28
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 19 No. 1 Januari 2019: 21–48 p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280 21 Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan Eksperimental A Study of Tax Amnesty Policy Using Experimental Approach Benny Robby Kurniawan a,* , Bambang Juanda a , & Toni Bakhtiar a a Institut Pertanian Bogor [diterima: 23 Desember 2017 — disetujui: 9 Juli 2018 — terbit daring: 5 Mei 2019] Abstract This research was conducted because the uncertainty in the tax amnesty policy. The purpose of this research is to analyze the eect of taxpayer’s expectation of future tax amnesty, tariperiod system, tax penalty and audit towards tax compliance in tax amnesty policy, using experimental economics. The result shows that, a tax amnesty followed by strict audit and tax penalties will rise tax compliance. Tax amnesty policy is best applied once in a lifetime, because the expectation of the taxpayers towards future tax amnesty will result in lowering the compliance. Taxpayers prefer the lowest rate on tariperiod. Keywords: experimental economics; tax amnesty; tax compliance Abstrak Penelitian ini dilakukan karena ketidakpastian keberhasilan dari kebijakan pengampunan pajak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari faktor ekspektasi masyarakat akan adanya pengampunan pajak di kemudian hari, sistem tarif pengampunan, denda, dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan pada kebijakan pengampunan pajak dengan menggunakan metode ekonomi ekperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengampunan pajak diikuti dengan penerapan denda dan pemeriksaan yang ketat akan meningkatkan kepatuhan pajak. Kebijakan pengampunan pajak sebaiknya diterapkan satu kali saja karena jika masyarakat berekspektasi akan adanya kebijakan serupa di kemudian hari, wajib pajak akan menunggu kebijakan tersebut dan tetap tidak patuh. Wajib pajak umumnya menyukai tarif pengampunan terendah. Kata kunci: ekonomi eksperimental; kepatuhan pajak; pengampunan pajak Kode Klasifikasi JEL: C91; H30; H20 Pendahuluan Salah satu program di era pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah pembangunan infrastruktur se- cara nasional. Pembangunan ini dimaksudkan seba- gai upaya memperkuat konektivitas antarwilayah, serta memperkecil ketimpangan dan kesenjangan sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, untuk menunjang pembangunan infrastruktur secara nasional, peme- rintah perlu menyiapkan dana besar agar pemba- ngunan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang * Alamat Korespondensi: Perumahan Tegal Besar Permai Blok F No. 10. Jember, Indonesia. E-mail: [email protected]. telah ditentukan. Dapat dilihat dalam penetapan Anggaran Penda- patan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017, yang mana pemerintah menetapkan belanja negara sebesar Rp2.133,3 triliun, sedangkan jumlah pen- dapatan negara yang ditetapkan sebesar Rp1.736,1 triliun. Dari jumlah pendapatan negara yang di- rencanakan, sebesar Rp1.472,7 triliun atau sekitar 84,8% bersumber dari penerimaan pajak. Dilihat dari realisasi penerimaan pajak tahun 2017, target pajak yang ditetapkan juga tidak dapat tercapai. Pajak yang diterima sebesar Rp1.343,6 triliun, yang hanya 91,2% dari target yang ditetapkan (Direkto- rat Jenderal Perbendaharaan/DJPBN, 2018). Dengan JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol. 19 No. 1 Januari 2019: 21–48

p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280 21

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan EksperimentalA Study of Tax Amnesty Policy Using Experimental Approach

Benny Robby Kurniawana,∗, Bambang Juandaa, & Toni Bakhtiara

aInstitut Pertanian Bogor

[diterima: 23 Desember 2017 — disetujui: 9 Juli 2018 — terbit daring: 5 Mei 2019]

Abstract

This research was conducted because the uncertainty in the tax amnesty policy. The purpose of this research is toanalyze the effect of taxpayer’s expectation of future tax amnesty, tariff period system, tax penalty and audit towards taxcompliance in tax amnesty policy, using experimental economics. The result shows that, a tax amnesty followed bystrict audit and tax penalties will rise tax compliance. Tax amnesty policy is best applied once in a lifetime, because theexpectation of the taxpayers towards future tax amnesty will result in lowering the compliance. Taxpayers prefer thelowest rate on tariff period.Keywords: experimental economics; tax amnesty; tax compliance

AbstrakPenelitian ini dilakukan karena ketidakpastian keberhasilan dari kebijakan pengampunan pajak. Tujuanpenelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari faktor ekspektasi masyarakat akan adanyapengampunan pajak di kemudian hari, sistem tarif pengampunan, denda, dan pemeriksaan pajak terhadapkepatuhan pada kebijakan pengampunan pajak dengan menggunakan metode ekonomi ekperimental. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pengampunan pajak diikuti dengan penerapan denda dan pemeriksaanyang ketat akan meningkatkan kepatuhan pajak. Kebijakan pengampunan pajak sebaiknya diterapkansatu kali saja karena jika masyarakat berekspektasi akan adanya kebijakan serupa di kemudian hari, wajibpajak akan menunggu kebijakan tersebut dan tetap tidak patuh. Wajib pajak umumnya menyukai tarifpengampunan terendah.Kata kunci: ekonomi eksperimental; kepatuhan pajak; pengampunan pajak

Kode Klasifikasi JEL: C91; H30; H20

Pendahuluan

Salah satu program di era pemerintahan PresidenJoko Widodo adalah pembangunan infrastruktur se-cara nasional. Pembangunan ini dimaksudkan seba-gai upaya memperkuat konektivitas antarwilayah,serta memperkecil ketimpangan dan kesenjangansosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraanmasyarakat. Oleh karena itu, untuk menunjangpembangunan infrastruktur secara nasional, peme-rintah perlu menyiapkan dana besar agar pemba-ngunan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang

∗Alamat Korespondensi: Perumahan Tegal Besar Permai BlokF No. 10. Jember, Indonesia. E-mail: [email protected].

telah ditentukan.

Dapat dilihat dalam penetapan Anggaran Penda-patan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017,yang mana pemerintah menetapkan belanja negarasebesar Rp2.133,3 triliun, sedangkan jumlah pen-dapatan negara yang ditetapkan sebesar Rp1.736,1triliun. Dari jumlah pendapatan negara yang di-rencanakan, sebesar Rp1.472,7 triliun atau sekitar84,8% bersumber dari penerimaan pajak. Dilihatdari realisasi penerimaan pajak tahun 2017, targetpajak yang ditetapkan juga tidak dapat tercapai.Pajak yang diterima sebesar Rp1.343,6 triliun, yanghanya 91,2% dari target yang ditetapkan (Direkto-rat Jenderal Perbendaharaan/DJPBN, 2018). Dengan

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 2: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...22

pentingnya peran pajak dalam APBNP dan tinggi-nya target pajak yang harus dicapai, dibutuhkanupaya-upaya pemerintah agar dapat memperolehdana yang cukup besar dari sektor perpajakan.

Permasalahan yang dihadapi oleh PemerintahIndonesia mengenai pemungutan pajak adalah ma-sih banyak Wajib Pajak (WP) yang tidak sadar akankewajiban pajaknya. Hal ini ditunjukkan denganrendahnya tingkat kepatuhan lapor Surat Pemberi-tahuan Tahunan (SPT) yang hanya mencapai 60,27%pada 2015. Refleksi tingkat kepatuhan pajak ditun-jukkan pada Tabel 1. Bukan hanya itu, masih sedikitmasyarakat yang bekerja dan berpenghasilan yangmendaftarkan diri sebagai wajib pajak. MenurutBadan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indo-nesia yang bekerja mencapai 93,7 juta orang pada2013. Pada 2015, jumlah WP terdaftar 30.044.103dan 27.571.471 adalah WP Orang Pribadi. Artinya,baru sekitar 29,4% dari total jumlah orang pribadiyang bekerja dan berpenghasilan yang mendaftar-kan diri sebagai WP (Direktorat Jenderal Pajak/DJP,2016).

Warga negara Indonesia juga banyak yang me-nyimpan hartanya di luar negeri sebagai upayamenghindari pajak. Rendahnya tingkat kepatuh-an pajak ini yang membuat penerimaan pajak diIndonesia tidak pernah mencapai target. Dapat di-tunjukkan pada Gambar 1, bahwa dengan targetpajak yang semakin tinggi setiap tahunnya, teruta-ma pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo,dibutuhkan suatu upaya pemerintah untuk mena-ikkan penerimaan pajak. Salah satu upaya yangdapat dilakukan adalah dengan menerapkan peng-ampunan pajak (tax amnesty).

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016Tentang Pengampunan Pajak, pengampunan pa-jak adalah penghapusan pajak yang seharusnyaterutang, tidak dikenai sanksi administrasi dansanksi pidana di bidang perpajakan, dengan caramengungkap harta yang sebelumnya belum dila-porkan dan membayar uang tebusan. Manfaat dari

penerapan pengampunan pajak adalah bertambah-nya penerimaan pajak pada jangka pendek melaluiuang tebusan dan dalam jangka panjang negarajuga akan mendapatkan dana repatriasi yang dapatmenstimulus perekonomian. Tujuan terpenting da-ri pengampunan pajak adalah memperbaiki sikapatau perilaku WP yang semula tidak patuh men-jadi wajib pajak patuh di masa depan, sehinggaakan meningkatkan kepatuhan dan pendapatanpajak jangka panjang (Lerman, 1986; Leonard danZeckhausher, 1987).

Penerapan kebijakan pengampunan pajak di In-donesia dinilai merupakan suatu langkah yangtepat karena negara saat ini membutuhkan danayang cukup besar untuk pembangunan. Selain itu,Indonesia akan terlibat dalam keterbukaan informa-si perpajakan atau Automatic Exchange of Information(AEoI) yang dilakukan pada 2018. Dengan ada-nya pertukaran informasi tentang data keuanganantarnegara ini, wajib pajak tidak akan bisa lagimenyembunyikan asetnya di mana pun dari otori-tas pajak. Hal ini akan memaksa wajib pajak tidakpatuh untuk mengikuti kebijakan pengampunanpajak sekarang.

Kebijakan pengampunan pajak sudah banyakditerapkan di berbagai negara di dunia. Beberapanegara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negarayang berhasil seperti Irlandia, Afrika Selatan, danItalia menerapkan kebijakan pengampunan pajakdiiringi dengan upaya penegakan hukum yang te-gas, sedangkan gagalnya beberapa negara karenaterlalu seringnya kebijakan diterapkan di negaratersebut seperti India (11 kali), Bangladesh (18 ka-li), dan Sri Lanka (11 kali) (Ibrahim et al., 2017).Indonesia sendiri pernah melakukan kebijakan inisebanyak 2 kali pada 1964 dan 1984 yang dinilaigagal.

Kepatuhan wajib pajak berkaitan erat dengankesuksesan kebijakan pengampunan pajak. Bebe-rapa peneliti mengaitkan antara perilaku atau psi-

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 3: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 23

Tabel 1: Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Tahun WP terdaftar WP wajib SPT WP lapor SPT Kepatuhan SPT (%)2006 4.083.536 3.871.823 1.240.571 32,042007 4.478.032 4.231.117 1.278.290 30,212008 6.776.241 6.341.828 2.097.849 33,082009 10.289.590 9.996.620 5.413.114 54,152010 15.469.590 14.101.933 8.202.309 58,162011 18.640.757 17.694.317 9.332.626 52,742012 22.030.583 17.659.278 9.482.480 53,702013 24.347.763 17.731.736 9.416.457 53,112014 27.945.570 18.357.833 10.828.808 58,992015 30.044.103 18.159.840 10.945.173 60,27

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak (2016)

Gambar 1: Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Indonesia Tahun 2011 sampai 2016Sumber: DJPBN-Kemenkeu (2016), diolah

kologis masyarakat sebagai wajib pajak dengankepatuhannya dalam membayar pajak. MenurutNar (2015), kepatuhan wajib pajak ditentukan olehfaktor-faktor psikologi. Andreoni et al. (1998) jugaberpendapat bahwa peneliti butuh mengkaji lebihdalam tentang faktor psikologi, moral, dan penga-ruh sosial terhadap kepatuhan dan memasukkanfaktor-faktor tersebut dalam model perilaku ten-tang kepatuhan.

Dalam beberapa penelitian, banyak metode yangdigunakan untuk mengkaji faktor-faktor yang me-mengaruhi kepatuhan dalam kebijakan pengam-punan pajak. Metode yang dapat digunakan adalahpercobaan ekonomi (Alm et al., 1990; Rechbergeret al., 2010), survei (Ritsema et al., 2003; Saracogludan Caskurlu, 2011), dan menggunakan data-dataperpajakan yang tersedia (Alm et al., 2009). Metodepercobaan mulai banyak digunakan pada bidangekonomi karena metode ini banyak memiliki kele-

bihan. Beberapa kelebihan yang dapat diperolehadalah peneliti dapat mengontrol faktor-faktor laindi luar faktor yang dikaji, sehingga pengaruh faktoryang dikaji dapat diketahui dengan jelas pengaruh-nya. Selain itu, tidak adanya data di lapangan dapatdibangkitkan melalui suatu percobaan. Metode per-cobaan ini bukan hanya dapat digunakan untukmengembangkan suatu teori ekonomi, tetapi jugadapat membantu memberikan pertimbangan bagipara perumus kebijakan (Juanda, 2010).

Keberhasilan kebijakan berkaitan dengan peri-laku atau psikologis masyarakat sebagai wajib pa-jak dalam kepatuhannya membayar pajak, makadigunakan pendekatan ekonomi eksperimental de-ngan menjadikan masyarakat sebagai unit percoba-an. Beberapa peneliti yang melakukan penelitiantentang kepatuhan wajib pajak dalam kebijakanpengampunan pajak dengan menggunakan perco-baan, menyimpulkan bahwa faktor-faktor penting

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 4: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...24

yang dapat memengaruhi kepatuhan adalah denda,peluang pemeriksaan, dan peluang akan terjadi pe-ngampunan pajak di kemudian hari (Alm et al., 1990;Rechberger et al., 2010). Selain ketiga faktor tersebut,yang dapat memengaruhi kepatuhan pajak padapengampunan pajak, periode tarif pengampunanpajak yang tepat dapat menambah pendapatan pa-jak.

Dengan adanya kebijakan pengampunan pajak,wajib pajak yang patuh kemungkinan akan menga-lami ketidakadilan karena menganggap pemerintahmemberikan perlakuan khusus pada penggelap pa-jak, sehingga dalam jangka panjang wajib pajakpatuh dapat menjadi tidak patuh dan akan menu-runkan tingkat kepatuhan pajak jangka panjang(Alm et al., 1990). Oleh karenanya, pemerintah ha-rus kredibel dan tegas, sehingga kebijakan pengam-punan pajak tidak akan diterapkan secara berulang.Pemerintah yang melakukan kebijakan secara ber-ulang akan memunculkan ekspektasi masyarakatakan adanya pengampunan pajak di masa depandan berdampak pada tidak berhasilnya penerapankebijakan yang dilakukan sekarang.

Indonesia saat ini menerapkan strategi pull andpush. Strategi ini berhasil ketika diterapkan padakebijakan pengampunan pajak di Afrika Selatan(Ragimun, 2014). Mekanisme pull adalah peme-rintah memberikan insentif dengan memberikanpenghapusan utang beserta dendanya bagi wajibpajak tidak patuh dan pemerintah mewajibkan un-tuk membayar uang tebusan, tentunya dengan ta-rif pengampunan yang rendah. Saat ini Indonesiamenetapkan tarif pengampunan secara bertahap.Sebagai contoh, tarif yang dikenakan untuk peng-ungkapan harta di dalam negeri dikenakan tarifsebesar 2% pada periode I (Juli–September 2016),3% pada periode II (Oktober–Desember 2016), danpada periode III (Januari–Maret 2017) sebesar 5%.Denda yang rendah ini, dibandingkan dengan pa-jak yang seharusnya ditanggung, diharapkan dapatmeningkatkan deklarasi harta yang sebelumnya

disembunyikan oleh wajib pajak. Hasil dari dekla-rasi harta kebijakan pengampunan pajak Indonesiatahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 2.

Jika diamati pada Gambar 2, perilaku masyarakatyang mendaftar pengampunan pajak pada akhirsetiap periode terlihat bahwa masyarakat berpikirrasional dengan memaksimumkan tarif pengam-punan yang rendah karena pada periode selan-jutnya tarif akan bertambah. Berdasarkan responsmasyarakat yang seperti ini, dengan menerapkanstrategi penetapan sistem periode tarif yang tepat,tentunya akan dapat menambah pendapatan dariuang tebusan. Misalnya saja, periode dengan tarif2% diperpanjang hingga Desember dan tarif sete-lahnya langsung diperbesar menjadi 5%. Dengandemikian, masyarakat akan memanfaatkan tarifrendah sebesar 2% dengan waktu yang cukup la-ma, sehingga deklarasi harta ataupun uang tebusandapat diterima lebih banyak mengingat tarif padaperiode berikutnya melonjak tinggi yaitu 5%.

Selain mekanisme pull, pemerintah juga mene-rapkan mekanisme push yaitu memberikan sanksidenda yang tinggi jika wajib pajak tidak patuhdan tidak mau mengikuti kebijakan pengampunanpajak. Dalam pengampunan pajak saat ini, dendayang diterapkan di Indonesia sebesar 200%. Menu-rut Alm et al. (1990), meskipun tingkat kepatuhanpajak akan menurun pada jangka panjang, pengam-punan pajak yang diikuti dengan upaya yang tegasdari pemerintah dapat meningkatkan kepatuhanpajak jangka panjang. Contohnya dengan pening-katan pemeriksaan pajak atau dengan peningkatandenda pajak.

Adanya dampak yang berbeda-beda akibat dite-rapkannya kebijakan pengampunan pajak terhadapkepatuhan pajak di suatu negara, maka dibutuh-kan penelitian yang mengkaji faktor-faktor apa sa-ja yang dapat menentukan keberhasilan kebijakanini. Dalam kebijakan pengampunan pajak sendiri,kepatuhan pajak dapat dilihat dari keikutsertaanwajib pajak serta unit dan nilai harta wajib pajak

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 5: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 25

Gambar 2: Implementasi Kebijakan Pengampunan Pajak Indonesia Periode I, II, dan III (Juli 2016-Maret 2017)Sumber: Direktorat Jenderal Pajak (2016)

yang dilaporkan pada pengampunan pajak. Untukitu, penelitian ini bertujuan (1) mengkaji bagaimanapengaruh dari ekspektasi, periode tarif, denda, danpemeriksaan terhadap keikutsertaan wajib pajakpada kebijakan pengampunan pajak; (2) mengkajibagaimana pengaruh dari ekspektasi, periode tarif,denda, dan pemeriksaan terhadap unit harta yangdilaporkan wajib pajak pada kebijakan pengampun-an pajak; dan (3) mengkaji bagaimana pengaruhdari ekspektasi, periode tarif, denda, dan pemerik-saan terhadap nilai harta yang dilaporkan wajibpajak pada kebijakan pengampunan pajak.

Tinjauan Literatur

Pengampunan pajak

Kebijakan pengampunan pajak banyak diterapkanoleh negara-negara di dunia dalam kerangka kebi-jakan fiskal negara tersebut dalam rangka memaksi-malkan potensi pajak yang selama ini tidak tergalidengan baik. Umumnya, latar belakang suatu ne-gara menerapkan kebijakan ini karena maraknyakegiatan underground economy. Kegiatan undergro-

und economy adalah kegiatan legal atau ilegal yangterlewat dari penghitungan Produk Domestik Bru-to (PDB), sehingga dari sisi perpajakan kegiatanini dapat menghilangkan potensi pajak yang seha-rusnya didapatkan. Menurut Schneider dan Enste(2002), tingkat underground economy di negara majubisa mencapai 14-16%, sedangkan di negara ber-kembang mencapai 35-44%. Selain itu, diketahuibanyaknya modal yang dilarikan ke luar negeri,sehingga pemerintah kesulitan untuk memberikanpajak atas modal atau dana-dana yang ditempatkandi luar negeri.

Kebijakan pengampunan pajak merupakan carauntuk mendapatkan pendapatan dari sektor pajakyang kontroversial (Alm et al., 2009). Pendukungkebijakan ini berpendapat bahwa pengampunanpajak dapat menambah pendapatan pajak secaralangsung dalam jangka pendek, karena penghindarpajak dapat memanfaatkan momen ini untuk mem-bayar pajak yang belum dibayarkan sebelumnya.Selain itu, kebijakan ini dapat menambah kepa-tuhan dan pendapatan dalam jangka panjang jikadalam penerapannya dibarengi dengan pendidikanatau pengetahuan tentang tanggung jawab pajak

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 6: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...26

yang lebih baik, penegakan hukum, dan dendayang lebih ketat.

Sementara golongan yang kontra dengan kebijak-an berpendapat bahwa kebijakan ini bersifat tidakadil, karena lebih menguntungkan bagi wajib pajaktidak patuh. Ketidakadilan yang dirasakan wajibpajak patuh akan menurunkan kepatuhan dalamjangka panjang karena wajib pajak juga percayabahwa kebijakan ini akan ada lagi di kemudian hari.Pro dan kontra tentang manfaat (benefit) dan biaya(cost) dari penerapan kebijakan pengampunan pa-jak dibenarkan dalam beberapa penelitian (Lerman,1986; Leonard dan Zeckhauser, 1987; Malik danSchwab, 1991; Marchese, 2014).

Prinsip keadilan memang menjadi isu pentingdalam penerapan kebijakan pengampunan pajak.Hubungan antara pembayar pajak dan otoritas pa-jak dapat dikatakan sebagai “Psychological contract”(Feld dan Frey, 2002). Untuk menjaga kontrak tetapseimbang, sebagai wajib pajak harus membayarpajak secara jujur, dan sebagai otoritas pajak ha-rus bersikap positif atau mematuhi kontrak yangada dengan mencegah adanya pelanggaran yangdilakukan wajib pajak, dengan kata lain membe-rikan hukuman bagi para pelanggar pajak. Namundengan penerapan pengampunan pajak akan meng-hancurkan kontrak itu karena otoritas pajak melang-gar perjanjian dengan memberikan pengampunankepada pelanggar pajak. Akibatnya, wajib pajakpatuh menganggap tidak adil dan membahayakankepatuhan jangka panjang. Hal ini ditegaskan olehpenelitian Fortin et al. (2007), bahwa kepatuhan a-kan meningkat ketika diterapkan sistem pajak yangadil.

Berdasarkan pro dan kontra ini, dapat dikatakanbahwa keberhasilan dari kebijakan pengampunanpajak tidak hanya ditentukan pada jangka pendektetapi juga dilihat kepatuhan jangka panjang se-bagai indikator keberhasilan. Banyak faktor yangmemengaruhi kepatuhan seseorang yang berka-itan dengan perilaku masyarakat yang beragam,

yang juga dipengaruhi oleh agama, norma, buda-ya, dan lain-lain. Menurut Cummings et al. (2005),kepatuhan pajak akan meningkat melalui persepsiindividu terhadap sistem perpajakan yang adil. Ke-tika pemerintah dapat menciptakan suatu sistemperpajakan yang adil, khususnya dalam kerangkakebijakan pengampunan pajak, maka keberhasilanjangka pendek maupun jangka panjang dapat di-capai. Pommerehne dan Weck-Hannemann (1996)juga menyatakan bahwa pelarian pajak dapat di-atasi dengan keberadaan denda dan pemeriksaan.Untuk itu, pemerintah perlu memperhatikan perila-ku masyarakat dalam membuat kerangka kebijakanpengampunan pajak agar dapat mencapai keberha-silan jangka pendek maupun jangka panjang. Halini juga dipertegas oleh Mattiello (2005), bahwakebijakan pengampunan pajak dapat menjadi alatyang sangat berguna ketika suatu negara berpindahdari sistem perpajakan yang lama ke sistem yangbaru yang lebih baik.

Perancangan Percobaan

Perancangan percobaan adalah suatu uji atau sede-retan uji yang bertujuan mengubah peubah inputmenjadi suatu output yang merupakan respons darisuatu percobaan (Mattjik dan Sumertajaya, 2006).Perancangan percobaan ini banyak digunakan da-lam penelitian ilmu-ilmu pasti seperti biologi, kimia,fisika, kedokteran, dan lain-lain. Metode ini banyakdigunakan karena selain keobjektifan data hasileksperimen, data hasil eksperimen juga relatif mu-dah untuk diinterpretasikan dalam menyimpulkanhubungan sebab-akibat. Meskipun efektif dalammengkaji hubungan sebab-akibat antarpeubah, teta-pi sering kali sulit dilakukan terutama dalam ilmusosial atau ilmu ekonomi (Juanda, 2009).

Pada perancangan percobaan, peneliti dapatmengubah nilai suatu peubah dengan memper-tahankan peubah-peubah lainnya, sehingga faktoryang dikaji dapat diketahui dengan jelas pengaruh-nya. Menurut Juanda (2009), dalam perancangan

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 7: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 27

percobaan ada 3 hal yang harus diperhatikan agardata yang dihasilkan bersifat valid, yaitu adanyaulangan untuk mendapatkan galat percobaan, ada-nya pengacakan untuk mendapatkan dugaan yangtidak berbias, dan adanya pengendalian lingkunganuntuk mengurangi galat percobaan.

Meskipun perancangan percobaan banyak digu-nakan pada ilmu-ilmu pasti, perancangan perco-baan mulai diterapkan pada ilmu-ilmu sosial ataubiasa disebut experimental economics. Karena ilmuekonomi berkaitan dengan manusia sebagai pelakuekonomi, maka penelitian ekonomi banyak meng-gunakan manusia sebagai unit percobaannya. Salahsatu teori yang dikembangkan oleh Smith (1976)adalah induced-value theory yaitu dengan penggu-naan media imbalan yang tepat memungkinkanpeneliti memunculkan karakteristik pelaku ekono-mi tertentu, dan karakteristik bawaannya menja-di tidak berpengaruh lagi. Hal ini sama denganprinsip dalam perancangan percobaan yaitu kon-trol lingkungan. Dalam percobaan ekonomi, diberi-kan instruksi percobaan yang terdiri dari deskripsitentang ketentuan percobaan, pilihan-pilihan dantindakan-tindakan yang harus dilakukan subjekpenelitian (pelaku percobaan), serta aturan penen-tuan pemberian imbalan (reward) kepada subjek,yang tergantung pada tindakan pelaku percobaan(Friedman dan Sunder, 1994).

Perancangan Percobaan pada Ilmu Eko-nomi

Penerapan percobaan pada ilmu ekonomi sudahbanyak digunakan untuk mengembangkan suatuteori ekonomi dan juga dapat digunakan untukpengkajian suatu kebijakan. Penelitian tentang Pa-sar Persaingan Sempurna (PPS) dilakukan olehJuanda (2009), yang ingin membuktikan apakahsyarat-syarat terbentuknya PPS harus memenuhikeempat syarat seperti yang tercantum dalam bukuteks, yaitu jumlah pembeli dan penjual banyak, ada-nya kebebasan bagi pelaku ekonomi keluar-masuk

pasar, produk yang dipasarkan homogen, dan in-formasi sempurna. Hasil penelitian membuktikanbahwa sistem transaksi pasar dengan metode do-uble auction (sistem dua arah penjual dan pembelidapat saling tawar-menawar) mendekati prediksiteori PPS. Dalam hal ini, peneliti menggunakan 5penjual dan 5 pembeli. Dapat disimpulkan bahwasyarat terbentuknya PPS tidak harus pembeli danpenjualnya banyak, asalkan pelaku ekonomi be-bas keluar-masuk pasar, produk yang dipasarkanhomogen, dan informasi yang sempurna.

Percobaan ekonomi dalam bidang perpajakansendiri pernah dilakukan oleh Juanda et al. (2010)yang mengkaji tingkat kepatuhan pajak dalam sis-tem self assesment dengan menggunakan metodeeksperimen. Hasil penelitian ini menyatakan bah-wa semakin tinggi peluang pemeriksaan pajak dandenda yang dikenakan, akan berpengaruh positifterhadap tingkat kepatuhan pajak. Selain itu, sema-kin tinggi penghasilan, maka akan semakin rendahtingkat kepatuhannya. Hasil yang sama juga dida-patkan pada penelitian Slemrod et al. (2001), bahwapeluang pemeriksaan yang tinggi akan meningkat-kan kepatuhan.

Dalam konteks pengampunan pajak sendiri, me-tode percobaan telah dilakukan oleh Alm et al. (1990)yang mengkaji tentang keberadaan pengampunanpajak dan tingkat kepatuhan pajak pada jangkapanjang. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwapengampunan pajak dapat menurunkan tingkatkepatuhan pajak dalam jangka panjang. Tetapi jikapengampunan pajak diiringi dengan penegakanhukum yang tegas, maka pengampunan pajak akanmeningkatkan kepatuhan. Faktor lain yang juga per-lu diperhatikan adalah ekspektasi masyarakat ten-tang adanya pengampunan pajak di kemudian harijuga akan menurunkan tingkat kepatuhan pajak.Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitianRechberger et al. (2010) yang juga melakukan perco-baan ekonomi dalam penelitiannya. Pengampunanpajak yang dilakukan dengan mempertimbangkan

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 8: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...28

asas keadilan, yang tercermin dari hukuman ataudenda yang diberikan jika wajib pajak melanggarperaturan, akan meningkatkan kepatuhan.

Beberapa percobaan ekonomi tentang penghin-daran pajak terinspirasi dari model yang dibangunoleh Allingham dan Sandmo (1972) yang memper-kenalkan model sederhana tentang pilihan yangdihadapkan pada pembayar pajak. Pembayar pa-jak dihadapkan dengan pilihan melaporkan semuapendapatannya atau memilih yang lebih berisikodengan melaporkan sebagian dengan kemungkin-an diperiksa dan mendapatkan denda. Beberapapenelitian, khususnya yang meneliti tentang ke-patuhan pajak, menggunakan model ini sebagailandasannya.

Dari beberapa contoh penelitian tersebut bahwapenelitian ekonomi dengan menggunakan peran-cangan percobaan terbukti efektif dalam mengem-bangkan teori dan juga dapat digunakan untukmengkaji suatu kebijakan, sehingga dalam perkem-bangannya ekonomi eksperimental sangat baik un-tuk diterapkan pada bidang sosial, khususnya padailmu ekonomi. Salah satu prinsip perancangan per-cobaan adalah pengendalian lingkungan. Artinyasemua faktor, selain faktor yang dicobakan, dibuatse-homogen mungkin (membuat lingkungan ho-mogen), sehingga perbedaaan respons yang terjadidisebabkan oleh faktor yang dicobakan dalam pe-nelitian. Semakin homogen lingkungan percobaan,semakin sedikit ulangan yang dapat digunakanseperti pada percobaan yang dilakukan pada sua-tu laboratorium. Hal ini selaras dengan percobaanekonomi yang menggunakan prinsip pengendali-an lingkungan dengan menggunakan induced valuetheory dan percobaan ini dilakukan di ruang kelas.Dengan membuat pelaku eksperimen homogen ka-rakteristik bawaannya dibuat sama, maka ulanganyang dibutuhkan cukup dengan tiga kali ulangansaja seperti yang pernah dilakukan Alm et al. (1990).Penggunaan induced value theory, khususnya dalampercobaan pada bidang ekonomi membutuhkan

reward berupa uang tunai, untuk itu penggunaanulangan yang terlalu banyak akan membuat pe-ngeluaran untuk reward menjadi besar dan tidakefektif.

Metode

Jenis data yang digunakan dalam penelitian iniadalah data primer. Data dibangkitkan melalui sua-tu percobaan yaitu data akan muncul sebagai res-pons dari perlakuan yang dicobakan. Penelitian inimenggunakan 4 faktor dan masing-masing faktormemiliki 2 taraf. Faktor dan taraf dapat dilihat pa-da Tabel 2. Keempat faktor tersebut akan dilihatpengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak yangdigambarkan oleh persentase wajib pajak yang ikutpengampunan pajak, persentase unit harta yangdilaporkan dari yang seharusnya dilaporkan, danpersentase nilai harta yang dilaporkan dari yangseharusnya dilaporkan.

Dalam percobaan ini digunakan mahasiswa un-tuk merepresentasikan wajib pajak yang memilikikarakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu digu-nakan media imbalan yang tepat untuk menghi-langkan karakteristik bawaannya sesuai denganinduced-value theory. Responden akan memperolehimbalan atas keputusan yang diambil. Setiap pelakueksperimen akan memperhatikan imbalan ini da-lam keputusannya dalam mengikuti pengampunanpajak serta kejujurannya dalam melaporkan harta-nya. Mahasiswa seolah-olah menjadi wajib pajakyang dalam percobaan akan diberikan unit hartadan uang tunai. Beberapa harta responden sudahdilaporkan atau responden sudah menunaikan ke-wajiban pajaknya. Beberapa harta yang lain belumdilaporkan. Setelah itu, pemerintah menerapkankebijakan pengampunan pajak dan akan dilihatfaktor-faktor apa saja yang memengaruhi kepatuh-an wajib pajak pada kebijakan pengampunan pajak.Wajib pajak akan diberikan beberapa kombinasiperlakuan yang dicobakan.

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 9: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 29

Tabel 2: Faktor dan Taraf dalam Percobaan Ekonomi Pengampunan Pajak

Faktor Taraf KeteranganEkspektasi (E) Tidak ada ekspektasi (E1) Peluang 0%

Ada ekspektasi (E2) Peluang 75%Periode Tarif (T) 3 periode (T1) (2%, 3%, 5%)

2 periode (T2) (2%, 5%)Denda (D) Tidak ada denda (D1) Denda 0%

Ada denda (D2) Denda 200%Pemeriksaan (P) Longgar (P1) Peluang 25%

Ketat (P2) Peluang 75%Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Kombinasi perlakuan yang akan dicobakan da-lam percobaan ini sebanyak 2×2×2×2=16 perlakuan(Tabel 3). Dari 16 kombinasi perlakuan yang ada,dicobakan kepada wajib pajak berkekayaan tinggidan rendah, sehingga ada sebanyak 16×2 = 32 perco-baan. Untuk meminimumkan bias percobaan, makapercobaan akan diulang sebanyak 3 kali, sehinggaada sebanyak 96 percobaan. Masing-masing dari96 percobaan akan dicobakan kepada 3 mahasiswa.Artinya setiap mahasiswa diterapkan 3 kali perlaku-an yang berbeda, sehingga total responden pelakueksperimen sebanyak 96 orang mahasiswa. Penen-tuan kombinasi perlakuan untuk masing-masingpelaku eksperimen dilakukan secara acak.

Percobaan dilakukan di suatu ruang kelas (la-boratory study). Teknik sampling yang digunakanpada penelitian ini adalah teknik convenience sam-pling atau sering disebut haphazard atau accidentalsampling yaitu prosedur memilih contoh yang pa-ling mudah tersedia, sembarang, atau kebetulanditemui (Juanda, 2009). Responden dalam perco-baan adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor(IPB). Sebelum percobaan dilaksanakan, peneliti te-lah memberikan informasi yang tersebar di seluruhmahasiswa IPB bahwa akan diadakan percobaantentang pengampunan pajak menggunakan perco-baan di ruang kelas berdasarkan waktu dan tempatyang telah ditentukan. Mahasiswa yang mengha-diri percobaan di ruang kelas sesuai dengan waktudan tempat yang telah ditentukan akan dijadikansebagai responden. Untuk itu, responden yang ter-pilih dalam percobaan dapat berlaku untuk semua

mahasiswa IPB dari berbagai jurusan dari semester1 sampai dengan 8.

Ketika menggunakan percobaan ekonomi dalamsuatu ruang kelas, responden yang ikut dalam per-cobaan dihomogenkan terlebih dahulu, sehinggakarakteristik bawaannya hilang dengan menggu-nakan induced-value theory. Selain itu, respondendiberikan sosialisasi terlebih dahulu sampai res-ponden benar-benar mengerti mengenai percobaanyang akan dilakukan. Pemilihan responden seca-ra acak dalam suatu percobaan seperti mengguna-kan convenience sampling dapat diterapkan karenaresponden dihomogenkan terlebih dahulu dan di-berikan sosialisasi sebelumnya.

Dalam percobaan ekonomi, sebagian mahasis-wa seolah-olah menjadi wajib pajak kaya denganmemiliki kekayaan tinggi (12 unit harta) dengantotal kekayaan sebesar Rp28,650 miliar dan uangtunai yang dimiliki sebesar Rp982,5 juta. Sebagianmahasiswa yang lain seolah-olah menjadi wajib pa-jak berkekayaan rendah (6 unit harta) dengan totalkekayaan sebesar Rp640 juta dan uang tunai yangdimiliki sebesar Rp7 juta. Dari harta yang dimiliki,sebagian harta sudah dibayarkan pajaknya, seba-gian yang lain belum dibayarkan, sehingga wajibpajak di sini sebagai wajib pajak yang tidak pa-tuh dan berhak mengikuti kebijakan pengampunanpajak.

Ketika kebijakan pengampunan pajak diterapkan,wajib pajak dalam percobaan ini adalah mahasiswa,tahu betul konsekuensi atas tindakan yang dilaku-kan untuk memutuskan untuk ikut serta ataupun ti-

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 10: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...30

dak dan melaporkan semua atau sebagian hartanya.Ketika wajib pajak ikut serta ataupun melaporkansemua hartanya, wajib pajak akan kehilangan uanguntuk membayar uang tebusan tetapi merasa a-man karena tidak akan terkena denda 200% setelahada pemeriksaan setelah masa pengampunan pajakberakhir. Berbeda jika wajib pajak tidak ikut sertadalam pengampunan pajak atau tidak melaporkansemua hartanya, wajib pajak beruntung karena ti-dak membayar uang tebusan tetapi setelah masapengampunan pajak berakhir, ada kemungkinanterkena denda 200% ketika terperiksa. Wajib pajaktentunya mempertimbangkan kombinasi perlakuanyang diterapkan untuk mengambil keputusan da-lam berpartisipasi pada pengampunan pajak untukmendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

Prosedur Simulasi Percobaan

Prosedur simulasi percobaan yang dilakukan padapenelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Percobaan akan dimulai setelah mendapatkanresponden dengan kelipatan 3 karena 1 perla-kuan dicobakan kepada 3 responden. Percoba-an dilakukan di dalam ruang kelas.

2. Enumerator akan mengacak perlakuan yangakan diterima oleh responden. Setelah diacak,responden akan menerima perlakuan besertaformulir berupa catatan kekayaan (uang tunaidan aset) yang dimiliki responden serta for-mulir lembar keputusan yang harus diisi olehresponden. Perlakuan yang diterima respon-den berada pada lembar keputusan.

3. Enumerator menjelaskan tujuan dari eksperi-men ini, yaitu eksperimen ini adalah eksperi-men ekonomi dalam mengikuti pengampunanpajak. Jadi responden bebas memutuskan apa-kah akan melaporkan seluruh harta kekayaanyang dimiliki dan membayar uang tebusanatau tidak. Selain itu, Enumerator memberi-kan instruksi percobaan secara detail, sehinggaresponden paham mengenai percobaan ini.

4. Responden bebas memilih jumlah harta yangakan dilaporkan dalam pengampunan pajakdan menuliskannya dalam lembar keputusan.

5. Enumerator menjelaskan kepada respondenbahwa jika responden melakukan eksperimendengan serius (melakukan percobaan secarabersungguh-sungguh), maka akan mendapat-kan insentif.

6. Setelah itu percobaan dimulai. Enumerator se-bagai Pemerintah mengumumkan adanya ke-bijakan pengampunan pajak.

7. Pengampunan pajak berlangsung dengan peri-ode tarif sesuai dengan perlakuan yang dibe-rikan.

8. Setelah pengampunan pajak berakhir akan di-lakukan pemeriksaan pajak, yang sebelumnyadilakukan pengambilan bola secara acak sesuaidengan peluang pemeriksaannya oleh Enume-rator.

9. Jika terdapat peluang pengampunan pajak se-lanjutnya, maka Enumerator juga akan mela-kukan pengambilan bola secara acak untukmenentukan apakah ada pengampunan pajaklagi atau tidak.

10. Jika ternyata ada pengampunan pajak lagi, ma-ka pengampunan pajak dilakukan dengan pro-sedur yang sama tetapi dengan 1 periode tarifdengan tarif sebesar 5%. Jika tidak ada pengam-punan pajak lanjutan, maka percobaan selesai.

Metode Analisis Data

Analysis of Variance (ANOVA)

Penelitian ini berfokus kepada bagaimana faktor-faktor yang diteliti akan memengaruhi kepatuhanwajib pajak pada kebijakan pengampunan pajak.Untuk itu digunakan metode ekonomi eksperimen-tal untuk melihat pengaruh keempat faktor tersebut(ekspektasi, periode tarif, denda, dan pemeriksa-an) beserta interaksinya terhadap beberapa responsyang dikaji. Oleh karena untuk menggambarkan

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 11: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 31

Tabel 3: Kombinasi Perlakuan dalam Percobaan Ekonomi Pengampunan Pajak

No Kombinasi Keterangan1 E1, T1, D1, P1 Ekspektasi 0% 3 Periode Tidak ada denda Audit 25%2 E1, T1, D1, P2 Ekspektasi 0% 3 Periode Tidak ada denda Audit 75%3 E1, T1, D2, P1 Ekspektasi 0% 3 Periode Denda 200% Audit 25%4 E1, T1, D2, P2 Ekspektasi 0% 3 Periode Denda 200% Audit 75%5 E1, T2, D1, P1 Ekspektasi 0% 2 Periode Tidak ada denda Audit 25%6 E1, T2, D1, P2 Ekspektasi 0% 2 Periode Tidak ada denda Audit 75%7 E1, T2, D2, P1 Ekspektasi 0% 2 Periode Denda 200% Audit 25%8 E1, T2, D2, P2 Ekspektasi 0% 2 Periode Denda 200% Audit 75%9 E2, T1, D1, P1 Ekspektasi 75% 3 Periode Tidak ada denda Audit 25%

10 E2, T1, D1, P2 Ekspektasi 75% 3 Periode Tidak ada denda Audit 75%11 E2, T1, D2, P1 Ekspektasi 75% 3 Periode Denda 200% Audit 25%12 E2, T1, D2, P2 Ekspektasi 75% 3 Periode Denda 200% Audit 75%13 E2, T2, D1, P1 Ekspektasi 75% 2 Periode Tidak ada denda Audit 25%14 E2, T2, D1, P2 Ekspektasi 75% 2 Periode Tidak ada denda Audit 75%15 E2, T2, D2, P1 Ekspektasi 75% 2 Periode Denda 200% Audit 25%16 E2, T2, D2, P2 Ekspektasi 75% 2 Periode Denda 200% Audit 75%

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

kepatuhan wajib pajak digunakan tiga respons, ma-ka dalam penelitian ini dilakukan analisis pada3 Analysis of Variance (ANOVA). Rancangan yangdigunakan pada penelitian ini adalah RancanganAcak Kelompok Faktorial (RAKF) karena ulangandianggap memberikan keragaman, sehingga ulang-an dimasukkan ke dalam model dengan modelsebagai berikut:

Yi jklm = µ+αi +β j +γk +δl +θm +(αβ)i j +(αγ)ik +(αδ)il

+ (βγ) jk + (βδ) jl + (γδ)kl + (αβγ)i jk + (αβδ)i jl

+ (βγδ) jkl + (αγδ)ikl + (αβγδ)i jkl + εi jklm

(1)

dengan:

i = 1,2; j = 1,2; k = 1,2; l = 1,2; m = 1,2,3;Yi jklm : Persentase keikutsertaan wajib pajak pada

faktor ekspektasi tentang adanya kebijakanpengampunan pajak di masa depan taraf ke-i,faktor periode tarif pengampunan taraf ke- j,faktor denda setelah masa pengampunan ke-k,faktor pemeriksaan pajak ke-l, dan ulanganke-m;

Yi jklm : Persentase unit harta yang dilaporkan da-ri yang seharusnya dilaporkan pada faktorekspektasi tentang adanya kebijakan pengam-punan pajak di masa depan taraf ke-i, faktorperiode tarif pengampunan taraf ke- j, faktor

denda setelah masa pengampunan ke-k, faktorpemeriksaan pajak ke-l, dan ulangan ke-m;

Yi jklm : Persentase nilai harta yang dilaporkan da-ri yang seharusnya dilaporkan pada faktorekspektasi tentang adanya kebijakan pengam-punan pajak di masa depan taraf ke-i, faktorperiode tarif pengampunan taraf ke- j, faktordenda setelah masa pengampunan ke-k, faktorpemeriksaan pajak ke-l, dan ulangan ke-m;

µ : Rata-rata penerimaan pajak secara umum (tanpamemperhatikan empat faktor);

αi : Pengaruh ekspektasi tentang adanya kebijakanpengampunan pajak di masa depan taraf ke-i(i = 1 untuk peluang terjadinya pengampunanpajak di masa depan 0%, i = 2 untuk peluangterjadinya pengampunan pajak di masa depan75%);

β j : Pengaruh periode tarif pengampunan pajaktaraf ke- j ( j = 1 tarif pengampunan pada peri-ode I sebesar 2%, periode II sebesar 3%, danperiode III sebesar 5%, j = 2 untuk tarif pe-ngampunan pada periode I sebesar 2% danperiode II sebesar 5%);

γk : Pengaruh denda setelah masa pengampunanpajak taraf ke-k (k = 1 tidak ada denda setelahmasa pengampunan pajak, k = 2 untuk dendasetelah masa pengampunan pajak 200%);

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 12: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...32

δl : Pengaruh faktor pemeriksaan pajak setelahmasa pengampunan pajak taraf ke-l (l = 1peluang terjadinya pemeriksaan pajak 25%,l = 2 peluang terjadinya pemeriksaan pajak75%);

θm : Pengaruh ulangan ke-m (m = 1 untuk ulangan1, m = 2 untuk ulangan 2, m = 3 untuk ulangan3);

(αβ)i j : Pengaruh interaksi antara faktor ekspektasitentang adanya kebijakan pengampunan pajakdi masa depan taraf ke-i dengan faktor periodetarif pengampunan pajak ke- j;

(αγ)ik : Pengaruh interaksi antara faktor ekspektasitentang adanya kebijakan pengampunan pajakdi masa depan taraf ke-i dengan faktor dendasetelah masa pengampunan pajak ke-k;

α(αδ)il : Pengaruh interaksi antara faktor ekspek-tasi tentang adanya kebijakan pengampunanpajak di masa depan taraf ke-i dengan faktorpemeriksaan pajak setelah masa pengampunanpajak ke-l;

(βγ) jk : Pengaruh interaksi antara faktor periodetarif pengampunan pajak ke- j dengan faktordenda setelah masa pengampunan pajak ke-k;

(βδ) jl : Pengaruh interaksi antara faktor periodetarif pengampunan pajak ke- j dengan faktorpemeriksaan pajak setelah masa pengampunanpajak ke-l;

(γδ)kl : Pengaruh interaksi antara faktor denda sete-lah masa pengampunan pajak ke-k dengan fak-tor pemeriksaan pajak setelah masa pengam-punan pajak ke-l;

(αβγ)i jk : Pengaruh interaksi antara faktor ekspek-tasi tentang adanya kebijakan pengampunanpajak di masa depan taraf ke-i, faktor perio-de tarif pengampunan pajak ke- j, dan faktordenda setelah masa pengampunan pajak ke-k;

(αβδ)i jl : Pengaruh interaksi antara faktor ekspek-tasi tentang adanya kebijakan pengampunanpajak di masa depan taraf ke-i, faktor periodetarif pengampunan pajak ke- j, dan faktor pe-

meriksaan pajak setelah masa pengampunanpajak ke-l;

(βγδ) jkl : Pengaruh interaksi antara faktor periodetarif pengampunan pajak ke- j, faktor dendasetelah masa pengampunan pajak ke-k, dan fak-tor pemeriksaan pajak setelah masa pengam-punan pajak ke-l;

(αγδ)ikl : Pengaruh interaksi antara faktor ekspek-tasi tentang adanya kebijakan pengampunanpajak di masa depan taraf ke-i, faktor dendasetelah masa pengampunan pajak ke-k, dan fak-tor pemeriksaan pajak setelah masa pengam-punan pajak ke-l;

(αβγδ)i jkl : Pengaruh interaksi antara faktor ekspek-tasi tentang adanya kebijakan pengampunanpajak di masa depan taraf ke-i, faktor periodetarif pengampunan pajak ke- j, faktor dendasetelah masa pengampunan pajak ke-k, dan fak-tor pemeriksaan pajak setelah masa pengam-punan pajak ke-l; dan εi jklm] : Pengaruh acakyang menyebar normal (0, σ2).

Untuk menguji apakah faktor-faktor yang di-cobakan dan interaksinya berpengaruh signifikanterhadap respons, digunakanlah analisis ANOVA.Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F.Hipotesis dari uji ini adalah sebagai berikut:H0 : H0 : µ1 = ... = µk = µ, (Semua perlakuanmemberikan respons yang sama), k = banyaknyaperlakuan;H1 : paling sedikit ada sepasang perlakuan (i, j),dengan µi 6= µ j.

Kriteria pengambilan keputusan yaitu tolak H0

jika Fhitung > Ftabel. Pengujian uji F dapat ditampilkandalam tabel sidik ragam seperti pada Tabel 4.

Uji Perbandingan Berganda

Jika dari hasil statistik uji-F mengindikasikan bah-wa faktor dan interaksinya berpengaruh signifikan,maka dilanjutkan dengan uji perbandingan ber-ganda (multiple comparison tests) untuk mengkajigambaran detail dari pengaruh faktor atau interak-

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 13: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 33

Tabel 4: Tabel Sidik Ragam

Sumber Keragaman Derajat Bebas (db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) FhitungEkspektasi (E) e − 1 JKE KTE KTE/KTGalatPeriode Tarif (T) t − 1 JKT KTT KTT/KTGalatDenda (D) d − 1 JKD KTD KTD/KTGalatPemeriksaan (P) p − 1 JKP KTP KTP/KTGalatE*T (e − 1)(t − 1) JKET KTET KTET/KTGalatE*T*D*P (e − 1)(t − 1)(d − 1)(p − 1) JKETDP KTETDP KTETDP/KTGalatGalat etdp(r − 1) JKGalat KTGalatTotal etdpr − 1 JKTotal

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

sinya. Beberapa uji perbandingan berganda dapatdilakukan seperti Least Significant Difference (LSD)atau biasa dikenal dengan uji Beda Nyata Terkecil(BNT), Honestly Significant Difference (HSD) ataubiasa dikenal dengan uji Tukey atau Beda NyataJujur (BNJ), uji Duncan, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini digunakan uji BNT. Hipote-sis dari uji BNT adalah sebagai berikut:H0 : µi = µ j (Rata-rata perlakuan i sama dengan j),i, j = 1, 2, ..., k (Banyaknya perlakuan) dan i 6= j;H1 : µi 6= µ j (Rata-rata perlakuan i tidak samadengan j).

Kedua kelompok perlakuan dikatakan signifi-

kan jika |yi − y j|> t(α; dbgalat)

c2KTGalat

s, dengan

yi adalah rata-rata kelompok i, y j adalah rata-ratakelompok j, dan s adalah jumlah observasi dalamkelompok (Williams dan Abdi, 2010). Dalam hal ini,kelompok yang diperbandingkan memiliki jumlahobservasi yang sama sebesar s dan diasumsikangalat antarperlakuan bersifat homogen. Jika tidakhomogen, maka nilai 2KTGalat

s dapat diganti denganpenjumlahan dari masing-masing ragam perlakuandibagi dengan jumlah observasi

�R1s1

+ R2s2

dengan

R1 adalah ragam kelompok I dan R2 adalah ragamkelompok II, sedangkan s1 adalah jumlah observasikelompok I dan s2 adalah jumlah observasi kelom-pok II.

Uji Asumsi ANOVA

Analisis ragam merupakan salah satu teknik sta-tistika parametrik yang digunakan untuk meng-

uji perbedaan pengaruh dari beberapa perlakuanmenggunakan uji F. Dalam menggunakan statistikaparametrik yang modelnya diderivasi dari sebarantertentu, dalam kasus ini sebaran normal, uji-ujistatistiknya pun memerlukan asumsi yang harus di-penuhi untuk kevalidannya. Pada ANOVA sendiriada beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu:

1. Bagi setiap populasi perlakuan j, error ei j ter-distribusi normal;

2. Bagi setiap populasi j, distribusi ei j memilikivarian yang sama, yaitu σ2

e ;3. Error yang terjadi pada setiap pasangan bersifat

saling bebas.

Jika ketiga asumsi di atas terpenuhi, maka nilaidari uji F valid (Montgomery, 2013). Asumsi per-tama yang mengatakan bahwa error ei j bagi setiapperlakuan j terdistribusi normal dapat diuji denganuji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis dari uji ini ada-lah sebagai berikut:H0 : Fs(x) = Ft(x), (Data terdistribusi mengikutisebaran tertentu);H1 : Fs(x) 6= Ft(x), (Data tidak terdistribusi mengi-kuti sebaran tertentu).

Nilai x di sini adalah nilai error. Pada prinsipnya,uji ini menghitung selisih absolut dari Fs(x) (dis-tribusi frekuensi kumulatif sampel) dengan Ft(x)(distribusi frekuensi kumulatif teoretis, dalam kasusini distribusi normal), sehingga rumusnya adalahsebagai berikut (Massey Jr, 1951):

D = maximum|Fs(x) − Ft(x)|

Setelah mendapatkan nilai D, akan dibandingkan

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 14: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...34

dengan nilai k pada tabel Kolmogorov-Smirnov. Jikanilai D > k, maka tolak H0.

Asumsi kedua juga mengatakan bahwa ragamdari error pada masing-masing populasi perlaku-an adalah homogen. Implikasinya adalah bahwaragam dari yi j pada masing-masing kelompok jadalah sama (σ2

1 = σ22 = · · · = σ2

j ). Dalam penelitianini digunakan uji Levene dengan hipotesis sebagaiberikut:H0 : σ2

1 = σ22 = · · · = σ2

k ;H1 : σ2

i 6= σ2j , untuk sedikitnya satu pasang (i, j).

dengan statistik uji dari uji Levene sebagai berikut(Gastwirth et al., 2009):

w =pN−kq

∑ki=1 nipZi.−Z..q

2

pk−1q∑k

i=1∑ni

j=1pZi j−Zi.q2

dengan N adalah jumlah observasi, k adalah banyak-nya perlakuan, Zi j = |Yi j − Yi.|, Yi. adalah rata-rataperlakuan ke-i, Zi. adalah rata-rata kelompok dariZi, dan Z.. adalah rata-rata keseluruhan dari Zi j de-ngan kriteria keputusan tolak H0 jika W > Fα;k−1;n−k.

Apabila proses pengacakan dilakukan secara be-nar, maka asumsi yang ketiga yaitu independensiantareror pada umumnya dapat terpenuhi.

Hasil dan Analisis

Secara umum, hasil dari percobaan ekonomi me-nunjukkan bahwa keikutsertaan mahasiswa dalampercobaan ini sebagai wajib pajak sangat tinggi,yaitu mencapai 93% yang ditunjukkan oleh Gam-bar 3. Kebijakan pengampunan pajak ini diresponsdengan baik oleh wajib pajak, ditandai dengan an-tusiasnya keikutsertaan wajib pajak sebagai upayamelaporkan harta yang sebelumnya tidak dibayarpajaknya. Akan tetapi, tingginya keikutsertaan initidak diiringi dengan pelaporan unit harta seca-ra keseluruhan. Meskipun wajib pajak ikut dalampengampunan pajak, tidak semua harta dideklara-sikan dan harta yang dideklarasikan pada pengam-punan pajak hanyalah harta-harta kecil saja. Hal iniditunjukkan oleh rendahnya persentase unit harta

yang dilaporkan dari yang seharusnya dilaporkan,yaitu sebesar 62% dan persentase dari nilai hartayang dilaporkan dari yang seharusnya dilaporkanjuga cukup rendah sebesar 64%.

Hasil percobaan menjelaskan bahwa wajib pa-jak masih belum patuh terhadap kewajiban pajak,meskipun pemerintah telah melakukan kebijakanpengampunan terhadap pajak yang belum diba-yarkan pada masa lalu. Untuk itu akan dikaji lebihlanjut tentang pengaruh dari faktor-faktor pentingdalam percobaan terhadap masing-masing indika-tor tingkat kepatuhan pajak.

Gambar 3: Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak padaKebijakan Pengampunan Pajak

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

Pengaruh Ekspektasi, Periode Tarif, Den-da, dan Pemeriksaan terhadap Keikutser-taan Wajib Pajak pada Kebijakan Peng-ampunan Pajak

Tingkat kepatuhan wajib pajak salah satunya digam-barkan oleh persentase keikutsertaan wajib pajakpada kebijakan pengampunan pajak. Untuk meli-hat pengaruh dari faktor ekspektasi, periode tarif,denda, dan pemeriksaan pajak, maka digunakananalisis keragaman. Pada respons keikutsertaan,analisis keragaman tidak dapat digunakan karenatidak memenuhi asumsi. Oleh karena itu, diguna-kan uji beda nilai tengah secara langsung terhadap

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 15: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 35

rerata masing-masing kombinasi perlakuan, baikfaktor utama maupun interaksinya. Hasil uji be-da nilai tengah pengaruh utama ditampilkan padaTabel 5.

Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian faktordenda signifikan secara statistik berdasarkan uji be-da nilai tengah rata-rata pada taraf nyata 5%. Ketikakebijakan pengampunan pajak diikuti dengan den-da, maka kebijakan ini mampu menambah persen-tase keikutsertaan wajib pajak menjadi lebih tinggiyang ditunjukkan pada Gambar 4. Secara psikologi,wajib pajak mempertimbangkan besar denda da-lam keputusannya mengikuti pengampunan pajak.Pemberian denda pada pengampunan pajak efek-tif digunakan untuk mengatasi rendahnya tingkatkepatuhan pajak.

Gambar 4: Pengaruh Denda terhadap PersentaseKeikutsertaan Wajib Pajak pada Pengampunan Pajak

Keterangan: Huruf pada balok data menunjukkanpembandingan nilai tengah tiap kelompok perlakuan

berdasarkan uji beda nyata terkecil pada taraf nyata 0,05Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

Hasil ini konsisten dengan penelitian Juanda etal. (2010), bahwa semakin tinggi denda, maka akansemakin tinggi tingkat kepatuhan pajaknya danselaras dengan penelitian Alm et al. (1990), bahwadenda dalam pengampunan pajak akan mening-katkan kepatuhan dalam kebijakan pengampunanpajak. Hasil percobaan ini juga sesuai dengan im-plementasi pengampunan pajak Indonesia tahun2016. Dengan menetapkan denda 200% di dalamkerangka kebijakan pengampunan pajak, kebijakanini dinilai berhasil dilihat dari 900 ribu wajib pajak

yang ikut serta dan nilai deklarasi harta melebihiRp4.000 triliun, melebihi target yang ditetapkan.

Secara keseluruhan, keikutsertaan wajib pajakpada percobaan ini sangat tinggi yaitu sebesar 93%.Artinya, secara umum wajib pajak mendaftarkandiri ikut serta dalam pengampunan pajak kare-na momen ini merupakan kesempatan bagi wajibpajak untuk melaporkan harta yang sebelumnya di-sembunyikan. Tingginya respons keikutsertaan inidisebabkan oleh pengaruh denda yang diterapkanpada pengampunan pajak yang signifikan secarastatistik. Sementara itu, beberapa faktor lain yangdiduga memengaruhi keikutsertaan berdasarkanTabel 5 tidak berpengaruh signifikan.

Respons dari keikutsertaan relatif sama ketikawajib pajak diberikan pemeriksaan ketat (Peluangdiperiksa 75%) maupun longgar (Peluang diperik-sa 25%) yaitu berturut-turut sebesar 93,05% dan93,75%. Begitu juga dengan faktor ekspektasi akanadanya pengampunan pajak di kemudian hari. Per-sentase keikutsertaan wajib pajak tidak terpengaruhdengan kemungkinan adanya pengampunan pajakdi kemudian hari (Peluang pengampunan pajak dikemudian hari 75%). Rata-rata persentase keikutser-taannya adalah 93,05% untuk yang diberikan perla-kuan akan ada pengampunan pajak di kemudianhari dan 93,75% untuk yang diberikan perlakuanbahwa pengampunan pajak tidak akan terulangkembali. Akan tetapi, ketika kebijakan pengam-punan pajak dilakukan kembali pada percobaan,terlihat dari Gambar 5, sekitar 47% dari wajib pajakyang hartanya masih ada yang belum dilaporkanpada pengampunan pajak pertama diikutsertakanpada pengampunan pajak kedua. Ketika timbuladanya ekspektasi dari masyarakat akan adanyapengulangan kebijakan serupa di kemudian hari,wajib pajak cenderung menunggu dan tidak mela-porkan keseluruhan hartanya pada pengampunanpajak pertama. Hal ini yang membuat kebijakan pe-ngampunan pajak mendapatkan hasil yang kurangmaksimal.

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 16: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...36

Tabel 5: Uji Beda Nilai Tengah Pengaruh Utama Faktor Ekspektasi, Periode Tarif, Denda, dan Pemeriksaan terhadapPersentase Keikutsertaan Wajib Pajak pada Kebijakan Pengampunan Pajak

Kondisi Persentase Keikutsertaan Wajib Pajak (%) Ragam (σ2) T-Value P-ValueTidak ada ekspektasi (Peluang 0%) 93,750 Sama 0.19 0.85Ada ekspektasi (Peluang 75%) 93,056Tarif 2 periode (2%, 5%) 95,833 Sama 1.34 0.184Tarif 3 periode (2%, 3%, 5%) 90,972Tidak ada denda (Denda 0%) 87,500 Beda -3.42 0.001**Ada denda (200%) 99,306Pemeriksaan longgar (Peluang 25%) 93,750 Sama 0.19 0.85Pemeriksaan ketat (Peluang 75%) 93,056

Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Gambar 5: Keikutsertaan Wajib Pajak pada Kebijakan Pengampunan Pajak KeduaSumber: Diolah Menggunakan SPSS

Faktor lain yang dianggap penting untuk mena-rik keikutsertaan wajib pajak adalah periode tarifpengampunan. Tarif pengampunan yang rendahdari pemerintah didesain untuk menarik agar wajibpajak yang sebelumnya tidak patuh untuk ikut pa-da pengampunan pajak. Karena untuk ikut dalampengampunan pajak cukup mudah, yakni wajib pa-jak cukup dengan membayar uang tebusan, yaituaset atau harta yang sebelumnya disembunyikanakan dikenai tarif pengampunan yang cukup ren-dah, bukan dibayar dengan pajak yang seharusnya.Selain membayar uang tebusan, wajib pajak jugaharus mendeklarasikan semua harta yang belumdibayarkan pajaknya.

Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa mes-kipun tidak signifikan secara statistik, hasil menun-jukkan bahwa ketika tarif pengampunan diterap-kan dengan 2 periode saja, dengan tarif 2% lebihpanjang, menghasilkan persentase yang lebih besar.Wajib pajak secara psikologis akan lebih menyukai

tarif rendah, apalagi tarif selanjutnya melonjak ting-gi yaitu 5% seperti yang ditunjukkan pada Gambar6. Hal ini yang membuat keikutsertaan wajib pajaklebih banyak ketika diterapkan 2 periode tarif.

Sementara periode tarif yang diterapkan di In-donesia sendiri adalah bertahap 3 periode. Denganhanya diterapkan 3 periode tarif, Indonesia mampumendapatkan jumlah deklarasi harta di luar target,yaitu lebih dari Rp4.000 triliun. Dapat dilihat padaGambar 2, bahwa pada periode pertama yaitu padatarif pengampunan paling rendah sebesar 2%, peme-rintah mendapatkan lebih dari 2.000 deklarasi harta.Artinya, wajib pajak lebih menyukai tarif pengam-punan yang lebih rendah. Hasil percobaan dapatdijadikan sebagai desain pada pengampunan pajak,bahwa dengan 2 periode tarif lebih banyak persen-tase keikutsertaannya karena tarif pengampunanpajaknya lebih panjang dibandingkan dengan 3 per-iode tarif. Untuk itu, penerapan sistem tarif yangtepat sebagai upaya untuk menarik wajib pajak un-

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 17: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 37

Gambar 6: Pengaruh Periode Tarif terhadap Persentase Keikutsertaan Wajib Pajak pada Pengampunan PajakKeterangan: Huruf pada balok data menunjukkan pembandingan nilai tengah tiap kelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyata

terkecil pada taraf nyata 0,05Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

tuk ikut serta pada pengampunan pajak merupakansalah satu faktor penting yang harus diperhatikandemi kesuksesan kebijakan pengampunan pajak.

Interaksi yang signifikan juga dihasilkan antaraperiode tarif dan denda yang dijelaskan pada Gam-bar 7 yang dapat digunakan untuk menjelaskanhubungan antara periode tarif dan denda. Pene-rapan denda 0% dan 200% memberikan responsyang sama jika diterapkan menggunakan 2 periodetarif, tetapi akan menghasilkan respons yang ber-beda jika diterapkan menggunakan 3 periode tarif.Artinya, penerapan denda akan maksimal meng-hasilkan keikutsertaan 100% jika diterapkan padapengampunan pajak menggunakan 3 periode tarifseperti yang dilakukan di Indonesia saat ini.

Pengaruh Ekspektasi, Periode Tarif, Den-da, dan Pemeriksaan terhadap PersentaseUnit Harta yang Dilaporkan Wajib Pajakpada Kebijakan Pengampunan Pajak

Kepatuhan pada kebijakan pengampunan pajak ti-dak hanya dilihat dari seberapa besar wajib pajakikut serta dalam pengampunan pajak, tetapi akandilihat juga seberapa besar persentase unit hartayang dilaporkan dari yang seharusnya dilaporkan.

Jika dilihat dari hasil percobaan secara keseluruh-an, rata-rata persentase keikutsertaan wajib pajaksebesar 93%. Akan tetapi tingginya keikutsertaanini tidak disertai dengan tingginya persentase unitharta yang dilaporkan dari yang seharusnya dila-porkan. Rerata keseluruhan dari persentase unitharta yang dilaporkan, dari yang seharusnya di-laporkan, hanya sebesar 62%. Artinya, meskipunwajib pajak ikut pengampunan pajak, tetapi wa-jib pajak tersebut tidak melaporkan keseluruhanhartanya.

Berdasarkan hasil percobaan, dapat dilihat pa-da tabel sidik ragam (Tabel 6) yang menunjukkanbahwa, faktor denda setelah pengampunan pajakdan ekspektasi akan adanya pengampunan pajakdi kemudian hari berpengaruh signifikan terhadapunit harta yang dilaporkan wajib pajak pada peng-ampunan pajak pada taraf nyata 5%. Tidak hanyaitu, interaksi antara denda dan pemeriksaan pajakjuga berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5%.Pengaruh dari faktor denda tergantung dari faktorpemeriksaan atau sebaliknya. Terlihat pada tabelsidik ragam ketiga bahwa nilai p-value dari faktordenda, ekspektasi, dan interaksi antara denda danpemeriksaan berturut-turut 0,000; 0,037; dan 0,018yang nilainya kurang dari nilai α yang ditetapkan

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 18: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...38

Gambar 7: Pengaruh Interaksi antara Periode Tarif dan Denda terhadap Persentase Keikutsertaan Wajib Pajak padaPengampunan Pajak

Keterangan: Huruf pada balok data menunjukkan pembandingan nilai tengah tiap kelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyataterkecil pada taraf nyata 0,05

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

yaitu 5%.

Untuk memastikan apakah hasil dari uji anali-sis ragam (ANOVA) yang tergambar pada Tabel 6valid, dilakukan uji asumsi yaitu kenormalan dankehomogenan ragam sisaan. Hasil uji Levene’s (ke-homogenan ragam) dan uji Kolmogorov-Smirnov(kenormalan) menunjukkan bahwa sisaan meme-nuhi asumsi kenormalan dan kehomogenan ragam.

Setelah asumsi dari ANOVA terpenuhi, dilaku-kan uji lanjutan dengan BNT untuk mengetahuiperbedaan pengaruh dari kombinasi perlakuan. Un-tuk pengaruh faktor utama dapat dilihat dari tabelsidik ragam karena hanya memiliki dua taraf un-tuk masing-masing faktor. Jika pada tabel sidikragam berpengaruh signifikan, maka kedua tarafberbeda pengaruhnya. Untuk pengaruh interaksi,dilakukan uji BNT untuk melihat perbedaan penga-ruhnya. Hasil dari uji BNT digambarkan denganhuruf yang berbeda pada grafik jika pengaruhnyaberbeda dengan yang lain dan huruf yang samajika pengaruhnya sama.

Dapat dilihat juga pada Tabel 6 tentang kebaikanmodel yang diperoleh dari nilai koefisien determi-nasi (R2). Seberapa besar porsi total keragaman dari

Y (unit harta yang dilaporkan) dapat dijelaskanoleh model. Dalam model, keragaman dari responsY dijelaskan oleh faktor-faktor yang dicobakan be-serta interaksinya. Nilai koefisien determinasi yangdihasilkan adalah sebesar 56,7%, artinya sebesar56,7% keragaman dari Y dijelaskan oleh model. Ni-lai R2 yang didapatkan cukup bagus, karena selainfaktor-faktor yang dicobakan, masih banyak fak-tor yang diduga dapat memengaruhi wajib pajakuntuk melaporkan unit hartanya pada kebijakanpengampunan pajak.

Penelitian Juanda et al. (2017) menambahkan fak-tor kekayaan, selain faktor ekspektasi, periode tarif,denda, dan pemeriksaan, untuk melihat pengaruh-nya terhadap respons unit harta yang dilaporkanpada pengampunan pajak. Faktor kekayaan berpe-ngaruh signifikan terhadap respons dan nilai R2

yang dihasilkan juga lebih tinggi setelah penam-bahan faktor kekayaan yaitu sebesar 64,5%.

Sama halnya dengan respons pada keikutserta-an pada pengampunan pajak, faktor denda efektifdalam memengaruhi keputusan wajib pajak un-tuk melaporkan unit hartanya pada pengampunanpajak. Hal ini tergambar dari signifikannya fak-

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 19: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 39

Tabel 6: Tabel Sidik Ragam Faktor Ekspektasi, Periode Tarif, Denda, dan Pemeriksaan terhadap Persentase Unit Hartayang Dilaporkan Wajib Pajak pada Pengampunan Pajak

Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-Hitung P-ValueCorrected Model 39.211,231a 33 1.188,219 2,461 0,001Intercept 369.241,028 1 369.241,028 764,858 0,000Tarif (T) 789,057 1 789,057 1,634 0,206Denda (D) 16.839,249 1 16.839,249 34,881 0,000**Pemeriksaan (P) 682,482 1 682,482 1,414 0,239Ekspektasi (E) 2.200,352 1 2.200,352 4,558 0,037**Ulangan 2.600,627 2 1.300,313 2,694 0,076Tarif*Denda 1.159,649 1 1.159,649 2,402 0,126Tarif*Pemeriksaan 0,884 1 0,884 0,002 0,966Tarif*Ekspektasi 1,759 1 1,759 0,004 0,952Denda*Pemeriksaan 2.868,549 1 2.868,549 5,942 0,018**Denda*Ekspektasi 814,716 1 814,716 1,688 0,199Pemeriksaan*Ekspektasi 858,439 1 858,439 1,778 0,187T*D*P 180,186 1 180,186 0,373 0,543T*D*E 277,804 1 277,804 0,575 0,451T*P*E 68,578 1 68,578 0,142 0,708D*P*E 301,136 1 301,136 0,624 0,433T*D*P*E 20,889 1 20,889 0,043 0,836Faktor lain 9.546,875 16 596,679 1,236Error 29.930,972 62 482,758Total 438.383,231 96Corrected Total 69.142,202 95

Keterangan: a R Squared = 0,567 (Adjusted R Squared = 0,337)** Signifikan pada taraf 5%

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

tor denda pada taraf 5% pada tabel sidik ragam.Ketika penerapan kebijakan pengampunan pajakdisertai dengan denda, akan menaikkan persentaseunit harta yang dilaporkan dari yang seharusnyadilaporkan yaitu sebesar 26,5%. Hasil ini memperte-gas bahwa pelaksanaan pengampunan pajak harusdisertai dengan denda, sehingga para penggelappajak, selain ikut serta dalam pengampunan pajakjuga melaporkan semua harta yang sebelumnya di-sembunyikan. Respons persentase nilai harta yangdilaporkan oleh wajib pajak akibat pengaruh dendadapat dilihat pada Gambar 8.

Selain faktor denda, faktor ekspektasi akan ada-nya kebijakan pengampunan pajak di kemudianhari juga berpengaruh signifikan terhadap persenta-se unit harta yang dilaporkan dari yang seharusnyadilaporkan pada pengampunan pajak. Munculnyaekspektasi ini akibat dari kurangnya kredibilitas pe-merintah. Pemerintah dianggap tidak kredibel olehmasyarakat karena melakukan pengampunan pajaksecara berulang. Hal ini memunculkan ekspektasi

Gambar 8: Pengaruh Denda terhadap Persentase UnitHarta yang Dilaporkan Wajib Pajak pada Pengampunan

PajakSumber: Diolah Menggunakan SPSS

di masyarakat bahwa akan ada kebijakan pengam-punan pajak di kemudian hari, sehingga wajib pajakakan menjadi tidak patuh akan kewajiban pajaknyadengan menunggu kebijakan serupa di kemudianhari. Dalam percobaan ekonomi ini, wajib pajakakan dihadapkan pada kemungkinan bahwa kebi-

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 20: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...40

jakan pengampunan pajak akan terulang kembalidengan peluang 75%.

Hasil dari percobaan menunjukkan adanya per-bedaan ketika wajib pajak dihadapkan dengan pe-ngampunan pajak yang hanya sekali saja, yaitupeluang pengampunan pajak di masa depan sebe-sar 0% dan jika ada peluang yang tinggi sebesar 75%akan adanya kebijakan serupa di kemudian hari.Hal ini terlihat jelas bahwa jika ada pengampunanpajak di masa depan, wajib pajak cenderung ataubanyak yang menyimpan hartanya untuk diikut-kan pada pengampunan pajak selanjutnya sepertiyang ditunjukkan pada Gambar 9, sehingga wajibpajak akan tetap tidak patuh meskipun diadakanpengampunan pajak karena masih mengharapkanakan adanya pengampunan pajak di kemudian haridan wajib pajak akan mengambil keuntungan darisituasi seperti ini.

Gambar 9a adalah respons dari unit harta yangdilaporkan pada pengampunan pajak pertama. Ter-lihat bahwa respons harta yang dilaporkan wajibpajak relatif sama atau tidak signifikan secara sta-tistik antara yang kemungkinan ada pengampunanpajak di kemudian hari dengan yang tidak adapeluang pengampunan pajak di kemudian hari.Namun, ketika ada kebijakan pengampunan pajakkedua, terlihat pada Gambar 9b, ada penambahanpersentase unit harta yang dilaporkan sebesar 4%yang membuat pengaruh ekspektasi signifikan se-cara statistik berdasarkan Tabel 6. Hasil percobaanini mendukung percobaan yang dilakukan Alm etal. (1990), bahwa ekspektasi akan adanya kebijak-an pengampunan pajak akan menurunkan tingkatkepatuhan pajak.

Penerapan pengampunan pajak sendiri sebaik-nya dilakukan sekali saja karena dapat membuatkepatuhan pajak menurun jika dilakukan berulang-ulang. Kebijakan ini selain memberikan dampakpositif juga memberikan dampak negatif. Ketidaka-dilan yang diterima wajib pajak patuh karena wajibpajak menganggap kebijakan ini menguntungkan

wajib pajak tidak patuh, sehingga akan membuatkepatuhan wajib pajak patuh akan menurun. Apa-lagi ditambah dengan pemerintah yang melakukankebijakan ini berulang-ulang. Hasil dari percobaanekonomi ini membuktikan bahwa kebijakan pe-ngampunan pajak sebaiknya dilakukan satu kalisaja diikuti dengan sistem yang baik. Dibuktikanjuga beberapa negara yang melakukan kebijakanini secara berulang-ulang seperti India (11 kali),Bangladesh (18 kali), dan Sri Lanka (11 kali) tidakberhasil (Ibrahim et al., 2017).

Pemeriksaan pajak setelah kebijakan pengam-punan pajak juga merupakan faktor penting yangdapat memengaruhi wajib pajak untuk melaporkanhartanya pada pengampunan pajak. Mekanismepush yang digunakan untuk memaksa wajib pajaktidak patuh untuk mengikuti pengampunan pa-jak lewat denda, harus disertai dengan keseriusanpemerintah dalam melakukan pemeriksaan pajak.Dalam pengampunan pajak sendiri, pemeriksaanpajak dilakukan setelah masa pengampunan pajakberakhir. Jika masih ada harta yang seharusnya dila-porkan tetapi tidak dilaporkan, akan dikenai dendayang ditetapkan yaitu sebesar 200% dari pajak jikawajib pajak diperiksa oleh petugas pajak. Karenabegitu banyaknya wajib pajak yang mengikuti pe-ngampunan pajak dan tidak memungkinkannyawajib pajak untuk diperiksa secara keseluruhan ter-kendala biaya dan sumber daya, maka setiap wajibpajak memiliki peluang untuk terkena pemeriksaanpajak.

Gambaran mengenai peluang pemeriksaan padapengampunan pajak di Indonesia dapat digambar-kan oleh Peraturan Menteri Keuangan (PMK)Nomor 70/PMK.03/2017 Tentang Petunjuk TeknisMengenai Akses Informasi Keuangan untuk Kepen-tingan Perpajakan yang telah direvisi. Peraturanini menjelaskan tentang petunjuk teknis menge-nai akses informasi keuangan untuk kepentinganperpajakan, yang mana pemerintah memutuskanuntuk meningkatkan batas minimum saldo reke-

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 21: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 41

Gambar 9: Pengaruh Ekspektasi terhadap Persentase Unit Harta yang Dilaporkan Wajib Pajak pada PengampunanPajak Pertama (9a) dan Pengampunan Pajak Pertama Ditambah Pengampunan Pajak Kedua (9b)

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

ning keuangan yang wajib dilaporkan secara ber-kala dari semula Rp200 juta menjadi Rp1 miliar.Dengan perubahan ini, maka jumlah rekening yangwajib dilaporkan sekitar 496 ribu rekening atau se-kitar 0,25% dari keseluruhan rekening yang ada diperbankan saat ini. Jika dilihat dari kondisi sistempemeriksaan yang ada, peluang pemeriksaan untukwajib pajak pada kebijakan pengampunan pajakcukup rendah karena hanya sekitar 0,25% dari ke-seluruhan rekening yang ada di perbankan yangwajib dilaporkan kepada otoritas pajak. Meskipunrendah, dengan adanya PMK ini membuat sistempemeriksaan yang sekarang lebih baik karena aksesotoritas pajak pada sektor perbankan lebih leluasa.Dengan batas minimum saldo rekening keuanganyang wajib dilaporkan perbankan kepada otoritaspajak yaitu sebesar Rp1 miliar, membuat pemerik-saan pajak lebih efektif dan tepat sasaran yang padaawalnya tujuan kebijakan pengampunan pajak dila-kukan untuk menertibkan orang-orang kaya yangtidak taat pajak.

Pada percobaan ini diterapkan peluang peme-riksaan rendah dengan peluang 25% dan peluangpemeriksaan tinggi yaitu 75%. Meskipun tidak sig-nifikan secara statistik, hasil menunjukkan bah-

wa kecenderungan wajib pajak akan lebih patuhatau lebih banyak melaporkan unit hartanya pa-da pengampunan pajak jika wajib pajak memilikipeluang yang tinggi untuk terkena pemeriksaan.Gambar 10 menunjukkan pengaruh peluang peme-riksaan terhadap persentase unit harta yang dila-porkan. Sosialisasi yang baik kepada masyarakat,bahwa akan diadakannya pemeriksaan yang ke-tat setelah pengampunan pajak berakhir, misalnyadengan pemberitahuan akan adanya keterbukaaninformasi dapat membuat masyarakat menjadi le-bih patuh. Indonesia juga menerapkan hal ini dalammensosialisasikan kebijakan pengampunan pajak.

Hasil percobaan juga menunjukkan keterkaitanantara denda dan peluang pemeriksaan yang signi-fikan secara statistik. Artinya, pengaruh dari salahsatu faktor tergantung pada faktor lainnya atau ber-sifat tidak bebas. Gambar 11 menunjukkan bahwaketika kebijakan pengampunan pajak tidak disertaidenda, maka meskipun wajib pajak memiliki pelu-ang tinggi untuk diperiksa, respons wajib pajak da-lam melaporkan unit hartanya relatif sama denganwajib pajak yang memiliki peluang diperiksa ren-dah. Namun, ketika pengampunan pajak disertaidengan denda, respons berbeda ditunjukkan bahwa

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 22: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...42

Gambar 10: Pengaruh Pemeriksaan terhadap PersentaseUnit Harta yang Dilaporkan Wajib Pajak pada

Pengampunan PajakSumber: Diolah Menggunakan SPSS

wajib pajak yang memiliki peluang diperiksa lebihtinggi akan cenderung melaporkan unit hartanyapada pengampunan pajak lebih besar. Dapat dika-takan bahwa jika pengampunan pajak diterapkandengan menggunakan denda dan diikuti denganpeluang pemeriksaan yang ketat, maka akan dapatmembuat wajib pajak melaporkan unit hartanyalebih banyak atau tingkat kepatuhan wajib pajakakan meningkat jika penerapan kebijakan pengam-punan pajak diterapkan dengan diikuti pengetatanpeluang pemeriksaan dan adanya denda.

Sama pentingnya dengan mekanisme push yaitumemberikan denda dan peluang pemeriksaan yangketat, mekanisme pull juga merupakan cara yangdapat digunakan untuk menarik wajib pajak untukikut serta dan mendeklarasikan unit hartanya yaitumelalui tarif rendah. Jika dilihat pada Gambar 12,bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yangsignifikan antara 2 periode tarif dengan 3 periodetarif terhadap persentase unit harta yang dilapor-kan. Hal yang menarik adalah meskipun respons3 periode tarif cenderung lebih tinggi daripada 2periode tarif, keduanya memililiki kesamaan yai-tu periode dengan tarif rendah memiliki proporsiyang paling tinggi untuk masing-masing perlakuan.Wajib pajak lebih memilih tarif yang paling rendahuntuk melaporkan unit hartanya.

Pengaruh Ekspektasi, Periode Tarif, Den-da, dan Pemeriksaan terhadap PersentaseNilai Harta yang Dilaporkan Wajib Pajakpada Kebijakan Pengampunan Pajak

Persentase dari nilai harta yang dilaporkan wajibpajak dari yang seharusnya dilaporkan juga menja-di salah satu indikator dari tingkat kepatuhan pajakpada pengampunan pajak. Semakin besar persenta-se dari nilai harta yang dilaporkan pada pengam-punan pajak tentunya akan menambah pendapatanpajak di masa depan. Hasil yang didapatkan da-ri percobaan secara keseluruhan persentase darinilai harta yang dilaporkan dari yang seharusnyadilaporkan tidak terlalu tinggi hanya sebesar 64%.Meskipun keiikutsertaan wajib pajak tinggi yaitumencapai 93%, tetapi wajib pajak masih menyim-pan harta-harta bernilai tinggi yang seharusnyadilaporkan. Dapat dikatakan bahwa wajib pajakbelum sepenuhnya memanfaatkan pengampunanpajak. Wajib pajak masih mengambil keuntungandari harta yang bernilai besar tersebut. Padahal jikawajib pajak melaporkan harta-harta besar tersebut,negara akan dapat menambah penerimaan pajak-nya. Selain itu, jika harta tersebut berada di luarnegeri, dengan melaporkan harta tersebut dan me-lakukan repatriasi, maka dengan masuknya danabesar itu perekonomian akan tumbuh.

Untuk melihat pengaruh dari faktor ekspektasi,periode tarif, denda, dan pemeriksaan pajak di-gunakan analisis keragaman. Pada respons nilaiharta yang dilaporkan, analisis keragaman tidakdapat digunakan karena tidak memenuhi asumsi.Oleh karena itu, digunakan uji beda nilai tengahsecara langsung terhadap rerata masing-masingkombinasi perlakuan baik faktor utama maupuninteraksinya. Hasil uji beda nilai tengah pengaruhutama ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7 menjelaskan bahwa faktor denda ma-sih menjadi faktor penting dalam pengampunanpajak yang dapat memaksa wajib pajak untuk men-

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 23: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 43

Gambar 11: Pengaruh Interaksi antara Denda dan Pemeriksaan terhadap Persentase Unit Harta yang Dilaporkan padaPengampunan Pajak

Keterangan: Huruf pada balok data menunjukkan pembandingan nilai tengah tiap kelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyataterkecil pada taraf nyata 0,05

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

Gambar 12: Pengaruh Periode Tarif terhadap Persentase Unit Harta yang Dilaporkan Wajib Pajak pada PengampunanPajak

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

Tabel 7: Uji Beda Nilai Tengah Pengaruh Utama Faktor Ekspektasi, Periode Tarif, Denda, dan Pemeriksaan terhadapPersentase Nilai Harta yang Dilaporkan Wajib Pajak pada Kebijakan Pengampunan Pajak

Kondisi Persentase Nilai Harta yang dilaporkan (%) Ragam (σ2) T-Value P-ValueTidak ada ekspektasi (Peluang 0%) 61.881 Sama -0,75 0,453Ada ekspektasi (Peluang 75%) 66.181Tarif 2 periode (2%, 5%) 60.029 Sama -1,41 0,161Tarif 3 periode (2%, 3%, 5%) 68.033Tidak ada denda (Denda 0%) 51.222 Sama -5,05 0,000**Ada denda (200%) 76.841Pemeriksaan longgar (Peluang 25%) 60.549 Sama -1,23 0,223Pemeriksaan ketat (Peluang 75%) 67.513

Keterangan: ** Signifikan pada taraf 5%Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 24: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...44

deklarasikan harta besar yang belum dilaporkan.Perbedaan nilai harta yang dilaporkan wajib pajakcukup besar yaitu sebesar 25,6% apabila pengam-punan pajak diikuti dengan denda. Pengaruh daridenda yang cukup besar ini dapat membuat targetdari pengampunan pajak tercapai. Dari ketiga in-dikator kepatuhan yaitu persentase keikutsertaan,persentase unit harta yang dilaporkan dari yangseharusnya dilaporkan, dan persentase nilai hartayang dilaporkan dari yang seharusnya dilaporkanwajib pajak pada pengampunan pajak, faktor den-da berpengaruh signifikan. Perbedaan respons daripersentase nilai harta yang dilaporkan dari yangseharusnya dilaporkan dapat dilihat pada Gambar13.

Gambar 13: Pengaruh Denda terhadap Persentase NilaiHarta yang Dilaporkan Wajib Pajak pada Pengampunan

PajakKeterangan: Huruf pada balok data menunjukkan

pembandingan nilai tengah tiap kelompok perlakuanberdasarkan uji beda nyata terkecil pada taraf nyata 0,05

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

Pentingnya peran denda sendiri harus disertaidengan sistem pemeriksaan pajak yang ketat. Ha-sil percobaan pada Gambar 14 juga menunjukkanbahwa meskipun peluang pemeriksaan pajak tidaksignifikan secara statistik, tetapi kecenderungan-nya adalah wajib pajak melaporkan nilai harta yangbesar ketika dilakukan peluang pemeriksaan yangketat. Maka dari itu, pada kebijakan pengampunanpajak sendiri selain diterapkan denda tinggi, sosia-lisasi tentang akan diadakannya pemeriksaan yang

ketat setelah masa pengampunan pajak berakhirdapat membuat kebijakan ini berhasil.

Gambar 14: Pengaruh Pemeriksaan terhadap PersentaseNilai Harta yang Dilaporkan Wajib Pajak pada

Pengampunan PajakKeterangan: Huruf pada balok data menunjukkan

pembandingan nilai tengah tiap kelompok perlakuanberdasarkan uji beda nyata terkecil pada taraf nyata 0,05

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

Hasil yang sama juga ditunjukkan bahwa ada-nya interaksi yang signifikan antara denda danpemeriksaan pajak. Kebijakan pengampunan pajaksebaiknya didesain dengan menerapkan denda danmelakukan pemeriksaan yang ketat. Gambar 15terlihat bahwa ketika pengampunan pajak tidakdikenai denda, maka baik pemeriksaan dilakukansecara ketat maupun longgar, memberikan responsyang sama. Artinya, harta-harta yang besar masihtetap disembunyikan meskipun dilakukan peme-riksaan ketat karena ketika diperiksa wajib pajakyang terbukti masih menyimpan hartanya tidakdikenai denda. Respons berbeda ketika pengam-punan pajak dilakukan dengan pemberian dendasetelah pengampunan pajak. Wajib pajak denganpeluang pemeriksaan yang tinggi akan melaporkanharta-harta besar yang selama ini disembunyikan.

Begitu juga sebaliknya, penerapan denda 0% dan200% pada pemeriksaan longgar memberikan hasilyang relatif sama. Berbeda jika diterapkan pemerik-saan ketat, persentase nilai harta yang dilaporkanakan lebih tinggi jika penerapan dendanya 200%.Dapat disimpulkan bahwa nilai harta yang dilapor-

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 25: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 45

kan akan semakin tinggi jika pengampunan pajakditerapkan menggunakan denda dan pemeriksaanyang ketat.

Selain denda dan pemeriksaan pajak yang dapatdijadikan alat dalam kebijakan pengampunan pajakuntuk membuat wajib pajak patuh, pemerintah ha-rus tegas dalam berkomitmen bahwa kebijakan iniadalah kebijakan yang terakhir. Ekspektasi dapatmuncul ketika pemerintah tidak dapat memegangkomitmen ini. Hasil dari percobaan ini (Gambar 16)juga dapat terlihat ketika kebijakan pengampunanpajak memiliki peluang untuk terjadi kembali, ma-ka wajib pajak akan menjadi tidak patuh dengantidak melaporkan harta-harta besarnya pada pe-ngampunan pajak saat ini dan melaporkan hartatersebut pada kesempatan kedua. Terlihat jika nilaiharta lebih besar jika kebijakan pajak dilakukan duakali. Hal ini terjadi karena wajib pajak bersifat me-nunggu dan melaporkan hartanya pada kesempat-an kedua. Komitmen untuk menjadikan kebijakanpengampunan pajak yang terakhir dan sosialisasiyang menyeluruh kepada semua masyarakat dapatmembuat kebijakan ini mendapatkan harta-hartabesar yang sebelumnya disembunyikan.

Gambar 16a adalah respons dari nilai harta yangdilaporkan pada pengampunan pajak pertama. Ter-lihat bahwa respons harta yang dilaporkan wajibpajak relatif sama atau tidak signifikan secara sta-tistik antara yang kemungkinan ada pengampunanpajak di kemudian hari dengan yang tidak adapeluang pengampunan pajak di kemudian hari.Tetapi ketika ada kebijakan pengampunan pajakkedua terlihat pada Gambar 16b, ada penambahanpersentase nilai harta yang dilaporkan sebesar 3%.Meskipun penambahan harta ini tidak signifikansecara statistik, tetapi dapat diketahui bahwa wa-jib pajak menjadi tidak patuh ketika ada peluangpengampunan pajak di kemudian hari.

Seperti hasil yang diperoleh pada respons wajibpajak terhadap keikutsertaan dan pelaporan unitharta, respons yang sama juga ditunjukkan pada

Gambar 17, bahwa pengaruh dari periode tarifterhadap persentase nilai harta yang dilaporkandari yang seharusnya dilaporkan tidak signifikan.Tarif rendah 2% masih mendominasi pada masing-masing periode tarif. Wajib pajak berpikir rasionaldengan memanfaatkan tarif paling rendah sepertiyang ditunjukkan pada Gambar 17.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari hasil percobaan ekonomidapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama,penerapan denda pada kebijakan pengampunanpajak akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.Wajib pajak akan lebih patuh jika setelah masa pe-ngampunan pajak berakhir diterapkan denda. Halini dapat dilihat dari signifikannya faktor dendaterhadap ketiga indikator kepatuhan pajak yaitupersentase keikutsertaan wajib pajak, unit, dan ni-lai harta yang dilaporkan dari yang seharusnyadilaporkan. Kedua, wajib pajak dengan peluang di-periksa lebih tinggi pada kebijakan pengampunanpajak cenderung lebih patuh. Kebijakan pengam-punan pajak lebih baik jika diterapkan menggu-nakan denda dan pemeriksaan yang ketat setelahmasa pengampunan pajak berakhir. Dengan ada-nya penerapan pemeriksaan yang ketat yang diikutipenerapan denda yang tinggi setelah masa pengam-punan pajak berakhir, dapat membuat kebijakanpengampunan pajak yang diterapkan pemerintahberhasil. Hal ini disebabkan oleh patuhnya wajibpajak dalam mengikuti kebijakan pengampunan pa-jak tersebut. Ketiga, kebijakan pengampunan pajaksebaiknya dilakukan sekali saja, karena pengulang-an kebijakan akan menimbulkan ekspektasi akanadanya kebijakan serupa di kemudian hari pada ma-syarakat yang menyebabkan menurunnya tingkatkepatuhan wajib pajak. Keempat, tarif pengampun-an pajak yang rendah lebih disukai wajib pajak,sehingga kepatuhan wajib pajak akan meningkatjika diterapkan sistem tarif pengampunan dengan

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 26: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...46

Gambar 15: Pengaruh Interaksi antara Denda dan Pemeriksaan terhadap Nilai Harta yang Dilaporkan padaPengampunan Pajak

Keterangan: Huruf pada balok data menunjukkan pembandingan nilai tengah tiap kelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyataterkecil pada taraf nyata 0,05

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

Gambar 16: Pengaruh Ekspektasi terhadap Persentase Nilai Harta yang Dilaporkan Wajib Pajak pada PengampunanPajak

Keterangan: Huruf pada balok data menunjukkan pembandingan nilai tengah tiap kelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyataterkecil pada taraf nyata 0,05

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

tarif terendah lebih lama.

Kebijakan pengampunan pajak diterapkan di su-atu negara untuk membuat para wajib pajak yangsebelumnya tidak patuh menjadi wajib pajak patuhdengan melaporkan harta yang sebelumnya disem-bunyikan atau tidak dilaporkan dan membayar pa-jak dengan patuh setelah masa pengampunan pajakberakhir. Keberhasilan pemerintah dalam menja-lankan kebijakan pengampunan pajak tergantung

juga dari bagaimana pemerintah dapat mendesainkebijakan ini secara efektif yang mampu menarikwajib pajak yang tidak patuh untuk berpartisipasidengan baik pada kebijakan ini. Dibuktikan denganmemberikan denda dan pemeriksaan yang ketatdalam desain kebijakan dalam percobaan mampumembuat wajib pajak menjadi patuh karena secarapsikologis wajib pajak takut dengan adanya hukum-an. Adanya desain tarif pengampunan bertingkat

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 27: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kurniawan, B. R., Juanda, B., & Bakhtiar, T. 47

Gambar 17: Pengaruh Periode Tarif terhadap Persentase Nilai Harta yang Dilaporkan Wajib Pajak pada PengampunanPajak

Keterangan: Huruf pada balok data menunjukkan pembandingan nilai tengah tiap kelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyataterkecil pada taraf nyata 0,05

Sumber: Diolah Menggunakan SPSS

setiap periodenya juga membuat wajib pajak me-manfaatkan tarif terendah karena dengan menundauntuk tidak melaporkan harta yang disembunyikanakan membuat tarif pengampunan menjadi makintinggi dan merugikan wajib pajak. Desain ini sa-ngat berguna karena secara psikologis wajib pajakingin memaksimalkan keuntungan. Hal ini terbuktidalam percobaan bahwa wajib pajak mayoritas ikutpada tarif terendah. Meski dapat memberikan keun-tungan bagi pemerintah dengan menerapkan kebi-jakan pengampunan pajak, kebijakan ini sebaiknyadilakukan sekali saja di suatu negara. Ekspektasiyang timbul pada masyarakat akan adanya kebi-jakan pengampunan pajak di kemudian hari akibatterlalu seringnya kebijakan ini diterapkan di suatunegara, akan menurunkan kepatuhan pajak. Wajibpajak akan tetap tidak patuh dengan tidak berparti-sipasi dengan baik dalam kebijakan pengampunanpajak yang diterapkan sekarang karena berharapmengambil keuntungan dengan menunggu adanyakebijakan serupa di kemudian hari.

Daftar Pustaka

[1] Allingham, M. G., & Sandmo, A. (1972). Income tax evasion:A theoretical analysis. Journal of Public Economics, 1(3–4),323–338. doi: https://doi.org/10.1016/0047-2727(72)90010-2.

[2] Alm, J., McKee, M., & Beck, W. (1990). Amazing grace:Tax amnesties and compliance. National Tax Journal, 43(1),23–37.

[3] Alm, J., Martinez-Vazquez, J., & Wallace, S. (2009). DoTax Amnesties Work? The Revenue Effects of Tax Am-nesties During the Transition in the Russian Federa-tion. Economic Analysis and Policy, 39(2), 235–253. doi:https://doi.org/10.1016/S0313-5926(09)50019-7.

[4] Andreoni, J., Erard, B., & Feinstein, J. (1998). Tax compliance.Journal of Economic Literature, 36(2), 818–860.

[5] Cummings, R. G., Martinez-Vazquez, J., McKee, M., &Torgler, B. (2005). Effects of tax morale on tax compliance:Experimental and survey evidence. International StudiesProgram Working Paper 05-16. International Center for PublicPolicy, Andrew Young School of Policy Studies, GeorgiaState University. Diakses 25 Maret 2017 dari https://icepp.gsu.edu/files/2017/09/ispwp-0516.pdf.

[6] DJP. (2016, 23 Maret). Refleksi tingkat kepatuhan wajib pajak.Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan.

[7] DJPBN. (2018). Realisasi APBNP Tahun Anggaran 2017 [Tang-gal 1 Januari s.d 31 Desember 2017]. Direktorat Jenderal Per-bendaharaan, Kementerian Keuangan. Diakses 2 Januari2018 dari http://www.djpbn.kemenkeu.go.id.

[8] DJBN-Kemenkeu. (2016). Anggaran Pendapatan dan Belan-ja Negara 2011–2016. Kementrian Keuangan. http://www.kemenkeu.go.id.

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48

Page 28: Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak dengan Pendekatan ... · negara berhasil dalam menerapkan kebijakan ini, te-tapi banyak juga negara yang gagal. Negara-negara yang berhasil seperti

Kajian Kebijakan Pengampunan Pajak...48

[9] Feld, L. P., & Frey, B. S. (2002). Trust breeds trust: Howtaxpayers are treated. Economics of Governance, 3(2), 87–99.doi: https://doi.org/10.1007/s101010100032.

[10] Fortin, B., Lacroix, G., & Villeval, M. C. (2007).Tax evasion and social interactions. Journal ofPublic Economics, 91(11–12), 2089–2112. doi: ht-tps://doi.org/10.1016/j.jpubeco.2007.03.005.

[11] Friedman, D., & Sunder, S. (1994). Experimental methods: Aprimer for economists. Cambridge University Press.

[12] Gastwirth, J. L., Gel, Y. R., & Miao, W. (2009). The impa-ct of Levene’s test of equality of variances on statisticaltheory and practice. Statistical Science, 24(3), 343–360. doi:10.1214/09-STS301.

[13] Ibrahim, M. A., Myrna, R., Irawati, I., & Kristiadi, J. B.(2017). A systematic literature review on tax amnesty in 9Asian countries. International Journal of Economics andFinancial Issues, 7(3), 220–225.

[14] Indonesia, R. (2016). Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak.

[15] Juanda, B. (2009). Metode penelitian ekonomi dan bisnis, Edke-2. Bogor: IPB Press.

[16] Juanda, B. (2010). Ekonomi eksperimental untuk pengembanganteori ekonomi dan pengkajian suatu kebijakan. Orasi IlmiahGuru Besar IPB dalam rangka Diesn Natalis IPB ke-47, 25September 2010.

[17] Juanda, B., Ridiawati, I., & Maryati. (2010). Kajian tingkatkepatuhan pajak dalam sistem self-assesment dengan metodeeksperimen. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomidan Manajemen IPB.

[18] Juanda, B., et al. (2017). Ekonomi eksperimental untukmengkaji pengaruh kekayaan, ekspektasi, periode tarif,denda dan pemeriksaan terhadap kepatuhan wajib pajakpada kebijakan pengampunan pajak. forthcoming.

[19] Leonard, H. B., & Zeckhauser, R. J. (1987). Amnesty, en-forcement, and tax policy. Tax Policy and the Economy, 1,55–85.

[20] Lerman, A. H. (1986). Tax amnesty: The federal perspective.National Tax Journal, 39(3), 325–332.

[21] Malik, A. S., & Schwab, R. M. (1991). The economics oftax amnesties. Journal of Public Economics, 46(1), 29–49. doi:https://doi.org/10.1016/0047-2727(91)90063-8.

[22] Marchese, C. (2014). Tax amnesties. IEL paper in ComparativeAnalysis of Institutions, Economics and Law No. 17. Instituteof Public Policy and Public Choice - POLIS. Diakses 25Maret 2017 dari http://polis.unipmn.it/pubbl/RePEc/uca/

ucaiel/iel017.pdf.[23] Massey Jr., F. J. (1951). The Kolmogorov-Smirnov test for

goodness of fit. Journal of the American Statistical Association,46(253), 68–78.

[24] Mattiello, G. (2005). Multiple tax amnesties and tax compli-ance (forgiving seventy times seven). Working Paper 06/2005.Venezia: Universita Ca’ Foscari. Diakses 25 Maret 2017

dari https://www.unive.it/media/allegato/DIP/Economia/

Working papers/Working papers 2005/0506.pdf.[25] Mattjik, A. A. & Sumertajaya, I. M. (2006). Perancangan

percobaan dengan aplikasi SAS dan MINITAB, Ed ke-2. Bogor:IPB Press.

[26] Montgomery, D. C. (2013). Design and analysis of experiments,8th. ed. USA: John Wiley & Sons.

[27] Nar, M. (2015). The effects of behavioral economics ontax amnesty. International Journal of Economics and FinancialIssues, 5(2), 580–589.

[28] Pommerehne, W. W., & Weck-Hannemann, H. (1996).Tax rates, tax administration and income tax evasionin Switzerland. Public Choice, 88(1–2), 161–170. doi: ht-tps://doi.org/10.1007/BF00130416.

[29] Ragimun. (2014). Analisis implementasi pengampunan pajak(tax amnesty) di Indonesia.

[30] Rechberger, S., Hartner, M., Kirchler, E., & Hammerle, F.K. (2010). Tax amnesties, justice perceptions, and filingbehavior: A simulation study. Law & Policy, 32(2), 214–225.doi: https://doi.org/10.1111/j.1467-9930.2009.00316.x.

[31] Ritsema, C. M., Thomas, D. W., & Ferrier, G. D. (2003).Economic and behavioral determinants of tax compliance:Evidence from the 1997 Arkansas tax penalty amnestyprogram. Paper Presented at the 2003 IRS Research Conference,June 2003, Washington, D.C.. Diakses 25 Maret 2017 darihttps://www.irs.gov/pub/irs-soi/ritsema.pdf.

[32] Saracoglu, O. F., & Caskurlu, E. (2011). Tax amnesty witheffects and effecting aspects: Tax compliance, tax auditsand enforcements around; The Turkish case. InternationalJournal of Business and Social Science, 2(7), 95–103.

[33] Schneider, F. & Enste, D. (2002). Hiding in the sha-dows: The growth of the underground economy.IMF Economic Issues No. 30. International MonetaryFund. Diakses 25 Maret 2017 dari https://www.imf.org/en/Publications/Economic-Issues/Issues/2016/12/30/

Hiding-in-the-Shadows-The-Growth-of-the-Underground-Economy-15521.

[34] Slemrod, J., Blumenthal, M., & Christian, C. (2001). Taxpayerresponse to an increased probability of audit: Evidencefrom a controlled experiment in Minnesota. Journal of PublicEconomics, 79(3), 455-483. doi: https://doi.org/10.1016/S0047-2727(99)00107-3.

[35] Smith, V. L. (1976). Experimental economics: Induced valuetheory. The American Economic Review, 66(2), 274–279.

[36] Williams, L. J., & Abdi, H. (2010). Fisher’s Least SignificantDifference (LSD) test. In Neil Salkind (Ed.), Encyclopediaof Research Design, 218, 840–853.

JEPI Vol. 19 No. 1 Januari 2019, hlm. 21–48