10
CASE REPORT SESSION Benign Prostate Hyperplasia Disusun Oleh: Detti Fahmiasyari Rahmi Fauziah Preceptor: Ricky Adriansjah, dr., Sp.U(K)

CRS BPH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BPH, Urologi

Citation preview

Page 1: CRS BPH

CASE REPORT SESSIONBenign Prostate Hyperplasia

Disusun Oleh:

Detti Fahmiasyari

Rahmi Fauziah

Preceptor: Ricky Adriansjah, dr., Sp.U(K)

BAGIAN/SMF BEDAH UROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD/RSHS

BANDUNG

Page 2: CRS BPH

2015I KETERANGAN UMUM

Nama : Tn. AS

Umur : 70 tahun

Alamat : Kebon Kalapa

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

No. Medrec : 1483371

II ANAMNESIS

Keluhan Utama : Tidak bisa buang air kecil

Sejak ± 22 hari sebelum berobat ke RSHS pasien mengeluh tidak bisa

buang air kecil. Riwayat sulit buang air kecil ada sebelumnya. Pasien

mengeluh harus mengedan sebelum buang air kecil, buang air kecil

menetes, buang air kecil malam hari lebih dari 2 kali per malam, dan buang

air kecil tidak lampias. Riwayat buang air kecil disertai batu atau pasir tidak

ada, buang air kecil tidak keruh atau merah. Riwayat hipertensi ada sejak ±

1 bulan yang lalu, dengan tekanan darah tertinggi 160/…. Pasien minum

amlodipine 1x5 mg. Riwayat kencing manis tidak ada. Riwayat nyeri

pinggang ada.

Pasien telah berobat ke RS Immanuel dan dilakukan pemeriksaan

USG, dikatakan prostat membesar dengan volum 38 cc, kandung kemih

terdapat gambaran cystitis ringan, dan kedua ginjal terdapat kista sebesar 34

mm (kanan) dan 40 mm (kiri). Kemudian pasien berobat ke Poli Urologi

RSHS.

III PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Kesadaran : Komposmentis

Tanda vital : TD = 110/70 mmHg R = 22 x/menit

N = 68 x/menit S = afebris

Kepala : Konjungtiva tak anemis, sklera tidak ikterik

1

Page 3: CRS BPH

Leher : JVP tak meningkat

Thoraks : Bentuk dan gerak simetris

Pulmo: Sonor, VBS kiri = kanan, Rh -/-, Wh -/-

Cor : Bunyi jantung 1, 2 murni reguler, murmur (-)

Abdomen : Datar, lembut

Bising usus (+) Normal

Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

Status Urologis

a/r flank dx et sin : Ballotement -/-, nyeri tekan -/-

Nyeri ketok CVA -/-

a/r Suprapubic : Blas kesan kosong, Nyeri tekan -/-

a/r Genitalia Ekst. : Terpasang Foley kateter

RT : Tonus sphincter ani kuat, mukosa licin, ampula tidak

kolaps, NT (-)

Prostat teraba ukuran 20-40 gr, simetris, nodul (-),

nyeri tekan (-), bulbocavernosus reflex (+)

Sarung tangan : faeces (+), darah (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan Hematologi:

o Hb/Ht/Leu/Tr/Er : 14,9/44/11.500/278.000/5,20

o MCV/MCH/MCHC : 84,4/28,7/33,9

o PT/APTT/INR : 13,6/29,9/1,01

- Imunoserologi:

o PSA : 3,74

- Kimia Klinik:

o SGOT/SGPT : 16/15

o Albumin/Protein total : 4,1/6,9

o Ur/Kr : 37/1,20

o GDS : 110

o Na/K : 144/4,0

- Urine:2

Page 4: CRS BPH

o Warna : kuning, agak keruh

o Kimia urine :

Blood : 2+/0,5

Leukosit esterase: 75/+

Nitrit : 2+

Protein : 1+/70

o Mikroskopis urine :

Eritrosit banyak

Leukosit : 14

Sel epitel : 3

Bakteri : (+), ditemukan banyak bakteri berbentuk

batang per LPK

Kristal kalsium oksalat (+)

o Kultur urine : ditemukan kuman E.coli

- Foto rontgen thorax : tidak tampak TB

paru aktif atau penumonia, cor dbn

- TRUS Prostat : kapsul intak, echostruktur

parenkim homogen, tidak tampak lesi

hipo/hiperekoik, volum prostat 35,6 cc, PSA

3,74

- EKG : dbn

- Tes faal paru : normal

V. DIAGNOSIS KERJA

Retensi urine ec. susp. BPH volum 35,6, PSA 3,74 + kista ginjal dextra

ukuran 3,5 cm + kista ginjal sinistra 4 cm

VI. USUL PEMERIKSAAN

- Cystoscopy

- Uroflowmetry

VI. TERAPI

- TURP (transurethral resection of the prostate)

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

3

Page 5: CRS BPH

Quo ad functionam : dubia ad bonam

VIII. PEMBAHASAN

1. Mengapa pasien ini didiagnosa retensi urin ec. susp. benign prostatic

hyperplasia?

Karena pasien datang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil

sejak ± 22 hari SMRS. Sulit atau tidak bisa buang air kecil adalah salah

satu keluhan pada saluran kemih bagian bawah. Keluhan pada saluran

kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala storage (hesistancy, weak

stream, intermittency), voiding (frekuensi, nokturia, urgensi, dysuria), dan

post voiding (incomplete emptying & terminal dribbling).

Timbulnya gejala LUTS pada pasien ini merupakan manifestasi

kompensasi otot buli-buli untuk mengeluarkan urin. Pada suatu saat, otot

buli-buli mengalami dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi

urin akut. Timbulnya dekompensasi buli-buli biasanya didahului oleh

beberapa faktor pencetus seperti :

Volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh pada saat cuaca dingin,

menahan kencing terlalu lama, konsumsi obat-obatan atau

minumam yang mengandung diuretikum (kopi,alkohol)

Massa prostate tiba-tiba membesar (setelah seksual atau

mengalami infeksi prostate akut)

Setelah konsumsi obat-obatan yang menurunkan kontraksi otot

detrusor atau yang dapat mempersempit leher buli-buli

(antikolinergik atau adrenergic alpha)

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan buli-buli yang terisi penuh,

namun pada pasien ini buli-buli kesan kosong dikarenakan sudah

terpasang kateter. Pada colok dubur (RT) hal-hal yang harus diperhatikan

adalah :

Tonus sfinkter ani/refleks bulbocavernosus untuk menyingkirkan

adanya kelainan buli-buli neurogenik

Mukosa rectum

4

Page 6: CRS BPH

Keadaan prostate untuk memastikan kemungkinan adanya nodul,

krepitasi, konsistensi prostate, simetri antara lobus dan batas

prostate.

Pemeriksaan RT pada pasien ini menunjukkan lobus kanan dan kiri

simetris dan tidak didapatkan nodul. Berbeda dengan karsinoma prostate,

konsistensi prostate keras, teraba nodul, dan mungkin diantara lobus

prostate tidak simetri.

2. Apakah pemeriksaan penunjang yang disarankan untuk pasien ini?

Laboratorium

Sediment urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi

atau inflamasi pada saluran kemih. Faal ginjal diperiksa untuk mencari

kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas.

Pemeriksaan gula darah adalah untuk mencari kemungkinan adanya penyakit

diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli.

Apabila dicurigai adanya keganasan prostate, kadar penanda tumor PSA

diperiksa.

Pencitraan

Pemeriksaan USG transrektal/TRUS, adalah untuk mengetahui besar atau

volume kelenjar prostate dengan adanya kecurigaan kemungkinan pembesaran

prostate maligna, juga sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostate,

menentukan jumlah residual urin dan mencari kelainan lain yang mungkin.

Uroflowmetry

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai derajat obtruksi prostate dengan cara

menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau

dikenal dengan flow rate. Dari uroflowmetri dapat diketahui lama waktu miksi ,

lama pancaran, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pancaran maksimum,

rerata pancaran, dan volume urin yang dikemihkan.

5

Page 7: CRS BPH

3. Apakah terapi yang diberikan pada pasien ini?

Tujuan terapi pada pasien BPH adalah :

memperbaiki keluhan miksi

meningkatkan kualitas hidup

mengurangi obstruksi infravesika

mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal

mengurangi volume residue urin setelah miksi

mencegah progresivitas penyakit

Operasi

Indikasi:

- Fungsi ginjal menurun

- ISK berulang

- Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa

- Hematuria*

- Mengalami retensi urin berulang*

- Muncul batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran

kemih bagian bawah

Metode: Transurethral resection prostate (TURP) dilakukan pada berat prostat

<60 gram berdasarkan TRUS.

6