14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam era yang semakin berkembang ini, salah satu tuntutan bagi sebuah negara berkembang adalah pembangunan nasional. Pembangunan nasional akan terlaksana dengan baik apabila ada koordinasi dari segenap masyarakatnya. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia atau individu seutuhnya dan masyarakat selutuhnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. UU no. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 3 bab II asas dan tujuan berbunyi: “Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan : (1) meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; (2) memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian; (3) meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial; (4) meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; (5) meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; dan (6) meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial”. Sunyoto Usman (2008:33-40) di dalam masyarakat, dapat dikemukakan dua macam keadaan : (1) terdapat kemiskinan sekaligus kesenjangan, atau (2) tidak terdapat kemiskinan tapi boleh jadi masih ada kesenjangan. Upaya penanggulangan kemiskinan sangat kompleks dan rumit, dan upaya menanggulangi kemiskinan sekaligus kesenjangan jauh lebih kompleks dan lebih rumit. Secara teorotis, faktor penting lain yang ditengarai membuat desa menjadi tidak berdaya adalah produktivitas yang rendah dan sumber daya manusia yang lemah. Perbandingan antara hasil produksi dan jumlah penduduk menjadi tidak seimbang. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial juga dapat berjalan seperti apa yang sudah dicita-citakan.

contoh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

c

Citation preview

Page 1: contoh

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam era yang semakin berkembang ini, salah satu tuntutan bagi sebuah negara berkembang adalah

pembangunan nasional. Pembangunan nasional  akan terlaksana dengan baik apabila ada koordinasi

dari segenap masyarakatnya. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia atau

individu seutuhnya dan masyarakat selutuhnya. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2

juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di

sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3

hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak

dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan

sosial. 

UU no. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 3 bab II asas dan tujuan berbunyi:

“Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan : (1) meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas,

dan kelangsungan hidup; (2) memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian; (3)

meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan

sosial; (4) meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; (5) meningkatkan

kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara

melembaga dan berkelanjutan; dan (6) meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan

kesejahteraan sosial”.

Sunyoto Usman (2008:33-40) di dalam masyarakat, dapat dikemukakan dua macam keadaan : (1)

terdapat kemiskinan sekaligus kesenjangan, atau (2) tidak terdapat kemiskinan tapi boleh jadi masih

ada kesenjangan. Upaya penanggulangan kemiskinan sangat kompleks dan rumit, dan upaya

menanggulangi kemiskinan sekaligus kesenjangan jauh lebih kompleks dan lebih rumit. Secara

teorotis, faktor penting lain yang ditengarai membuat desa menjadi tidak berdaya adalah produktivitas

yang rendah dan sumber daya manusia yang lemah. Perbandingan antara hasil produksi dan jumlah

penduduk menjadi tidak seimbang.

Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung

maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin dan penyelenggaraan

kesejahteraan sosial juga dapat berjalan seperti apa yang sudah dicita-citakan.

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan,

pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Kajian keadaan pedesaan secara

partisipatif adalah salah satu tahap dalam upaya meningkatkan kemandirian, hasil panen dan

kesejahteraan masyarakat dalam hidupnya. Kajian keadaan pedesaan dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasi, potensi

dan masalahnya sendiri. Dalam kajian keadaan pedesaan secara partisipatif melalui Pemberdayaan

Masyarakat, masyarakat dapat memanfaatkan informasi dan hasil kajian yang dilakukan bersama oleh

Page 2: contoh

masyarakat bersama tim fasilitator, untuk mengembangkan rencana kerja masyarakat petani agar

lebih maju dan mandiri. 

Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan top-down yang sering kali dipakai oleh lembaga-lembaga

yang mengumpulkan informasi dari masyarakat melalui Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat untuk

kepentingan kelancaran program mereka. Dalam program semacam ini masyarakat hanya diikutkan

tanpa diberikan pilihan. Hasil dari kajian keadaan pedesaan secara partisipatif berupa gambaran

tentang masalah yang dihadapi masyarakat, potensi serta peluang pengembangan. Hasil ini sebagai

dasar untuk tahapan berikutnya dalam proses pemberdayaan masyarakat. 

Ukuran keberhasilannya adalah kemajuan fisik atau luasan tanaman, yang belum menyentuh

pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) petani dan kelembagaan, belum memanfaatkan kearifan

tradisional sebagai modal sosial (social capital), belum mengakomodasi tata nilai dan kelembagaan

informal masyarakat lokal sebagai pondasi kelembagaan formal pengelolaan lahan, serta belum

diadaptasikan dengan keragaman karakteristik bio-fisik lokasi, sosial dan budaya masyarakat lokal.

Sehingga partisipasi masyarakat dalam pelestarian lahan menjadi sangat minim dan terabaikan. 

Akibatnya tingkat keberhasilan pembangunan usaha budidaya tanaman sangat rendah dan sekaligus

masyarakat tetap miskin atau malah menjadi tambah miskin. Efek negatif berikutnya kemiskinan

tersebut telah memicu semakin maraknya penebangan liar, perambahan kawasan, dan lain-lain yang

semakin mengakibatkan parahnya kerusakan lahan. Sementara itu keberadaan dan ketergantungan

masyarakat lokal terhadap sumber daya alam sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan

tanaman pertanian atau pengelolaan lahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.

Dengan kata lain sasaran pengelolaan lahan secara maksimal tidak dapat dicapai tanpa

memperhatikan partisipasi dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. 

Dari hal di atas, masyarakat petani di kawasan kecamatan Moyudan yang tergabung dalam program

Gapoktan (gabungan kelompok tani) merupakan masyarakat yang perlu diberdayakan. Diharapkan

melalui program Gapoktan ini, masyarakat petani dapat lebih berdaya dan dalam segi hasil panen

maupun finansial serta kesejahteraan hidupnya dapat meningkat.

Dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka peniliti mengambil penelitian “pemberdayaan

masyarakat petani dalam meningkatkan hasil panen melelui program Gapoktan (gabungan kelompok

tani) di kecamatan Moyudan.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut 

1. Banyaknya petani yang tingkat ekonominya masih rendah

2. Rendahnya hasil panen petani menyebabkan menurunnya tingkat ekonomi.

3. Kurangnya pengetahuan petani tentang cara pengolahan sawah yang tepat menyebabkan

rendahnya hasil panen

4. Kurangnya inovasi petani dalam upaya meningkatkan hasil panen.

5. Potensi-potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam belum dieksplor secara maksimal

atau belum diberdayakan.

C. Pembatasan masalah

Page 3: contoh

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini.

Mengingat adanya keterbatasan waktu, kemampuan dan dana. Agar penelitian ini lebih mendalam,

maka penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat petani dalam

usaha meningkatkan hasil panen melalui program gabungan kelompok tani di kecamatan Moyudan.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan

secara operasional permasalahan sebagai berikut

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan moyudan dalam upaya

meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

2. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program gapoktan di

kecamatan moyudan?

3. Bagaimana keberhasilan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan moyudan dalam upaya

meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil

panen melalui program gapoktan di kecamatan moyudan

2. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program gapoktan di

kecamatan moyudan

3. Mengetahui tingkat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan

moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan

F. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah di bidang Pendidikan Luar Sekolah pada konsep

pemberdayaan masyarakat 

2. Manfaat praktis

Sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya serta sebagai penambah pengalaman dan

wawasan khususnya bagi penulis, umumnya bagi masyarakat tentang pemberdayaan masyarakat

petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian pustaka

1. Tinjauan pemberdayaan masyarakat petani

a. Pengertian pemberdayaan masyarakat

Page 4: contoh

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk

memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri (wikipedia-

indonesia).

Pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling) (Ambar T. Sulistyani, 2004:79)

Priyono (1996) memberikan makna pemberdayaan masyarakat sebagai upaya menjadikan suasana

kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baikdalam kehidupan

keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi, psikologi

dan lain-lain. Mem-berdayakan masyarakat mengandung mak-na mengembangkan, memandirikan,

men-swadayakan dan memperkuat posisi tawar-menawar masyarakat lapisan bawah ter-hadap

kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.

Menurut definisinya, oleh Mas’oed (1990), pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan

daya (empowerment) atau kekuatan (strengthening) kepada masya-rakat. Sehubungan dengan

pengertian ini, Sumodiningrat (1997) mengartikan keberdayaan masyarakat sebagai kemam-puan

individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang

bersangkutan. 

Masyarakat dengan keberdayaan yang tinggi, adalah masya-rakat yang sebagian besar anggotanya

sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, dan memiliki nilai-nilai intrinsik yang juga menjadi sumber

keberdayaan, seperti sifat-sifat kekeluargaan, kegotong-royongan, dan (khusus bagi bangsa

Indonesia) adalah keragaman atau kebhinekaan.

Keberdayaan masyarakat, adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat mampu bertahan

(survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) mampu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-

tujuannya. Karena itu, memberdaya-kan masyarakat merupakan upaya untuk (terus menerus) me-

ningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat “bawah” yang tidak mampu melepaskan diri dari

perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. 

Dengan kata lain, memberdayakan masyarakat adalah mening-katkan kemampuan dan meningkatkan

kemandirian masyara-kat. Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya

peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan

mengendali-kan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable) demi

perbaikan kehidupannya

Empowerment atau pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk memberiikan

kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani

bersuara (voice) serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice). 

Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan

skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Dasar pemikiran suatu obyek atau target group

perlu diberdayakan karena obyek tersebut mem-punyai keterbatasan, ketidakberdayaan,

keterbelakangan dan kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karenanya guna meng-upayakan

kesetaraan serta untuk mengurangi kesenjangan diperlukan upaya merevitalisasi untuk

mengoptimalkan utilitas melalui penambahan nilai. Penambahan nilai ini dapat mencakup pada ruang

bidang aspek sosial, ekonomi, kese-hatan, politik dan budaya.

Pemberdayaan dapat dimaknai sebagai proses tumbuhnya kekuasaan serta kemampuan baik individu

maupun kelompok masyarakat yang masih miskin, terpinggirkan dan belum berdaya. Melalui proses

Page 5: contoh

pemberdayaan diharapkan kelompok masyarakat masyarakat bawah dapat terangkat menjadi

kelompok manusia yang menengah dan atas. Hal tersebut dapat terjadi bila mereka diberikan

kesempatan serta fasilitas dan bantuan dari pihak yang terkait. Kelompok masyarakat miskin di

pedesaan sulit untuk melakukan proses pemberdayaan tanpa adanya bantuan dan fasilitas.

b. Tujuan pemberdayaan masyarakat

Untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi

kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut.

Pemberdayaan masyarakat hendaknya mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat yang lebih

baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh

pengetahuan dan wawasan seorang atau masyarakat dalam rangka mencari solusi atas

permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan sikap perilaku masyarakat yang terbentuk

yang diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pembangunan dan pemberdayaan.

Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh masyarakat yang diharapkan dapat

diintervensi  untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik

merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat

dalam rangka melakukan aktivitas pembangunan. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut

(kognitif, konatif, afektif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada tercapainya

kemandirian masyarakat yang dicita-citakan.(Ambar T. Sulistyani, 2004:80).

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat masyarakat menjadi mandiri, dalam arti memiliki

potensi untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi

kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah

maupun organisasi-organisasi non-pemerintah.

c. Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhati-kan sedikitnya 4 (empat) unsur pokok , yaitu:

1) Aksesibilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan peluang,

layanan, penegakan hukum, efektivitas negosiasi, dan akuntabilitas.

2) Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka

terlibat dalam kese-luruhan proses pembangunan. 

3) Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan

dengan meng-atas-namakan rakyat.

4) Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja-sama, mengorganisir warga

masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka

hadapi.

d.  Syarat Tercapainya Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masya-rakat terdapat tiga jalur kegiatan yang harus

dilaksanakan, yaitu :

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Titik-

tolaknya adalah, pengenalan bahwa setiap manusia dan masya-rakatnya memiliki potensi (daya) yang

dapat dikembang-kan.

Page 6: contoh

2) Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memberikan

motivasi, dan membang-kitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk

mengembangkannya.

3) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

2. Tinjauan hasil panen

a. Pengertian hasil panen

Dalam ekonomi pertanian, hasil usaha tani, hasil panen, atau sangat sering disingkat hasil saja,

adalah besaran yang menggambarkan banyaknya produk panen usaha tani yang diperoleh dalam

satu luasan lahan dalam satu siklus produksi. Satuan hasil biasanya adalah bobot (massa) per satuan

luas, seperti kg per hektare (= kg/ha atau kg.ha-1), kuintal (desiton, dt) per hektare, dan (metrik-)ton

per hektare.

Wujud fisik hasil berbeda-beda tergantung komoditi. Untuk tanaman penghasil biji-bijian (serealia dan

legum) hasil yang dihitung adalah bulir atau biji yang telah dikeringkan. Pada berbagai tanaman

sayuran hasil yang dihitung adalah buah atau daun atau seluruh bagian di atas permukaan tanah. Sisa

panen di bagian atas permukaan tanah yang tidak dihitung sebagai hasil usaha tani diberi istilah

brangkasan.( Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

b. Upaya peningkatkan hasil panen

• Strategi berikut dapat diadopsi untuk meningkatkan produktivitas padi di berbagai negara:

Penekanan dapat diberikan pada pendekatan sistem tanam daripada pendekatan pengembangan

tanaman tunggal ..

• Perbanyakan tanaman teknologi spesifik lokasi produksi di berbagai agro-klimatik zona.

• Penggantian potensi rendah / hama varietas lama rentan dengan varietas unggul baru dengan

potensi hasil menjanjikan.

• Untuk mendorong budidaya padi hibrida melalui demonstrasi dan biji membuat tersedia bagi petani.

• Memotivasi para petani untuk menyediakan irigasi hidup hemat untuk tanaman sedapat mungkin

selama musim kering panjang.

• Meningkatkan kesuburan tanah.

• Penekanan pada penggunaan nutrisi yang seimbang tanaman bersama dengan mempopulerkan

sistem manajemen pabrik terintegrasi.

• Penggunaan bio-pupuk.

• Mempopulerkan menabur garis di daerah padi gogo melalui pembentukan cocok penyemaian

perangkat dari tingkat yang diinginkan dari populasi tanaman, mudah dalam pengendalian gulma dan

aplikasi teknik manajemen lainnya.

• Mendorong penggunaan mesin serta lembu ditarik dan menyerahkan alat dioperasikan.

• Pengendalian yang efektif terhadap hama dan penyakit dengan menekankan kebutuhan aplikasi

berbasis pestisida.

• Lebih menekankan pada penerapan non-moneter masukan seperti menabur tepat waktu, menjaga

populasi tanaman optimal, irigasi tepat waktu, efisiensi penggunaan pupuk, langkah-langkah

perlindungan tanaman dan pemanenan tepat waktu panen dll

Page 7: contoh

3. Tinjauan gapoktan

c. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang

mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran

dan jasa penunjang.

Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan

kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk

meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

b. Pengertian gapoktan

Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk

meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Gapoktan sesuai Permentan No. 273 Tahun 2007

tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani).

c. Tujuan gapoktan

• Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM melalui pendidikan pelatihan dan study banding

sesuai kemampuan keuangan Gapoktan

• Meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara keseluruhan tanpa kecuali yang terlibat dalam

kepengurusan maupun hanya sebagai anggota, secara materiil maupun non material sesuai dengan

kontribusi/andil/masukan yang diberikan kepada pengembangan Organisasi Gapoktan

• Menyelenggarakan dan mengembangkan usaha dibidang pertanian dan jasa yang berbasis pada

bidang pertanian.

• Dalam membangun kerjasama dengan berbagai pihak, hams diketahui dan disepakati oleh rapat

angota, dengan perencanaan dan analisa yang jelas dan harus berpedoman Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga.

d. Prinsip-Prinsip  Organisasi Petani

Dibentuk untuk mempermudah anggota-anggotanya mencapai sebagian apa yang dibutuhkan

dan/atau diinginkan, Dengan kesadaran semacam itu setiap anggota menginginkan dan akan

berusaha agar kelompoknya dapat benar-benar efektif dalam menjalankan fungsinya, dengan

meningkatkan mutu interaksi/kerjasamanya dalam memanfaatkan segala potensi yang ada pada

anggota dan lingkungannya untuk mencapai tujuan kelompok.

e. Manfaat Gapoktan

• Memudahkan para penyuluh pertanian melakukan pembinaan dalam memfasilitasi para  petani

dalam mengembangkan usahanya.

• Memudahkan para pengambil kebijakan melaksanakan program-program yang akan dikembangka

• Memudahkan penyuluh pertanian melakukan pemberdayaan terhadap petani.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pemberdayaan masyarakat ini, sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian

terkait hal tersebut, diantaranya adalah:

Page 8: contoh

1. Penelitian milik Siti Jariyah (2011) yang berjudul “pemberdayaan masyarakat dan mobilitas sosial di

padukuhan pugeran, maguwoharjo, depok, sleman, yogyakarta” menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara pemberdayaan masyarakat dan mobilitas sosial adalah adanya kegiatan

pemberdayaan secara tidak langsung berpengaruh terdapat peningkatan status dan peran eseorang

atau masyarakat dalam kehidupan. Berbagai macam fasilitas maupun saluran yang ada di masyarakat

dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

2. Hasil penelitian milik Oktarina Dwi Handayani (2010) yang berjudul “pemberdayaan perempuan

melalui program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPM MD) dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa pesalakan, kecamatan bandar, kabupaten batang”

adalah konsep pembangunan pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua teknik, yaitu : partisipasi

masyarakat dan pembangunan masyarakat. Kedua teknik ini dapat diartikan proses pemberdayaan

merupakan pembangunan yang bersumber dari, oleh dan untuk masyarakat.sedangkan partisipasi

masyarakat diartikan sebagai partisipasi dari masyarakat sebagai pemanfaat program. Partisipasi

tersebut tidak hanya pada pelaksanaan program, tapi dimulai dari tahap penggalian gagasan, tahap

perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai pada tahapan pelestarian kegiatan.

3. Penelitian milik Kristinah Prasetia Ningsih (2010) dengan judul “implementasi pemberdayaan

keluarga melalui pendidikan anak usia dini pada pos pemberdayaan keluarga di dusun saman desa

bangunharjo kecamatan sewon kabupaten bantul” disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat

desa merupakan program pembangunan yang perlu menghiraukan dan memperhitungkan pola

kehidupan yang sedang berlangsung di masyarakat, kondisi ini harus diberi nilai dan jangan sekali-kali

diubah dengan cara perombakan. Kondisi masyarakat setempat perlu dihargai yaitu diberi apresiasi,

penghargaan dan pemberian nilai pada kondisi kehidupan masyarakat tersebut adalah salah satu cara

untuk suksesnya pengembangan masyarakat desa sebagaimana yang diharapkan.

C. Kerangka berpikir

Dalam era sekarang ini banyak sekali masalah-masalah sosial yang timbul. Dari banyaknya masalah,

paling sering kita dengar ialah masalah sosial ekonomi. Masyarakat dalam kalangan menengah ke

bawah-lah yang sering menemui masalah ini. Dikatakan seperti karena masyarakat dalam kalangan

menengah ke bawah belum cukup berdaya.

Untuk menjawab permasalahan di atas, dicetuskannya program pemberdayaan masyarakat.

Masyarakat yang perlu diberdayakan sangatlah beragam profesinya mulai dari pemuda sampai pada

mereka yang sudah usia lanjut. Dalam hal ini, pemberdayaan yang diprogramkan ialah program

pemberdayaan bagi mereka masyarakat petani. Masyarakat petani di kawasan pinggiran atau desa

masih belum berdaya. Tidak sedikit dari mereka yang masih belum sejahtera. 

Dengan adanya kasus tersebut, pemerintah merespon tuntutan petani dengan menggulirkan program

gapoktan (gabungan kelompok tani) yang mana dengan adanya program tersebut masyarakat petani

menjadi lebih berdaya, mandiri serta dapat meningkatkan hasil panen dan kemudian mencapai tujuan

akhir yang dicita-citakan yaitu meningkatnya kesejahteraan.

Page 9: contoh

Timbul masalah-masalah soaial pada petani 

Program pemberdayaan masyarakat 

   

  Masyarakat petani

program Gapoktan (gabungan kelompok tani)

Meningkatkan hasil penen

Meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan

D. Pertanyan penelitian

Sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini, maka peneliti membuat rumusan pertanyaan umum

yang nantinya akan mengisi pembahasan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya

meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

a. Bagaimana rekruitmen anggota program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan

dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

b. Apa saja usaha yang dilakukan anggota program pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya

meningkatkan hasil panen?

c. Bagaimana program pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan

Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program

gapoktan?

3. Bagaimana tingkat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan

dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

a. Dilihat dari ketercapaian tujuan dan tanggapan dari petani anggota gapoktan dalam upaya

meningkatkan hasil panen.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang ilmiah dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan

Page 10: contoh

snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,

dan hasil penelitian kualitatif menekankan makna (Sugiyono, 2011:15).

(Suharsimi A, 1998:209) mendefinisikan metode kualitatif yaitu pendekatan dengan cara memandang

objek penelitian sebagai suatu sistem, artinya objek kajian dilihat dari satuan yang terdiri dari unsur

yang saling terkait dan mendiskripsikan fenomena-fenomena yang ada. 

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti bermaksud mendeskripsikan,

menguraikan dan menggambarkan pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan

hasil panen melalui program gapoktan di kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakarta.

B. Setting dan Waktu Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah di pemberdayaan masyarakat petani

dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan di kecamatan Moyudan Sleman

Yogyakarta dengan alasan sebagai berikut :

a. Gapoktan merupakan suatu program dari pemerintah yang ada di kecamatan Moyudan sebagai

wadah pembinaan dan mengembangkan potensi masyarakat petani dalam meningkatkan hasil panen

serta dapat hidup lebih mandiri dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan.

b. Mudah dijangkau peneliti sehingga memungkinkan lancarnya proses penelitian.

c. Keterbukaan dari pihak Gapoktan dan masyarakat petani sehingga memungkinkan lancarnya dalam

memperoleh informasi atau data yang berkaitan dengan penelitian.

C. Subyek Penelitian

Suharsimi A (1990:119) menyebutkan bahwa subyek penelitian merupakan sesuatu yang

kedudukannya sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada

dan diamati oleh peneliti. Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperolah.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi dalam

mengumpulkan data, maka sumber data adalah kata-kata atau tindakan orang yang diwawancarai,

sumber data tertulis dan foto.

Subyek sasaran penelitian ini adalah pengelola, tutor dan petani yang terkait dengan pemberdayaan

masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen mmelalui program gapoktan di kecamatan

Moyudan. Pemilihan subyek penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik ini

digunakan untuk mendapatkan subyek penelitian yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Pertimbangan lain dalam pemilihan subyek adalah subyek memiliki waktu apabila peneliti

membutuhkan informasi untuk pengumpulan data dan dapat menjawab berbagai pertanyaan

penelitian yang telah dirumuskan.

D. Sumber dan Metode Pengumpulan Data

1. Sumber data

Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah :

a. Pihak internal gapoktan kecamatan Moyudan (pengelola, tutor dan petani yang menjadi anggota).

b. Pihak eksternal gapoktan kecamatan Moyudan (masyarakat dan lingkungan sekitar).

Page 11: contoh

c. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oetani dalam upaya meningkatkan hasil panen memalui

program gapoktan.

2. Metode pengumpulan data

Metode pengumplan data dalam penelitian ini ada beberapa cara agar data yang diperoleh merupakan

data yang sahih atau valid, yang merupakan gambaran yang sebenarnya dari kondidi pemberdayaan

masyarakat oetani dalam upaya meningkatkan hasil panen memalui program gapoktan di kecamatan

Moyudan. Metode yang digunakan meliputi : pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.

a.  Pengamatan (observasi) 

pengamatan dilakukan sejak awal penelitian dengan mengamati keadaan fisik lingkungan maupun

diluar lingkungan itu sendiri.

b. Wawancara

dalam wawancara, peneliti menggali sebanyak mungkin data yang terkait dengan masalah subyek.

Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam pemberdayaan

masyarakat petani melalui program gapoktan (gabungan kelompok tani) di kecamatan Moyudan.

c.Dokumentasi

Metode dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya memperoleh data. Kejadian-kejadian

atau peristiwa tertentu yang dapat dijadikan atau dipakai untuk menjelaskan kondisi didokumentasikan

oleh peneliti.

E. Instrumen Pengumpulan Data

1. Pengertian instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kaitannya dalam mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan diperrmudah olehnya

(Suharsimi A, 2003:134).

2. Instrumen yang digunakan

Instrumen untama yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu pedoman

wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi terstruktur yang dibuat sendiri oleh

peneliti dibantu dosen pembimbing.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu data utama dan

data pendukung. Data utama diperoleh melalui subjek penelitian, yaitu orang-orang yang terlibat

langsung dalam kegiatan sebagai fokus penelitian. Sedangkan data pendukung bersumber dari

dokumen-dokumen berupa catatan, rekaman, gambar, atau foto serta bahan-bahan lain yang dapat

mendukung penelitian ini.

Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data, dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, disusun lebih sistematis, sehingga data

dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti

dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.

Page 12: contoh

2. Penyajian data, agar dapat melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari

penelitian. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data lebih mudah kebenarannya dengan cara

memperolah data itu dari sumber data lain, misalnya dari pihek kedua, ketiga, dan seterusnya dengan

menggunakan metode yang berbeda-beda.

Trianggulasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda, misalnya dengan

observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan adany trianggukasi ini tidak sekedar menilai

kebenaran data, akan tetapi juga dapat untuk menyelidiki validitas tafsiran penulis mengenai data

tersebut, maka dengan data yang ada akan memberikan sifat yang reflektif dan pada akhirnya dengan

trianggulasi ini akan memberikan kemungkinan bahwa kekurangan informasi yang pertama dapat

menambah kelengkapan dari data yang sebelumnya.

Tujuan akhir trianggulasi ini adalah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh

dari berbagai pihak agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini juga dapat mencegah

dari anggapan maupun bahaya subyektifitas.