24
CONTOH METODE PELAKSANAAN REHAB JALAN 1 I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Penyediaan Fasilitas seperti : 1. Direksikeet/Kantor Lapangan 2. Gudang 3. Bengkel 4. Laboratorium 5. Mobilisasi 6. Papan Nama Proyek 7. Rambu-rambu Lalulintas 2. Pra Konstruksi Kegiatan Pra Konstruksi dilakukan sebelum pekerjaan-pekerjaan konstruksi dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu diantaranya : a. PCM (Pre Construction Meeting) b. Field Engineering (FE) 3. Mobilisasi peralatan penunjang pekerjaan seperti : Peralatan yang akan dimobilisasi kelapangan yaitu peralatan yang akan menunjang dalam pelaksanaan pekerjaan serta jenis, type dan kuantitas alat sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Urutan atau langkah dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut : 1. Pembongkaran Pasangan Batu Pekerjaan pembongkaran ini dimaksudkan untuk pembongkaran pada pasangan batu lama yang sudah rusak sehingga harus diganti. Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut : Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran harus dibuat gambar request dan diserahkan kepada direksi untuk diketahui dan disetujui. Memilih pasangan batu yang akan dibongkar. Pembongkaran dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia dengan menggunakan alat bantu. Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi pekerjaan. 2. Galain Biasa Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklarifikasikan sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan dan galian perkerasan beraspal. Pekerjaan pada paket ini dilakukan untuk pekerjaan perataan dan perapihan pada permukaan bahu jalan dan pekerjaan lainnya. Adapun asumsi pekerjaan, bahan dan alat yang digunakan beserta metoda pelaksanaannya adalah sebgai berikut : 1. Asumsi pekerjaan secara manual. Faktor pengembangan bahan adalah 1,20. 2. Bahan yang digunakan : tidak ada bahan yang dipergunakan.

Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh metode

Citation preview

Page 1: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

CONTOH METODE PELAKSANAAN REHAB JALAN 1

I.        PEKERJAAN PERSIAPAN1. Penyediaan Fasilitas  seperti :

1.       Direksikeet/Kantor Lapangan2.       Gudang3.       Bengkel4.       Laboratorium5.       Mobilisasi6.       Papan Nama Proyek7.       Rambu-rambu Lalulintas

2. Pra Konstruksi

Kegiatan Pra Konstruksi dilakukan sebelum pekerjaan-pekerjaan konstruksi dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu diantaranya :

a.       PCM (Pre Construction  Meeting)b.       Field Engineering (FE)

                         

3. Mobilisasi peralatan penunjang pekerjaan seperti :

Peralatan yang akan dimobilisasi kelapangan yaitu peralatan yang akan menunjang dalam pelaksanaan pekerjaan serta jenis, type dan kuantitas alat sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.     

Urutan atau langkah dari pelaksanaan pekerjaan ini  adalah sebagai berikut :

1.       Pembongkaran Pasangan BatuPekerjaan pembongkaran ini dimaksudkan untuk pembongkaran pada pasangan batu lama yang sudah rusak sehingga harus diganti. Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

       Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran harus dibuat gambar request dan diserahkan kepada direksi untuk diketahui dan disetujui.

       Memilih pasangan batu yang akan dibongkar.       Pembongkaran dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia dengan menggunakan alat bantu.       Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi pekerjaan.

2.       Galain BiasaGalian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklarifikasikan sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan dan galian perkerasan beraspal. Pekerjaan pada paket ini dilakukan untuk pekerjaan perataan dan perapihan pada permukaan bahu jalan dan pekerjaan lainnya.Adapun asumsi pekerjaan, bahan dan alat yang digunakan beserta metoda pelaksanaannya adalah sebgai berikut :

1.       Asumsi pekerjaan secara manual. Faktor pengembangan bahan adalah 1,20.2.       Bahan yang digunakan : tidak ada bahan yang dipergunakan.3.       Alat yang digunakan : penggalian menggunakan alat bantu biasa berupa cangkul, singkup, belincong dan

roda dorong dan untuk pembuangan hasil galian menggunakan Dump Truck kap. 3-4 m3.4.       Metoda pelaksanaannya sebagai berikut :         Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran harus dibuat gambar request dan diserahkan kepada

direksi untuk diketahui dan disetujui         Tanah digali dengan menggunakan alat bantu biasa berupa cangkul, singkup, belincong dan roda dorong.

3.       Baja Tulangan U 24Pekerjaan ini mencangkup pengadaan dan pemasangan baja tulangan untuk jalan masuk ke jalan desa.Tahapan Pekerjaan :

Page 2: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

a.       Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dahulu request dan diserahkan kepada direksi untuk disetujui.

b.       Baja tulangan dipotong dengan alat berbanding set dan dirangkai sesuai gambar rencana.c.        Baja Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga beton yang menutupi bagian luar baja tidak

terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah atau yang lainnya.

4.       Beton K-250Pekerjaan ini untuk Plat Dekert (Plat pada saluran) untuk jalan masuk desa. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut : Agregat Kasar dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan dengan kayu acuan.

1.       Beton K-250 dilaksanakan untuk plat deker (pada saluran).2.       Bahan material yang digunakan adalah agregat kasar, agregat halus dan air.3.       Lokasi pekerjaan  disesuiakan dengan gambar rencana.

4.     Prosedur pekerjaan :a.         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dahulu request dan diserahkan kepada direksi untuk

disetujui.b.         Menyerhakan hasil pengujian material (mix design) Beton K-250 yah akan digunakan dan harus sesuai

dengan Spesifikasi Teknik yang disyaratkan.c.                      Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan.

5.       Tahapan Pekerjaan :           Bahan material yang akan digunakan Agregat Kasar, Agregta Halus dan Semen.           Material tersebut dicampur dengan menggunakan concrete mixer dan diberi air yang telah disediakan

dengan alat water tank truck.           Komposisi campuran sesuai dengan spesifikasi teknik           Sebelum pemasangan harus dibuatkan bekisting dengan menggunakan kayu perancah dan profil terlebih

dahulu untuk memudahkan pemasangan sesuai dengan gambar.           Setelah bekisting dan tulangan ssudah dipasang, maka pengecoran dilaksanakan dan pemadatannya

menggunakan alat concrete vibrator agar beton padat dan karakteristik (kuat tekan) beton tercapai.           Dalam proses pengecoran harus dibuatkan benda uji kubus beton untuk dilakukan pengetesan

dilaboratorium.

5.       Galian untuk Drainase Selokan dan Saluran Air.Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu request dan diserahkan kepada direksi untuk disetujui. Galain dilakukan dengan menggunakan excavator ukuran bucket 0,3 m3.Tanah hasil galian diangkut dengan menggunakan dump truck untuk dibuangkelokasi yang telah ditentukan. Para pekerja melakukan perapihan hasil galiansehingga bentuk drainase yang diinginkan bisa terbentuk

6.        Pekerjaan Pasangan Batu Dengan Mortar1. Pasangan batu dengan mortar dilaksanakan untuk pembuatan saluran drainase.2. Bahan matrial yang digunakan batu belah, pasir pasang dan semen.3. Lokasi pekerjaan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.4. Prosedur pekerjaan :

         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu request dan dan diserahkan kepada direksi untuk disetujui.

         Menyerahkan hasil pengujian material (mix design) mortar yang akan digunakan dan harus sesuai Spesifikasi Teknik yang disyaratkan.

         Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan         Melakukan peninjauan lapangan bersama-sama direksi apakah lokasi pekerjaan sudah me memenuhi

syarat untuk dilaksanakan pekerjaan tersebut.5. Tahapan Pekerjaan :

         Bahan material yang digunakan batu belah yang sudah dicuci/dibersihkan , pasir pasang dan semen.         Bahan material untuk pembuatan mortar adalah pasir dan semen.         Matrial tersebut dicampur dengan mengunakan concerte mixer dan diberi air bersih dengan alatn water

tank truck.

Page 3: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

         Komposisi campuran pasir, semen dan air sesuai dengan spesifikasi teknik.         Sebelum pemasangan harus dibuatkan profil terlebih dahulu untuk memudahkan pemasangan sesuai

dengan gambar.         Pemasangan dilakuan oleh tukang batu yang dibantu oleh para pekerja.           membuat benda uji kubus mortar untuk dilakukan pengetesan dilaboratorium untuk mengetahui

karakteristik yang disyaratkan dalam spesifikasi teknik.

7.       Pekerjaan Pasangan Batua.       Pasangan batu dilaksanakan untuk pembuatan tembok penahan tanah  (TPT) pada  lokasi-lokasi tertentu

untuk mencegah kelongsoran.b.       Bahan material yang digunakan batu belah, pasir pasang dan semen.c.        Lokasi pekerjaan dilokasi-lokasi tertentu disepanjang jalan penanganan.d.       Prosedur pekerjaan :         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu gambar  request dan diserahkan kepada direksi untuk

disetujui.         Menyerahkan hasil pengujian material (job mix design) yang akan digunakan harus sesuai Spesifikasi

Teknik yang disyaratkan.         Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan         Melakukan peninjauan lapangan bersama-sama direksi apakah lokasi pekerjaan sudah memenuhi syarat

untuk dilaksanakan pekerjaan tersebut.                                   Tahapan Pekerjaan :

         Sebelum pemasangan, galian pondasi dilakukan terlebih dahulu.         Kedalaman galian sesuai dengan gambar pelaksanan.         Bahan material yang digunakan batu belah, pasir pasang dan semen.         Matrial tambahan yaitu suling-suling dari pipa PVC dan ijuk untuk saringan suling-suling.         Bahan material untuk pembuatan adukan pasir dan semen.         Material tersebut dicampur  menggunakan concerte mixer dan diberi air.         Komposisi campuran pasir, semen dan air sesuai dengan spesifikasi.         Sebelum pemasangan harus dibuatkan  profil terlebih dahulu untuk memudahkan pamasangan sesuai

dengan gambar.           Pemasangan dilakuan oleh tukang batu yang dibantu oleh para pekerja.

8.       Timbunan BiasaPekerjaan ini dilaksanakan sebagai timbunan dasar sebelum timbunan pilihan dilaksanakan yang mana diperlukan untuk mengisi celah pada pekerjaan pasangan batu atau pekerjaan TPT selesai dilaksanakan.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :       Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui.

       Material dihampar dengan tenaga manusia.       Hamparan timbunan disiram air dengan menggunakan Water Tank Truck (sebelum pemadatan) dan

dipadatkan lapis demi lapis dengan menggunakan stamper.  Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapihkan tepi hamparan dan level permukaan dengan

menggunakan alat Bantu.

9.       Timbunan PilihanPekerjaan Timbunan Pilihan digunakan sebagai timbunan pada pekerjaan Tembok Penahan Tanah setelah timbunan biasa terlebih dahulu sudah dilaksananakan.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :            Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui            Material dihampar dengan tenaga manusia.            Hamparan timbunan disiram air dengan menggunakan Water Tank Truck (sebelum pemadatan) dan di

padatkan lapis demi lapis dengan menggunakan vibratory roller atau stamper.            Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapihkan tepi tepi hamparan dan level permukaan

dengan menggunakan alat bantu

10.    Galian Perkerasan Beraspal Tanpa Cold Milling Machine

Page 4: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

Pada awal pelaksanaan kegiatannya juga dapat dilaksanakan pekerjaan Galian Perkerasan Beraspal Tanpa Cold Milling Machine dimana pekerjaan ini merupakan galian pada perkerasan lama.Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

            Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui            Permukaan hotmix digali dengan menggunakan alat Jack Hammer & Air Compressor dan dibantu dengan

alat bantu berupa cangkul, singkup, belincong dan lain sebagainya.            Sisa hasi galian dibersihkan dengan menggunakan Air Compressor.            Selanjutnya tanah bekas galian dimuat kedalam Dump Truk dan diangkut ke luar lokasi pekerjaan.            Hasil galian dirapihkan oleh sekelompok pekerja sesuai dengan ukuran gambar rencana.

11.    Lapis Pondasi Agregat Kelas B (untuk Perkerasan Berbutir)       Pekerjaan ini dilaksanakan sebagai lapis pondasi pada pekerasan jalan. Lapis Pondasi agrergat kelas

B  merupakan lapisan bawah dari lapis pondasi pada perkerasan jalan dengan ketebalan sesuai gambar rencana.Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui         Sebelum gmelaksanakan pekerjaan ini terlebih dahulu dibuatkan pengujian material (job mix design)

agregat kelas B yang akan digunakan pada saat pelaksanaan sesuai spesifikasi teknik yang disyaratkan.         Material agregat kelas B dicampur di base camp dengan menggunakan wheel loader dengan komposisi

sesuai job mix design yang telah disetujui kemudian material agregat kelas B dibawa kelokasi pekerjaan menggunakan dump truck.

         Material agregat kelas B dihampar dengan alat motor grader dan denagn ketebalan padat sesuai gambar.         Hamparan pondasi agregat disiram dengan air dengan menggunakan water tank truck dan dipadatkan

dengan menggunakan vibratory roller dan pemadatan teraknir dengan alat pneumatic tire roller.         Selama pemadatan, sekelompok pekerja merapihkan tepi hamparan dan level permukaan dengan

menggunakan alat bantu.            Setelah pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengetesan kepadatan lapangan dengan test sencon untuk

mengetahui kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknik.

12.    Lapis Pondasi Agregat Kelas A (untuk Perkerasan Berbutir)       Pekerjaan ini dilaksanakan sebagai lapis pondasi pada pekerasan jalan. Lapis Pondasi agrergat kelas

A  merupakan lapisan atas dari lapis pondasi pada perkerasan jalan dengan ketebalan seusia dengan gambar rencana. Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

       Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui       Sebelum gmelaksanakan pekerjaan ini terlebih dahulu dibuatkan pengujian material (job mix design)

agregat kelas A yang akan digunakan pada saat pelaksanaan sesuai spesifikasi teknik yang disyaratkan.       Material agregat kelas A dicampur di base camp dengan menggunakan wheel loader dengan komposisi

sesuai job mix design yang telah disetujui kemudian material agregat kelas A dibawa kelokasi pekerjaan menggunakan dump truck.

       Material agregat kelas A dihampar dengan alat motor grader dan denagn ketebalan padat sesuai gambar.       Hamparan pondasi agregat disiram dengan air dengan menggunakan water tank truck dan dipadatkan

dengan menggunakan vibratory roller dan pemadatan teraknir dengan alat pneumatic tire roller.       Selama pemadatan, sekelompok pekerja merapihkan tepi hamparan dan level permukaan dengan

menggunakan alat bantu.       Setelah pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengetesan kepadatan lapangan dengan test sencon untuk

mengetahui kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknik.

13.    Lapis Pondasi Agregat Kelas B untuk Pekerjaan MinorPekerjaan ini terdiri dari pengembalian kondisi dari perkerasan aspal dan pondasi yang telah rusak. Ukuran dari pekerjaan minor ini adalah kurang dari 40 x 40 cm dan dengan total volume setelah penggalian kurang dari 10 m3 per kilometer. Pekerjaan ini dilaksanakan untuk perbaikan lapis pondasi pada perkerasan jalan sebelum pekerjaan perkerasan jalan hotmix dilaksanakan. Lapis pondasi agregat kelas B merupakan lapisan pondasi bawah dari lapis pondasi pada perkerasan jalan.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

Page 5: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui            Lokasi perbaikan pondasi dibentuk dan di gali sesuai dengan ukuran rencana perbaikan pondasi.            Material agregat kelas B dihampar dengan tenaga manusia dan dengan ketebalan bervariasi.            Hamparan pondasi agregat disiram air dengan menggunakan Water Tank Truck (sebelum pemadatan)

dan di padatkan dengan menggunakan stamper.            Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapihkan tepi hamparan dan level permukaan dengan

menggunakan alat bantu.

14.    Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Pekerjaan MinorSetelah pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B untuk pekerjaan minor selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pekerjaa lapis pondasi agregat kelas A untuk pekerjaan minor. Lapisan pondasi ini merupakan lapisan pondasi atas dari lapis pondasi pada perkerasan jalan.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui            Material agregat kelas A dihampar dengan tenaga manusia dan dengan    ketebalan bervariasi.            Hamparan pondasi agregat disiram air dengan menggunakan Water Tank Truck (sebelum pemadatan)

dan di padatkan dengan menggunakan stamper.            Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapihkan tepi tepi hamparan dan level permukaan

dengan menggunakan alat bantu.

15.    Campuran Aspal Panas untuk Pekerjaan MinorSetelah pekerjaan perbaikan pondasi untuk pekerjaan minor selesai dilaksanakan maka lapisan pondasi ditutup dengan menggunakan material hotmix campuran aspal panas.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui       Material campuran aspal panas dihampar dengan tenaga manusia dan dipadatkan dengan Tendem Roller.       Selama pemadatan, pekerja akan merapihkan tepi  hamparan dengan menggunakan alat bantu.

16.    Lapis Resap PengikatUntuk pekerjaan lapis perkerasan jalan hotmix dapat dilaksanakan  setelah pekerjaan perbaikan pondasi agregat pada badan jalan selesai dilaksanakan. Lapisan pondasi agregat ini ditutup dengan menggunakan material hotmix laston lapis pondasi (AC-Base) dimana untuk perekatan ke agregat antara lapis pondasi agregat dengan laston lapis pondasi (AC-Base) menggunakan Lapis Resap Pengikat yang disiramkan dengan menggunakan aspal sprayer.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui            Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan Air Compressor.            Bahan dasar berupa aspal dan kerosene dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal cair.            Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer ke atas permukaan yang akan dilapisi.            Untuk mengetahui kadar lapis perekat per m2 dilakukan paper test dilokasi pekerjaan

17.    Laston – Lapis Pondasi (AC-Base)Setelah pekerjaan lapis resap pengikat dilaksanakan maka dilanjutkan dengan penghamparan Laston Lapis Pondasi (AC-Base) setebal 6 cm. Lapisan ini digunakan sebagai lapisan penutup permukaan pada struktur lapis pondasi agregat. Untuk bahan perekatannya dengan lapis pondasi agregat dengan menggunakan Lapis Resap Pengikat.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui            Menyerahkan hasil pengujian m aterial (Job Mix design) material hot mix laston –Lapis Pondasi (AC-Base)

yang akan digunakan dan komposisi harus sesuai Spesifikasi teknik yang disyaratkan.            Sebelum pelaksanaan pekerjaan AC-Base dilakukan trial agar bisa diketahui ketebalan dan densitynya.            Pencampuran maretial hotmix AC-Base di olah menggunakan AMP.            Material hot mix AC-Base dimuat langsung kedalam dump truck dan diangkut ke lokasi pekerjaan.

Page 6: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

            Material AC-Base dihampar dengan alat asphalt finisher dan dipadatkan dengan alat tandem roller dengan lintasan minimum sesuai spesifikasi teknik, kemudian dipadatkan kembali dengan menggunakan alat pneumatic tire roller dengan lintasan sesuai hasil trial dan dipadatkan finishing dengan alat tandem roller.

            Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapihkan tepi  hamparan dengan menggunakan alat bantu.

            Setelah penghamparan dan pemadatan selesai dilaksanakan pengambilan sample dengan core driil untuk ditest dilab agar diketahui ketebalan dan densitynya.

18.    Lapis PerekatSebelum  laston Lapis Aus AC-WC Levelling dihampar pada existing jalan, untuk merekatkan antara permukaan lama dengan yang baru (AC-WC-Levelling) digunakan bahaan lapis perekat yang disemprotkan dengan menggunakan apal spayer.Metoda kerja :

        Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untur disetujui       Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu dan kotoran lainnya dengan air compressor.       Bahan dasar berupa aspal dan karosene dicampur denagn komposisi sesuai spesifikasi dan dipanaskan

sehingga menjadi campuran aspal cair.       Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer ke atas permukaan yang akan dilapisi.       Untuk mengetahui kadar lapis perekat per m2 dilakukan paper test dilokasi pekerjaan.

19.    Laston – Lapis Aus (AC-WC) LevellingSetelah lapisan perbaikan pekerjaan AC - Base (Patching) dan lapis perekat selesai dilaksanakan maka

dilanjutkan dengan penghamparan lapisan penutup perkerasan hot mix dengan menggunakan Laston Lapis Aus (AC-WC Leveling) dengan ketebalan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar maupun spesifikasi teknik.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui            Menyerahkan hasil pengujian m aterial (Job Mix design) material hot mix laston –Lapis Aus (AC-WC

Levelling) yang akan digunakan dan komposisi harus sesuai Spesifikasi teknik yang disyaratkan.            Sebelum pelaksanaan pekerjaan AC-WC Levelling dilakukan trial agar bisa diketahui ketebalan dan

densitynya.            Pencampuran maretial hotmix AC-WC Levelling di olah menggunakan AMP.            Material hot mix AC-WC Levelling dimuat langsung kedalam dump truck dan diangkut ke lokasi pekerjaan.            Material AC-WC Levelling dihampar dengan alat asphalt finisher dan dipadatkan dengan alat tandem roller

dengan lintasan minimum sesuai spesifikasi teknik, kemudian dipadatkan kembali dengan menggunakan alat pneumatic tire roller dengan lintasan sesuai hasil trial dan dipadatkan finishing dengan alat tandem roller.

            Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapihkan tepi  hamparan dengan menggunakan alat bantu.

            Setelah penghamparan dan pemadatan selesai dilaksanakan pengambilan sample dengan core driil untuk ditest dilab agar diketahui ketebalan dan densitynya.

20.    Marka Jalan TermoplastikPekerjaan ini dilaksanakan pada akhir seluruh pekerjaan dari paket ini berupa pengecatan Marka Jalan dengan Termoplastik. Pekerjan ini dilaksanakan diatas permukaan jalan AC-WC Leveling yang telah selesai dilaksanakan.        Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

         Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui         Permukaan jalan dibersihkan dari debu/kotoran.         Cat disemprotkan dengan Compressor diatas permukaan perkerasan jalan.         Peralatan beserta bahan dibawa oleh Dump Truck.         Glass Bit diberikan / ditebarkan dengan tenaga manusia segera setelah cat marka di semprotkan.         Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.

21.    Patok Pengarah

Page 7: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pekerjaan bahu jalan selesai dilaksanakan.Patok pengarah terbuat dari beton dengan mutu K-300.Metode kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

            Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuk disetujui.            Areal patok pengarah di gali sampai kedalaman tertentu sesuai dengan rencana kedalaman patok.            Patok yang telah jadi dan diterima dilokasi pekerjaan, untuk pemasangannya dilakukan dengan menggali

tanah lalu memasang patok dan menimbunkan kembali tanah agar patok dapat berdiri dengan benar.            Pengecatan patok dapat dilakukan sebelum atau sesudah patok pengarah dipasang            Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.

22.    Lapis Pondasi Agregat Kelas B (untuk bahu jalan)Setelah pekerjaan perkerasan aspal maupun perkerasan jalan beton selesai dilaksanakan, selanjutnya dilaksanakan pekerjaan pelapisan pondasi agregat kelas B untuk pekerjaan bahu jalan. Pekerjaan ini dilaksanakan untuk meningkatkan daya dukung pada bahu jalan dan keamanan bagi pengguna jalan.Metode kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

            Sebelum melaksanakan pekerjaan ini dilakukan terlebih dahulu pengujian material (Quality control) Agregat klas B yang akan digunakan dan pada saat pelaksanaan sesuai  Spesifikasi Teknik yang disyaratkan.

            Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuk disetujui.            Material Agregat Kelas B dicampur di Base camp dengan menggunakan wheel loader dengan komposisi

sesuai Quality control yang telah disetujui kemudian mater agregat B dibawa ke lokasi pekerjaan menggunakan dump truck.

            Material agregat kelas B dihampar secara manual oleh pekerja dengan lebar dan ketebalan padat sesuai gambar rencana.

            Hamparan pondasi agregat disiram air dengan menggunakan Water Tank Truck (sebelum pemadatan) dan dipadatkan dengan menggunakan vibratory roller dan finishing dengan Pneumatic Tyre Roller.

            Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapihkan tepi hamparan dan level permukaan dengan menggunakan alat bantu.Setelah dilaksanakan pekerjaan ini dilakukan pengetesan kepadatan lapangan dengan test sencon untuk mengetahui kepadatan yang disyaratkan dalam Spesifikasi teknisDiposkan oleh ujang suharyadi di 03.23 

unday, May 31, 2009

PEKERJAAN TANAH

I. PEKERJAAN GALIAN

a. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-

gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan

stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk

pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan

penampang badan jalan.

b. Pekerjaan galian dapat berupa :

• Galian Biasa

• Galian Batu

• Galian Struktur

Page 8: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

• Galian Perkerasan Beraspal

c. Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan

(borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal.

d. Galian Batu mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m3 atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya tersebut

adalah tidak praktis digali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan. Galian ini tidak termasuk

galian yang dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan

tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK.

e. Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam

Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam

Galian Struktur.

Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton, dan struktur pemikul beban

lainnya.

Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui, pembuangan bahan galian yang tidak

terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong, pembuatan tempat kerja atau cofferdam

beserta pembongkarannya.

f. Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan

maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan).

1.1. Prosedur penggalian

• Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan.

• Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas

galian.

• Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor

atau tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi

syarat.

• Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras,

pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan

tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada

permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus

dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang memenuhi syarat

dan dipadatkan.

• Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara

atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Peledakan dilarang dan penggalian batu dilakukan dengan cara lain, jika,

peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya.

Page 9: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

• Kontraktor harus menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang, bangunan dan

pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya.

• Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus

dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau

menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang, harus dibuang, baik terjadi pada pemotongan batu yang baru maupun

yang lama.

1.2. Galian untuk struktur dan pipa

• Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup

ukurannya sehingga memungkinkan pemasangan bahan dengan benar, pemadatan harus dilakukan setelah penimbunan

kembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan.

• Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk

pembuatan dan pemeriksaan kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau

penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan

posisinya dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.

 Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan

sedemikian hingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.

• Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai

ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit tersebut,

selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin sebagaimana kondisi tanahnya

mengijinkan.

• Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat menghindarkan kemungkinan terbawanya

setiap bagian bahan yang baru terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu

periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut.

• Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi

akan dicor.

1.3. Galian pada borrow pits

• Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat lain, harus digali sesuai dengan ketentuan.

• Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber galian lama harus mendapat ijin terlebih

dahulu sebelum setiap operasi penggalian dimulai.

• Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk pelebaran jalan mendatang atau keperluan

pemerintah lainnya, tidak diperkenankan.

• Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini dapat mengganggu drainase alam atau yang

direncanakan.

• Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan sedemikian rupa sehingga mengalirkan

seluruh air permukaan ke sistem drainase berikutnya tanpa genangan.

• Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki setiap timbunan atau 10 m dari puncak

setiap galian.

Page 10: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

1.4. Galian pada perkerasan aspal yang ada

• Pekerjaan galian pada perkerasan aspal dengan menggunakan mesin Cold Millingdengan pengrusakan sedikit mungkin

terhadap material diatas atau dibawah batas galian yang ditentukan. Bilamana material pada permukaan dasar hasil galian

terlepas atau rusak akibat dari pelaksanaan penggalian tersebut, maka material yang rusak atau terlepas tersebut harus

dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok. Setiap lubang pada permukaan

dasar galian harus diisi dengan material yang cocok lalu dipadatkan dengan merata.

• Pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada tanpa menggunakan mesin Cold Milling, material yang terdapat pada

permukaan dasar galian, material yang lepas, lunak atau tergumpal atau hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat, maka material

tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok.

1.5. Pengamanan pekerjaan galian

• Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan

galian, penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.

• Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan mampu menahan pekerjaan, struktur atau

mesin di sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus

dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau

mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian

tersebut.

Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah yang lebih dari 5 m harus dibuat bertangga

dengan teras selebar 1 m.

• Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat

1,5 m dari tepi galian parit untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa atau struktur

lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui dan telah

dipadatkan.

• Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk mengalihkan air di daerah galian harus dirancang

sebagaimana mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja

dengan cepat, tidak akan terjadi.

• Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian, dimana kepala mereka, yang meskipun hanya

kadang-kadang saja, berada di bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang pengawas keamanan

di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang

belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.

• Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani, dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah

pengendalian yang extra ketat sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor harus

bertanggung-jawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus

menjamin bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang berpengalaman dan bertanggung-jawab.

• Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau

orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu-lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi

rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna

Page 11: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

menjamin keselamatan para pengguna jalan.

1.6. Kondisi tempat kerja

• Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja

yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase sementara, dinding penahan

rembesan (cut off wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk

menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.

• Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain dimana air atau tanah rembesan (seepage)

mungkin sudah tercemari, maka Kontraktor harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih yang akan

digunakan oleh pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.

1.7. Utilitas bawah tanah

• Kontraktor bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk

memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian.

• Kontraktor bertanggung-jawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa,

kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang

timbul akibat operasi kegiatannya.

1.8. Penggunaan dan pembuangan bahan galian

• Semua bahan galian tanah dan batu yang dapat dipakai bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk

formasi timbunan atau penimbunan kembali.

• Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat), sejumlah besar akar atau bahan

tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan setiap

kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus tidak digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan

permanen.

• Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian yang tidak disetujui untuk digunakan sebagai

bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan di luar Daerah Milik Jalan (DMJ).

• Kontraktor bertanggung-jawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang

tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat

pembuangan akhir.

1.9. Pengembalian bentuk dan pembuangan pekerjaan sementara

• Semua struktur sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar setelah

struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu

atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai.

• Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah

pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.

Page 12: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

• Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam suatu

kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.

1.10. Toleransi dimensi

• Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm dari

yang ditentukan dalam Gambar pada setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 1

cm dari yang disyaratkan.

• Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan

harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

II. TIMBUNAN

Timbunan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa.

Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga

digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan

dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam

karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air.

2.1. Kondisi tempat kerja

• Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan

dan pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk membantu drainase

badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik.

Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistim drainase permanen.

• Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian kadar air timbunan selama operasi

penghamparan dan pemadatan.

2.2. Perbaikan terhadap timbunan yang tidak memenuhi ketentuan atau tidak stabil

• Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang

disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana

yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.

• Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan

menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan

motor grader atau peralatan lain yang disetujui.

• Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan, harus

diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan menggunakan motor grader atau alat lainnya secara berulang-ulang

Page 13: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai

tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan

diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.

• Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau

karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih

memenuhi ketentuan.

2.3. Pengembalian bentuk pekerjaan setelah pengujian

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali

oleh Kontraktor dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan.

2.4. Cuaca yang dijinkan untuk bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah

hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.

2.5. Bahan untuk timbunan biasa

• Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut

AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang

berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada

penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama

sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar

bahu jalan.

• Bahan timbunan bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari

bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989.

• Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh

AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah

perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

2.6. Bahan untuk timbunan pilihan

• Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau batu yang memenuhi ketentuan,

bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, timbunan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 % setelah 4 hari perendaman

bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

• Bahan timbunan pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas

maksimum 6 %.

• Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang

memerlukan kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan dapat

berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis

Page 14: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

bahan yang dipilih, dan disetujui akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada

tekanan yang akan dipikul.

2.7. Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa

Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index

Plastisitas maksimum 6 %.

2.8. Penghamparan dan pemadatan timbunan

1. Penyiapan tempat kerja

• Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang.

• Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan

pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan

yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.

• Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan,

maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat

beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

2. Penghamparan timbunan

• Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan

akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan

tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.

• Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca

cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim

hujan.

• Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera

setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang

dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan

batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari

beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.

• Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan dengan membuang seluruh

tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan

lama. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar,

yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama

sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu-lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat

dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.

3. Pemadatan timbunan

Page 15: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

• Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang

memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.

• Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar

air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan

kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

• Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak

mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu

tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan.

• Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum lapisan

berikutnya dihampar.

• Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap

ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.

• Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, maka pelaksanaan harus

dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.

• Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau

tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara

berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.

• Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang

abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.

• Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan

horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper)

manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk

mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

• Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana timbunan terendam, dengan

peralatan yang disetujui.

2.9. Pengendalian mutu

1. Pengendalian mutu bahan

• Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili sumber bahan

yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.

• Pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.

• Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu

pengujian Nilai Aktif.

2. Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah

a. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan

kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang

tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih

Page 16: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

(oversize) tersebut.

b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari

kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

c. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila

hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki. Pengujian

harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi berselang-seling setiap jarak tidak lebih dari 200 m. Untuk penimbunan

kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk

satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan.

d. Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan

timbunan yang dihampar.

3. Kriteria pemadatan untuk timbunan batu

Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat

bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang

timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang

tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada permukaan

harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan

teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.

4. Percobaan pemadatan

Kontraktor harus bertanggung-jawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan.

Bilamana Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan

yang disyaratkan tercapai. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis

peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

2.10. Toleransi dimensi

• Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau

disetujui.

• Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk

menjamin aliran air permukaan yang bebas.

• Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.

• Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat

kurang dari 10 cm.

III. PENYIAPAN BADAN JALAN

Page 17: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

• Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan jalan kerikil lama

atau lapis perkerasan lama yang rusak berat, untuk penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup

Aspal, Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di daerah jalur lalu-lintas (termasuk jalur tempat

pemberhentian dan persimpangan).

• Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau

tanpa penggaruan dan tanpa penambahan bahan baru.

• Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan minor yang diikuti dengan pembentukan,

pemadatan, pengujian tanah atau bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan perkerasan

ditempatkan diatasnya.

3.1. Pengajuan kesiapan kerja

Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian sebelum penghamparan bahan lain di atas tanah dasar atau permukaan jalan,

berikut ini :

• Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratakan dalam butir nomer 3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c.

• Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data survey yang menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan

dalam butir nomer 3.3.5. dipenuhi.

3.2. Kondisi tempat kerja

• Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah elevasi tanah dasar atau permukaan jalan, termasuk

pemadatan sepenuhnya atas bahan yang dipakai untuk penimbunan kembali, harus telah selesai sebelum dimulainya pekerjaan

pada tanah dasar atau permukaan jalan. Seluruh pekerjaan drainase harus berada dalam kondisi berfungsi sehingga menjamin

ke-efektifan drainase, dengan demikian dapat mencegah kerusakan tanah dasar atau permukaan jalan oleh aliran air

permukaan.

• Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti oleh penghamparan lapis pondasi bawah, maka

permukaan tanah dasar dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar yang tidak dapat dilindungi

pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa sehingga daerah tersebut yang masih dapat dipelihara dengan peralatan yang

tersedia dan Kontraktor harus mengatur penyiapan tanah dasar dan penempatan bahan perkerasan dimana satu dengan

lainnya berjarak cukup dekat.

3.3. Bahan

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi Agregat, atau tanah asli di daerah galian

yang memenuhi syarat.

3.4. Pelaksanaan penyiapan badan jalan

Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari butir nomer 3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c.

Page 18: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

3.5. Toleransi dimensi

• Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah 1 cm dari yang disyaratkan atau disetujui.

• Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran

bebas dari air permukaan.

IV. CARA KHUSUS PELAKSANAAN JALAN PADA DAERAH RAWA

1. Metode pembuangan dan penggantian

• Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( 3 m ).

• Sebelum timbunan, lumpur dibuang sampai material dasar yang stabil.

2. Metode pemindahan

• Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( 3 m ).

• Mengganti lumpur dengan material yang baik.

• Cara : dengan berat timbunan, beban tambahan, berat timbunan ditambah dengan bahan peledak, pemancaran air.

• Untuk timbunan dangkal, material baik ditempatkan disepanjang lereng timbunan sebelumnya sehingga material tersebut

meluncur, mengalir dibawah lumpur yang kurang rapat, dan menggantinya kearah samping.

• Selain itu, suatu parit selebar timbunan jalan diledakkan dan segera ditimbun kembali dengan material yang baik.

3. Metode underfill

• Cocok untuk lumpur yang cukup dalam.

• Sebuah parit diledakkan dan material timbunan ditempatkan.

• Bahan peledak yang dipasang didasar lumpur memaksa lapisan lumpur tersebut keluar dari bawah timbunan yang akan turun

menggantikan tempatnya.

4. Metode relatif

• Merupakan perbaikan dari metode underfill.

• Sesudah bahan timbunan ditempatkan, parit pertolongan dibuat di sepanjang sisi timbunan untuk memudahkan pemindahan

lumpur dibagian dasarnya.

5. Metode bahan tambahan

• Material timbunan ditempatkan sampai mendekati permukaan akhir.

• Bahan tambahan kemudian ditempatkan, tambahan berat ini mempercepat keluarnya air dari lumpur dan mempercepat

konsolidasi.

• Metode ini dapat digunakan sampai kedalaman 5 m.

Page 19: Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jalan 1

6. Metode vertical sand drains

• Metode ini dapat mempercepat konsolidasi lapisan lumpur yang dalam.

• Saluran pasir merupakan kolom vertikal yang menembus lumpur. Melintang diatasnya dipasang lapisan pasir horisontal

sampai lereng tepi timbunan.

7. Metode pemancangan Mandrel

• Tabung baja kosong dengan dasar bersendi dipancangkan.

• Setelah tabung yang terpancang diisi pasir, tabung tersebut kemudian dicabut perlahan-lahan, dan pasir mengalir keluar

melalui dasar tabung dan mengisi lubang.

• Dengan cara ini, dapat mencapai kedalaman 30 m.

8. Metode pemancaran Mandrel

• Pemancaran air pada tabung Mandrel dapat melubangi permukaan tanah.

• Pasir dimasukkan pada saat tabung Mandrel dicabut.

9. Metode bor

• Bor menembus tanah lumpur dengan diputar sampai mencapai kedalaman yang diinginkan.

• Pada saat bor dicabut, pasir yang mengisi rongga diberikan melalui bagian tengah batang bor.

10. Metode fabrics reinforcement

• Melapisi tanah rawa dengan fabrics reinforcement.

• Lapisan tersebut dapat menambah kekuatan-tarik pada bagian bawah timbunan.

Posted by Civil Injinering at 8:16 PM  

Labels: civil engin eering , construction, cutting, filling, highway, HPJI, jalan, Project management, road, soil mechanic,transportation

0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)