37
HUKUM ACARA PIDANA Dosen Pengajar : 1. A.H Deddy Gadzali, S.H., 2. Lies Silistiani, S.H. DEFINISI DAN PENGERTIAN Hukum Pidana mengatur hubungan antara negara dengan individu (publik). Hukum Pidana dalam arti luas mencakup Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana, sedang dalam arti sempit mencakup Hukum Pidana saja. Hukum Pidana bersifat publik (publiek rechielijk), maksudnya bahwa dalam perkara pidana tidak diserahkan pada individu tetapi oleh negara melalui alat negara (yaitu: polisi, jaksa, dan hakim) dan tidak mengenal perdamaian (arbitrase). Hukum Acara Pidana bersifat publik karena ternyata setiap orang memiliki kepentingan masing-masing. Hukum Acara Pidana melaksanakan Hukum Pidana, yang dimulai dari/ sejak timbulnya sangkaan. Mengenai alat negara di atas, apabila berbicara mengenai fungsi/ tugas/ wewenangnya, maka merupakan bidang kajian HAN, sedangkan mengenai lembaganya maka menjadi bidang kajian bagi HTN. Salah satu tujuan Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari kebenaran materiil/ hakiki/sejati dengan menemukan fakta yang disukung oleh disiplin ilmu lain, yaitu antara lain meliputi: 1. llmu logika, Dengan logika maka dapat menghasilkan asumsi (kesimpulan awal) untuk hipotesa dan untuk selanjutnya penting bagi tahap verifikasi (pembuktian). 2. Psikologi (oleh ahli jiwa), Setiap orang yang diperiksa selalu dalam keadaan tertekan, sedangkan pemeriksaan di bawah tekanan psikologis tidak sah dalam menentukan kebenaran. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana 1

CIC HAPID (Sari Kuliah)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CIC HAPID (Sari Kuliah)

HUKUM ACARA PIDANA

Dosen Pengajar : 1. A.H Deddy Gadzali, S.H.,

2. Lies Silistiani, S.H.

DEFINISI DAN PENGERTIAN

• Hukum Pidana mengatur hubungan antara negara dengan individu (publik).

• Hukum Pidana dalam arti luas mencakup Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana,

sedang dalam arti sempit mencakup Hukum Pidana saja.

• Hukum Pidana bersifat publik (publiek rechielijk), maksudnya bahwa dalam perkara

pidana tidak diserahkan pada individu tetapi oleh negara melalui alat negara (yaitu:

polisi, jaksa, dan hakim) dan tidak mengenal perdamaian (arbitrase).

• Hukum Acara Pidana bersifat publik karena ternyata setiap orang memiliki

kepentingan masing-masing.

• Hukum Acara Pidana melaksanakan Hukum Pidana, yang dimulai dari/ sejak

timbulnya sangkaan.

• Mengenai alat negara di atas, apabila berbicara mengenai fungsi/ tugas/

wewenangnya, maka merupakan bidang kajian HAN, sedangkan mengenai

lembaganya maka menjadi bidang kajian bagi HTN.

• Salah satu tujuan Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari kebenaran materiil/

hakiki/sejati dengan menemukan fakta yang disukung oleh disiplin ilmu lain, yaitu

antara lain meliputi:

1. llmu logika,

Dengan logika maka dapat menghasilkan asumsi (kesimpulan awal) untuk

hipotesa dan untuk selanjutnya penting bagi tahap verifikasi (pembuktian).

2. Psikologi (oleh ahli jiwa),

Setiap orang yang diperiksa selalu dalam keadaan tertekan, sedangkan

pemeriksaan di bawah tekanan psikologis tidak sah dalam menentukan

kebenaran.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

1

Page 2: CIC HAPID (Sari Kuliah)

3. Psikiatri (oleh dokter jiwa),

Bahwa orang sakit jiwa mendapat perlindungan hukum.

4. Ilmu kedokteran kehakiman,

Ilmu ini berguna dalam Hukum Pidana karena tidak semua aparat hukuin

menguasai keahlian dalam mengungkap penyebab-penyebab perkara pidana

yang menyangkut; jiwa, tubuh manusia, kehormatan, kesusilaan.

5. Kriminalistik,

Kriminalistik bukan ilmu yang berdiri sendiri, karena memiliki objek ilmu lain,

yaitu:

• Ilmu sidik jari.

• Ilmu tentang tulisan tangan.

• Ilmu balistik, dll.

6. Kriminologi,

Kriminologi mencari sebab/causa terbaik, yaitu faktor-faktor apa saja yang

menyebabkan tindak pidana dilakukan atau mencari modus/motivasi.

• Definisi Hukum Acara Pidana menurut Simons :

Hukum Acara Pidana adalah Hukum Pidana formil yang mengatur bagaimana

negara dengan menggunakan alat-alatnya, menggunakan haknya untuk menghukum,

dan menjatuhkan hukuman.

• Pendapat ini didukung oleh: J. Mr. Bosh Kemper, yang menyatakan bahwa :

Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan daripada asas-asas dan peraturan undang-

undang menurut mana negara menggunakan hak-haknya untuk menghukum

sementara undang-undang pidana yang dilanggar.

Persamaan antara dua definisi di atas adalah bahwa keduanya menitikberatkan pada

sanksi/penjatuhan pidana, dan menurut sarjana lain bahwa definisi ini tidak memuat

tujuan, dan ada juga pendapat sarjana lain yang menyatakan bahwa putusan hakim

tidak selamanya memberi hukuman.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

2

Page 3: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Menurut J. M. van Bemmelen :

Hukum Acara Pidana adalah sekumpulan ketentuan-ketentuan hukum yang

mengatur cara bagaimana negara bila dihadapkan pada suatu kejadian/keadaan yang

menimbulkan prasangka telah terjadi suatu pelanggaran Hukum Pidana, dengan

perantara alat-alatnya mencari kebenaran, menetapkan di muka dan oleh hakim

suatu keputusan mengenai bagaimana hakim harus memutuskan suatu hal yang

telah terbukti dan bagaimana keputusan itu harus dijalankan.

• Tujuan pokok Hukum Acara Pidana, antara lain :

1. Mencari kebenaran (materiil).

Kebenaran materiil ini dapat diuji kembali, sedangkan kebenaran formil

merupakan kebenaran yang menurut undang-undang dianggap benar (pada

perdata) yang dapat dibuktikan dengan adanya bukti surat.

2. Mendapatkan keputusan.

3. Melaksanakan putusan hakim.

• Dalam Hukum Pidana dikenal dua sistem

(mengenai kedudukan pemeriksa dan yang diperiksa), yaitu:

1. Sistem aquisatoir,

Yaitu dimana kedudukan antara pemeriksa dan yang diperiksa adalah sejajar,

karena itu sekarang kedudukan pemeriksa yang mendakwa adalah negara.

2. Sistem inquisatoir,

Yaitu dimana kedudukan antara pemeriksa dan yang diperiksa adalah tidak

sejajar (yang diperiksa lebih rendah).

• Sistem inquisatoir ini menganggap bahwa yang diperiksa adalah bukan merupakan

subjek, dengan demikian maka yang diperiksa adalah bukan manusia (benda),

sehingga sistem ini dirasa bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM), karena

itu yang dianut dalam KUHP sekarang adalah sistem aquisatoir”.

• Sistem aquisatoir penuh menghendaki bahwa yang diperiksa sejak dari awal sudah

didampingi oleh pcngacara.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

3

Page 4: CIC HAPID (Sari Kuliah)

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

• Meliputi:

Penyidikan (oleh penyidik), Penuntutan (oleh penuntut umum), Persidangan.

Penyidikan

• Dalam UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), bahwa:

- Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai

negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk

melakukan penyidikan.

- Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti

yang terjadi dan guna menemukan tcrsangkanya

- Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyclidik untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur

dalam undang-undang ini.

• Penyidik melakukan pengawetan terhadap barang bukti (conservising maatregeling)

dengan tujuan untuk menjaga agar barang bukti tidak menjadi rusak atau hilang,

karena akan digunakan untuk proses selanjutnya terutama proses pembuktian.

• Mengenai barang bukti terdapat beberapa definisi, yaitu:

- Adalah barang yang digunakan sebagai alat untuk melakukan pidana

(instrumenta delictie), misal: pisau, dsb.

- Adalah barang yang menjadi sasaran tindak pidana (corpora delictie), misal:

mobil, dsb.

- Adalah barang yang dijadikan petunjuk mengenai adanya tindak pidana

(anwijzing in), misal: baju yang berlumuran darah, dsb.

- Adalah barang yang tercipta sebagai hasil kejahatan, contoh: uang palsu, dsb.

• Jika barang buktinya orang maka keterangannya dijadikan/ dibuat berita acara,

adapun macam-macam berita acara, diantaranya (menurut pasal 75 KUHAP, ada 10

macam): pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan, dst.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

4

Page 5: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Penyidik dapat mengetahui adanya tindak pidana, yaitu dari:

- Laporan,

adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau

kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang

telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.

- Pengaduan,

adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada

pejabat yang bcrwenang untuk menindak menurut hukum kepada seseorang yang

telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya.

- Tertangkap tangan;

(1) adalah perbuatan yang dilakukan atau sedang/tengah dilakukan,

(2) adalah perbuatan yang diketahui segera setelah dilakukan, adalah perbuatan

yang segera setelah dilakukan diteriaki oleh khalayak ramai,

(3) adalah perbuatan bila pada diri tersangka (terdapat alat-alat pcrkakas atau

suatu) yang dapat membuktikan atau menunjukkan bahwa ia adalah

pelakunya.

(4) adalah perbuatan bila pada diri tersangka terdapat alat-alat perkakas atau suatu

yang dapat membuktikan atau menunjukan bahwa ia adalah pelakunya.

Belanda hanya menganut angka (1) dan (2).

- Mengetahui sendiri, yaitu jika tertangkap tangannya oleh polisi.

• Penyidik mempunyai wewenang dalam hal:

1. Penangkapan,

2. Penahanan,

Ad l): Penangkapan

• Adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan

tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan

atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam

undang-undang.

• Diatur dalam pasal 16-19 KUHP.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

5

Page 6: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Seseorang dapat ditangkap apabila terdapat bukti permulaan yang cukup (paling

tidak ada saksi korban/saksi yang melihat kejadian/surat) (pasal 17KUHAP).

• Alat bukti berdasarkan pasal 184 KUHAP, antara lain;

a. keterangan saksi,

b. keterangan ahli,

c. surat,

d. petunjuk,

e. keterangan terdakwa.

• Penangkapan dilakukan oleh polisi (dengan surat tugas), harus disertai surat

perintah penangkapan (mencantumkan identitas tersangka dan alasan penangkapan).

• Lamanya penangkapan adalah paling lama satu hari (l x24jam).

• Dengan demikian maka syarat sahnya penangkapan :

1. Bukti permulaan yang cukup,

2. Surat tugas, surat perintah penangkapan,

3. Tembusan,

4. Penangkapan dilakukan selama-lamanya 1 x 24 jam;

• Surat perintah penangkapan harus memuat :

1. Identitas tersangka dengan jelas, misal A bin B.

2. Alasan penangkapan (diuraikan secara singkat mengenai perkaranya).

3. Tempat tersangka diperiksa.

4. Tembusan yang diberikan kepada pihak keluarga.

• Dalam hal tertangkap tangan maka tidak perlu surat penangkapan.

• Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan penangkapan kecuali dalam

hal ia telah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan

itu tanpa alasan yang sah.

Ad 2): Penahanan

• Adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau

penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara

yang diatur dalam undang-undang.

• Diatur dalam pasal20-31 KUHAP.

• Alasan penahanan :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

6

Page 7: CIC HAPID (Sari Kuliah)

1. Alasan subjektif (dilihat dan tersangkanya), Bahwa terdapat bukti yang cukup

dalam hal :

a. tersangka diduga akan melarikan diri,

b. adanya kekhawatiran tersangka akan menghilangkan bukti-bukti.

c. khawatir tersangka akan mengulangi perbuatannya.

3. Alasan objektif (dilihat dari perbuatannya), Hanya pada perbuatan tersebut

diancam 5 tahun/ lebih atau tercantum dalam pasal 21 ayat 4 sub (b).

• Syarat sahnya penahanan antara lain :

1. Kepada tersangka/ terdakwa harus diberikan surat perintah penahanan/ surat

penetapan hakim.

2. Surat penahanan harus memuat identitas jelas, alasan dan uraian singkat

mengenai perkaranya, tempat di mana ia ditahan.

• Jenis-jenis penahanan, antara lain:

1. Penahanan Rumah Tahanan Negara (RUTAN),

2. Penahanan Rumah,

3. Penahanan Kota,

• Penahanan memiliki konsekuensi yaitu mengurangi lamanya vonis yang dijatuhkan,

yaitu :

1. Untuk penahanan rumah tahanan negara adalah dikurangkan seluruhnya.

2. Untuk penahanan rumah adalah 1/3-nya.

3. Untuk penahanan kota adalah 1/5-nya.

• Lamanya waktu penahanan:

1. Oleh penyidik paling lama 20 hari, kemudian dapat diperpanjang oleh Penuntut

Umum paling lama 40 hari.

2. Oleh Penuntut Umum paling lama 20 hari, kemudian dapat diperpanjang oleh

Ketua Pengadilan Negeri paling lama 30 hari.

3. OIeh Hakim Pengadilan Negeri paling lama 30 hari, dapat diperpanjang oleh

Ketua Pengadilan Negeri paling lama 60 hari.

4. Oleh Hakim Pengadilan Tinggi paling lama 30 hari, dapat diperpanjang oleh

Ketua Pengadilan Tinggi paling lama 60 hari.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

7

Page 8: CIC HAPID (Sari Kuliah)

5. Oleh Hakim Agung paling lama 50 hari, dapat diperpanjang oleh Ketua

Mahkamah Agung paling lama 60 hari.

• AIasan perpanjangan penahanan, antara lain:

1. Alasan gangguan fisik/mental yang berat.

2. Apabila ancaman hukumannya adalah 9 tahun atau lebih.

• Penangguhan penahanan dapat dimohonkan kepada pcnyidik dengan atau tanpa

jaminan uang atau jaminan orang dengan sualu alasan yang jelas, dimana besarnya

uang (apabila dengan jaminan uang) adalah sesuai perjanjian dengan melihat

kemampuan penjamin dan dengan suatu kesepakatan. Penangguhan penahanan

mengalihkan jenis tahanan yang diberikan, misal; dari RUTAN menjadi tahanan

kota (pasal 31 KUHAP).

Praperadilan

• Diatur dalam pasal 77 - 83 KUHAP.

• Praperadilan merupakan wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan

memutus sesuai cara yang diatur dalam undang-undang mengenai :

1. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan atas permintaan tersangka atau

keluarga tersangka atau pihak lain atas kuasa tersangka.

2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas

permintaan penyidik atau penuntut umum atau pihak ketiga demi tegaknya

hukum dan peradilan.

3. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarga atau

pihak yang diberi kuasa yang perkaranya dihentikan pada tingkat penyidikan

atau penuntutan.

• Lembaga praperadilan sebagai lembaga pengawas (controlling) terhadap

pelaksanaan peradilan (ini menyangkut HAM).

• Pengadilan Negeri hanya berwenang untuk mensahkan saja tindakan-tindakan

penangkapan, penahanan, penuntutan ataupun ganti rugi.

• Menurut van Bellen, bahwa lembaga penahanan sebagai pedang bermata dua,

dikatakan demikian karena bisa mengenai orang yang bersalah juga orang yang

tidak bersalah.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

8

Page 9: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Lembaga praperadilan inilah sebagai lembaga yang memberi kesempatan untuk

meminta ganti kerugian, dimana yang memberi ganti kerugian adalah negara.

• Objek praperadilan meliputi :

1. Penangkapan dan penahanan yang tidak sah,

2. Penghentian penyidikan (dapat merugikan tersangka),

3. Penghentian penuntutan (hanya penghentian sementara),

4. Rehabilitasi.

• Yang berperkara dalam praperadilan adalah penyidik (termohon) dan tersangka

(pemohon).

• Keluarga berhak mengajukan praperadilan karena keluarga merupakan salah satu

pihak yang diberitahu atas penahanannya seseorang.

• Acara pemeriksaan praperadilan :

1. Dalam 3 hari setelah diterimanya permintaan, Hakim yang ditunjuk harus sudah

menentukan hari sidang.

2. Dilakukan secara cepat, dalam waktu 7 hari harus sudah diputus.

3. Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh Pengadilan Negeri

sedangkan permintaan praperadilan baru diajukan, maka permintaan

praperadilan gugur (bukan batal).

• Apabila ternyata penangkapan tidak sah, maka Hakim harus melepas tersangka,

sedangkan apabila penghentian penyidikan tidak sah, maka Hakim memutus untuk

melanjutkannya.

• Penyidikan dimulai ketika ada sangkaan dan berhenti ketika berkas perkara

diberikan kepada penuntut umum.

PENUNTUTAN

• Pasal 1 ayat (7) KUHAP: Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk

melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya

diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan

• Penuntut bila mendapat berkas perkara dari penyidik, ia harus mempunyai alasan :

1. Perbuatan yang dilakukan tersangka memenuhi rumusan delik,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

9

Page 10: CIC HAPID (Sari Kuliah)

2. Mampu mempertanggungjawabkannya.

• Asas dalam penuntutan, antara lain :

1. Asas opportunitas,

2. Asas Lcgaliteit.

Ad I): Asas opportunitas

• Adalah suatu asas yang menghendaki agar tindak pidana tidak sampai ke pengadilan

yaitu bila ada hal-hal yang menyangkut kepentingan umum yang akan dirugikan.

• Kalau ada perkara yang tidak dituntut (mengenyampingkan perkara) disebut perkara

• yang di-deponeer (acte van depot), seharusnya dituntut tapi tidak dituntut derni

kepentingan umum.

• Apabila suatu perbuatan memenuhi rumusan delik dan tidak ada alasan deponeer

maka harus dituntut.

• Yang berhak men-deponeer hanyalah Jaksa Agung.

Ad 2): Asas Legaliteit

• Adalah suatu asas yang menghendaki bahwa setiap tindak pidana harus dituntut.

• Antara keduanya memiliki kesamaan yaitu bahwa keduanya sama-sama ingin

menuntut perkara.

• Dalam proses penuntutan terdapat istilah prapenuntutan, yaitu dimana penyidik

diminta melengkapi berkas penyidikan, dan dalam waktu 14 hari harus kembali.

• Jika hasil penyidikan belum lengkap maka penuntut umum dapat meminta untuk

melengkapinya paling lama 14 hari, jika sudah lengkap maka dibuat surat dakwaan.

• Cara menyampaikan berkas dari penyidik kepada penuntut umum :

1. Berkas perkara diserahkan kepada Penuntut Umum tanpa alat bukti (dilakukan

jika Penuntut Umum ingin petunjuk),

2. Berkas perkara sudah lengkap berikut alat bukti.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

10

Page 11: CIC HAPID (Sari Kuliah)

Surat Dakwaan

• Surat dakwaan (acte van verwijzing/ acte van dagvaarking) adalah surat yang dibuat

Penuntut Umum yang didasarkan pada penyidikan untuk menuntut tersangka

mengenai perbuatan yang telah dan diperiksa.

• Surat dakwaan merupakan surat penting karena merupakan dasar pemeriksaan

sidang.

• Pada perkara cepat tidak ada surat dakwaan, biasanya dalam sidang mengenai

pelanggaran lalu lintas (misal ; mengenai tilang), maka surat tilang dijadikan

sebagai surat dakwaannya.

• Pada perkara singkat, hanya diberitahukan dalam persidangan (ada pada panitera)

yaitu salinan surat dakwaan.

• Dalam perkara biasa, surat dakwaan harus dibuat.

• Surat dakwaan mengikat semua pihak :

- Mengikat terdakwa, karena terdakwa dituntut hanya sesuai surat dakwaan.

- Mengikat Jaksa, karena Jaksa hanya menuntut sesuai surat dakwaan.

- Mengikat Hakim, karena Hakim memutus sesuai apa yang dituntut dalam surat

dakwaan.

• Pandangan dan posisi hakim, jaksa, pembela dan terdakwa dalam persidangan :

Hakim; pandangan objektif, posisi objektif.

Jaksa; pandangan subjektif, posisi objektif.

Pembela; pandangan objektif, posisi subjektif (karena harus membela kliennya).

Terdakwa; pandangan subjektif, posisi subjektif.

• Kalau surat dakwaan tidak jelas disebut obscure libel/ obscruri libelli, akibat

hukumnya maka dakwaan dapat dibatalkan atau juga batal demi hukum.

• Supaya tidak obscure libel, maka dakwaan harus memenuhi syarat:

1. Syarat formal,

2. Syarat materiil.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

11

Page 12: CIC HAPID (Sari Kuliah)

Ad l): Syarat formal

• Yaitu segala hal menyangkut identitas tersangka.

• Tidak memenuhi syarat formil dapat berakibat dakwaan dapat dibatalkan.

Ad 2): Syarat maleriil

• Yaitu :

a. Perbuatan yang didakwakan (perbuatan konkrit yang dilakukan terdakwa),

b. Waktu dan tempat (kualifikasi delik). Misal ;

- pada tindak pidana pencurian, pencurian dengan pemberatan karena

dilakukan di malam hari,

- Penuntut Umum dengan kalimat luasnya, misal ; antara tanggal x s/d y.

c. Hal-hal yang memberatkan/ meringankan, tetapi kalau tidak ada tidak

membatalkan tuntutan.

• Tidak memenuhi syarat materiil dapat berakibat dakwaan batal demi hukum.

• Bentuk pokok surat dakwaan :

1. Dakwaan Tunggal,

Surat dakwaan dimana di dalam surat dakwaan tersebut hanya didakwakan 1

(satu) pasal pelanggaran. Hal tersebut terjadi karena Penuntut Umum sudah

yakin terhadap apa yang harus didakwakan terhadap tersangka.

2. Dakwaan alternatif (pilihan),

Surat dakwaan dimana Penuntut Umum merasa ragu-ragu karena dari satu

perbuatan dapat melanggar beberapa ketentuan pidana. Misal : dalam pencurian

dan penggelapan, apa yang menjadi niatnya. Cirinya ; dituduhkan secara

berturut-turut, missal ; primer pasal 338 KUHP, subsider pasal 359 KUHP, lebih

subsider 340 KUHP, lebih subsider lagi.... (Urutannya acak). Apabila urutannya

tidak acak, misal sanksinya makin subsider makin berat maka disebut dakwaan

subsider (tidak sama dengan dakwaan alternatif), misal ; primer pasal 359

KUHP, subsider pasal 338 KUHP, lebih subsider pasal 340 KUHP.

3. Dakwaan kumulatif,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

12

Page 13: CIC HAPID (Sari Kuliah)

Surat dakwaan dimana dibuat kalau suatu perbuatan dilakukan, dimana sebelum

sempat dipidana sudah datang lagi dakwaan baru. Cirinya ; ada perbuatan yang

didakwakan seperti, dakwaan I, dakwaan I, dakwaan III dst, dengan waktu yang

berbeda. Dalam hal ini maka setiap dakwaan harus dibuktikan, dan dihukum

berdasarkan apa yang terbukti dengan lama hukuman kumulatif yaitu hukuman

terberat ditambah 1/3-nya.

4. Dakwaan komulatif dan altematif,

Misal :

Dakwaan I Primer pasal 263 (1) KUHP

Subsider pasal 263 (2) KUHP

Dakwaan II Primer pasal 362 KUHP

Subsider pasal 371KUHP.

Maka hanya perlu dibuktikan satu tindak pidana saja dalam setiap dakwaan,

subsidernya saja atau primernya saja, kemudian diambil yang terberat.

• Tiga (3) Jenis perkara dalam pidana :

1. Perkara biasa,

2. Perkara singkat,

3. Perkara ccpat.

• Perubahan dakwaan diajukan 7 hari sebelum persidangan diadakan, perubahan itu

bertujuan :

1. Untuk memperbaiki surat dakwaan.

2. Untuk menghentikan penuntutan, apabila ternyata surat dakwaan yang sudah

disusun tidak memiliki kesesuaian dengan alat bukti.

PEMBUKTIAN

• Pembuktian merupakan bagian yang paling sentral, yang dilakukan oleh Penuntut

Umum yang memberi dalil bahwa seseorang bersalah maka ialah yang harus

dibuktikan.

• Tujuan pembuktian adalah meyakinkan kepada hakim mengenai perbuatan konkrit

yang dilakukan terdakwa yang mengandung unsur pidana (bestaandeel).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

13

Page 14: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Dalam setiap delik terdapat :

bestaandeel, unsur-unsur; perbuatan inti,

element; unsur suatu delik.

• Yang harus dibuktikan adalah bestaandeel

• Berdasarkan pasal 183 KUHAP, maka kita mengenal 2 teori :

1. Suatu perbuatan pidana harus dibuktikan dengan sekurang-kurangnya 2 alat

bukti yang sah dan Hakim harus yakin akan kesalahan terdakwa.

2. Keyakinan Hakim harus didasarkan alat bukti.

• Kedua teori ini saling berhubungan dimana alat bukti meyakinkan Hakim dan

keyakinan Hakim didasarkan alat bukti.

Sistem Pembuktian

• Sistem pembuktian/ bagaimana cara meletakkan pembuktian pada perkara yang

sedang diperiksa, antara lain :

1. Sistem pembuktian conviction in Time,

Menentukan salah tidaknya seseorang terdakwa semata-mata ditentukan oleh

penilaian keyakinan hakim. Mengenai darimana hakim menarik kesimpulan

maka hal itu tidak dipcrsoalkan, sehingga sistem ini banyak mengandung banyak

kelemahan.

2. Sistem pembuktian conviction in raisance,

Faktor keyakinan Hakim dibatasi karena harus ada alasan-alasan yang masuk

akal.

3. Sistem pembuktian positive wellelijk (berdasarkan undang-undang),

Bertolak belakang dengan sistem pembuktian yang berdasarkan keyakinan.

Semata-mata digantungkan pada alat bukti yang sah. Dalam sistem ini maka

keyakinan diabaikan.

4. Sistem yang dianut dalam KUHAP;

Pasal 183 :

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa

suatu tindak pidana benar-bcnar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukannya.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

14

Page 15: CIC HAPID (Sari Kuliah)

Dalam sistem ini maka Hakim terikat oleh 2 alat bukti dan keyakinan, sistem

inilah yang kemudian dinamakan sistem negative wettelijk.

Beban Pembuktian

• Mengenai beban pembuktian (pasal 66 KUHAP), secara implisit menyatakan bahwa

Penuntut Umumlah yang mempunyai beban pembuktian.

• Terdakwa tidak dibebani pembuktian kecuali pada tindak pidana tertentu misanya

pada tindak pidana korupsi (pembuktian terbalik).

• Menurut Prof. Romli; pembuktian terbalik berimbang, karena keduanya mempunyai

beban pembuktian.

• Dalam pembuktian maka :

1. Penuntut umum memiliki daya upaya untuk membuktikan,

2. Terdakwa berhak melemahkan tuntutan (dengan sangkalan, bantahan yang

beralasan, memanggil saksi a de charge atau dengan alibi).

Alat Bukti

• Berdasarkan pasal 184 KUHAP, maka yang menjadi alat bukti adalah :

1. Keterangan saksi,

2. Keterangan ahli,

3. Surat,

4. Petunjuk,

5. Keterangan terdakwa,

Ad I): Keterangan saksi

• Diatur dalam pasal 185 KUHAP.

• Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang dinyatakan oleh saksi didepan

pengadilan.

• Keterangan seorang saksi saja tidak cukup; dikaitkan dengan asas unus testis nullus

testis (satu saksi bukan bukti).

• Alat bukti yang bulat adalah keterangan-keterangan saksi yang kemudian dapat

dirangkai menjadi suatu rangkaian yang bulat (maka dapat diterima).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

15

Page 16: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Saksi mempunyai kewajiban untuk menyampaikan keterangan yang harus ia ketahui

sendiri yang didasarkan :

1. Apa yang ia lihat sendiri,

2. Apa yang ia dengar sendiri,

3. Apa yang ia alami sendiri.

• Keterangan yang ia ketahui dari orang lain bukan merupakan alat bukti, disebut

testimonium de audito.

• Saksi yang pertama diajukan ialah saksi korban dimana ketiga dasar di atas

dipenuhi.

• Keterangan saksi di luar sidang tidak sah tetapi dapat dijadikan pedoman dalam

pembuktian.

• Dalam pembuktian maka hal-hal umum tidak perlu dibuktikan lagi, misal : malam

itu gelap, siang itu terang, api itu panas, dsb., disebut notoire feiten.

• Dalam pemeriksaan perkara pidana, setelah Penuntut Umum membuktikan atau

meyakinkan akan kesalahan terdakwa maka Penasehat Hukum terdakwa diberikan

kesempatan untuk membela kliennya dengan bertanya dan menghadirkan saksi-

saksi yang meringankan (a de charge), sedangkan saksi-saksi yang memberatkan (a

charge) diajukan oleh Penuntut Umum.

• Empat (4) jenis pertanyaan yang tidak boleh ditanyakan oleh pihak Jaksa Penuntut

Umum/ kuasa hukum terdakwa, antara lain;

1. yang bersifat menjerat,

2. yang bersifat mengesahkan,

3. yang bertentangan dengan kesaksian,

4. yang tidak relavan.

Terhadap pertanyaan seperti di atas maka hakim harus menolak pertanyaan tersebut.

• Berdasarkan pasal 185 ayat (6) KUHAP, maka untuk menilai kebenaran keterangan

saksi maka Hakim harus menguji, yaitu berkaitan dengan :

1. Persesuaian keterangan saksi dengan saksi lain,

2. Persesuaian keterangan saksi dengan alat bukti lain,

3. Alasan saksi memberikan keterangan tertentu,

4. Tata cara hidup saksi.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

16

Page 17: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Jika saksi memberikan keterangan yang tidak benar, maka ia akan dituntut atas

sumpah palsu dan dapat dikenakan terhadapnya pasal 242 KUHP.

• Saksi dapat mengundurkan diri dengan kedudukan saksi (saksi relatief on bevoegd)

(pasal 168 KUHAP):

1. Saksi mempunyai hubungan keluarga baik garis lurus ke atas maupun ke bawah,

2. Saksi mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan,

3. Suami/isteri sekalipun mereka pernah bercerai.

• Saksi tersebut di atas boleh menjadi saksi apabila memenuhi syarat; para pihak tidak

berkeberatan, saksi bersedia untuk memberikan keterangan dan bersedia disumpah.

• Terhadap saksi absolute on bevoegd, maka ia boleh didengar tapi tak boleh di

sumpah, yaitu antara lain (pasal 171 KUHAP):

1. Orang yang sakit jiwa/ ingatannya, sekalipun terkadang pikirannya tenang.

2. Anak-anak yang belum cukup umur (15 tahun) atau belum pernah menikah-

Sumpah saksi diatur pada pasal 161 KUHAP.

• Sumpah dapat diambil sebelum dan sesudah ia melakukan kesaksian.

• Sumpah yang dilakukan sebelum melakukan kesaksian disebut sumpah promissoris,

sedangkan sumpah yang diberikan sesudah kesaksian disebut sumpah assertoris.

• Sumpah itu sama dengan janji.

• Ada 2 macam sumpah :

1. Sumpah biasa,

Membacakan apa yang dibacakan oleh hakim bahwa ia akan menerangkan yang

sebenarnya dan tidak lain dari yang sebenarnya.

2. Sumpah berat,

Menurut ketentuan agamanya, misal; di Islam (RI) dikenal sumpah pocong.

• Staatblad 1920 No. 69; peraturan tentang sumpah, dimana saksi dalam bersumpah

disampaikan sesuai dengan ketentuan agama. Untuk penganut Protestan maka

agama melarang untuk bersumpah.

• Saksi yang menolak sumpah (pasal 161 ayat (2)), Hakim harus tetap menilai

keterangan saksi sebagai keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim (pada

dasarnya bukan alat bukti yang sah).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

17

Page 18: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Terhadap saksi yang menolak sumpah dapat dikenai sandera di Rutan paling lama

14 (empat belas) hari dengan melalui penetapan pengadilan.

• Dengan demikian maka saksi dapat tidak disumpah apabila :

1. Saksi menolak memberi sumpah,

2. Saksi tidak hadir (dapat dibacakan),

3. Karena saksi relatif,

4. Karena saksi absolut.

• Semua keterangan saksi yang tidak dengan sumpah harus tidak dijadikan alat bukti

yang sah meskipun ada persesuaian, maka tidak mempunyai nilai pembuktian tetapi

dapat digunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah yang oleh Hakim dijadikan

petunjuk yang dapat menambah keyakinan hakim (petunjuk tidak dapat berdiri

sendiri).

• Dengan demikian maka agar suatu keterangan saksi menjadi alat bukti yang sah

maka harus memenuhi syarat :

1. Saksi harus memberi keterangan berdasarkan sumpah,

2. Saksi hanya memberikan keterangan yang ia lihat, ia dengar dan ia alami

sendiri.

• Saksi mahkota ialah saksi yang menjadi terdakwa dalam perkara lain yang dipisah

(di-split), misal; dalam suatu perkara maka yang menjadi terdakwa adalah A, B dan

C, tetapi dalam perkara A, maka B dan C sendiri yang menjadi saksi, maka di sini

yang menjadi saksi mahkota adalah B dan C.

Ad 2): Keterangan ahli

• Pasal 186 KUHAP: Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang

pengadilan.

Ad 3): Surat

• Diatur dalam pasal 187 KUHAP

• Dalam pidana dikenal visum et repertum (surat dokter kehakiman).

• Apabila doktemya menghadap di persidangan maka ia menjadi saksi ahli.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

18

Page 19: CIC HAPID (Sari Kuliah)

Ad 4): Petunjuk

• Pasal 188 ayat (2) KUHAP: Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang

karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan

tindak pidana itu scndiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan

siapa pelakunya.

• Petunjuk tersebut hanya dapat diperoleh dari:

1. Keterangan saksi,

2. Surat,

3. Keterangan terdakwa.

• Petunjuk bersifat tidak berdiri sendiri (on zelfstanding).

Ad 5): Keterangan terdakwa

• Pasal 189 ayat (1) KUHAP: Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan

di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami

sendiri.

• Keterangan terdakwa saja tidak cukup membuktikan ia bersalah tetapi harus disertai

alat bukti lain.

• Pada alat bukti yang disimpan oleh pengadilan, alat bukti tersebut dapat diambil

oleh pemiliknya apabila alat bukti/barang tersebut merupakan alat vital dalam

menunjang hidup pemiliknya, dengan terlebih dahulu diajukan permintaan tersebut

kepada penyidik, disebut pinjam pakai barang bukti.

KEWENANGAN MENGADILI/ KOMPETENSI MENGADILI

• Pengadilan yang mendapat perkara harus mengetahui kewenangan mengadili, terdiri

dari 2 macam :

1. Kewenangan absolut (dictributier van rechtsmacht)

2. Kewenangan relatif (attibutier van rechtsmacht)

Ad 1): Kewenangan absolut (dictributier van rechtsmacht)

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

19

Page 20: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Adalah kewenangan yang diberikan berdasarkan kekuatan undang-undang kepada

pengadilan yang tidak sejenis akan tetapi masih termasuk di dalam satu lingkungan

peradilan yang sama.

• Pengadilan yang tidak sejenis misalnya; pengadilan negeri dengan pengadilan

agama.

Ad 2): Kewenangan relatif (attibutier van rechtsmacht)

• Adalah kewenangan yang diberikan berdasarkan kekuatan undang-undang kepada

pengadilan sejenis akan tetapi masih termasuk di dalam satu lingkungan peradilan

yang sama.

• Pengadilan sejenis adalah pengadilan yang sederajat, mempunyai hak dan kewajiban

yang sama, misal; Pengadilan Negeri Bandung dengan Pengadilan Negeri Cianjur.

Sengketa Mengadili (Jurisdictie Geschill)

• Sengketa pengadilan terjadi dalam hal :

1. Bila masing-masing pengadilan sejenis menyatakan tidak berwenang mengadili,

2. Bila masing-masing pengadilan sejenis menyatakan berwenang mengadili.

• Karena itu maka dalam suatu perkara maka mengenai tempat harus jelas.

• Dalam pengadilan, tempat disebut forum.

• Contoh kasus :

Seorang penduduk Jakarta mencuri di Bandung tertangkap di Bogor.

- Forum domisilinya adalah Jakarta.

- Forum komisionisnya adalah Bandung.

- Forum apherensionisnya adalah Bogor.

Pengadilan mana yang berwenang mengadili? Jika pengadilan itu sewilayah hukum

(misal: Jawa Barat), maka yang berwenang adalah Pengadilan Tinggi (missal:

Pengadilan Tinggi Jawa Barat), jika tidak sewilayah hukum maka yang berwenang

adalah Mahkamah Agung.

Dalam perkara pidana maka pembuktian adalah paling penting, sehingga forum

komisionis lebih mudah memperoleh bukti karena itu biasanya kewenangan

mengadili diberikan pertama-tama kepada forum komisionis (Bandung).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

20

Page 21: CIC HAPID (Sari Kuliah)

Prejudiciel Geschill

• Adalah sengketa pengadilan yang timbul dari sengketa yang diperiksa dimana

pengadilan yang sedang memeriksa tidak berwenang untuk memutus perkara yang

baru timbul tersebut, sehingga diperlukan pengadilan lain yang berwenang terlebih

dahulu.

• Terjadi ketika pengadilan pidana sedang berjalan diperlukan adanya penetapan dari

pengadilan perdata, sehingga ditempuh terlebih dahulu pengadilan perdata.

• Sengketa yang timbul antara Hakim dan Penuntut Umum.

• Apabila terjadi sengketa antara hakim dan Penuntut Umum, maka pengadilan

mengeluarkan SP3 (Surat Penetapan Penolakan Perkara).

PEMERIKSAAN PERSIDANGAN

• Asas-asas yang berlaku dalam Hukum Acara Pidana (lebih lengkap lihat dalam

Penjelasan KUHAP), antara lain:

1. Asas persamaan kedudukan (equa!ity),

2. Asas praduga tak bersalah,

3. Asas pengadilan cepat, sederhana, biaya ringan, jujur dan tidak memihak,

4. Asas setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi bantuan hukum,

5. Asas setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberitahu hak-haknya,

6. dll.

• Asas yang harus dilaksanakan oleh hakim (dalam pemeriksaan), antara lain:

1. Asas openbaarheid (keterbukaan),

Asas terbuka untuk umum, kecuali untuk tindak pidana kesusilaan dan kejahatan

anak (akibatnya dapat demi hukum).

2. Asas onmiddalijkheid (kelangsungan), Asas onmiddalijkheid adalah sebuah asas

yang menghendaki bahwa segala sesuatu harus dilakukan secara langsung

(berhubungan secara langsung) baik terdakwa, saksi, Penuntut Umum ataupun

hakim.

Asas ini dapat dikesampingkan, misal, saksi yang seharusnya dihadapkan di

sidang jika tidak bisa dihadapkan (misalnya karena sakit) dapat membuat

keterangan dalam bentuk lain, misal; surat.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

21

Page 22: CIC HAPID (Sari Kuliah)

Bagi orang tuli/bisu, asas ini tidak berlaku.

Dengan memperhatikan asas ini, hakim wajib menanyakan kepada Penuntut

Umum yaitu:

a. Apakah terdakwa telah dipanggil secara patut atau tidak. Jika pada

pemanggilan pertama dan kedua tidak hadir maka terdakwa harus

didatangkan secara paksa karena keberadaan terdakwa pada persidangan

bersifat “imperatif” (harus ada), hakim tidak bisa memutus tanpa adanya

tcrdakwa, kecuali pada perkara tindak pidana tertentu (peradilan in

absentia).

b. Hakim mencocokkan identitas terdakwa dengan yang telah tercantum dalam

surat dakwaan untuk menghindari kesalahan teknis.

c. Hakim memerintahkan Penuntut Umum untuk membacakan surat dakwaan

dengan berdiri. Jaksa; staandz magistrature. Hakim; attandz magitrature.

d. Menanyakan kepada terdakwa, apakah terdakwa mengerti atas isi dari surat

dakwaan.

e. Hakim menanyakan kepada terdakwa apakah ia melakukan perbuatan yang

didakwakan padanya.

3. Asas oral debat,

Asas ini menghendaki bahwa dalam pemeriksaan di pengadilan terjadi suatu

dialog.

(Ketiga asas ini disebut Triple O).

• Acara pemeriksaan di pengadilan meliputi :

1. Acara pemeriksaan cepat (roll),

2. Acara pemeriksaan singkat,

3. Acara pemeriksaan biasa,

Ad 1): Acara pemeriksaan cepat (roll)

• Terdiri dari:

a. Acara pemeriksaan untuk tindak pidana ringan,

Yaitu perkara yang diancam dengan kurungan/penjara 3 bulan atau denda Rp.

7.500,-, dimana:

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

22

Page 23: CIC HAPID (Sari Kuliah)

1. Yang menghadapkan terdakwa ke pengadilan adalah penyidik atas kuasa

penuntut umum,

2. Dihadapkan ke pengadilan 3 hari sejak berita acara dibuat,

3. Saksi tidak mengucapkan sumpah,

4. Hakim tunggal.

Ad 2): Acara pemeriksaan singkat

• Dalam acara pemeriksaan singkat:

1. Yang diperiksa adalah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk

pasal 205 KUHAP,

2. Perkara yang menurut Penuntut Umum pembuktian dan penerapan hukumnya

mudah dan sederhana,

3. Dakwaan penuntut umum diberitahukan dengan lisan kepada terdakwa

meskipun biasanya dibuat secara tertulis dengan tidak seperti format surat

dakwaan,

3. Putusan tidak dibuat secara khusus tetapi dibuat dalam berita acara,

Ad 3): Acara pemeriksaan biasa

• Dalam acara pemcriksaan biasa:

1. Yaitu untuk perkara-perkara yang pembuktian dan penerapan hukumnya sulit.

2. Surat dakwaan harus dibuat secara tertulis.

3. Putusannya harus dibuat sccara terperinci seperti pasal 197 KUHAP, yaitu

memuat:

- kepala putusan,

- surat dakwaan,

- pertimbangan,

- alasan,

- ketentuan pidana,

- hal-hal yang meringankan dan memberatkan,

- hari, tanggal musyawarah hakim.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

23

Page 24: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Tata cara persidangan, antara lain:

Pengadilan Negeri menerima pengajuan perkara, setelah dianggap berwenang

maka Pengadilan Negeri menunjuk Hakim dan menentukan hari sidang.

Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim ketua sidang harus;

- menyatakan sidang terbuka untuk umum,

- menanyakan identitas terdakwa,

- menanyakan kesehatan terdakwa,

- mengingatkan terdakwa tentang segala sesuatu yang akan didengarkan

dalam persidangan,

Penuntut Umum membacakan surat dakwaan.

Hakim menanyakan apakah terdakwa mengerti atau tidak tentang surat

dakwaan. Kalau terdakwa tidak mengerti maka Penuntut Umum harus

menjelaskannya.

Eksepsi oleh penasehat hukum terdakwa dalam hal;

- Pengadilan itu tidak berwenang,

- Dakwaan tidak dapat diterima, misal; delik aduan yang tanpa pengaduan,

- Dalam hal surat dakwaan harus dibatalkan demi hukum, misal karena

obscure libbel.

Tanggapan oleh pcnuntut umum.

Hakim harus mempertimbangkan eksepsi (diterima/tidak), jika tidak diterima

maka perkara dilanjutkan.

Pemeriksaan alat bukti.

Saksi dipanggil seorang demi seorang.

Penuntut umum menyatakan tuntutannya (requisitoir).

Penasehat hukum menyampaikan pembelaan (pleidooi).

Penuntut umum memberikan tanggapan atau pleidooi (replik; jawaban atas

pleidooi).

Duplik oleh penasehat hukum. (Jika sudah puas maka hakim memberikan

putusan).

Penuntut Umum mengajukan triplik (kalau ada)

Penasehat hukum mengajukan quoduplik (kalau ada)

Putusan Hakim.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

24

Page 25: CIC HAPID (Sari Kuliah)

PUTUSAN

• Putusan pengadilan adalah pernyataan Hakim yang diucapkan dalam sidang

pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala

tuntutan hukum dalam serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini

(pasal 1 ayat (22) KUHAP).

• Dasar dari putusan hakun adalah surat dakwaan terakhir, yaitu setelah barangkali

mengalami perubahan atau penambahan selama pemeriksaan perkara dalam sidang.

• Pasal 182 ayat (5) KUHAP, bahwa sedapat mungkin musyawarah majelis

merupakan pemufakatan bulat, kecuali jika hal itu telah diusahakan sungguh-

sungguh tidak dapat dicapai, maka ditempuh dua cara yaitu:

1. Putusan diambil dengan suara terbanyak,

2. Jika yang tersebut diatas tidak diperoleh, maka yang dipakai ialah pendapat

Hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa.

• Terdapat dua jenis putusan:

1. Putusan akhir;

2. Putusan yang bukan puhisan akhir.

Ad l): Putusan akhir

• Meliputi :

a. Bebas dari segala tuntutan (vrijspraak) : (pasal 191 ayat (1) KUHAP). Putusan

bebas berarti perbuatan yang didakwakan tidak terbukti, maka unsurnya pun tidak

ada.

Bisa dilukiskan Tidak bisa dilukiskan

Perbuatan

(bestandeel)

• unsur-unsur

• perbuatan inti

Unsur

(elemen)

Misal pasal 362 KUHP (tindak pidana pencurian)

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

25

Page 26: CIC HAPID (Sari Kuliah)

- Mengambil barang

milik orang lain

seluruhnya/

sebagian.

- sengaja (opzet) karena tidak

bisa diperagakan

- Melawan hukum

(onrechtmatig)

- Schuld/ kesalahan

b. Lepas dari segala tuntutan (onslag) (pasal 191 ayat (2) KUHAP),

Lepas mengandung arti bahwa perbuatannya terbukti tapi bukan melawan hukum

(unsur tidak terpenuhi), misal; aparat merampas barang orang lain untuk alat bukti,

polisi menembak mati penjahat yang melarikan diri.

c. Penghukuman (veraadeling) (pasal 193 KUHAP),

Penghukuman mengandung arti bahwa perbuatannya terbukti dan juga terdapat

unsur melawan hukum.

ad 2): Putusan yang bukan putusan akhir

• Antara lain meliputi;

- putusan sela (tussen vonnis),

- putusan yang menyatakan Hakim tidak berwenang mengadili,

- putusan yang menyatakan dakwaan jaksa tidak jelas,

- putusan yang menyatakan ne bis in idem.

• Putusan akhir mengakhiri proses pengadilan dalam satu fase.

• Putusan bukan putusan akhir tidak mengakhiri proses pengadilan.

• Kalau ada beberapa terdakwa, maka putusan langsung diberikan meskipun ada yang

tidak hadir (bukan in absentia).

• Putusan adalah sah apabila diucapkan di muka sidang.

• Dalam tindak pidana yang bukan tindak pidana khusus, maka peradilan harus

dihadiri oleh terdakwa, bisa tidak dihadiri oleh terdakwa jika undang-undang

menghendaki.

• Hak terdakwa yang harus diberitahukan adalah (pasal 196 ayat (3) KUHAP):

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

26

Page 27: CIC HAPID (Sari Kuliah)

1. Hak untuk segera menerima/menolak sebelum melakukan upaya hukum,

2. Hak untuk mempelajari putusan,

3. Hak untuk meminta penangguhan pelaksanaan putusan untuk mengajukan

permohonan grasi. Untuk grasi maka putusan harus sudah berkekuatan tetap dan

dapat dilaksanakan (dieksekusi).

Grasi di bagi 2 macam:

a. Grasi berjalan,

Mcngajukan grasi sambil menjalankan hukuman/ pidana.

b. Grasi duduk,

Mengajukan grasi dengan pelaksanaan pidana ditangguhkan.

4. Hak untuk menggunakan upaya hukum banding,

Ada tidaknya alasan permohonan banding tidak menghentikan pemeriksaan

pengadilan.

5. Hak untuk mcncabut pcmyataan di dalam tenggang waktu yang telah ditetapkan.

• Putusan tetap dapat terjadi apabila:

1. Para pihak menerima pada saat dijatuhkannya putusan,

2. Tenggang waktu untuk mengajukan upaya hukum sudah daluarsa, misal dari 7

hari yang diberikan ia mengajukan di hari ke-8,

3. Pihak yang telah mengajukan upaya hukum mencabut pernyataannya.

• Yang termuat dalam putusan pemidanaan, antara lain:

1. Kepala putusan yang mengandung kalimat yang menyatakan Demi Keadilan

Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,

2. Identitas terdakwa secara lengkap,

3. Dakwaannya,

4. Pertimbangan yang disusun secara singkat mengenai fakta dan keadaan yang

disertai dengan alat-alat bukti, guna menyatakan kesalahan terdakwa,

5. Tuntutan pidana harus sesuai dengan apa yang termuat dalam tuntutan Penuntut

Umum,

6. Pasal perundang-undangan yang disangka telah dilanggar, disertai dengan

alasan yang memberatkan dan meringankan,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

27

Page 28: CIC HAPID (Sari Kuliah)

7. Waktu musyawarah guna mengambil keputusan,

8. Pernyataan tentang kesalahan terdakwa;

alasan penjatuhan pidana,

pernyataan ini telah memuat semua unsur pidana, sehingga kita bisa

menentukan kualifikasi deliknya (bukan pasalnya tetapi dinyatakan

kualifikasinya, misal; pencurian dengan pemberatan).

9. Harus menentukan siapa yang dibebani biaya perkara,

10. Perintah apakah terdakwa segera dibebaskan dari tahanan atau segera

dimasukkan dalam tahanan,

11. Harus menyebutkan hari dan tanggal putusan dan siapa saja yang hadir (Hakim,

Jaksa, Panitera, terdakwa) :

Kalau ada hakim yang tidak hadir karena alasan tetap (misal : meninggal),

maka harus diganti dan dilakukan pemeriksaan ulang (yaitu dengan hanya

membacakan berita acara persidangan sidang-sidang sebelumnya).

Kalau jaksa tidak hadir maka pemeriksaan tidak harus diulang.

Kalau penasihat hukum tidak hadir maka ia melimpahkan haknya (hak

substitusi baik sebagian maupun seluruhnya).

Bila pengganti penasehat hukum tidak datang maka hal ini tidak

menangguhkan putusan.

• Pada putusan yang bukan pemidanaan maka sama sekali tidak memuat :

- tuntutan pidana,

- pasal yang dilanggar (kualifikasi delik),

- tak ada pernyataan mengenai kesalahan.

• Untuk menjatuhkan putusan bebas ataupun lepas harus menyebutkan alasannya.

Apabila diputus dengan putusan bebas/lepas maka terdakwa harus segera

dibebaskan dari tahanan dan biaya perkara ditanggung negara.

• Putusan harus ditandatangani oleh Hakim dan Panitera setelah putusan diucapkan

(merupakan akta otentik).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

28

Page 29: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Dalam kenyataannya MA menerima kasasi atas putusan bebas yang dijatuhkan oleh

pengadilan di bawahnya dengan alasan kadang kala pengadilan yang lebih rendah

salah dalam memberikan pertimbangan.

• Terhadap putusan bebas maka terdapat bentuk lain darinya, yaitu antara lain:

1. Putusan bebas murni,

Yaitu bila perbuatan yang didakwakan tidak terbukti.

2. Putusan bebas tidak murni,

Pasal 183 KUHAP; menghendaki 2 alat bukti dan keyakinan hakim, dalam hal

ini maka 2 alat bukti tersebut ada tetapi tidak ada keyakinan hakim (in dubio

proreo).

3. Putusan bebas terselebung.

Karena hakim tidak bisa membedakan apakah untuk suatu perkara diputus

dengan putusan bebas ataukah lepas (hanya melihat hal yang dituduhkan saja

tetapi tidak melihat perbuatan lainnya yang ternyata terbukti).

4. Putusan bebas karena tidak mencapai tujuannya,

Tidak mencapai tujuan pemidanaan, misal; ia harusnya dipidana tapi sudah tua.

• Putusan bebas murni tidak bisa banding dan kasasi.

• Yang melaksanakan putusan adalah Kejaksaan (pasal 270 – 276 KUHAP).

• Selain pidana mati (dalam KUHAP), maka dalam Penetapan Presiden No. 2 Tahun

1964, diatur mengenai tata cara pelaksanaan pidana mati dalam peradilan umum dan

militer, yaitu ditembak, dilaksanakan di suatu tempat di daerah Pengadilan tingkat I

di Lembaga Pemasyarakatan Tentara atau persetujuan antara pengadilan dan pihak

TNI karena penembaknya adalah dari militer (TNI) atau ditentukan lain.

• Pidana denda (pasal 273 KUHAP), diberikan dalam jangka waktu 1 bulan untuk

membayar, dapat diperpanjang paling lama 1 bulan.

• Pidana denda dapat pula dengan subsider pidana kurungan.

• Apabila perkara diputus bebas maka biaya perkara ditanggung oleh negara, namun

apabila putusannya adalah pemidanaan, maka ditanggung oleh terpidana.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

29

Page 30: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Dalam pelaksanaan putusan (eksekusi) dikenal lembaga pengawasan pelaksanaan

putusan hakim (yaitu hakim pengawas) yang bertugas untuk masa tertentu (2 tahun)

dan diangkat oleh ketua pengadilan (pasal 277 KUHAP).

• Lembaga ini adalah untuk mengawasi apakah putusan itu dijalankan dengan baik

atau tidak.

• Cara memantaunya yaitu dengan jalan menerima laporan dari kepala LP (kalapas),

meskipun seharusnya Hakim Wasmat (Hakim Pengawas dan Pengamat) ini terjun

langsung.

UPAYA HUKUM

• Terdiri dari:

1. Upaya hukum biasa;

a. verzet, b. banding, c. kasasi.

2. Upaya hukum luar biasa;

a. kasasi demi kepentingan hukum, b. peninjauan kembali (PK/Herziening).

Verzet

• Di dalam KUHAP hanya diatur mengenai banding dan kasasi.

• Verzet adalah perlawanan terhadap putusan diluar hadirnya terdakwa (putusan

verstek) yang hanya menyangkut perampasan kemerdekaan terdakwa.

• Verzet diajukan ke pengadilan yang menjatuhkan putusan dalam waktu dan hari

sesudah putusan diberitahukan secara sah kepada terdakwa.

• Akibat diajukannya verzet maka putusan verstek dianggap gugur.

• Pengadilan yang menerima verzet harus menentukan hari sidang.

• Apabila verzet telah diajukan dan putusannya tetap berupa perampasan

kemerdekaan terdakwa, maka terhadap putusan tersebut dapat diajukan banding.

Banding

• Diatur pada pasal 67 KUHAP.

• Tujuan daripada banding ini ada dua :

1. Menguji putusan pengadilan tingkat pertama tentang ketetapannya,

2. Untuk pemeriksaan baru untuk keseluruhan perkara itu.

• Putusan yang bisa diajukan banding adalah:

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

30

Page 31: CIC HAPID (Sari Kuliah)

- Putusan yang bersifat pemidanaan,

- Putusan yang menyatakan dakwaan batal demi hukum,

- Putusan dalam perkara cepat yang menyangkut perampasan kemerdekaan

terdakwa,

- Putusan pengadilan tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau

penuntutan.

• Putusan yang tidak dapat dimintakan banding adalah:

- Pulusan bebas,

- Putusan lepas.

• Tenggang waktu untuk banding adalah 7 hari setelah putusan itu dijatuhkan.

• Banding diajukan ke Pengadilan Tinggi melalui panitera Pengadilan Negeri yang

memutus putusan yang diajukan banding.

• Memori banding diajukan terdakwa, sedangkan kontra memori banding diajukan

oleh penuntut umum.

• Memori dan kontra memori banding sifalnya dapat diajukan, artinya boleh diajukan

boleh juga tidak.

• Jika dalam 7 hari tidak diajukan banding maka putusan dianggap diterima sehingga

selanjutnya putusan terscbut akan mempunyai kekuatan hukum tetap.

• Putusan tetap adalah putusan yang sudah ditcrima terdakwa atau Penuntut Umum.

• Banding bisa dicabut kembali (hanya 1 kali), setelah itu tidak dapat diajukan

kembali.

• Dalam hal banding telah diperiksa tapi belum diputus, maka banding masih bisa

dicabut tapi biaya perkara dibayar oleh yang mencabut banding tersebut.

• Banding pada hakikatnya adalah untuk memperbaiki putusan, lembaga ini

merupakan suatu kontrol vertikal terhadap pengadilan di bawahnya supaya tercipta

keseragaman dalam penerapan hukum.

• Dalam Hukum Pidana dikenal asas konsesus non opela, yaitu suatu asas yang

menyatakan bahwa pengakuan di awal tidak boleh banding.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

31

Page 32: CIC HAPID (Sari Kuliah)

Kasasi

• Diatur dalam pasal 224 KUHAP; putusan bebas tidak dapat diajukan kasasi, tetapi

berdasarkan SE bersama MA dan Dep. Kehakiman angka 19 Lampiran Kep.

Menteri Kehakiman No. M-14 pw 07.03 tahun 1983, memberi pedoman tentang

putusan bebas dalam hubungannya dengan banding dan kasasi.

• Pada pasal 67 jo 224 KUHAP; ditetapkan bahwa terhadap putusan bebas tidak dapat

dimintakan banding tapi berdasarkan situasi dan kondisi demi keadilan dan

kebenaran maka terhadap putusan bebas dapat dimintakan kasasi dan hal ini dapat

didasarkan pada yurisprudensi tanggal 15 Desember 1983 tentang kasus

Natanegawa sebagai tonggak sejarahnya bagi KUHAP yang masih baru lahirnya

(UU dikalahkan oleh SE).

• Tujuan daripada kasasi adalah untuk menciptakan kesatuan penerapan hukum

dengan jalan membatalkan putusan yang bertentangan dengan undang-undang atau

keliru dalam menerapkan hukum.

• Tenggang waktu kasasi adalah 14 hari, jika tidak maka sama dengan banding.

• Memori kasasi dan kontra memori kasasi sifatnya wajib.

• Memori kasasi harus memuat alasan-alasan (pasal 253 (l) KUHAP):

1. Apakah benar suatu peraturan hukum itu tidak diterapkan atau diterapkan

sebagaimana mestinya,

2. Apakah cara mengadili tidak sesuai dengan undang-undang,

3. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.

• MA tidak menilai fakta-faktanya seperti yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri

dan Pengadilan Tinggi, tapi hanya mengenai penerapan hukumnya (judex juridis).

• Pengadilan Tinggi merupakan instansi peradilan tingkat terakhir (bukan tingkat ke-

2), karena di pengadilan inilah terakhir fakta-fakta diperiksa (judex factie).

• Terhadap kasasi yang diajukan, maka MA bisa menolak bisa juga mengabulkan

(pasai 255 KUHAP).

Kasasi Demi Kepentingan Hukum

• Kasasi demi kepentingan hukum tidak diatur dalam KUHAP.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

32

Page 33: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Berbeda dengan kasasi yang diajukan terhadap putusan yang belum tetap dan

diajukan oleh terdakwa ataupun penuntut umum (bisa merugikan terdakwa), maka

kasasi demi kepentingan hukum diajukan terhadap putusan yang sudah tetap dan

diajukan oleh Jaksa Agung (putusan yang diberikan tidak boleh merugikan

tcrdakwa), dalam hal ini tidak ada penasihat hukum karena diajukan oleh Jaksa

Agung dan putusannya nanti pasti tidak akan merugikan terdakwa.

Peninjauan Kembali

• Dasar hukumnya adalah pasal 263 - 269 KUHAP.

• Peninjauan kembali dapat dilakukan terhadap putusan yang telah berkekuatan tetap.

• Yang mengajukan dapat terpidana ataupun ahli warisnya.

• Hal yang bisa dijadikan dasar untuk diajukan peninjauan kembali, antara lain:

1. Apabila terdapat keadaan baru,

2. Apabila terdapat bukti yang bertentangan,

3. Apabila putusan mengandung kekhilafan atau kekeliruan hakim.

SEJARAH PERADILAN DI INDONESIA

• Tahun l596 :

Belanda masuk ke Indonesia.

• Tahun 1839:

Terjadi kodifikasi besar-besaran di negeri Belanda dan terjadilah pembentukan kitab

undang-undang di negeri Belanda.

• Tahun 1848:

Merupakan titik tolak sejarah peradilan di Indonesia, karena mulai tahun tersebut

berlaku asas konkordasi, yakni semua undang-undang yang berlaku di Hindia

Belanda harus sesuai dengan yang berlaku di negeri Belanda.

• Tahun 1848-1942:

Hukum bersifat dualistis; tiap golongan mempunyai pengadilan sendiri-sendiri,

yaitu:

1. Peradilan pemerintah,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

33

Page 34: CIC HAPID (Sari Kuliah)

Mengadili atas nama Raja Belanda, yang mana Hakimnya diangkat oleh

pemerintah Hindia Belanda), meliputi:

a. Untuk wilayah Jawa dan Madura (golongan Eropa dan golongan Indonesia

asli), meliputi;

- district gerecht,

- regenlschap gerecht,

- landrechter secara lama,

- landraad,

- raad van justitie,

- hoogerecht schap of Nederland Indie.

b. Untuk wilayah luar Jawa dan Madura (golongan Eropa dan golongan

Indonesia asli), meliputi;

- negarij rechtbank,

- district gerecht,

- registsaat gerecht,

- magistraat gcrecht,

- landrechter secara lama,

- landraad,

- raad van justitie,

- hoogerecht schap.

2. Peradilan bumi putera (in heemsche rechtsprach),

Mengadili tidak atas nama Raja Belanda, yang mana Hakimnya ditunjuk oleh

ketertiban adat), melipuli;

a. peradilan swapraja,

b. peradilan adat,

c. peradilan agama,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

34

Page 35: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Tahun 1942-1945:

Pengadilan yang terdapat pada zaman ini, antara lain:

- guu hooin (= district gerecht),

- ken hooin (= regentschap gerecht),

- keisai hooin (pengadilan kepolisian),

- tihoo hooin (= pengadilan negeri/ landraad),

- suryo hooin (= pengadilan agama),

- kaluyo koutooi hooin (mahkamah Islam tinggi),

- hoo tooi hooin (pengadilan tinggi/ raad van justitie),

- saikoo hooin (mahkamah agung/ hoogerechtschap),

• Tahun 1945 - Tanggal 27 Desember 1949:

Terdapat 2 macam pengadilan, yaitu:

1. Yang terdapat di wilayah RI, antara lain:

- pengadilan kewadanaan,

- pengadilan kabupaten,

- pengadilan negeri,

- pengadilan tinggi,

- mahkamah agung,

- raad agama,

- mahkamah islam tinggi.

2. Yang terdapat di wilayah Indonesia yang diduduki oleh Hindia Belanda, antara

lain :

- landrechter stijkbam,

- appelraad,

- hogerechtschap.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

35

Page 36: CIC HAPID (Sari Kuliah)

• Tahun 1949 – sekarang :

Berdasarkan UU No. l/Drt/1951, maka di seluruh Indonesia terdapat:

1. Pengadilan Negeri,

2. Pengadilan Tinggi,

3. Mahkamah Agung.

• Keterangan:

Landrechter secara lama adalah pengadilan yang merupakan kekecualian dari sifat

dualisme, karena pengadilan ini mengadili juga perkara-perkara bagi orang Eropa

dan yang disamakan maupun bagi golongan bangsa-bangsa lain.

Adapun yang diadili adalah kejahatan ringan atau pelanggaran-pelanggaran ringan

yang disebut dalam pasal 116 Novies RO. Hukum acaranya terdapat dalam Regeling

Landrecht STBL. l914 No. 31.

Raad van jutiitie (pengadilan sehari-hari bagi golongan Eropa dan yang

dipersamakan). Merupakan pengadilan yang memeriksa perkara-perkara dalam

tingkat ke-2 yaitu mengenai perkara yang sudah diputus oleh landraad yang

dimintakan revisi.

District gerecht berlaku bagi bangsa Indonesia dan hanya perkara yang terdiri dari

perkara pelanggaran yang diancam dengan hukuman denda setinggi-tingginya 3

Gulden kecuali perkara pajak dan cukai negara.

Regentschap (pengadilan sehari-hari bagi golongan Indonesia asli dan yang

dipersamakan).

Hoogerechtschap merupakan pengadilan kasasi.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

36

Page 37: CIC HAPID (Sari Kuliah)

REFERENSI

Hukum Acara Pidana dalam Praktik, oleh Darwan Prinst, S.H.,

Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, oleh Moch Faisal Salam, S.H., MH.,

Kapita Selekta Hukum Acara Pidana di Indonesia, oleh Hendrastanto Yudowidogdo,

S.H., dkk.,

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Pidana

37