32
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Strategi Belajar Mengajar yang dibimbing oleh Ibu Dr. Sri Endah Indriwati,M.Pd Oleh : Kelompok 3/offering B Aqidatul Izza 130341614789 Baiq Muna 130341614814 Gibbie Nandhini 1303416 Nur Istiqlalial F 130341614818 Wiwit Rahayu 130341603362 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN JURUSAN BIOLOGI Agustus 2015

Cooperative Learning2

  • Upload
    nnvbnc

  • View
    226

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cooperativ

Citation preview

Page 1: Cooperative Learning2

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Strategi Belajar Mengajar

yang dibimbing oleh Ibu Dr. Sri Endah Indriwati,M.Pd

Oleh :

Kelompok 3/offering B

Aqidatul Izza 130341614789

Baiq Muna 130341614814

Gibbie Nandhini 1303416

Nur Istiqlalial F 130341614818

Wiwit Rahayu 130341603362

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

JURUSAN BIOLOGI

Agustus 2015

Page 2: Cooperative Learning2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat kecenderungan pada sekolah-sekolah untuk memperlakukan

siswa secara kurang adil. Contohnya dengan membentuk kelas-kelas unggulan.

Siswa yang pandai di masukkan kelas tersebut dan mendapat segudang fasilitas

yang lebih baik dari pada siswa yang masuk ke kelas biasa. Siswa pada kelompok

unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik. Sementara siswa

di kelas tidak unggul merasa tidak mampu dan merasa tersisihkan.

Sifat individual ini saebenarnya kurang baik. Manusia memang makhluk

individual, berbeda satu sama lain, karena sifatnya yang individual maka manusia

yang satu membutuhkan manusia yang lainnya sehingga sebagai konsekuensi

logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk beriteraksi dengan

sesamanya, selain itu manusia memiliki potensi, latar belakang historis, serta

harapan masa depan yang berbeda-beda. Dari adanya perbedaan, manusia dapat

silih asah (saling mencerdaskan), saling membutuhkan maka harus ada interaksi

yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Perbedaan

antarmanusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan

ketersinggungan dan kesalahpahaman antarsesamanya. Agar manusia terhindar

dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih

asuh (saling tenggang rasa). Dalam dunia pendidikan, khususnya pada jenjang

pendidikan formal  banyak dijumpai perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan

gender, suku, agama, dan lain-lain. Dari karakter yang heterogen tersebut, timbul

suatu pertanyaan bagaimana guru dapat memotivasi seluruh siswa mereka untuk

belajar dan membantu saling belajar satu sama lain?

Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan

belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi

dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran

yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat

dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas

Page 3: Cooperative Learning2

berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif.

Isjoni (2009) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

merupakan terjemahan dari istilah cooperative learning. Cooperative learning

berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-

sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu

tim. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat

mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa

dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat

digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi,

dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi

sosial dan hubungan antar manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengertian pembelajaran kooperatif?

Bagaimana tujuan pembelajaran kooperatif?

Bagaimana ciri-ciri pembelajaran kooperatif?

Bagaimana unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif?

Bagaimana prinsip pembelajaran kooperatif?

Bagaimana kekurangan dan kelebihan pembelajaran kooperatif?

Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif?

1.3 Tujuan

Mengetahui pengertian pembelajaran kooperatif.

Mengetahui tujuan pembelajaran kooperatif.

Mengetahui ciri-ciri pembelajaran kooperatif.

Mengetahui unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif.

Mengetahui prinsip pembelajaran kooperatif.

Page 4: Cooperative Learning2

Mengetahui kekurangan dan kelebihan pembelajaran kooperatif.

Mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif.

Page 5: Cooperative Learning2

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2007). Slavin dalam

Isjoni (2009) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran

dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009) mengemukakan

bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau

serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada

siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif

adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010). Jadi Model pembelajaran

kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam

kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan.

Stahl dalam Isjoni (2009) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-

menolong dalam perilaku sosial. Lie (2007) mengungkapkan bahwa model

pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan

pendidik mengelola kelas lebih efektif. Johnson (Lie, 2007) mengemukakan

dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi

antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

Page 6: Cooperative Learning2

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model

pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar

individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi

intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Rohman, 2009).

Cooperative learning menurut Slavin (2005) merujuk pada berbagai macam

model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan

latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain

dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa

diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi

untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup

kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih

dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada

struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan

terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan hubungan yang bersifat

interdependensi efektif antara anggota kelompok.

Anita Lie (Agus Suprijono, 2009: 56) menguraikan model

pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo homini socius.

Berlawanan dengan teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa manusia

adalah makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci

seseorang dapat menempatkan dirinya di lingkungan sekitar. Dari beberapa

definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya

bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan

rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda

untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar

belajar semua anggota maksimal.

2.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model

pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,

Page 7: Cooperative Learning2

konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa

menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.

Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran

kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang proakademik di antara para

siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting

bagi pencapaian siswa. Menurut Isjoni (2007) tujuan utama pembelajaran

cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara

berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai

pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok. Selain itu juga dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju

belajar lebih baik.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh

Ibrahim, yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan

sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting

lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai

latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada

tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan

belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan social

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak

muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

2.3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Page 8: Cooperative Learning2

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif yang diungkapkan oleh Sanjaya

(2007) yaitu:

a. setiap anggota memiliki peran

b. terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa

c. setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

teman-teman sekelompoknya

d. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

e. interpersonal kelompok

f. guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif

sebagaimana dikemukakan Slavin yaitu penghargaan kelompok, pertanggung

jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

2.4. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Lie (2008); Sanjaya (2007)) ada

lima unsure dasar dalam pembelajaran koopertif.

a. prinsip ketergantungan positif

Dalam pembelajaran koeratif, keberhasilan dalam penyelesaian

tugas tergantung pada usaha yang di lakukan oleh kelompok tersebut.

Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing

anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan

mersakan saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan

Keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing

anggota kelompoknya. Oleh karena itu setiap anggota kelompok

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus di kerjakan dalam

kelompok tersebut.

c. Interaksi tatap muka

Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap angota kelompok

untuk bertatap muka saling memberika informasi dan saling

membelajarkan.

d. Partisipasi dan Komunikasi

Page 9: Cooperative Learning2

Melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi

dalam kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi proses kelompok

Menjadwalakan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi

proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selajutnya bias

bekerja sama dengan lebih efektif.

2.5. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2011) mengemukakan unsur-unsur dalam pembelajaran

kooperatif sebagai berikut.

a. siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang

bersama”;

b. siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain

dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam

mempelajari materi yang dihadapi;

c. siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama;

d. siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota

kelompok;

e. siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;

f. siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan

bekerja sama selama belajar;

g. setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Suprijono (2009) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok

bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal,

lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima

unsur tersebut adalah sebagai berikut.

1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang

Page 10: Cooperative Learning2

ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok

secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap

keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah

membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.

Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua

anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah

mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat

menyelesaikan tugas yang sama.

3) Face to face promotive interaction (interaksi promoter)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan

positif. Ciri–ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif

dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan,

memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling

mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah

yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh

keberhasilan bersama.

4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)

Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa

harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi

secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung,

serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5) Group processing (pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok

dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan

kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang

sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan

kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan

kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara

Page 11: Cooperative Learning2

keseluruhan. Thompson, et al (Isjoni,2009) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada

pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama

dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.

Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa dengan

kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri

dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini

bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan

teman yang berbeda latar

belakangnya.

Isjoni (2009) menguraikan bahwa pada pembelajaran kooperatif

yang diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat

bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi

pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan

atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok,

tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

2.6. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan pembelajaran cooperative learning dipilih karena

pendekatan ini memiliki banyak keunggulan. Cooperative learning memiliki

beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih

bersifat konvensional. Jarolimek & Parker dalam Isjoni (2007) menyebutkan

bahwa keunggulan yang diperoleh dari pembelajaran kooperatif adalah :

a. Saling ketergantungan yang positif.

b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.

c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

d. Suasana yang rileks dan menyenangkan.

e. Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.

f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi

yang menyenangkan.

Sementara itu bila keunggulan itu dilihat dari aspek siswa meliputi

(Cilibert- Macmilan, 2007) :

Page 12: Cooperative Learning2

a. Memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu

pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama

dalam merumuskan satu pandangan kelompok

b. Memungkinkan siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar, melatih

siswa memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupun

keterampilan sosial seperti keterampilan mengemukakan pendapat,

menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa

setiakawan dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam

kehidupan kelas.

c. Memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan

dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan

demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa

juga berperan sebagai tutor bagi teman sebaya.

d. Memungkinkan siswa memiliki motivasi yang tinggi, peningkatan

kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis,

membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar

menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki

sikap terhadap sekolah dan belajar, mengurangi tingkah laku yang kurang

baik serta membantu menghargai pokok pikiran orang lain.

Selain memeiliki beberapa keunggulan, pembelajaran kooperatif juga

memiliki kelemahan. Kelemahan pembelajaran cooperative learning meliputi

(Isjoni,2007) :

a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, memerlukan

lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan topik

permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini megakibatkan

siswa yang lain menjadi pasif

Page 13: Cooperative Learning2

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu

faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam

yaitu sebagai berikut:

a. guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu

memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;

b. agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;

c. selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topic

permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan

d. saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini

mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

2.7. Aspek-aspek pembelajaran Kooperatif

Miftahul (2011) memaparkan beberapa aspek pembelajaran kooperatif

sebagai berikut:

a. Tujuan

Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (sering

kali yang beragam/ ability grouping/ heterogenous group) dan diminta

untuk 1) mempelajari materi tertentu dan 2) saling memastikan semua

anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.

b. Level kooperatif

Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan

bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang

ditugaskan) dan level sekolah (dengan cara memastikan bahwa semua

siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secara akademik).

c. Pola interaksi

Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antarsatu sama lain.

Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling

menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak

Page 14: Cooperative Learning2

penjelasan masingmasing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan

saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Pola

interaksi ini muncul di dalam dan di antara kelompok-kelompok

kooperatif.

d. Evaluasi

Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya

biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap siswa,

bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa, ataupun sekolah.

Isjoni (2009) menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada

hubungan antara motivasi, hubungan inter personal, strategi pencapaian

khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah

pencapaian hasil yang diinginkan. Nurhadi (TAHUN) mengemukakan

bahwa pembelajaran kooperatif memuat elemen-elemen yang saling terkait

di dalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan positif interaksi

tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin

hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja diajarkan.

Keempat elemen tersebut tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran

kooperatif karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari pembelajaran

koperatif sendiri.

Isjoni (2009) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif

dirancang bagi tujuan untuk melibatkan pelajar secara aktif dalam proses

pembelajaran melanjutkan perbincangan dengan teman-teman dalam

kelompok kecil. Ia memerlukan siswa bertukar pendapat, memberi tanya

jawab serta mewujudkan serta membina proses penyelesaian kepada suatu

masalah. Kajian eksperimental dan diskriptif yang dijalankan mendukung

pendapat yang mengatakan pembelajaran kooperatif dapat memberikan

hasil yang positif kepada siswa.

2.8. Beberapa model pendekatan pembelajaran bernuansa CTL

Adapun beberapa contoh model pembelajaran yang dapat dikembangkan

antara lain

Page 15: Cooperative Learning2

Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2008:11-26) ada berbagai

macam tipe, yaitu Student Teams-Achievement Division (STAD), Team Game

Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC), Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation, Learning

Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods.

1. Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)

Model Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

Individualization) ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin (2008) tipe ini

mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran

individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara

individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan

untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model pembelajaran TAI ini adalah

setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah

dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok

untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota

kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab

bersama.

Menurut Slavin dalam Nur Asma, 2006: 56, model pembelajaran TAI

terdiri dari delapan komponen, yaitu.

Tahap 1: Mempelajari Materi Pelajaran

Siswa mempelajari materi pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.

Tahap 2: Tes Penempatan (Placement test)

Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, dimaksudkan untuk

menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan pada hasil tes

mereka.

Tahap 3: Membagi Siswa ke dalam Kelompok

Siswa dalam model pembelajaran TAI ditempatkan dalam kelompok – kelompok

heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

Tahap 4: Belajar Kelompok (study teams)

Setelah ujian penempatan, masing-masing individu menempatkan diri sesuai

dengan kelompoknya. Setiap kelompok mendiskusikan materi yang sudah

Page 16: Cooperative Learning2

dipelajari oleh masing-masing individu. Setiap kelompok harus memastikan

bahwa setiap anggotanya paham tentang materi yang sudah dipelajari.

Tahap 5: Skor dan Penghargaan kelompok

Guru memberikan skor dan penghargaan terhadap kelompok yang hasil dari

diskusi kelompoknya bagus. Skor ini didasarkan pada jumlah rata – rata unit yang

tercakup oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-tes unit. Kriteria ditetapkan

untuk penampilan (hasil) kelompok.

Tahap 6: Refleksi

Guru menberikan penegasan terhadap materi yang sudah dipelajari. Guru

menerangkan materi yang sudah dipelajari agar siswa lebih yakin dan mantap

terhadap materi yang dipelajari, sehingga jika mendapatkan soal siswa bisa

menyelesaikannya.

Tahap 7: Tes Akhir

Pada akhir pembelajaran guru memberikan posttest yang dikerjakan secara

individu untuk mengukur seberapa pemahaman siswa terhadap materi yang sudah

dipelajari.

Tahap 8: Unit Keseluruhan

Setiap akhir pembelajaran guru mengevaluasi pembelajaran yang dilihat dari hasil

belajar yang diperoleh siswa.

2. Model Pebelajaran Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh

Aronson dkk. Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model

belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam

bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie (1993: 73), bahwa

pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif

dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai

dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling

ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model

pembelajaran Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk

mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat

meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung

Page 17: Cooperative Learning2

jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang

dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman, 2008: 203).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw melibatkan aktivitas seluruh

siswa, bertanggung jawab atas materinya masing-masing, karena seluruh siswa

memiliki tugas masing-masing sehingga siswa lebih aktif dan tidak bosan dalam

proses pembelajaran. Siswa dalam kelompoknya saling membantu dan bekerja

sama untuk mencari tugas/soal yang diberikan sehingga siswa yang kemampuan

rendah juga bisa terbantu oleh siswa yang pintar (Rokhmatika, et al, 2012).

Langkah-langkah dalam penerapan Jigsaw adalah sebagai berikut (Hisyam, et al.,

2002: 56 – 57).

a. Pilihlah materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen

b. Bagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang

ada

c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang

berbeda-beda

d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk

menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dikelompok.

e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada

persoalan dalam kelompok

f. Beri siswa beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap

materi.

3. Model Pembelajaran Student Teams–Achievement Divisions (STAD)

Student Teams–Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model

pembelajaran yang paling baik untuk permulaan bagi pendidik yang baru

menggunakan model pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008:143). Lima

komponen utama atau tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan skor kuis individu, dan

penghargaan kelompok. Adapun penjabaranya adalah sebagai berikut (Slavin,

2008):

a) Presentasi Kelas

b) Belajar Kelompok

Page 18: Cooperative Learning2

c) Kuis

d) Peningkatan Skor Kuis Individu

e) Evaluasi

f) Langkah - Langkah Dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif

Widyantini (2006)

Langkah Indikator Tingkah Laku Guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dan

mengkomunikasikan

kompetensi dasar yang

akan dicapai serta

memotivasi siswa.

Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan

informasi kepada siswa.

Langkah 3 Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok-kelompok

belajar.

Guru menginformasikan

pengelompokan siswa.

Langkah 4 Membimbing

kelompok belajar.

Guru memotivasi serta

memfasilitasi kerja siswa

dalam kelompok –

kelompok belajar.

Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil

belajar tentang materi

pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

Langkah 6 Memberikan

penghargaan

Guru memberi

penghargaan hasil

belajar individual dan

kelompok.

Page 19: Cooperative Learning2

2.9. Penerapan Pendekatan kooperaif di Kelas

Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar langkah-

langkah penderepan kooperatif di kelas adalah sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara belajar dan bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi

sendiri pengetahuan, ketrampilan dan sikap barunya

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya

4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)

5. Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbabai cara.

Page 20: Cooperative Learning2

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

menitikberatkan pada pembentukan kelompok belajar siswa sehingga

siswa dapat saling bekerja sama dan menghargai.

Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan

kemapuan individu dalam hal pemahaman materi dan dapat meningkatkan

kemampuan sosial siswa dalam hal bekerja sama

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota memiliki peran,

terjadi hibungan interaksi langsung antara siswa, dan guru hanya sebagai

fasilitator di dalam pembelajaran

Prinsip pembelajaran kooperatif antara lain ketergantungan positif antar

siswa, tanggung jawab setiap individum partisipasi dan komunikasi serta

evaluasi proses kelompok

Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dapat mengembangkan

kemampuan sosial siswa namun juga memiliki kelemahan yaitu sifat

dominasi salah satu anggota kelompok saja

Penerapan pembelajaran kooperatif di kelas misalnya dengan metode

jigsaw, Team Assisted Individualization (TAI), dan Students-Teams

Achievment Divisions (STAD)

3.2 Saran

Sebaiknya pada pembuatan makalah selanjutnya menggunakan rujukan –

rujukan yang lebih banyak dan terbaru sehingga materi yang disajikan lebih

berkualitas.

Page 21: Cooperative Learning2

Daftar Rujukan

Arifin, Muhammad.1993. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis BerdasarkanPendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Depdiknas

Hisyam Zaini, Barmawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Lie, Anita.2007. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.

Miftakhul, H. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Nurhadi, et al.2004. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Indeks

Rokhmatika, S., Harlita dan Prayetno, A. 2012. Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Dipadu Kooperatif Jigsaw Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau dari Kemampuan Akademik. Jurnal Pendidikan Biologi 4(2):72-83 (Online) (http://eprints.uns.ac.id/12445/1/1418-3153-1-SM.pdf) diakses pada 28 Agustus 2015

Rusman, 2008. Model- model Pembelajara: Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Sugiyanto.2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: PSG Rayon 13

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Pelajar

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta: Depdiknas