51
BAB III Farmakovigilance 3.1 Review Perkuliahan Studi farmakovigilan mencakup kegiatan mendeteksi dan monitoring efek yang tidak diharapkan dan merugikan pasien. Seiring berkembangnya obat-obatan baru di pasaran, maka resiko terjadinya efek yang tidak diinginkan dari obat pada pelaksanaan terapi farmakologis semakin meningkat. Data yang menyajikan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) tentang obat-obatan yang beredar di Indonesia belum banyak dipublikasikan. Edukasi terhadap ROTD menjadi penting, mengingat kejadian tersebut berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien dan biaya terapi yang harus ditanggungnya. Ruang Lingup Farmakovigilance meningkatkan perawatan pasien dan keselamatan dalam kaitannya dengan penggunaan obat-obatan, dan semua intervensi medis dan paramedis, meningkatkan kesehatan dan keselamatan masyarakat dalam kaitannya dengan penggunaan obat-obatan, berkontribusi pada penilaian manfaat, bahaya, efektivitas dan risiko obat-obatan, mendorong pengobatan yang aman, rasional dan lebih efektif (termasuk biaya-efektif) digunakan, dan mempromosikan pemahaman, pendidikan dan pelatihan klinis di pharmacovigilance dan komunikasi yang efektif kepada publik. 28

Cont

Embed Size (px)

DESCRIPTION

-

Citation preview

Page 1: Cont

BAB III

Farmakovigilance

3.1 Review Perkuliahan

Studi farmakovigilan mencakup kegiatan mendeteksi dan

monitoring efek yang tidak diharapkan dan merugikan pasien.

Seiring berkembangnya obat-obatan baru di pasaran, maka resiko

terjadinya efek yang tidak diinginkan dari obat pada pelaksanaan

terapi farmakologis semakin meningkat. Data yang menyajikan

reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) tentang obat-obatan yang

beredar di Indonesia belum banyak dipublikasikan. Edukasi terhadap

ROTD menjadi penting, mengingat kejadian tersebut berpengaruh

terhadap kualitas hidup pasien dan biaya terapi yang harus

ditanggungnya.

Ruang Lingup Farmakovigilance

meningkatkan perawatan pasien dan keselamatan dalam kaitannya dengan

penggunaan obat-obatan, dan semua intervensi medis dan paramedis,

meningkatkan kesehatan dan keselamatan masyarakat dalam kaitannya

dengan penggunaan obat-obatan,

berkontribusi pada penilaian manfaat, bahaya, efektivitas dan risiko obat-

obatan,

mendorong pengobatan yang aman, rasional dan lebih efektif (termasuk

biaya-efektif) digunakan, dan

mempromosikan pemahaman, pendidikan dan pelatihan klinis di

pharmacovigilance dan komunikasi yang efektif kepada publik.

Tragedi talidomid tahun 1961 telah memacu banyak negara

dalam mengembangkan sistem pemantauan obat guna mencegah

dan mendeteksi lebih dini kemungkinan morbiditas dan mortalitas

yang disebabkan oleh terapi obat. Salah satu keberhasilan peran

yang ditunjukkan adalah pelaporan secara jeli dan waspada terhadap

kejadian ROTD yang disebabkan oleh obat-obatan yang diduga

memicu mortalitas dan morbiditas sehingga dilakukan penarikan

produk dari pasaran atau pembatasan dalam penggunaannya.

28

Page 2: Cont

Keberhasilan sistem tersebut tergantung pada kerjasama segenap

profesi medis dalam melaporkan ROTD terutama untuk obat-obat

baru. Profesi medis merupakan posisi strategis untuk terlibat aktif

dalam pelaporan karena selaku penyedia layanan kesehatan (dokter,

apoteker, perawat, dsb) berada di garis terdepan untuk menegtahui

setiap detail perkembangan terapi pasien (WHO, 2002).

Apa Tujuan Farmakovigilance?

Tujuan utama dari farmakovigilans sendiri ialah menempatkan

penggunaan produk yang tepat untuk memastikan keamanan dan efikasi. Menurut

WHO, tujuan dari adanyaprogram farmakovigilans adalah untuk

meningkatkanperawatan pasien dan keselamatanpasien dalam kaitannya dengan

penggunaan obat-obatan, dan untuk mendukung program kesehatan masyarakat

dengan menyediakan handal, informasi yang seimbang untuk penilaian yang efektif

dari profil risiko – manfaat obat-obatan.

Tujuan farmakovigilans dalam industri pada dasarnya sama dengan badan

hukum , yaitu untuk melindungi pasien dari bahaya yang tidak perlu dengan

mengidentifikasi bahaya obat yang sebelumnya belum diakui , mengelusidasi faktor

predisposisi , menyangkal sinyal keselamatan palsu dan mengukur risiko dalam

kaitannya dengan manfaat . Meskipun perspektif perusahaan dan badan pengatur

mungkin berbeda dimana mereka sekarang bekerja lebih dan lebih dekat bersama-

sama dan berbagi informasi.

Adapun beberapa tujuan farmakovigilans khususnya dalam bidang farmasi,

yakni :

Deteksi terhadap peningkatan frekuensi adverse effect yang telah diketahui

Identifikasi faktor resiko dan mekanisme yang mendasari sebuah adverse effect

Menetapkan aspek kuantitatif dari sebuah resiko

Analisis dan penyebaran informasi yang dibutuhkan bagi peresepan dan regulasi

obat

informasi utama farmakovigilan bersumber dari pasien, dokter, dan farmasis.

Deteksi dini adverse effect yang belum diketahui dan interaksi

Husain et al (2009) menemukan sebanyak 34 efek samping obat

pada 250 pasien hipertensi dalam studi Farmakovigilan di Rumah

Sakit Majeedia Universitas Hamdard New Delhi selama studi empat

29

Page 3: Cont

bulan. Persentase yang tinggi dari ROTD terjadi pada pasien lanjut

usia dan perempuan usia menengah. Cohen (2001) menegaskan

bahwa kejadian ROTD pada usia lanjut meningkat 2-3 kali dibanding

usia dewasa yang lebih muda. Husain et al (2009) memaparkan dari

34 reaksi obat yang merugikan, 18 kejadian (52,9%) diantaranya

adalah ringan, 14 kejadian (41,2%) sedang dan hanya 2 kejadian

(5,8%) digolongkan sebagai parah. Terapi kombinasi kejadiannya

cukup tinggi, dengan total 21 kejadian (61,8%) dibandingkan dengan

monoterapi (n= 13, 38,2%).

3.2 Pentingnya Farmakovigilance

Hampir sebagian besar obat memiliki efek samping, karena jarang sekali

obat yang beraksi cukup selektif pada target aksi tertentu. Efek samping obat bisa

muncul dalam berbagai bentuk dan berbagai tingkatan. Ada yang ringan seperti

mengantuk, batuk-batuk, mual, gatal-gatal, sampai yang berat seperti syok

anafilaksis, gangguan dalam sistem darah, sampai kematian. Efek samping

mengantuk misalnya, mungkin tidak perlu pengatasan, bahkan seringkali

dimanfaatkan pasien untuk bisa istirahat. Akan tetapi, jika efek samping suatu obat

bisa mengancam jiwa, tentu obatnya harus dihentikan dan dicarikan alternatifnya

yang lebih kecil efek sampingnya.

Ketika obat dilepaskan ke pasar masih banyak yang diketahui tentang

keamanan produk. Setelah dipasarkan obat-obatan yang digunakan oleh pasien

yang memiliki banyak penyakit yang berbeda, yang menggunakan beberapa obat

lain dan yang memiliki tradisi yang berbeda dan diet yang dapat mempengaruhi

cara di mana mereka bereaksi untuk obat. Berbagai merek obat mungkin berbeda

dalam cara di mana mereka diproduksi dan bahan-bahan yang digunakan. Reaksi

obat yang merugikan dan keracunan yang berhubungan dengan obat tradisional dan

herbal juga perlu dipantau di setiap negara.

Alasan mengetahui farmakovigilance

Alasan perlunya mengetahui farmakovigilans adalah:

1. Untuk memastikan keamanan bagi pasien

2. Meningkatkan pengetahuan tentang produk dan cara penggunaan yang

optimal

30

Page 4: Cont

3. Meningkatkan kepercayaan konsumen Meningkatkan kepatuhan

3.3 Organisasi Farmakovigiance dunia

International Society of Pharmacovigilance ( ISOP ) adalah sebuah

organisasi ilmiah nirlaba internasional yang bertujuan untuk mendorong

farmakovigilana baik secara ilmiah dan bidang pendidikan dan meningkatkan

semua aspek dari penggunaan yang aman dan tepat obat di semua negara.

Tujuan dari berdirinya ISOP adalah sebagai berikut :

Mendorong dan memperluas penelitian di bidang farmakovigilans.

Mempromosikan pertukaran informasi secara rutin mengenai farmakovigilans

melalui pertemuan , simposium, lokakarya , dan buletin serta khususnya

mengorganisir konggres ISOP termasuk pertemuan tahunan.

Mendorong pendidikan farmakovigilans di semua tingkatan.

Bekerja sama dengan organisasi lain dan masyarakat peduli dengan

farmakovigilans.

Penerbitan aspek yang relevan ilmiah mengenai farmakovigilans.

Terlibat dalam kegiatan lain yang berkaitan dengan farmakovigilans.

Mencari dana dan pemberian hibah , beasiswa , subsidi dan kontrak lain

untuk mempromosikan farmakovigilans.    

31

Page 5: Cont

Memberikan pandangan otoritatif dari aplikasi klinis hasil

farmakoepidemiologikal.

Secara keseluruhan ISOP berkomitmen mengenai pandangannya bahwa :

1. Masyarakat harus baik profesional dan ramah

2. Praktisi muda harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan

dari keterlibatan dengan para ilmuwan yang berpengalaman dan menikmati

pelatihan melalui kontak personal

3. Konstituen ISOP adalah mereka yang terlibat dalam aspek praktis dan klinis

farmakovigilans , pelaku , dan bahwa masyarakat berkomitmen untuk

mengkomunikasikannya dari orang ke orang.

4. ISOP mungkin dapat memberikan bantuan kepada masing-masing negara

untuk meningkatkan koherensi sistem nasional mereka

5. ISOP harus menyadari keanekaragaman budaya, bahasa , organisasi dan

kebijakan , dan membuat ketentuan untuk merespon kebutuhan dan aspirasi

yang berbeda

Contoh program pengenalan farmakovigilans oleh pemerintah

32

Page 6: Cont

BAB IV

PENGEMBANGAN PRAKTEK KEFARMASIAN

4.1 Review Perkuliahan

"Apoteker harus bergerak dari belakang meja dan mulai melayani masyarakat

dengan menyediakan pelayanan bukan pil saja. Tidak ada masa depan dalam

tindakan sekadar pengeluaran. Kegiatan yang dapat dan ini akan diambil alih oleh

internet, mesin, dan / atau tidak terlatih teknisi. Fakta bahwa apoteker memiliki

pelatihan akademik dan bertindak sebagai profesional perawatan kesehatan

menempatkan beban kepada mereka untuk lebih melayani masyarakat daripada

yang mereka lakukan saat ini. "

33

Page 7: Cont

"pelayanan Farmasi adalah penyediaan yang bertanggung jawab terhadap

terapi obat untuk tujuan mencapai hasil yang pasti yang dapat meningkatkan

kualitas hidup pasien ". (Hepler dan Strand, 1990).

Empat prinsip utama yang telah muncul untuk memandu jaminan mutu

dalamn pelayanan kesehatan:

1. Fokus pada klien / pasien

2. Fokus pada sistem dan proses

3. Fokus pada pengukuran

4. Fokus pada kerja sama tim

Apoteker klinis bekerja terutama di rumah sakit dan memberikan

pelayanan pengaturan dan memberikan pasien-oriented daripada layanan produk-

oriented.

Nine star pharmachist dan ruang lingkup farmasi

1. Care Giver

Seorang Farmasi/apoteker merupakan profesional kesehatan pemberi pelayanan

kefarmasian kepada pasien, berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan

klinik, analitik, tehnik, sesuai dengan peraturan yang berlaku ( PP No 51 Tahun

2009 ), misalnya peracikan obat, memberi konseling, konsultasi, monitoring,

visite, dll.

2. Decision Maker

Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang yang mampu menetapkan/

menentukan keputusan terkait pekerjaan kefarmasian, misalnya memutuskan

dispensing, penggantian jenis sediaan, penyesuaian dosis, yang bertujuan agar

pengobatan lebih aman, efektif dan rasional.

3. Communicator

Seorang Farmasi/apoteker harus mempunyai keterampilan berkomunikasi yang

baik, sehingga pelayanan kefarmasian dan interaksi antar tenaga kesehatan

berjalan dengan baik, misalnya konseling dan konsultasi obat kepada pasien,

melakukan visite ke bangsal/ruang perawatan pasien.

4. Manager

Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang pengelola dalam berbagai aspek

kefarmasian, sehingga kemampuan ini harus ditunjang kemampuan manajemen

34

Page 8: Cont

yang baik, contoh pengelola obat (seperti Pedagang Besar Farmasi/PBF),

seorang manager Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Manajer

Produksi, dan lain lain.

5. Leader

Seorang Farmasi/apoteker harus mampu menjadi pemimpin dalam memastikan

terapi berjalan dengan aman, efektif dan rasional, misalnya sebagai direktur

industri farmasi (GM), direktur marketing, dan sebagainya.

6. Life Long Learner

Seorang Farmasi/apoteker harus memiliki semangat belajar sepanjang waktu,

karena informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi)

berkembang dengan pesat, sehingga kita perlu meng-update pengetahuan dan

kemampuan.

7. Teacher

Seorang Farmasi/apoteker dituntut juga dalam mendidik generasi selanjutnya,

baik secara real menjadi guru maupun dosen, ataupun sebagai seorang farmasi

yang mendidik dan menyampaikan informasi kepada masyarakat dan tenaga

kesehatan lainnya yang membutuhkan informasi.

8. Researcher

Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam

penemuan dan pengembangan obat-obatan yang lebih baik, disamping itu

farmasi juga bisa meneliti aspek lainnya misal data konsumsi obat, kerasionalan

obat, pengembangan formula, penemuan sediaan baru (obat, alat kesehatan, dan

kosmetik).

9. Enterpreneur

Seorang Farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam

mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat,

misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman,

alat kesehatan, dan sebagainya, baik skala kecil maupun skala besar.

4.2 Perkembangan Praktek Kefarmasian

Mengikuti perkembangan zaman, telah terjadi pula perubahan penekanan pada

pengertian dan orientasi farmasi. Pada awalnya profesi farmasi itu dikatakan

35

Page 9: Cont

merupakan seni (arts) dan pengetahuan (science). Hal ini dapat dilihat pada buku

teks yang digunakan di perguruan tinggi farmasi pada awal pertengahan abad ke-

20, yang antara lain berjudul “Scoville’s The Art of Compounding “ (Seni Meracik

Obat), dan “Recepteerkunde” (Ilmu Resep) karangan van Duin, dan van der

Wielen. Definisi obat menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1960 tentang

Farmasi : obat yang dibuat dari bahan yang berasal dari binatang, tumbuh-

tumbuhan, mineral, dan obat sintetis. Definisi ini lebih menekankan sumber atau

asal diperolehnya obat. Perkembangan farmasi setelah itu berorientasi pada

teknologi seperti tergambar oleh buku teks yang populer pada saat itu, dan masih

digunakan sampai sekarang : “ Pharmaceutical Technology” oleh Lachman. Dalam

Kebijaksanaan Obat Nasional (KONAS, 1980) : …… obat ialah bahan atau

paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem

fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Sudah terjadi perubahan pekerjaan kefarmasian di apotek dan peran apoteker

lambat laun berubah dari peracik obat (compounder) dan supplier sediaan farmasi

ke arah pemberian pelayanan dan informasi dan akhirnya berubah lagi sebagai

pemberi kepedulian pada pasien. Disamping itu, ditambah lagi tugas seorang

apoteker adalah memberikan obat yang layak, lebih efektif, lebih aman serta

memuaskan pasien. Pendekatan cara ini disebut dengan pharmaceutical care

(asuhan kefarmasian).

Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam

beberapa periode.

1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah

kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asisten

apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958. Pada periode ini

jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah

yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker

Negeri (Republik) yang pertama , dengan jangka waktu pendidikan selama dua

tahun. Jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari

pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.

36

Page 10: Cont

3. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967 Pada periode ini meskipun untuk

memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri

farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain

kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga

industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau

mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Sekitar tahun 1960-1965,

beberapa peraturan perundang-undangan yang penting dan berkaitan dengan

kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain :

Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan

Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang

Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan,

Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada periode

ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian di

Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat.

4. Periode tahun 1980 sampai sekarang

Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.

26 tentang apotek.

Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009

Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana

diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945

(Pemerintah RI, 2009). Tenaga Kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan

pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan penting karena

terkait langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya Pelayanan Kefarmasian

(Pemerintah RI, 2009).

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi Pelayanan Kefarmasian dari pengelolaan

obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care)

dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih

luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat

37

Page 11: Cont

yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir

serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) (Pemerintah

RI, 2009).

Perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik kefarmasian dirasakan

belum memadai, selama ini masih didominasi oleh kebutuhan formal dan kepentingan

Pemerintah, dan belum memberdayakan Organisasi Profesi dan pemerintah daerah

sejalan dengan era otonomi. Sementara itu berbagai upaya hukum yang dilakukan

dalam memberikan perlindungan menyeluruh kepada masyarakat sebagai penerima

pelayanan, dan Tenaga Kefarmasian sebagai pemberi pelayanan telah banyak

dilakukan, akan tetapi dirasakan masih belum memadai karena kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat cepat tidak seimbang dengan

perkembangan hukum (Pemerintah RI, 2009)..

Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum, untuk

meningkatkan, mengarahkan dan memberi landasan hukum serta menata kembali

berbagai perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik kefarmasian agar

dapat berjalan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

perlu mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam suatu peraturan pemerintah (Pemerintah

RI, 2009).

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur:

1. Asas dan Tujuan Pekerjaan Kefarmasian

2. Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan, Produksi, Distribusi,

atau Penyaluran dan Pelayanan Sediaan Farmasi

3. Tenaga Kefarmasian

4. Disiplin Tenaga Kefarmasian, serta

5. Pembinaan dan Pengawasan

Tujuan pengaturan ini sebagaimana ditegaskan pada pasal 4 adalah untuk:

1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam

memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian.

2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan pekerjaan

kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta peraturan perundangan-undangan; dan

3. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga

kefarmasian.

38

Page 12: Cont

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran

obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Pemerintah RI, 2009).

Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian berupa

(Pemerintah RI, 2009) :

a. Apotek

b. Instalasi farmasi rumah sakit

c. Puskesmas

d. Klinik

e. Toko obat; atau

f. Praktek bersama

4.3 Dimensi Baru Pekerjaan Kefarmasian

1. Asuhan Kefarmasian (pharmaceutical care)

Pharmaceutical care merupakan konsep dasar dalam pekerjaan kefarmasian

yang timbul dan mengisyaratkan bahwa semua praktisi kesehatan harus

memberikan tanggung jawab atas dampak pemberian obat pada pasien. Tujuan

utama pharmaceutical care adalah keberhasian farmakoterapi secara individual

untuk masing-masing pasien.

2. Farmasi Berdasarkan Bukti (evidence base pharmacy)

Bukti ilmiah dari suatu penelitian dapat digunakan sebagai penuntun dan

pegangan bagi seorang farmasis untuk terus mengikuti perkembangan terbaru dari

berbagai penelitian yang berhubungan agar dapat meningkatkan kefektifan

pengobatan.

3. Kebutuhan Menjumpai Pasien (Meeting Patient needs)

Tantangan pertama adalah untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan

pasien yang berubah dan harus menjamin bahwa pasien bias memperoleh obat

atau nasehat kefarmasian dengan mudah. Apoteker dapat membantu pasien

memberikan informasi yang lebih akurat dengan memberikan informasi

berdasarkan bukti dan sumber-sumber yang dapat dipercaya. Maka hal ini dapat

mengoptimalkan dampak kesehatan, mengurangi jenis obat pada setiap

39

Page 13: Cont

pengobatan, mengurangi jumlah obat yang berbisa dan meningkatkan pelayanan

kesehatan.

4. Kepedulian pada pasien kronis HIV-AIDS

Pada tahun 2003 majelis FIP mengadopsi standar profesi tentang profesi

Apoteker dalam penanganan pengobatan jangka panjang termasuk kasus HIV-

AIDS ini. Dan penanganan pengobatan jangka panjang ini berfokus pada 3 pilar

utama yaitu pelatihan, dokumentasi, dan pertukaran pengalaman.

5. Pengobatan Sendiri (self medication)

Sebagai seorang yang ahli dalam hal obat-obatan, apoteker harus selalu

dapat dihubungi sebagai sumber nasehat yang benar tentang obat-obatan dan

masalah pengobatan dan sekarang telah berkembang untuk mendukung pasien

dalam penggunaan obat sendiri. Apoteker harus mempunyai keahlian dalam

member nasehat, memilih obat, dan keamanan serta keefektifan penggunaannya.

6. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan

Yaitu serangkaian aktifitas yang dilakukan untuk memonitor dan

meningkatkan penampilan sehingga pelayanan kesehatan dapat seefektif dan

seefisien mungkin. Aktivitas tersebut dapat ditampilkan sebagai akreditasi

pelayanan farmasi (apotek), pengawas tenaga kefarmasian, atau upaya lain untuk

meningkatkan penampilan dan kualitas pelayanan kefarmasian.

7. Farmasi Klinis

Yaitu menguraikan kerja apoteker yang tugas utamanya berinteraksi dengan

tim kesehatan lain, interview dan menaksir pasien, membuat rekomendari terapi

spesifik, memonitor respons pasien atas terapi obat dan member informasi tentang

obat. Farmasi klinik dipraktekkan terutama pada pasien rawat inap dimana data

hubungan dengan pasien dan tim kesehatan mudah diperoleh.

8. Farmacovigilance (farmasei siaga/kewaspaan farmasi)

Farmacovigilance adalah suatu proses yang terstruktur untuk memantau dan

mencari efek samping obat.

Apoteker adalah posisi untuk memenuhi kebutuhan professional untuk

menjamin keamanan dan keefektifan penggunaan obat-obatan pada pasien dalam

lingkungan yang lebih kompleks. Oleh sebab itu, apoteker harus menerima

40

Page 14: Cont

tanggung jawab yang lebih besar terutama melakukan pengelolaan obat untuk

pelayanan pasien. Apoteker mempunyai potensi untuk meningkatkan dampak

pengobatan dan kualitas hidup pasien dalam berbagai sumber dan mempunyai

posisi sendiri yang layak dalam sistem pelayanan kesehatan.

4.4 Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care)

Pelayanan Kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Pemerintah

RI, 2009).

Asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah suatu bentuk layanan

langsung seorang apoteker kepada konsumen obat (pasien) dalam menetapkan,

menerapkan dan memantau pemanfaatan obat agar menghasilkan Therapeutic

outcome yang spesifik antara lain tepat pasien, tepat dosis, tepat khasiat (Dhanutirto,

2008).

Therapeutic outcome yang efektif dari suatu obat berkorelasi dengan proses

penyembuhan penyakit, pengurangan gejala penyakit, perlambatan pengembangan

penyakit dan pencegahan penyakit. Selain itu therapeutic outcome yang efektif juga

menjamin tidak adanya komplikasi atau gangguan lain yang dimunculkan oleh

penyakit, menghindarkan atau meminimalkan efek samping obat, biaya yang efisien

dan mampu memelihara kualitas hidup pasien. Bila seorang apoteker ingin

melaksanakan asuhan kefarmasian, ia harus memiliki 3C, Competency, Commitment,

dan Care (Dhanutirto, 2008).

4.5 Farmasi sebagai Profesi

Dari kajian filsafati di atas terlihat bahwa di samping sebagai Ilmu atau

Sains, Farmasi meliputi pula pelayanan obat secara profesional. Istilah Profesi dan

Profesional saat ini semakin dikaburkan karena banyak digunakan secara salah

kaprah. Semua pekerjaan (job, vacation, occupation) dan keahlian (skill)

dikategorikan sebagai profesi. Demikian pula istilah profesional sering digunakan

sebagai lawan kata amatir.

Menurut Hughes, E.C. [4] :

41

Page 15: Cont

Profesion profess to know better than other the nature of certain matters, and to

know better than their clients what ails them or their affairs.

Definisi ini menggambarkan suatu hubungan pelayanan antar-manusia, sehingga

tidak semua pekerjaan atau keahlian dapat dikategorikan sebagai profesi.

Menurut Schein, F.H. [4] :

…The profession are a set of occupation that have developed a very special set or

norms deriving from their special role in society .

Kelompok profesional dapat dibedakan dari yang bukan profesional menurut

kriteria berikut :

1. Memiliki Pengetahuan Khusus , yang berhubungan dengan kepentingan sosial.

Pengetahuan khusus ini dipelajari dalam waktu yang cukup lama untuk

kepentingan masyarakat umum.

2. Sikap dan Prilaku Profesional . Seorang profesional memiliki seperangkat sikap

yang mempengaruhi prilakunya. Komponen dasar sikap ini ialah mendahulukan

kepentingan orang lain (altruisme) di atas kepentingan diri sendiri. Menurut

Marshall, seorang profesional bukan bekerja untuk dibayar, tetapi ia dibayar

agar supaya ia dapat bekerja.

3. Sanksi Sosial . Pengakuan atas suatu profesi tergantung pada masyarakat untuk

menerimanya. Bentuk penerimaan masyarakat ini ialah dengan pemberian hak

atau lisensi (lincense) oleh negara untuk melaksanakan praktek suatu profesi.

Lisensi ini dimaksudkan untuk menghindarkan masyarakat dari oknum yang

tidak berkompetensi untuk melakukan praktek profesional.

Apabila kriteria di atas diperinci lebih lanjut maka diperoleh sikap dan

sifat sebagai berikut :

1. Profesi itu sendiri yang menentukan standar pendidikan dan pelatihannya.

2. Mahasiswa yang mengikuti pendidikan profesi tertentu harus memperoleh

pengalaman sosialisasi menuju kedewasaan yang lebih intensif dibanding

mahasiswa pada bidang pekerjaan lain.

3. Praktek profesional secara legal (menurut hukum) diakui dengan pemberian

lisensi.

4. Pemberian lisensi dan dewan penilai dikendalikan oleh anggota profesi.

42

Page 16: Cont

5. Umumnya peraturan yang berkaitan dengan profesi dibentuk dan

dirumuskan oleh profesi itu sendiri.

6. Okupasi ini akan berkembang dari segi pendapatannya, kekuasaan, dan

tingkat prestise, sehingga dapat menetapkan persyaratan yang lebih tinggi

bagi calon mahasiswanya.

7. Praktisi profesi secara relatif tidak dievaluasi dan dikontrol oleh orang

awam.

8. Norma-norma praktek yang dikeluarkan profesi itu lebih mengikat

dibanding kontrol legal.

9. Anggota profesi sangat erat terikat dan terafiliasi dengan profesinya

dibanding dengan anggota okupasi lain.

Profesi ini biasanya merupakan terminal, dalam arti tidak ada yang akan

beralih ke profesi lain.

BAB V

INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN

5.1 Review Perkuliahan

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-

related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang

dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika

farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu

atau lebih zat yang berinteraksi.

Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah efeknya

secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa bersifat potensiasi atau

antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya beberapa efek lainnya

43

Page 17: Cont

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat

herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya. Definisi

yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya,

atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang lainnya.

Di lain pihak, obat dapat juga menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila

penggunaannya tidak tepat. Efek yang tidak diinginkan dari obat antara lain dapat

disebabkan karena adanya interaksi obat. Interaksi obat (reaksi saling

mempengaruhi antara beberapa macam obat yang dikonsumsi secara bersamaan)

merupakan salah satu kesalahan pengobatan yang paling banyak dilakukan saat ini.

Selain interaksi obat dengan obat, hal lain yang patut diperhatikan adalah

kemungkinan terjadinya interaksi obat yang diminum pasien dengan makanan atau

minuman.

Berbagai macam pertanyaan dapat timbul dari seorang pasien yang sedang

mengkonsumsi obat, baik itu merupakan obat yang diberikan dokter maupun obat

yang dapat dibeli bebas di apotek. Sejumlah pertanyaan yang biasa muncul adalah;

Bolehkah saya minum obat bersama dengan makanan ? Mana yang harus lebih

dahulu saya minum, obat atau makanan ? Bolehkah saya tetap minum susu jika

saya mendapat obat-obat tertentu ? Pantangan makanan apa selama minum obat

tertentu ? Dan masih banyak pertanyaan lainnya. Satu prinsip yang harus menjadi

perhatian utama. Saat mendapat obat dari dokter, pastikan untuk mengikuti

petunjuk yang diberikan agar dapat memperoleh manfaat yang maksimal dengan

resiko yang terendah dari obat yang anda minum. Sebab, perubahan yang

disebabkan interaksi obat dengan makanan/minuman dapat sangat bermakna,

namun demikian masih banyak faktor individu yang memberikan pengaruh

misalnya dosis obat, usia, berat badan, jenis kelamin dan status kesehatan pasien

tersebut secara keseluruhan. Perhatian harus diberikan terutama jika obat

dikonsumsi dengan makanan/minuman yang mengandung kafein dan alkohol.

Interaksi Farmakokinetik

Mekanisme yang terjadi melalui penghambatan penyerapan obat atau dengan

mempengaruhi aktivitas enzim di saluran pencernaan atau enzim di hati. Efek

terhadap enzim ini secara umum akan mempengaruhi  metabolisme obat sedangkan

secara khusus akan mempengaruhi kecepatan metabolisme obat tersebut di dalam

44

Page 18: Cont

hati yang dapat menyebabkan peningkatan kadar obat dalam darah. Pada prinsipnya

interaksi obat jenis ini dapat menyebabkan dua hal penting : Interaksi

makanan/minuman dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat atau

manfaat obat, baik melalui penghambatan penyerapannya atau dengan

mempengaruhi metabolisme atau distribusi obat tersebut di dalam tubuh. Interaksi

obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena

meningkatnya efek samping dari obat-obat tertentu akibat dari terjadinya

peningkatan kadar obat dalam darah.

Interaksi Farmakodinamik

Pada interaksi ini efek suatu obat akan dipengaruhi makanan/minuman. Interaksi

jenis ini tidak mudah dikelompokkan, tetapi lebih mudah diperkirakan efek

farmakologi obat yang dipengaruhi. Dalam hal ini makanan/minuman dapat

memberikan efek sinergisme ataupun antagonis (berlawanan).

Akibat dari interaksi jenis ini adalah terjadinya peningkatan efek samping karena

terjadinya peningkatan efek obat atau manfaat obat dapat berkurang bahkan

menghilang jika makanan/minuman yang dikonsumsi memberikan efek antagonis

terhadap obat  Penting dan Harus diperhatikan Informasi yang akan disampaikan di

bawah ini tidak dapat menggantikan saran yang telah diberikan dokter atauapun

apoteker Anda. Jika ragu, konsultasikan dan pastikan dokter dan apoteker Anda

tahu mengenai semua obat yang sedang Anda minum, baik obat yang diberikan

dokter maupun obat yang dibeli bebas. Sampaikan jika memiliki masalah atau

riwayat efek samping dengan obat-obat tertentu. Di bawah ini akan diuraikan

beberapa contoh interaksi obat yang dapat dibeli bebas ataupun diresepkan oleh

dokter dengan makanan/minuman. Contoh akan diberikan berdasarkan indikasi

penggunaan obat.  

Obat Anti Alergi

Antihistamin merupakan obat anti alergi yang digunakan untuk mengatasi

atau mencegah gejala flu, demam dan alergi. Mekanisme kerjanya dengan cara

menghambat atau membatasi histamine yang dilepas oleh tubuh jika seseorang

terpapar dengan senyawa yang dapat menyebabkan alergi. Anti histamin ada yang

dapat dibeli bebas antara lain,, Bromfeniramin, khlorfeniramin, difenhidramin.

Antihistamin harus dengan resep dokter. Feksofenadin, loratadin, cetirizin, interaksi

45

Page 19: Cont

dengan Makanan : dianjurkan minum obat antihistamin dalam keadaan perut

kosong untuk meningkatkan efek obat.

Buah grapefruit (termasuk dalam kelompok citrus/jeruk) : hindari minum

Terfenadin bersama jus grapefruit karena dapat meningkatkan terjadinya

peningkatan efek samping kardiotoksisitas akibat terjadinya peningkatan kadar obat

dalam tubuh terutama pada penderita dengan resiko tinggi.

Alkohol : konsumsi bersama alkohol akan meningkatkan efek samping

mengantuk dan mengurangi kewaspadaan.

Kafein (kopi, teh) dapat mengurangi efek mengantuk.

Obat Anti Nyeri dan Artritis

Obat analgesik antipiretik. Obat golongan ini digunakan untuk mengatasi 

nyeri ringan sampai sedang dan sebagai obat penurun panas. Contoh obat golongan

ini adalah parasetamol. Interaksi dengan  Makanan : jika diinginkan efek obat yang

cepat, minum obat ini dalam keadaan perut kosong karena makanan akan

memperlambat penyerapan obat.

Alkohol : hindari konsumsi alkohol karena penggunaan obat ini pada

peminum alkohol kronik dapat meningkatkan resiko terjadinya kerusakan hati atau

perdarahan saluran cerna. Jika Anda peminum alkohol, konsultasikan ke dokter

atau apoteker sebelum menggunakan obat golongan ini. 

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Oains digunakan untuk meringankan nyeri, demam dan inflamasi (peradangan).

Contoh oains : Asetosal, ibuprofen, ketoprofen. Interaksi dengan Makanan : paling

baik jika obat golongan ini diminum bersama makanan karena obat ini dapat

menyebabkan iritasi saluran cerna. Saat ini sudah tersedia asetosal dalam bentuk

buffer atau lapis enterik untuk mengurangi efek samping perdarahan pada saluran

cerna.

Alkohol : hindari konsumsi alkohol karena penggunaan obat ini pada peminum

alkohol kronik dapat meningkatkan resiko terjadinya kerusakan hati atau

perdarahan saluran cerna. Jika Anda peminum alkohol, konsultasikan ke dokter

atau apoteker sebelum menggunakan obat golongan ini.

46

Page 20: Cont

Obat Kortikosteroid

golongan ini diindikasikan untuk mengatasi peradangan pada tubuh.

Kortikosteroid mengurangi bengkak dan gatal, mengatasi alergi dan rematik.

Contoh kortikosteroid: metilprednisolon, prednison, prednisolon, kortisone asetat.

Interaksi dengan :

Makanan : minum obat ini bersama makanan atau susu untuk mengurangi

gangguan saluran cerna yang ditimbulkan oleh obat golongan ini.

Buah grapefruit : hindari minum Metil prednisolon bersama jus grapefruit

karena diduga dapat meningkatkan terjadinya peningkatan efek samping akibat

terjadinya peningkatan kadar obat dalam tubuh. Jika perlu dilakukan penyesuaian

dosis.

Analgetik Narkotik

Obat golongan ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter dan

diindikasikan untuk mengatasi nyeri sedang sampai berat dan untuk menekan

batuk. Penggunaan obat golongan ini harus benar-benar sesuai petunjuk dokter

karena dapat mempengaruhi perilaku dan dapat menimbulkan efek samping yang

fatal jika digunakan dengan tidak tepat. Contoh obat golongan ini adalah: kodein,

oksikodon, meperidin, hidrokodon. Interaksi dengan:

Alkohol : hindari konsumsi alkohol karena akan meningkatkan efek sedasi

obat. Harus digunakan secara hati-hati pada saat mengemudi dan menjalankan

mesin. 

Obat Asma

Bronkodilator digunakan untuk mengatasi gejala asma bronkial, bronkitis kronik

dan emfisema (sesak napas). Contoh obat golongan ini adalah, Teofilin, Albuterol,

Epinefrine. Interaksi dengan Makanan : efek makanan terhadap teofilin dapat

bervariasi. Makanan dengan kandungan lemak tinggi dapat meningkatkan jumlah

teofilin dalam darah, sedangkan makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi

akan menurunkan kadar teofilin dalam tubuh.

47

Page 21: Cont

Kafein : Hindari makan atau minum makanan atau minuman yang mengandung

kafein ( kopi, teh) bersama bronkodilator oral karena keduanya sama-sama bersifat

pemacu susunan saraf pusat.

Alkohol : hindari minum alkohol jika sedang minum teofilin karena dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping mual, muntah, sakit kepala

dan irritability.

Obat Jantung

Obat golongan ini digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kardiovaskular

seperti tekanan darah tinggi, angina, detak jantung tidak teratur dan kolesterol

tinggi. Jika anda memperoleh obat golongan ini pastikan anda memperoleh

informasi yang sesuai dan tepat dari dokter atau apoteker anda tentang obat ini.

Jangan ragu tanyakan kepada dokter atau apoteker anda.

Obat Diuretik

Obat golongan ini bekerja dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit

(natrium, kalium dan klorida) dari dalam tubuh. Beberapa contoh obat golongan ini

adalah, Furosemid, Triamteren, Hidroklorothiazid. Interkasi dengan Makanan:

diuretik dapat menyebabkan kehilangan kalium, kalsium dan magnesium. Tetapi

sebaliknya, triamteren akan menghambat pengeluaran kalium dari tubuh hingga

dapat mengakibatkan terjadinya hiperkalemia yang ditandai dengan denyut jantung

cepat dan tidak beraturan (palpistasi jantung). Oleh karena itu saat mendapat

Triamteren, hindari makanan yang mengandung banyak kalium seperti pisang,

jeruk, sayuran berwarna hijau atau garam pengganti yang mengandung kalium.

Obat Beta Bloker

Obat golongan ini bekerja dengan cara menurunkan nerve impulse ke jantung

dan pembuluh darah sehingga menurunkan detak jantung dan beban jantung. Contoh

obat golongan ini adalah, atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol. Interaksi

dengan Alkohol : hindari minum alkohol jika sedang minum propranolol karena

kombinasi keduanya akan menyebabkan penurunan tekanan darah yang sangat tajam.

Obat Golongan Nitrat

48

Page 22: Cont

Obat golongan ini bekerja dengan cara melebarkan pembuluh darah dan

menurunkan kebutuhan oksigen jantung. Contoh obat golongan ini adalah isosorbide

dinitrate, nitroglycerin. Interaksi dengan Alkohol : hindari minum alkohol karena

alkohol memperkuat efek melebarkan pembuluh darah golongan nitrat dan akan

terjadi penurunan tekanan darah yang membahayakan.

Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (Penghambat ACE)

Obat golongan ini akan melebarkan pembuluh darah dengan cara mencegah

pembentukan angiotensin II yang bersifat vasokonstriktor. Contoh obat obat

golongan ini adalah Kaptopril, enalapril, lisinopril, kuinapril. Interaksi dengan

Makanan: dapat menurunkan penyerapan kaptopril sehingga obat ini diminum 1 jam

sebelum atau 2 jam sesudah makan. Obat golongan ini juga dapat menyebabkan

peningkatan kadar kalium dalam tubuh yang dapat membahayakan kesehatan.

Informasikan kepada dokter jika anda sedang meminum suplemen diuretik atau

diuretik lain yang dapat meningkatkan kadar kalium dalam tubuh. Oleh karena itu

hindari makanan yang mengandung banyak kalium seperti pisang, jeruk dan sayuran

berwarna hijau.

Obat penghambat enzim HMG CoA reduktase

Obat golongan ini dikenal juga dengan nama golongan statin dan digunakan

untuk menurunkan kolesterol dengan cara menurunkan kecepatan produksi LDL

(kolesterol jahat). Beberapa obat dari golongan ini dapat menurunkan trigliserida.

Contoh obat golongan ini adalah : Fluvastatin, Lovastatin, Pravastatin, Simvastatin.

Interaksi dengan Alkohol: hindari minum alkohol karena dapat meningkatkan resiko

kerusakan hati.

Buah grapefruit : hindari minum laovastatin dan simvastatin bersama jus

grapefruit karena dapat meningkatkan terjadinya peningkatan efek samping akibat

terjadinya peningkatan kadar obat-obat dalam tubuh.

Makanan : Lovastatin harus diberikan bersamaan dengan makan malam untuk

meningkatkan penyerapan.

Obat yang mempengaruhi sistem  koagulasi darah

49

Page 23: Cont

Obat golongan ini bekerja dengan cara mencegah pembentukan gumpalan /

bekuan darah. Contoh obat golongan ini adalah Warfarin. Interaksi dengan

Makanan : hindari makan makanan yang banyak mengandung vitamin K (seperti

bayam, brokoli) karena vitamin K akan menghasilkan senyawa yang dapat

menyebabkan terjadinya gumpalan/bekuan darah sehingga efek antikoagulan akan

berkurang.

Obat anti infeksi

Obat golongan ini digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan bakteri

atau jamur. Golongan penisilin. Contoh obat golongan ini adalah amoksilin,

ampisilin, kloksasilin. Interaksi dengan  Makanan : penyerapan ampisilin dan

kloksasilin akan dipengaruhi oleh makanan. Oleh karena itu dianjurkan untuk

diminum saat perut kosong. Sedangkan penyerapan amoksilin tidak dipengaruhi oleh

makanan.

Golongan kinolon. Contoh obat golongan ini adalah siproflokasin, levofloksasin,

ofloksasin, trovafloksasin. Interaksi dengan  Makanan: minum obat dalam keadaan

perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan karena penyerapan terbaik

pada perut kosong. Jika perutnya mengalami gangguan, boleh diminum bersama

makanan. Hindari makanan yang mengandung kalsium seperti susu, yogurt, vitamin

atau mineral yang mengandung zat besi dan antasida karena akan menurunkan kadar

obat dalam tubuh secara bermakna. Kafein: jika diminum bersama kafein, kadar

kafein akan meningkat yang dapat menyebabkan terjadinya rasa gelisah dan

excitability ( rasa gembira yang berlebihan) Golongan cefalosporin. Contoh obat

golongan ini adalah sefaklor, sefadroksil, sefiksime, sefrozil, sefaleksin, sefnidir.

Interaksi dengan makanan : minum obat dalam keadaan perut kosong 1 jam sebelum

atau 2 jam sesudah makan karena penyerapan obat dapat dipengaruhi oleh makanan.

Contohnya sefnidir. Jika perutnya mengalami gangguan, boleh diminum bersama

makanan. Golongan makrolida. Beberapa contoh obat golongan ini adalah

Azitromisin, klaritromisin, eritromisin. Interaksi dengan  Makanan : minum obat

dalam keadaan perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan, karena

makanan dapat mengganggu penyerapan Eritromisin. Jika perutnya mengalami

gangguan, boleh diminum bersama makanan.

50

Page 24: Cont

Golongan tetrasiklin. Beberapa contoh obat golongan ini adalah tetrasiklin,

doksisilin. Interaksi dengan makanan : minum obat dalam keadaan perut kosong 1

jam sebelum 2 jam sesudah makan. Jika perutnya menjadi mengalami gangguan,

boleh diminum bersama makanan. Untuk tetrasiklin, hindari makanan yang

mengandung kalsium seperti susu, yogurt, vitamin atau mineral yang mengandung

zat besi dan antasida karena akan menurunkan kadar obat dalam tubuh secara

bermakna. Golongan sulfonamid. Contoh golongan ini adalah sulfamethoxazole +

trimethoprim. Interaksi dengan makanan : minum obat dalam keadaan perut kosong

1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Jika perutnya mengalami gangguan, boleh

diminum bersama makanan.

Nitromidazol. Contoh obat golongan ini adalah metronidazol. Interaksi dengan

makanan : minum bersama makanan untuk mengurangi gangguan saluran cerna.

Alkohol: hindari minum alkohol ataua makanan yang mengandung alkohol seperti

tape selama minum obat ini. Dan baru boleh minum alkohol minimal 3 hari sesudah

berhenti minum obat karena bisa menyebabkan efek samping berupa mual, keram

perut, muntah, sakit kepala dan kemerahan dengan rasa panas di muka.

Anti jamur. Beberaoa contoh obat golongan ini adalah flukonazol, griseofulvin,

ketokonazol, itrakonazol. Interaksi dengan makanan : hindari makanan atau

minuman yang mengandung susu, keju, yugurt, es krim atau antasida. Alkohol :

hindari minum alkohol atau makanan yang mengandung alkohol seperti tape selama

minum ketokonazol. Dan baru boleh minum alkohol minimum 3 hari sesudah

berhenti minum obat karena akan menyebabkan terjadinya efek samping berupa

mual, muntah, sakit kepala dan kemerahan dengan rasa panas di muka.

5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi Obat

Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi obat

antara lain :

1. Faktor Usia

Distribusi obat-obatan yang larut dalam lipid (obat-obatan yang larut

dalam lemak) mengalami perubahan yang jelas, di mana wanita usia lanjut

memiliki jaringan lemak 33% lebih banyak dibandingkan wanita yang lebih

muda, sehingga terjadi akumulasi obat. Usia juga mempengaruhi

51

Page 25: Cont

metabolisme dan klirens obat akibat perubahan yang terjadi pada hati dan

ginjal. Saat tubuh semakin tua aliran darah melalui hati berkurang dan

klirens beberapa obat dapat terhambat sekitar 30-40%. Selain itu enzim-

enzim hati yang menjalankan metabolisme obat mudah melimpah sehingga

memperlambat metabolisme akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi obat-

obatan tertentu.

Berdasarkan WHO kelompok usia lanjut dibagi menjadi 3 golongan

besar yaitu usia 60-74 tahun (young old), 75-84 tahun (old old) dan > 85

tahun (oldest old). Perubahan fisiologis yang terjadi pada orang usia lanjut

adalah penurunan massa otot, cairan tubuha, laju filtrasi glomerulus, aliran

darah ke hati serta peningkatan lemak tubuh.

Tabel 2.1 . Perubahan farmakokinetika pada orang usia lanjut

Faktor Farmakokinetik Kemaknaan Klinis

Motilitas Gastrointestinal

pH Lambung

Fungsi Ginjal

Albumin dalam Serum

Total air tubuh

Rasio Lemak tubuh/massa tubuh

Dapat mempengaruhi kecepatan, namun

tidak mempengaruhi tingkat, penyerapan

obat

Perubahan tidak bermakna pada

penyerapan obat

Penurunan eliminasi obat-obat yang

diekskresi melalui ginjal

Penurunan pengikatan protein sehingga

meningkatkan fraksi obat bebas

Penurunan volume distribusi obat-obatan

yang larut dalam air

Peningkatan volume distribusi obat-

obatan yang larut dalam lemak

2. Faktor Polifarmasi

Tujuan dari Polifarmasi ini tidak lain adalah untuk mencapai efek terapi

yang optimum mengurangi efek samping, menghambat timbulnya resistansi,

mencegah kemungkinan adanya efek toksik yang disebabkan oleh substansi

52

Page 26: Cont

zat aktif. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang

pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan

diagnosis yang diperkirakan.

Banyak obat yang tidak ada hubungannya dengan penyakit pasien

diberikan pada pasien yang tentu saja merupakan pemborosan dan

meningkatkan insiden penyakit karena obat.

3. Faktor Penyakit

Diabetes, hipotensi atau hipertensi, tukak, glaucoma, pelebaran prostat,

kontrol kandung kemih yang buruk, dan insomnia adalah beberapa kondisi

yang perlu diperhatikan karena penderita penyakit seperti ini berpeluang

lebih tinggi mengalami interaksi obat-penyakit.

4. Faktor Genetik

Karena faktor genetik sebagian orang memproses (metabolisme) obat

secara lambat akibatnya suatu obat bisa berakumulasi di dalam tubuh

sehingga menyebabkan toksisitas

5.3 Dampak Klinis Interaksi Obat

Dampak klinis interaksi obat dilakukan dari beberapa obat yang saling

berinteraksi dimana ha yang paling utama adalah interaksi yang berpengaruh

signifikan terhadap klinis

Tabel 2.2. Dampak klinis interaksi obat berdasarkan level kejadian

Level Skala Interaksi Obat

Level signifikan Level Level Lokumentasi

1

2

3

Major

Moderat

Minor

Established, probable atau

suspected

Established, probable atau

suspected

Established, probable atau

suspected

53

Page 27: Cont

4

5

Major atau Moderat

Minor untuk seluruh kelas

Possible

Possible dan Unlikely

a) Level signifikansi 1 risiko yang ditimbulkan berpotensial mengancam

individu atau dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen.

b) Level signifikansi 2 efek yang timbul akibat penurunan dari status klinik

pasien sehingga dibutuhkan terapi tambahan atau perawatan di rumah

sakit.

c) Level signifikansi 3 efek yang dihasilkan ringan; akibatnya mungkin dapat

menyusahkan atau tidak dapat diketahui tetapi secara signifikan tidak

mempengaruhi terapi sehingga treatment tambahan tidak diperlikan.

d) Level signifikansi 4 efek yang dihasilkan dapat berbahaya dimana respons

farmakologi dapat berubah sehingga diperlukan terpi tambahan

e) Level signifikansi 5 efek yang dihasilkan ringan dimana respons klinik

dapat berubah namun ada beberapa yang tidak mengubah respons klinik.

5.4 Hubungan Interaksi Obat dengan Makanan

Hubungan dan interaksi antara makanan, zat gizi yang terkandung

dalam makanan, dan obat sangat menarik perhatian masyarakat. Makanan dan

zat gizi yang terkandung dalam makanan jika dikonsumsi secara bersamaan

dengan obat-obat tertentu dapat mempengaruhi bioavailabilitas,

farmakokinetika, farmakodinamika dan efek terapi suatu obat secara

keseluruhan. Nutrien tertentu di dalam saluran pencernaan dan/ atau di dalam

sistem fisiologi tubuh seperti di dalam darah dapat meningkatkan atau

mengganggu kecepatan absorpsi dan metabolisme obat. Interaksi obat dengn

makanan bisa terjadi karena obat resep atau obat bebas dan obat bebas terbatas

seperti antasida, vitamin dan zat besi. Makanan yang mengandung zat-zat aktif

yang berinteraksi dengan obat-obat tertentu dapat menimbulkan efek buruk

yang tidak diharapkan. Zat-zat gizi termasuk makanan, minuman dan suplemen

makanan bisa mengubah efek obat yang digunakan pasien.

Seperti halnya makanan obat-obatan yang diminum harus diserap

melalui mukosa lambung atau usus kecil. Akibatnya adanya makanan di dalam

54

Page 28: Cont

sistem pencernaan dapat menurunkan absorpsi suatu obat. Biasanya interaksi

semacam ini dapat dihindari dengan meminum obat satu jam atau dua jam

setelah makan. Serat makanan juga mempengaruhi absorpsi obat.

Karakteristik fisik dan kimia suatu obat adalah faktor yang sangat

menentukan potensi interaksinya dengan makanan. Obat yang berbeda di dalam

kelompok obat yang sama atau formulasi obat-obatan identik yang berbeda bisa

menunjukkan karakteristik kimia yang berbeda sehingga menghasilkan interaksi

obat dengan makanan yang benar-benar berbeda.

Terjadinya interaksi makanan dengan obat tergantung pada ukuran dan

komposisi makanan serta waktu pemberian obat dalam kaitannya dengan

makan. Misalnya bioavailabilitas obat-obatan lipofilik biasanya meningkat

dengan kandungan lemak yang tinggi atau karena peningkatan daya larut obat

(misalnya albendazol dan isotretinoin) atau perangsangan sekresi asam lambung

(misalnya griseofulvin dan halofantrin). Atau kandungan serat yang tinggi dapat

menurunkan bioavailabilitas obat-obatan tertentu (misalnya digoksin dan

lovastatin) karena pengikatan terhadap serat.

` Bioavailabilitas dan efek sebagian besar obat saling berkaitan sehingga

perubahan bioavailabilitas merupakan suatu parameter efek interaksi obat

dengan makanan yang sangat penting. Interaksi farmakokinetik obat dengan

makanan yang paling penting disebabkan oleh perubahan absorpsi suatu obat

karena reaksi kimia yang terjadi antara obat dengan makanan atau respons

fisiologi terhadap makanan ; perubahan keasaman lambung, sekresi asam

empedu , atau motilitas saluran percernaan. Interaksi makanan dengan obat

yang hanya mempengaruhi tingkat absorpsi obat sering terjadi secara klinis

namun jarang signifikan. Namun untuk beberapa obat, ansorpsi cepat yang

menghasilkan konsentrasi tertinggi obat mungkin tidak dianjurkan karena

terjadinya efek negatif yang terkandung konsentrasi (misalnya kapsul

misoprostol dan nifedipin).

Hubungan antara parameter farmakokinetik dengan efek farmakologi

tidak selalu sederhana. Umumnya perubahan-perubahan bioavailabilitas yang

terkait makan hanya bisa digunakan sebagai indikasi-indikasi obat dengan

55

Page 29: Cont

makanan. Relevan tergantung pada titik obat (misalnya anti kuman,

antihipertensi, obat penurun lipid atau anti koagulan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat interaksi antara makanan dan

obat dimana dampak interaksi makanan dengan obat tergantung pada sejumlah

faktor seperti dosis obat, usia subjek, ukuran dan kondisi kesehatan. Terlepas

dari faktor-faktor ini, waktu konsumsi makanan dan obat juga memperlihatkan

peran penting. Pencegahan interaksi obat bukan berarti menghindari obat atau

mekanan. Dalam kasus tetrasiklin dan produk susu, keduanya mesti dikonsumsi

pada waktu yang berbeda tidak harus menghilangkan salah satunya. Informasi

yang memadai tentang obat-obatan dan waktu minum obat bisa membantu

mencegah masalah interaksi obat.

Tidak semua obat dipengaruhi makanan, namun banyak obat yang dapat

dipengaruhi oleh makanan dan waktu makan. Misalnya, minum obat bersamaan

dengan waktu makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat. Makanan dapat

memperlambat dan menurunkan absorpsi obat. Itulah sebabnya obat-obatan ini

mesti diminum saat perut dalam keadaan kosong. Disisi lain, beberapa obat

lebih mudah ditoleransi ketika diminum pada waktu makan.sebaiknya

ditanyakan ke dokter atau apoteker apakah obat bisa digunakan bersamaan

dengan snack atau makanan utama, atau apakah obat mesti digunakan ketika

perut dalam keadaan kosong. Makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat

didalam traktus gastrointestinalis dengan mengubah pH lambung, sekresi, dan

motilitas saluran pencernaan, serta waktu transit. Hal ini menyebabkan

perubahan kecepatan absorpsi atau tingkat absorpsi obat.

a. Absorpsi obat yang meningkat karena adanya makanan

Obat Mekanisme Perhatian

Eritromisin Tidak diketahui Gunakan bersama

makanan

Griseofulvin Obat larut dalam lipid, absorpsi

lebih tinggi dengan makanan

kaya lemak.

Gunakan bersama

makanan dengan kadar

lemak tinggi

56

Page 30: Cont

Karbamazepin Peningkatan produksi

empedu,pelarutan dan

penyerapan lebih tinggi.

-

Hudralazin,

Labetalol, dan

Metaprolol

Makanan dapat menurunkan

ekstraksi dan metabolisme

pertama.

Minum saat makan

dengan makanan yang

kaya lemak.

Nitrofurantoin,

Fenitoin, dan

Propoksifen

Perlambatan pengosongan

gastrik meningkatkan pelarutan

dan penyerapan.

Minum saat waktu

makan

b. Absorpsi obat yang tertunda atau menurun karena adanya makanan

Obat Mekanisme Perhatian

Am

pisilin

Mengurangi volume cairan perut Gunakan bersama air

Amoksisilin Mengurangi volume cairan perut Gunakan bersama air

INH Makanan akan menaikkan pH

saluran cerna dan memperlambat

waktu pengosongan lambung

Minum saat perut kosong

Linkomisin Mekanisme tidak diketahui Minum saat perut kosong

Sulfonamida Mekanisme tidak diketahui Gunakan bersama dengan

makanan yang akan

memperpanjang waktu

pengosongan lambung

Tetrasiklin Berikatan dengan ion kalsium dan

garam besi membentuk kelat yang

tidak larut

Gunakan 1 jam atau 2 jam

setelah makan, dan hindari

susu

Metenamin Hindari makanan beralkali

Kinidin Efeknya meningkat karena terlalu

banyak kinidin

Hindari makanan beralkali

Kinin Efeknya meningkat karena terlalu

banyak kini akan mengakibatkan

Hindari makanan beralkali

57

Page 31: Cont

efek samping yang merugikan

Benzodiazepin

tertentu (seperti

triamzolam),

Antagonis kalsium

(felodipin,

nifedipin, dan

nisoldipin)

Dengan jus anggur menghambat

enzim yang terlibat dalam

metabolisme sehingga

mengidentifikasi efek obat tertentu.

Hindari Jus Anggur

Antikoagulan Makanan yang kaya vitamin K

(seperti brokoli, tauge, bayam, dan

kangkung) dapat menurunkan

efektivitas antikoagulan sehingga

meningkatkan risiko pembekuan.

Asupan makanan seperti

ini mesti dibatasi, dan

jumlah yang dikonsumsi

setiap hari tetap konstan.

Bisfosfat

(alendronat,

ibandronat dan

risedronat)

Makanan bahkan jus jeruk, kopi,

atau air mineral, dapat menurunkan

absorpsi dan efektivitas obat-obatan

ini.

Alendronat dan risedronat

diminum dengan air putih

paling tidak setengah jam

sebelum makanan,

minuman, atau obat

pertama pada hari itu

diminum, dan ibandronat

mesti diminum paling

tidak satu jam sebelumnya

5.5 Contoh Kasus

Dalam kasus ini, Tn. Z yang berusia 45 thn dengan keluhan kepala

pusing, tengkuk terasa pegal sakit, muka terasa panas dan merah sejak 2 hari

sebelum masuk rumah sakit. Nyeri sering datang setiap saat. Pasien juga pernah

dirawat di RS dgn keluhan yg sama. Pasien juga mual dan muntah sebanyak 2

kali disertai dgn kembung dan mengatakan sering telat makan dan adanya gatal-

58

Page 32: Cont

gatal pd paha bagian dalam yg merupakan ekspresi hipersensitivitas thd infeksi

jamur.

Obat-obat yang diresepkan dokter adalah sebagai berikut :

R/ Lanzoprazol 30 mg, No VII

1 x 1

R/ Inpepsia syrup

      3 x 1 sdm

R/ Metoklopramid tab XV

        3 x 1/2

R/ Amoxycilin 500, No XV

        3 x 1

R/ Ketokonazole No XV

        3 x 1

Dari studi kasus tersebut, pasien menderita dispepsia atau sakit maag dan

candidiasis atau infeksi jamur.

Penatalaksanaan yg diberikan adalah :

1. Lanzoprazol sbg anti dispepsia, golongan PPI penghambat sekresi asam lambung

yg secara spesifik menghambat H+/K+/ATP’ase dari sel parietal mukosa

lambung dengan memblokir enzim H+/K+/ATP-ase yg akan memecah

H+/K+/ATP menghasilkan energi yg digunakan untuk mengeluarkan asam HCl

dari kanal sel parietal ke dalam lumen lambung sehingga mencegah pengeluaran

asam lambung dr sel kanal menyebabkan pengurangan rasa sakit pasien

tukak. Sebaiknya diberikan pd pagi hari 1 jam sebelum makan.

2. Inpepsia syrup sbg anti dispepsia. Sukralfat adalah pelindung mukosa yg

merupakan komplek garam sukrosa dimana gugus hidroksil diganti dgn

alumunium hidroksida dan sulfat. Kemungkinan bekerja melalui pelepasan

kutub Al-hidroksida yg berikatan dgn kutub positif molekul protein membentuk

lapisan fesikokemikal pd dasar tukak, yg melindungi tukak dr pengaruh asam

dan pepsin. sebaiknya diberikan pd saat perut kosong utk mencegah ikatan dgn

protein dan fosfat.

59

Page 33: Cont

3. Metoklorpramid sbg anti muntah, merupakan agonis reseptor dopamine D2 dan

antagonis reseptor serotonin 5-HT3 yg juga berguna pd dispepsia fungsional.

Memiliki efek samping ekstrapiramidal

4. Amoxycilin sbg antibiotik untuk infeksi bakteri. Dalam kasus ini sebenarnya

tidak perlu diberikan antibiotik krn diagnosis penyakit tdk kaitannya dgn infeksi

bakteri. Shg dlm resep ini terdapat terapi tanpa indikasi.

5. Ketokonazole sbg antijamur untuk infeksi sistemik, efektif thd Candida,

Coccodioides immitis, Cryptococcus, Aspergillus. Mekanisme kerja berinteraksi

dgn enzim P-450 utk menghambat demetilasi lanosterol mjd ergosterol yg

penting utk membran jamur.

Interaksi yang terjadi adalah :

Antara obat Lanzoprazol, Sulcralfat, dan Ketokonazole. Efek : efek

ketokonazole akan menurun dengan adanya perubahan pH lambung. Mekanisme :

absorpsi ketokonazole akan berkurang jika terjadi peningkatan pH lambung krn

lanzoprazol akan meningkatkan pH lambung sehingga akan mengurangi daya larut

dan absorpsi ketokonazole yg diberikan secara oral.

Penatalaksanaan untuk mengurandi efek interaksi obat :

a) Selalu harus ditelusur mengenai pemakaian obat oleh pasien baik yang diperoleh

melalui resep dokter maupun swamedikasi

b) Gunakan obat hanya bila ada indikasi yang jelas, dan bila tidak ada alternatif

non farmakoterapi

c) Jika harus memberikan obat gabungan pastikan tidak ada interaksi yang

merugikan

d) Jika ada interaksi, lakukan tindakan –tindakan yang perlu untuk mencegah

interaksi

e) Lakukan evaluasi sesudah pemberian obat secara bersamaan

f) Dilakukan perhatian khusus untuk pengobatan bayi, anak-anak dan usia lanju

g) Ditelusuri secara rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien sebelumnya

h) Jika ada keluhan sewaktu pengobatan selalu dianalisa terlebih dahulu penyebab

keluhan tersebut

i) Dihindari sedapat mungkin pemberian obat bersama-sama lewat infus

60

Page 34: Cont

j) Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa

tidak ada interaksi yang merugikan

61