidak lain dari yang sebenarnya.
2. Sumpah berat,
Menurut ketentuan agamanya, misal; di Islam (RI) dikenal sumpah pocong.
• Staatblad 1920 No. 69; peraturan tentang sumpah, dimana saksi dalam bersumpah
disampaikan sesuai dengan ketentuan agama. Untuk penganut Protestan maka
agama melarang untuk bersumpah.
• Saksi yang menolak sumpah (pasal 161 ayat (2)), Hakim harus tetap menilai
keterangan saksi sebagai keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim (pada
dasarnya bukan alat bukti yang sah).
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
17
• Terhadap saksi yang menolak sumpah dapat dikenai sandera di Rutan paling lama
14 (empat belas) hari dengan melalui penetapan pengadilan.
• Dengan demikian maka saksi dapat tidak disumpah apabila :
1. Saksi menolak memberi sumpah,
2. Saksi tidak hadir (dapat dibacakan),
3. Karena saksi relatif,
4. Karena saksi absolut.
• Semua keterangan saksi yang tidak dengan sumpah harus tidak dijadikan alat bukti
yang sah meskipun ada persesuaian, maka tidak mempunyai nilai pembuktian tetapi
dapat digunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah yang oleh Hakim dijadikan
petunjuk yang dapat menambah keyakinan hakim (petunjuk tidak dapat berdiri
sendiri).
• Dengan demikian maka agar suatu keterangan saksi menjadi alat bukti yang sah
maka harus memenuhi syarat :
1. Saksi harus memberi keterangan berdasarkan sumpah,
2. Saksi hanya memberikan keterangan yang ia lihat, ia dengar dan ia alami
sendiri.
• Saksi mahkota ialah saksi yang menjadi terdakwa dalam perkara lain yang dipisah
(di-split), misal; dalam suatu perkara maka yang menjadi terdakwa adalah A, B dan
C, tetapi dalam perkara A, maka B dan C sendiri yang menjadi saksi, maka di sini
yang menjadi saksi mahkota adalah B dan C.
Ad 2): Keterangan ahli
• Pasal 186 KUHAP: Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang
pengadilan.
Ad 3): Surat
• Diatur dalam pasal 187 KUHAP
• Dalam pidana dikenal visum et repertum (surat dokter kehakiman).
• Apabila doktemya menghadap di persidangan maka ia menjadi saksi ahli.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
18
Ad 4): Petunjuk
• Pasal 188 ayat (2) KUHAP: Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang
karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan
tindak pidana itu scndiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan
siapa pelakunya.
• Petunjuk tersebut hanya dapat diperoleh dari:
1. Keterangan saksi,
2. Surat,
3. Keterangan terdakwa.
• Petunjuk bersifat tidak berdiri sendiri (on zelfstanding).
Ad 5): Keterangan terdakwa
• Pasal 189 ayat (1) KUHAP: Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan
di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami
sendiri.
• Keterangan terdakwa saja tidak cukup membuktikan ia bersalah tetapi harus disertai
alat bukti lain.
• Pada alat bukti yang disimpan oleh pengadilan, alat bukti tersebut dapat diambil
oleh pemiliknya apabila alat bukti/barang tersebut merupakan alat vital dalam
menunjang hidup pemiliknya, dengan terlebih dahulu diajukan permintaan tersebut
kepada penyidik, disebut pinjam pakai barang bukti.
KEWENANGAN MENGADILI/ KOMPETENSI MENGADILI
• Pengadilan yang mendapat perkara harus mengetahui kewenangan mengadili, terdiri
dari 2 macam :
1. Kewenangan absolut (dictributier van rechtsmacht)
2. Kewenangan relatif (attibutier van rechtsmacht)
Ad 1): Kewenangan absolut (dictributier van rechtsmacht)
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
19
• Adalah kewenangan yang diberikan berdasarkan kekuatan undang-undang kepada
pengadilan yang tidak sejenis akan tetapi masih termasuk di dalam satu lingkungan
peradilan yang sama.
• Pengadilan yang tidak sejenis misalnya; pengadilan negeri dengan pengadilan
agama.
Ad 2): Kewenangan relatif (attibutier van rechtsmacht)
• Adalah kewenangan yang diberikan berdasarkan kekuatan undang-undang kepada
pengadilan sejenis akan tetapi masih termasuk di dalam satu lingkungan peradilan
yang sama.
• Pengadilan sejenis adalah pengadilan yang sederajat, mempunyai hak dan kewajiban
yang sama, misal; Pengadilan Negeri Bandung dengan Pengadilan Negeri Cianjur.
Sengketa Mengadili (Jurisdictie Geschill)
• Sengketa pengadilan terjadi dalam hal :
1. Bila masing-masing pengadilan sejenis menyatakan tidak berwenang mengadili,
2. Bila masing-masing pengadilan sejenis menyatakan berwenang mengadili.
• Karena itu maka dalam suatu perkara maka mengenai tempat harus jelas.
• Dalam pengadilan, tempat disebut forum.
• Contoh kasus :
Seorang penduduk Jakarta mencuri di Bandung tertangkap di Bogor.
- Forum domisilinya adalah Jakarta.
- Forum komisionisnya adalah Bandung.
- Forum apherensionisnya adalah Bogor.
Pengadilan mana yang berwenang mengadili? Jika pengadilan itu sewilayah hukum
(misal: Jawa Barat), maka yang berwenang adalah Pengadilan Tinggi (missal:
Pengadilan Tinggi Jawa Barat), jika tidak sewilayah hukum maka yang berwenang
adalah Mahkamah Agung.
Dalam perkara pidana maka pembuktian adalah paling penting, sehingga forum
komisionis lebih mudah memperoleh bukti karena itu biasanya kewenangan
mengadili diberikan pertama-tama kepada forum komisionis (Bandung).
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
20
Prejudiciel Geschill
• Adalah sengketa pengadilan yang timbul dari sengketa yang diperiksa dimana
pengadilan yang sedang memeriksa tidak berwenang untuk memutus perkara yang
baru timbul tersebut, sehingga diperlukan pengadilan lain yang berwenang terlebih
dahulu.
• Terjadi ketika pengadilan pidana sedang berjalan diperlukan adanya penetapan dari
pengadilan perdata, sehingga ditempuh terlebih dahulu pengadilan perdata.
• Sengketa yang timbul antara Hakim dan Penuntut Umum.
• Apabila terjadi sengketa antara hakim dan Penuntut Umum, maka pengadilan
mengeluarkan SP3 (Surat Penetapan Penolakan Perkara).
PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
• Asas-asas yang berlaku dalam Hukum Acara Pidana (lebih lengkap lihat dalam
Penjelasan KUHAP), antara lain:
1. Asas persamaan kedudukan (equa!ity),
2. Asas praduga tak bersalah,
3. Asas pengadilan cepat, sederhana, biaya ringan, jujur dan tidak memihak,
4. Asas setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi bantuan hukum,
5. Asas setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberitahu hak-haknya,
6. dll.
• Asas yang harus dilaksanakan oleh hakim (dalam pemeriksaan), antara lain:
1. Asas openbaarheid (keterbukaan),
Asas terbuka untuk umum, kecuali untuk tindak pidana kesusilaan dan kejahatan
anak (akibatnya dapat demi hukum).
2. Asas onmiddalijkheid (kelangsungan), Asas onmiddalijkheid adalah sebuah asas
yang menghendaki bahwa segala sesuatu harus dilakukan secara langsung
(berhubungan secara langsung) baik terdakwa, saksi, Penuntut Umum ataupun
hakim.
Asas ini dapat dikesampingkan, misal, saksi yang seharusnya dihadapkan di
sidang jika tidak bisa dihadapkan (misalnya karena sakit) dapat membuat
keterangan dalam bentuk lain, misal; surat.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
21
Bagi orang tuli/bisu, asas ini tidak berlaku.
Dengan memperhatikan asas ini, hakim wajib menanyakan kepada Penuntut
Umum yaitu:
a. Apakah terdakwa telah dipanggil secara patut atau tidak. Jika pada
pemanggilan pertama dan kedua tidak hadir maka terdakwa harus
didatangkan secara paksa karena keberadaan terdakwa pada persidangan
bersifat “imperatif” (harus ada), hakim tidak bisa memutus tanpa adanya
tcrdakwa, kecuali pada perkara tindak pidana tertentu (peradilan in
absentia).
b. Hakim mencocokkan identitas terdakwa dengan yang telah tercantum dalam
surat dakwaan untuk menghindari kesalahan teknis.
c. Hakim memerintahkan Penuntut Umum untuk membacakan surat dakwaan
dengan berdiri. Jaksa; staandz magistrature. Hakim; attandz magitrature.
d. Menanyakan kepada terdakwa, apakah terdakwa mengerti atas isi dari surat
dakwaan.
e. Hakim menanyakan kepada terdakwa apakah ia melakukan perbuatan yang
didakwakan padanya.
3. Asas oral debat,
Asas ini menghendaki bahwa dalam pemeriksaan di pengadilan terjadi suatu
dialog.
(Ketiga asas ini disebut Triple O).
• Acara pemeriksaan di pengadilan meliputi :
1. Acara pemeriksaan cepat (roll),
2. Acara pemeriksaan singkat,
3. Acara pemeriksaan biasa,
Ad 1): Acara pemeriksaan cepat (roll)
• Terdiri dari:
a. Acara pemeriksaan untuk tindak pidana ringan,
Yaitu perkara yang diancam dengan kurungan/penjara 3 bulan atau denda Rp.
7.500,-, dimana:
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
22
1. Yang menghadapkan terdakwa ke pengadilan adalah penyidik atas kuasa
penuntut umum,
2. Dihadapkan ke pengadilan 3 hari sejak berita acara dibuat,
3. Saksi tidak mengucapkan sumpah,
4. Hakim tunggal.
Ad 2): Acara pemeriksaan singkat
• Dalam acara pemeriksaan singkat:
1. Yang diperiksa adalah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk
pasal 205 KUHAP,
2. Perkara yang menurut Penuntut Umum pembuktian dan penerapan hukumnya
mudah dan sederhana,
3. Dakwaan penuntut umum diberitahukan dengan lisan kepada terdakwa
meskipun biasanya dibuat secara tertulis dengan tidak seperti format surat
dakwaan,
3. Putusan tidak dibuat secara khusus tetapi dibuat dalam berita acara,
Ad 3): Acara pemeriksaan biasa
• Dalam acara pemcriksaan biasa:
1. Yaitu untuk perkara-perkara yang pembuktian dan penerapan hukumnya sulit.
2. Surat dakwaan harus dibuat secara tertulis.
3. Putusannya harus dibuat sccara terperinci seperti pasal 197 KUHAP, yaitu
memuat:
- kepala putusan,
- surat dakwaan,
- pertimbangan,
- alasan,
- ketentuan pidana,
- hal-hal yang meringankan dan memberatkan,
- hari, tanggal musyawarah hakim.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
23
• Tata cara persidangan, antara lain:
Pengadilan Negeri menerima pengajuan perkara, setelah dianggap berwenang
maka Pengadilan Negeri menunjuk Hakim dan menentukan hari sidang.
Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim ketua sidang harus;
- menyatakan sidang terbuka untuk umum,
- menanyakan identitas terdakwa,
- menanyakan kesehatan terdakwa,
- mengingatkan terdakwa tentang segala sesuatu yang akan didengarkan
dalam persidangan,
Penuntut Umum membacakan surat dakwaan.
Hakim menanyakan apakah terdakwa mengerti atau tidak tentang surat
dakwaan. Kalau terdakwa tidak mengerti maka Penuntut Umum harus
menjelaskannya.
Eksepsi oleh penasehat hukum terdakwa dalam hal;
- Pengadilan itu tidak berwenang,
- Dakwaan tidak dapat diterima, misal; delik aduan yang tanpa pengaduan,
- Dalam hal surat dakwaan harus dibatalkan demi hukum, misal karena
obscure libbel.
Tanggapan oleh pcnuntut umum.
Hakim harus mempertimbangkan eksepsi (diterima/tidak), jika tidak diterima
maka perkara dilanjutkan.
Pemeriksaan alat bukti.
Saksi dipanggil seorang demi seorang.
Penuntut umum menyatakan tuntutannya (requisitoir).
Penasehat hukum menyampaikan pembelaan (pleidooi).
Penuntut umum memberikan tanggapan atau pleidooi (replik; jawaban atas
pleidooi).
Duplik oleh penasehat hukum. (Jika sudah puas maka hakim memberikan
putusan).
Penuntut Umum mengajukan triplik (kalau ada)
Penasehat hukum mengajukan quoduplik (kalau ada)
Putusan Hakim.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
24
PUTUSAN
• Putusan pengadilan adalah pernyataan Hakim yang diucapkan dalam sidang
pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala
tuntutan hukum dalam serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
(pasal 1 ayat (22) KUHAP).
• Dasar dari putusan hakun adalah surat dakwaan terakhir, yaitu setelah barangkali
mengalami perubahan atau penambahan selama pemeriksaan perkara dalam sidang.
• Pasal 182 ayat (5) KUHAP, bahwa sedapat mungkin musyawarah majelis
merupakan pemufakatan bulat, kecuali jika hal itu telah diusahakan sungguh-
sungguh tidak dapat dicapai, maka ditempuh dua cara yaitu:
1. Putusan diambil dengan suara terbanyak,
2. Jika yang tersebut diatas tidak diperoleh, maka yang dipakai ialah pendapat
Hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa.
• Terdapat dua jenis putusan:
1. Putusan akhir;
2. Putusan yang bukan puhisan akhir.
Ad l): Putusan akhir
• Meliputi :
a. Bebas dari segala tuntutan (vrijspraak) : (pasal 191 ayat (1) KUHAP). Putusan
bebas berarti perbuatan yang didakwakan tidak terbukti, maka unsurnya pun tidak
ada.
Bisa dilukiskan Tidak bisa dilukiskan
Perbuatan
(bestandeel)
• unsur-unsur
• perbuatan inti
Unsur
(elemen)
Misal pasal 362 KUHP (tindak pidana pencurian)
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
25
- Mengambil barang
milik orang lain
seluruhnya/
sebagian.
- sengaja (opzet) karena tidak
bisa diperagakan
- Melawan hukum
(onrechtmatig)
- Schuld/ kesalahan
b. Lepas dari segala tuntutan (onslag) (pasal 191 ayat (2) KUHAP),
Lepas mengandung arti bahwa perbuatannya terbukti tapi bukan melawan hukum
(unsur tidak terpenuhi), misal; aparat merampas barang orang lain untuk alat bukti,
polisi menembak mati penjahat yang melarikan diri.
c. Penghukuman (veraadeling) (pasal 193 KUHAP),
Penghukuman mengandung arti bahwa perbuatannya terbukti dan juga terdapat
unsur melawan hukum.
ad 2): Putusan yang bukan putusan akhir
• Antara lain meliputi;
- putusan sela (tussen vonnis),
- putusan yang menyatakan Hakim tidak berwenang mengadili,
- putusan yang menyatakan dakwaan jaksa tidak jelas,
- putusan yang menyatakan ne bis in idem.
• Putusan akhir mengakhiri proses pengadilan dalam satu fase.
• Putusan bukan putusan akhir tidak mengakhiri proses pengadilan.
• Kalau ada beberapa terdakwa, maka putusan langsung diberikan meskipun ada yang
tidak hadir (bukan in absentia).
• Putusan adalah sah apabila diucapkan di muka sidang.
• Dalam tindak pidana yang bukan tindak pidana khusus, maka peradilan harus
dihadiri oleh terdakwa, bisa tidak dihadiri oleh terdakwa jika undang-undang
menghendaki.
• Hak terdakwa yang harus diberitahukan adalah (pasal 196 ayat (3) KUHAP):
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
26
1. Hak untuk segera menerima/menolak sebelum melakukan upaya hukum,
2. Hak untuk mempelajari putusan,
3. Hak untuk meminta penangguhan pelaksanaan putusan untuk mengajukan
permohonan grasi. Untuk grasi maka putusan harus sudah berkekuatan tetap dan
dapat dilaksanakan (dieksekusi).
Grasi di bagi 2 macam:
a. Grasi berjalan,
Mcngajukan grasi sambil menjalankan hukuman/ pidana.
b. Grasi duduk,
Mengajukan grasi dengan pelaksanaan pidana ditangguhkan.
4. Hak untuk menggunakan upaya hukum banding,
Ada tidaknya alasan permohonan banding tidak menghentikan pemeriksaan
pengadilan.
5. Hak untuk mcncabut pcmyataan di dalam tenggang waktu yang telah ditetapkan.
• Putusan tetap dapat terjadi apabila:
1. Para pihak menerima pada saat dijatuhkannya putusan,
2. Tenggang waktu untuk mengajukan upaya hukum sudah daluarsa, misal dari 7
hari yang diberikan ia mengajukan di hari ke-8,
3. Pihak yang telah mengajukan upaya hukum mencabut pernyataannya.
• Yang termuat dalam putusan pemidanaan, antara lain:
1. Kepala putusan yang mengandung kalimat yang menyatakan Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Identitas terdakwa secara lengkap,
3. Dakwaannya,
4. Pertimbangan yang disusun secara singkat mengenai fakta dan keadaan yang
disertai dengan alat-alat bukti, guna menyatakan kesalahan terdakwa,
5. Tuntutan pidana harus sesuai dengan apa yang termuat dalam tuntutan Penuntut
Umum,
6. Pasal perundang-undangan yang disangka telah dilanggar, disertai dengan
alasan yang memberatkan dan meringankan,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
27
7. Waktu musyawarah guna mengambil keputusan,
8. Pernyataan tentang kesalahan terdakwa;
alasan penjatuhan pidana,
pernyataan ini telah memuat semua unsur pidana, sehingga kita bisa
menentukan kualifikasi deliknya (bukan pasalnya tetapi dinyatakan
kualifikasinya, misal; pencurian dengan pemberatan).
9. Harus menentukan siapa yang dibebani biaya perkara,
10. Perintah apakah terdakwa segera dibebaskan dari tahanan atau segera
dimasukkan dalam tahanan,
11. Harus menyebutkan hari dan tanggal putusan dan siapa saja yang hadir (Hakim,
Jaksa, Panitera, terdakwa) :
Kalau ada hakim yang tidak hadir karena alasan tetap (misal : meninggal),
maka harus diganti dan dilakukan pemeriksaan ulang (yaitu dengan hanya
membacakan berita acara persidangan sidang-sidang sebelumnya).
Kalau jaksa tidak hadir maka pemeriksaan tidak harus diulang.
Kalau penasihat hukum tidak hadir maka ia melimpahkan haknya (hak
substitusi baik sebagian maupun seluruhnya).
Bila pengganti penasehat hukum tidak datang maka hal ini tidak
menangguhkan putusan.
• Pada putusan yang bukan pemidanaan maka sama sekali tidak memuat :
- tuntutan pidana,
- pasal yang dilanggar (kualifikasi delik),
- tak ada pernyataan mengenai kesalahan.
• Untuk menjatuhkan putusan bebas ataupun lepas harus menyebutkan alasannya.
Apabila diputus dengan putusan bebas/lepas maka terdakwa harus segera
dibebaskan dari tahanan dan biaya perkara ditanggung negara.
• Putusan harus ditandatangani oleh Hakim dan Panitera setelah putusan diucapkan
(merupakan akta otentik).
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
28
• Dalam kenyataannya MA menerima kasasi atas putusan bebas yang dijatuhkan oleh
pengadilan di bawahnya dengan alasan kadang kala pengadilan yang lebih rendah
salah dalam memberikan pertimbangan.
• Terhadap putusan bebas maka terdapat bentuk lain darinya, yaitu antara lain:
1. Putusan bebas murni,
Yaitu bila perbuatan yang didakwakan tidak terbukti.
2. Putusan bebas tidak murni,
Pasal 183 KUHAP; menghendaki 2 alat bukti dan keyakinan hakim, dalam hal
ini maka 2 alat bukti tersebut ada tetapi tidak ada keyakinan hakim (in dubio
proreo).
3. Putusan bebas terselebung.
Karena hakim tidak bisa membedakan apakah untuk suatu perkara diputus
dengan putusan bebas ataukah lepas (hanya melihat hal yang dituduhkan saja
tetapi tidak melihat perbuatan lainnya yang ternyata terbukti).
4. Putusan bebas karena tidak mencapai tujuannya,
Tidak mencapai tujuan pemidanaan, misal; ia harusnya dipidana tapi sudah tua.
• Putusan bebas murni tidak bisa banding dan kasasi.
• Yang melaksanakan putusan adalah Kejaksaan (pasal 270 – 276 KUHAP).
• Selain pidana mati (dalam KUHAP), maka dalam Penetapan Presiden No. 2 Tahun
1964, diatur mengenai tata cara pelaksanaan pidana mati dalam peradilan umum dan
militer, yaitu ditembak, dilaksanakan di suatu tempat di daerah Pengadilan tingkat I
di Lembaga Pemasyarakatan Tentara atau persetujuan antara pengadilan dan pihak
TNI karena penembaknya adalah dari militer (TNI) atau ditentukan lain.
• Pidana denda (pasal 273 KUHAP), diberikan dalam jangka waktu 1 bulan untuk
membayar, dapat diperpanjang paling lama 1 bulan.
• Pidana denda dapat pula dengan subsider pidana kurungan.
• Apabila perkara diputus bebas maka biaya perkara ditanggung oleh negara, namun
apabila putusannya adalah pemidanaan, maka ditanggung oleh terpidana.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
29
• Dalam pelaksanaan putusan (eksekusi) dikenal lembaga pengawasan pelaksanaan
putusan hakim (yaitu hakim pengawas) yang bertugas untuk masa tertentu (2 tahun)
dan diangkat oleh ketua pengadilan (pasal 277 KUHAP).
• Lembaga ini adalah untuk mengawasi apakah putusan itu dijalankan dengan baik
atau tidak.
• Cara memantaunya yaitu dengan jalan menerima laporan dari kepala LP (kalapas),
meskipun seharusnya Hakim Wasmat (Hakim Pengawas dan Pengamat) ini terjun
langsung.
UPAYA HUKUM
• Terdiri dari:
1. Upaya hukum biasa;
a. verzet, b. banding, c. kasasi.
2. Upaya hukum luar biasa;
a. kasasi demi kepentingan hukum, b. peninjauan kembali (PK/Herziening).
Verzet
• Di dalam KUHAP hanya diatur mengenai banding dan kasasi.
• Verzet adalah perlawanan terhadap putusan diluar hadirnya terdakwa (putusan
verstek) yang hanya menyangkut perampasan kemerdekaan terdakwa.
• Verzet diajukan ke pengadilan yang menjatuhkan putusan dalam waktu dan hari
sesudah putusan diberitahukan secara sah kepada terdakwa.
• Akibat diajukannya verzet maka putusan verstek dianggap gugur.
• Pengadilan yang menerima verzet harus menentukan hari sidang.
• Apabila verzet telah diajukan dan putusannya tetap berupa perampasan
kemerdekaan terdakwa, maka terhadap putusan tersebut dapat diajukan banding.
Banding
• Diatur pada pasal 67 KUHAP.
• Tujuan daripada banding ini ada dua :
1. Menguji putusan pengadilan tingkat pertama tentang ketetapannya,
2. Untuk pemeriksaan baru untuk keseluruhan perkara itu.
• Putusan yang bisa diajukan banding adalah:
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
30
- Putusan yang bersifat pemidanaan,
- Putusan yang menyatakan dakwaan batal demi hukum,
- Putusan dalam perkara cepat yang menyangkut perampasan kemerdekaan
terdakwa,
- Putusan pengadilan tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau
penuntutan.
• Putusan yang tidak dapat dimintakan banding adalah:
- Pulusan bebas,
- Putusan lepas.
• Tenggang waktu untuk banding adalah 7 hari setelah putusan itu dijatuhkan.
• Banding diajukan ke Pengadilan Tinggi melalui panitera Pengadilan Negeri yang
memutus putusan yang diajukan banding.
• Memori banding diajukan terdakwa, sedangkan kontra memori banding diajukan
oleh penuntut umum.
• Memori dan kontra memori banding sifalnya dapat diajukan, artinya boleh diajukan
boleh juga tidak.
• Jika dalam 7 hari tidak diajukan banding maka putusan dianggap diterima sehingga
selanjutnya putusan terscbut akan mempunyai kekuatan hukum tetap.
• Putusan tetap adalah putusan yang sudah ditcrima terdakwa atau Penuntut Umum.
• Banding bisa dicabut kembali (hanya 1 kali), setelah itu tidak dapat diajukan
kembali.
• Dalam hal banding telah diperiksa tapi belum diputus, maka banding masih bisa
dicabut tapi biaya perkara dibayar oleh yang mencabut banding tersebut.
• Banding pada hakikatnya adalah untuk memperbaiki putusan, lembaga ini
merupakan suatu kontrol vertikal terhadap pengadilan di bawahnya supaya tercipta
keseragaman dalam penerapan hukum.
• Dalam Hukum Pidana dikenal asas konsesus non opela, yaitu suatu asas yang
menyatakan bahwa pengakuan di awal tidak boleh banding.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
31
Kasasi
• Diatur dalam pasal 224 KUHAP; putusan bebas tidak dapat diajukan kasasi, tetapi
berdasarkan SE bersama MA dan Dep. Kehakiman angka 19 Lampiran Kep.
Menteri Kehakiman No. M-14 pw 07.03 tahun 1983, memberi pedoman tentang
putusan bebas dalam hubungannya dengan banding dan kasasi.
• Pada pasal 67 jo 224 KUHAP; ditetapkan bahwa terhadap putusan bebas tidak dapat
dimintakan banding tapi berdasarkan situasi dan kondisi demi keadilan dan
kebenaran maka terhadap putusan bebas dapat dimintakan kasasi dan hal ini dapat
didasarkan pada yurisprudensi tanggal 15 Desember 1983 tentang kasus
Natanegawa sebagai tonggak sejarahnya bagi KUHAP yang masih baru lahirnya
(UU dikalahkan oleh SE).
• Tujuan daripada kasasi adalah untuk menciptakan kesatuan penerapan hukum
dengan jalan membatalkan putusan yang bertentangan dengan undang-undang atau
keliru dalam menerapkan hukum.
• Tenggang waktu kasasi adalah 14 hari, jika tidak maka sama dengan banding.
• Memori kasasi dan kontra memori kasasi sifatnya wajib.
• Memori kasasi harus memuat alasan-alasan (pasal 253 (l) KUHAP):
1. Apakah benar suatu peraturan hukum itu tidak diterapkan atau diterapkan
sebagaimana mestinya,
2. Apakah cara mengadili tidak sesuai dengan undang-undang,
3. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.
• MA tidak menilai fakta-faktanya seperti yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri
dan Pengadilan Tinggi, tapi hanya mengenai penerapan hukumnya (judex juridis).
• Pengadilan Tinggi merupakan instansi peradilan tingkat terakhir (bukan tingkat ke-
2), karena di pengadilan inilah terakhir fakta-fakta diperiksa (judex factie).
• Terhadap kasasi yang diajukan, maka MA bisa menolak bisa juga mengabulkan
(pasai 255 KUHAP).
Kasasi Demi Kepentingan Hukum
• Kasasi demi kepentingan hukum tidak diatur dalam KUHAP.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
32
• Berbeda dengan kasasi yang diajukan terhadap putusan yang belum tetap dan
diajukan oleh terdakwa ataupun penuntut umum (bisa merugikan terdakwa), maka
kasasi demi kepentingan hukum diajukan terhadap putusan yang sudah tetap dan
diajukan oleh Jaksa Agung (putusan yang diberikan tidak boleh merugikan
tcrdakwa), dalam hal ini tidak ada penasihat hukum karena diajukan oleh Jaksa
Agung dan putusannya nanti pasti tidak akan merugikan terdakwa.
Peninjauan Kembali
• Dasar hukumnya adalah pasal 263 - 269 KUHAP.
• Peninjauan kembali dapat dilakukan terhadap putusan yang telah berkekuatan tetap.
• Yang mengajukan dapat terpidana ataupun ahli warisnya.
• Hal yang bisa dijadikan dasar untuk diajukan peninjauan kembali, antara lain:
1. Apabila terdapat keadaan baru,
2. Apabila terdapat bukti yang bertentangan,
3. Apabila putusan mengandung kekhilafan atau kekeliruan hakim.
SEJARAH PERADILAN DI INDONESIA
• Tahun l596 :
Belanda masuk ke Indonesia.
• Tahun 1839:
Terjadi kodifikasi besar-besaran di negeri Belanda dan terjadilah pembentukan kitab
undang-undang di negeri Belanda.
• Tahun 1848:
Merupakan titik tolak sejarah peradilan di Indonesia, karena mulai tahun tersebut
berlaku asas konkordasi, yakni semua undang-undang yang berlaku di Hindia
Belanda harus sesuai dengan yang berlaku di negeri Belanda.
• Tahun 1848-1942:
Hukum bersifat dualistis; tiap golongan mempunyai pengadilan sendiri-sendiri,
yaitu:
1. Peradilan pemerintah,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
33
Mengadili atas nama Raja Belanda, yang mana Hakimnya diangkat oleh
pemerintah Hindia Belanda), meliputi:
a. Untuk wilayah Jawa dan Madura (golongan Eropa dan golongan Indonesia
asli), meliputi;
- district gerecht,
- regenlschap gerecht,
- landrechter secara lama,
- landraad,
- raad van justitie,
- hoogerecht schap of Nederland Indie.
b. Untuk wilayah luar Jawa dan Madura (golongan Eropa dan golongan
Indonesia asli), meliputi;
- negarij rechtbank,
- district gerecht,
- registsaat gerecht,
- magistraat gcrecht,
- landrechter secara lama,
- landraad,
- raad van justitie,
- hoogerecht schap.
2. Peradilan bumi putera (in heemsche rechtsprach),
Mengadili tidak atas nama Raja Belanda, yang mana Hakimnya ditunjuk oleh
ketertiban adat), melipuli;
a. peradilan swapraja,
b. peradilan adat,
c. peradilan agama,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
34
• Tahun 1942-1945:
Pengadilan yang terdapat pada zaman ini, antara lain:
- guu hooin (= district gerecht),
- ken hooin (= regentschap gerecht),
- keisai hooin (pengadilan kepolisian),
- tihoo hooin (= pengadilan negeri/ landraad),
- suryo hooin (= pengadilan agama),
- kaluyo koutooi hooin (mahkamah Islam tinggi),
- hoo tooi hooin (pengadilan tinggi/ raad van justitie),
- saikoo hooin (mahkamah agung/ hoogerechtschap),
• Tahun 1945 - Tanggal 27 Desember 1949:
Terdapat 2 macam pengadilan, yaitu:
1. Yang terdapat di wilayah RI, antara lain:
- pengadilan kewadanaan,
- pengadilan kabupaten,
- pengadilan negeri,
- pengadilan tinggi,
- mahkamah agung,
- raad agama,
- mahkamah islam tinggi.
2. Yang terdapat di wilayah Indonesia yang diduduki oleh Hindia Belanda, antara
lain :
- landrechter stijkbam,
- appelraad,
- hogerechtschap.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
35
• Tahun 1949 – sekarang :
Berdasarkan UU No. l/Drt/1951, maka di seluruh Indonesia terdapat:
1. Pengadilan Negeri,
2. Pengadilan Tinggi,
3. Mahkamah Agung.
• Keterangan:
Landrechter secara lama adalah pengadilan yang merupakan kekecualian dari sifat
dualisme, karena pengadilan ini mengadili juga perkara-perkara bagi orang Eropa
dan yang disamakan maupun bagi golongan bangsa-bangsa lain.
Adapun yang diadili adalah kejahatan ringan atau pelanggaran-pelanggaran ringan
yang disebut dalam pasal 116 Novies RO. Hukum acaranya terdapat dalam Regeling
Landrecht STBL. l914 No. 31.
Raad van jutiitie (pengadilan sehari-hari bagi golongan Eropa dan yang
dipersamakan). Merupakan pengadilan yang memeriksa perkara-perkara dalam
tingkat ke-2 yaitu mengenai perkara yang sudah diputus oleh landraad yang
dimintakan revisi.
District gerecht berlaku bagi bangsa Indonesia dan hanya perkara yang terdiri dari
perkara pelanggaran yang diancam dengan hukuman denda setinggi-tingginya 3
Gulden kecuali perkara pajak dan cukai negara.
Regentschap (pengadilan sehari-hari bagi golongan Indonesia asli dan yang
dipersamakan).
Hoogerechtschap merupakan pengadilan kasasi.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
36
REFERENSI
Hukum Acara Pidana dalam Praktik, oleh Darwan Prinst, S.H.,
Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, oleh Moch Faisal Salam, S.H., MH.,
Kapita Selekta Hukum Acara Pidana di Indonesia, oleh Hendrastanto Yudowidogdo,
S.H., dkk.,
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana
37