Upload
rizni-fitriana
View
222
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
a
Citation preview
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Ny. EA, 33 tahun, Islam, tidak bekerja, pendidikan terakhir SMK, menikah, alamat
Gunung Sari No. 25 Lk. II Kelurahan Gunung Sari Bandar Lampung, masuk rumah sakit
tanggal 31 Januari 2015.
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesis. Alloanamnesis tidak dilakukan karena keluarga tidak dapat
dihubungi. Autonamnesis dilakukan di ruangan Melati pada tanggal 10 Februari 2015.
A. Keluhan Utama
Marah-marah/mengamuk yang tidak dapat dikontrol.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesis
Dari hasil wawancara, pasien mengatakan bahwa ia dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan
ini adalah yang ketiga kalinya. Pasien mengaku bahwa dia mengamuk dan marah
dengan keluarganya karena merasa diperlakukan tidak adil. Pasien juga mengaku
kehidupan rumah tangganya pun tidak harmonis. Namun, kemarahan pasien tidak
sampai melempar barang. Pasien merasakan tetangga membicarakan hal buruk
tentang dia. Dia mendengar suara itu ketika dia berada di dalam kamar tidur dan
merasa tetangga dari rumah sebelah membicarakannya dan terdengar hingga
kamarnya. Pasien tidak dapat tidur tenang karena mendengar suara-suara tersebut.
Pasien mengaku karena mendengar suara tersebut, ia ke rumah tetangganya itu dan
mengamuk disana. Selama di RSJ, Pasien mengaku lebih senang menyendiri dan
murung, karena malas untuk berkomunikasi dengan pasien lainnya. Pasien mengaku
menggunakan ganja dan ekstasi sebelum masuk ke RS Jiwa terakhir ini.
Catatan Medik
Pasien dibawa ke RSJ pada tanggal 31 Januari 2015 dengan keluhan mengamuk, suka
marah-marah, dan gelisah. Pasien mondar mandir tanpa ada tujuan. Pasien
2
mengalami kesulitan tidur. Pasien sering berbicara sendiri dan mendengar suara-suara
yang membicarakan dirinya. Selama di RSJ, pasien sering menyendiri dan terlihat
murung.
C. Riwayat Gangguan Dahulu
1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien dirawat di RSJ pertama kali pada tahun 2005 dengan keluhan melamun dan
tertawa sendiri, mengamuk,dan suka mendengar bisikan. Pada tahun 2007, pasien
kembali dirawat dengan gelisah dan suka berbicara sendiri. Pada tahun 2015,
pasien dirawat dengan keluhan mengamuk dan kembali mendengar bisikan.
2. Riwayat keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
3. Riwayat gangguan fisik
Pasien mengatakan belum pernah mengalami trauma kepala, tidak memiliki
riwayat hipertensi, kencing manis, infeksi, maupun penyakit berat lainnya. Pasien
juga mengatakan belum pernah mengalami kejang selama ini.
4. Riwayat penggunaan zat psikoaktif / alkohol
Pasien merokok sejak di bangku SMK sebanyak 2 bungkus/hari. Pasien juga
menggunakan NAPZA jenis ganja dan ekstasi yang dipakai sejak SMK. Pasien
juga mengaku minum alkohol.
D. Riwayat tumbuh kembang
1. Prenatal dan perinatal
Pasien mengatakan lahir dengan normal. Lahir di Tanjung Karang pada tanggal 6
Agustus 1982. Namun tidak ingat berat badan lahir.
2. Masa kanak awal (0-3 tahun)
Pasien mengatakan sewaktu kecil suka bermain dengan teman-temannya
3. Masa kanak pertengahan dan remaja (3-18 tahun)
Pasien mengatakan sejak usia 4 tahun, pasien mengalami sangat ketakutan akibat
melihat orang tuanya yang bertengkar dan berkata kasar terhadap dirinya. Pasien
mengatakan ayahnya juga melakukan hal kasar terhadap dirinya. Sehingga, pasien
mengurung diri dan jarang bermain dengan temannya. Pasien saat SMK, mulai
mengenal diskotik, lalu mengonsumsi alkohol, merokok dan menggunakan
NAPZA jenis ekstasi dan ganja. Pasien juga mengatakan ia melakukan hubungan
3
seksual di luar pernikahan saat SMK dengan orang yang lebih tua darinya di
diskotik tersebut.
E. Masa-masa dewasa
1. Riwayat pendidikan
Pasien menyelasaikan sekolahnya hingga SMK. Pasien lulus dan tidak pernah
tinggal kelas.
2. Riwayat pekerjaan
Pasien pernah kerja di tambak ikan sekitar rumahnya, namun sejak masuk ke RSJ
pada tahun 2005 pasien tidak bekerja. Sehingga, pasien lebih banyak menganggur
di rumah dan mengurus anak.
3. Riwayat Pernikahan
Sudah menikah.
4. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Namun kakak perempuannya
meninggal ketika usia 3 tahun. Adiknya laki-laki dan hubungan dengan pasien
tidak begitu dekat. Pasien iri dengan adiknya karena jarang dimarahi oleh orang
tuanya. Orang tua pasien sering bertengkar dan berkata kasar. Diketahui, bahwa
ada KDRT. Ayahnya sering berkata kasar dengan dirinya. Pasien dominan dekat
dengan ibunya. Hubungan pasien dengan suami sudah tidak harmonis. Suami juga
ikut minum alkohol dan menggunakan NAPZA. Suami juga sering kasar dengan
dirinya. Pasien mengatakan ia sangat menyayangi kedua anaknya.
5. Riwayat sosial ekonomi
Pasien saat ini tidak bekerja. Sehari-hari hanya dirumah dengan ibunya dan
menjaga kedua anaknya.
6. Riwayat agama
Pasien beragama Islam. Pasien mengatakan pernah salat namun jarang sekali
melakukannya.
7. Riwayat sosial
Pasien mengatakan ia terkadang mudah bergaul dengan temannya, namun
terkadang ia merasakan teman-temannya berkata buruk terhadapnya.
4
F. Persepsi Pasien tentang dirinya
Pasien mengetahui dirinya mengalami depresi dan mengetahui bahwa ia butuh diobati.
Namun terkadang pasien menyangkal penyakitnya.
Keterangan:
: laki-laki : meninggal dunia
: Perempuan : tinggal 1 rumah
: Pasien
Gambar 1. Pedigree
III. STATUS PSIKIATRI
A. Deskripsi Umum
1. Sikap
Kooperatif
2. Kesadaran
Kompos mentis
3. Penampilan
Seorang wanita terlihat sesuai dengan usianya, memakai seragam RSJ Provinsi
Lampung, penampilan terkesan cukup rapi, perawakan pendek, kulit sawo
matang, rambut panjang melewati bahu sedikit, kuku pendek, dan kebersihan diri
cukup.
5
4. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk dengan tenang dan sesekali mengubah posisi
duduk ke depan dan ke samping, sesekali menggerakkan kedua kaki dan kedua
tangannya. Kontak mata dengan pemeriksa baik.
5. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi cukup, volume cukup, kualitas cukup, kuantitas banyak,
artikulasi jelas.
B. Suasana perasaan
1. Mood : Iritabel
2. Afek : Iritabel
3. Keserasian : Serasi
C. Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik (pasien mengatakan pernah mendengar suara-suara di
telinganya)
2. Ilusi
Tidak ada
3. Depersonalisasi
Tidak Ada
4. Derealisasi
Tidak Ada
D. Pikiran
1. Proses berpikir
Produktivitas : Non realisic
Kontuinitas : koheren sesekali tangensial
Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi pikiran
Waham Rujukan
E. Fungsi kognitif
1. Memori
6
Jangka panjang, menengah, pendek, segera baik
2. Daya konsentrasi
Distraktibilitas
3. Orientasi
Waktu, tempat, orang cukup baik
4. Pikiran abstrak
Baik
F. Tilikan
Tilikan derajat 2, pasien punya sedikit pemahaman terhadap penyakitnya tapi juga
menyangkalnya pada waktu bersamaan.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84x/menit, napas
16x/menit
Kondisi medis umum : tidak ditemukan kelainan
V. IKHTISAR PENEMUAN
Ny. EA, 33 tahun, Islam, tidak bekerja, pendidikan terakhir SMK, menikah, alamat
Gunung Sari No. 25 Lk. II Kelurahan Gunung Sari Bandar Lampung, masuk rumah
sakit tanggal 31 Januari 2015.
Seorang wanita terlihat sesuai dengan usianya, cara berpakaian dan perawatan diri
terkesan cukup baik dan cukup rapi. Pasien dirawat di RSJ sudah tiga kali yaitu pada
tahun 2005, 2007 dan 2015. Menurut pasien, ia tahu sakitnya kambuh dan butuh di
obati namun terkadang ia menyangkal ia sakit. Pasien dibawa ke RSJ karena marah-
marah dengan keluarganya. Pasien sering mendengar tetangganya membicarakan hal
buruk tentang dirinya. Diakui pasien, suara ini terdengar hingga kamarnya ketika ia
mau tidur. Pada pasien ini ditemukan halusinasi auditorik dan ditemukan adanya
waham rujukan. Pasien mengatakan bahwa ia merokok, ia minum alkohol dan
menggunakanNAPZA jenis ganja dan ekstasi.
Selama wawancara, pasien duduk dengan tenang dan sesekali mengubah posisi duduk
ke depan dan ke samping, sesekali menggerakkan kedua kaki dan kedua tangannya.
7
Kontak mata dengan pemeriksa baik. Pembicaraan pasien spontan, lancar, intonasi
cukup, volume cukup, kualitas cukup, kuantitas banyak, artikulasi jelas. Jawaban atas
pertanyaan koheren sesekali ditemukan tangensial, konsentrasi mudah terganggu.
Memori segera, jangka pendek, menengah dan panjang baik. Orientasi tempat, waktu
dan orang cukup baik.
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan
dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami
gangguan jiwa ( kriteria WHO).
Pada pasien didapatkan halusinasi auditorik dan pembicaraan koheren walaupun
sesekali terdapat tangensial. Halusinasi pada pasien yaitu pasien mendengar suara -
suara yanng mengomentari tentang dirinya. Pasien ini juga ditemukan adanya waham
rujukan yang membuat pasien merasa orang lain mengatakan hal buruk tentang dirinya
sehingga ia langsung mengamuk terhadap orang tersebut. Hal ini sudah berlangsung
bertahun-tahun sejak sebelum masuk ke rumah sakit sehingga didapatkan aksis I
diagnosis skizofrenia paranoid (F.20.0). Karena keadaan yang dialami merupakan
gejala perulangan atau gejala kekambuhan yang dikarenakan pasien kurang patuh
dalam menjalani pengobatan, sehingga mengalami gejala yang sama seperti
sebelumnya. Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderita
skizofrenia paranoid remisi parsial (F.20.x4). Pada pasien tidak ditemukan adanya
tanda-tanda gangguan kepribadian, sehingga pada aksis II belum ada diagnosis. Dari
autoanamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik, sehingga
pada aksis III belum ada diagnosis. Keluarga pasien tidak didapatkan keharmonisan,
orang tua pasien bertengkar dan terjadi KDRT, oleh karena itu masalah dengan
primarry support ( keluarga ) menjadi diagnosis pada aksis IV. Penilaian Global
Assessment of Fungtional (GAF) Scale yaitu 40-31 karena terdapat beberapa
disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, dan disabilitas berat dalam
beberapa fungsi menjadi diagnosis untuk aksis V.
8
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I : skizofrenia Paranoid (F20.0)
DD: Skizofektif tipe depresi
2. Aksis II : tidak ada
3. Aksis III : tidak ada
4. Aksis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga)
5. Aksis V : GAF current 40-31
VIII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tidak ada riwayat genetik.
2. Psikologik
Pada pasien ditemukan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik, gangguan
suasana perasaan berupa afek dan mood yang iritabel, serta gangguan pikir yang
berupa tangensial dan kemiskinan isi pikir sehingga pasien membutuhkan
psikoterapi.
3. Sosiologik
Pada pasien ditemukan kesulitan dalam berhubungan sosial dengan lebih suka
meyendiri..
IX. Prognosis
Kondisi yang memberatkan: kekambuhan penyakit, penyakit pasien sendiri, kondisi
ekonomi kurang, kepatuhan minum obat kurang, pengawasan minum obat di keluarga
yang kurang baik, perhatian keluarga yang kurang karena keluarga yang tidak harmonis
dimana terdapat KDRT dan tidak harmonis juga dengan suaminya.
Kondisi yang meringankan: pengobatan ditanggung BPJS dan tidak ada riwayat
keluarga
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
9
X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
Risperidon 2x1 mg selama 5 hari, dipertimbangkan peningkatan dosis berdasarkan
tanda dan gejala yang ditemukan.
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi suportif
a. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan
dan efek samping pengobatan
b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol.
c. Membantu pasien untuk menerima kenyataan dan menghadapinya.
d. Mendorong pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari
secara bertahap.
e. Menggali kemampuan yang ada pada diri pasien agar bisa dikembangkan.
2. Psikoedukasi
Kepada keluarga :
a. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
gangguan yang dialami pasien.
b. Menyarankan kepada keluarga pasien agar lebih berpartisipasi dalam
pengobatan pasien secara teratur seperti memberikan suasana/lingkungan
yang kondusif bagi penyembuhan dan pemeliharaan pasien, mengingatkan
pasien agar teratur minum obat, serta mengantar pasien saat pasien kontrol
XI. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan anamnesis, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, kejang
sebelumnya ataupun adanya kelainan organik. Hal ini dapat menjadi dasar untuk
menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.00-F09) dan penggunaan zat
psikoaktif (F.10-F19). Penegakan diagnosis aksis I didapatkan halusinasi auditorik dan
koheren walaupun sesekali terdapat tangensial. Selain itu, didapatkan juga waham
rujukan sehingga menguatkan diagnosis axis I. Karena terjadi kekambuhan maka
diagnosisnya skizofrenia paranoid remisi parsial.
10
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis bervariasi, namun sangat mengganggu,
psikopatologi yang mencakup kognisi, emosi, persepsi, dan aspek lain dari perilaku.
Ekspresi dari manifestasi ini bervariasi pada semua pasien dan dari waktu ke waktu,
tetapi efek dari penyakit ini selalu berat dan biasanya berlangsung lama. Untuk diagnosis
dimana gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih, dan harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
dari beberapa aspek perilaku pribadi. Pada pasien ini didapatkan adanya halusinasi
auditorik, gangguan pikir yang terkadang tangensial, dan miskin isi yang telah
berlangsung lebih dari satu bulan dapat didiagnosis sebagai suatu Skizofrenia. Pada
pasien ini menonjol pada kriteria diagnosis terdapat halusinasi auditorik dan waham
rujukan sehingga lebih mengarah ke skizofrenia paranoid. Namun, karena terjadi
gangguan afek tipe depresif seperti kehilangan minat dan kegembiraan serta kesulitan
tidur sehingga diagnosis banding pasien ini yaitu skizoafektif tipe depresi.
Pasien punya sedikit pemahaman terhadap penyakitnya tapi juga menyangkalnya pada
waktu bersamaan. Didapatkan penilaian Global Assessment of Fungtional (GAF) Scale
yaitu 40-31 karena terdapat beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita seperti
komunikasi berupa arus pikir yang sesekali tangensial dan juga miskin isi ketika
menjawab pertanyaan yang diberikan, dan disabilitas berat dalam beberapa fungsi
seperrti emosi dan perasaan berupa afek yang iritabel dan juga gangguan pikiran.
Rencana terapi yang diberikan adalah risperidon 2 x 1 mg per hari selama lima hari. Lalu
dosis dinaikkan hingga mencapai nilai optimal dan dievalusi setiap dua minggu
mengenai kondisi pasien, lalu dipertahankan sampai 8-12 minggu lalu diturunkan tiap
dua minggu perlahan lahan selanjutnya sampai dengan dua tahun. Alasan penggunaan
risperidon, karena pada pasien ini ditemukan gejala tipikal dan atipikal sehingga
dipilihlah obat antipsikotik atipikal dengan efek samping yang kecil dan dimulai dengan
dosis paling kecil. Berdasarkan buku ajar psikiatri FK UI, standar emas pengobatan
skizofrenia dengan menggunakan terapi APG II (antipsikotik atipikal) yang bermanfaat
baik untuk gejala positif dan gejala negative dengan efek samping yang lebih ringan serta
dapat digunakan secara aman. Risperidon memiliki efek samping yang kecil untuk
terjadinya sindrom ekstrapiramidal dan efek sedatif, juga tidak membuat perubahan
fungsi kognitif pada pasien, dan obat ini juga mudah didapatkan. Pada kasus ini,
11
diberikan terapi sampai minimal dua tahun karena pasien ini mengalami kekambuhan
yang berulang-ulang dan telah mengalami putus obat sebelumya.
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan. Menurut penelitian
pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan pasien, tetapi juga harus
diiringi oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan sikap pasien terhadap penyakit
yang diderita. Pada kasus ini dimana pasien tidak rajin minum obat dikarenakan
pengawasan dan perhatian yang kurang dari keluarga dan juga lokasi tempat tinggal yang
jauh dari pelayanan kesehatan, sehingga penyakit sering mengalami kekambuhan, harus
selalu diberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya pengobatan bagi pasien jika
kualitas hidupnya ingin kembali baik.
Prognosis pada pasien adalah dubia ad malam karena gejala timbul berulang-ulang,
kepatuhan minum obat kurang baik, interaksi sosial terhadap lingkungan kurang,
kurangnya perhatian keluarga, dan adanya riwayat penggunaan NAPZA.
12
LAMPIRAN
13
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
1983 1986 1994 2000 2005 2006 2007 Sekarang
0-1 thn 3 thn 12 thn 18 thn 23 thn 24 thn 25 thn 33 thn
- Pasien mulai bicara sendiri- Pasien mulai mengamuk- Halusinasi Auditorik (+)- Waham Rujukan
- Pasien kembali kambuh penyakitnya- Mulai mengamuk hingga memarahi tetangganya- Menyendiri
Pasien mulai mengenal rokok, alkohol, pergaulan bebas, dan NAPZA.
Pasien lulus SMA.
14
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta: Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika Edisi Ketiga.
Jakarta: Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Maramis W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Sadock, Benjamin James,et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams & Wilkins. Jakarta:
EGC.