45
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGN DENGAN PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP BEDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH TAHUN 2011 PROPOSAL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGN DENGAN PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP BEDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH TAHUN 2011 Proposal ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh OLEH DEDI DORES NPM : 0707110875 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH BANDA ACEH 2011 BAB I

contoh tesis.doc

Embed Size (px)

Citation preview

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGN DENGAN PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP BEDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH TAHUN 2011

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGN DENGAN PENCEGAHAN

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP BEDAH DI RUMAH SAKIT

IBU DAN ANAK BANDA ACEH TAHUN 2011

Proposal ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Universitas Muhammadiyah Aceh

OLEH DEDI DORES

NPM : 0707110875

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH

BANDA ACEH2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di

Indonesia cukup tinggi. Mengingat kasus nosokomial infeksi menunjukkan angka yang

cukup tinggi. Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya

kualitas mutu pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial dapat terjadi mengingat rumah

sakit merupakan “gudang” mikroba pathogen menular yang bersumber terutama dari

penderita penyakit menular. Di sisi lain, petugas kesehatan dapat pula sebagai sumber,

disamping keluarga pasien yang lalu lalang, peralatan medis, dan lingkungan rumah sakit

itu sendiri (Darmadi, 2008).

Menurut Soeroso (2000), penderita infeksi nosokomial sebesar 9% dengan variasi

antara 3%-20% dari penderita rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia. Di negara

berkembang termasuk Indonesia, rata-rata prevalensi infeksi nosokomial adalah sekitar

9,1 % dengan variasi 6,1%-16,0%.

Di Indonesia kejadian infeksi nosokomial pada jenis / tipe rumah sakit sangat

beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2004 diperoleh data

proporsi kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit pemerintah dengan jumlah pasien

1.527 orang dari jumlah pasien beresiko 160.417 (55,1%), sedangkan untuk rumah sakit

swasta dengan jumlah pasien 991 pasien dari jumlah pasien beresiko 130.047 (35,7%).

Untuk rumah sakit ABRI dengan jumlah pasien 254 pasien dari jumlah pasien beresiko

1.672 (9,1%). (Depkes RI 2004).

Kejadian infeksi nosokomial belum diimbangi dengan pemahaman tentang

bagaimana mencegah infeksi nosokomial dan implementasi secara baik. Kondisi ini

memungkinkan angka nosokomial di rumah sakit cenderung meningkat. Karena itu perlu

pemahaman yang baik tentang cara-cara penyebaran infeksi yang mungkin terjadi di

rumah sakit. Penyebaran infeksi nosokomial di rumah sakit umumnya terjadi melalui tiga

cara yaitu melalui udara, percikan dan kontak langsung dengan pasien (Schaffer, Garzon,

Heroux, & Korniewicz, 2000).

Berdasarkan survai yang dilakukan oleh Rahmah Surkesti pada tahun 1989 yaitu

survai prevalensi infeksi nosokomial di 6 (enam) rumah sakit umum pemerintah kelas B

yang meliputi RSU Mataram, RSU Palembang, RSU Jambi, RSU Ulin, RSU dr. Sarjito

dan RSU dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Dari hasil tersebut di peroleh data tentang

prevelensi rate infeksi nosokomisl di 6 RSU tersebut adalah 6,1% (range 3,6%-11,1%)

kemudian berdasarkan jenis pelayanan prevelensi infeksi nosokomial untuk RSUdZA

Banda Aceh diawali dengan pelayanan neurologi (25,0%), pelayanan bedah (17,1%),

pelayanan pediatrik (14.2%), marternitas (5,6%), dan pelayanan internal (5,1%),

sedangkan prevelensi infeksi nosokomial berdasarkan lokasi anatomi spesifik di

RSUDZA Banda Aceh adalah infeksi saluran kemih (33,3%), infeksi luka opersi (2,5%)

dan lain-lain (41,7%) (Elvin, 2005).

Ada dua faktor pendukung terjadinya infeksi nosokomial yaitu faktor endogen

termasuk umur jenis kelamin, dan penyakit penyerta. Sedangkan eksogen termasuk lama

penderita dirawat dirumah sakit, kelompok yang merawat penderita, peralatan dan teknis

medis yang dilakukan (Hasbullah. 1993)

Upaya pencegahan infeksi di rumah sakit melibatkan berbagai unsur, mulai dari

peran pemimpin sampai petugas kesehatn sendiri. Peran pemimpin adalah penyediaan

sitem, sarana dan pendukung lainnya. Peran petugas adalah sebagai pelaksana langsung

dan upaya pencegahan infeksi, agar upaya pencegahan ini dapat dilaksanakan dengan

infeksi. Maka dibutuhkan motivasi (dorongan) kerja petugas yang baik. Menurut (M.

Mahdinur 1991) dalam (Anwar, 2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tenaga

kerja seseorang, yaitu faktor internal termasuk umur, pendidikan, setatus perkawinan dan

jenis kelamin. Sedangkan yang termasuk paktor eksternal gaji, beban kerja, penghargaan,

hubungan kerja dan pekerjaan itu sendiri.

Wirjoadmodjo dan Wahyono (1991) menyampaikan bahwa ada tiga hal mendasar

yang harus diperhatikan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial yaitu pengetahuan,

perubahan sikap dan cara kerja petugas di lingkungan rumah sakit.

Melihat gambaran tentang infeksi nosokomial di atas maka penulis merasa tertarik

untuk mengetahui FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH PERAWAT KHUSUSNYA

PADA PASIEN YANG DIRAWAT DIRUANG BEDAH PADA RUMAH SAKIT

IBU DAN ANAK (RSIA) BANDA ACEH.

 

1.2  Rumusan Masalah

Ada tidaknya angka infeksi nosokomial di rumah sakit mencerminkan mutu

pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Sebab angka infeksi nosokomial merupakan

salah satu indikator kualitas pelayanan rumah sakit. Permasalahan utama yang ingin

diteliti dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang behubungan dengan pencegahan

infeksi nosokomial oleh perawat diruang rawat inap bedah Rumah Sakit Ibu Dan Anak

Banda Aceh.

1.3  Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada perawat yang bertugas pada

ruang rawat inap bedah rumah sakit ibu dan anak banda aceh tahun 2012, berjumlah 30

orang. Faktor-faktor yang di teliti adalah pengetahuan, sikap, pendidikan dan masa kerja

perawat berkaitan dengan upaya pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Ibu Dan

Anak Banda aceh tahun 2012.

1.4  Tujuan Penelitian

1.4.1        Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran infeksi nosokomial serta faktor-faktor yang

berhubungan dengan pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat di ruang rawat inap

bedah di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh tahun 2012.

1.4.2        Tujuan Khusus

1.      Untuk mengetahui kecendrungan hubungan perawat dengan dengan pencegahan infeksi

nosokomial.

2.      Untuk mengetahui kecendrungan hubungan sikap perawat pencegahan infeksi

nosokomial.

3.      Untuk mengetahui kecendrungan hubungan pendidikan perawat dengan pencegahan

infeksi nosokomial.

4.      Untuk mengetahui kecendrungan hubungan masa kerja perawat di ruang inap bedah

Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh dengan pencegahan infeksi nosokomial.

1.5  Manfaat Penelitian

1.      Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit ibu dan anak terhadap kinerja dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan khususnya dibidang ruang rawat inap bedah.

2.      Sebagai bahan bacaan pustaka khususnya jurusan kesehatan lingkungan.

3.      Sebagai penambah dan pengembangan wawasan pengetahuan bagi penulis yang telah

didapat selama bangku kuliah.

1.6 Sistematika Penulisan

Judul penulisan ini adalah, Faktor-Faktor Yang Berhubungn Dengan Pencegahan Infeksi

Nosokomial Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap Bedah Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak

Banda Aceh Tahun 2011, yang terdiri dari VII Bab dengan sistematika penulisannya

sebagai berikut:

1.6.1 Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah,ruang lingkup

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

1.6.2 Bab II : Tinjauan Kepustakaan

Pada bab ini penulis menguraikan tentang Pencegahan Infeksi

Nosokomial, pengetahuan, sikap, pendidikan dan masa kerja perawat.

1.6.3 Bab III : Kerangka Konsepsional

Pada bab ini penulis menguraikan kerangka konsep dan definisi

operasional.

1.6.4 Bab IV : Metodelogi Penelitian

Pada bab ini penulis menguraikan jenis penelitian, lokasi penelitian,

populasi dan sampel serta cara pengumpulan data.

1.6.5 Bab V : Gambaran Umum

Pada bab ini penulis menguraikan tentang gambaran umum yang ada di

Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2011.

1.6.6 Bab VI : Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan.

1.6.7 Bab VII : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Infeksi

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan

berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit (Myrnawati, 2000).

Infeksi dapat tetap terlokalisasi dan bersifat sementara jika mekanisme pertahan

tubuh efektif. Infeksi lokal dapat menetap dan dapat menyebar menjadi infeksi klinis atau

kondisi penyakit bersipat akut, sob akut atau kronis. Infeksi lokal yang dapat menjadi

sistematik bila mikroorganisme mencapai sistem limfatik atau faskuler (Anwar, 2005).

Menurut Elizabeth (1997) menyatakan bahwa ciri-ciri lokal peradangan adalah

sebagai berikut:

1.      Rubor, yaitu terjadinya kemerahan akibat pengangkutan aliran darah ke daerah peradang.

2.      Color, yaitu timbulnya panas pada daerah peradangan yang juga akibat peningkatan

aliran darah.

3.      Tumor, yaitu pembengkakan pada lokasi peradangan yaitu terjadi akibat peningkatan

perniabilitas kapiler sehingga protein-protein plasma dan eksudat masuk ke ruang

intersisum.

4.      Donor, yaitu terjadinya nyeri akibat peradangan syaraf karena pembengkakan dan

rangsangan ujung-ujung syaraf oleh mediator-mediator peradangan.

2.2 Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial merupakan masalah yang besar di setiap rumah sakit apalagi

dirumah sakit yang jumlah penderita yang dirawatnya banyak dengan jumlah

perawatannya yang masih terbatas. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan prinsif-

prinsif hygiene kurang mendapatkan perhatian. (Utji, 1993).

Infeksi nosokomial merupakan fokus penting pencegahan infeksi disemua negara.

Namun dinegara berkembang infeksi ini adalah penyebab utama penyakit dan kematian

yang dapat dicegah yang paling penting adalah:

1.      Infeksi saluran kencing, pneumona dan diare.

2.      Infeksi sesudah pembedahan atau prosedur medis infasif. Dan

3.      Infeksi maternal dan neonatal (Tietjen, 2004).

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita selama/oleh karena dia

dirawat dirumah sakit. Menurut Hasbullah (1993). Menyatakan bahwa infeksi pada

penderita baru bisa dinyatakan infeksi nosokomial bila memenuhi beberapa

keriteria/batasan tertentu:

1.      Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak terdapat tanda-tanda klinik dari

infeksi tersebut.

2.      Pada waktu penderita mulai dirawat dirumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari

infeksi tersebut.

3.      Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3X24 jam sejak

mulai perawatan.

4.      Infeksi tersebut bukan merupakan infeksi sebelumnya.

5.      Bila saat mulai dirawat dirumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan infeksi didapat

penderita ketika dirawat dirumah sakit untuk sama pada waktu lalu, serta belum

dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Manusia merupakan sumber infeksi dirumah sakit seperti pasien, petugas,

pengunjung dan mereka adalah dalam akut infeksi, dalam keadaan masa inkubasi, dalam

keadaan kolonisasi dan dalam keadaan kronik karier. Sumber lain mikroorganisme adalah

dari Flora andogenous pasien itu senditri dimana hal ini sangat sulit dikontrol dan

lingkungan yang tidak sehat, peralatan yang telah terkontaminasi, alat-alat kesehatan

obat-obatan. (Pandjaitan, 2006).

Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah

salmonella, clostridium tetani, streptococcus, E.koli, pseudomonas sp dan aspergillus sp

(Elvin, 2002). Infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain: lama

hari perawatan makin panjang, penderitaan bertambah, biaya meningkat (Suarni,1999).

Menurut Hasbullah (1993) ada dua faktor pendukung yang berhubungan dengan

infeksi nosokomial antara lain faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor indogen

meliputi umur, jenis kelamin dan penyakit penyerta. Faktor eksogen meliputi lama

penderita dirawat dirumah sakit, kelompok yang merawat penderita, lingkungan,

peralatan dan teknik medis yang dilakukan.

2.3 Pencegahan infeksi nosokomial

Usaha pencegahan selalu lebih baik dari pada pengobatan infeksi yang terjadi.

(Ramli, 1993). Pencegahan infeksi nosokomial merupakan suatu upaya peningkatan mutu

pelayanan rumah sakit kepada masyarakat yang dimaksud untuk menghindari terjadinya

infeksi selama pasien di rumah sakit (Anwar, 2005). Tietjen (2004) menyatakan bahwa

sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia, secara relatif

murah yaitu:

1.      Mentaati peraktek pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kesehatan dan

kebersihan tangan serta pemakaian sarung tangan.

2.      Memperhatikan dengan seksama peroses yang telah terbukti bermanfaat untuk

dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan

sterilisasi atau desinfeksi tngkat tinggi dan

3.      Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainnya dimana

kecelakaan diperlukan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering

terjadi.

Pencegahan standar merupakan suatu bentuk tindakan pencegahan terhadap infeksi

yang umum dilakukan oleh perawat dalam setiap melakukan tindakan keperawatan

kepada pasien. Pencegahan ini merupakan teknik mencuci tangan, menggunakan masker,

sarung tangan (hansdscun), pakaian khusus dan penggunaan benda tajam sekali pakai

(disposable) (Elvin, 2002).

Selain itu infeksi nosokomial dapat dicegah dengan memutuskan mata rantai

terjadinya infeksi nosokomial, yaitu dengan cara:

a.      Meningkatkan pengetahuan personil rumah sakit tentang infeksi nosokomial.

b.      Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resiko infeksi nosokomial bagi pasien

yang dirawatnya.

c.       Melakukan semua setandar prosedur kerja dengan benar dan sempurna.

d.      Identifikasi penyebab infeksi nosokomial.

e.      Pemberian pengobatan yang tepat dan rasional.

f.        Mengikut serta penderita dan keluarga dengan memberikan pengetahuan praktis tentang

infeksi nosokomial serta penyakit yang diderita oleh penderita.

g.      Memberikan petunjuk praktis pada pengunjung tentang hal-hal yang perlu

dijaga/dilakukan/dihindarkan pada waktu pengunjungan melalui papan pengumuman,

kertas petunjuk dipintu dan petugas informasi diruangan (Hasbullah, 1993).

Panjaitan (2006) dalam isolation precaution menulis tentang standar precaution yang

harus dilaksanakan untuk semua pasien yang masuk kerumah sakit yaitu:

2.3.1        Cuci Tangan

1.      Melakukan cuci tangan dengan menggunakan antiseptic pada cuci tangan procedural.

Melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun biasa pada cuci tangan rutin / sosial.

Pada kondisi tertentu cuci tangan dapat dilakukan dengan menggunakan “handrubs”

(menggosok tangan).

2.      Cucitangan dilakukan setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekresi dan

peralatan yang terkontaminasi, walaupun menggunakan sarung tangan. Segera setelang

melepas srung tangan. Jika kontak diantara satu pasien dengan pasien lainnya. Diantara

prosedur berbeda pada pasien yang sama. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

Sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Setelah tiba dirumah sakit dan sebelum

meninggalkan rumah sakit.

2.3.2        Sarung Tangan

1.      Memakai sarung tangn bersih pada saat menyentuh darah, cairan tubuh dan peralatan

yang terkontaminasi dan saat menangani peralatan yang habis dipakai.

2.      Ganti sarung tangan diantara prosedur pada pasien yang sama.

3.      Melepaskan sarung tangan segera setelah dipakai, sebelum menyentuh peralatan atau

permukaan lingkungan yang tidak terkontaminasi dan sebelum kepasien berikutnya.

2.3.3        Masker, Pelindung Mata dan Wajah

1.      Memakai masker selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang

memungkinkan terkena percikan darah atau cairan tubuh pasien.

2.      Melepaskan masker setelah dipakai dan segera mencuci tangan.

2.3.4        Gaun/ Apron

1.      Memakai gaun selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang memungkinkan

terkena percikan darah atau cairan tubuh pasien.

2.      Segera melepaskan gaun dan mencuci tangan untuk mencegah berpindahnya

mikroorganisme ke pasien dan lingkungan.

2.3.5        Peralatan Perawatan Pasien

1.      Segera melakukan dekontaminasi peralatan yang dipakai setelah dibersihkan dahulu dari

noda darah atau cairan tubuh pasien.

2.      Membersihkan dan memperoses kembali peralatan yang dipakai ulang sesuai prosedur

pembuangan limbah.

2.3.6        Pengendalian Lingkunagn

1.      Tidak melakukan “pogging” untuk tujuan menurunkan rate infeksi nosokomial

pengendalian lingkungan.

2.      Melakukan pembersihan dengan cairan desinfektan setiap hari atau bila perlu pada semua

permukaan lingkungan seperti meja pasien, meja petugas, tempat tidur, tempat tidur

pasien, standar infus, pegangan pintu.

3.      Membersihkan dan mengepel dengan cairan desinfektan dua kali sehari bila perlu.

4.      Membatasi jumlah pengunjung pada waktu bersamaan.

5.      Membatasi jumlah peronil pada waktu yang sama di rung perawatan.

2.3.7        Linen

1.      Memisahkan linen ternoda darah atau cairan tubuh dengan linen kotoran tanpa noda.

2.      Memisahkan linen kotoran pasien terinfeksi dengan pasien non infeksi.

3.      Tidak meletakkan linen dilantai dengan mengibas-ngibaskan linen.

2.3.8        Pengamanan Limbah

Pemisahan limbah sesuai jenisnya diawali sejak limbah tersebut dihasilkan.

1.      Limbah padat terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dibuang ketempat sampah

kantong plastik kuning.

2.      Limbah padat tidak terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dibuang ketempat sampah

kantong plastik hitam.

3.      Limbah benda tajam atau jarum dibuang ke kontainer yang berwarna kuning tahan tusuk

dan tahan air (save cup).

2.3.9        Kesehatan Karyawan dan Darah Yang Terinfeksi Pathogen

Untuk mencegah luka tusuk benda tajam:

1.      Berhati-hati saat menangani jarum, scapel, instrument yang tajam atau alat kesehatan

lainnya dengan permukaan tajam.

2.      Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau memanipulasikannya dengan

dua tangan.

3.      Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan jarum.

4.    Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakei kedalam wadah yang tahan tusuk dan air,

dan tempatkan pada area yang mudah dijangkau dari area tindakan.

5.      Gunakan mouthpleces, resussitasi bags atau peralatan ventilasi lain sebagai alternatif

mulut ke mulut.

 

2.3.10    Penetapan Pasien

1.      Tempatkan pasien yang dapat menkontaminasi lingkungan atau yang tidak dapat

memelihara kebersihan lingkungan diruang tersendiri, jika ruang sendiri tidak ada

konsultasi dengan petugas pengendalian infeksi mengenai penempatan pasien tersebut

untuk mencari alternatif.

Menurut Wirdjoatmodjo (1991), ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam upaya

pencegahan infeksi nosokomial yaitu pengetahuan yang luas, perubahan sikap dan cara

kerja petugas di lingkungan rumah sakit. Sementara M. Manulang mennyimpulan bahwa

ada beberapa faktor yang mempengaruhi dorongan kerja seseorang, yaitu faktor internal

termasuk umur, pendidikan, setatus perkawinan, lama kerja, setatus kepegawaian dan

jenis kelamin. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah gaji, kondisi kerja,

penghargaan, hubungan kerja dan pekerjaan itu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis

hanya hanya meneliti empat hal yang berhubungan dengan infeksi nosokomial yaitu:

pengetahuan, sikap, pendidikan dan masa kerja.

2.4      Pengetahuan

Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan pernjamu rentan yang

terjadi melaluai kode tranmisi kuman yang tertentu. Cara transmisi mikroorganisme dapat

terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan dengan kontak langsung.

Dirumah sakit dan sarana lainnya, infeksi dapat terjadi antara pasien, dari pasien ke

petugas, dari petugas ke petugas,dari petugas ke pasien dan antara petugas. Dengan

bebekal pengetahuan penjamu, serta cara tranmisi atau penularan infeksi, dan dengan

kemampuan memutuskan interaksi antar mikroorganisme dan penjamu, maka segala

infeksi dapat dicegah. (Suwarni, 2001).

Di rumah sakit juga banyak dilakukan tindakan yang mengandung resiko terjadinya

infeksi nosokomial, seperti : operasi, tindakan invasik, katerisasi IV, katerisasi saluran

kemih, atau endoskopi: dan pemeriksaan bahan-bahan infeksius tanpa adanya

pengetahuan yang memadai, maka infeksi nosokomial sangat rentan terjadi, ditambah

lagi dengan kondisi pasien dengan daya tahan tubuh rendah (Sitorus,2006).

Dokter dan personil paramedis terutama perawat merupakan sumber infeksi yang

pentinng dalam terjadinya infeksi nosokomial. Perlu di perhatikan kesehatan dan

kebersihannya. Pengetahuan tentang septik dan aseptik, dan keterampilan dalam

menerapkan teknik perawat (Hasbullah 1993).

Seseorang peneliti profesional yang telah dibekali dengan pengetahuan dan

keterampilan klinis yang memadai akan mampu mengorganisasi dan menyesuaikan

antara pekerjaan yang akan dilaksnakan, sarana yang tersedia dan kemampuan tenaga

paramedisnya. Pasien mengharapkan paramedis mempunyai pengetahuan yang memadai

tentang kondisi penyakitnya. Sehingga paramedis mampu mengatasi setiap keluhan yang

dialami individual pasien (Nurrachmah, 2001). Notoadmodjo (2003), juga

mengemukakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003).

2.5      Sikap

Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis maupun tingkatnya, pada dasarnya

adalah pendidikan kesehatan (health education). Ditengah-tengah masyarakat petugas

kesehatan menjadi tokoh panutan dibidang kesehatan. Untuk itu petugas kesehatan harus

mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, yaitu sikap dan

perilaku yang positif yang merupakan pendorong atau penguat perilaku sehat

(Notoadmodjo, 2003).

Roeshadi (1993), menyatakan bahwa keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial

bukanlah ketentuan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh

kesempurnaan sikap dan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita

secara benar (The proper nursing care).

Menurut Kamal (2001), sikap dibedakan atas:

1.      Sikap positif : sikap yang menunjukkan atau yang memperlihatkan menerima, mengakui,

menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana indipidu itu berbeda.

2.      Sikap negatif : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak

menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu berbeda.

Seseorang mempunyai sikap aktif selalu berusaha untuk hidup dengan lebih baik,

akan tetapi seseorang yang sifatnya apatis akan menerima apa adanya dan tidak

mempunyai pilihan dan pertimbangan, sikaf seperti itu sangat rendah motifasinya untuk

berkembang dan ingin maju (Sitorus,2006).

Asuhan keperawatan yang bermutu seyogya diberikan oleh paramedis yang

mempunyai kemampuan serta memperlihatkan sikap “caring” dan keperian yang sesuai

dengan tuntunan profesi keperawatan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan

dan niat baik. Perilaku caring menolong meningkatkan perubahan positif dalam aspek

fisik, psikologis spiritual dan sosial (Sitorus,2006).

Caring di defenisikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk memberikan asuhan

fisik dan perhatian emosional sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan pasien.

Mereka menghargai paramedis sebagai seseorang yang mempunyai kualitas diri, sikap,

cara dan kepribadian yang sepesifik serta selalu berada dengan pasien dan bersedia setiap

saat menolong mereka (Nurrachmah, 2001)

2.6 Tindakan

Tindakan pencegahan infeksi nosokomial terutama dilakukan di rumah sakit, hal ini

dilakukan karena bakteri nosokomial paling banyak berasal dari rumah sakit. Beberapa

prosedur pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit adalah

2.6.1        Mencuci tangan

Mencuci tangan ini adalah pencegahan utama terjadinya infeksi nosokomial.

Dengan mencuci tangan diharapkan virus dan bakteri dapat dimatikan yang ada ditangan

dapat dimatikan, sebab kontak tangan merupakan metode penyebaran virus paling umum.

Tangan juga merupakan anggota badan perawat atau dokter yang paling sering

bersentuhan dengan pasien.

2.6.2        Sarung Tangan

Sarung Tangan pada kasus tertentu penggunaan sarung tangan merupakan standar

wajib untuk beberapa tindakan medis. Penggunaan sarung tangan tidak berarti

menggantikan cuci tangan karena sarung tangan mungkin saja memiliki pori-pori kecil

yang memungkinkan bakteri masuk ke tangan sehingga cuci tangan tetap harus dilakukan

setelah tindakan.

2.6.3        Clemek atau seragam

Clemek atau seragam penggunaan clemek atau seragam dimaksudkan untuk

meminimalisasi kemungkinan bersentuhan dengan pasien.

2.6.4        Sanitasi

Sanitasi pengelolaan lingkungan dan tata letak rumah sakit yang baik juga

merupakan upaya pencegahan penyebaran infeksi nosokomial. Beberapa bakteri

penyebab penyakit memang dapat bertahan di alam bebas dalam jangka waktu yang lama,

bahkan beberapa bakteri mampu “hibernasi” hingga puluhan tahun. Bakteri seperti ini

mungkin saja menempel di lantai rumah sakit, gagang pintu atau ranjang pasien, oleh

karena itu diperlukan prosedur sanitasi yang baik untuk meminimalisasi kemungkinan ini.

2.6.5        Sterilisasi

Sterilisasi dilakukan untuk mencegah bakteri, jamur atau virus menyebar melalui

alat.

2.6.6        Penggunaan alat yang tepat

Penggunaan alat yang tepat beberapa bahan dikenal mampu membunuh bakteri,

oleh karena itu untuk alat-alat tertentu sebaiknya digunakan alat dari bahan yang tepat.

Salah satu bahan yang dikenal dapat membunuh bakteri adalah tembaga yang dikenal

dapat membunuh bakteri E. Coli.

2.6.7        Penetapan SOP

Penetapan SOP di rumah sakit untuk mengurangi kelalaian petugas medis

(Polobye, 2011)

2.7 Masa Kerja

Masa kerja adalah semua perhitungan jumlah tahun lama kerja yang dapat

menambah pengetahuan dan pengalaman agar lebih terampil dalam berkerja. Semakin

lama seseorang bekerja disuatu tempat, maka semakin banyak pengalaman dan

pengetahuan yang dia dapat dibagian tempat ia bekerja tersebut. Pengetahuan ini akan

semakin bertambah dan terasa bila seseorang bekerja dibagian yang sesuai dengan latar

belakang pendidikan nya. Begitu juga bila seseorang perawat sudah terbiasa bekerja

diruang bedah, seiring berjalannya waktu maka kemampuan profesionalnya dalam

merawat pasien juga bertambah sehingga berbagai infeksi terutama infeksi nosokomial

akan dapat dihindari atau diminimkan (Wirjoatmodjo, 1991).

 

2.8 konsep pemikiran

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh M. Manullang (1991) tentang faktor-faktor

internal dan faktor-faktor eksternal dan menurut Thamrin Hasbullah (1993) tentang

faktor-faktor endogen dan eksogen dan menurut Wirjoatmodjo dan Wahjono (1991)

tentang pengetahuan, sikap dan tindakan maka konsep pemikiraan dapat digambarkan

sebagai berikut:

BAB III

KERANGKA KONSEPSIONSL

3.1    Konsep Pemikiran

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Wirjoadmodjo dan

Wahyono (1991) Thamrin Hasbullah (1993) dan Sitorus (2006), maka

konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independent

Variabel Devenden

1.      Variabel Independen

Yang termasuk variabel indevendent (variabel bebas) adalah

pengetahuan, sikap, tindakan dan masa kerja.

2.      Variabel Dependen

Yang termasuk Variabel Dependen (variabel terikat) adalah

pencegahan infeksi nosokomial.

3.2        Definisi Oprasional

No

VariabelDefinisi

OperasionalCara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

DEPENDEN1 Pencegah

an Infeksi Nosokomial

Perbuatan yang dilakukan oleh respondent dalam pencegahan infeksi nosokomial diruang bedah yang meliputi, mencuci tangan memakai hanscun, menggunakan alat yang steril, menutup luka dan membatasi pengunjung dalam ruangan

Wawancara

Kuesoner

-  Baik

-  Sedang

-  Kurang

Ordinal

INDEPENDEN2 Pengetahu

anPemahaman responden tentang infeksi nosokomial yang meliputi definisi, penyebab, tanda-tanda, dampak, sumber dan pencegahannya

Wawancara

Kuesoner

-  Baik

-  Sedang

-  Kurang

Ordinal

3 Sikap Kecendrungan memberi pendapat atau tanggapan oleh responden terhadap infeksi nosokomial

Wawancara

Kuesoner

-  Positife

-  Negatif Ordina

l

4 Tindakan Tindakan pencegahan infeksi nosokomial terutama dilakukan di rumah sakit, hal ini dilakukan karena bakteri nosokomial paling banyak berasal dari rumah sakit.

Wawancara

Kuesoner

-  Ya

-  Tidak Ordina

l

5 Masa Lamanya Wawanca Kueson

-  Lama Ordina

Kerja responden bekerja diruangan bedah RSIA Banda Aceh

ra er -  Baru l

 3.3        Cara Pengukuran Variable

1.      Pengetahuan

Baik : Apabila diperoleh skor > 75% dari total skor

Sedang : Apabila diperoleh skor 51% - 75% dari total skor

Kurang : Apabila diperoleh skor ≤ 50% dari total skor

2.      Sikap

Positif : Jika responden menjawab seluruh pertanyaan

dengan benar > 50%

Naegatif : Jika responden menjawab seluruh pertanyaan

dengan benar ≤ 50%

3.      Tindakan

Ya : Jika responden menjawab seluruh pertanyaan dengan

benar > 50%

Tidak : Jika responden menjawab seluruh pertanyaan dengan

benar ≤ 50%

4.      Masa Kerja

Lama : Jika masa kerja responden di ruang bedah ≥ 2 tahun

Baru : Jika masa kerja responden di ruang bedah < 2 tahun

5.      Pencegahan Infeksi Nosokomial

Baik : Jika responden menjawab seluruh pertanyaan

dengan benar > 50%

Kurang Baik : Jika responden menjawab pertanyaan responden

dengan benar ≤ 50%.

BABIV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross

sectional dimana penulis ingin mengetahui faktor-faktoar yang

berhubungan dengan pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat di

ruang rawat inap bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun

2012.

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan diruang rawat inap Rumah Sakit

Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2012.

4.3 Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan januari 2012

4.4 Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat diruang

rawat inap bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dengan

jumlah 30

2. Sampel

Sampel adalah total populasi yaitu seluruh populasi dijadikan

sampel penelitian sebanyak 30 responden.

4.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan

instrument dalam bentuk kuesioner.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari catatan Rumah Sakit dan literatur-

literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.6 Pengelolaan Data

Pengelolaan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.      Editing

Yaitu mengkoreksi kembali kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau

pengambilan data.

2.      Coding

Yaitu memberikan tanda atas hasil penelitian yang dikumpulkan dan

diberi kode untuk memudahkan dalam mengelompokkan data.

3.      Tabulating

Yaitu penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

4.7 Analisa Data

Dalam menganalisa data pada penelitian ini digunakan analisa

univariat sesuai dengan penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu hasil

pengolahan data dibuat dalam bentuk distribusi frekuensi

menggunakan rumus persentasi mean, median dan modus.

4.8 Penyajian Data

Dalam penelitian ini data yang disajikan adalah dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang yang meliputi jumlah dan

persentase dari hasil pengolahan data.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Sufyan Faktor-Faktor Yang Mempangaruhi Infeksi Nosokomial Luka Operasi Oleh Para Medis Di UPF Redah RSUD Cut Nyak Dien Meulaboh, Skripsi FKM Unmuha Banda Aceh, (2005).

Depkes RI, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, jakata; (2004).

Elvin s.d, Kemampuan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Pada Pasien Dengan Perawat Luka Post Operasi Di Ruang Rawat Inap Bedah BPK RSU Dr. Zainoel Abidin. Skripsi. PSIK FK Unsyiah Banda Aceh; (2002).

Hasbullah, Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta; (1993).

Kamal, Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Para Medis Di Ruang SMF Bedah RSU Zainoel Abidin Banda Aceh Terhadap Infeksi Nosokomial Pada Pasien Post Operasi. Skripsi FKM Unmuha Banda Aceh; (2001).

Myrnawati, Epidemiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, Jakarta; (2000).

Noor, NN, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta; Rineke Cipta; (2000).

Notoadmojo, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta; Rineke Cipta; (2003).

, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta; Rineke Cipta; (2003).

Nurraehmah, Asuhan Keperawatan Bermutu Di Rumah Sakit, Jakarta; PDPERSI; (2001).

Panjaitan, Isolation Precaution, jakarta; (2006).

Ramli, Jenis Infeksi Nosokomial Pada Pasien Kangker, Bagian Ilmu Bedah FKU, RSCM, Vo 183 : 13-17. (1993).

Roeshadi, Peran Perawat Dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial, Bandung; Cermin Dunia Kedokteran Etc; (2006).

Repoblika, Infeksi Nosokomial Dan Staphilococcus Epidermis, Http//Www.Repoblika.Co.Id (13 Juli 2004)

Satorus, Model Praktek Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit, Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran Etc; (2006).

Suarni, Infeksi Nosokomial, jakarta; (2001).

Polobye, Pencegahan Infeksi Nosokomial. Html http://polobye.blogspot.com/2011/ 09/ Diaksespda tanggal, 30 November 2011 01:31 

KUESIONER PENELITIANFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAIAL OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) BANDA ACEH TAHUN

2012

1.      DATA UMUM

A.      Nama Responden :

B.      Umur :

C.      Jenis Kelamin :

D.     Masa Kerja di Ruang Bedah :

2.      DATA KHUSUS

A.     Pengetahuan Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial

1.      Apakah infeksi nosokomial itu?

a.      Infeksi yang terjadi setelah 71 jam dirawat dirumah sakit

b.      Infeksi didapat selama di rumah sakit

c.       Infeksi terjadi setelah 24 jam di rawat di rumah sakit

2.      Menurut anda apa penyebab infeksi nosokomial?

a.      Kuman / Mikroorganisme

b.      Tidak memperhatikan tehnik aseptik dan anti septik

c.       Hygiene dan lingkungan yang baik

3.      Apakah tanda-tanda infeksi nosokomial?

a.      Merah, bengkak, panas dan nyeri

b.      Nyeri dan bengkak

c.       Pendarahan

4.      Apakah akibat terjadinya infeksi nosokomial pada pasien?

a.      Peningkatan angka kesakitan, biaya perawatan dan

penambahan hari perawatan

b.      Kekurang puasan pasien terhadap pelayanan kesehatan

c.       Peningkatan mutu pelayanan kesehatan

5.      Dari mana sumber terjadinya infeksi nosokomial?

a.      Lingkungan tidak baik, alat-alat instrumen yang tidak steril,

banyaknya tamu dan perilaku petugas

b.      Tidak memakai antibiotik

c.       Dengan menggunakan tehnik aseptik dan antiseftik

B.      Sikap Terhadap Pencegahan Nosokomial

Keterangan :S : Setuju TS : Tidak

Setuju 

No Pertanyaan S TS1 Rumah sakit merupakan tempat dimana

penularan penyakit bisa terjadi bagi orang-orang yang berada di lingkungannya

2 Keluarga pasien bukan merupakan salah satu pihak yang beresiko terhadap infeksi di rumah sakit dan menjadi penyebab terjadinya infeksi di rumah sakit

3 Berlama-lama ketika berkunjung di rumah sakit merupakan salah satu faktor resiko terjadinya infeksi di rumah sakit

4 Pengunjung atau penunggu pasien seharusnya bekerjasama dengan pihak rumah sakit dalam menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit

5 Mengunjungi dan menunggu pasien lebih dari dua orang tidak beresiko menyebabkan infeksi di rumah sakit

6 Anak-anak di bawah usia 12 tahun boleh berkunjung ke rumah sakit dan tidak beresiko terkena infeksi di rumah sakit

7 Ketika kondisi tubuh sedang tidak sehat (batuk, flu, dll) keluarga pasien sebaiknya tidak berkunjung maupun menunggu pasien di rumah sakit

8 Menggunakan peralatan makan yang sama dengan pasien

9 Tidak perlu mencuci tangan setelah kontak dengan pasien dan lingkungan rumah sakit

10

Tidak tidur dan menginap dalam ruang perawatan pasien

 

C.      Tindakan Terhadap Pencegahan Nosokomial

Keterangan : Y : Ya T : Tidak 

N Pertanyaan dan Observasi Y T

o1 Apakah Bapak/ Ibu mencuci tangan sebelum

kontak dengan pasien dan lingkungan rumah sakit?

2 Apakah Bapak/ Ibu mencuci tangan setelah kontak dengan pasien dan lingkungan rumah sakit?

3 Apakah Bapak/ Ibu duduk atau beristirahat di tempat tidur pasien?

4 Apakah Bapak/ Ibu menggunakan peralatan makan dan yang sama dengan pasien?

5 Apakah Bapak/ Ibu menggunakan peralatan mandi yang sama dengan pasien?

6 Apakah Bapak/ Ibu membuang sampah pada tempat-tempat yang sudah disediakan?

7 Apakah Bapak/ Ibu tidur dan menginap dalam ruang perawatan pasien?

8 Apakah Bapak/ Ibu membawa anak di bawah usia 12 tahun ketika berkunjung ke rumah sakit?

9 Apakah Bapak/ Ibu menjenguk pasien ketika kondisi tubuh sedang tidak sehat, misalnya ketika batuk, flu, dll?

10

Apakah Bapak/ Ibu berlama-lama ketika berkunjung ke rumah sakit?

D.     Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Ruang Bedah

1.      Apa yang saudara lakukan sebelum merawat luka pasien?

a.      Melakukan cuci tangan memakai Handscun

b.      Mencuci tangan

c.       Tdak memakai Handscun

2.      Apakah anda selalau mencuci tangan atau memakai sarung tangan

saat akan kontak dengan pasien?

a.      Ya

b.      Kadang-kadang

c.       Tidak pernah

3.      Alat bagaimana yang biasa anda gunakan saat merawat luka?

a.      Pinset yang steril

b.      Pinset yang sudah di cuci dan dikeringkan

c.       Pinset yang dipakai bergantian dengan pasien yang lain

4.      Apakah yang anda lakukan terhadap pinset yang sudah digunakan

untuk membersihkan luka?

a.      Mensterilkan dan meletakkan ditempat yang steril

b.      Mencuci dengan air yang mengalir dan mengeringkannya

c.       Membiarkan saja

5.      Apa yang anda lakukan jika tangan anda terpecik darah atau cairan

lain tubuh pasien?

a.      Menutup dengan kasa betadin yang kering dan steril

b.      Menutup dengan kasa steril

c.       Dibiarkan saja tanpa ditutup

 

TABEL SCOR

NO

VARIABEL

NO. URUT PERTANY

AAN

JAWABAN/SCOR

RENTANG

a b cVariabel Dependen

1 Pencegahan Infeksi Nosokomial

1 3 2 1 (5-15)-    Baik > 75% (12-

15)-    Sedang 51-75%

(9-11)-    Kurang < 50% (5-

10)

2 3 2 13 3 2 14 3 2 15 3 2 1

Variabel Independen1 Pengetahu

an1 3 2 1 (5-15)

-    Baik > 75% (12-15)

-    Sedang 51-75% (9-11)

-    Kurang < 50% (5-10)

2 3 2 13 3 2 14 3 2 15 3 2 1

2 Sikap 1 3 2 -(10-30)

Median 20

-          Positif ≥ 20-          Negatif < 20

2 3 2 -3 3 2 -4 3 2 -5 3 2 -6 3 2 -7 3 2 -8 3 2 -9 3 2 -10 3 2 -

3 Tindakan 1 3 2 -(10+30)

Median 20

-          Baik ≥ 20-          Kurang Baik <

20

2 3 2 -2 3 2 -3 3 2 -4 3 2 -5 3 2 -6 3 2 -7 3 2 -8 3 2 -9 3 2 -10 3 2 -