52
1 JUDUL : PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENUNJANG URUSAN ADMINISTRASI PEMERINTAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Karena itu didalam pasal 18 Undang- undang Dasar 1945, antara lain menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas dasar besar dan kecil, dengan bentuk dan susuman pemerintahannya ditetapkan dengan Undang Undang. Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinambungan semakin dirasakan perlunya peningkatan pembinaan di bidang pemerintahan

Contoh MPH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas kuliah

Citation preview

Page 1: Contoh MPH

1

JUDUL : PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI POLISI PAMONG

PRAJA DALAM MENUNJANG URUSAN ADMINISTRASI

PEMERINTAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia sebagai Negara kesatuan menganut asas

desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan

kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

daerah. Karena itu didalam pasal 18 Undang-undang Dasar 1945, antara lain

menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas dasar besar dan kecil, dengan

bentuk dan susuman pemerintahannya ditetapkan dengan Undang Undang.

Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional yang dilaksanakan

secara berkesinambungan semakin dirasakan perlunya peningkatan pembinaan di

bidang pemerintahan umum tetutama upaya menciptakan kondisi ketentraman dan

ketertiban yang mantap di daerah-daerah, suatu kondisi di mana pemerintah dan

masyarakat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib, tentram, dan teratur.

Karena itu tugas kepala daerah sebagai penyelenggara pemerintahan umum kepala

praktis bertambah berat. Dalam kaitan itu keberadaan Polisi Pamong Praja dalam

jajaran perangkat pemerintahan daerah mempunyai arti yang strategis membantu

kepala daerah di bidang penyelenggaraan pemerintahan umum.

Page 2: Contoh MPH

2

Pasal 120 ayat 1 Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah menyebutkan bahwa :

Dalam rangka menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta untuk menegakkan peraturan daerah dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat daerah

Dalam kaitan ini keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat

wilayah mempunyai arti yang strategis dalam membentuk kepala wilayah

dibidang penyelenggaraan pemerintahan umum, serta penegakan atas pelaksanaan

Peraturan Daerah dan keputusan Kepala Daerah. Dengan demikian ketentraman

dan ketertiban, dimana tindakan ini dinamakan tindakan prefentif yustisial.1

Maksudnya penegakan atas pelaksanaan peaturan daerah dan keputusan Kepala

Daerah ini dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dengan cara inventarisasi

penegak atas pelaksanaan peraturan daerah dan keputusan Kepala Daerah ini

dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dengan cara inventarisasi tata obyek

penegakan peraturan daerah. Karena hal ini akan sangat berguna dalam

menentukan kebijaksanaan yang akan diambil dalam pelaksanaan operasi

penegakan hukum di pemerintah daerah.

Dengan bantuan unsur dari Satuan Polisi Parnong Praja dalam hal pendataan

ini sangat diperlukan dan oleh karena itu pada saat ini telah dipersiapkan register-

1 Ditjen Hukum Perundang-Undangan Departemen Kehakiman, Tugas dan kewenangan PPNS Pemerintah Daerah Dengan Reformasi di Bidang Hukum,1999, hlm 2

Page 3: Contoh MPH

3

register yang diperlukan bagi Polisi Pamong Praja di Kecamatan untuk membantu

melakukan pendataan obyek Peraturan Daerah.

Pada dasarnya Satuan Polisi Pamong Praja itu sendiri adalah pegawai-

pegawai yang berada di kantor-kantor Polisi Pamong Praja yang diserahkan

kepada Pemerintah Daerah dengan kedudukan sebagai Pegawai Negeri yang

diperbantukan. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Polisi Pamong Praja

dilakukan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

hubungannya dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Polisi Pamong Praja

hanya melakukan pelaksanaan pengawasan umum terhadap berlakunya Peraturan

Daerah. Pada prinsipnva PPNS dalam rangka penyidikan tindak pidana terhadap

berlakunya peraturan perundang-undangan dan atau pengamatan untuk

menentukan tindak pidana dalam lingkup peraturan daerah yang menjadi dasar

hukumnya masing-masing.

Dengan mempertimbangkan atas efisiensi serta tingkat penguasaan/

pengetahuan wilayah/daerah serta mempertimbangkan lnstruksi Menteri Dalam

Negeri Nomor 33 Tahun 1990 tentang pembinaan Satuan Polisi Pamong Praja

yang antara lain bertugas membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan

pemerintahan umum terutama dibidang pembinaan dan ketertiban di wilayah dan

mengawasi ketaatan anggota masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan daerah

yang bersifat non yustisi, maka kewenangan pengawasan umum terhadap

Page 4: Contoh MPH

4

ditaatinya peraturan daerah juga dilakukan oleh anggota Satuan Polisi Pamong

Praja.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 1998

tentang Polisi Pamong Praja, pembina PPNS harus lebih cermat mengetahui mana

yang merupakan tugas dan wewenang Polisi Pamong Praja dan mana yang

merupakan tugas dan wewenang PPNS, karena di dalam Pasal 3 Peraturan

Pemerintah tersebut disebutkan bahwa tugas Polisi Pamong Praja selain

memelihara ketentraman dan ketertiban di wilayahnya juga mempunyai tugas

melakukan penegakan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah dalam

rangka pemeliharaan ketentraman dan ketertiban Oleh karena itu agar dalam

penegakan peraturan daerah tidak terjadi duplikasi lapangan, perlu dicermati

bahwa tugas dan, wewenang Polisi Pamong Praja hanya sebatas melakukan upaya

bimbingan agar anggota masyarakat tidak melakukan tindakan yang dapat

mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat serta melakukan penertiban

terhadap anggota masyarakat yang melakukan pelanggaran atas ketentuan

peraturan daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang mengakibatkan

terganggunya ketentraman, dan, ketertiban masyarakat (Pasal 7 Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998).

Pasal 74 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyebutkan

bahwa:

Page 5: Contoh MPH

5

"Dengan peraturan daerah dapat juga ditunjuk pegawai-pegawai daerah yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan peraturan daerah".

Adapun yang dimaksud pejabat lain didalam Pasal 74 ayat 2 Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 adalah pejabat PNS yang diangkat dan diberi wewenang

khusus untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran peraturan daerah. Pejabat

PNS yang diangkat dan diberi wewenang khusus ini tidak lain dan tidak bukan

adalah penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang diangkat atas usul Gubernur

Kepala Daerah Tingkat I untuk lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I

dan lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II kepada

Menteri Kehakiman melalui Menteri Dalam Negeri, dalam hal ini Sekretaris

Jenderal Departemen Dalam Negeri (Pasal 10 Permendagri Nomor 4 Tahun 1997

tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah).

Dengan pengertian ini kewenangan PPNS Pemerintah Daerah hanya dapat

melakukan penyidikan atas pelanggaran pidana yang diatur dalam peraturan

daerah di wilayah hukum PPNS yang bersangkutan bertugas/bekerja. Penegasan

batasan kewenangan PPNS tersebut adalah agar PPNS dalam melakukan

penyidikan benar-benar menguasai materi yang diatur dalam peraturan daerah

tersebut.

Page 6: Contoh MPH

6

Pasal 1 huruf a Peraturan Menteri Dalam Negeri-RI No..4 Tahun 1997

tentang Penyidikan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah

disebutkan bahwa :

" Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerinlah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang atau melakukan penyidikan terhadap pelanggaran peraturan Daerah. "

Yang dimaksud dengan PPNS itu sendiri adalah misalnya, pejabat bea cukai,

pejabat imigrasi dan pejabat kehutanan yang melakukan tugas penyidikan sesuai

dengan wewenang yang diberikan oleh Undang-undang yang menjadi dasar

hukumnya masing-masing.

Adapun tujuan keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja ini tidak lain dan

tidak bukan adalah untuk membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan

pemerintahan dan pembanguuan di daerah, disamping itu untuk menjaga

ketertiban dan ketentraman di wilayah dalam rangka proses penegakan atas

pelaksanaap Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

Oleh karena itu, dengan adanya suatu tanggung jawab yang berat, yaitu

upaya untuk mencapai kondisi tentram dan tertib ini tidak semata-mata merupakan

menjadi tugas dan tanggung jawab Satuan Polisi Pamong Praja, tetapi justru

diharapkan peran serta seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menumbuhkan dan

memelihara ketentraman dan ketertiban.

Page 7: Contoh MPH

7

Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat, maka dalam melaksanakan

tugasnya Satuan Polisi Pamong Praja melakukan berbagai cara; seperti

memberikan penyuluhan, kegiatan patroli dan penertiban terhadap pelanggaran

peraturan daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang didahului dengan langkah-

langkah peringatan baik lisan maupun tertulis.

Dengan ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 tentang

Polisi Pamong Praja ini, maka dapat diharapkan penataan dan pembinaan terhadap

Satuan Polisi Pamong Praja dapat dilakukan secara terarah dan terkoordinasi

dengan baik.

Bertitik tolak pada latar belakng masalah diatas maka dalam penulisan

skripsi ini dengan judul Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong

Praja Dalam Menunjang Urusan Administrasi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota

Jakarta

B. Permasalahan

Dari uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi

permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat oleh

Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Bengkulu?

Page 8: Contoh MPH

8

2. Bagaimanakah penegakan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah oleh

Satuan Polisi Pamong Praja dalam menunjang urusan administrasi Pemerintah

Daerah Khusus Bengkulu?

3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat tugas Polisi Pamong

Praja dalam urusan administrasi Pemerintah Daerah di Kota Bengkulu?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana pemeliharaan ketentraman dan ketertiban

masyarakat oleh Satuan Polisi Pamong Praja di Pemerintah Kota Bengkulu

b. Untuk mengetahui bagaimana penegakan peraturan daerah dan keputusan

Kepala Daerah oleh Satuan Polisi Pamong Praja dalam menunjang urusan

administrasi Pemerintah Kota Bengkulu

c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat

tugas Satuan Polisi Pamong Praja dalam urusan administrasi Pemerintah

Kota Bengkulu.

2. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsi dan

wewenang polisi pamong praja.

Page 9: Contoh MPH

9

b. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi tambahan bahan referensi bagi

pihak yang membutuhkan, khususnya yang berkaitan dengan fungsi dan

wewenang polisi pamong praja.

D. Landasan Teori

1. Pengertian Polisi Pamong Praja

Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional yang dilaksanakan

secara berkesinambungan semakin dirasakan perlunya peningkatan pembinaan

di bidang pemerintahan umum terutama upaya menciptakan kondisi

ketentraman dan ketertiban yang mantap di daerah-daerah, suatu kondisi di

mana pemerintah dan masyarakat dapat melakukan kegiatan secara aman,

tertib, tentram, dan teratur.

Karena itu tugas kepala daerah sebagai penyelenggara pemerintahan

praktis bertambah berat. Dalam kaitan itu keberadaan Polisi Pamong Praja

dalam jajaran perangkat pemerintah daerah mempunyai arti yang sangat

strategis membantu Kepada Daerah di bidang penyelenggaraan pemerintahan

umum.

Pada dasarnya Satuan Polisi Pamong Praja itu sendiri adalah pegawai-

pegawai yang berada di kantor-kantor Polisi Pamong Praja yang diserahkan

kepada Pemerintah Daerah dengan kedudukan sebagai pegawai negeri yang

Page 10: Contoh MPH

10

diperbantukan. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Polisi Pamong Praja

dilakukan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal tersebut merupakan suatu penafsiran dari Pasal 120 (1) UU No.22

Tahun 1999, yang menyebutkan:

Dalam rangka menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta untuk menegakkan peraturan daerah dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat Pemerintah Daerah.

Adapun pengertian Polisi Pamong Praja secara spesifik setelah

berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemeintah Daerah belum dapat

dikemukakan. Karena di dalam UU No. 22 Tahun 1999 dalam hal kaitannya

dengan Polisi Pamong Praja dalam menunjang urusan administrasi pemerintah

daerah adalah merupakan konsekuensi dilaksanakannya asas dekonsentrasi

yaitu asas pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala daerah

atau kepada instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah.

Sedangkan pengertian dari Satuan Polisi masih cenderung mengacu pada UU

No. 5 Tahun 1974.

Namun demikian dengan adanya Pasal 120 (1) UU No. 22 Tahun 1999,

dapat ditarik suatu penafsiran tentang, Pengertian daripada Polisi Pamong

Praja yaitu, suatu peraturan Pemerintah Daerah, bertugas membantu kepala

daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dalam hal penegakan

peraturan daerah dan keputusan kepala daerah guna menjaga ketentraman dan

Page 11: Contoh MPH

11

ketertiban umum, Perangkat Pemerintah Daerah di sini adalah pegawai-

pegawai yang berada di kantor-kantor Polisi Pamong Praja yang

berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan.

2. Kedudukan dan Peranan Satuan Polisi Pamong Praja di dalam Menunjang

Urusan Administrasi Pemerintah Daerah

Polisi Pamong Praja secara yuridis formal diatur di dalam Undang

Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah Pasal 86

ayat 1 yang menyebutkan:

Untuk membantu kepala wilayah dalam menyelenggarakan pemerintahan umum diadakan Satuan Polisi Pamong Praja.

Sedangkan didalam Pasal 120 ayat 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 1999

tentang Daerah menyebutkan bahwa:

Dalam rangka menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakan Peraturan Daerah dibentuk Sahian Polisi Pamong Praja sebagai perangkat Pernerintah Daerah.

Oleh karena itu dengan mengacu Pasal 120 ayat 1 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dikatakan dalam rangka

menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan

Peraturan Daerah dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat

Page 12: Contoh MPH

12

Pemerintah Daerah. Dengan melihat Pasal 74 ayat 2 Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1999 yang menyebutkan:

Dengan Peraturan Daerah dapat ditunjuk pegawai-pegawai daerah yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah.

Berdasarkan Pasal 74 ayat 2 UU No: 22 Tahun 1999 yang dimaksud

pegawai-pcgawai daerah di sini adalah pegawai yang bekerja di lignkungan

Pemerintah Daerah atau dengan kata lain Pegawai Negeri Sipil yang diangkat

dan diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran

peraturan daerah. Pegawai-pegawai daerah yang diangkat dan diberi wewenang

khusus tersebut tidak lain adalah PPNS yang diangkat atas usul Gubernur

Kepala Daerah Tingkat I untuk lingkungan Pernerintah Propinsi Daerah

Tingkat I dan Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Dati II kepada

Menteri Kehakiman melalui Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Direktorat

Jenderal Departemen Dalam Negeri dalam Pasal 10 Pemendagri Nomor. 4

Tahun 1997 tentang PPNS di lingkungan Pemerintah Daerah.

Dengan pengertian ini kewenangan Polisi Pamong Praja di Pemerintah

Daerah, hanya sebatas melakukan upaya bimbingan agar masyarakat tidak

melakukan tindakan yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban

masyarakat serta melakukan penertiban terhadap anggota masyarakat yang

melakukan pelanggaran atas ketentuan, Peraturan Daerah dan Keputusan

Page 13: Contoh MPH

13

Kepala Daerah yang mengakibatkan terganggunya ketentraman dan ketertiban

masyarakat (Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nornor 6 Tahun 1998). Di dalam

Pasa1 2 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1998 tentang Polisi Pamong Praja

dikatakan bahwa:

Polisi Pamong Praja berkedudukan sebagai pembantu Kepala Wilayah dalam melaksanakan higas di bidang ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Sedangkan di dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 1990

tentang Pembinaan dan Penataan Satuan Polisi Pamong Praja dikatakan bahwa:

Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai kedudukan sebagai perangkat dekonsentrasi dan merupakan unsur pelaksana wilayah.

Dengan demikian berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun

1998 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 1990 kedudukan

Satuan Polisi Pamong Praja itu sendiri adalah sebagai pembantu kepala wilayah

dan perangkat dekonsentrasi dalam melaksanakan tugas di bidang, ketentraman

dan ketertiban masyarakat di mana di dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung

jawab kepada kepala wilayah melalui pimpinan unit organisasinya.

3. Tugas dan Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja

Adapun tugas yang dibebankan Satuan Polisi Pamong Praja tercantum

didalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998, yaitu Polisi

Page 14: Contoh MPH

14

Pamong Praja mempunyai tugas memelihara ketentraman dan ketertiban

masyarakat di wilayahnya serta melakukan penegakan Peraturan Daerah dan

Keputusan Kepala Daerah dalam rangka pemeliharaan ketentraman dan

ketertiban masyarakat.

Menurut Instruksi menteri Dalam negeri No. 33 Tahun 1990 tentang

Pembinaan dan Penataan Satuan Polisi Pamong Praja. Tugas dari Satuan Polisi

Pamong Praja adalah :

a. Membantu kepala wilayah dalam meyelenggarakan pemerintahan umum

terutama dibidang pembinaan ketentraman dan ketertiban di wilayah.

b. Mengawasi ketaatan anggota masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan

daerah dan keputusan kepala wilayah/daerah serta perundangan lainnya

yang menjadi tugas kepala wilayah.

c. Melakukan koordinasi dengan aparat-aparat ABRI dan POLISI serta

aparat ketertiban lainnya di wilayah masing-masing apabila dipandang

perlu.

d. Melakukan tugas-tugas lain yang ditugaskan oleh kepala wilayah sesuai

peraturan perundangan yang berlaku.

Sedangkan didalam keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Nomor 330/KPTS/1992 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Page 15: Contoh MPH

15

Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Propinsi Daerah Khsusus Ibukota Jakarta,

tugas Polisi Pamong Praja adalah sebagai berikut :

a. Membantu Gubernur dalam menyelenggarakan Pemerintahan Umum

terutama di bidang pembinaan ketentraman di wilayah.

b. Mengawasi ketaatan anggota masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan

daerah dan keputusan Gubernur serta peraturan perundangan lainnya yang

menjadi tugas Gubernur.

c. Melakukan koordinasi dengan aparat-aparat ABRI/POLISI dan aparat

ketertiban lainnya di wilayah masing-masing apabila dipandang perlu.

Adapun kegiatan-kegialan yang barus dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong

Praja dalam tugas pengawasan umum ditaatinya peraturan daerah antara lain

adalah:

a. Membuat daftar nominatif anggota Satuan Polisi Pamong Praja di tingkat

kewilayahannya masing-masing.

b. Menghimpun dan menyusun daftar peraturan daerah tingkat I, dan atau

tingkat II yang mengandung sangsi pidana dan modal dasar hukum

kewenangan PPNS dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan umum

terhadap ditaatinya Peraturan Daerah

Page 16: Contoh MPH

16

c. Menyampaikan butir a dan b diatas kepada Biro/Bagian Hukum dan Biro

Tata Pemerintahan/Bagian Pemerintahan/Ketertiban/Ketataprajaan

Setwilda yang bersangkutan.

d. Menghimpun, menginventarisasi, dan mengolah data semua obyek

peraturan daerah bersangkutan yang sudah memenuhi

kewajiban/ketentuan peraturan daerah maupun yang belum memenuhi

kewajiban/ketentuan peraturan daerah untuk selanjutnya disampaikan

kepada dinas/instansi yang bersangkutan dengan tembusan:

Biro/Bagian Hukum Setwilda yang bersangkutan

Biro Tata Pemerintahan/Bagian

Pemerintahan/Ketertiban/Ketataprajaan Setwilda yang

bersangkutan. Satu kali dalam setahun selambat-lambatnya bulan

Oktober tahun yang bersangkutan. Inventarisasi data yang

dimaksud adalah diperlukam dalam rangka persiapan kegiatan

perencanaan umum operasi oleh PPNS dari dinasi/insiansi yang

bersangkutan.

e. Menyusun rencana kegiatan operasional dalam rangka pelaksanaan tugas

pengawasan umum ditaatinya Peraturan Daerah.

f. Menyampaikan Laporan Kejadian Pelanggaran Peraturan Daerah

(LKPPD) dengan memperggunakan bentuk/model formulir yang telah

Page 17: Contoh MPH

17

ditentukan dalam hal terjadi pelanggaran terhadap berlakunya suatu

Peraturan Daerah kepada PPNS dari dinas/instansi yang bersangkuttan

selambat-lambatnya 7(tujuh) hari setelah ditandataganinya LKPPD

dimaksud dengan tembusan kepada :

Biro hukum/bagian hukum yang bersangkutan.

Biro Tata Pemerintahan/Bagian Pemerintahan/Ketertiban,

Ketataprajaan Set.wilda yang bersangikutan.

Kepala Kepolisian Wilayah Jakarta/Kapolres up. Kabag/Kasat Serse

yang bersaingkutan.

g. Membuat Buku/Daftar Register LKPPD

Adapun didalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 1999

pada butir E terdapat pembagian tugas sebagai berikut:

1. Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Propinsi Daerah Tingkat I adalah :

a) Kepala Sahran Polisi Pamong Praja memimpin Satuan Polisi

Pamong Praja Daerah Tingkat I

b) Membina Satuan Polisi Pamong Praja.

c) Melakukan koordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja yang

berada di Kabupaten/Kotamadya/Wilayah Kota, Kota Adminis-

tratif, dan Kecamatan serta dengan instansi lain yang erat

Page 18: Contoh MPH

18

hubungannya dengan pelaksanaan tugasnya terutama dalam

membina ketentraman dan ketertiban di Tingkat Propinsi Dati I.

d) Menyusun rencana pelaksanaan di bidang ketentraman dan

ketertiban wilayah sesuai dengan petunjuk Gubernur Kepala Dati

I.

e) Melaksanakan nindakan penertiban di lapaggan bersama-sama

dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kotamadya Dati

II, kota Administratif dan Kecamatan sesuai dengan sistem lapis

kumampuan dengan tetap memperhatikan hirarki pemerintahan.

f) Melaksanakan patroli wilayah dalam rangka mencegah ganguan-

ganguuan ketentraman dan ketertiban.

g) Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengamanan kantor dan

rumah jabatan Gubernur serta pejabat lainnya yang dianggap

perlu.

h) Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur menurut

hirarki yang berlaku.

2. Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kotamadya Dati.II

Walikotamadya/Wilayah Kota Administratif adalah:

a. Kepala Satuan Polisi pamong Praja Kabupaten/Kotamadya Dati II,

Kotamadya Wilayah Kota, Kota Administratif memimpin Satuan

Page 19: Contoh MPH

19

Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kotamadya Dati II,

Kotamadya/Wilayah Kota, Kota Administratif.

b. Membina Satuan Polisi Pamong Praja Dati II.

c. Melakukan koordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja yang

berada di Kabupateri/Kotamadya/Wilayah Kota, Kota Adminis-

tratif, dan Kecamatan serta dengan instansi lain yang erat

hubungannya dengan pelaksanaan tugasnya terutama dalam

membina ketentraman dan ketertiban di Tingkat Propinsi Dati I.

d. Menyusun rencana pelaksanaan di bidang ketentraman dan

ketertiban wilayah sesuai dengan petunjuk Gubernur Kepala Dati

I.

e. Melaksanakan tindakan penertiban di lapangan bersama-sama

dengan Satan Polisi Pamong Praja Kabupaten/Kotamadya Dati II,

Kota. Administratif dan Kecamatan sesuai dengan sistem lapis

kemampuan dengan memperhatikan hirarki pemerintahan.

f. Melaksanakan patroli wilayah dalam rangka mencegah gangguan-

gangguan ketentraman dan ketertiban.

g. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengamanan kantor dan

rumah jabatan Gubenur serta pejabat lainnya yang dianggap perlu.

Page 20: Contoh MPH

20

h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur menurut

herarki yang berlaku.

3. Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan

a. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan memimpin Satuan

Polisi Pamong Praja di Kecamatan.

b. Membina Satuan Polisi Pamong Praja di wilayahnya

c. Melakukan koordinasi dengan instansi lain di tingkat kecamatan

yang erat hubungannya dengan pelaksanaan tugasnya terutama

dalam membina ketentraman, dan keamanan di wilayah tugasnya.

d. Menyusun rencana pelaksanaan tugas di bidang ketentraman

dan ketertiban wilayah sesuai dengarr petunjuk camat.

e. Melaksanakan tindakan-tindakan kerertiban di lapangan baik

preventif dan represif non yustisial.

f. Melaksanakan patroli wilayah dalam rangka mencegah timbulnya

gangguan ketentraman dan ketertiban.

g. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengamanan kantor/rumah

jabatan camat.

h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada camat menurut hirarki

yang berlaku.

i. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh camat.

Page 21: Contoh MPH

21

Sedangkan wewenang Satuan Polisi Pamong Praja tercantum

didalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 yang

menyebutkan bahwa :

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, Polisi Pamong Praja mempunyai wewenang sebagai berikut :a. Melakukan upaya bimbingan agar anggota masyarakat tidak melakukan

tindakan yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat.b. Melakukan penertiban terhadap anggota masyarakat yang melakukan

pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah dati Keputusan Kepala Daerah yang mengakibatkan terrganggunya ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 1990, tentang

Pembinaan dan Penataan Satuan Polisi Pamong Praja menyebutkan bahwa

wewenang Satuan Polisi Pamong Praja adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan tindakan penertiban terhadap perbuatan-perbuatan warga

masyarakat yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Daerah dan

Keputusan Kepala Daerah.

b. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap anggota masyarakat yang

tidak melaksanakan kewajiban sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Didalam Pasal 9 Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor : 330/KPTS/1992 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satu

Polisi Pamong Praja Daerah Khusus Ibukota Jakarta menyebutkan bahwa :

Page 22: Contoh MPH

22

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, Satuan Polisi Pamong Praja

mempunyai wewenang, sebagai berikut :

a. Melaksanakan tindakan penertiban terhadap perbuatan-perbuatan warga

masayrakat yang tidak melaksankan ketentuan dalam Peraturan Daerah

dan Keputusan Gubernur serta Peraturan Perundasngan lainnya.

b. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap anggota masyarakat

yang tidak melaksanakan kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku.

Dengan demikian dari uraian-uraian mengenai tugas, fungsi, dan kewenangan

Satuan polisi Pamong Praja dapat disimpulkan bahwa tugas pokok Satuan Polisi

Pamong Praja adalah : melakukan penyuluhan dan penertiban penegakan,

peraturan perundang-undangan, terutama peraturan daerah dan keputusan kepala

daerah. Sedangkan wewenang Satuan Polisi Pamong Praja adalah hanya sebatas

melakukan upaya bimbingan agar anggota masyarakat tidak melakukan tindakan

yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban serta melakukan penertiban

terhadap anggota masyarakat yang melakukan pelanggaran dan ketentuan

Peraturan Daerah dan keputusan Kepala Daerah.

4. Hak dan Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja

Page 23: Contoh MPH

23

Adapun hak yang diberikan kepada Satuan Polisi Pamong Praja tercantum

didalam Pasa1 5 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 yang menyebutkan

bahwa :

Anggota Polisi Pamong Praja mempunyai hak kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil

Sedangkan kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja tercantum didalam Pasal 66

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 yang menyebutkan bahwa :

Dalam menyelenggarakan tugasnya, Polisi Pamnong Praja mempunyai kewajiban :a. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, dan norma-norma sosial

lainnya serta hak asasi manusia.b. Melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian RI dan dalam hal-hal tertentu

dengan aparat pemerintah lainnya.

Pasa1 10 Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 330/KPTS/1992

menyebutkan bahwa :

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998 yang menyebutkan bahwa :

Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai kewajiban :a. Bertanggungjawab kepada Gubernurb. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, dan norma-norma sosial

lainnya serta hak asasi manusiac. Menyerahkan penangananya kepada penyidik yang berwenang apabila

didapati suatu peristiwa yang diduga merupakan perbuatan tindak pidana.

Sedangkan dalam Pasal 11 Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor.

330/KPTS/1992 menyebutkan bahwa :

Page 24: Contoh MPH

24

Dalam menyelenggarakan tugasnya Satuan Polisi Pamnong Praja mempunyai hak :a. Kepegawaian sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.b. Mendapatkan uang saku, perlengkapan kerja dan sarana lainnyac. Hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

5. Syarat-syarat Untuk Dapat Diangkat Mejadi Polisi Pamong Praja

Didalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1998, syarat-syarat

untuk dapat diangkat menjadi Polisi Pamong Praja adalah sebagai berikut :

a. Pegawai Negeri Sipilb. Berijazah sekurang-kurangnya SLTA/SMUc. Tinggi badan sekurang-kurangnya 160 cm untuk laki-laki dan 155 cm untuk

wanita.d. Umur sekurang-kurangnya 21 tahune. Sehat jasmani dan rohanif. Lulus pendidikan dan pelatihan dasar Polisi Pamong Praja.

Pasal 17 Keputusan Gurbernur DKI Jakarta Nomor 3301/KPTS/1992, syarat-

syarat untuk dapat menjadi Polisi Pamong Praja adalah :

a. Sekurang-kurangnya berijazah SLTA/sederajat atau Golongan II a.b. Sehat jasmani dan rohani menurut keterangan dokter.c. Tinggi badan minimal 160 cm bagi pria dan 155 cm untuk wanita d. Berkelakuan baike. Umur minimal 20 tahunf. Lulus tes masuk Satuan Polisi Pamong Praja

6. Peranan Polisi Pamong Praja Dalam Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999.

Page 25: Contoh MPH

25

Dalam kaitannya dengan peranan Polisi Pamong Praja menunjang urusan

Adminitrasi di Pemerintah DKI Jakarta merupakan suatu perangkat daerah yang

mempunyai arti sirategis dalam membantu Kepala Daerah di bidang

penyelenggaraan pemerintahan umum serta penegakkan atas pelaksanaan

Peraturan Daerah dan keputusan Kepala Daerah. Dengan demikian dapat

dikatakan peranan Polisi Pamong Praja adalah melakukan suatu tindakan prefentif

yustisial. Maksudnya, penegakan atas pelaksanaan pertaturan daerah dan

keputusan kepala daerah dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dengan

inventarisasi tata obyek penegakan peraturan daerah.

Oleh karena itu peranan Satuan Polisi Pamong Praja tidak lain adalah

membantu meningkatkan kelancaran, penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan di daerah, disamping itu untuk menjaga ketertiban dan ketentraman

di wilayah dalam rangka proses penegakan atas pelasanaan, Peraturan Daerah.

Dengan adanya satuan tanggung jawab yagg berat, yaitu upaya untuk mencapai

kondisi tentram dan tertib ini tidak semata-mata merupakan menjadi tugas dan

tanggung jawab Polisi Pamong Praja saja, tetapi justru diharapkan peran serta

seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menumbuhkan dan memelihara ketentraman

dan ketertiban. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila akhir-akhir ini

hampir semua wilayah daerah mengajukan permintaan kepada Menteri Dalam

Negeri untuk dapat diberikan tambahan jatah Personil Polisi Pamong Praja serta

Page 26: Contoh MPH

26

meminta petunjuk untuk dapat lebih meningkatkan pembinaannya secara berdaya

guna dan berhasil guna. Kaitannya dengan Polisi Pamong Praja dalam menunjang

urusan administrasi Pemerintah Daerah adalah merupakan konsekuensi

dilaksanakan asas dekonsentrasi yaitu asas pelimpahan wewenang dari pemerintah

pusat atan Kepala Daerah vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di

daerah.

Berdasarkan Pasal 120 UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dikatakan bahwa dalam rangka menyelenggarakan ketentraman dan

ketertiban umum serta untuk menegakkan peraturan daerah dibentuk Satuan Polisi

Pamong Praja sebagai perangkat daerah. Dengan demikian jelas diketahui

status/kedudukan Polisi Pamong Praja dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tersebut

beralih dari aparat pusat (dekonsentrasi) menjadi aparat daerah (desentralisasi)

Perubahan ledudukan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat Pemerintah

Sdaerah Otonom, tidak akan mengurangi pembinaan dari Pemerintah Pusat, hal ini

mengingkat keberadaan polisi Pamong Praja memiliki kekhususan sevagai aparat

penertiban yang mengandung aspek keseragaman pola tindak antar daerah atau

dengan perkataan lain memiliki aspek perekat negara kesatuan. Penampilan sosok

dan kinerja Polisi Pamong Praja seyogyannya diwujudkan dalam kerangka aparat

ketertiban yang berwawasan nasioanl, bukan bersiat kedaerahan. Shingga tanpa

mengurangi arti pemberian otonomi daerah, maka pemerintah pusat senantiasa

Page 27: Contoh MPH

27

memiliki kewajiban untuk memberikan pembinaan Polisi Pamong Praja yang

berkaitan dengan pedoman kerja, bimbingan pelatihan, arahan dan supervisi guna

meningkatkan kinerja Polisi Pamong Praja.

Tugas pokok Polisi Pamong Praja adalah melakukan penyuluhan dan

penertiban penegakkan peraturan perundang-undangan terutama Peraturan Daerah

dan Keputusan Kepala Daerah serta tugas-tugas lain dibidang ketentraman dan

ketertiban daerah yang ditentukan oleh kepala daerah. Tugas Polisi pamong Praja

menjadi penting dan strategis karena memiliki dampak yang luas terhadap

penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pembinaan masyarakat, sehingga

membutuhkan perhatian yang mengarah pada upaya pemberdayaan kinerja Polisi

Pamong Praja baik oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat.

Selanjutnya kewajiban masyarakat memenuhi ketentuan peraturan daeralr

yang berkaitan dengan retribusi dan pajak daerah sangat mempengaruhi tingkat

penerimaan pendapatan asli daerah, sehingga cuknp strategis untuk dijaga proses

administrasi pemungutan, penerimaan, dan penyetoran.

Berkenaan dengan ditetapkan Undang-undang Nomor : 22 Tahunn 2006

tentag Pemerintahan Daerah, beberapa permasalahan mendasar segera mendapat

perioritas untuk penanganannya, antara lain:

1. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan pembinaan Polisi Pamong Praja memerlukan perubahan dan penataan sebagai akibat alih fungsi Polisi Pamong Praja dari perangkat wilayah menjadi perangkat Pemerintah Daerah

Page 28: Contoh MPH

28

2. Belum mantapnya kinerja Polisi Pamong Praja sehingga memerlukan pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dasar Polisi Pamong Praja.

3. Belum diperolehnya pedoman penyusunan program kerja pembinaan Polisi Pamong Praja.2

Seiring dengan perkembangan yang terjadi saat ini, tugas Polisi Pamong

Praja harus diorientasikan kepada pendekatan yang berbeda dengan pendekatan

Polisi Negara (POLRI) dalam kiprahnya di lapangan dalam artian lebih aspiraiif,

responsif menghindari kekerasan, berwibawa serta mampu menciptakan

kesadarran masyarakat dalam mematuhi peraturan perundang-undangan.

Lingkup tugas dan fungsi Polisi Pamong Praja dalam pembinaan

ketentraman pada dasar cukup luas sehingga dituntut kesiapan aparat baik jumlah

dan status anggota kualitas personil termasuk kualitas manajemen operasional.

Walaupun ada beberapa pembalasan atas keberadaan Satuan Polisi Pamong

Praja ini, tidaklah mengurangi peranan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai alat

bantu kepala Daerah untuk menciptakan suasana aman, tertib, tentram, dan

teratur di dalam administrasi pemerintah umum di lingkungan Pemerintah Kota

Bengkulu.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Pendekatan

2 Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Bengkulu, ibid, hlm 15

Page 29: Contoh MPH

29

Metode pendekatan pada penulisan skripsi ini dengan menpergunakan

metode pendekatan secara yuridis.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bengkulu.

3. Populasi

Populasi adalah sejumlah atau unit yang mempunyai ciri-ciri karakteristik

yang sama.3 Dalam pengertian lain populasi adalah kumpulan lengkap dari

seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan karena

karakteristiknya.4

Dari pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini meliputi :

Anggota Polisi Pamong Praja Kota Bengkulu.

4. Sampel

Sampel yaitu setiap manusia atau unit dalam populasi yang mendapat

kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai unsur dalam sampel atau

mewakili populasi yang akan diteliti.5

Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

Purposive sampling adalah: ”Pemilihan elemen sampel dengan sengaja.”6

3 Soejono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 172.4 J. Supranto, 2003, Metodelogi Penelitian Hukum dan Statistik, PT. Bhineka Cipta Jakarta, hlm. 23.5 Soejono Soekanto, Loc. Cit., hlm 172.6 Ibid.

Page 30: Contoh MPH

30

Sehingga dalam penelitian ini sampel dipilih berdasarkan penelitian dan

kriteria yang dapat mewakili seluruh populasi yang diterapkan sesuai dengan

tujuan penelitian. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah; pibak-pihak

yang bersangkutan, yaitu: Para aparat Polisi Pamong Praja di lingkungan

Pemerintah Kota Bengkulu.

5. Tekhnik pengumpulan data

Adapun sumber data dan metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Data yang diperoleh dari laporan melalui wawancara dengau

responden dan pihak-pihak yang bersangkutan, yaitu para aparat Polisi

Pamong Praja yang berada di liugkungan Pemerintah Kota Bengkulu

b. Data Sekunder

Data yang diambil dari buku-buku literatur, peraturan perundang-

undangan, dan dokumen yang membahas tentang kedudukan tugas dan

fungsi Polisi Pamong Praja.

6. Tekhnik pengolahan data

Pengolahan data dalam penulisan ini dilakukan dengan tahap

kegiatan sebagai berikut :

Page 31: Contoh MPH

31

a. Editting data

Editing yaitu: ”Memeriksa atau meneliti data yang diperoleh

untuk menjamin apakah sudah dapat dipertanggungjawabkan sesuai

dengan kenyataan.”7

b. Coding data

Coding yaitu: ”Mengkategorisasikan data dengan cara pemberian

kode-kode atau simbol-simbol menurut kriteria yang diperlukan pada

daftar pertanyaan-pertanyaannya sendiri dengan maksud untuk dapat

ditabulasikan.”8

7. Analisa Data

Data diperoleh secara deskriptif dan dianalisa secara kualitatif

dengan menggunakan pendekatan yuridis sehingga diperoleh uraian yang

bersifaf deskriptif kualitatif, yaitu analisis data yang tidak merupakan

perhitungan an pengujian angka-angka, tetapi dideskripsikan dengan

menggunakan kata-kata yang menggunakan kerangka berfikir induktif yaitu

dengan cara menarik kesimpulan dari data-data yang bersifat umum ke dalam

data yang bersifat khusus. Setelah data dianalisis satu persatu selanjutnya

7 Hanitijo Soemitri, Ronny, 1982, Metodologi Penelitian Hukum Ghalia Indonesia Jakarta, Halaman 80.8 Ibid.

Page 32: Contoh MPH

32

disusun secara sistematis, sehingga dapat menjawab permasalahan yang

disajikan dalam bentuk skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 33: Contoh MPH

33

Biro Hukum Departemen Dalam Negeri, Kedudukan Dan Keberadaaan PPNS Pemerinlah Deerah, Disampaikan pada Rakontek Pembinaan PPNS di lingkungan Pemerintah Daerah tanggal 25-26 November 2000, Jakarta..

Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri, Pembinaan Polisi Pamong Praja.

Kepala Kesatuan Polisi Pamong Praja Bengkulu, Tugas dan Fungsi Polisi Pamong Praja Sebagai Perangkat Daerah, Disajikan pada Rapat Kerja Nasional Polisi Pamong Praja, Jakarta, 2006

Subekti dan R. Tjiptosoedibio, Kamus Hukun, Pradya Paramita, Jakarta, 2003.

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, jakarta, 1986

J. Supranto, Metodologi Penelitian Hukum & Statistik, PT. Bhineka Cipta, Jakarta, 2003

Hanitijo Soemitri dan Ronny, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982

Peraturan Perundang-undangan.

Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1974 Tentang Pokok pokok Pemerintahan di daerah

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Peraturan Pemerintah Tentang PmerintahanDaerah .

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : 4 Tahun 1997 Tentang PPNS di Lingkungan Pemerintah Daerah.