Upload
muhammad-taufik
View
156
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker
payudara yang menyerang perempuan didunia dan urutan pertama untuk
wanita dinegara sedang berkembang termasuk Indonesia. Kanker serviks
adalah kanker yang terjadi pada leher rahim. Suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara
rahim dan liang senggama (Owen, 2005). Melihat perkembangan jumlah
penderita dan kematian akibat kanker serviks, diperkirakan bahwa sekitar
10% wanita di dunia sudah terifeksi Human Papilloma Virus (HPV). Muncul
fakta baru bahwa semua perempuan mempunyai resiko untuk terkena infeksi
(HPV) (Emilia, 2010).
World Health Organization (WHO) melaporkan 470.606 kasus kanker
serviks dengan kematian 49,6%. Di negara berkembang kanker serviks masih
menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian akibat kanker di usia
reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang seperti
Indonesia dengan jumlah kasus 91.451 orang dan kematian 43,02%
(Andrijono, 2007).
2
Insiden kanker serviks menurut DEPKES, 100 per 100.000 penduduk
pertahun, sedangkan dari data Laboratorium Patologi Anatomi seluruh
Indonesia, frekuensi kanker serviks paling tinggi di antara kanker yang ada di
Indonesia, penyebarannya terlihat bahwa 92,4% terakumulasi di Jawa dan
Bali. (Depkes, 2010).
Provinsi Riau tahun 2009 terdapat wanita usia subur (WUS) sebanyak
1.485.820 orang sedangkan pasangan usia subur 880.879 orang, yang
melakukan deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan pap smear
sebanyak 4405 orang. Terdeteksi kanker serviks sebanyak 131 orang (2,97%).
Terbanyak mengenai wanita golongan umur 45-64 tahun yaitu 58 orang
(44,3%) dan terendah mengenai wanita golongan umur 15-24 tahun yaitu 8
orang (6%) (Dinkes TK 1, Pekanbaru).
Faktor risiko terjadinya kanker serviks yang terjadi pada wanita meliputi
wanita yang penggunaan pil kontrasepsi dalam jangka waktu lama (>5 tahun)
akan berpotensi untuk berkembang menjadi ganas, dan wanita yang
melahirkan lebih dari 3 kali. Walaupun dalam arti biologis penyebab kanker
serviks belum diketahui, tetapi pada keadaan tertentu yang berhubungan erat
sekali dengan penyakit ini, sehingga dapat dianggap sebagai faktor resiko,
antara lain : paritas, pendidikan terakhir, penggunaan pil kb dan umur (Yatim,
2008).
3
Ibu yang mempunyai faktor risiko kanker serviks seperti umur, paritas
dan mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang kanker serviks. Umur
rata-rata perempuan yang terserang kanker serviks sekitar 50-an tahun.
Namun pernah dilaporkan kasus kanker serviks berumur 20 tahun. Sekitar 1%
penderita kanker serviks terdiagnosis pada waktu perempuan sedang
hamil/baru saja selesai dari proses persalinan (Yatim,2008)
Begitu banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kanker serviks.
Dalam hal ini penulis ingin mengetahui faktor risiko tersebut juga
mempengaruhi penderita kanker serviks di Ruang Camar III di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. Karena berdasarkan data awal yang didapat dari
pengolahan data di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, penyakit ginekologi
tertinggi kedua setelah abortus incompletus adalah kanker serviks dan terus
terjadi peningkatan dari tahun ketahun yaitu tahun 2009 berjumlah 66 orang,
tahun 2010 berjumlah 110 orang, tahun 2011 berjumlah 132 orang (Bina
Program dan Rekam medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun, 2011)
Berdasarkan data diatas, terjadi peningkatan yang cukup tajam dari 3
tahun terakhir, jelas memberikan gambaran bahwa masalah kanker serviks
perlu mendapatkan perhatian dan pencegahan yang baik. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian kanker serviks di Ruang Camar III di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013”.
4
B. Rumusan Masalah
Perempuan yang umur >40 tahun , dan mengkonsumsi pil kontrasepsi
mempunyai risiko mengalami kanker serviks yang semakin meningkat.
Banyaknya faktor risiko yang menyebabkan kanker serviks sehingga dapat
mengancam kesehatan reproduksi dan kematian pada pasien yang menderita
kanker serviks. Tingginya insiden kanker serviks menandakan perlunya upaya
pencegahan dini. Misalnya melakukan pemeriksaan Pap Smear.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah
“Apakah ada hubungan antara faktor risiko terhadap kejadian kanker serviks
di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013?”.
Sehubungan dengan dampak kanker serviks pada kesehatan reproduksi wanita
sangat buruk dan dapat mengancam hidup para wanita.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara umur terhadap kejadian kanker
serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun
2012.
5
b. Untuk mengetahui hubungan antara paritas terhadap kejadian kanker
serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun
2012.
c. Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan pil kbterhadap
kejadian kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2012.
d. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan terakhir terhadap
kejadian kanker serviks di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan memberikan informasi bagi perawat untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan motivasi kelompok wanita usia dewasa muda untuk
melakukan pencegahan dini terhadap risiko terjadinya kanker serviks,
sehingga dapat menjadi masukan dalam memberikan pendidikan
kesehatan dan promosi kesehatan mengenai prilaku hidup sehat sebagai
upaya pencegahan kanker serviks dan untuk menyebarluaskan informasi
kesehatan sebagai upaya pencegahan dini terhadap risiko terjadinya
kanker serviks.
6
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
pembelajaran asuhan keperawatan maternitas atau keperawatan kesehatan
reproduksi terutama masalah dengan kanker serviks.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber atau literatur untuk
penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan tentang faktor risiko
kanker serviks pada wanita.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Kanker Serviks
a. Pengertian
Kanker atau keganasan (malignancy) adalah segolongan
penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali
dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang jaringan biologis atau
hidup lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi atau perpindahan sel
ketempat yang jauh (metastasis) melalui peredaran darah, pembuluh
getah bening, dan lain-lain. Pertumbuhan yang tidak terkendali
tersebut disebabkan kerusakan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA),
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel
(Emilia, 2010).
American Cancer Society (2008) menyatakan, kanker adalah
sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker
dapat dicetuskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu
terjadinya proses karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Faktor
8
ekternal dapat juga berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu dan juga
konsumsi tembakau, sedangkan mutasi (baik yang diturunkan maupun
akibat metabolisme), hormon dan kondisi sistem imun merupakan
faktor internal. Beberapa mutasi dibutuhkan untuk mengubah sel
normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan
agen biologis, kimia, maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi
dapat terjadi secara spontan (diperoleh) atau diwariskan (mutasi
germeline). Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda,
bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah
ada metastasis (Emilia, 2010).
b. Gejala dan Tanda Kanker Serviks
Menurut Dalimartha (2004), gejala dini kanker leher rahim
adalah sebagai berikut :
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.
2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak
melakukan hubungan seksual.
3. Sakit waktu hubungan seks.
4. Berat badan yang terus menurun.
5. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah.
9
6. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
7. Terjadi perdarahan pervagina meskipun telah memasuki masa
menoupose.
8. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Apabila nyeri terjadi di daerah pinggang ke
bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, nyeri dapat
timbul di tempat-tempat lain.
c. Deteksi Dini dan Diagnosa
Deteksi dini kanker serviks secara teratur sangat dianjurkan
bagi setiap wanita, biasanya dimulai tiga tahun setelah wanita aktif
secara seksual atau berusia lebih dari 21 tahun (Zeller, 2007). Selain
dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, diperlukan deteksi dini berupa :
1) Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
merupakan metode inspeksi yang sangat sederhana, murah,
nyaman, praktis, dan mudah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara mengoleskan larutan asam asetat 3% - 5% pada serviks
sebelum melakukan inspeksi visual. Pemeriksaan ini disebut
positif bila terdapat area putih (acetowhite) didaerah sekitar porsi
serviks.
2) Pemeriksaan Pap smear, merupakan pemeriksaan sitologi untuk
mendeteksi karsinoma serviks uteri. Pemeriksaan ini dilakukan
10
dengan mengambil contoh sel epitel serviks melalui kerokan
dengan spatula khusus, kemudia hasil kerokan dihapuskan pada
kaca objek. Apusan sel pada kaca objek tersebut selanjutnya
diamati di bawah mikroskop oleh ahli patologi (American Cancer
Society, 2008).
3) Pemeriksaan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), HPV, merupakan
suatu laboratorium yang dapat mendeteksi tipe-tipe HPV yang
dapat menyebabkan kanker serviks (Zeller, 2007).
Jika diperoleh hasil Pap Smear yang abnormal, maka dibutuhkan
beberapa pemeriksaan tambahan untuk mengkonfirmasi diagnosisi,
mengetahui penyebaran kanker, dan menentukan pilihan pengobatan
(Zeller, 2007).
1) Kolposkopi, merupakan pemeriksaan visual serviks uteri dengan
menggunakan alat optic khusus yang disebut kolposkop.
Pemeriksaan ini dapat mengenali dysplasia maupun karsinoma,
baik in situ maupun invasive, dengan baik (Randall, 2005)
2) Biopsi, merupakan gold standart dalam menentukan diagnosis
kanker yaitu dengan mengambil sedikit jaringan lesi kemudia
diperiksa secara histopatologik (Zeller, 2007). Jaringan yang
diambil harus cukup dalam serta meliputi beberapa area di empat
kuadran serviks dan beberapa area vagina yang dicurigai (Randall,
2005).
11
Pemeriksaan visual kandung kemih dan kolon dengan sitoskopi dan
protoskopi, serta pemeriksaan imejing seperti chest X-ray, CT-Scan,
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mengetahui
penyebaran dari kanker ke organ-organ sekitar (Zeller, 2007).
d. Etiologi Kanker Serviks
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti
karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan
faktor, genetik dan lingkungan. Namun ada beberapa faktor
predisposisi yang diduga meningkatkan risiko terjadinya kanker,
sebagai berikut :
1. Faktor Keturunan
2. Faktor Lingkungan
3. Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia
4. Virus
5. Infeksi
6. Faktor Prilaku
7. Gangguan keseimbangan hormonal
8. Faktor kejiwaan, emosional
9. Radikal Bebas
10. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual adalah tipe 7, 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59,
12
68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain.
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker
leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini
HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50% kanker leher rahim.
e. Klasifikasi Kanker Serviks
1) Klasifikasi Histopatologi
Secara histopatologi kanker serviks terdiri atas berbagai
jenis. Dua bentuk yang sering dijumpai adalah karsinoma sel
skuamosa dan adenokarsinoma. Sekitar 80% merupakan
karsinoma serviks jenis skuamosa (epidermoid), 10%
adenokarsinoma dan 5% adalah jenis adenoskuamosa, clear cell,
small cell, verucous cell (Rasidji, 2007).
Jenis histopatologik kanker serviks menurut WHO (2004)
dibagi menjadi sebagai berikut:
1) Karsinoma sel skuamosa terdiri dari beberapa jenis yaitu
berkreatin dan tidak berkreatin,
2) Karsinoma sel skuamosa mikroinvasif
3) Neoplasma intraepithelial serviks (Neoplasma intraepithelial
serviks (NIS) 3/KSS insitu))
4) Lesi jinak sel skuamosa terbagi menjadi; kondiloma
akuminata, papiloma skuamosa, dan polip fibroepitelial.
13
2) Klasifikasi Stadium
Setelah diagnosis kanker serviks berdasarkan hasil
pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi, dilanjutkan dengan
penentuan stadium. Tingkat keganasan klinik dibagi menurut
klasifikasi FIGO, 2007 sebagai berikut:
Tabel 2.1Tingkat Keganasan Klinik Menurut FIGO, 2007 :
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intra epithelial.
I
Ia
Ia 1
Ia2
IbIb1Ib2
Karsinoma masih terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uteri diabaikan).Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau hanya dengan invasi yang sangat supervisial dikelompokkan dalam stadium Ib.Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebar lesi tidak lebihdari 7 mm.Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopik lebih dari Ia.Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm.Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm.
II
IIa
IIb
Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi keparametrium belum sampai dinding panggul.Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium.
14
Infiltrasi ke parametrium tapi belum mencapai dinding panggul
III
IIIa
IIIb
Telah melibatkan 1/3 bagian bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul.Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal.
IVIVaIVb
Perluasan keluar organ reproduksi.Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum.Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul
f. Penatalaksanaan Kanker Serviks
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi
dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita,
dan rencana penderita untuk hamil lagi. Pengobatan kanker leher
rahim antara lain (Diananda, 2007) :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif
maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung
menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah
tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.
15
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya.
3. Kemoterapi
Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka dianjurkan
menjalani kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat obatan
untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan
melalui suntikan intravena atau melalui mulut.
4. Terapi biologis
Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Terapi biologis tersebut dilakukan pada
kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
5. Terapi gen
Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara :
a. Mengganti gen yang rusak atau hilang.
b. Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap
pembentukan sel kanker.
16
c. Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah
dideteksi dan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh,
kemoterapi, maupun radioterapi.
d. Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh
darah baru di jaringan kanker sehingga sel-sel kankernya mati.
Adapun penatalaksanaan kanker serviks berdasarkan stadiumnya
adalah sebagai berikut:
1) Stadium Ia1
Penatalaksanaan pada kanker servik stadium Ia1 adalah
histerektomi totalis atau histerektomi vaginalis. Bila stadium Ia1
diterapi dengan konisasi yang adekuat karenamempertahankan
fertilitas, maka dilakukan pengamatan pap smear 4-10 bulan pasca
konisasi dan pemeriksaan rutin dengan pap smear bila hasilnya
negatif.
2) Stadium Ia2, Ib, dan IIa
a) Penatalaksanaan stadium Ia2 direkomendasikan histerektomi
radikal dan limfadenektomi pelvis. Bila pada stadium Ia2 tidak
disertai dengan invasi limfe-vaskular, maka masih dapat
dilakukan histerektomi total ekstrafasial dan limfadenektomi
pelvis.
b) Kanker serviks stadium Ib-IIa2 <4 cm, mempunyai prognosis
yang baik dengan terapi radiasi maupun pembedahan.
17
c) Terapi standart stadium Ib1/IIa (diameter tumor <4 cm) adalah
histerektomi radikal (tipe II-III) dan limfadenektomi pelvis.
d) Kombinasi terapi primer radiasi dan pembedahan mempunyai
morbiditas yang tinggi, sebaiknya dihindari memberikan terapi
primer kombinasi pembedahan dan radiasi.
e) Adjuvant (indikasi terapi adjuvant: metastasis KGB, metastasis
parametrium, tumor pada tepi sayatan) kemoradiasi
meningkatkan survival dibandingkan radiasi saja. Terapi
adjuvant juga menurunkan residif lokal, meningkatkan masa
bebas tumor dibandingkan pembedahan tanpa terapi adjuvant.
3) Stadium IIb, III, dan Iva
Pengobatan yang terpilih adalah radioterapi lengkap, yaitu
radiasi eksternal dilanjutkan radioterapi intrakaviter. Standart
terapi radiasi merupakan kombinasi radiasi eksternal dan brakiterai
intrakaviter, konkomitan dengan kemoterapi. Pembedahan
eksenterasi dapat dilakukan pada stadium Iva yang tidak meluas ke
dinding pelvis, khususnya pada fistula vesikovagina, fistula
rektovagina.
4) Stadium IVb
Pengobatan yang diberikan bersifat paliatif, radioterapi yang
diberikan bersifat radioterapi paliatif.
18
2. Faktor Risiko Kanker Serviks
Faktor risiko kanker serviks adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan inisiasi transformasi atipik serviks dan perkembangan dari
displasia. Transformasi atipik merupakan daerah atipik (abnormal) yang
terletak diantara sambungan skuamokolumner serviks yang asli dan yang
baru terbentuk akibat metaplasia sel kolumner menjadi skuamosa
(Adrijono, 2007)
Faktor tersebut adalah terutama berhubungan dengan riwayat seksual,
dan lainnya adalah kontrasepsi, paritas, umur dll :
a. Umur
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah
mereka yang berusia >40 tahun dan sangat jarang terjadi pada
perempuan 15 tahun. Kanker serviks juga banyak menyerang usia
manula, yang mungkin karena alasan sederhana bahwa setelah
mengalami menopause banyak dari mereka berfikir bahwa tidak perlu
lagi untuk melakukan tes pap smear (Nurwijaya, 2010). Ada juga
pendapat lain bahwa perempuan yang rawan mengidap kanker serviks
adalah mereka yang berusia 35-50 tahun dan masih aktif berhubungan
seksual (prevalensi 5-10%).Meski fakta memperlihatkan bahwa terjadi
pengurangan risiko infeksi menetap atau persisten justru meningkat.
19
Hal ini diduga karena seiring pertambahan usia, terjadi perubahan
anatomi (retraksi) dan histologi (metaplasia) (Wijaya, 2010).
Sedangkan menurut Yoga, dkk (2008), bahwa rerata
umur penderita kanker leher rahim berada di antara 30-70
tahun. Kanker leher rahim stadium I lebih sering ditemukan
pada kelompok usia 30-39 tahun, sedang untuk stadium II
lebih sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun.
Kelompok usia 60-69 tahun merupakan proporsi tertinggi
pada stadium III dan IV (FKM UH, 2008).
Di Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo umumnya insidens
kanker serviks sangat rendah dibawah umur 20 tahun, dan sesudahnya
menaik dengan cepat dan menetap sesudah umur 50 tahun. Sedang
karsinoma insitu insidens mulai naik pada umur lebih awal dan puncak
pada umur 30-34 tahun, dan displasia mencapai puncak pada usia 20-
29 tahun dan turun sampai umur 50-59 dan kemudian menaik lagi
pada usia lebih tua (Ramli, 2002).
b. Paritas
Terdapat hubungan yang kuat (Linear) antara jumlah kelahiran
dan kejadian kanker serviks, artinya semakin banyak jumlah anak
yang dilahirkan maka akan semakin mungkin mengalami kanker
serviks. Sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan pasca persalinan
(masa puerperium) yaitu hari ke-42 (enam minggu) karena perlukaan
20
serviks (portio uteri) setelah persalinan dapat menjadi titik awal
degenerasi ganas serviks. Serviks yang luka perlu diobati dengan nitra
sargenti tingtura, albutyl tingtura, termokauter, komisasi.
Wanita yang pernah mengalami kelahiran 3 kali atau lebih
maka risiko kanker serviks akan meningkat. Beberapa peneliti
menghubungkannya dengan kondisi sistem imun ibu hamil yang
melemah, yang memungkinkan terjadinya infeksi HPV (Human
Papilloma Virus) dan pertumbuhan kanker. Manajemen persalinan
yang tidak tepat serta jarak persalinan yang terlalu dekat dapat pula
meningkatkan risiko kanker serviks (American cancer society, 2009).
Sama seperti jumlah partner seksual, jumlah kehamilan yang
pernah dialami wanita juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
serviks. Sehingga, wanita yang mempunyai banyak anak atau sering
melahirkan mempunyai risiko terserang kanker serviks lebih besar
(Wijaya, 2010).
c. Penggunaan PIL Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi oral dapat menurunkan jumlah kadar
nutrient (Vitamin C, B12, B6, asam folate B2 dan Zinc) yang terlibat
dalam imunitas. Tercatat bahwa 67 % penderita kanker serviks
mempunyai sedikitnya 1 kadar vitamin abnormal, 38 % terlihat
multiple parameter nutritional abnormal (Emilia, 2010).
21
Menurut Harahap (2006), mekanisme terjadinya kanker serviks
adalah pengaruh pil kb terhadap perubahan epitel kolumnar menjadi
epitel skuamosa atau proses eversi. Epitel kolumnar yang berada di
daerah eversi akan berada dalam vagina yang phnya rendah sehingga
merangsang terjadinya metaplasia yang apabila terjadi dalam jangka
waktu lama (> 5 tahun) akan berpotensi untuk berkembang menjadi
ganas.
Pemakaian kontrasepsi oral dalam jangka panjang, yaitu lebih
dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks dua kali lipat
atau lebih, WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi
oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya
pemakaian. Perilaku seksual dan skrinning pap smear merupakan
perancu yang paling utama, namun dalam beberapa penelitian yang
terkontrol ditemukan peningkatan insiden 2 kali lipat pada wanita yang
mengkonsumsi kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun (Sjamsuddin, 2001).
Menurut Rasjidi (2010), 1,5-2,5 kali bila diminum dalam
jangka panjang, yaitu lebih dari empat tahun akan meningkat risiko
menderita kanker serviks. Sifat khas kontrasepsi hormonal adalah
sebagai berikut : 1) komponen estrogen menyebabkan mudah
tersinggung, tegang, retensi air dan garam, berat badan bertambah,
menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi,
meningkatkan pengeluaran leukorea, menimbulkan perlukaan serviks.
22
2) komponen progesterone menyebabkan payudara tegang, kulit dan
rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram,
liang senggama kering (Rasjidi, 2010)
Namun, apabila hasil pemeriksaan secara mendalam ternyata
seorang wanita memiliki risiko tinggi terhadap kanker serviks, maka
tidak diperkenankan menggunakan pil kontrasepsi tersebut. Apalagi,
dari hasil pemeriksaan skrining seorang wanita positif mengalami
prakanker atau kanker serviks. Meskipun demikian, penggunaan
metode kontrasepsi barrier (penghalang) terutama yang menggunakan
kombinasi mekanik dan hormone memperlihatkan penurunan angka
kejadian kanker serviks yang diperkirakan karena paparan terhadap
agen penyebab infeksi menurun (Wijaya, 2010).
d. Pendidikan
Pendidikan menurut Harahap (2006) antara tingkat pendidikan
dengan kejadian kanker servik terdapat hubungan yang kuat, dimana
kejadian kanker serviks cenderung lebih banyak terjadi pada wanita
yang berpendidikan rendah disbanding wanita yang berpendidikan
tinggi. Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan tingkat sosial
ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan.
3. Penelitian terkait
23
a. Penelitian Eka, (2009) tentang “Faktor- faktor yang berhubungan
dengan kejadian kanker leher rahim di rsud dr. Moewardi Surakarta,
2008”, metode penelitian dengan menggunakan rancangan penelitian
case control. Sampel adalah pernah melahirkan, menggunakan
kontrasepsi oral, telah terdiagnosis kanker leher rahim, ditentukan
secara fixed disease dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
terhadap 48 pasien rawat jalan di bagian Poli Obsgyn RSUD Dr.
Moewardi, diketahui bahwa kanker leher rahim menyerang sebagian
besar responden yang berusia >35 tahun, responden yang menikah
pada usia 20, responden yang melahirkan >3 kali, dan responden yang
menggunakan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama yaitu >4
tahun.
b. Penelitian lain yang dilakukan oleh Chintia (2011), tentang
“Hubungan pengetahuan dengan tingkat stress klien kanker serviks di
Ruangan Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2011”, metode
penelitian kuantitatif dengan mengguanakan design korelasi. Sampel
adalah pasien kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru ditentukan secara purposive sampling dengan hasil
penelitian hubungan pengetahuan dengan tingkat stress klien tentang
kanker serviks di ruangan camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
tahun 2011 pada tanggal 01-08 juli 2011. Dari 35 responden 20 orang
(57%) pengetahuan tinggi dan 18 orang (51,43%) tingkat stress berat.
24
c. Penelitian Abenhaim (2011) tentang “Incidence and obstetrical
outcomes of cervical intraepithelial neoplasia and cervical cancer in
pregnancy” (“kejadian dan kandungan hasil neoplasia intraepitel
serviks dan kanker serviks pada kehamilan”) hasil penelitian
didapatkan bahwa kanker serviks jarang terjadi pada kehamilan.
Insiden untuk kanker serviks tampaknya tren selama periode 10-tahun
sementara kejadian CIN dari waktu ke waktu tampaknya meningkat
dengan Pvalue=0,006. Wanita dengan CIN tidak mungkin untuk
menjalani persalinan sesar OR = 0,76 (0,73-0,80) sementara wanita
dengan kanker serviks lebih mungkin untuk memberikan operasi sesar
OR = 3,17 (2,51-4,00). Tidak ada peningkatan risiko kematian ibu
terlihat di antara wanita dengan CIN atau kanker leher rahim juga
tidak ada peningkatan risiko emboli paru atau trombosis vena dalam.
d. Penelitian Jensen (2002) tentang “Case-control study of risk factors
for cervical neoplasia in Denmark. II” (“Studi kasus-kontrol faktor
risiko untuk neoplasia serviks di Denmark. II) didapatkan bahwa
Faktor risiko seksual, reproduksi dan kelamin untuk neoplasia serviks
diteliti dalam studi berbasis populasi kasus-kontrol 586 wanita dengan
histologis diverifikasi, karsinoma sel skuamosa serviks in situ, dan 59
wanita dengan invasif skuamosa-sel kanker serviks. Untuk CIS, ini
termasuk merokok seumur hidup (pack-tahun) (P<0,0001), dengan
intrauterine device (P = 0,0004), dan proporsi kehidupan aktif secara
25
seksual tanpa menggunakan kontrasepsi penghalang (P=0,003). Untuk
penyakit serviks invasif, mereka includedthe panjang kehadiran di
sekolah (P=0,005) dan proporsi kehidupan aktif secara seksual tanpa
menggunakan kontrasepsi penghalang (P = 0,03). Faktor-faktor ini
dianggap sebagai variabel perancu potensial dan dengan demikian
diizinkan dalam analisis statistik selanjutnya.
4. Kerangka Konsep
Skema 2.1 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
5. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang
diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara
empiris, biasanya terdiri dari pernyataan terhadap adanya variabel
independent dan dependent (Hidayat, 2007).
1. Hipotesis nol (Ho) : Tidak ada hubungan faktor risiko kanker serviks
dengan kejadian kejadian kanker serviks.
Umur
Paritas (Jumlah Kelahiran)
Penggunaan PIL Kontrasepsi
Pendidikan Terakhir
Kanker Serviks
26
2. Hipotesis alternative (Ha) : Ada hubungan faktor risiko kanker
serviks dengan kejadian kanker serviks.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross Sectional,
yaitu rencana penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada
saat bersamaan (sekali waktu) dengan maksud untuk mengetahui hubungan
dengan variabel. Dimana data-data yang berkaitan dengan variabel
independent maupun dependent dikumpulkan secara bersamaan untuk
mendapatkan informasi tentang faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian kanker serviks.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini adalah Karena
RSUD Arifin Achmad merupakan rumah sakit tempat rujukan yang
27
memiliki pelayanan spesialisasi dan lokasinya berada ditengah kota
sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan mulai Januari 2013.
C. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2003). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien kanker serviks yang dirawat di Ruang Camar III
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011 berjumlah 132 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagaimana dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,
2003).
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
d : Tingkat kesalahan / ketepatan yang diinginkan (0,1)
28
= 57.
Jumlah sampel yang digunakan peneliti sebanyak 57 orang.
2. Sampling
Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,
2003).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti pada
penelitian ini adalah simple random sampling, yaitu pengambilan sampel
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi
(Nursalam, 2008).
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Alat ukur dan skala ukur penelitian
29
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembaran kuesioner
yang berisi pertanyaan dimana alternative jawaban ya dan tidak. Untuk
menjawab sesuai pilihan responden cukup memberikan berupa tanda
tertentu yaitu check list () atas jawaban yang telah disediakan, jawaban
yang benar akan diberikan bobot nilai 1 (satu) dan jawaban yang salah
diberikan dengan bobot nilai 0 (nol) (Hidayat, 2003).
Data yang diperlukan pada penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan alat ukur kuesioner dengan lembar check list, kemudian
didapatkan data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini dilakukan
melalui pengumpulan seluruh status rekam medis penderita kanker serviks
tahun 2011, yang diperlukan adalah data demografi penderita kanker
serviks tersebut. Kemudian untuk latar belakang diambil data-data melalui
dokumen yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2009
dan pengolahan data Rekam Medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
2. Kisi-Kisi Kuesioner
Untuk mempermudah dalam pengumpulan data maka diperlukan
kisi-kisi untuk kuesioner yang akan diedarkan kepada responden. Oleh
karena itu, peneliti mencoba membuat kisi-kisi kuesioner yang akan
dibagikan kepada responden guna pertanyaan yang akan dibuat nanti
menjadi lebih terstruktur dan valid. Dapat dilihat pada tabel 3.1:
30
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner
No Materi Pertanyaan Nomor Soal Jumlah Soal
1. Paritas 1,2,3 3
2. Pendidikan 1,2,3,4,5 5
3. Penggunaan PIL KB 1,2 2
4. Umur 1,2,3,4 4
5. Kanker Serviks 1,2 2
E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
1. Identifikasi Variabel
Variabel adalah prilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia dll) (Soeparto, dkk, 2004).
Jenis-jenis variabel :
a. Variabel bebas (independent)
Variabel bebas (independen) ini merupakan variabel yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah Umur, Pendidikan Terakhir Paritas
(Jumlah Kelahiran), dan Penggunaan PIL Kontrasepsi (Hidayat, 2003).
b. Variabel terikat (dependent)
Variabel dependen ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kanker serviks.
31
2. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu mendefinisikan variabel secara
operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati dalam melakukan
pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena dengan
menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2003).
Tabel 3.2Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
1.Variabel IndependentUmur
Usia responden yang dihitung berdasarkan tanggal kelahirannya.
Tabel Chek List
Ordinal - Berisiko : jika 40 Th
- Tidak berisiko: jika < 40 Th
2. Paritas Responden yang pernah mengalami melahirkan bayi yang hidup maupun bayi yang sudah meninggal.
Tabel Chek List
Ordinal - Risiko Tinggi kanker leher rahim > 3 kali
- Risiko Rendah kanker leher rahim <3 kali
3. Penggunaan PIL KB
Penggunaan PIL KB minimal 5 tahun oleh wanita penderita kanker serviks
Tabel Chek List
Ordinal - Ya : jika menggunakan >5 th.
- Tidak : jika menggunakan <5 tahun.
4. Pendidikan Responden yang berpendidikan Terakhir
Tabel Chek List
Ordinal - Tinggi : Tidak Sekolah,SD,dan SMP.
- Rendah : SMA dan Perguruan
32
Tinggi.
5. Variabel Dependent : Kanker Serviks
Kanker Serviks adalah Kanker yang terjadi pada leher rahim. - Stadium III-IV =
Kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan Kanker menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas melampaui panggul
- Stadium I-II = Kanker berada di leher rahim dan Kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul.
Tabel Chek List
Ordinal - Stadium III-IV= Kanker menyebar ke jaringan lunak dan menyebar kekandung kemih dan rektum
- Stadium I-II = Kanker berada di leher rahim dan dibagian dekat serviks, bukan diluar serviks.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang diperlukan pada penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan alat ukur kuesioner, kemudian didapatkan data sekunder. Data
sekunder yaitu pengumpulan seluruh status rekam medis penderita kanker
serviks tahun 2011, yang diperlukan adalah data demografi penderita kanker
serviks tersebut. Kemudian untuk latar belakang diambil data-data melalui
33
dokumen yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2009 dan
pengolahan data Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Prosedur pengumpulan data di RSUD Arifin Achmad melalui tahapan sebagai
berikut:
1. Setelah proposal disetujui lalu peneliti mengurus surat izin penelitian dari
STIKes Payung Negeri ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
2. Setelah surat izin meneliti keluar dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru,
peneliti pergi menuju Instalasi Rekam Medik untuk meminta data.
3. Setelah mendapat persetujuan dari Instalasi Rekam Medik, peneliti
menuju ke ruangan Camar III dan mendatangi perawat yang sedang dinas.
4. Meminta perawat untuk menandatangani lembar persetujuan untuk diteliti
yang mana telah dijelaskan terlebih dahulu tujuan dari diadakannya
penelitian.
5. Membagikan lembar kuesioner dan menjelaskan cara pengisian kuesioner.
6. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan data
yang telah didapat untuk diolah.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
34
Data yang sudah dikumpulkan diolah terlebih dahulu dengan cara
sebagai berikut :
a. Editing
Setelah kuesioner selesai diisi kemudian dikumpulkan langsung oleh
peneliti, selanjutnya diperiksa kelengkapan apakah data dapat dibaca
atau tidak dan kelengkapan isian. Jika isian belum lengkap responden
diminta melengkapi lembar kuesioner pada saat itu juga.
b. Coding
Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data peneliti
member kode berupa angka pada lembar kanan atau kuesioner.
c. Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi adalah membuat table-tabel yang berisikan data yang telah
diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan (Hasan, 2006).
2. Analisis Data
Analisis data penelitian dengan menggunakan analisis univariat
dan bivariate dengan menggunakan perangkat lunak computer program
SPSS.
a. Analisis Univariat
Analisis yang digunakan untuk melihat gambaran masing-
masing variabel penelitian dengan menggunakan tabel distribusi yaitu
gambaran variabel independent dan variabel dependent kanker serviks.
35
b. Analisis Bivariat
Untuk melihat ada tidaknya hubungan faktor risiko kejadian
kanker serviks terhadap kejadian kanker serviks menggunakan analisis
uji statistic yaitu Chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (
=0,05).
Kemudian untuk mengetahui apakah variabel independent
merupakan faktor risiko atau tidak terhadap variabel dependent maka
menggunakan ratio prevalence adalah jumlah subyek dengan efek
positif dibagi dengan jumlah subyek dengan efek positif pada semua
subyek dengan faktor risiko negative. Rasio prevalensi dari suatu
penyakit dalam populasi berkomunitas dengan faktor risiko yang
dipelajari atau timbul sebagai akibat faktor risiko tertentu dengan
rumus pada tabel dibawah ini sebagai berikut :
Tabel 3.3Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan
Umur di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks Umur
StadiumIII-IV
StadiumI-II
N
Berisiko: jika 40 th a b a + b
36
Tidak berisiko: jika <40 Th c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
Tabel 3.4Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan
Paritas di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks Paritas
StadiumIII-IV
StadiumI-II
N
Risiko Tinggi kanker leher rahim > 3 kali
a b a + b
Risiko Rendah kanker leher rahim <3 kali
c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
Tabel 3.5 Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan Penggunaan PIL KB di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks Penggunaan PIL KB
StadiumIII-IV
StadiumI-II
N
Ya : jika menggunakan >5 th. a b a + b
Tidak : jika menggunakn <5 th. c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
37
Tabel 3.6 Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan Pendidikan di Ruang Camar III RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks Pendidikan
StadiumIII-IV
StadiumI-II
N
Tinggi : Tidak Sekolah,SD,SMP a b a + b
Rendah : SMA,Perguruan Tinggi c d c + d
N a + c b + d a+b+c+d
Tabel 3.7 Faktor risiko kejadian kanker serviks berdasarkan Kanker Serviks di Ruang Camar III RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru
Kanker Serviks Kanker Serviks
StadiumIII-IV
StadiumI-II
N
Stadium III-IV : Kanker menyebar ke jaringan lunak dan menyebar kekandung kemih dan rektum.
a b a + b
Stadium I-II : Kanker berada di leher rahim dan dibagian dekat
c d c + d
38
serviks, bukan diluar serviks.
N a + c b + d a+b+c+d
3. Etika Penelitian
Masalah Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.
Etika penelitian yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
tujuan agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak responden tersebut.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
39
Yaitu tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2003).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini di uraikan hasil penelitian tentang “Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Serviks Di Ruang Camar III RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru” yang dilakukan tanggal 31 Januari - 06 Februari
2013, terhadap 57 responden. Hasil penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu untuk
melihat analisis univariat dan analisis bivariat.
B. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran masing-masing
variabel penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi yaitu
40
gambaran independent (umur, pendidikan terakhir, penggunaan pil
kontrasepsi dan paritas) dan variabel dependent (kanker serviks).
a. Umur
Responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel
4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur
di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013
No Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)
1 Berisiko : jika > 40 Th 45 78.9%
2 Tidak berisiko: jika < 40 Th 12 21.1%
Total 57 100
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa kelompok umur responden
mayoritas adalah berada pada rentang umur berisiko >40 tahun yaitu 45
(78.9%) responden.
b. Jumlah Anak (Paritas)
Responden berdasarkan jumlah anak (paritas) dapat dilihat
pada tabel 4.2 sebagai berikut :
41
Tabel 4.2Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak (Paritas) di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2013
No Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)
1 Risiko Tinggi 38 66.7%
2 Risiko Rendah 19 33.3%
Total 57 100
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan berdasarkan paritas responden
terbanyak yaitu resiko tinggi >3 kali sebanyak 38 (66.7%) responden.
c. Penggunaan Kontrasepsi Pil
Responden berdasarkan penggunaan pil kb dapat dilihat pada
tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan PIL KB
di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013
No Penggunaan Pil Kb Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 32 56.1%
2 Tidak 25 43.9%
Total 57 100
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan mayoritas penggunaan pil kb
responden yaitu sebanyak 32 (56.1%) responden.
42
d. Pendidikan Terakhir
Responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada
tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013
No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
1 Tinggi 38 66.7%
2 Rendah 19 33.3%
Total 57 100
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa mayoritas pendidikan
terakhir yang tinggi yaitu 38 (66.7%) responden.
g. Variabel Dependent (Kanker Serviks)
Responden berdasarkan stadium dapat dilihat pada tabel 4.5
sebagai berikut :
Tabel 4.5Karakteristik Responden Berdasarkan Kanker Serviks
di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013
43
No Stadium Frekuensi Persentase (%)
1 Stadium III-IV 35 61.4%
2 Stadium I-II 22 38.6%
Total 57 100
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil bahwa mayoritas kanker
serviks yaitu stadium III-IV sebanyak 35 responden (61.4%) responden.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas (faktor risiko kanker serviks) dengan faktor terikat (kanker
serviks) menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil analisis uji bivariat
dapat dilihat sebagai berikut :
a. Hubungan Kelompok Umur terhadap Kejadian Kanker Serviks.
Tabel 4.6Hubungan Kelompok Umur Dengan Kejadian Kanker Serviks Di
Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013
Kanker serviks
Umur
StadiumIII-IV
StadiumI-II
Totalρ
ValueOR
N % N % N % 0.043 4.429 (1.141-17.186)
Berisiko : Jika > 40 Th 31 68.9% 14 31.1% 45 100%Tidak Berisiko: Jika < 40 Th 4 33.3% 8 66.7% 12 100%Jumlah 35 61.4% 22 38.6% 57 100%
44
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian kanker serviks diperoleh umur > 40 tahun berisiko sebanyak 45 responden, kanker
serviks stadium III-IV sebanyak 31 responden (68.9%) sedangkan kanker serviks stadium I-II
sebanyak 14 responden (31.1%). Untuk umur yang tidak berisiko <40 tahun sejumlah 12
responden, kanker serviks stadium III-IV sebanyak 4 responden (33.3%) sedangkan stadium
I-II sebanyak 8 responden (66.7%).
Dari uji statistic Chi-Square dengan ketentuan Fisher’s Exact diperoleh ρ value =
0.043 < 0.05. Hal ini dapat diartikan bahwa ada hubungan antara faktor risiko umur dengan
kejadian kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013,
dengan demikian Ho ditolak. Pada hasil analisa didapatkan nilai Odds Ratio (OR=4.429),
artinya pasien dengan umur >40 tahun berisiko 4.429 kali berpeluang terjadinya kanker
serviks dibandingkan dengan umur <40 tahun yang tidak berisiko.
b. Hubungan Paritas terhadap Kejadian Kanker Serviks.
Tabel 4.7Hubungan Paritas dengan kejadian kanker serviks
di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013
Kanker serviks
Paritas
StadiumIII-IV
StadiumI-II
Totalρ
ValueOR
N % N % N % 0.923 1.247(0.405-3.837)
Risiko Tinggi kanker leher rahim > 3 kali
24 63.2% 14 36.8% 38 100%
Risiko Rendah kanker leher rahim < 3 kali
11 57.9% 8 42.1% 19 100%
Jumlah 35 61.4% 22 38.6% 57 100%
45
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian kanker serviks diperoleh paritas resiko tinggi sebanyak 38 responden, kanker
serviks stadium III-IV sebanyak 24 responden (63.2%) sedangkan kanker serviks stadium I-II
sebanyak 14 responden (36.8%). Untuk paritas resiko rendah sejumlah 19 responden, kanker
serviks stadium III-IV sebanyak 11 responden (57.9%) sedangkan stadium I-II sebanyak 8
responden (42.1%).
Dari uji statistic Chi-Square dengan ketentuan diperoleh Continuity Correction
diperoleh ρ value = 0.923 > 0.05. Hal ini diartikan bahwa tidak ada hubungan antara faktor
risiko paritas dengan kejadian kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2013, dengan demikian Ho diterima.
c. Hubungan Penggunaan PIL KB terhadap Kejadian Kanker Serviks.
Tabel 4.8Hubungan Penggunaan PIL KB dengan Kejadian kanker serviks
di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013
Kanker serviks
Penggunaan PIL KB
StadiumIII-IV
StadiumI-II
Totalρ
Value
OR
N % N % N % 0.035 3.818 (1.241-11.752)
Ya : jika menggunakan >5 th.
24 75.0% 8 25.0% 32 100%
Tidak: jika menggunakn <5 th.
11 44.0% 14 56.0% 25 100%
Jumlah 35 61.4% 22 38.6% 57 100%
46
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian kanker serviks diperoleh ya penggunaan pil kb sebanyak 32 responden, kanker
serviks stadium III-IV sebanyak 24 responden (75.0%) sedangkan kanker serviks stadium I-II
sebanyak 8 responden (25.0%). Untuk tidak penggunaan pil kb sejumlah 25 responden,
kanker serviks stadium III-IV sebanyak 11 responden (44.0%) sedangkan stadium I-II
sebanyak 14 responden (56.0%).
Dari uji statistic Chi-Square dengan ketentuan Continuity Correction diperoleh ρ
value = 0.035 < 0.05. Hal ini diartikan bahwa ada hubungan antara faktor risiko penggunaan
pil kb dengan kejadian kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Tahun 2013, dengan demikian Ho ditolak. Pada hasil analisa didapatkan nilai Odds Ratio
(OR=3.818), artinya pasien yang menggunakan pil kb dalam jangka waktu panjang >5 tahun
berpeluang untuk terkena kanker serviks 3.818 kali lebih besar daripada yang tidak
menggunakan pil kb dalam jangka waktu pendek selama <5 tahun.
d. Hubungan Pendidikan Terakhir terhadap Kejadian Kanker Serviks.
Tabel 4.9Hubungan Pendidikan Terakhir Dengan Kejadian Kanker Serviks
Di Ruang Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013
Kanker serviks
Pendidikan
StadiumIII-IV
StadiumI-II
Totalρ
ValueOR
N % N % N % 0.003 6.981 (2.056-23.712)
Tinggi : Tidak Sekolah, SD, SMP
29 76.3% 9 23.7% 38 100%
47
Rendah: SMA,Perguruan Tinggi
6 31.6% 13 68.4% 19 100%
Jumlah 35 61.4% 22 38.6% 57 100%
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian kanker serviks diperoleh pendidikan tinggi sebanyak 38 responden, kanker serviks
stadium III-IV sebanyak 29 responden (76.3%) sedangkan kanker serviks stadium I-II
sebanyak 9 responden (23.7%). Untuk pendidikan rendah sejumlah 19 responden, kanker
serviks stadium III-IV sebanyak 6 responden (31.6%) sedangkan stadium I-II sebanyak 13
responden (68.4%).
Dari uji statistic Chi-Square dengan ketentuan Continuity Correction diperoleh ρ
value = 0.003 < 0.05. Hal ini diartikan bahwa ada hubungan antara faktor risiko pendidikan
terakhir dengan kejadian kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Tahun 2013, dengan demikian Ho ditolak. Pada hasil analisa didapatkan nilai Odds Ratio
(OR=6.981), artinya pasien yang berpendidikan tinggi berpeluang untuk terkena kanker
serviks 6.981 kali lebih besar daripada yang berpendidikan rendah.
48
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah di sajikan pada bab IV, maka pada bab
ini akan di sajikan pembahasan dari hasil analisa data univariat dan bivariat
yang terdiri dari umur, jumlah anak (paritas), penggunaan PIL KB dan
pendidikan terakhir.
A. Interpretasi dan diskusi hasil
1. Analisis Univariat
a. Umur
Gambaran umur responden dalam penelitian ini berada
pada rentang diatas 40 tahun dan dibawah 40 tahun, dimana
responden pada kelompok umur >40 tahun lebih banyak yaitu
sebesar 45 (78.9%) responden sedangkan responden <40 tahun
hanya 12 (21.1%). Pasien kanker serviks di ruang camar III
49
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru lebih banyak berada pada umur
diatas 40 tahun dibandingkan umur dibawah 40 tahun.
Hasil penelitian Davis (2004). Bahwa kanker serviks sering
ditemukan antara umur 30-60 tahun dimana insiden terbanyak
pada umur 40-50 tahun, dan akan menurun drastic sesudah
berumur 60 tahun. Sedangkan menurut bendson, penderita kanker
serviks rata-rata dijumpai pada umur 45 tahun dan banyak peneliti
lainnya mengemukakan dalam 1000 per 100.000 dari kanker intra
epitalia dijumpai pada wanita umur 30-45 tahun (Yakub, 2003)
Usia merupakan faktor yang penting dalam
terjadinya kanker. Sebagian besar kanker banyak
terjadi pada usia lanjut. Risiko terjadinya kanker
meningkat 2 kali lipat setelah usia 35 hingga 60
tahun. Meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut
merupakan gabungan dari meningkatnya dan
bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap
karsinogen serta makin melemahnya sistem
kekebalan tubuh akibat usia (Dinkes Bone Bolango,
2007).
b. Jumlah anak (Paritas)
50
Gambaran jumlah anak (paritas) yang berhubungan dengan
kejadian kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru, menunjukkan bahwa dari 57 responden sebagian
resiko tinggi yaitu 38 (66.7%) responden dan yang resiko rendah
yaitu 19 (33.3%) responden.
Menurut asumsi peneliti bahwa tidak semua wanita yang
melahirkan lebih dari 3 kali terkena kanker serviks karena pada
wanita yang tidak melahirkan juga terjadi kanker serviks. Hasil
penelitian ini sesuai dengan pendapat Ganda (2004) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antara
jumlah kelahiran dengan kejadian kanker serviks. Artinya pada
zaman dahulu wanita yang melahirkan lebih dari 3 kali tidak
berisiko terkena kanker serviks.
c. Penggunaan PIL KB
Gambaran penggunaan PIL KB yang berhubungan dengan
kejadian kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru, menunjukkan bahwa dari 57 responden sebagian ya
penggunaan PIL KB sebanyak 32 (56.1%) responden sedangkan
tidak penggunaan PIL KB sebanyak 25 (43.9%) responden.
51
Makin lama penggunaan PIL KB maka makin berisiko menderita
kanker serviks.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Emilia (2010),
yang menyatakan bahwa pemakaian kontrasepsi oral dapat
menurunkan jumlah kadar nutrient (vitambin C, B6, asam folate
dan Zinc) yang terlibat dalam imunitas. Tercatat 67% penderita
kanker serviks mempunyai sedikitnya 1 kadar vitamin abnormal,
38% terlihat multiple parameter nutrional abnormal.
f. Pendidikan
Gambaran pendidikan yang berhubungan dengan kejadian
kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru, menunjukkan bahwa dari 57 responden sebagian
berpendidikan rendah sebanyak 38 (66.7%) responden sedangkan
berpendidikan tinggi sebanyak 19 (33.3%) responden.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan yang
52
rendah menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap program
kesehatan yang ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya
yang mungkin terjadi. Walupun ada sarana yang baik belum tentu
mereka tahu menggunakannya, Tingkat pengetahuan yang tinggi
pada seseorang akan menjadikannya lebih kritis dalam
menghadapi berbagai masalah. Sehingga pada wanita yang
mempunyai tingkat pendidikan yang baik akan membangkitkan
partisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatannya
(Kristianto, 2007).
2. Analisa bivariat
a. Hubungan Umur terhadap Kejadian Kanker Serviks
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas (Umur) dengan variabel terikat (kanker
serviks). Dapat dilihat pada tabel 4.6 memperlihatkan Uji Chi
Square menunjukkan bahwa ada hubungan umur dengan kejadian
kanker serviks dimana ρ value = 0.043 < 0.05.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Nurwijaya
(2010), yang menyatakan bahwa perempuan yang rawan
53
mengidap kanker serviks adalah yang berusia >40 tahun dan
sangat jarang terjadi pada perempuan <15 tahun. Kanker serviks
juga banyak menyerang usia manula, yang mungkin karena
setelah mengalami menopause banyak yang berfikir tidak peelu
lagi melakukan tes pap smear.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Emilia
(2010), yang menyatakan bahwa kanker serviks sering terjadi
pada usia diatas 40 tahun, dan displasia umumnyaterdeteksi 10
tahun sebelum berkembang menjadi kanker. Displasia paling
banyak terjadi padaperempuan pada usia sekitar 35 tahun. Oleh
karena itu, pada tempat dengan sumber terbatas, skrining
semestinya difokuskan pada perempuan umur 30-40 tahun.
b. Hubungan Jumlah Anak (Paritas) terhadap Kejadian Kanker
Serviks.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas (paritas) dengan variabel terikat (kanker
serviks). Dapat dilihat pada tabel 4.7 memperlihatkan Uji Chi
Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan paritas (jumlah
anak) dengan kejadian kanker serviks dimana ρ value = 0.923 >
0.05.
54
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Haryono bahwa kanker serviks
pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3-5 kali
untuk terjadinya kanker serviks. Sedangkan menurut
Green penderita kanker serviks 7.9% adalah multipara
dan 51% pada nulipara dimana bila persalinan
pervaginam banyak maka kanker serviks, cenderung
akan timbul (Harahap). Menurut Matingly kanker serviks
banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas
bagaimana hubungan jumlah persalinan dengan kejadian
kanker serviks, karena pada wanita yang tidak
melahirkan juga terjadi kanker serviks. Menurut teori
pada umumnya kanker serviks paling banyak dijumpai
pada wanita yang sering melahirkan walapun kategori
sering belum ada para ahli kanker memberi btasan 3-5
kali melahirkan.
c. Hubungan Penggunaan PIL KB terhadap Kejadian Kanker
Serviks.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas (penggunaan pil kb) dengan variabel
terikat (kanker serviks). Dapat dilihat pada tabel 4.9
memperlihatkan Uji Chi Square menunjukkan bahwa ada
55
hubungan penggunaan PIL KB dengan kejadian kanker serviks
dimana ρ value = 0.035 < 0.05.
Penelitian ini sesuai dengan pernyataan
Megadhana (2004), bahwa kontrasepsi oral yang dipakai
dalam jangka panjang lebih dari 4 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker leher rahim sebesar 1,5-2,5
kali. Risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi oral
sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya
pemakaian. Wanita pemakai pil KB harus rutin menjalani
pemeriksaan pap smear (minimal 1 kali/tahun), selain itu
wanita pemakai pil kb memiliki risiko kanker ovarium
yang lebih rendah.
Kontrasepsi oral yang digunakan secara luas
dewasa ini umumnya merupakan kombinasi antara
estrogen dan progestin. Kurang lebih 100 juta
perempuan di seluruh dunia menggunakan kontrasepsi
oral kombinasi. Pil kombinasi tersebut memiliki
efektivitas tinggi dalam mencegah kehamilan yaitu
sekitar 5 dari 100 perempuan pengguna pil kombinasi
dan 1 dari 100 perempuan yang menggunakan
kontrasepsi oral dengan sempurna mengalami kehamilan
per tahun (Petitti, 2003).
56
Kontrasepsi oral kombinasi merupakan campuran
estrogen sintetik seperti etinilestradiol dan satu dari
beberapa steroid C19 dengan aktivitas progesterone
seperti noretindron.
Kontrasepsi ini mengandung dosis estrogen dan
progesteron yang tetap. Pemakaian estrogen dapat
berisiko karena merangsang penebalan dinding
endometrium dan merangsang sel-sel endometrium
sehingga berubah sifat menjadi kanker. Penggunaan
hormon estrogen harus dalam pengawasan dokter
agar sekaligus diberikan zat anti kanker, sehingga
tidak berkembang menjadi kanker (Herman, 2005).
e. Hubungan Pendidikan terhadap Kejadian Kanker Serviks.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas (pendidikan) dengan variabel terikat (kanker
serviks). Dapat dilihat pada tabel 4.10 memperlihatkan Uji Chi
Square menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan dengan
kejadian kanker serviks dimana ρ value = 0.003 < 0.05.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan yang
57
rendah menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap program
kesehatan yang ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya
yang mungkin terjadi. Walupun ada sarana yang baik belum tentu
mereka tahu menggunakannya, Tingkat pengetahuan yang tinggi
pada seseorang akan menjadikannya lebih kritis dalam
menghadapi berbagai masalah. Sehingga pada wanita yang
mempunyai tingkat pendidikan yang baik akan membangkitkan
partisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatannya.
Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung akan
memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya (Kristianto, 2007).
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian ini
masih banyak kekurangannya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain mengurus surat izin untuk penelitian di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru sehingga waktu untuk penelitiannya menjadi lebih lama dari
jadwal yang telah ditetapkan dan data yang digunakan adalah data sekunder
sehingga membutuhkan waktu yang lama.
C. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian kanker serviks diruang camar III RSUD Arifin Achmad
58
Pekanbaru, terdapat hubungan yang bermakna antara umur, penggunaan
PIL KB, dan pendidikan, sedangkan untuk variabel paritas (jumlah anak)
tidak ada hubungan terhadap kejadian kanker serviks.
Harapan peneliti kepada RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, untuk
dapat melengkapi sarana dan prasarana, memberikan informasi yang akurat
tentang tanda gejala, faktor risiko kanker serviks dan menganjurkan
pemeriksaan Pap Smear dan memberikan pelayanan gratis untuk
pemeriksaan Pap Smear kepada pasien yang sosial ekonomi rendah.
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian kanker serviks di ruang camar III RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara umur terhadap kejadian kanker serviks di ruang
Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013 diperoleh p value
= 0.043 < 0.05.
2. Tidak terdapat hubungan antara paritas terhadap kejadian kanker serviks di
ruang camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013 diperoleh
p value = 0.923 > 0.05
3. Terdapat hubungan antara penggunaan PIL KB terhadap kejadian kanker
serviks di ruang camar III RSUD Arifin Achmad tahun 2013 diperoleh
p value = 0.035 < 0.05.
4. Teerdapat Hubungan antara pendidikan terhadap kejadian kanker serviks di
ruang camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013 diperoleh
p value = 0.003 < 0.05.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan pada penelitian diatas,
60
beberapa saran yang dapat disampaikan peneliti antara lain :
1. Bagi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Dapat meningkatkan pengetahuan bagi perawat untuk upaya
pengenalan kanker serviks secara dini melalui program skrining dan untuk
meningkatkan pengetahuan kelompok wanita usia muda. Karena tingkat
keberhasilan pengobatan sangat baik pada stadium dini dan hampir tidak
terobati bila kanker telah menyebar ke dinding panggul atau organ
sekitarnya seperti rektum dan kandung kemih dan perawat dapat mencatat
segala faktor resiko pada status pasien sehingga dalam penelitian
selanjutnya lebih mudah dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Melakukan kegiatan berkesinambungan misalnya promosi kesehatan
tentang kesehatan reproduksi perempuan khususnya tentang kanker serviks
yang dilakukan oleh mahasiswi kespro ke pengajian tempat para ibu dan
remaja putri yang berkumpul. Melakukan penyuluhan ke desa-desa
mengenai pentingnya pap smear dan pengenalan secara dini tentang
penyakit kanker serviks dan faktor risiko yang meningkatkan kejadian
kanker serviks.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
61
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau acuan dalam
melakukan penelitian selanjutnya, dan dapat menemukan faktor-faktor lain
yang memicu terjadinya kanker serviks.