8
Ciri-ciri Failed States (Negara Gagal) 28 Juni 2012 admin Meninggalkan komentar Go to comments 1 Votes Noam Chomsky yang merupakan ahli bahasa, filsuf, dan aktivis politik Amerika. Tahun 2006 menulis sebuah buku berjudul Failed States: The Abuse of Power and the Assault on Democracy . Failed States/ negara gagal, istilah yang jauh jauh hari sudah didengung dengungkan oleh para pakar politik, dan jurnalis untuk menggambarkan negara yang sedang atau akan mengalami kegagalan dalam beberapa syarat dan tanggung jawab utama dalam menjalankan negara termasuk kedaulatannya. Istilah negara gagal belum memiliki definis pasti, karakter negara gagal secara umum adalah negara yang pemerintah pusatnya tidak mampu mengontrol atau menguasai seluruh wilayahnya, pemerintah pusat yang sangat lemah atau tidak efektif, tidak mampu menyediakan pelayanan publik yang memadai, korupsi dan kriminalitas yang meluas; pergerakan pengungsi secara besar besaran, dan penurunan ekonomi yang tajam. Menurut Noam Chomsky, setidaknya ada 2 karakter utama yang membuat suatu negara bisa disebut sebagai negara gagal. Pertama, Negara tidak mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melindungi warga negaranya dari kekerasan dan bahkan kehancuran. Kedua, tidak mampu mempertahankan hak hak warga negaranya baik di tanah air maupun diluar negeri. Juga tidak mampu menegakkan dan mempertahankan fungsi institusi institusi demokrasi. Menurut Jared Diamond (2005), negara gagal dicirikan lima faktor yakni: 1) kerusakan lingkungan; 2) pemanasan global; 3) tetangga

Ciri Negara Gagal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asd

Citation preview

Ciri-ciri Failed States (NegaraGagal)28 Juni 2012 admin Meninggalkan komentar Go to comments 1 Votes

Noam Chomsky yang merupakan ahli bahasa, filsuf, dan aktivis politik Amerika. Tahun 2006 menulis sebuah buku berjudul Failed States: The Abuse of Power and the Assault on Democracy. Failed States/ negara gagal, istilah yang jauh jauh hari sudah didengung dengungkan oleh para pakar politik, dan jurnalis untuk menggambarkan negara yang sedang atau akan mengalami kegagalan dalam beberapa syarat dan tanggung jawab utama dalam menjalankan negara termasuk kedaulatannya.Istilah negara gagal belum memiliki definis pasti, karakter negara gagal secara umum adalah negara yang pemerintah pusatnya tidak mampu mengontrol atau menguasai seluruh wilayahnya, pemerintah pusat yang sangat lemah atau tidak efektif, tidak mampu menyediakan pelayanan publik yang memadai, korupsi dan kriminalitas yang meluas; pergerakan pengungsi secara besar besaran, dan penurunan ekonomi yang tajam.Menurut Noam Chomsky, setidaknya ada 2 karakter utama yang membuat suatu negara bisa disebut sebagai negara gagal. Pertama, Negara tidak mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melindungi warga negaranya dari kekerasan dan bahkan kehancuran. Kedua, tidak mampu mempertahankan hak hak warga negaranya baik di tanah air maupun diluar negeri. Juga tidak mampu menegakkan dan mempertahankan fungsi institusi institusi demokrasi.Menurut Jared Diamond (2005), negara gagal dicirikan lima faktor yakni: 1) kerusakan lingkungan; 2) pemanasan global; 3) tetangga yang bermusuhan; 4) mengendurnya dukungan kelompok masyarakat yang sudah menjalin hubungan baik melalui perdagangan; 5) lembaga politik, ekonomi, sosial dan budaya lumpuh sebagai pemecah persoalan.Sejak tahun 2005, Fund for Peace [organisasi penelitian dan pendidikan non-profit yang bermarkas di Washington DC] dan majalah Foreign Policy mengeluarkan Indeks Negara Gagal [Failed States Index]. Fund for Peace membuat indikator indikator negara gagal dilihat dari Sosial, Ekonomi, dan Politik sebuah negara. Indeks ini kemudian diklasifikasikan kedalam empat tingkatan dimulai dari tingkat yang paling mengkhawatirkan sebagai berikut; Alert, Warning, Moderate, dan Sustainable.Indikator Sosial01. Tekanan Demografis: Tekanan kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi terhadap pasokan pangan dan sumber daya yang mendukung kehidupan lainnya. Tekanan dari pola pemukiman penduduk, termasuk sengketa perbatasan, kepemilikan atau hunian lahan, akses transportasi, dan kedekatan terhadap bahaya lingkungan.02. Pergerakan besar besaran Pengungsi: kekerasan atau penindasan yang menyebabkan kekurangan makanan, kekurangan air bersih, persaingan lahan, dan kekacauan yang dapat menjadi masalah kemanusiaan dan keamanan yang lebih besar, baik di dalam negeri dan antar negara.03. Warisan Dendam dan keluahan Kelompok tertentu: Ketidakadilan yang baru saja terjadi atau di masa lalu yang usianya puluhan tahun. Termasuk kekejaman yang dilakukan dengan impunitas terhadap kelompok-kelompok komunal dan / atau kelompok masyarakat tertentu oleh otoritas negara, atau oleh kelompok-kelompok dominan. Eksklusi politik yang dilembagakan. Pengkambinghitaman kelompok yang diyakini telah memperoleh kekayaan, status atau kekuasaan, dibuktikan dalam munculnya radio kebancian, stereotip, dan retorika politik nasionalisme.04. Pelarian warga negara yang kronis dan berkelanjutan: banyak warga negara yang melarikan diri ke luar negeri. Pertumbuhan komunitas pengasingan ataupun expat.Indikator Ekonomi.05. Pembangunan Ekonomi yang tidak merata kesegala lini: ditentukan oleh ketidaksetaraan berbasis kelompok, atau kesenjangan persepsi, dalam pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi. Juga diukur dengan tingkat kemiskinan berbasis kelompok, tingkat kematian bayi, tingkat pendidikan.06. Penurunan Ekonomi yang tajam: diukur oleh penurunan ekonomi progresif masyarakat secara keseluruhan (menggunakan; pendapatan per kapita, GNP, utang luar negeri, tingkat kematian anak, tingkat kemiskinan, kegagalan bisnis.). Penurunan harga komoditas secara tiba-tiba, devaluasi atau ambruknya mata uang nasional dan pertumbuhan pasar gelap, termasuk penyelundupan narkoba, dan pelarian modal. Kegagalan negara untuk membayar gaji pegawai pemerintah dan angkatan bersenjata atau untuk memenuhi kewajiban keuangan lainnya untuk warga negaranya, seperti pembayaran pensiun.Indikator Politik07. Kriminalisasi dan/atau delegitimasi negara: korupsi endemik dan resistensi terhadap transparansi, akuntabilitas dan representasi politik. Termasuk hilangnya kepercayaan terhadap institusi negara.08. Penurunan Pelayanan Publik yang berkelanjutan; Hilangnya fungsi utama negara dalam melayani warganya, termasuk kegagalan dalam proteksi terhadap terorisme dan kekerasan, dan menyediakan layanan pubik seperti, kesehatan, pendidikan, sanitasi, dan transportasi.09. Pelanggaran HAM yang luas: pemerintahan otoriter, diktator atau militer di mana lembaga-lembaga konstitusional dan demokratis dimanipulasi. Meningkatnya tahanan politik atau pembangkang. Penyalahgunaan hak-hak hukum, politik dan sosial, termasuk individu, kelompok atau lembaga kebudayaan (misalnya, pelecehan terhadap pers, politisasi peradilan, penggunaan internal militer untuk tujuan-tujuan politik, represi terhadap lawan politik)10. Aparatur Keamanan sebagai Negara dalam Negara: munculnya pengawal Praetoria atau elit yang beroperasi dengan kekebalan hukum. Munculnya milisi swasta yang disponsori negara atau didukung negara yang meneror lawan-lawan politik, atau warga sipil yang dipandang bersimpati kepada oposisi. Sebuah tentara dalam tentara yang melayani kepentingan militer atau politik yang dominan. Munculnya milisi saingan, pasukan gerilya atau tentara swasta dalam perjuangan bersenjata atau kampanye kekerasan yang berlarut-larut melawan pasukan keamanan negara.11. Kemunculan Elit Faksional; fragmentasi elit penguasa dan lembaga lembaga negara. Penggunaan retorika nasionalistis agresif oleh para elit penguasa, terutama bentuk-bentuk destruktif seperti pembersihan etnis.12. Intervensi Negara atau Faktor Eksternal: keterlibatan militer atau Para-militer luar negeri dalam urusan internal negara yang mempengaruhi keseimbangan kekuasaan internal atau resolusi konflik. Intervensi oleh penyumbang dana (donor), terutama jika ada kecenderungan pada ketergantungan bantuan asing atau misi penjaga perdamaian.Mari kita renungkan bersama.

8 fakta Indonesia menuju Failed States (Negara Gagal)OPINI | 27 December 2013 | 14:03 Coba Versi Beta Dibaca: 1021 Komentar: 0 0 Definisi Failed States secara definisi belum memiliki arti yang pasti. Namun karakter negara gagal (failed states) adalah negara yang pemerintah pusatnya tidak mampu mengontrol atau menguasai seluruh wilayahnya, pemerintah pusat yang sangat lemah atau tidak efektif, tidak mampu menyediakan pelayanan publik yang memadai, korupsi dan kriminalitas yang meluas; pergerakan pengungsi secara besar besaran, dan penurunan ekonomi yang tajam.Bambang kesit dalam tulisannya di http://bambangkesit.wordpress.com/2012/06/28/ciri-ciri-failed-states-negara-gagal/#more-1340, menuliskan menurutNoam Chomsky, setidaknya ada 2 karakter utama yang membuat suatu negara bisa disebut sebagai negara gagal. Pertama, Negara tidak mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melindungi warga negaranya dari kekerasan dan bahkan kehancuran. Kedua, tidak mampu mempertahankan hak hak warga negaranya baik di tanah air maupun diluar negeri. Juga tidak mampu menegakkan dan mempertahankan fungsi institusi institusi demokrasi. Sejak tahun 2005, Fund for Peace [organisasi penelitian dan pendidikan non-profit yang bermarkas di Washington DC] dan majalah Foreign Policy mengeluarkan Indeks Negara Gagal [Failed States Index]. Fund for Peace membuat indikator indikator negara gagal dilihat dari Sosial, Ekonomi, dan Politik sebuah negara. Indeks ini kemudian diklasifikasikan kedalam empat tingkatan dimulai dari tingkat yang paling mengkhawatirkan sebagai berikut; Alert, Warning, Moderate, dan Sustainable. Berikut ini 8 Fakta Indonesia menuju negara gagal (Failed States) merujuk dari Majalah Foreigh Policy :1. Korupsi, Suap, dan Kolusi meraja lela. Di negara ini merupakan lahan yang subur untuk menebar benih korupsi dan sebenarnya mudah untuk memanennya di suatu saat nanti. Hanya saja panennya tidak panen raya namun secara bertahap, tergantung kondisi yang baik untuk memanennya. Ada para koruptor yang masih berseliweran bebas karena masa panennya belum saatnya. Namun yakinilah memanen koruptor akan selalu ada di negeara ini, karena Koruptor tidak pernah merasa Jera berbuat korupsi di Indonesia.2. Hukum dan perangkatnya terkena stroke sehingga tidak berdaya dan menjadi remeham masyarakat. Ibarat orang yang terkena stroke berat, hukum tidak memiliki kekuatan dan wibawa, bahkan sekarang masyarakat mencibir dan merendahkan hukum. Para pelanggar hukum semakin berani untuk keluar masuk penjara dalam tindak kriminal. Dipenjara mereka kuliah lagi untuk menjadi hebat S1, S2, dan S3 dalam urusan kejahatan, saat diwisuda (keluar penjara) mereka semakin beringas dan raja tega dalam mengamalkan ilmunya. Sementara aparat hukum sibuk bermandikan uang hasil suap dan kejahatannya. Ingat kejahatan itu karena ada kesempatan, waspadalah.. waspadalah.3. Anggota Dewan, Aparat , dan pemerintah berasal dari orang-orang pengelana jabatan dan bertuhankan politik. Jika mereka hanya gila jabatan dan berkelana dalam perpolitikan bak kutu loncat politik dengan lompat ke parpol satu menuju parpol lain dan bertuhankan kepada politik maka dibenaknya hanya memperkaya diri tanpa memperhatikan dan empati terhadap penderitaan Rakyat. Anggota Dewan kita kurang greget dalam menjalankan fungsinya mensejahterakan Rakyat Indonesia. Bila Politik menjadi raja, maka siap-siaplah menuju kehancuran.4. negara pemanen bencana. Ini indikasi Indonesia negara gagal, mengapa?. nampaknya Allah saja mengazab negara ini karena pemimpin-pemimpin negara yang tidak bertakwa kepada Nya. Ingatlah firman Allah Sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa kepada Ku, maka Aku akan datangkan keberkahan dan kelimpahan nikmat dari langit dan dalam bumi, akan tetapi mereka semua Dusta, maka Aku akan datangkan azab yang sangat pedih. Panen bencana di 2014 akan menjadi indikasi Indonesia sedang di Azab Allah karena para pemimpinnya Dusta terhadap rakyat, dusta terhadap Allah, Dusta terhadap para pahlawan dan Dusta kepada dirinya sendiri.

5. kemiskinan dikemas dengan swasembada dan kesejahteraan sosial. Indonesia ternyata masih menina-bobokan rakyat yang memaksakan tidur dengan perut lapar karena tidak makan. Busung lapar masih banyak di wilayah negara Jawa dwipa dan Swarna Dwipa ini. Dibelahan lain orang nyeyak tidur dengan perut buncit kekenyangan harta hasil korupsi. Kemiskinan dikemas dengan jaminan Sosial, bantuan tunai, Asuransi sosial dan lain sebagainya sebagai kedok kegagalan dalam mensejahterakan rakyat. Indonesia kita, gemah ripah loh jinawi dan Kus Plus mensairkan Bukan lautan hanya kolam susu, Air dan jala cukup menghidupimu, tiada badai tiada topan ku temui, Ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang tanah kita tanah Syurga, Tongkat dan kayu jadi tanaman. namun.. mana.. mana.. siapakah yang merasakan Indonesia tanah Syurga?. Wallahu Alam.6. Tanah Syurga ini tergadaikan kepada Investor Asing yang rakus dan serakah. NewMont, freeport, FM, dan investor asing para dracula barat itu menghisap habis saripati tanah syurga kita Indonesia. Yang disisakan bagi kita adalah kekeringan akibat saripati tanah yang habis, pencemaran, pengrusakan lingkungan yang semuanya menyengsarakan rakyat Indonesia. Kebijakan yang bobrok menjadikan tanah Syurga milik kami hanya dinikmati para Investor asing. Ini salah siapa? mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang.7. Ulama dan ahli agama ditinggalkan dan memilih teori-teori kapitalis, sekularis dan materialisme. Ulama hanya sebatas pada menghalalkan produk makanan dan dimandulkan fungsinya sebagai penasehat negara. MUI hanya sebatas mengumumkan hilal waktu Ramadhan dan mensyahkan waktu 1 Syawal saja. Ulama mandul, umara meraja lela. Tidak ada teladan ulama dimata umara. mereka lebih meneladankan pada teoritik dari barat yang pakar dalam bidang ekonomi sekuler, politik praktis, ekonomi kapitalis dan lain sebagainya. Ulama ku sayang ulamaku malang Engkau tak berguna dimata umara.8. Kegagalan terbesar adalah kegagalan dalam mengenal hakikat adanya manusia di dunia. Semua kita baik kita orang miskin, orang kaya, guru, polisi, hakim, presiden, anggota MPR/DPR dan profesi dan status sosial kita, lumpuh dan hilang kesadaran siapa kita, sedang apa kita, dimana sekarang kita, mau kemana kita. Orang Indonesia semua hilang akal akan eksistensi dirinya sebagai Khalifatul fil Ardh (penguasa bumi) yang harus merdandarkan kepada penguasa alam semesta yakni Allah Subhanahu wa Taala. Kita tidak pernah sadar adanya waskat (pengawasan melekat) Allah. Kita lebih takut dengan negara adidaya, negara superpower dibandingkan ke Maha Besaran Allah. Kita tidak berserah diri kepada Allah. kaidah mengatakan Man Arafa Nafsahu faqad arafa rabbahu yang artinya barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya. Wa Man Arafa Rabbahu faqad jahula nafsahu. Dan Barang siapa mengenal Tuhannya maka ia merendahkan dirinya untuk senantiasa berbuat kebaikan dan kedamaian/kesejahteraan. Jika kita tidak mengenal eksistensi diri kita, siap-siap jatuh pada asfala safilin dan lebih rendah dari binatang ternak akibat kejahatan dan dosa yang kita lakukan. wallahu alam bisshowab