Upload
eky-wahyuda-praluni
View
1.208
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Data data mengenai control valve
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan tenologi telah berkembang dengan begitu
pesatnya.Tidak terkecuali pada teknologi industri, yang telah berkembang sesuai perkembangan
zaman. Meskipun teknologi telah berkembang pesat, pengetahuan setiap orang tentang teknologi
berbeda satu sama lainnya. Ada yang memiliki pengetahuan luas dan ada yang memiliki
pengetahuan kurang. Dalam dunia industri pengetahuan yang penting dimiliki oleh orang yang
berminat terhadap industri adalah komponen materi yang bermanfaat dalam proses produksi.
Salah satu komponen penting yang biasa dipakai dalam produksi industri adalah Control
Valve, Control Valve atau Proportional Valve adalah alat yang digunakan untuk memodifikasi
aliran fluida atau laju tekanan pada sebuah sistem proses dengan menggunakan daya untuk
operasinya. Control Valve memiliki peran penting dalam proses industri. Oleh karena itu sangat
penting bagi setiap industriawan untuk mengetahui manfaat Control Valve tersebut.
Dalam suatu pengendalian proses dikenal berbagai jenis cara salah satunya adalah proses
pengendalian on-off. Pada proses pengendalian jenis ini hanya akan terdapat 2 jenis outputan
yaitu bersifat low dan high. Proses pengendalian ini apabila digunakan untuk mengendalikan
buka tutup control valve maka bukaan control valve hanya akan bisa 0% atau 100%. Syarat
utama untuk memakainya adalah bukan untuk menghemat biaya pembelian unit controller
melainkan karena proses memang tidak dapat mentolelir fluktuasi process variable pada batas-
batas kerja pengendali on-off.
Katup adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengontrol maupun mengatur mulai dan
berhenti dan arah aliran juga tekanan dari suatu perantara. Dalam DIN 24300, mengikuti
rekomendasi CETOP (Comite Europeen des Transmissions Oleohydrauliques et Pneumatiques)
dan ISO/R 1219 – 1970 katup dibagi dalam 5 kelompok, menurut fungsinya:
1. katup pengarah (directional valve/way valves)
2. katup non balik (non-return valves)
3. katup pengontrol tekanan (pressure control valves)
4. katup pengontrol aliran (flow control valves)
5. katup penutup (shutt-off valves)
Sebagai seorang mahasiswa teknik kimia yang nantinya pasti akan berkecimpung dalam
dunia industri. Penting juga bagi mahasiswa teknik kimia tersebut untuk menguasai pengetahuan
tentang Pengendalian Katup.
Berawal dari hal tersebut penulisan sekaligus penyusunan makalah ilmiah ini disusun.Hal
tersebut layak dan memang sepantasnya dikuak dan dipublikasikan, agar mahasiswa tahu bahwa
manfaat dari Pengendalian Katup patut dimengerti. Karena sebagai manusia khalayaknya
memiliki kesadaran untuk berbuat lebih pada sesama, atau mementingkan sosialisasi dengan
memberikan sesuatu yang telah diperbuat. Mahasiswa harus mengembangkan manfaatnya dalam
industri untuk kepentingan manusia lain.
Metode yang dilakukan untuk meneliti masalah ini diawali dengan studi literatur atau
referensi.lalu dilakukan analisis dan penarikkan kesimpulan dalam tahap akhir pengumpulan
data. metodologi ini dinyatakan sebagai kaidah metode yang benar karena berdasar sumber
teoiritis atau pustaka metodologi tersebut memenuhi syarat sebagai metodologi ilmiah.
1.2 Permasalahan
Dalam prakteknya, pengendalian on-off ini terdapat beberapa permasalahan yaitu sebagai
berikut :
1. Peralatan yang harus dikalibrasi ulang
2. Indikator yang kurang akurat
3. Tingkat sensitivitas dan resolusi peralatan yang masih kurang
1.3 Tujuan
Dalam penyusunan makalah tentang control valve(pengendalian on-off) ini terdapat
beberapa tujuan yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui metode pengendalian on-off (control valve)
2. Kapan digunakan metode on-off
3. Mengetahui hasil outputan metode on-off
4. Keuntungan dan kerugian mode kontrol on-off
5. Mengetahui karakteristik mode kontrol on-off
1.4 Sistematika
Makalah ini disusun dengan format sebagai berikut BAB I Pendahuluan berisi tentang
Latar belakang, Permasalahan, Tujuan, dan Sistematika laporan. BAB II Dasar teori berisi
landasan teori, BAB III Penutup berisi kesimpulan dan saran, kemudian Daftar pustaka dan
terakhir lampiran yang berupa lembar pertanyaan dan jawaban mengenai control valve.
BAB II
Control Valve
2.1 Instrumentasi Pengendalian dan Pengukuran
Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan
pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi bisa berarti
alat untuk menghasilkan efek suara, seperti pada instrumen musik misalnya, namun secara umum
instrumentasi mempunyai 3 fungsi utama:
sebagai alat pengukuran
sebagai alat analisa, dan
sebagai alat kendali.
Instrumentasi sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey ataustatistik,
instrumentasi pengukuran suhu, dan lain-lain.Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisa
banyak dijumpai di bidang kimia dan kedokteran, misalnya, sementara contoh instrumentasi
sebagai alat kendali banyak ditemukan dalam bidang elektronika, industri dan pabrik-
pabrik.Sistem pengukuran, analisa dan kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan secara
manual (hasilnya dibaca dan ditulis tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis dengan
mengunakan komputer (sirkuit elektronik).Untuk jenis yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa
dipisahkan dengan bidang elektronika dan instrumentasi itu sendiri.
Instrumentasi sebagai alat pengukur sering kali merupakan bagian depan/ awal dari
bagian-bagian selanjutnya (bagian kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua jenis
besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya adalah
pengukur: massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan, aliran, pH
(keasaman), level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik, tegangan
listrik, tahanan listrik), viskositas, density, dan lain-lain.
2.1.1 Fungsi Instrumentasi Pada Industri
Fungsi instrumentasi pada industri sangatlah penting, bisa dikatakan bahwa instrumentasi
adalah bagian integral dari industri karena tidak ada suatu industri tanpa menggunakan
instrumentasi.Suatu industri yang makin kompleks maka instrumentasi yang diperlukan juga
makin kompleks.Hal ini berkaitan dengan jalannya proses produksi pada industri tersebut dimana
ketepatan dan keakuratan hasil menjadi hal yang utama.
Sebagai contoh dalam pengolahan material, ada banyak variabel-variabelyang
mempengaruhi proses tersebut. Untuk suatu proses nilai (harga) dari variabel-variabel ini sudah
ditentukan pada saat designnya,jadi jika pada saat proses variabel-variabel ini berubah harganya
maka jalannya proses tidak seperti yang direncanakan sehingga hasilnyapun tidak seperti yang
direncanakan (kualitasnya).Pada dasarnya instrumentasi mengendalikan proses pengolahan
industri yaitu mengendalikan variabel-variabel proses agar selalu berada dalam nilai-nilai yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Sistem yang tak kalah pentingnya yaitu sistim instrumentasi yang disebut safe guarding
system yaitu suatu sistem instrumentasi yang berfungsi mendeteksi variabel-variabel proses yang
berhubungan dengan peralatan proses, apabila variabel-variabel tersebut tidak terkendali dan
membahayakan peralatan proses maka sistem akan menghentikan poses dari pada terjadi
kerusakan pada peralatan proses. Sistem safe guarding sangat penting dalam industri untuk
menjaga terhadap bahaya-bahaya kebakaran atau kerusakan peralatan lain sepertimotor-motor
listrik, mesin turbin dan peralatan proses yang lain. Yang termasuk safe guarding system yaitu:
1. Safety valve
2. Relief valve
3. Alarm system
4. Peralatan pengolah limbah, pendeteksi polusi udara
5. Gas detector
6. Flame cell
7. Dan lain-lain.
Oleh karena itu instrumentasi sangat penting dalam industri untuk menjaga keamanan.
2.1.2 Variabel-variabel Proses
Yang dimaksud variabel-variabel proses atau variabel-variabel operasi adalah besaran-
besaran yang mempengaruhi jalannya proses atau jalannya operasi, tergantung jenis dari jenis
proses atau operasinya , apakah proses kimia, proses fisika atau proses mekanik.
1. Variabel Proses Kimia:
Tekanan
Temperature
Aliran (flow)
Tinggi permukaan cairan (liquid level)
Tinggi permukaan zat padat (solid level)
pH
Viscositas
Dan lain-lain.
2. Variabel Proses Fisika
Variabel untuk proses fisika hampir sama dengan variabel untuk proses kimia.
3. Variabel Proses Mekanik :
Speed
Rpm
Ireight
Torque
Power (tenaga)
Sedangkan mekanik yang digerakkan oleh listrik, variabel-variabelnya :
Watt (tenaga)
Volt (tegangan)
Ampere (arus)
Frequency
Phasa
Dan lain-lain,
Seperti tecerminkan dari namanya , pengendalian on /off hanya bekerja pada dua posisi,
yaitu posisi “on” dan posisi “off”. Apabila final kontrol element berupa control valve , kerja
valve hanya terbuka penuh atau tertutup penuh. Pada sistem pengendalian on-off control valve
tidak akan pernah bekerja didaerah antara 0 sampai 100%. Karena kerjanya yang on-off , hasil
pengendalian pengendali on-off akan menyebabkan proses variabel yang bergelombang, tidak
pernah konstan. Perubahan proses variabelakan seirama dengan perubahan posisi final control
element. Besar kecilnya fluktuasi proses variabel ditentukan oleh titik dimana controller “on”
dan titik dimana “off”.
Karena karakteristik kerjanya yang hanya on dan off, controller jenis on-off juga sering
disebut sebagai two posision controller ,gap controller atau snap controller . Kata snap secara
harfiah berarti menampar. Sebuah controller on-off kemudian juga lazim disebut snap controller.
Ungkapan kata snap action kelak akan juga dipakai untuk kerja controller jenis lain yang karena
besarnya gain menjadi bekerja secara on-off.
Kerja pengendalian on-off , seringkali didapatkan dengan memanfaatkan dead band suatu
prosses switch. Contoh pengendalian on-off yang paling mudah ditemui pengendalian suhu pada
seterika listrik atau pompa air listrik otomatis. Kedua alat ini bekerja secara on-off dengan
memanfaatkan adjustable dead band yang ada pada temperatur switch dan pressure switch.
Kerja penendalian on-off banyak dipakai di sistem pengendalian yang sederhana karena
harganya yang relatif murah. Namun, tidak semua proses dapat dikendalikan secara on-off
karena banyak operasi proses yang tidak dapat mentolerir fluktuasi proses variabel.
Jadi, syarat utama untuk memakai pengendali on-off bukan untuk menghemat biaya unit
controller melainkan karena proses memang tidak dapat mentolerir fluktuasi proses variabel pada
batas-batas kerja pengendalian on-off.
Aksi pengendalian dari controller ini hanya mempunyai dua kedudukan, maksimum atau
minimum, tergantung dari variable terkontrolnya, apakah lebih besar atau lebih kecil dari set
poin.
Persamaanya adalah:
m = N1 jika e < 0
m = N2 jika e> 0
dimana : m = manipulated variable
N1 = harga maksimum dari m (ON)
N2 = harga minimum dari m (OFF)
Jika error sering naik turun dengan cepat, maka variabel termanipulasi (m) akan sering
sekali berubah dari maksimum ke minimum atau sebaliknya, hal ini dalam prakteknya tidak
disukai, untuk itu pada pengendalian diberi gap.
Instrumentasi merupakan device atau peralatan yang digunakan untuk menunjang sebuah
sistem dalam menjalankan proses tertentu untuk tujuan tertentu pula. Setiap kegiatan proses
dalam sebuah sistem di industri senantiasa membutuhkan peralatan–peralatan otomatis untuk
mengendalikan parameter–parameter prosesnya. Otomatisasi tidak saja diperlukan demi
kelancaran operasi, keamanan, ekonomi, maupun mutu produk, tetapi lebih mengutamakan pada
kepentingan penggunaan manusia (user) sebagai kontrol manual, kecepatan, kualitas, serta
kuantitas yang dihasilkan dibandingkan dengan menggunakan kontrol manual, dalam hal ini
manusia sebagai pengendali dan pelaku keputusan.
Hampir semua proses industri dalam menjalankan proses produksinya membutuhkan
bantuan sistem pengendali, contohnya pengendalian di suatu proses pengilangan minyak. Proses
di suatu pengilangan minyak tidak mungkin dapat dijalankan tanpa bantuan fungsi sistem
pengendalian. Ada banyak pengendalian yang harus dikendalikan di dalam suatu proses.
Diantaranya yang paling umum, adalah tekanan (pressure) didalam sebuah vessel atau
pipa, aliran (flow) didalam pipa, suhu (temperature) di unit proses seperti heat exchanger, atau
permukaan zat cair (level) disebuah tangki. Ada beberapa parameter lain diluar keempat elemen
diatas yang cukup penting juga dan juga perlu dikendalikan karena kebutuhan spesifik proses,
diantaranya : pH, velocity, berat, dan lain sebagainya.
Gabungan serta kerja alat–alat pengendali otomatis itulah yang dinamai dengan sistem
pengendalian proses (proses control system). Sedangkan semua peralatan yang membentuk
sistem pengendali disebut Instrumentasi pengendali proses (process control instrumentation).
Dan sekarang tidak lagi memakai pengendalian manual kontrol tetapi masih tetap dipakai pada
beberapa aplikasi tertentu.
Sistem dibuat otomatis peran operator didalam sistem pengendalian manual digantikan
oleh sebuah alat yang disebut controller.Tugas pelaksana keputusan (aksi control valve) tidak
lagi dilakukan oleh operator (manusia), tetapi atas perintah controller yang operasinya
dikendalikan oleh user. Untuk keperluan pengendalian otomatis, valve harus dilengkapi dengan
alat yang disebut actuator,actuator berfungsi menggerakkan control valve agar terbuka atau
tertutup dan selalu berada pada posisi yang dikehendaki controller, sehingga unit valve sekarang
menjadi unit yang disebut control valve. Semua peralatan pengendalian inilah (controller dan
control valve) yang disebut sebagai instrumentasi pengendali proses.
Pengendalian pada umumnya menghendaki proses berjalan dengan stabil. Proses yang
stabil merupakan sebuah proses dimana besarnya setpoint sama dengan besarnya meassurment
variabel, sehingga error sama dengan nol. Error yang sama dengan nol ini dapat mengakibatkan
tidak adanya manipulated variable untuk membuka atau menutup valve yang menjadikan sebuah
proses yang berjalan secara kontinyu tanpa gangguan. Namun pada kenyatannya perubahan load,
kinerja mekanik instrument, perubahan setpoint dan faktor – faktor lain yang dapat
mengakibatkan suatu proses tidak stabil. Hal ini lazim terjadi pada suatu sistem pengendalian,
sehingga perlu sebuah controller untuk mengendalikan suatu proses agar dapat kembali ke posisi
stabil.
Didalampengendalian otomatissesuatu yang perlu diketahui definisi dari istilah–
istilahnya yaitu :
Proses (Process) adalah tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi tertentu. Input
proses dapat bermacam – macam, yang pasti ia merupakan besaran yang di manipulasi oleh final
control element atau control valve agar measurement variable sama dengan set point.
Controlled variable adalah besaran atau variabel yang dikendalikan. Besaran ini adalah
diagram kotak disebut juga output proses atau proses variable.
Manipulated variableadalah input dari suatu proses yang dapat dimanipulasi atau diubah–
ubah besarnya agar process variable atau controlled variable besarnya sama dengan set point.
Distrubanceadalah besaran lain, selain manipulated variable, yang dapat menyebabkan
berubahnya controlled variable. Besaran ini lazim disebut load.
Sensing elementadalah bagian suatu ujung suatu sistem penguluran (measuring system).
Contoh sensing element yang banyak dipakai misalnya thermocouple atau oriface plate. Pada
bagian ini juga bisa disebut sensor atau primary element.
Transmitteradalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing element, dan
mengubah menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh controller.
Measurement variableatau measured variable adalah sinyal yang keluar dari transmitter.
Besaran ini merupakan cerminan besaranya sinyal sistem pengukuran.
Set pointadalah besar process variable yang dikehendaki. Sebuah controllerakan selalu
berusaha menyamakan controlled variable dengan set point.
Erroradalah selisih antara set point dikurangi measured variable. Error bisa negatif dan juga
bisa positif. Bila set point lebih besar dari measured variable maka error akan menjadi positif.
Sebaliknya jika set point lebih kecil dari measured variable maka error menjadi negatif.
Controlleradalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah pengendalian,
yaitu membandingkan set point dengan measurement variable, menghitung berapa banyak
koreksi yang perlu dilakukan, dan mengeluarkan sinyal koreksi yang sesuai dengan hasil
perhitungan.Controller sepenuhnya mengantikan peran manusia dalam mengendalikan sebuah
proses.Controller bekerja menerima signal input dari sebuah converter dan mengirim sinyal
output ke converter pada standart 0,2-1,0 kg/cm2pada tekanan pneumatik. Controller ini
merupakan alat pengatur otomatis yang berfungsi untuk mengatur agar keadaan yang sedang
berlangsung dari proses sesuai yang diinginkan.
Control unitadalah bagian dari controller yang menghitung besarnya koreksi yang
diperlukan. Input control unit adalah error, dan outputnya adalah sinyal yang keluar dari
controller. Control unit memiliki transfer function yang tergantung pada jenis controller. Output
control unit adalah hasil penyesuaian matematik transfer function dengan memasukkan nilai
error sebagai input.
Final control elementadalah bagian akhir dari instrumentasi sistem pengendalian. Bagian ini
berfungsi untuk mengubah measurument variable dengan cara memanipulasi besarnya
manipulated variable, berdasarkan perintah controller.
2.2 Pengendalian Katup (Control Valve)
PROSESERRORMANIPULLATED VARIABLE CONTROLUNITCONTROL VALVELOADTRANSMITTERSENSING ELEMENTSET POINTCONTROLLED VARIABLE
Control valve atau proportional valve adalah alat yang digunakan untuk memodifikasi
aliran fluida atau laju tekanan pada sebuah sistem proses dengan menggunakan daya untuk
operasinya. Valve ini digunakan oleh industri dalam banyak aplikasi.
Control valve adalah elemen kontrol akhir yang paling umum digunakan untuk mengatur
aliran bahan dalam sebuah proses. Control valve bertugas melakukan langkah koreksi terhadap
variabel termanipulasi, sebagai hasil akhir sistem pengendalian. Control valve hanyalah salah
satu elemen pengendali akhir (final element control), namun paling umum yang digunakan,
Akibatnya muncul pengertian control valve = elemen pengendali akhir. Elemen pengendali akhir
lain adalah heating element, electrical contactor, dll.Pada suatu lup proses, hanya ada resistansi
variable yang dikontrol, sedangkan resistansi berubah-ubah karena perubahan aliran pada sistem
atau karena lapisan pipa dan permukaan dinding peralatan. Variasi resistansi ini tidak diinginkan
dan harus dikompensasi dengan menggunakan control valve.
2.2.1 Prinsip-prinsip Control Valves (Katup kontrol)
Control Valves (Pengaturan katup) memiliki sejumlah fungsi dan terdiri atas dasar
sebagai berikut :
1. Fungsi Aplikasi
Hal ini berkaitan dengan fungsi dari katup ketika bekerja.Dari katup itu sendiri mempunyai
beberapa fungsi yang berbeda-beda.
2. Kondisi Operasi
Seperti pada semua peralatan, kondisi sistem dan lingkungan mempunyai arti penting atau
pengaruh yang cukup besar ketika alat tersebut bekerja.
3. Konstruksi
Berbagai macam desain katup yang tersedia dan memberikan kinerja yang berbeda, baik dengan
kelebihan dan kekurangan.
4. Ukuran
Ukuran katup tergantung pada aliran yang diperlukan melalui katup.
2.2.2 Bagian dasar Control Valve
Hasil konversi sinyal menyediakan suatu sinyal yang dikonversi dan diperkuat yang
dirancang untuk beroperasi/menggerakkan suatu mekanisme untuk merubah suatu variabel
kontrol di dalam proses itu. Efek langsung pada umumnya diterapkan oleh sesuatu dalam proses,
seperti suatu valve atau heater yang harus dioperasikan oleh beberapa alat. Aktuator adalah suatu
terjemahan sinyal kontrol (yang dikonversi) ke dalam tindakan pada elemen kontrol.Jadi, jika
suatu valve dioperasikan, maka aktuator adalah suatu alat yang mengkonversi sinyal kontrol ke
dalam tindakan fisik membuka atau menutup valve.
a) Actuator dan Positioner
Aktuator memberikan kekuatan pendorong yang mengontrol posisi katup. Sehingga dapat
melakukan hal berikut:
Menahan posisi ketika melawan kekuatan aliran air tersebut.
Dapat menutup aliran dengan menggunakan kekuatan yang cukup.
Menyediakan operasi yang diperlukan untuk kendali penuh.
Mengoperasikan gerakan pada kecepatan yang diinginkan.
Actuator adalah bagian yang mengerjakan gerak buka tutup valve yang terdiri dari
diapragma, upper diapragma case, pegas, yoke, stem, dll. Sedangkan valve yang berhubungan
langsung/menentukan besarnya flow yang berhubungan dengan fluida yang masuk ke proses,
yaitu terdiri dari plug, seat, valve body, gasket , dan lain-lain.
Jika suatu valve digunakan untuk kontrol aliran fluida, beberapa mekanisme harus secara
fisik membuka atau menutup valve itu.Jika suatu heater adalah menghangatkan suatu sistem,
beberapa alat harus membuat heater itu ON atau OFF beberapa eksitasinya. Ini adalah contoh-
contoh yang dibutuhkan untuk suatu kedua aktuator dalam loop kontrol proses. Aktuator
mempunyai banyak bentuk berbeda untuk sesuai kebutuhan loop kontrol proses tertentu. Kita
akan melihat beberapa jenis actuator pnematik dan listrik.
Actuator digerakkan secara :
1. Pneumatic : menggunakan udara bertekanan untuk membuka tutup valve.
Besarnya suplay tekanan pneumatik tergantung dari system, model, dan ukuran control
valve itu sendiri (biasanya 20 psig), sedangkan sinyal urnumnya control 3-15 Psig untuk
pneumetik dan 4 – 20 mA untuk elektrik, bila sebuah control valve suplay dan sinyal controlnya
pneumatik maka sinyal elekrik harus 4-20 mA harus dirubah ke 3-15 psig sinyal pneumetik oleh
suatu konverter I/P.
Untuk sebuah actuator pada urnumnya dikalibrasi untuk bergerak saat sinyal pneumetik
lebih besar dari 3 psi dan kondisi gerak penuh pada saat sinyal 15 Psig, artinya 3-15 Psig setara
dengan 0-100% pergerakan stem valve (strok) .Suatu kombinasi actuator dan valve dibuat untuk
menghasilkan control valve fail to close dan control valve fail to open.Kedua kondisi ini
diciptakan demi kepentingan proses. Kontruksinya control valve fail open juga disebut air to
close, sedangkan fail close disebut juga air to open.
2. Elektrik-hydraulic : menggunakan listrik atau bisa juga manual.
Misal MOV (Motor Operated Valve) berhubungan dengan electrical actuator. MOV
merupakan valve yang dilengkapi electrical motor dengan system reduction gear. Jadi electrical
sinyal dari DCS menggerakkan gear dalam eletric motor untuk membuka atau menutup valve.
Contoh lainnya ialah solenoide valve, biasanya menggunakan electrical actuator, tetapi tidak
menggunakan motor. Solenoide valvemenggunakan spring yang digerakkan oleh gaya
electromagnetic dari solenoide yang mengelilingi spring tersebut. Biasanya juga solenoide valve
itu digunakan untuk flow atau press valve yang berfungsi juga sebagai shut down valve.
Valve/valve body assembly: komponen mekanis yang menentukan besarnya flow ke
proses karena fungsi control valve untuk throttling, maka valve yang digunakan adalah valve tipe
throttling (globe, butterfly, diaphragm, camflex, dsb) untuk high pressure application biasanya
dilengkapi dengan positioner untuk menghilangkan gejala hysteresis (perbedaan bukaan valve
dengan manipulated variable), misalnya angel body (untuk flashing).
Pneumatic vs. Hydraulics. Pneumatic menggunakan udara yang compressible,
sedangkan hydraulic menggunakan air/oil yang incompressible. Sebagian besar industri
menggunakan pneumatic dengan pressure 500-700 kPa. Hydraulic biasanya menggunakan 7-35
MPa tetapi untuk penggunaan tertentu bisa mencapai 70MPa.
Manfaat pneumatic:
1. Fluida yang digunakan bisa sangat ringan sehingga supply hosesnya tidak terlalu berat.
2. Karena fluida yang digunakan biasanya hanya udara, tidak perlu pipa return untuk fluida yg
digunakan dan bila ada bocor tidak akan messy.
Manfaat Hydraulic:
1. Densitas energy lebih tinggi karena pressure yang digunakan juga biasanya lebih tinggi.
2. Fluida yang digunakan biasanya incompressible, untuk mendapatkan spring action minimum.
Ketika fluida hidrolic yang mengalir dihentikan gerakan aliran yang paling kecil sekalipun akan
melepaskan pressure ke aliran sehingga tidak perlu melepaskan pressurized air untuk merelease
tekanan load.
Suatu aktuator bisa bekerja apabila ada suplay tekanan dan sinyal control peneumatik
ataupun elektrik, besarnya suplay tekanan pneumatik tergantung dari system, model, dan ukuran
control valve itu sendiri (biasanya 20 psig), sedangkan sinyal urnumnya control 3-15 Psig untuk
pneumetik dan 4 – 20 mA untuk elektrik, bila sebuah control valve suplay dan sinyal controlnya
pneumatik maka sinyal elekrik harus 4-20 mA harus dirubah ke 3-15 psig sinyal pneumetik oleh
suatu konverter I/P.
Untuk sebuah actuator pada urnumnya dikalibrasi untuk bergerak saat sinyal pneumetik
lebih besar dari 3 psi dan kondisi gerak penuh pada saat sinyal 15 Psig, artinya 3-15 Psig setara
dengan 0-100% pergerakan stem valve (strok) .Suatu kombinasi actuator dan valve dibuat untuk
menghasilkan control valve fail to close dan control valve fail to open.Kedua kondisi ini
diciptakan demi kepentingan proses. Kontruksinya control valve fail open juga disebut air to
close, sedangkan fail close disebut juga air to open.
Valve merupakan peralatan yang harus mengatasi friksi dan inersia untuk menggerakkan
stem dan plug pada posisi yang diinginkan. Namun valve tidak dapat secara tepat
dispesifikasikan dengan sinyal control.Ketidaksempurnaan ini tidak signifikan karena
pengendalian umpan balik merupakan model yang integral mengurangi kelemahan ini.Tetapi jika
kekurangan ini dianggap cukup penting, maka sebuah positioner dapat digunakan.
Actuator control valve dilengkapi pula dengan positioner. Positioner merupakan
pengendali proporsional yang mengatur posisi stem sesuai dengan sinyal control. Positioner
digunakan untuk informasi pada posisi umpan balik dan memastikan bahwa katup berada dalam
posisi yang benar.Kinerja positioner tergantung pada keakuratan umpan balik posisi dan
keterkaitan digunakan.Untuk aplikasi kontrol kritis, keterkaitan perlu lebih akurat dan kuat.
Kontrol tekanan umumnya 3 sampai 15 psi, tapi positioner dapat beroperasi sampai dengan
100psi yang memberikan kekuatan yang lebih besar.Positioner terdiri dari beberapa bagian
yaitu :
Resricted Orifice yang berfungsi menghambat tekanan sumber (suplay).
Bellow dan spring berfungsi sebagai penterjemah tekanan pneumetik ke besaran gerak.
Nozzel dan Baffle berfungsi untuk membocorkan sebagian tekanan suplay yang bekerja
pada diapragma.
Elongated Slot berfungsi sebagai engsel untuk menjaga agar baffle naik turun seirama
dengan gerak stem
Rellay
Manfaat yang lain dari positioner adalah untuk mempercepat reaksi control valve
sehingga lag time dapat diperkecil, valve positioner dapat diartikan juga sebagai controller
karena di dalamnya terdapat proses umpan balik (Proporsional Control) dari aksi actuator ke
positioner.
b) Bonnet
Bonnet sebagai penutup badan katup terdiri dari stud bolt/nut, valve stem,dll
c) Valve body.
Tubuh katup adalah casing luar sebagian besar atau semua katup yang berisi bagian-
bagian internal.Badan katup biasanya terbuat dari logam atau plastik,k uningan , perunggu,
gunmetal, besi cor, baja, baja paduan dan baja tahan karatpada umumnya.
Struktur dari control valve secara tipikal ditunjukkan pada Gambar di bawah ini :
Keterangan Gambar :
1. Tubuh katup
2. Port
3. Penyangga
4. Induk
5. Disk bila katup terbuka
6. Handwheel bila katup terbuka
7. Bonnet
8. Pelindung
9. Gland nut
10. Fluida mengalir ketika katup terbuka
11. Posisi disk jika katup ditutup
12. Posisi handwheel jika katup ditutup
Pada sebagian besar kasus, control valve diinginkan berubah secara kontinyu
berdasarkan sinyal kontrol untuk mempertahankan kondisi mantap dari variable proses. Karena
kemampuan jangkauan yang lebar sudah menjadi sifat bawaan dalam memilih ukuran control
valve, maka terdapat beberapa pilihan yang dibuat, bergantung pada:
A. Desain bodi
Bodi merupakan bagian dari control valve yang mempunyai saluran dimana aliran fluida
akan diatur melalui saluran ini, dikenal sebagai valve seat. Atau dengan kata lain adalah bagian
luar dari control valve yang berhubungan langsung dengan fluida. Bahan untuk bodi tidaklah
sama untuk setiap penggunaan fluida, tergantung pada sifat fluida. Secara konstruksi, bodi terdiri
dari tungkai pemutar, badan katup, plug dan packing. Berdasarkan pada fungsinya, bodi terdiri
dari plug dan jenis–jenis katup. Konstruksi bodi biasanya sama untuk berbagai jenis katup,
kecuali jika didesain khusus.
Bahan metal yang digunakan untuk bodi valve diantaranya adalah: brass, bronze, copper,
cast iron, ductile iron, monel, stainless steel dan steel. Sedangkan bahan plastik yang digunakan
diantaranya adalah PVC dan CPVC.
Pemilihan plug katup biasanya berhubungan dengan kemampuan katup, misalnya
rangeability, kapasitas, kebocoran, tekanan dan gaya yang mem-pengaruhi. Tiap–tiap plug
mempunyai karakteristik yang berbeda. Bentuk plug katup yang sering dipakai adalah bentuk
bola, jarum dan piringan.
Berdasarkan jumlah valve seat-nya, control valve dibedakan menjadi :
Single Seat
Katup Single Seated adalah salah satu bentuk katup yang sangat umum dan sangat
sederhana.Katup ini memiliki beberapa bagian internal. Katup ini lebih kecil dari double seated.
Pada Single Sieated aliran dapat dengan mudah masuk kedalam badan katup.Katup ini terdiri
dalam berbagai badan konfigurasi dan luas.Sehingga memiliki rentang aliran yang lebih besar.
Pada single seat, tekanan bekerja pada saluran bagian bawah plug, sehingga
menimbulkan gaya tekan ke atas pada stem. Kelebihan dari seat ini adalah dapat menutup
dengan rapat dan dapat digunakan sebagai aliran proses tanpa kebocoran. Sedangkan
kelemahannya adalah tidak ada keseimbangan gaya pada plug akibat dari tekanan yang bekerja
satu arah.
Double Seat
Katup ini merupakan desain lama yang memiliki keunggulan lebih sedikit dibandingkan
dengan kerugian.Meskipun katup ini ditemukan dalam sistem lama, katup ini jarang digunakan
dalam aplikasi baru.Katup ini tidak benar-benar seimbang, karena itu disebut semibalanced.
Pada double seat, tekanan yang masuk dan keluar dapat diseimbangkan karena tekanan
bekerja pada kedua plug dengan arah berlawanan.Kelebihan dari jenis ini adalah kapasitas aliran
naik sampai 30% lebih besar dari single seat.Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat
menutup dengan rapat.
Fitur dudukan (seats) diantaranya adalah:
metal-to-metal
o-ring atau soft seat
Class IV atau V
Class VI
B. Karakteristik Aliran
Karakteristik aliran ini dari katup kontrol menunjukkan laju aliran untuk rentang operasi
katup. Katup Kontrol umumnya disertakan dengan tiga kurva yang menunjukkan laju aliran (Cv)
untuk posisi katup. Karakteristik aliran sebuah control valve adalah hubungan antara laju aliran
yang melalui valve dan gerakan valve jika pergerakan bervariasi dari 0 hingga 100%.
Jenis Karakteristik aliran sebuah control valve :
1) Quick Opening
Sesuai untuk perubahan maksimum laju aliran pada gerakan valve yang pelan dengan hubungan
yang hampir linier
Penambahan gerakan valve memberikan perubahan tereduksi sesaat pada laju aliran, dan jika
plug valve mendekati posisi bukaan lebar, perubahan laju aliran mendekati nol.
Digunakan khususnya untuk keperluan on-off
Pada sistem ketinggian cairan, karakteristik ini digunakan untuk penambahan Δp dengan
penambahan terkunci, Δp pada beban maksimum > 200% beban minimum Δp
2) Linier
Laju aliran proporsional secara langsung terhadap gerakan valve
Drop tekanan konstan
Pengatan valve akan sama di seluruh aliran ( penguatan valve adalah rasio perubahan
penambahan laju aliran terhadap perubahan penambahan posisi plug valve)
Umumnya digunakan untuk pengontrolan ketinggian cairan dan untuk pengontrolan aliran
tertentu yang membutuhkan penguatan konstan
Penurunan Δp dengan penambahan beban, Δp pada beban maksimum > 20% beban minimum Δp
pada sistem ketinggian cairan
Penambahan Δp dengan penambahan beban, Δp pada beban maksimum > 200% beban
minimum Δp pada sistem ketinggian cairan
Pada proses kontrol aliran, karakteristik ini digunakan untuk proporsional terhadap aliran
dengan jangkauan set point aliran yang lebar, jika lokasi control valve seri dan bypass terhadap
elemen pengukuran
Pada sistem kontrol tekanan, karakteristik ini digunakan untuk proses gas, volume besar (proses
memiliki penampung, sistem distribusi ata jalur transmisi melampaui 100 ft dari volume pipa
nominal) dan penurunan Δp dengan penambahan beban, Δp pada beban maksimum > 20% beban
minimum Δp.
3) Equal Percentage
Dengan aliran kecil, perubahan laju aliran akan menjadi kecil
Dengan aliran besar, perubahan laku aliran akan menjadi besar
Pada sistem ketinggian cairan, karakteristik ini digunakan untuk penurunan Δp dengan
penambahan beban, Δp pada beban maksimum <> 100 : 1
Standard butterfly valve : 10 : 1 hingga 20 : 1
Pinch & diaphragm valve : < 5 : 1
Berdasarkan supply udara yang diberikan, aksi control valve dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Air To Open (ATO) Bila ada sinyal masukan, maka control valve akan membuka,
sehingga dalam keadaan normal contro valve akan menutup (close) atau fail close (FC).
- Air To Close (ATC) Bila ada sinyal masukan, maka control valve akan menutup,
sehingga dalam keadaan normal contro valve akan membuka (open) atau fail open (FO).
Pemilihan ATO atau ATC disesuaikan dengan safety operation pada keadaan instrument-air
supply failure (kegagalan angin). Contoh : Control valve pada tower vapour line untuk tower top
pressure control, dipilih air to close (ATC).
Kemudian control valve pada fuel untuk burner dipilih air to open (ATO). 4.7 Penentuan
Control Valve Control valve dibutuhkan untuk menangani segala jenis fluida pada temperatur
dari jangkauan kriogenik ).
Oleh karena itu, pemilihan°F {538°(temperatur rendah) hingga 1000P} yang dibutuhkan untuk
pemasangan body control valve membutuhkan pertimbangan khusus agar menghasilkan
kombinasi yang paling mungkin dari jenis bodi valve, bahan, dan desain konstruksi trim.
Kebanyakan control valve dioperasikan pada beban yang berubah – ubah dan dalam tekanan
yang bervariasi serta respon valve yang cepat. Efektifitas respon dipengaruhi oleh karakteristik
valve. Equal percentage dapat dipakai untuk keperluan proses yang cepat dan dinamika sistem
belum diketahui dengan baik. Quick opening dapat dipakai untuk kontrol on-off .
C. Pemilihan dan Pengukuran Katup Kontrol
Pemilihan yang tepat dari katup kendali untuk aplikasi tertentu tergantung pada berbagai
faktor seperti tingkat aliran fluida, suhu proses dan tekanan, dan apakah cairan
yangkorosif atau abrasif makadibutuhkan pengetahuan dari karakteristik katup untuk dapat
dicocokkan dengan karakteristik ketika pada proses katup itu sendiri bekerja. Pertimbangan
desain yang penting untuk keselamatan adalah tekanan maksimum dan suhu fluida yang
mengalir karena ini akan menentukan ketebalan yang aman untuk bagian material dan dapat
menentukan bahan yang digunakan. Jika dilakukan dengan benar, katup kontrol ini dapat
membantu pengendalian yang efektif dan stabilitas sistem.Mencocokkan karakteristik katup
untuk sistem tertentu membutuhkan pengetahuan yang sangat baik dari kinerja sistem.
Pemilihan valve itu tergantung berdasarkan jenis, kalau yang biasa di oil/power plant
menggunakan high pressure globe valve, kalau liquid korosif menggunakan diaphragm,
pemilihan biasanya didasarkan pressure drop, viscous, korosif, slurry/bukan, dsb tergantung dari
tipe-tipe valve dan kegunaannya. Misalnya seperti angel body untuk flashing dan high
pressure, butterfly untuk high flowrate dan low pressure drop. Gate/ball valve jarang digunakan
untuk control valve karena hanya bisa close dan open, biasanya dipakai untuk quick opening.
Persyaratan kapasitas dan jangkauan tekanan operasi sistem harus juga
dipertimbangkanan dalam pemilihan control valve. Informasi berikut harus diperoleh untuk
memilih control valve:
Jenis fluida yang dikontrol
Temperatur fluida
Viskositas fluida
Berat spesifik (spesifik gravity) fluida
Kapasitas aliran yang dibutuhkan (maksimum dan minimum)
Tekanan inlet pada valve (maksimum dan minimum)
Tekanan outlet (maksimum dan minimum)
Drop tekanan selama kondisi aliran normal
Drop tekanan pada kondisi shut off
Tingkat noise tekanan yang diijinkan
Derajat superheat atau terjadinya flashing
Ukuran pipa inlet dan outlet serta penjadwalan.
Jumlah jenis valve
Kuantitas yang diperoleh
Ukuran valve
Konstruksi bodi valve (angle, botterfly, dsb)
Bahan bodi (besi dengan jenis ASTM A126 kelas B, WCB dengan grade ASTM A216, dll)
Koneksi akhir dan rating (screwed, ANSI class 600 RF flanged, ANSI class 1500 RTJ flanged,
dll)
Jenis plug valve (quick opening, linier, equal percentage)
Jenis aksi plug valve (push down to close atau push down to open)
Ukuran port (penuh atau dibatasi)
Bahan trim valve yang diperlukan
Aksi yang diinginkan pada kondisi kegagalan udara (valve to open, close atau retain las
controlled position)
Aksi aliran (aliran cenderung untuk membuka valve atau aliran cenderung untuk menutup
valve)
Ukuran aktuator yang dibutuhkan
Suplai udara instrumen yang tersedia
Jenis Bonnet (bellow seal atau extension)
Aksesori yang dibutuhkan (positioner, handwheel, dll)
Sinyal instrumen (3 hingga 15 psi, 4 hingga 20 mA, dll)
Terdapat banyak pilihan untuk konfigurasi akhir control valve, diantaranya adalah:
threaded
socket-weld atau buttweld
push on - solder end
clamp
grooved end flangeless wafer-style
lugged
mechanical joint
flanged
Untuk mengoptimalkan kinerja katup, ukuran untuk aplikasi ketika beroperasi harus
benar.Pengukuran dari kendali katup ini dengan menggunakan 'aliran katup koefisien'.Aliran
katup koefisien adalah ukuran dari kapasitas untuk katup kontrol dalam posisi terbuka
penuh.Aliran koefisien ditetapkan sebagai berikut:
a. Cv - satuan pemerintah
b. Kv - Eropa
c. Av – SI
Konversi untuk Koefisien Aliran :
Cv = 1,7 Kv
Kv = 0,86 Cv
Cv = 41660 Av
Av = 0.000024 Cv
D. Kebisingan dan Kavitasi Katup Kontrol
1) Kebisingan
Suara yang dihasilkan dari gerakan cairan dalam katup.Jika kebisingan melebihi tingkat
tertentu maka dapat membahayakan.Namun, kebisingan juga merupakan alat diagnostik yang
baik.Seperti suara atau kebisingan yang dihasilkan oleh gesekan, kebisingan yang berlebihan
menunjukkan adanya kerusakan yang mungkin terjadi dalam katup.
Ada tiga sumber utama kebisingan:
a. Getaran Mekanis
Getaran mekanis merupakan indikasi yang baik dari kerusakan komponen katup.Karena
kebisingan yang dihasilkan biasanya memiliki intensitas dan frekuensi yang rendah.
b. Kebisingan Hidrodinamik
Kebisingan Hidrodinamika disebabkan oleh arus zat cair.Ketika cairan melewati batas
ukur dan terjadi perubahan tekanan sehingga memungkinkan perubahan cairan menjadi bentuk
gas.
c. Kebisingan Aerodinamika
Kebisingan Aerodinamis dihasilkan oleh turbulensi gas dan merupakan sumber utama
kebisingan.
2) Flashing dan Kavitasi
a. Flashing
Flashing adalah tahap pertama dari kavitasi.Flashing terjadi ketika arus cair berubah
menjadi uap.Hal ini disebabkan oleh penurunan tekanan sehingga penurunan tekanan merubah
cairan menjadi gas.
b. Kavitasi
Kavitasi sama dengan flashing kecuali tekanan kembali di outlet aliran air sehingga uap
dikembalikan ke zat cair. Kavitasi terjadi di bawah kondisi yang berbeda untuk berbagai
katup.Hal ini disebabkan oleh karakteristik masing-masing katup untuk pemulihan tekanan
katup.
E. Dampak keseluruhan terhadap Loop Control
Setidaknya, ada dua masalah ketika mengintegrasikan katup kontrol ke dalam aplikasi
loop kontrol.
Respon waktu katup control
Kesalahan dan kontrol pada aliran rendah
Waktu respons dari katup kontrol akan menambah waktu respon keseluruhan dari loop
control. Laju alir katup kontrol dapat menjadi sulit pada laju aliran yang rendah karena akurasi
dan resolusi aktuasi berkurang. Pada tingkat aliran rendah akurasi dan resolusi akan
dipertahankan oleh kontrol dari katup yang lebih kecil.
F. Beberapa Jenis Katup yang sering digunakan yaitu :
1) Sliding Valves ( Badan katup yang menyorong)
Desain badan katup dibuat untuk memberikan karakteristik aliran yang berbeda-beda.Jika
dilihat dari bentuknya, katup ini dibagi terdiri dari banyak jenis.Diantaranya :
a) Katup Globe
Katup Globe adalah salah satu jenis yang paling umum dengan badan katup
menyorong.Bentuk eksternal valve seperti globe.Badan dari katup ini pada dasarnya terletak
pada bagian internal dan kontak dengan aliran air.Karakteristik dari katup ini yaitu badan katup
menyerap tekanan aliran katup (tidak ada tekanan di katup).Stem bergerak linier (naik – turun)
untuk mengubah posisi plug, posisi plug yang berubah menyebabkan luas area antara seat dan
plug berubah.
Keuntungan :
Desain sederhana.
Pemeliharaan sederhana.
Kecil dan ringan.
Kisarannya luas.
Kekurangan :shutoffnya kurang baik, kehilangan tekanan tinggi, dan diperlukan desain yang
lebih kompleks agar bekerja dengan seimbang.
b) Katup Cage
Katup Cage tidak dianjurkan digunakan pada cairan yang sangat kental.Semacam cairan
yang lengket atau bergetah juga dapat menyebabkan masalah, sebagai cairan yang mengandung
padatan.Hal ini dapat menyebabkan masalah operasional yang disebut fouling.
c) Katup Angel Body
Katup ini dapat disamakan dengan katup siku bola dunia.Aliran yang keluar adalah 90
derajat dengan aliran masuk.Katup Angle memiliki batasan aliran kecil ketika keluar, jadi jika
terjadi flashing maka cenderung melakukannya secara hilir dari katup.
d) Y-Style Valves
Katup ini bekerja pada operasi miring pada sudut 45 derajat dengan aliran masuk.Dalam
prakteknya digunakan untuk aplikasi drainase, beroperasi pada posisi hampir tertutup.Faktor
penghambat adalah ketika pemasangan dengan bagian bergerak tidak vertikal.
e) (Split Body) Katup Tubuh Split
Katup dengan tubuh Split dapat memberikan aliran yang efisien. Karena kontruksi katup
ini ramping sederhana sehingga dapat meminimalkan Fouling.
f) Three-Way Valves
Katup ini mempunyai 2 jenis, yaitu :
a) Percampuran
Katup pencampuran memiliki dua lubang inlet dan satu outlet.Jenis katup ini digunakan
untuk campuran dari dua cairan.
b) Pengalihan
Katup pengalihan memiliki satu inlet dan dua outlet.Jenis katup ini merupakan kebalikan dari
katup pencampuran.Katup pengalihkan dapat digunakan untuk memindahkan atau untuk operasi
bypass.Pengalihan ini relatif memberikan aliran kontrol yang diperlukan dengan satu outlet,
sementara memungkinkan aliran konstan melalui sistem dengan outlet lainnya.
2) Rotary Valves (Katup rotari)
Katup rotari (Rotary Valves) ini dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Butterfly Valves
Butterfly Valves terbentuk dari cakram yang berputar di jalur aliran untuk mengatur laju
aliran.Porosnya ini berpusat pada sumbu pipa.Piringan cakram menarik bagian yang sempit pipa
saluran.Lubang ini meminimalkan keausan dan mengurangi gesekan.Pengendalian katup pada
posisi tertutup bisa menyulitkan aliran karena diperlukan torsi untuk keluaran untuk menarik
katup keluar dari dudukannya.Cara kerjanya mirip sayap kupu-kupu, yaitu sebuah damper yang
berotasi untuk mengatur hambatan aliran.
Keuntungan dari tipe butterfly valves ini yaitu antara lain kapasitasnya besar,
kehilangan tekanan rendah, dan dapat diaplikasikan untuk slurry. Namun kerugiannya torque
(tenaga putaran) besar, mempengaruhi aliran dengan kisaran terbatas (0-60%), shutoff yang rapat
membutuhkan material seat yang khusus.
b) Ball Valves
Katup bola merupakan salah satu jenis yang paling umum dari katup rotari.Katup
berbentuk bola dengan lubang silinder untuk aliran cairan.Bola berputar untuk mempengaruhi
jumlah aliran.Pembatas valve berupa bola solid, yang mempunyai bagian yang dihilangkan untuk
mengatur luasan area aliran.Di antara berbagai konfigurasi, yang 'mengambang' bola memiliki
dua stempel yang memberikan dukungan bantalan ke segmen bola.Namun tingkat gesekan pada
katup ini lebih tinggi dibandingkan dengan bantalan konvensional yang dapat mempengaruhi
kinerja dari katup ini.
Keuntungan dari tipe Ball valves ini yaitu kapasitasnya yang besar dan shutoffnya rapat.
Namun kerugiannya adalah aplikasi untuk pressure drop sedang, dan cenderung terjadi
penyumbatan.
2.3Kalibrasi Control Valve
Kalibrasi control valve diperlukan untuk memastikan bahwa control valve dapat
menghasilkan respon aktuasi sebagaimana dikehendaki oleh sistem kontrol pada suatu proses.
Respon aktuasi yang dimaksud meliputi ketepatan pada value, linearity, dan juga respon time
tentunya. Control valve sebagai aktuator dalam suatu loop kontrol mempunyai peranan penting
dalam meregulating suatu proses. Kegagalannya dalam meregulating suatu proses adalah
merupakan indikasi abnormality suatu proses yang apabila berkelanjutan berefek kepada
shutdown.
Ada 2 macam kalibrasi yang umum dikenal pada control valve yaitu Manual Calibration dan
Auto Calibration.
Manual calibration adalah kalibrasi dengan menggunakan input manual untuk control valve
dan sebagai pembanding adalah si pengkalibrasi. Inti dari pada kalibrasi adalah untuk membawa
value kepada nilai sebenarnya.Value dari suatu control valva adalah bukaan / opening. Bukaan di
value kan berupa percentage. Common sense mengatakan bahwa lima titik standar yang
dijadikan patokan sebagai opening control valve. 0%, 25%, 50%, 75%, 100%. Aktivitas kalibrasi
adalah untuk mengsinkronkan input kontrol valve yang berupa analogue signal (assumed HART)
dengan opening control valve. Nilai 4-20 mA sebagai standar instrumentasi direntangkan untuk
mewakili opening menjadi 4mA, 8mA, 12mA, 16mA, 20mA.
Dalam control valve dikenal terminologi Quick Opening, Linear, Equal Percentage. Istilah
ini untuk menunjukkan hubungan antara opening dan flow rate. Pertanyaan yang timbul adalah
apakah ketika Valve Quick Opening atau Equal Percentage maka opening travelnya tidak linear
dengan input signal? Menurut pendapat orang fisher bahwa Quick Opening, Linear, dan Equal
Percentage adalah trim characteristik yang sudah di set pada geometri valve yang menghasilkan
nilai Cv. Sehingga input signal terhadap opening harus selalu linear.
Jarak travel juga menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam kalibrasi. Jarak travel
adalah absolutely mechanical adjust pada stem control valve. Jarak travel adalah jarak dari fully
open sampai fully closed. Fully closed artinya sudah tidak dapat diadjust tapi untuk fully open
beberapa valve memberikan keleluasaan kepada user untuk memendekkan atau memanjangkan
travel.Reference utama dalam tahap konstruksi adalah bahwa jarak travel harus sesuai dengan
data sheet. Jika jarak travel salah maka control valve akan mendeteksi maksimum open sebagai
100%. Misalkan control valve anda jarak travelnya 3″, namun dalam kenyataannya secara
mekanikal berjarak 4″ maka dalam tahap kalibrasi nilai travel 4″ dianggap sebagai 100%,
padahal seharusnya kalau merefer kepada datasheet dengan travel 3″ maka nilai opening 4″
adalah sekitar 133%. Oleh karena itu harus benar-benar dipastikan bahwa jarak travel sudah
sesuai requirement pada datasheet dengan melakukan adjustment pada stem.
Autocalibration dapat dilakukan dengan menggunakan Handheld Fisher 375.Pilih menu
calibration and auto. Valve secara otomatik mencari highest postition dengan menstroke secara
penuh control valve, nilai itu akan secara otomatik dianggap sebagai nilai 100%. Kemudian
valve akan mencari nilai fully closed, dan nilai itu adalah 0%. And valve calibrated already.
Initial opening menjadi penting ketika tight shut off menjadi hal utama. Artinya ketika fully
closed 0% control valve harus benar-benar tight. Bagaimana memastikannya?Case untuk FC,
langkah pertama pastikan ketika feedback menunjukan 0%, kemudian release pressure-nya maka
control valve tidak ada gerakan turun lagi. Atau dengan mengirim signal dibawah nilai minimum
4 mA, misalnya 3.8 mA maka control valve juga sudah tidak dapat turun lagi. Kalo control
valve sudah terkalibrasi tetapi ketika dikirim signal 3.8 mA control valve masih turun lagi maka
nilai 0% belum sepenuhnya tight.
Hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan kalibrasi adalah control valve dalam
kondisi out of service. Serta proteksi kalibrasi harus dihilangkan. Pastikan input karakteristik dan
send ke control valve. Setelah kalibrasi selesai control valve dikembalikan pada kondisi in-
service.
2.4 Safety Requirements
Ketika udara yang dari actuator tidak mengalir (bisa karena kerusakan compressor, atau hal lain), berarti tidak ada lagi yang membuka/menutup plug control valve, tidak adanya udara yang bertekanan ini, belum tentu berakibat control valvenya selalu tertutup.
Pada prisipnya fail-safeakan dibutuhkan ketika temperature/pressure both side upstream/pun downstream proses diusahakan untuk tidak berubah saat control valve tidak aktif. Dan fail-nya instrument air ini tidak boleh dibiarkanterlalu lama karena walau pun ada back-up fail-position dari control valve, tetap tidak akan bener-benar bisa menahan hazard yang terjadi dalam waktu lama.
Contoh2 sistem yang seringkali memiliki default :
1. control valve untuk fuel-oil menuju heater burners biasanya fail closed. Safetynya mending burnernya mati daripada overheating
2. feed menuju ke heater tubes biasanya fail open supaya pas instrument air gagal masih ada fluida yg mengalir untuk dipanasi, kalo fluidanya berhenti, bisa jadi overheating, temperature naik, pressure naik juga.
3. feed menuju ke fractionating collum, biasanya fail closed4. steam supply ke reboiler biasanya fail closed5. reflux drum vapor outlet dan reflux pump discharge, biasanya fail open6. minimum flow/bypass line di centrifugal discharge line, biasanya fail open7. bypass linenya compressor dan reciprocating machine biasanya juga fail open.8. feed yg masuk ke reactor, biasanya fail closed… hanya sering juga fail open untuk alasan safety
yg lebih kuat.
Dari beberapa kasus di atas, dapat ditarik kesimpulan, buat heater, control valve di hot fluid, biasanya fail closed dan dicold fluid biasanya fail open supaya kalau fail tidak menjadikan overheating.
Capacity Coefficients untuk control valve Valve
Untuk sizing valve, ada yang dinamakan Cv atau valve flow coefficient. Cv ini bergantung pada dimensi internal valve, dan smoothness permukaan di dalam valve. Semakin tua control valve otomatis juga mempengaruhi karakter si Cv ini.
Cvdapat diartikan sebagai index yang mengindikasikan berapa besar volumetric flow-rate (gpm) yang dapat dihasilkan ketika air bersuhu 600F melewati sebuah control valve yang menyebabkan penurunan tekanan sebesar 1psi.
Selain Cv adapula Cvc. Cvc ini dihitung dengan menggunakan normal design flowrate dalam gpm. Dari sini bisa di cari valve yang sesuai biasanya diambil valve dengan Cv diatas Cvc. Untuk range yang bagus untuk control, Cv diambil yg 1.25 sampe 2 kali Cvc.
Biasanya range tersebut digunakan untuk tipe plug yang equal percentage dan linear flow. Tetapi ada juga valve yang punya range lebih lebar.
Adapula Cf, critical flow factor. Untuk liquid flow dapat dianggap subcritical kalau vapor pressure dari liquid tidak akan melebihi pressure terendah pada saat melewati control valve. Dapat dilihat profile pressure yang melewati control valve di gambar berikut ini
Kalau Pvapor berada di range A atau B akan terjadi vaporisasi/kavitasi pada saat dimana Pfluida sama dengan atau kurang dari vapor pressurenya. Kalo PVapornya di range B, berarti akan kembali menjadi liquid lagi. Tetapi kalau di range A, maka vapor akan tetap menjadi vapor.
Cavitasi (range B) ini juga tidak baik untuk control valve, karena akan menyebabkan rapid wear plugnya, dan menyebabkan vibrasi dan noise juga dan kalau berada di range A, saat keluar dari control valve tersebut, fluidanya yang pada awal masih satu phase, bisa jadi jadi 2 phase, ataupun bisa jadi, jadi gas semua.Apalagi kalau vapor pressurenya ada di atas P1, berarti kemungkinanfluida berada pada 2phase, dengan persentase tertentu antara gas dan liquidnya, dan akan berubah ketika fuidanya keluar dari control valve. Untuk kasus ini, diameter downstream control valve dapat dibuat lebih besar dari upstreamnya.
Baik untuk liquid maupun gas, ada yang dinamakan critical flow dan subcritical flow. Kapan flow disebut critical flow, kapan disebut subcritical. Untuk gas, critical flow / ketika velocity gas mencapai sonic velocity, sebaiknya dihindari karena bisa menyebabkan noise dan vibrasi. Critical flow dapat dicegah dengan mengurangi pressure drop yang melalui valve dengan merelokasi valve dalam system atau dengan memilih valve dengan Cf yang lebih besar.Cf itu dimensionless, dan tergantung jenis valve. Cf itu ratio antara control valve coefficient pada kondisi critical dengan flow coefficient yang di keluarkan oleh manufacture.
Valve antara 2 pipe reducer –flow capacity control valve yang ada diantara 2 pipe reducer sedikit dibawah yang lain. Pada subcritical flow, caranya dengan menghitung correction factor, R kalau di critical flow, correction factornya Cfr yang akan mengganti posisi Cf dalam calculation R, dan Cfr juga tergantung pada ratio antara size pipa dan size control valvenya.
Untuk lebih jelasnya ada beberapa fakta kondisi operasi control valve:
Kondisi operasi
Fakta-fakta random mengenai control valve:
Control valve biasanya mempunyai size dibawah size upstream pipa atau maksimal sama. Tidak pernah diambil lebih besar.
Ukuran control valve dapat dibuat jauh lebih kecil daripada size upstreamnya bila harus mengabsorb pressure drop yang besar.
Control valve bisa mengakomodasi range kapasitas dan beda tekanan yang lumayan besar. Flowrate dan kondisi proses biasanya sudah ditentukan sebelumnya untuk ngesize piping dan hal lain. Jadi pada saat sizing control valve lebih baih memberi data kapasitas~pressure lebih dari satu.
Terkadang kalau sistemnya memiliki range kapasitas yang besar, diperlukan hingga 2 control valve secara parallel, satu untuk flowrate yang besar, dan yang lainnya untuk yang kecil.
Secara umum control valve digunakan juga untuk pressure killer yang lumayan baik. Hampir 1/3 dari overall pressure drop bisa dialokasikan ke control valve dan sisanya pada piping dan equipmentnya. Dan pada system yang memiliki beda tekanan yang harus dikill besar, maka bisa jadi semua sisa beda tekan yang belum terakomodir oleh piping dialokasikan ke control valve.
Butterfly valve bisa beroperasi dengan pressure drop yang kecil (1 koma psi). Biasanya cocok untuk discharge compressor dan line cooling water supply. Tetapi trotling, koefisien valve ini bisa turun secara teratur.
Butterfly/ball valve memiliki actuator side mounted karena actuator stemnya dapat memutar as valve. Karakteristik plug untuk hal ini bisa dipengaruhi oleh hubungan antara actuator stem dan valve axle.
Control valve selain jenis butterfly hanya dapat meregulasi flow dengan mengabsorb atau memberi pressure drop ke system.
Perubahan pada density/S.G (atau salah estimasi) memberikan effect minor ke kapasitas valve. Bila flow melalui valve merupakan critical flow, maka untuk sizing bypass dan line downstream
control valve harus sangat hati-hati karena vaporisasi sepanjang control valve menyebabkan naiknya pressure drop.
Untuk mendapatkan velocity yang masuk akal saat vaporisasi terjadi, maka piping didownstream control valve biasanya jadi lebih besar dibanding di upstreamnya.
Untuk menghindari vaporisasi di control valve dapat pula dengan menambah static pressure pada upstream.
Pada tekanan yang tinggi, temperature tinggi, atau beda tekan yang besar, sebaiknya control valve tidak dioperasikan untuk menutup. Karena velocity yang besar, akan menghantam control valve dan akan menyebabkan flow control menjadi tidak akurat lagi, dan menyebabkan kebocoran ketika valve di shutoff.
Bypass biasanya digunakan untuk control valve yang lebih kecil dari 2in, atau untuk high viscosity dan lethal, atau untuk liquid yang mengandung solid yang abrasive, dalam boiler feed water service, atau untuk sistem steam yg mengharuskan untuk killing high pressure (lebih dari
100psi) tetapi juga sering kali bypass disediakan untuk maintenance si control valve tanpa shutdown sistem.
Untuk konsistensi pada design piping, coefficeient flow untuk bypass valve sebaiknya dibuat sama seperti di control valve berikut pressure dropnya.
Biasanya diplant, control valve ditaruh di grade/platform elevation. dan mudah diaksesnya kecuali untuk valve2 yanng harus disimpan diself-draining pipelines. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah maintenance/quick respon kalau ada masalah dengan processnya.
Sebelum dan sesudah control valve biasanya diberi gate valve untuk fluida2 yang berbahaya, biasanya diberi drain di low pointnya untuk fail-open dipasang drainnya satu, kalau fail-close diberi 2, upstream dan downstream. untuk maintenance, mereka tutup dua gate valve, terus didrain, dan take out control valvenya. Untuk kelengkapan lainnya kalau fluida yang melewati control valve saturated steam flow, biasanya diberi steam trap di lowest point.
Untuk maintenance control valve, perlu ada space atas bawah kanan kiri untukmengambil control valve ini. Itulah alasan mengapapiping diatas control valve dikasih jarak sekitar 12in.
Berikut adalah contoh susunan bypass dan control valve. Tipe U dipilih ketika inlet dan outlet flow mendekati control valve dari elevasi yang lebih tinggi. Tipe corner dipakai kalau flownya dari tinggi ke rendah atau sebaliknya. Tipe looped bypass biasanya untuk flow horisontal yang sekitaran grade.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebuah loop sistem kendali proses (Process Control System) terdiri dari sensor (Flow,
Temp,Pressure, Level, analyzer dll), transmitter (4-20 mA/ maupun pneumatic 3-15
Psig),controller (berisi PID algorithm maupun Advanced Process Control sperti MPC, Fuzzy,
JSTdll), final element (control valve, damper, motor). Element – element loop kontrol tersebut
saling mempengaruhi, contohnya secanggih apapun controllernya (DCS/PLC/SCADA) yg
dilengkapi dgn algoritma canggih (MPC, JST dll) namun apabila control valvenya jelek
(Oversized or undersized), maka pengendalian tidak stabil.
Control valve adalah salah satu jenis final element yg paling banyak digunakan di industri
proses, nyaris 95 %, dan memerlukan perhatian khusus mengingat berhubungan langsung dengan
fluida proses dan harganya yang sangat mahal. Seorang instrument & process control engineer
harus jeli dalam memilih control valve yg banyak jenis dan aplikasinya.
Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memilih control valve (SIZING):
1. Jenis Pengendalian (Flow, Pressure, temp, Level, analyzer dll) ato cuma On-Off control
2. Karakteristik Inherent dan installed control valve (quick opening, linear, equal percentage)
3. Material control valve (satinless steel, carbon steel dll)
4. Accessories control valve: positioner, I/P, limit switch, booster, air set dll
5. Fail opened ato fail closed
6. Actuator (pneumatic, hidrolik ato electric)
7. Jenis control valve (globe, butterfly, ball, V-ball dll)
8. Kondisi proses dari fluida kerja (Pressure, Pressure Drop,temperature, Specivic gravity dll)
3.2 Saran
Control valve adalah suatu jenis final control element yang paling umum dipakai untuk
sistem pengendalian proses. Control valve bekerja mengendalikan proses secara kontinyu
manipulated variable (mengatur besar bukaanvalve) agar proses variable selalu sama dengan set
point.
Control valve yang akan digunakan untuk mengendalikan suatu proses harus disesuaikan
dengan fluida dan kondisi prosesnya, agar tidak terjadi aus, karena hasilnya akan maksimal jika
control valve cocok dengan fluida dan kondisi prosesnya, namun terkadang memerlukan bahan
yang mahal, yang kita ketahui control valve hanya sebatas digunakan dan perawatannya pun
terkadang kurang diperhatikan, sehingga maintenance akan semakin rumit ketika control valve
bocor atau mungkin control valve sudah aus dan tidak bisa menjalankan fungsinya dengan
keadaan optimal seperti biasa.
Oleh karena itu, pemilihan bahan untuk membuat control valve yang akan digunakan untuk
suatu proses harus sesuai dengan fluida dan kondisi prosesnya, agar tidak terjadi korosi ataupun
gangguan lainnya, dan karena bahan yang digunakan biasanya mahal, maka maintenance-nya
harus diperhatikan benar supaya kita mengetahui sejak dini apa yang terjadi dengan control
valve, apakah ada gangguan atau tidak, dan juga kita bisa sedikit berhemat jika sudah tahu
gangguan yang terjadi sejak dini tadi sehingga mungkin gangguan tersebut bisa diakali, supaya
tidak perlu lagi membeli atau membuat control valve yang baru lagi andaikata control valve yang
digunakan tidak mendapat perawatan yang optimal sehingga rusak.
Terakhir, yang tidak kalah pentingnya, adalah karakteristik control valve yang dibutuhkan
harus diketahui dengan jelas, apakah termasuk quick opening valve, linear valve, atau equal
percentage valve agar tidak terjadi malfungsi saat digunakan dalam proses.
LAMPIRAN
(Pertanyaan dan Jawaban)Pertanyaan :
1. Sebut dan jelaskan macam-macam control valve berdasarkan jumlah valve seat-nya!2. Jelaskan pengertian dari controller dan control unit!3. Sebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memilih control valve!
Jawaban :
1. Single seat dan double seat, Single Seat
Katup Single Seated adalah salah satu bentuk katup yang sangat umum dan sangat
sederhana.Katup ini memiliki beberapa bagian internal. Katup ini lebih kecil dari double seated.
Pada Single Sieated aliran dapat dengan mudah masuk kedalam badan katup.Katup ini terdiri
dalam berbagai badan konfigurasi dan luas.Sehingga memiliki rentang aliran yang lebih besar.
Pada single seat, tekanan bekerja pada saluran bagian bawah plug, sehingga
menimbulkan gaya tekan ke atas pada stem. Kelebihan dari seat ini adalah dapat menutup
dengan rapat dan dapat digunakan sebagai aliran proses tanpa kebocoran. Sedangkan
kelemahannya adalah tidak ada keseimbangan gaya pada plug akibat dari tekanan yang bekerja
satu arah.
Double Seat
Katup ini merupakan desain lama yang memiliki keunggulan lebih sedikit dibandingkan
dengan kerugian.Meskipun katup ini ditemukan dalam sistem lama, katup ini jarang digunakan
dalam aplikasi baru.Katup ini tidak benar-benar seimbang, karena itu disebut semibalanced.
Pada double seat, tekanan yang masuk dan keluar dapat diseimbangkan karena tekanan
bekerja pada kedua plug dengan arah berlawanan.Kelebihan dari jenis ini adalah kapasitas aliran
naik sampai 30% lebih besar dari single seat.Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat
menutup dengan rapat.
2. Controller adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah pengendalian, yaitu
membandingkan set point dengan measurement variable, menghitung berapa banyak koreksi
yang perlu dilakukan, dan mengeluarkan sinyal koreksi yang sesuai dengan hasil
perhitungan.Controller sepenuhnya mengantikan peran manusia dalam mengendalikan sebuah
proses.
Control unit adalah bagian dari controller yang menghitung besarnya koreksi yang diperlukan.
Input control unit adalah error, dan outputnya adalah sinyal yang keluar dari controller. Control
unit memiliki transfer function yang tergantung pada jenis controller. Output control unit adalah
hasil penyesuaian matematik transfer function dengan memasukkan nilai error sebagai input.
3. Beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memilih control valve diantaranya :
Jenis Pengendalian (Flow, Pressure, temp, Level, analyzer dll) ato cuma On-Off control
Karakteristik Inherent dan installed control valve (quick opening, linear, equal percentage)
Material control valve (satinless steel, carbon steel dll)
Accessories control valve: positioner, I/P, limit switch, booster, air set dll
Fail opened ato fail closed
Actuator (pneumatic, hidrolik ato electric)
Jenis control valve (globe, butterfly, ball, V-ball dll)
Kondisi proses dari fluida kerja (Pressure, Pressure Drop,temperature, Specivic gravity dll)