27
BLOK MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3 “NYERI DI PANGGUL KARENA JATUH” Kelompok A – 9 Ketua : Kekar Yogantoro (110 2011 135) Sekertaris : Amalia Fatmasari (110 2011 022) Anggota : M. Rinaldy (110 2008 157) Ardi Yudha (110 2011 040) Arisya Hanifa (110 2011 045) Astri Yuniarsih (110 2011 048) Candra Dewi (110 2011 064) Cindikia Ayu S (110 2011 065) Kaisa Lana Afida (110 2011 133) M. Yudha (110 2011 149) Fraktur Collum Femoris Page 1

Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tfjdf

Citation preview

Page 1: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

BLOK MUSKULOSKELETALSKENARIO 3

“NYERI DI PANGGUL KARENA JATUH”

Kelompok A – 9

Ketua : Kekar Yogantoro (110 2011 135)Sekertaris : Amalia Fatmasari (110 2011 022)Anggota : M. Rinaldy (110 2008 157)

Ardi Yudha (110 2011 040) Arisya Hanifa (110 2011 045) Astri Yuniarsih (110 2011 048) Candra Dewi (110 2011 064) Cindikia Ayu S (110 2011 065) Kaisa Lana Afida (110 2011 133)M. Yudha (110 2011 149)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIJAKARTA2012/2013

Fraktur Collum Femoris Page 1

Page 2: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

Skenario 3

NYERI DIPANGGUL KARENA JATUHSeorang perempuan berumur 67 tahun dibawa ke UGD Rumah Sakit karena nyeri pada daerah pinggul kanannya setelah jatuh di kamar mandi sehari yang lalu. Pinggul kanan pasien terbentur lantai kamar mandi. Pasien tidak mampu berdiri karena rasa nyeri yang sangat pada pinggul kanannya tersebut. Tidak didapatkan pingsan, mual, maupun muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat, merintih kesakitan, compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 104x/menit, frekwensi napas 24x/menit. Terdapat hematom pada sendi koksae kanan, posisi tungkai atas kanan sedikit fleksi, abduksi, dan eksorotasi. Krepitasi tulang dan nyeri tekan ditemukan, begitu juga pemendekan ekstremitas. Gerakan terbatas karena nyeri. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur kolum femur terututup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi.

Fraktur Collum Femoris Page 2

Page 3: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

Sasaran Belajar

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Articulatio CoxaeLO.1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro Articulatio Coxae

1.2 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikro Articulatio Coxae 1.3 Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi Articulatio Coxae 1.4 Memahami dan Menjelaskan Vaskularisasi Articulatio Coxae 1.5 Memahami dan Menjelaskan Persyarafan Articulatio Coxae

LI.2. Memahami dan Menjelaskan FrakturLO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur

2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur 2.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur 2.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinik Fraktur 2.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Fraktur 2.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur 2.7 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur 2.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur 2.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Fraktur

LI.3. Memahami dan Menjelaskan FrakturLO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur Collum Femoris

3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur Collum Femoris 3.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur Collum Femoris 3.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinik Fraktur Collum Femoris 3.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Collum Femoris 3.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur Collum Femoris 3.7 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur Collum Femoris 3.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur Collum Femoris 3.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Fraktur Collum Femoris

Fraktur Collum Femoris Page 3

Page 4: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Articulatio CoxaeLO.1.1 Anatomi Makro Articulatio Coxae

Gambar 1.a Hip Joint

Tulang : antara caput femoris dan acetabulumJenis Sendi : enarthrosis spheroideaPenguat Sendi : terdapat tulang rawan pada fascies lunata

Kelenjar Havers terdapat pada acetabula :Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan articulation coxae tetap extensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak. Ligamentum ischiofemorale berfungsi mencegah rotasi interna. Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, akstensi dan rotasi eksterna. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transvesum acetabuli dan Ligamentum capitis femoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikatfibrosa. Capsula articularis berjalan dari pinggir acetabulum os. coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat pada lineaintrochanterica bagian depan dan meliputi pertengahan bagian posterior columfemoris kira-kira sebesar jari di atas crista introchanterica.

Fraktur Collum Femoris Page 4

Page 5: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

             Gambar 1.b Collum Femoris

                                                                    Gambar 1.c coxae dan fossa acetabuliCapsula articularis : membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica. (Syamsir,Dr 2011)

LO.1.2 Anatomi Mikro Articulatio CoxaeCaput femut secara keseluruhan ditutupi oleh cartilago hyaline kecuali fovea

capitis. Articulatio ini dibungkus oleh oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa.

Gambar 1.d Hyaline Cartilago

Fraktur Collum Femoris Page 5

Page 6: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

Tulang rawan hyaline berwarna semi-transparan dan tampak putih-kebiruan. Sifatnya sangat kuat, tetapi sangat fleksibel dan elastis. Tulang rawan hyaline terdiri dari sel hidup, kondrosit, yang terletak berjauhan di ruang berisi cairan. Tulang rawan hyaline terdapat di trakea, laring, ujung hidung, dalam hubungan antara tulang rusuk dan tulang dada dan juga ujung tulang di mana mereka membentuk sendi.

(http://www.botany.uwc.ac.za/sci_ed/grade10/mammal/cart.htm)

Pembentukan tulang :1. Osifikasi Endikondral

Proses osifikasi endokondral dimulai dengan ujung pada jaringan kartilago yang disebut sebagai “pusat osifikasi primer” yang terlihat sejak perkembangan periode fetal, walau beberapa tulang pendek memulai proses osifikasi setelah kelahiran. Proses osifikasi kedua terjadi setelah lahir dan membentuk epipisis dari tulang panjang dan tulang ekstremitas dari tulang iregular dan pipih. Baik diapisis maupun epipisis dari tulang panjang dipisahkan oleh bagian akrtilago (lempeng epipiseal). Saat anak sampai pada maturitas skeletal (usia 18 hingga 25 tahun), seluruh jaringan kartilago digantikkan dengan tulang, dengan jalan menyatukan diapisis dan epipisis2. Osifikasi Endodermal

osifikasi intra membran berasal dari mesenkim yang merupakan cikal bakal dari tulang pada proses perkembangan hewan vertebrata terdapat tiga lapisan lembaga yaitu ektoderm, medoderm, dan endoderm. mesenkim merupakan bagian dari lapisan mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi jaringan ikat dan darah. Tulang tengkorak berasal langsung dari sel-sel mesenkim melalui proses osifikasi intramembran.

Gambar 1.e osifikasi(http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/proses-pembentukan-pertumbuhan-tulang.html)

Remodeling Tulang.Remodeling tulang (peremajaan tulang) adalah sebuah proses seumur hidup di

mana sel-sel tulang tua dihapus dari tulang dan diganti dengan sel-sel tulang baru. Ada dua tahap, resorpsi dan pembentukan, yang perlu keseimbangan hati-hati untuk menjaga kekuatan tulang. Dengan menopause, resorpsi tulang lebih besar dari pembentukan tulang, aktivitas osteoblast tidak dapat bersaing dengan aktivitas osteoklas, dan wanita mulai kehilangan tulangnya lebih cepat.

Fraktur Collum Femoris Page 6

Page 7: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

1. Resorpsi tulang : tahap pertama dari proses remodeling tulang di mana tulang dipecah. Osteoklas menempel pada permukaan tulang dan mengikisnya, menciptakan rongga kecil di permukaan tulang.

2. Pembentukan tulang (bone formation) adalah tahap kedua dari proses remodeling tulang di mana tulang baru terbentuk. Osteoblas mengisi rongga dan terowongan (yang dibuat oleh osteoklas) dengan tulang baru sampai permukaan tulang dipulihkan.

(www.kamuskesehatan.com)Sel-sel pada tulang adalah : 1. Osteoblast : yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast

ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.

2. Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang.

3. Osteoklas : sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag. 1. Sel osteoprogenitor : merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan

osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang.

2. Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat.

Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain : 1. Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang. 2. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang. 3. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi. 4. Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.

Jenis Jaringan Tulang Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu : 1. Tulang muda/tulang primer 2. Tulang dewasa/tulang sekunder

Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara teratur.

LO.1.3 Kinesiologi Articulatio CoxaeGerak sendi :1. Fleksi : M. Illiopsoas, M. Pectinus, M. rectus femoris, M. adductor longus, M.

adductor brevis, M. adductor magnus pars anterior tensor fascia lata

Fraktur Collum Femoris Page 7

Page 8: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

2. Ekstensi : M. gluteus maximus, M. semitendinosis, M. semimembranosus, M. biceps femoris caput longum, M.abductor magnus pars posterior

3. Abduksi : M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. piriformis, M. Sartorius, M. tensor fasciae latae

4. Adduksi : M. adductor magnus, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. gracilis, M. pectineus, M. obturator externus, M. quadratus femoris

5. Rotasi Medialis : M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. tensor fasciae latae, M. adductor magnus (pars posterior)

6. Rotasi lateralis : M. piriformis, M. obturator internus, Mm gamelli, M. obturator externus, M. quadratus femoris, M. gluteus maximus, dan Mmm adductors

(Syamsir, Dr)

LO.1.4 Vaskularisasi Articulatio CoxaeAliran darah pada proksimal femur dibagi menjadi 3 kelompok utama, yaitu:a. Cincin arteri Ekstracapsuler yang berada pada dasar collum femoris. Terdiri dari

arteri circumleksa femoral medialis dan arteri circumfleksa femoral lateralis yang menjalar secara anterio maupun posterior.

b. Percabangan dari cincin arteri ascenden menjalar ke atas yang berada pada permukaan collum femoris sepanjang linea intertrochanterica.

c. Arteri pada Ligamentum teres dan pembuluh darah metafisial inferior bergabung membentuk pembuluh darah epifisial. Sehingga terbentuknya pembuluh cincin kedua sebagai pemasok darah pada caput femoris

(Canale, 1998)

Gambar 2.a. Vaskularisasi collum femoris

LO.1.5 Persyarafan Articulatio CoxaeN. fermoralis, N. obturatorius, N. ischiadicus, dan nervus untuk m. quadratus femoris

LI.2. Memahami dan Menjelaskan FrakturLO.2.1 Definisi Fraktur

Fraktur Collum Femoris Page 8

Page 9: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

Fraktur adalah patahan dari kontinuitas dari suatu struktur tulang. Patahan mungkin tidak lebih dari sekedar retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks.

LO.2.2 Etiologi Fraktur1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat itu2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur

berjauhan3. Proses penyakit: kanker dan riketsia4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan

fraktur kompresi tulang belakan5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat

menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani)

LO.2.3 Klasifikasi Fraktur1. Berdasarkan garis fraktur

a. Fraktur komplit    Garis patanya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulangb. Fraktur inkomplit    Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang.c. Greenstick fracture : bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya

sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling kebentuk normal

2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasia. Fraktur comminute : banyak fraktur/fragmen kecil tulang yang terlepasb. Fraktur segmental : bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu

ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah

c. Fraktur multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra.

3. Fraktur menurut posisi fragmena. Fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi kedua fragmen

tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.b. Fraktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang

disebut juga dislokasi fragmen.4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar

a. Fraktur terbuka (open fracture/compoun frakture)a.1. Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang

menonjol sampai menembus kulit.a.2. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keperahan:

- Derajat I: robekan kulit kurang dari 2 cm dengan kerusakan kulit/jaringan minimal.

- Derajat II: luka lebih dari 2 cm, kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, fraktur merobek kulit dan otot.

- Derajat III: kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan jaringan otot, saraf dan tendon, kontaminasi sangat besar dan harus segera diatasi

b. Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture)

Fraktur Collum Femoris Page 9

Page 10: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

Frakture tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran tulang yang keluar dari kulit.

5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme traumaa. Fraktur transversal (melintang), trauma langsung

Garis fraktur tegak lurud, segmen tulang yang patah direposisi/direduksi kembali ketempat semula, segmen akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

b. Fraktur oblique ; trauma angulasiFraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

c. Fraktur spiral ; trauma rotasiFraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

d. Fraktur kompresi ; trauma axial flexi pada tulang spongiosaFraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada diantaranya seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.

e. Fraktur avulsi ; taruma akibat tarikan (fraktur patela)Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau ligamen.

6. Fraktur patologiTerjadi pada daerah yang menjadi lemah oleh karena tumor atau prose patologik lainnya.

Gambar 2.b Jenis Fraktur

LO.2.4. Manifestasi Klinik Fraktur1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang   diimobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi  normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.

3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah  tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm

Fraktur Collum Femoris Page 10

Page 11: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

LO.3.5. Patofisiologi Fraktur1. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk

menahan tekanan.2. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,

maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang

3. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.

4. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.

5. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. 6. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang

ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.

7. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya

(http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=63:fraktur&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66)

LO.2.6. Diagnosis FrakturMeskipun diagnosis fraktur relative jelas, namun kita harus tetap teliti melihat

apakah ada lesi pada jaringan yang ada di sekitar fraktur, luka visceral, dislokasi, bahkan fraktur kedua atau sekunder.1. Riwayat Pasien

Riwayat pernah jatuh, terkilir, pukulan langsung yang sangat keras, kecelakaan. Gejala yang umum pada fraktur adalah rasa sakit pada daerah tertentu, yang terlihat dari pergerakan pasien yang tidak biasa, dan penurunan fungsi daerah bersangkutan. Pasien terkadang merasa mendengar suara “patahan tulang” atau merasakan ujung tulang bergrsekan (crepitus).

Tidak semua pasien mengalami penurunan fungsi dan merasakan sakit, biasanya kedua hal ini muncul apabila fraktur yang terjadi tidak stabil. 2. Pemeriksaan FisikInspeksi : ditemukan rasa sakit yang tergambar dari wajah pasien dan pasien cenderung

memegang daerah yang terasa sakit. Inspeksi local menunjukkan bengkak (kecuali fraktur yang tersembunyi di dalam jaringan seperti collum femoris dan vertebrae) deformitas (perputaran, angulasi, memendek) atau gerakan yang abnormal (pada sisi yang fraktur). Perubahan warna kulit karena hematom.

Palpasi : perasaan lembut yang local dan tajam. Rasa sakit yang bertambah kalau digerakan secara pasif pada bagian yang fraktur. Merasakan atau bahkan mendengar

Fraktur Collum Femoris Page 11

Page 12: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

crepitus. Dalam pemeriksaan fisik, kita harus tetap memperhatikan daerah lain untuk menanggulangi kemungkinan adanya fraktur di daerah lain. Kita juga perlu mengecek kondisi umum pasien, seperti kemungkinan trauma pada otak, tulang belakang, nervus perifer, pembuluh darah mayor, kulit, organ dada dan perut. (Salter, Robert B.)

Fungsiolaesa: Hilangnya fungsi,eg : pada fraktur cruris tidak dapat berjalan dan pada fraktur antebrachii tidak dapat menggunakan lengan

Fraktur collum femoris : Pasien dengan patah tulang leher femur biasanya tidak mampu berdiri atau ambulasi. Amati krista iliaka untuk setiap perbedaan ketinggian, yang mungkin menunjukkan perbedaan panjang kaki-fungsional. Kesejajaran dengan panjang ekstremitas laim biasanya normal, namun, presentasi klasik pasien dengan patah tulang adalah pemendekan dan eksternal diputar ekstremitas. Menilai untuk setiap atrofi otot atau asimetri juga penting.

Move :a. Krepitasi : terasa krepitasi bila digerakkan, hal ini timbul akibat pergeseran atau

beradunya ujung-ujung tulang kortikal. Pada tulang rawan epifisis atau tulang spongiosa tida ada krepitasi

b. Nyeri bila digerakkan,baik gerak aktif atau pasifc. Memeriksa seberapa jauh gangguan fungsi,keterbatasan gerak,ROM dan kekuatand. Gerakan yang tidak normal : gerakan yang tidak terjadi pada sendi,eg : pada corpus

femur. Hal ini membuktikan adanya putusnya kontinuitas tulang.

Pemeriksaan Penunjang1. Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah

akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.

2. Radiologi : X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks. 

(http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=63:fraktur&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66)

LO.2.7. Penatalaksanaan FrakturPada dasarnya tubuh kita memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya

sendiri. Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.1. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi

anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktura. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya

(ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

Fraktur Collum Femoris Page 12

Page 13: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

b. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

2. Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi  atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

3. Mempertahankan  dan mengembalikan fungsi, segala upaya  diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;a. Mempertahankan reduksi dan imobilisasib. Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakanc. Memantau status neurologi.d. Mengontrol kecemasan dan nyerie. Latihan isometrik dan setting ototf. Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-harig. Kembali keaktivitas secara bertahap.Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :a. Imobilisasi fragmen tulang.b. Kontak fragmen tulang minimal.c. Asupan darah yang memadai.d. Nutrisi yang baik.e. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.f. Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.g. Potensial listrik pada patahan tulang.

LO.2.8. Komplikasi Fraktur1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi

yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan

kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.3. Nonunion,  patah tulang yang tidak menyambung kembali atau gagal taut.4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan

di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.5. Shock hipovolemik6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor

resiko terjadinya emboli lemakada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.

7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam  sering terjadi pada individu yang imobiil dalm waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil

Fraktur Collum Femoris Page 13

Page 14: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

8. Infeksi9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf

simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.

LO.2.9. Prognosis FrakturPrognosis fraktur pada umumnya baik, tergantung pada penatalaksanaan dan penyakit lain yang dapat menghambat penyembuhan seperti diabetes, serta bentuk patahan, semakin vertical bentuk patahan akan semakin sulit untuk menyembuhkan diri karena semakin besar garisnya, prognosisnya semakin buruk. (Salter, Robert B.)

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Collum femorisLO.3.1. Definisi Fraktur Collum Femoris

Fraktur adalah patahan dari kontinuitas dari suatu struktur tulang. Patahan mungkin tidak lebih dari sekedar retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks yang terjadi pada leher tulang femur atau tulang paha.

LO.3.2. Etiologi Fraktur Collum FemorisPenyebab utama fraktur adalah trauma. Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :1. Osteoporosis Imperfekta2. Osteoporosis3. Penyakit metabolik, Dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

b. Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

LO.3.3. Klasifikasi Fraktur Collum Femoris1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui

kepala femur (capital fraktur)a. Subcapital b. Transervicalc. basilar

2. Fraktur Ekstrakapsuler; a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar atau

yang lebih kecil pada daerah intertrokhanter.b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah

trokhanter kecil.

Klasifikasi berdasarkan Garden :1. tipe I – incomplete

Fraktur Collum Femoris Page 14

Page 15: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

2. tipe II – complete but undisplaced3. tipe III – partially displaced4. tipe IV – completely displaced

Tipe III dan IV memiliki resiko tinggi nekrosis avaskuler collum femur karena sedikitnya asupan darah, serta gagal taut karena periosteum yang tipis di sekitar collum)

    

Gambar 3.a Jenis fraktur collum femoris

LO.3.4. Manifestasi Klinik Fraktur Collum Femoris       Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001) antara lain:1. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti : a. Rotasi pemendekan tulangb. Penekanan tulang

2. BengkakEdema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur

3. Ekimosis dari perdarahan subculaneous4. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur5. Tenderness6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan

kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.7. Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/ perdarahan).8. Pergerakan abnormal9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah10. Krepitasi

LO.3.5. Patofisiologi Fraktur Collum FemorisPatofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum,

pembuluh darah di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang. Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan jaringan ikat tumbuh ke dalamnya., menyerap hematoma tersebut, dan menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk menjadi

Fraktur Collum Femoris Page 15

Page 16: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang melarutkan tulang (Smelter & Bare, 2001).

Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel, fase ini disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang tersebut dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudianjuga tumbuh sel jaringan mesenkin yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang.

LO.3.6. Diagnosis Fraktur Collum Femoris1. Anamnesis : Sama dengan diagnosis fraktur pada umumnya, namun pada fraktur

collum femoris biasanya adalah wanita lanjut yang mudah hilang keseimbangan pada saat melangkah. Ketika ia mencoba menahan diri dengan menjatuhkan badannya miring ke samping sehingga trochanter mayornya yang terbentur. 95% pasien fraktur collum femoralis fragmennya displaced, dan biasanya akan sulit untuk bangun kembali karena rasa sakit dan ketidak stabilan bagian yang mengalami fraktur.

2. Pemeriksaan fisik : biasanya menunjukkan kaki yang mengalami eksorotasi, kecuali pada fraktur intertrochantic, dan mengalami pemendekan, dengan bengkak yang tidak terlalu besar karena ekstravasasi lebi mengarah pada sendi daripada jaringan longgar.

3. Pemeriksaan radiologi : Foto PolosTujuan :a. Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendib. Untuk konfirmasi adanya fraktur c. Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

pergerakannyad. Untuk menentukan teknik pengobatane. Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak f. Un t uk mene n tukan apa kah f r ak t u r i n t r a - a r t i ku l e r a t au

eks t r a - artikuler g. Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulangh. Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.

Fraktur collum femoris : Pasien dengan patah tulang leher femur biasanya tidak mampu berdiri atau ambulasi. Amati krista iliaka untuk setiap perbedaan ketinggian, yang mungkin menunjukkan perbedaan panjang kaki-fungsional. Kesejajaran dengan panjang ekstremitas laim biasanya normal, namun, presentasi klasik pasien dengan patah tulang adalah pemendekan dan eksternal diputar ekstremitas. Menilai untuk setiap atrofi otot atau asimetri juga penting

LO.3.7. Penatalaksanaan Fraktur Collum Femoris

Fraktur Collum Femoris Page 16

Page 17: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

Proses penyembuhan dapat dibantu oleh aliran darah yang baik dan stabilitas ujung patahan tulang sedangkan tujuan penanganan pada fraktur femur  adalah menjaga paha tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi.Adapun prinsip penanganan fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001) meliputi :1. Reduksi fraktur2. Penyambungan kembali tulang penting dilakukan agar posisi dan rentang gerak

normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi tertutup). Pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Dan apabila diperlukan tindakan bedah (reduksi terbuka) dengan pendekatan bedah fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku  atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang sulit terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau dipasang melalui fragmen tulang atau langsung kerongga sum sum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.

3. Imobilisasi FrakturSetelah fraktur di reduksi, fraktur tulang harus di imobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, atau fiksator eksterna. Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.

4. Fisioterapi dan mobilisasiFisioterapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak mengecil dan setelah fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul betul telah kembali normal.

5. AnalgetikDiberikan untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat trauma. Nyeri yang timbul dapat menyebabkan pasien gelisah sampai dengan shock yang biasanya di kenal dengan shock analgetik.  

LO.3.8. Komplikasi Fraktur Collum Femoris      Adapun komplikasi dari fraktur (Smeltzer & Bare, 2001) yaitu :1. Komplikasi segera (immediate).

Komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara lain syok neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan kulit.

a. Early ComplicationDapat terjadi seperti : osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome compartemen

b. Late ComplicationSedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes (kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu (malunion)

Fraktur Collum Femoris Page 17

Page 18: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

LO.3.9. Prognosis Fraktur Collum FemorisRata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu),

lansia (> 8 minggu) Jumlah Kematian dari fraktur: 4,3 per 100.000 dari 1.302 kasus di Kanada pada tahun 1997

Tingkat kematian dari fraktur:1.  Kematian : 11.6962.  Insiden      : 1.499.9993.  0,78% rasio dari kematian per insiden

Fraktur Collum Femoris Page 18

Page 19: Contoh Wrap Up Yang Sebelumnya

DFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta

Apley, Dalam Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, Edisi 7, Editor : Edi Nugroho 1999.

Leighton R (2006), Rockwood and Green’s Fractures in Adult vol 2 ed 6th, Lippincot William and Wilkins, Philadelphia Omar F (2004), At a Glance Anatomi, Erlangga Medical Series, Jakarta

Price, Slyvia A Dan Laraine M. Wilson.1995. Patofisiologi.Buku I . Edisi 4. Jakarta : EGC.

Rasjad C., Pengantar Ilmu Beadh Ortopedi, Bintang Lamumpatue, Ujung Pandang, 1998.Salter, Robert B (1999). Textbook of Disorders and Injuries of The Musculoskeletal System. 3rd Edition. Lippincot William and Wilkins, Philadelphia.

Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor).2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC

Syamsir, HM. 2011. Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi.

http://ppni-klaten.com/

http://doctorology.net

http://bedah-mataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=112:fraktur-leher-atau-kolum-femur-or&catid=39:refrat-ortopedi&Itemid=79

http://www.scribd.com/doc/52918476/12/Remodeling-Tulang

http://www.scribd.com/doc/52471266/30/HISTOLOGI-TULANG

http://www.scribd.com/doc/31348597/FRAKTUR

http://www.scribd.com/doc/30287504/Fraktur-Femur

Fraktur Collum Femoris Page 19