24
LAPORAN KASUS I ASTIGMATISME MIOPIA COMPOSITUS OD & OS Riri Kumala Sari H1A 008 026 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA 1

CP mata

  • Upload
    alnaj

  • View
    245

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

case presentation ophtamology

Citation preview

LAPORAN KASUS IASTIGMATISME MIOPIA COMPOSITUS OD & OS

Riri Kumala SariH1A 008 026DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2012

BAB IPENDAHULUAN

Hasil survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan 1,5%. Gangguan refraksi merupakan penyebab ketiga kebutaan. Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3 milyar. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. Miopia berasal dari bahasa Yunani muopia yang memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh (Johnstone, 2008 ; Lang, 2004).Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis. Astigmatisme merupakan kelainan pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan ke retina di dua garis titik api yang saling tegak lurus (Vilascea et al, 2009 ; Perdami, 2006).

Astigmat Myopicus Compositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar yang masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital akan terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua. Pada astigmatisme jenis ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depan retina, sedangkan titik fokus dari daya bias terlemah berada di antara titik Adan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph X Cyl Y (Vilascea et al, 2009; Johnstone, 2008 ; Riordan, 2010).

BAB II

LAPORAN KASUS1. Identitas PasienNama

: Ny. MUmur

: 28 tahunJenis Kelamin

: PerempuanPekerjaan

: PerawatAgama

: IslamAsal

: DompuAlamat

: Montabaru, DompuTanggal Pemeriksaan : 29 Agustus 2012

2. AnamnesisA. Keluhan Utama: Nyeri kepala semakin memberat sejak dua hari yang lalu.B. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP NTB dengan keluhan nyeri kepala sebelah kanan semakin memberat sejak dua hari yang lalu. Nyeri kepala ini dirasakan sejak 6 bulan yang lalu disertai nyeri pada bagian sudut mata kanan bagian dalam. Nyeri kepala kadang-kadang terasa berdenyut. Nyeri dirasakan terus menerus sepanjang hari dan sangat mengganggu aktivitas pasien sehingga pasien sering mengkonsumsi obat parasetamol atau mertigo untuk meringankan keluhannya. Keluhan nyeri kepala tidak memberat ketika pasien batuk atau bersin. Selain nyeri kepala, pasien juga mengeluh penglihatannya bertambah kabur sejak beberapa bulan yang lalu. Pasien tidak merasa pengelihatannya silau maupun penglihatannya ganda, tidak mengeluhkan suka menabrak saat berjalan, tidak mengeluhkan mata merah, terasa panas, gatal dan berair. Riwayat mual dan muntah saat sakit kepala disangkal. Pasien mengaku menggunakan kaca mata sejak berusia 12 tahun dan sudah enam kali mengganti kaca mata, pada saat pertama kali menggunakan kaca mata, pasien mengaku hasil pemeriksaan matanya minus 0,5 pada mata kiri dan kanan. Pasien mengaku kini ia menggunakan kaca mata dengan lensa minus dan silindris.C. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat penyakit mataPasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

D. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien. E. Riwayat AlergiRiwayat alergi obat (-).F. Riwayat Pengobatan Pasien pernah berobat ke RSUP NTB sebelumnya dan diberikan resep kaca mata. Sejak menggunakan kaca mata pasien rajin kontrol setiap 6 bulan sekali..

3. Pemeriksaan FisikA. Status Generalis

Keadaan Umum: BaikKesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6B. Pemeriksaan Tanda Vital

Tekanan darah

: 100/70 mmHg

Nadi

: 88 kali/menit

Frekuensi Napas: 16 kali/menit

Suhu

: 36,5 O CC. Status Lokalis

NoPemeriksaanMata KananMata Kiri

1.Visus

Visus sinne correctio Pinhole

Dengan kaca mata sendiri

Visus cumcorrectio5/60

6/246/125/60 ( S-5,00/-1,50 x 140o ( 6/76/40

6/186/76/40 ( S-3,00/-125 x Ax 50o ( 6/6

2.Posisi Bola MataOrtoforiaOrtoforia

3.Gerakan bola mataBaik ke segala arah

Baik ke segala arah

4.Palpebra SuperiorEdema(-)(-)

Hiperemi(-)(-)

Pseudoptosis(-)(-)

Entropion(-)(-)

Ektropion(-)(-)

5.Palpebra InferiorEdema(-)(-)

Hiperemi(-)(-)

Entropion(-)(-)

Ektropion(-)(-)

6.Fissura palpebra+ 12 mm + 12 mm

7.Konjungtiva Palpebra SuperiorHiperemi(-)(-)

Sikatrik(-)(-)

8.Konjungtiva Palpebra InferiorHiperemi(-)(-)

Sikatrik(-)(-)

9.Konjungtiva BulbiInjeksi Konjungtiva(-)(-)

Injeksi Siliar(-)(-)

Massa(-)(-)

Edema(-)(-)

10.KorneaBentukCembungCembung

KejernihanJernihJernih

PermukaanLicinLicin

Sikatrik(-)(-)

Benda Asing(-)(-)

11.Bilik Mata DepanKedalamanKesan dalamKesan dalam

Hifema(-)(-)

12.IrisWarnaCoklatCoklat

BentukBulat dan regularBulat dan regular

13.PupilBentukBulatBulat

Refleks pupil langsung(+)(+)

Refleks pupil tidak langsung(+)(+)

14. LensaKejernihanJernihJernih

Iris Shadow(-)(-)

Subluksasi(-)(-)

Dislokasi(-)(-)

15.TIO PalpasiKesan normalKesan normal

16.Lapang pandangKonfrontasiNormal, tidak menyempitNormal, tidak menyempit

17.FunduskopiRefleks Fundus(+)(+)

PapilAgak lonjong, batas tegas, edema (-)Agak lonjong, batas tegas, edema (-)

CDR0,30,3

Diameter aa/vv2/32/3

FundusTigroid Tigroid

4. Foto Mata Pasien

BAB IIIIDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

1. Identifikasi MasalahBerdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah: SUBJECTIVE

a. Nyeri kepala semakin memberat sejak dua hari yang lalu.b. Pengelihatan bertambah kabur beberapa bulan ini, tidak mengeluh mata merah, gatal maupun berair, pasien, telah menggunakan kaca mata sejak berusia 12 tahun.OBJECTIVE

a. Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan didapatkan : Visus sinne correctio OD 5/60 dan OS 6/40, visus dengan pinhole OD 6/24 dan OS 6/18, visus dengan kaca mata sendiri OD 6/12 dan OS 6/7, visus cumcorrectio dengan lensa sferis -500 serta silinder -150 didapatkan visus 6/7 untuk mata kanan dan dengan koreksi lensa sferis -300 serta silinder -125 didapatkan visus 6/6 untuk mata kiri.b. Pada funduskopi didapatkan : Pupil agak lonjong dengan fundus tigroid.

2. Analisa Kasus A. Nyeri kepala semakin memberat sejak dua hari yang lalu.Nyeri kepala dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit, baik akibat gangguan pada mata maupun gangguan selain mata. Gangguan pada mata yang dapat mengakibatkan nyeri kepala adalah gangguan refraksi, glaukoma akut, tumor otak, edema dan perdarahan otak serta herpes zoster. Gangguan diluar mata yang dapat menyebabkan nyeri kepala (nyeri kepala tipe migraine, cluster maupun tension) adalah arteritis temporalis, sinus disease, gangguan gigi dan telinga, penyakit pada temporomandibular joint, degenerasi vertebra servikal, neuralgia trigeminal. Pada kasus ini pembahasan akan dititikberatkan pada nyeri kepala akibat gangguan mata karena pada pasien ini selain keluhan nyeri kepala juga didapatkan keluhan pengelihatan bertambah kabur dan riwayat menggunakan kaca mata. Berikut ini merupakan mekanisme terjadinya nyeri kepala akibat gangguan pada mata : Gangguan refraksi Kornea dan lensa mata bekerja bersama untuk memfokuskan bayangan benda yang dilihat agar jatuh pada retina. Kadang kala, mekanisme ini gagal dan otot-otot pada mata dipaksa untuk bekerja lebih keras dari biasanya untuk memfokuskan bayangan tersebut, akibatnya akan terjadi eyestrain yang dapat mengakibatkan rasa lelah pada mata, nyeri kepala, dan pandangan kabur. Gangguan refraksi meliputi astigmatisme, miopia dan hipermetropia. Glaukoma akut

Pada pasien dengan glaukoma akut, terjadi peningkatan tekanan intraokular, baik karena terjadinya produksi aquos humor yang berlebihan maupun akibat drainase aquos yang lebih rendah dari produksinya. Peningkatan tekanan intraokular ini akan mendesak saraf-saraf optik pada mata yang pada intensitas yang tinggi dapat merusak saraf tersebut. Kerusakan saraf tersebut akan menstimulasi pengeluaran mediator nyeri yang akan menyebabkan nyeri kepala. Pada glaukoma akut, pasien sering merasa pandangan kabut, nyeri hebat, mata berair, nausea dan muntah. Tumor otak, edema dan perdarahan otak Nervus optikus mentransmisikan informasi dari mata ke otak. Tumor otak, perdarahan atau pembengkakan adalah beberapa kelainan yang dapat mengakibatkan pembengkakan nervus optikus yang disebut dengan papiloedema. Gejala papiloedema meliputi nyeri kepala, pandangan kabur, pandangan ganda. Pada kasus yang kronik, nausea dan muntah serta kehilangan penglihatan permanen sering terjadi. Nyeri kepala yang terjadi biasanya diperberat ketika pasien batuk atau bersin dan diperingan dengan pasien berbaring terlentang. Herpes zosterHerpes zoster merupakan reaktivasi virus chicken pox. Pada pasien yang pernah terinfeksi virus ini, virus ini akan dorman pada sel saraf dan pada kondisi sistem imun yang rendah virus dapat tereaktivasi. Gejala penyakit ini adalah adanya rash pada kulit yang jarang sekali melewati garis pertengahan tubuh, nyeri pada area yang diinervasi saraf yang diserang disertai dengan sensasi panas pada daerah tersebut. Bila saraf mata ikut diserang maka pasien akan mengeluhkan nyeri pada mata dan nyeri kepala serta terasa panas pada daerah rash. B. Pengelihatan bertambah kabur beberapa bulan ini, tidak mengeluh mata merah, gatal maupun berair, pasien telah menggunakan kaca mata sejak berusia 12 tahun.Pada pasien ini tidak mengeluh mata merah, gatal maupun berair (mata tenang) serta pasien mengeluh penglihatan bertambah kabur beberapa bulan ini. Beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan mata tenang visus turun perlahan yaitu : Gangguan refraksiGejala pada gangguan refraksi adalah ketajaman penglihatan yang berkurang perlahan, membaik bila dikoreksi dengan lensa yang sesuai, nyeri kepala bila mata terlalu lama digunakan dan tanda gangguan refraksi adalah pada pemeriksaan dengan pinhole didapatkan visus yang lebih baik dari visus sinne correctio dan dengan koreksi lensa yang sesuai visus dapat membaik hingga normal/ mendekati normal. Glaukoma kronis

Pada glaukoma kronis pasien mengeluh lapang pandang menyempit, berjalan sering menabrak, pandangan kabur. Namun glaukoma kronis sering kali asimptomatik dan gejala muncul dengan perlahan sehingga pasien baru sadar saat kondisinya berat. Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan tekanan intra okular yang tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan glaukoma akut. Katarak

Gejala pada katarak yaitu pasien mengeluh kabur, seperti melihat asap, pasien merasa lebih enak membaca dekat tanpa kaca mata, mengeluh silau dan penurunan penglihatan pada keadaan terang. Dari pemeriksaan status lokalis didapatkan kekeruhan lensa, leukokorea, iris shadow (+), refleks makula gelap pada funduskopi. Kelainan retina (retinopati diabetik, retinopati hipertensi)Pada pemeriksaan funduskopi retinopati diabetik didapatkan gambaran mikroaneurisma, perdarahan, eksudat keras, edema makula, cotton wool spot, neovaskularisasi, edema retina dan edema optic disc, sedangkan pada pemeriksaan funduskopi retinopati hipertensi didapatkan penyempitan arteriol retina, arteriovenous nicking, cotton wool spot, perdarahan, edema retina dan edema optic disc. Kelainan makula (senile macular degeneration / age related macular degeneration)

Pada kelainan ini didapatkan tanda dan gejala yaitu gangguan penglihatan sentral, skotoma distorsi penglihatan dan kehilangan persepsi warna.Pada pasien ini mengaku telah menggunakan kaca mata sejak usia 12 tahun dan telah enam kali mengganti kaca mata dan kini menggunakan kaca mata minus dan silindris, maka diagnosis lebih mengarah ke gangguan refraksi.

C. Hasil pemeriksaan status lokalis pada mata kananPada pemeriksaan status lokalis pada mata kanan pasien ditemukan visus sinne correctio OD 5/60 dan OS 6/40, visus dengan pinhole OD 6/24 dan OS 6/18. Interpretasi hasil pemeriksaan visus sinne correctio pasien ini menurut WHO adalah OD kategori 2 (rabun atau tajam penglihatan