18
CTEV (Congenital Talipes Equino Varus) BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bayi yang lahir dengan keadaan sehat serta memiliki anggota tubuh yang lengkap dan sempurna merupakan harapan dari seorang Ibu dan seluruh keluarga. Namun terkadang pada beberapa keadaan tertentu didapati bayi yang lahir kurang sempurna karena mengalami kelainan bentuk anggota tubuh. Salah satu kelainan adalah kelainan bawaan pada kaki yang sering dijumpai pada bayi yaitu kaki bengkok atau CTEV(Congenital Talipes Equino Varus). CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang sudah lama dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM (Miedzybrodzka,2002). CTEV atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah/bengkok dari keadaan atau posisi normal. Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki. Deformitas talipes diantaranya : Talipes Varus : inversi atau membengkok ke dalam. Talipes Valgus : eversi atau membengkok ke luar. Talipes Equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendah daripada tumit. Talipes Calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit. Clubfoot yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe

CTEV

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CTEV

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1. Latar Belakang

 

Bayi yang lahir dengan keadaan sehat serta memiliki anggota tubuh yang lengkap dan sempurna merupakan harapan dari seorang Ibu dan seluruh keluarga. Namun terkadang pada beberapa keadaan tertentu didapati bayi yang lahir kurang sempurna karena mengalami kelainan bentuk anggota tubuh. Salah satu kelainan adalah kelainan bawaan pada kaki yang sering dijumpai pada bayi yaitu kaki bengkok atau CTEV(Congenital Talipes Equino Varus). CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang sudah lama dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM (Miedzybrodzka,2002).

CTEV atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah/bengkok dari keadaan atau posisi normal. Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki. Deformitas talipes diantaranya :

Talipes Varus : inversi atau membengkok ke dalam. Talipes Valgus : eversi atau membengkok ke luar. Talipes Equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendah daripada tumit. Talipes Calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit.

Clubfoot yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe Talipes Equino Varus (TEV) dimana kaki posisinya melengkung ke bawah dan ke dalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih umum terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan yang berhubungan dengan sindroma lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis (imobilitas umum dari persendian), cerebral palsy atau spina bifida.

Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1:700 sampai 1:1000 kelahiran hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor genetika. Insidensi pada laki-laki 65% kasus, sedangkan pada perempuan 30-40% kasus. Pada pasien pengambilan cairan amnion, deformitas ekstrimitas bawah kira-kira mencapai 1-1,4% kasus. Sedangkan pada ibu yang mengalami pecah ketuban kira-kira terdapat 15% kasus. Epidemiologi CTEV terbanyak pada kasus-kasus amniotik.

1. Rumusan Masalah

Page 2: CTEV

1. Apa pengertian dari CTEV ?

2. Bagaimana patofisiologi dari CTEV ?

3. Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien dengan CTEV ?

 

2. Tujuan1. Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami patofisiologi dan asuhan keperawatan klien dengan CTEV.

 

1. Tujuan Khusus1. Mengetahui definisi CTEV.2. Mengetahui penyebab dari CTEV.3. Mengetahui klasifikasi dari CTEV.4. Mengetahui patofisiologi dari CTEV.5. Mengetahui manifestasi klinis dari CTEV.6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik CTEV.7. Mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan CTEV.8. Mengetahui komplikasi dari CTEV.9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan CTEV.

 

1. Manfaat1. Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan patofisiologis dari CTEV.2. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan CTEV.3. Mahasiswa serta masyarakat dapat menggunakan makalah ini sebagai

referensi untuk menambah ilmu pengetahuan.

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Definisi Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)

Page 3: CTEV

CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang sudah lama dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM (Miedzybrodzka, 2002)

CTEV/ Club Foot adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz).

 

2.2    Etiologi

Sampai saat ini penyebab utama terjadinya kaki bengkok ( CTEV ) tidak diketahui secara pasti. Namun telah terbukti bahwa perkembangan tulang, sendi, jaringan ikat, persarafan, pembuluh darah dan otot masing-masing terlibat dalam proses patofisiologi. Mihran (2008) dan Hita (2008) menjelaskan beberapa teori penyebab terjadinya CTEV/kaki bengkok :

a.    Kebiasaan ibu waktu hamil merokok.

b.   Teori embrionik, antara lain perubahan bentuk  primer yang terjadi pada sel germinativum yang dibuahi yang mengimplikasikan perubahan bentuk  . Terjadi antara masa konsepsi dan pada  minggu ke-12 usia kehamilan

c.    Perkembangan tumbuh kembang  yang terhambat

d.    Teori neurogenik, yaitu teori yang menjelaskan bahwa perubahan bentuk  primer terjadi pada jaringan neurogenik.

e.    Teori amiogenik, yang menjelaskan bahwa perubahan bentuk  primer terjadi pada jaringan otot dan terjadi penebalan kapsul fibrosa sendi.

f.  Faktor Keturunan

 

2.3        Klasifikasi

1.    Postural Club Foot

2.    Congenital Club Foot :

Simple Rigid → pada kasus yang rigid, perlu tindakan operasi.

3.    Syndromic Club foot associated with :

1. Artrogryposis Multiplex Congenital atau amioplasia → suatu kelainan kongenital yang berkaitan dengan penggantian otot dengan jaringan fibrosa

Page 4: CTEV

pada saat lahir, sehingga mengakibatkan hilangnya mobilitas sendi, dan berkaitan dengan deformitas seperti misalnya CHD, talipes equinovarus, dislokasi lutut.

2. Myelomeningocel. Pada kasus ini terjadi imbalance otot sehingga terjadi club foot tipe rigid.

 

2.4 Manifestasi Klinis

1. positional equinovarus, yaitu terpuntirnya kaki kearah dalam karena posisi bayi pada saat didalam kandungan.

2. Deformitas serupa terlihat pada myelomeningocele and arthrogryposis. Ankle equinus dan kaki supinasi (varus) dan adduksi (normalnya kaki bayi dapat dorso fleksi dan eversi, sehingga kaki dapat menyentuh bagian anterior dari tibia). Dorso fleksi melebihi 90° tidak memungkinkan.

 

2.5    Patofisiologi

Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine.

 

2.6     Diagnosis

Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early diagnosis after birth). Pada bayi yang normal dengan equinovarus postural, kaki dapat mengalami dorsifleksi dan eversi hingga jari-jari kaki menyentuh bagian depan tibia. "Passive manipulation dorsiflexion → Toe touching tibia → normal".

Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional karena posisi intra

Page 5: CTEV

uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya perputaran subtalar ke medial.

Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.

Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi. Pmeriksaan penderita harus selengkap mungkin secara sistematis seperti yang dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut sebagai Orthopaedic checklist untuk menyingkirkan malformasi multiple.

2.7    Diagnosa banding

1. Postural clubfoot-disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik dan cepat terhadap serial casting dan jarang akan kambuh kembali

2. Metatarsus adductus (atau varus)-adalah deformitas pada metatarsal saja. Kaki bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi dengan manipulasi dan mempunyai respon terhadap serial casting.

1. Penatalaksanaan

Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif. Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :

    Non-Operative :

1. Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.

2. Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial "cast" yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.

Page 6: CTEV

3. Manipulasi dan pemakaian "cast" ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada periode ini.

4. Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di "cast" sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.

5. Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak dengan anak dengan penggunaan "cast". Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian "cast" secara teratur untuk menunjang penyembuhan.

6. Perawatan "cast" (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena deformitas atau therapi yang lama.

7. Perawatan "cast" meliputi : 1. Biarkan cast terbuka sampai kering 2. Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada

hari pertama atau sesuai  intruksi .3. Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit

dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal .4. Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya

rasa nyeri 5. Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih

otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.6. Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma7. Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda

kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh ana8. Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi

cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat9. Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air

 

CAST PADA CTEV (POSENTI TRETMENT)

Traditional manipulation and casting methods fail, as they do not allow the free rotation of the calcaneum and the talus

 Operatif

Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :

Page 7: CTEV

1. Jika terapi dengan gibs gagal 2. Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan

Operasi dilakaukan dengan melepasakan karingan lunak yang mengalami kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.

Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu Appley).

Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis tripleyang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

2.9    Komplikasi

1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi konservatif mungkin dapat terjadi maslah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang memerlukan cangkok kulit.

2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.

3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia

1. Prognosis

Asalkan terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki; walupun demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering kambuh, terutama pada bayi dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit neuromuskuler. Beberapa kasus menunjukkan respon yang positif terhadap penanganan, sedangkan beberapa kasus lain menunjukkan respon yang lama atau tidak berespon samasekali terhadap treatmen. Orangtua harus diberikan informasi bahwa hasil dari treatmen tidak selalu dapat diprediksi dan tergantung pada tingkat keparahan dari deformitas, umur anak saat intervensi, perkembangan tulang, otot dan syaraf. Fungsi kaki jangka panjang setelah terapi secara umum baik tetapi hasil study menunjukkan bahwa koreksi saat dewasa akan menunjukkan kaki yang 10% lebih kecil dari biasanya .

 

Page 8: CTEV

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: CTEV

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Study Kasus

Ny. A membawa anak laki – laki nya, An. X usia 9 bulan (infant) ke Poli Ortopedi Rumah Sakit Unair. Ny. A mengatakan bahwa an.X kesulitan saat belajar berjalan. Dan merasa bentuk kaki anaknya berbeda Saat datang ke rumah sakit kondisi pasien baik dan TTV normal (suhu tubuh 36,5°C, RR 22x/menit, nadi 110x/menit ). Ny. A melahirkan secara normal dengan berat janin yang normal pula. Tidak ada riwayat minum obat dan penyakit tertentu selama kehamilan, namun Ny.A mempunyai kebiasaan merokok. An. X pernah dibawa ke tukang pijat urut namun tidak ada perbaikan pada kedua kakinya.

4.2 Pengkajian

1. Data demografi

Identitas anak :

Nama : An.x

Tanggal lahir : 23 Juni 2010

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Jln. Kates 5, Surabaya

Diagnosa medis : CTEV/ Clubfoot

Identitas orang tua :

Nama ayah : Tn. A

Nama ibu : Ny. A

Pekerjaan ayah/ibu : wiraswasta/ ibu rumah tangga

Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA

Agama : Islam

Alamat : Jln. Kates 5, Surabaya

1. Riwayat penyakit dan kesehatan

Keluhan utama : klien kesulitan dalam belajar berjalan

Page 10: CTEV

Riwayat penyakit saat ini: klien kesulitan dalam melakukan aktivitas belajar berjalan. Kaki klien tidak mengalami perubahan bentuk yaitu tetap melengkung kedalam walaupun sudah berusia 13 bulan

Riwayat penyakit keluarga: Anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita kelainan seperti ini yaitu saudara kandung ayah dan kakek klien.

1. REVIEW Of SYTEM ( ROS )

B1    : -

B2    : -

B3    : -

B4    : -

B5    : -

B6    : telapak kaki menekuk ke dalam sehingga kesulitan untuk berjalan

 

2. Analisa Data

DATA  ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN 

DO: kelainan anatomi kaki

DS: Ibu menyatakan bahwa klien kesulitan dalam belajar berjalan. Kaki pasien melengkung ke dalam

Deformitas

CTEV

Fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan dan rotasi media dari

tibia

anak tidak dapat berdiri dan tumit tidak dapat menumpu

 

MK : Hambatan mobilitas fisik 

Resiko Hambatan mobilitas fisik

DO:

DS: Ibu menyatakan merasa bersalah terhadap keadaan anaknya sekarang.

Deformitas

CTEV

Kecemasan

Page 11: CTEV

Dampak Hospitalisasi

Pada anak

Takut, sedih, frustasi

MK : Cemas

DO : Orang tua tampak kebingungan tentang penyakit anak

DS : Orang tua menyatakan ketidak tahuan tentang penyakit yang diderita anaknya

Deformitas

CTEV

Fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan dan rotasi media dari

tibia

Keterlambatan deteksi dini

MK : Kurang pengetahuan

Kurang Pengetahuan

 

1. Diagnosa keperawatan1. Resiko hambatan mobilitas fisik b.d kelainan anatomi kaki2. Kecemasan b.d dampak hospitalisasi pada anak3. Kurang penegtahuan orang tua b.d penatalaksanaan penyakit anak.

 

2. Intervensi1. Resiko hambatan mobilitas fisik b.d kelainan anatomi kaki

Tujuan : Pasien mendapatkan kesempatan untuk mobilisasi

Kriteria hasil : anak bergerak dari pembatasan ruangan atau di dalam ruangan, posisi kaki anak bisa berubah.

No.  Intervensi  Rasional 

1. Kaji tingkat kelemahan anak dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien 

Anak biasanya telah mengalami penurunan tenaga kelemahan otot, menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit

2.  Lakukan tindakan ROM Tindakan ROM dapat mengurangi resiko terjadinya luka dekubitus, selain itu dapat juga memperlancar aliran darah 

4.  Lakukan perubahan posisiDapat mengurangi resiko terjadinya dekubitus dan mencegah komplikasi

Page 12: CTEV

5  Kolaborasi dengan fisioterapi Kolaborasi dilakukan dengan manipulasi dan aplikasi dari serial "cast". 

 

1. Kecemasan b.d dampak hospitalisasi pada anak

Tujuan :

Kriteria hasil :

No.  Intervensi  Rasional 

1. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam merawat anak dengan cara membolehkan mereka tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in)

 

2. Modifikasi rgn perawatan dgn cara membuat situasi ruangan rawat perawatan seperti di rumah, a.l dengan cara membuat dekorasi ruangan yang bernuansa anak.

 

3.Tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa takut akibat prosedur yang menyakitkan.

 

 

1. Kurang pengetahuan orang tua b.d penatalaksanaan penyakit anak.

Tujuan :

Kriteria hasil : Orang tua menyatakan pemahamannya tentang proses penyakit anak.

Orang tua mampu mengungkapkan pemahamannya mengenai prognosis dan tindakan pengobatan terhadap anaknya.

No.  Intervensi  Rasional 

1. Berikan informasi yang adekuat mengenai proses penyakit.

Meningkatkan pengetahuan orang tua dan menghilangkan kecemasan akibat penyakit yang diderita anaknya.

2. Anjurkan orang tua untuk ikut berperan serta dalam perawatan pasien.

Memberikan kesempatan pada orang tua untuk mengetahui tindakan yang dilakukan dan untuk beradaptasi apabila pasien sudah dibawa ke rumah.

 

 

Page 13: CTEV

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

4.1 Kesimpulan

        CTEV/ Club Foot adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki. Sampai saat ini penyebab utama terjadinya kaki bengkok ( CTEV ) tidak diketahui secara pasti. Namun telah terbukti bahwa perkembangan tulang, sendi, jaringan ikat, persarafan, pembuluh darah dan otot masing-masing terlibat dalam proses patofisiologi. Beberapa ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine.

 

4.2 Saran

    Diharapkan setelah membaca makalah ini, kita sebagai perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita CTEV dan memberikan Health Education pada keluarga yang memiliki anak dengan CTEV.

Wong, Donna L., Whaley & Wong’s Nursing Care of Infants and Children, Fifth Edition, Mosby Company, Missouri,1995