Upload
mithaitalia
View
177
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ctev
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Congenital Talipes Equino Varus atau yang dikenal dengan Clubfoot bukan merupakan
suatu embryonic malformation. Kaki yang normal berkembang menjadi clubfoot saat
trimestester kedua selama masa kehamilan. Pada usia kehamilan di bawah 16 minggu,
penyakit ini sulit dideteksi dengan ultrasonografi. Oleh sebab itu, seperi displasia panggul dan
idiopatic scoliosis, clubfoot dapat digolongkan sebagai developmental deformation.
Pengetahuan tentang Congenital Talipes Equino Varus ini penting bagi seorang dokter
terutama dokter umum di daerah. Diagnosis yang tepat dapat ditegakkan melalui serangkaian
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik. Dengan demikian, terapi yang sesuai
dapat segera dilakukan untuk mengatasi deformitas yang terjadi.
Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan
gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat ini mungkin
paling efektif adalah metode Ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya operasi.
Walaupun demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif. Dalam referat
ini, akan dibahas lebih mendalam tentang diagnosis dan tatalaksana Congenital Talipes Equino
Varus ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Congenital Talipes Equinovarus (CTEV)?
2. Bagaimana penerapan diagnosis dan penatalaksanaan Congenital Talipes Equinovarus
(CTEV)?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi persyaratan SMF Ilmu Bedah
bagian Ilmu Orthopaedi RSUD dr. Moh. Saleh Kota Probolinggo Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan mengetahui diagnosis dan tatalaksana kasus
Congenital Talipes Equinovarus (CTEV).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Congenital Talipes Equino Varus
Secara umum, Congenital Talipes Equino Varus memiliki beberapa komponen yaitu ankle
equinus, heel varus, forefoot adduction dan supination.
Congenital talipes equinovarus adalah fiksasi kaki pada posisi adduksi, supinasi dan varus.
Tulang kalkaneus, navikular, dan kuboid terrotasi ke arah medial terhadap talus, dan tertahan
dalam posisi adduksi serta inversi oleh ligamen dan tendon. Tulang metatarsal pertama dapat
lebih fleksi terhadap daerah plantar.
Penampilan umum dari Congenital Talipes Equino Varus dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 dan 2. Clubfoot atau Congenital Talipes Equino Varus penampilan umum
2.2Etiologi
Penyebab dari Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) hingga saat ini masih belum
diketahui. Ada banyak teori yang diajukan terkait dengan keadaan deformitas ini di antaranya
karena kelainan vascular, viral genetik, kelainan anatomical, faktor lingkungan dan efek dari
posisi neonatus itu sendiri di dalam rahim saat kehamilan. Hingga saat ini, masih timbul
perdebatan mengenai teori neuromuscular deformitas. Pada beberapa studi, ditemukan adanya
ultrastruktural dan intraselular abnormalitas pada spesimen otot pada Cloobfoot, namun pada
studi yang lain tidak ditemukan kelainan serupa (2).
Menurut Pandey and Pandey faktor penyebab dari clubfoot atau Congenital Talipes
2
Equinovarus (CTEV) dapat disimpulkan berdasarkan beberapa kemungkinan teori sebagai
berikut.(4)
I. Neurogenic theory – menurunnya motor unit, di mana jumlah distribusinya pada nervus
peroneus pada umumnya kemungkinan bertanggung jawab terhadap manifestasi klinis
kelemahan otot.
II. Myogenic theory – teori ini diajukan berdasarkan kemungkinan munculnya otot yang
anomali, sebagai contoh otot accessoria soleus dan otot flexor digitorum accessorious
longus,yang dapat menyebabkan deformitas talipes equinovarus.
III. Vascular theory – terganggunya aliran darah pada arteri tibialis anterior dan
percabangannya..
IV. Embyonic theory – defek developmental yang muncul hingga 12 minggu kehamilan
intrauterin.
V. Chromosonal theory – adanya beberapa defek chromosonal pada unfertilized germ cells.
VI. Osteogenic theory – karena suatu sebab yang tidak diketahui, secara umum defek
abnormalitas muncul pada usia embrio tujuh hingga delapan minggu di mana dapat
menyebabkan terjadinya clubfoot maupun deformitas yang lain.
VII. Mechanical block theory – karena adanya mechanical obstruction selama periode
perkembangan intrauterine seperti intrauterine fibrotic bands, less amniotic fluid,
disproportionate uterine cavity dan lain-lain yang dapat menyebabkan munculnya talipes
equinovarus.
2.3 Epidemiologi
Congenital talipes equinovarus merupakan suatu abnormalitas congenital yang umum
dijumpai di dunia pada satu hingga tiga kelahiran untuk setiap seribu kelahiran dengan
perbedaan ras dan keadaan geografi(1). Di Eropa, kasus ini muncul pada 1.2 kelahiran untuk
1000 kelahiran hidup dengan perbandingan dua kali pada anak laki-laki daripada perempuan.(2)
Dengan teknologi ultrasonografi yang memadai, deformitas ini dapat dikenali pada usia
kehamilan delapan belas hingga dua puluh minggu (1)..
2.4 Gambaran Klinis
3
Gambar 3. penampilan anatomis osteum regio pedis
Secara klinis, gambaran umum yang dapat ditemukan pada Congenital Talipes
EquinoVarus (CTEV) adalah sbagai berikut.(6)
• inversion and adduction of the forefoot;
• inversion of the heel and hindfoot;
• equinus (limitation of extension) of the ankle
• subtalar joint; and internal rotation of the leg.
Osteum yang ikut terdampak pada kasus ini adalah os kalkaneus, os talus, dan os
naviculare.
Pada inspeksi , the “down and in” penampilan kaki, dapat diamati dengan jelas. Kaki akan
terlihat lebih kecil dan lebih fleksibel, tumit yang lebih halus karena kalkaneus yang
hipoplastic. Tepi medial dari kaki nampak konkaf dengan kulit medial yang berkerut dalam,
dan pada tepi lateral nampak sangat konveks. Tumit biasanya nampak kecildan mengalami
rotasi interna, membuat permukaan palmar dari kaki saling bertemu pada kasus bilateral
deformities. (6)
Pada pengamatan, ditemukan pronounced tightness dari tendo Achiles dengan sangat
sedikit dorsoflexi yang membedakan clubfoot dengan metatarsus adductus. Tulang belakang
harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain seperti sendi
panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi (6)
Normalnya leher talus tertutup oleh tulang navikular dan badan talus. Maleolus medialis
menjadi sulit diraba dan pada umumnya menempel pada tulang navikular. Jarak yang normal
terdapat antara tulang navikular dan maleolus menghilang. Tulang tibia kering mengalami
rotasi internal.(3)
4
Clubfoot atau Congenital Talipes Equinovarus dapat diklasifikan sebagai tipe ekstrinsik
(supple type) dan tipe intrinsik (rigid type).
Tipe tipe ekstrinsik (supple type) merupakan tipe yang berat deformitasnya baik secara
posisional maupun deformitas dari jaringan yang terdampak.
Tipe intrinsik (rigid type) merupakan tipe yang lebih berat di mana manual reduction sangat
mustahil untuk dilakukan.
Secara umum, struktur anatomi yang mungkin dapat mengalami deformitas pada
Congenital Talipes Equinovarus adalah sebagai berikut.(7)
Osteum
• Tibia: kemungkingan mengalami Slight shortening.
• Fibula: pemendekan umum terjadi.
• Talus: In equinus in the ankle mortise, dengan badan talus mengalami external rotation,
badan talus tertarik lebih anterolateral dan tidak terlindungi dan dapat dipalpasi. Leher
dari talus mengalami deviasi medial dan plantarfleksi. Talus dengan struktur tulang di
sekelilingnya nampak abnormal.
• Os calcaneus: nampak adanya Medial rotation, equinus dan adduction deformity.
• Navicular: Navicular mengalami subluksasi medial di atas caput talar.
• Cuboid: cuboid mengalami subluksasi medial di atas caputcalcaneus.
• Forefoot: adduksi and supinasi, pada kasus yang berat biasanya ditemukan cavus
dengan dropped first metatarsal.
Otot
• Atrophy otot tungkai bawah, terutama pada otot-otot peroneus communis.
• jumlah fiber otot umumnya normal, namun fiber ukuran fiber nampak lebih kecil.
• Triceps surae, tibialis posterior, flexor digitorum longus (FDL), dan flexor hallucis
longus (FHL) mengalami kontraktur.
Tendon sheaths: Thickening umumnya muncul, terutama pada tibialis posterior and peroneal
sheaths.
Joint capsules: kontraktur pada posterior ankle capsule, subtalar capsule, and talonavicular dan
calcaneocuboid joint capsules umum dijumpai.
5
Ligaments: kontractur dapat dijumpai pada calcaneofibular, talofibular, (ankle) deltoid, long
dan short plantar, spring, dan bifurcated ligaments.
Diagnosis Antenatal
Congenital talipes equinovarus dapat didiagnosis pada masa antenatal dengan menggunakan
teknologi ultrasound. Variasi keakuratan cukup luas dengan menggunakan teknik tersebut.
Sebuah studi menemukan bahwa diagnosis dengan ultrasound memiliki angka prositive
prediktif sebesar 83% dengan false positif sebesar 17%. Studi yang lain menemukan bahwa
derajat deformitas sangat sulit untuk dievallusai sebelum kelahiran. Pada masa kelahiran,
sebanyak 26%ditemukan tanpa membutuhkan terapi bedah sementara sebanyak 61%
membutuhkan adanya terapi pembedahan. (2)
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pada radiografi, clubfoot biasanya menampakkan gambaran paralel axis dari
talus dan calcaneus.(6) Posisi kaki selama pengambilan foto radiologis sangat penting. Posisi
anteroposterior (AP) diambil dengan kaki fleksi terhadap plantar sebesar 30º dan posisi tabung
30° dari keadaan vertikal. Posisi lateral diambil dengan kaki fl eksi terhadap plantar sebesar
30º. Gambaran AP dan lateral juga dapat diambil pada posisi kaki dorsofl eksi dan plantar
fleksi penuh. Posisi ini penting untuk mengetahui posisi relatif talus dan kalkaneus dan
mengukur sudut talokalkaneal dari posisi AP dan lateral. (3)
Garis AP digambar melalui pusat dari aksis tulang talus (sejajar dengan batas
medial) serta melalui pusat aksis tulang kalkaneus (sejajar dengan batas lateral). Nilai
normalnya adalah antara 25-40°. Bila sudut kurang dari 20°, dikatakan abnormal. Garis
anteroposterior talokalkaneus hampir sejajar pada kasus CTEV. Seiring dengan terapi, baik
dengan casting maupun operasi, tulang kalkaneus akan berotasi ke arah eksternal, diikuti
dengan talus yang juga mengalami derotasi. Dengan demikian akan terbentuk sudut
talokalkaneus yang adekuat.
Garis lateral digambar melalui titik tengah antara kepala dan badan tulang talus
serta sepanjang dasar tulang kalkaneus. Nilai normalnya antara 35-50°, sedang pada CTEV
nilainya berkisar antara 35° dan negatif 10°.Garis AP dan lateral talus normalnya melalui
pertengahan tulang navikular dan metatarsal pertama. Sudut dari dua sisi (AP and lateral)
6
ditambahkan untuk menghitung indekstalokalkaneus; pada kaki yang sudah terkoreksi akan
memiliki nilai lebih dari 40°.Pengambilan foto radiologis lateral dengankaki yang ditahan
pada posisi maksimal dorsofleksi adalah metode yang paling dapatdiandalkan untuk
mendiagnosis CTEV yang tidak dikoreksi. (3)
2.6 Diagnosis
Penegakan diagnosis Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) melalui serangkaian anamnesa
untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dan faktor risiko dari pasien yang kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda deformitas
yang berhubungan dengan Congenital Talipes Equinovarus (CTEV). Diagnosis diperkuat
dengan adanya pemeriksaan penunjang berupa foto polos X-ray regio pedis dengan
menemukan tanda-tanda khas dari deformitas ini.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan terapi medis adalah untuk mengoreksi deformitas dan mempertahankan koreksi yang
telah dilakukan sampai terhentinya pertumbuhan tulang.(3) Penatalaksaan yang dapat diusulkan
untuk mereduksi deformitas yang terjadi meliputi penatalaksanaan non bedah dan bedah.
A. Penatalaksanaan non bedah
Berupa pemasangan splint yang dimulai pada bayi berusia 2-3 hari. Urutan koreksi yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Adduksi kaki depan (forefoot)
2. Supinasi kaki depan
3. Ekuinus
Usaha-usaha untuk memperbaiki posisi ekuinus di awal masa koreksi dapat mematahkan kaki
pasien, dan mengakibatkan terjadinya rockerbottom foot. Tidak boleh dilakukan pemaksaan
saat melakukan koreksi. Tempatkan kaki pada posisi terbaik yang bisa didapatkan, kemudian
pertahankan posisi ini dengan menggunakan “strapping” yang diganti tiap beberapa hari, atau
menggunakan gips yang diganti beberapa minggu sekali. Cara ini dilanjutkan hingga dapat
diperoleh koreksi penuh atau sampai tidak dapat lagi dilakukan koreksi selanjutnya. Posisi
kaki yang sudah terkoreksi ini kemudian dipertahankan selama beberapa bulan. Tindakan
operatif harus dilakukan sesegera mungkin saat tampak kegagalan terapi konservatif, yang
7
antara lain ditandai dengan deformitas menetap, deformitas berupa rockerbottom foot, atau
kembalinya deformitas segera setelah koreksi dihentikan. Setelah pengawasan selama 6
minggu biasanya dapat diketahui apakah jenis deformitas CTEV mudah dikoreksi atau
resisten. Hal ini dikonfi rmasi menggunakan X-ray dan dilakukan perbandingan penghitungan
orientasi tulang. Tingkat kesuksesan metode ini 11-58%. (3)
Metode Ponseti
Berikut ini teknik Ponseti yang umum digunakan untuk mereduksi deformitas pada Congenital
Talipes EquinoVarus(CTEV): (3)
1. Deformitas utama pada kasus CTEV adalah adanya rotasi tulang kalkaneus ke arah intenal
(adduksi) dan fleksi plantar pedis. Kaki dalam posisi adduksi dan plantar pedis mengalami
fleksi pada sendi subtalar. Tujuan pertama adalah membuat kaki dalam posisi abduksi dan
dorsofleksi. Untuk mendapatkan koreksi kaki yang optimal, tulang kalkaneus harus bisa
dengan bebas dirotasikan ke bawah talus. Koreksi dilakukan melalui lengkung normal
persendian subtalus, dapat dilakukan dengan cara meletakkan jari telunjuk operator di
maleolus medialis untuk menstabilkan kaki, kemudian mengangkat ibu jari dan diletakkan di
bagian lateral kepala talus, sementara melakukan gerakan abduksi pada kaki depan dengan
arah supinasi.
2. Cavus kaki akan meningkat bila kaki depan berada dalam posisi pronasi. Apabila ada pes
cavus, langkah pertama koreksi kaki adalah mengangkat metatarsal pertama dengan lembut
untuk mengoreksi cavusnya. Setelah terkoreksi, kaki depan dapat diposisikan abduksi seperti
pada langkah pertama.
3. Saat kaki dalam posisi pronasi, dapat menyebabkan tulang kalkaneus berada di bawah talus.
Apabila hal ini terjadi, tulang kalkaneus tidak dapat berotasi dan menetap pada posisi varus,
cavus akan meningkat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bean-shaped foot. Pada akhir
langkah pertama, kaki akan berada pada posisi abduksi maksimal, tetapi tidak pernah pronasi.
4. Manipulasi dikerjakan di ruang khusus setelah bayi disusui. Setelah kaki dimanipulasi,
selanjutnya dipasang long leg cast untuk mempertahankan koreksi yang telah dilakukan. Gips
dipasang dengan bantalan seminimal mungkin, tetapi tetap adekuat. Langkah selanjutnya
adalah menyemprotkan tingtur benzoin
5. Usaha mengoreksi CTEV dengan paksaan melawan tendon Achilles yang kaku dapat
8
mengakibatkan patahnya kaki tengah (midfoot) dan berakhir dengan terbentuknya deformitas
berupa rockerbottom foot. Kelengkungan kaki abnormal (cavus) harus diterapi terpisah seperti
pada langkah kedua, sedangkan posisi ekuinusnya harus dapat dikoreksi tanpa menyebabkan
patahnya kaki tengah. Secara umum dibutuhkan 4-7 kali pemasangan gips untuk mendapatkan
abduksi kaki maksimum. Gips diganti tiap minggu. Koreksi (usaha membuat kaki dalam posisi
abduksi) dapat dianggap adekuat bila aksis paha dan kaki sebesar 60° Setelah dapat dicapai
abduksi kaki maksimal, kebanyakan kasus membutuhkan tenotomi perkutaneus tendon
Achilles secara aseptis. Daerah lokal dianestesi dengan kombinasi lignokain topikal dan infi
ltrasi lidokain lokal minimal. Tenotomi dilakukan dengan cara membuat irisan menggunakan
pisau Beaver (ujung bulat). Luka pasca-operasi ditutup dengan jahitan tunggal menggunakan
benang yang dapat diabsorpsi. Pemasangangips terakhir dilakukan dengan kaki berada pada
posisi dorsofl eksi maksimum, kemudian gips dipertahankan hingga 2-3 minggu.
6. Langkah selanjutnya setelah pemasangan gips adalah pemakaian sepatu yang dipasangkan
pada lempengan DennisBrown. Kaki yang bermasalah diposisikan abduksi (rotasi ekstrem)
hingga 70°, kaki sehat diabduksi 45°. Sepatu ini juga memiliki bantalan di tumit untuk
mencegah kaki terselip dari sepatu. Sepatu digunakan 23 jam sehari selama 3 bulan, kemudian
dipakai saat tidur siang dan malam selama 3 tahun.
7. Pada 10-30% kasus, tendon tibialis anterior dapat berpindah ke bagian lateral
kuneiformis saat anak berusia 3 tahun. Hal ini membuat koreksi kaki dapat bertahan lebih
lama, mencegah adduksi metatarsal dan inversi kaki. Prosedur ini diindikasikan pada anak usia
2-2,5 tahun, dengan cara supinasi dinamik kaki. Sebelum operasi, pasangkan long leg cast
untuk beberapa minggu.
B. Penatalaksanaan Bedah
Beberapa pilihan insisi, antara lain: (3)(7)
• Cincinnati: berupa insisi transversal, mulai dari sisi anteromedial (persendian navikular-
kuneiformis) kaki sampai ke sisi anterolateral (bagian distal dan medial sinus tarsal),
dilanjutkan ke bagian belakang pergelangan kaki setinggi sendi tibiotalus.
• Insisi Turco curvilineal medial/posteromedial: insisi ini dapat menyebabkan luka terbuka,
khususnya di sudut vertikal dan medial kaki. Untuk menghindari hal ini, beberapa operator
memilih beberapa jalan, antara lain:
9
Tiga insisi terpisah – insisi posterior arah vertikal, medial, dan lateral
Dua insisi terpisah – curvilinear medial dan posterolateral.
Banyak pendekatan bisa dilakukan untuk terapi operatif di semua kuadran, antara lain:
• Plantar: fasia plantaris, abduktor halucis,fleksor digitorum brevis, ligamen plantaris panjang
dan pendek
• Medial: struktur-struktur medial, selubung tendon, pelepasan talonavikular dan subtalar,
tibialis posterior, FHL (fleksor halucis longus), dan pemanjangan FDL (fl eksor digitorum
longus)
• Posterior: kapsulotomi persendian kaki dan subtalar, terutama pelepasan ligamen talofi bular
posterior dan tibiofi bular, serta ligamen kalkaneofi bular
• Lateral: struktur-struktur lateral, selubung peroneal, persendian kalkaneokuboid, serta
pelepasan ligamen talonavikular dan subtalar
Pendekatan mana pun harus bisa menghasilkan pajanan yang adekuat. Struktur-struktur yang
harus dilepaskan atau diregangkan adalah:
• Tendon Achilles
• Pelapis tendon dari otot-otot yang melewati sendi subtalar
• Kapsul pergelangan kaki posterior dan ligamen Deltoid
• Ligamen tibiofi bular inferior
• Ligamen fibulokalkaneal
• Kapsul dari sendi talonavikular dan subtalar
• Fasia plantar pedis dan otot-otot intrinsik.
Aksis longitudinal talus dan kalkaneus harus dipisahkan sekitar 20° dari proyeksi lateral.
Koreksi yang dilakukan kemudian dipertahankan dengan pemasangan kawat di persendian
talokalkaneus, atau talonavikular atau keduanya. Hal ini juga dapat dilakukan menggunakan
gips. Luka pasca operasi tidak boleh ditutup paksa. Luka dapat dibiarkan terbuka agar
membentuk jaringan granulasi atau nantinya dapat dilakukan cangkok (graft) kulit.
Penatalaksanaan dengan operasi harus mempertimbangkan usia pasien :
1. Pada anak kurang dari 5 tahun, koreksi dapat dilakukan hanya melalui prosedur
jaringan lunak
2. Untuk anak lebih dari 5 tahun, membutuhkan pembentukan ulang tulang/bony
10
reshaping (misal, eksisi dorsolateral dari persendian kalkaneokuboid [prosedur Dillwyn
Evans] atau osteotomi tulang kalkaneus untuk mengoreksi varus).
3. Apabila anak berusia lebih dari 10 tahun, dapat dilakukan tarsektomi lateralis atau
arthrodesis.
Pin untuk fiksator biasanya dilepas setelah 3-6 minggu. Satelah itu, tetap diperlukan perban
yang dipasangkan dengan sepatu Dennis Brown selama 6-12 bulan.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada keadaan deformitas ini adalah sebagai berikut.(3)
Infeksi (jarang)
Kekakuan dan keterbatasan gerak: kekakuan yang muncul pada awal berhubungan
dengan hasil yang kurang baik.
Nekrosis avaskular talus: sekitar 40% kejadian nekrosis avaskular talus muncul pada
teknik kombinasi pelepasan medial dan lateral.
Overkoreksi yang mungkin karena pelepasan ligamen interoseum dari persendian
subtalus
Perpindahan tulang navikular yang berlebihan ke arah lateral.
Adanya perpanjangan tendon.
2.9 Diagnosa Banding
Diagnosa banding yang berkaitan dengan Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) adalah
sebagai berikut.(3)(2)
• Postural clubfoot
Postural clubfoot terjadi karena posisi fetus dalam uterus. Jenis abnormalitas kaki ini dapat
dikoreksi secara manual. Postural clubfoot memberi respons baik pada pemasangan gips serial
dan jarang relaps.
• Metatarsus adductus (atau varus)
Metatarsus adductus merupakan suatu deformitas pada tulang metatarsal. Forefoot mengarah
ke garis tengah tubuh, atau berada pada aposisi adduksi. Abnormalitas ini dapat dikoreksi
dengan manipulasi dan pemasangan gips serial.
11
2.10 Prognosis
Kurang lebih 50% kasus CTEV bayi baru lahir dapat dikoreksi tanpa tindakan operatif. Teknik
Ponseti (termasuk tenotomi tendon Achilles) dilaporkan memiliki tingkat kesuksesan sebesar
89%. Peneliti lain melaporkan rerata tingkat kesuksesan sebesar 10-35%. Sebagian besar kasus
melaporkan tingkat kepuasan 75-90%, baik dari segi penampilan maupun fungsi kaki.Tiga
puluh delapan persen pasien CTEV membutuhkan tindakan operatif lebih lanjut (hampir dua
pertiganya adalah prosedur pembentukan ulang tulang). Rerata tingkat kekambuhan deformitas
mencapai 25%, dengan rentang 10-50%. Hasil terbaik didapatkan pada anak-anak yang
dioperasi pada usia lebih dari 3 bulan (biasanya dengan ukuran lebih dari 8 cm).(3)
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Congenital Talipes Equino Varus atau yang dikenal dengan Clubfoot bukan merupakan
suatu embryonic malformation. Kaki yang normal berkembang menjadi clubfoot saat
trimestester kedua selama masa kehamilan. Pada usia kehamilan di bawah 16 minggu,
penyakit ini sulit dideteksi dengan ultrasonografi. Oleh sebab itu, seperi displasia panggul dan
idiopatic scoliosis, clubfoot dapat digolongkan sebagai developmental deformation.
Pengetahuan tentang Congenital Talipes Equino Varus ini penting bagi seorang dokter
terutama dokter umum di daerah. Diagnosis yang tepat dapat ditegakkan melalui serangkaian
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik. Dengan demikian, terapi yang sesuai
dapat segera dilakukan untuk mengatasi deformitas yang terjadi.
Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan
gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat ini mungkin
paling efektif adalah metode Ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya operasi.
Walaupun demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif. Penatalaksanaan
dengan operasi harus mempertimbangkan usia pasien Pada anak kurang dari 5 tahun, koreksi
dapat dilakukan hanya melalui prosedur jaringan lunak Untuk anak lebih dari 5 tahun,
membutuhkan pembentukan ulang tulang/bony reshaping (misal, eksisi dorsolateral dari
persendian kalkaneokuboid [prosedur Dillwyn Evans] atau osteotomi tulang kalkaneus untuk
mengoreksi varus). Apabila anak berusia lebih dari 10 tahun, dapat dilakukan tarsektomi
lateralis atau arthrodesis. Prognosis bergantung pada berat ringannya kasus, umumnya 50%
dapat diatasi dengan metode nonoperatif.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Tillett, R.L., et all. Clinical Outcome of Congenital Talipes Equinovarus Diagnosed
Antenatally by Ultrasound. The journal of Bone and Joint Surgery. St Mary’s Hospital,
London, England. http://www.bjj.boneandjoint.org.uk/content/82-B/6/876.full.pdf diakses
tanggal 14 Februari 2013.
2. Siapkara and Duncan. Congenital talipes equinovarus : A Review Of Current Management.VOL. 89-B, No. 8, AUGUST 2007 http://www.bjj.boneandjoint.org.uk/content/89-B/8/995.full.pdf diakses tanggal 14 Februari 2013.
3. Chandra,Bayu Cahyono. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV).CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012. http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_191Congenital%20Talipes%20Equinovarus.pdf diakses tanggal 15 Februari 2013.
4. Anonym. Congenital talipes equinovarus (CTEV).http://www.physio-pedia.com/Congenital_talipes_equinovarus_%28CTEV%29 diakses tanggal 15 Februari 2013.
5. Orthopediatric Corp. A Patient Guide to Clubfoot.AP08-002. http://www.orthopediatrics.com/docs/Guides/clubfoot.html diakses tanggal 16 Februari 2013
6. Alvin et all. Newborn Foot. Am Fam Physician. 2004 Feb15;69(4):865-872. http://www.aafp.org/afp/2004/0215/p865.html diakses tanggal 17 Februari 2013.
7. Patel, et all. Clubfoot. http://emedicine.medscape.com/article/1237077-overview#a04 diakses tanggal 17 Februari 2013
14