22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Congenital Talipes Equino Varus atau yang dikenal dengan Clubfoot bukan merupakan suatu embryonic malformation. Kaki yang normal berkembang menjadi clubfoot saat trimestester kedua selama masa kehamilan. Pada usia kehamilan di bawah 16 minggu, penyakit ini sulit dideteksi dengan ultrasonografi. Oleh sebab itu, seperi displasia panggul dan idiopatic scoliosis, clubfoot dapat digolongkan sebagai developmental deformation. Pengetahuan tentang Congenital Talipes Equino Varus ini penting bagi seorang dokter terutama dokter umum di daerah. Diagnosis yang tepat dapat ditegakkan melalui serangkaian anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik. Dengan demikian, terapi yang sesuai dapat segera dilakukan untuk mengatasi deformitas yang terjadi. Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat ini mungkin paling efektif adalah metode Ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya operasi. Walaupun demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif. Dalam referat ini, akan dibahas lebih mendalam tentang diagnosis dan tatalaksana Congenital Talipes Equino Varus ini. 1

Referat Ctev

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ctev

Citation preview

Page 1: Referat Ctev

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Congenital Talipes Equino Varus atau yang dikenal dengan Clubfoot bukan merupakan

suatu embryonic malformation. Kaki yang normal berkembang menjadi clubfoot saat

trimestester kedua selama masa kehamilan. Pada usia kehamilan di bawah 16 minggu,

penyakit ini sulit dideteksi dengan ultrasonografi. Oleh sebab itu, seperi displasia panggul dan

idiopatic scoliosis, clubfoot dapat digolongkan sebagai developmental deformation.

Pengetahuan tentang Congenital Talipes Equino Varus ini penting bagi seorang dokter

terutama dokter umum di daerah. Diagnosis yang tepat dapat ditegakkan melalui serangkaian

anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik. Dengan demikian, terapi yang sesuai

dapat segera dilakukan untuk mengatasi deformitas yang terjadi.

Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan

gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat ini mungkin

paling efektif adalah metode Ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya operasi.

Walaupun demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif. Dalam referat

ini, akan dibahas lebih mendalam tentang diagnosis dan tatalaksana Congenital Talipes Equino

Varus ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Congenital Talipes Equinovarus (CTEV)?

2. Bagaimana penerapan diagnosis dan penatalaksanaan Congenital Talipes Equinovarus

(CTEV)?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi persyaratan SMF Ilmu Bedah

bagian Ilmu Orthopaedi RSUD dr. Moh. Saleh Kota Probolinggo Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan mengetahui diagnosis dan tatalaksana kasus

Congenital Talipes Equinovarus (CTEV).

1

Page 2: Referat Ctev

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Congenital Talipes Equino Varus

Secara umum, Congenital Talipes Equino Varus memiliki beberapa komponen yaitu ankle

equinus, heel varus, forefoot adduction dan supination.

Congenital talipes equinovarus adalah fiksasi kaki pada posisi adduksi, supinasi dan varus.

Tulang kalkaneus, navikular, dan kuboid terrotasi ke arah medial terhadap talus, dan tertahan

dalam posisi adduksi serta inversi oleh ligamen dan tendon. Tulang metatarsal pertama dapat

lebih fleksi terhadap daerah plantar.

Penampilan umum dari Congenital Talipes Equino Varus dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 dan 2. Clubfoot atau Congenital Talipes Equino Varus penampilan umum

2.2Etiologi

Penyebab dari Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) hingga saat ini masih belum

diketahui. Ada banyak teori yang diajukan terkait dengan keadaan deformitas ini di antaranya

karena kelainan vascular, viral genetik, kelainan anatomical, faktor lingkungan dan efek dari

posisi neonatus itu sendiri di dalam rahim saat kehamilan. Hingga saat ini, masih timbul

perdebatan mengenai teori neuromuscular deformitas. Pada beberapa studi, ditemukan adanya

ultrastruktural dan intraselular abnormalitas pada spesimen otot pada Cloobfoot, namun pada

studi yang lain tidak ditemukan kelainan serupa (2).

Menurut Pandey and Pandey faktor penyebab dari clubfoot atau Congenital Talipes

2

Page 3: Referat Ctev

Equinovarus (CTEV) dapat disimpulkan berdasarkan beberapa kemungkinan teori sebagai

berikut.(4)

I. Neurogenic theory – menurunnya motor unit, di mana jumlah distribusinya pada nervus

peroneus pada umumnya kemungkinan bertanggung jawab terhadap manifestasi klinis

kelemahan otot.

II. Myogenic theory – teori ini diajukan berdasarkan kemungkinan munculnya otot yang

anomali, sebagai contoh otot accessoria soleus dan otot flexor digitorum accessorious

longus,yang dapat menyebabkan deformitas talipes equinovarus.

III. Vascular theory – terganggunya aliran darah pada arteri tibialis anterior dan

percabangannya..

IV. Embyonic theory – defek developmental yang muncul hingga 12 minggu kehamilan

intrauterin.

V. Chromosonal theory – adanya beberapa defek chromosonal pada unfertilized germ cells.

VI. Osteogenic theory – karena suatu sebab yang tidak diketahui, secara umum defek

abnormalitas muncul pada usia embrio tujuh hingga delapan minggu di mana dapat

menyebabkan terjadinya clubfoot maupun deformitas yang lain.

VII. Mechanical block theory – karena adanya mechanical obstruction selama periode

perkembangan intrauterine seperti intrauterine fibrotic bands, less amniotic fluid,

disproportionate uterine cavity dan lain-lain yang dapat menyebabkan munculnya talipes

equinovarus.

2.3 Epidemiologi

Congenital talipes equinovarus merupakan suatu abnormalitas congenital yang umum

dijumpai di dunia pada satu hingga tiga kelahiran untuk setiap seribu kelahiran dengan

perbedaan ras dan keadaan geografi(1). Di Eropa, kasus ini muncul pada 1.2 kelahiran untuk

1000 kelahiran hidup dengan perbandingan dua kali pada anak laki-laki daripada perempuan.(2)

Dengan teknologi ultrasonografi yang memadai, deformitas ini dapat dikenali pada usia

kehamilan delapan belas hingga dua puluh minggu (1)..

2.4 Gambaran Klinis

3

Page 4: Referat Ctev

Gambar 3. penampilan anatomis osteum regio pedis

Secara klinis, gambaran umum yang dapat ditemukan pada Congenital Talipes

EquinoVarus (CTEV) adalah sbagai berikut.(6)

• inversion and adduction of the forefoot;

• inversion of the heel and hindfoot;

• equinus (limitation of extension) of the ankle

• subtalar joint; and internal rotation of the leg.

Osteum yang ikut terdampak pada kasus ini adalah os kalkaneus, os talus, dan os

naviculare.

Pada inspeksi , the “down and in” penampilan kaki, dapat diamati dengan jelas. Kaki akan

terlihat lebih kecil dan lebih fleksibel, tumit yang lebih halus karena kalkaneus yang

hipoplastic. Tepi medial dari kaki nampak konkaf dengan kulit medial yang berkerut dalam,

dan pada tepi lateral nampak sangat konveks. Tumit biasanya nampak kecildan mengalami

rotasi interna, membuat permukaan palmar dari kaki saling bertemu pada kasus bilateral

deformities. (6)

Pada pengamatan, ditemukan pronounced tightness dari tendo Achiles dengan sangat

sedikit dorsoflexi yang membedakan clubfoot dengan metatarsus adductus. Tulang belakang

harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain seperti sendi

panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi (6)

Normalnya leher talus tertutup oleh tulang navikular dan badan talus. Maleolus medialis

menjadi sulit diraba dan pada umumnya menempel pada tulang navikular. Jarak yang normal

terdapat antara tulang navikular dan maleolus menghilang. Tulang tibia kering mengalami

rotasi internal.(3)

4

Page 5: Referat Ctev

Clubfoot atau Congenital Talipes Equinovarus dapat diklasifikan sebagai tipe ekstrinsik

(supple type) dan tipe intrinsik (rigid type).

Tipe tipe ekstrinsik (supple type) merupakan tipe yang berat deformitasnya baik secara

posisional maupun deformitas dari jaringan yang terdampak.

Tipe intrinsik (rigid type) merupakan tipe yang lebih berat di mana manual reduction sangat

mustahil untuk dilakukan.

Secara umum, struktur anatomi yang mungkin dapat mengalami deformitas pada

Congenital Talipes Equinovarus adalah sebagai berikut.(7)

Osteum

• Tibia: kemungkingan mengalami Slight shortening.

• Fibula: pemendekan umum terjadi.

• Talus: In equinus in the ankle mortise, dengan badan talus mengalami external rotation,

badan talus tertarik lebih anterolateral dan tidak terlindungi dan dapat dipalpasi. Leher

dari talus mengalami deviasi medial dan plantarfleksi. Talus dengan struktur tulang di

sekelilingnya nampak abnormal.

• Os calcaneus: nampak adanya Medial rotation, equinus dan adduction deformity.

• Navicular: Navicular mengalami subluksasi medial di atas caput talar.

• Cuboid: cuboid mengalami subluksasi medial di atas caputcalcaneus.

• Forefoot: adduksi and supinasi, pada kasus yang berat biasanya ditemukan cavus

dengan dropped first metatarsal.

Otot

• Atrophy otot tungkai bawah, terutama pada otot-otot peroneus communis.

• jumlah fiber otot umumnya normal, namun fiber ukuran fiber nampak lebih kecil.

• Triceps surae, tibialis posterior, flexor digitorum longus (FDL), dan flexor hallucis

longus (FHL) mengalami kontraktur.

Tendon sheaths: Thickening umumnya muncul, terutama pada tibialis posterior and peroneal

sheaths.

Joint capsules: kontraktur pada posterior ankle capsule, subtalar capsule, and talonavicular dan

calcaneocuboid joint capsules umum dijumpai.

5

Page 6: Referat Ctev

Ligaments: kontractur dapat dijumpai pada calcaneofibular, talofibular, (ankle) deltoid, long

dan short plantar, spring, dan bifurcated ligaments.

Diagnosis Antenatal

Congenital talipes equinovarus dapat didiagnosis pada masa antenatal dengan menggunakan

teknologi ultrasound. Variasi keakuratan cukup luas dengan menggunakan teknik tersebut.

Sebuah studi menemukan bahwa diagnosis dengan ultrasound memiliki angka prositive

prediktif sebesar 83% dengan false positif sebesar 17%. Studi yang lain menemukan bahwa

derajat deformitas sangat sulit untuk dievallusai sebelum kelahiran. Pada masa kelahiran,

sebanyak 26%ditemukan tanpa membutuhkan terapi bedah sementara sebanyak 61%

membutuhkan adanya terapi pembedahan. (2)

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pada radiografi, clubfoot biasanya menampakkan gambaran paralel axis dari

talus dan calcaneus.(6) Posisi kaki selama pengambilan foto radiologis sangat penting. Posisi

anteroposterior (AP) diambil dengan kaki fleksi terhadap plantar sebesar 30º dan posisi tabung

30° dari keadaan vertikal. Posisi lateral diambil dengan kaki fl eksi terhadap plantar sebesar

30º. Gambaran AP dan lateral juga dapat diambil pada posisi kaki dorsofl eksi dan plantar

fleksi penuh. Posisi ini penting untuk mengetahui posisi relatif talus dan kalkaneus dan

mengukur sudut talokalkaneal dari posisi AP dan lateral. (3)

Garis AP digambar melalui pusat dari aksis tulang talus (sejajar dengan batas

medial) serta melalui pusat aksis tulang kalkaneus (sejajar dengan batas lateral). Nilai

normalnya adalah antara 25-40°. Bila sudut kurang dari 20°, dikatakan abnormal. Garis

anteroposterior talokalkaneus hampir sejajar pada kasus CTEV. Seiring dengan terapi, baik

dengan casting maupun operasi, tulang kalkaneus akan berotasi ke arah eksternal, diikuti

dengan talus yang juga mengalami derotasi. Dengan demikian akan terbentuk sudut

talokalkaneus yang adekuat.

Garis lateral digambar melalui titik tengah antara kepala dan badan tulang talus

serta sepanjang dasar tulang kalkaneus. Nilai normalnya antara 35-50°, sedang pada CTEV

nilainya berkisar antara 35° dan negatif 10°.Garis AP dan lateral talus normalnya melalui

pertengahan tulang navikular dan metatarsal pertama. Sudut dari dua sisi (AP and lateral)

6

Page 7: Referat Ctev

ditambahkan untuk menghitung indekstalokalkaneus; pada kaki yang sudah terkoreksi akan

memiliki nilai lebih dari 40°.Pengambilan foto radiologis lateral dengankaki yang ditahan

pada posisi maksimal dorsofleksi adalah metode yang paling dapatdiandalkan untuk

mendiagnosis CTEV yang tidak dikoreksi. (3)

2.6 Diagnosis

Penegakan diagnosis Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) melalui serangkaian anamnesa

untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dan faktor risiko dari pasien yang kemudian

dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda deformitas

yang berhubungan dengan Congenital Talipes Equinovarus (CTEV). Diagnosis diperkuat

dengan adanya pemeriksaan penunjang berupa foto polos X-ray regio pedis dengan

menemukan tanda-tanda khas dari deformitas ini.

2.7 Penatalaksanaan

Tujuan terapi medis adalah untuk mengoreksi deformitas dan mempertahankan koreksi yang

telah dilakukan sampai terhentinya pertumbuhan tulang.(3) Penatalaksaan yang dapat diusulkan

untuk mereduksi deformitas yang terjadi meliputi penatalaksanaan non bedah dan bedah.

A. Penatalaksanaan non bedah

Berupa pemasangan splint yang dimulai pada bayi berusia 2-3 hari. Urutan koreksi yang akan

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Adduksi kaki depan (forefoot)

2. Supinasi kaki depan

3. Ekuinus

Usaha-usaha untuk memperbaiki posisi ekuinus di awal masa koreksi dapat mematahkan kaki

pasien, dan mengakibatkan terjadinya rockerbottom foot. Tidak boleh dilakukan pemaksaan

saat melakukan koreksi. Tempatkan kaki pada posisi terbaik yang bisa didapatkan, kemudian

pertahankan posisi ini dengan menggunakan “strapping” yang diganti tiap beberapa hari, atau

menggunakan gips yang diganti beberapa minggu sekali. Cara ini dilanjutkan hingga dapat

diperoleh koreksi penuh atau sampai tidak dapat lagi dilakukan koreksi selanjutnya. Posisi

kaki yang sudah terkoreksi ini kemudian dipertahankan selama beberapa bulan. Tindakan

operatif harus dilakukan sesegera mungkin saat tampak kegagalan terapi konservatif, yang

7

Page 8: Referat Ctev

antara lain ditandai dengan deformitas menetap, deformitas berupa rockerbottom foot, atau

kembalinya deformitas segera setelah koreksi dihentikan. Setelah pengawasan selama 6

minggu biasanya dapat diketahui apakah jenis deformitas CTEV mudah dikoreksi atau

resisten. Hal ini dikonfi rmasi menggunakan X-ray dan dilakukan perbandingan penghitungan

orientasi tulang. Tingkat kesuksesan metode ini 11-58%. (3)

Metode Ponseti

Berikut ini teknik Ponseti yang umum digunakan untuk mereduksi deformitas pada Congenital

Talipes EquinoVarus(CTEV): (3)

1. Deformitas utama pada kasus CTEV adalah adanya rotasi tulang kalkaneus ke arah intenal

(adduksi) dan fleksi plantar pedis. Kaki dalam posisi adduksi dan plantar pedis mengalami

fleksi pada sendi subtalar. Tujuan pertama adalah membuat kaki dalam posisi abduksi dan

dorsofleksi. Untuk mendapatkan koreksi kaki yang optimal, tulang kalkaneus harus bisa

dengan bebas dirotasikan ke bawah talus. Koreksi dilakukan melalui lengkung normal

persendian subtalus, dapat dilakukan dengan cara meletakkan jari telunjuk operator di

maleolus medialis untuk menstabilkan kaki, kemudian mengangkat ibu jari dan diletakkan di

bagian lateral kepala talus, sementara melakukan gerakan abduksi pada kaki depan dengan

arah supinasi.

2. Cavus kaki akan meningkat bila kaki depan berada dalam posisi pronasi. Apabila ada pes

cavus, langkah pertama koreksi kaki adalah mengangkat metatarsal pertama dengan lembut

untuk mengoreksi cavusnya. Setelah terkoreksi, kaki depan dapat diposisikan abduksi seperti

pada langkah pertama.

3. Saat kaki dalam posisi pronasi, dapat menyebabkan tulang kalkaneus berada di bawah talus.

Apabila hal ini terjadi, tulang kalkaneus tidak dapat berotasi dan menetap pada posisi varus,

cavus akan meningkat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bean-shaped foot. Pada akhir

langkah pertama, kaki akan berada pada posisi abduksi maksimal, tetapi tidak pernah pronasi.

4. Manipulasi dikerjakan di ruang khusus setelah bayi disusui. Setelah kaki dimanipulasi,

selanjutnya dipasang long leg cast untuk mempertahankan koreksi yang telah dilakukan. Gips

dipasang dengan bantalan seminimal mungkin, tetapi tetap adekuat. Langkah selanjutnya

adalah menyemprotkan tingtur benzoin

5. Usaha mengoreksi CTEV dengan paksaan melawan tendon Achilles yang kaku dapat

8

Page 9: Referat Ctev

mengakibatkan patahnya kaki tengah (midfoot) dan berakhir dengan terbentuknya deformitas

berupa rockerbottom foot. Kelengkungan kaki abnormal (cavus) harus diterapi terpisah seperti

pada langkah kedua, sedangkan posisi ekuinusnya harus dapat dikoreksi tanpa menyebabkan

patahnya kaki tengah. Secara umum dibutuhkan 4-7 kali pemasangan gips untuk mendapatkan

abduksi kaki maksimum. Gips diganti tiap minggu. Koreksi (usaha membuat kaki dalam posisi

abduksi) dapat dianggap adekuat bila aksis paha dan kaki sebesar 60° Setelah dapat dicapai

abduksi kaki maksimal, kebanyakan kasus membutuhkan tenotomi perkutaneus tendon

Achilles secara aseptis. Daerah lokal dianestesi dengan kombinasi lignokain topikal dan infi

ltrasi lidokain lokal minimal. Tenotomi dilakukan dengan cara membuat irisan menggunakan

pisau Beaver (ujung bulat). Luka pasca-operasi ditutup dengan jahitan tunggal menggunakan

benang yang dapat diabsorpsi. Pemasangangips terakhir dilakukan dengan kaki berada pada

posisi dorsofl eksi maksimum, kemudian gips dipertahankan hingga 2-3 minggu.

6. Langkah selanjutnya setelah pemasangan gips adalah pemakaian sepatu yang dipasangkan

pada lempengan DennisBrown. Kaki yang bermasalah diposisikan abduksi (rotasi ekstrem)

hingga 70°, kaki sehat diabduksi 45°. Sepatu ini juga memiliki bantalan di tumit untuk

mencegah kaki terselip dari sepatu. Sepatu digunakan 23 jam sehari selama 3 bulan, kemudian

dipakai saat tidur siang dan malam selama 3 tahun.

7. Pada 10-30% kasus, tendon tibialis anterior dapat berpindah ke bagian lateral

kuneiformis saat anak berusia 3 tahun. Hal ini membuat koreksi kaki dapat bertahan lebih

lama, mencegah adduksi metatarsal dan inversi kaki. Prosedur ini diindikasikan pada anak usia

2-2,5 tahun, dengan cara supinasi dinamik kaki. Sebelum operasi, pasangkan long leg cast

untuk beberapa minggu.

B. Penatalaksanaan Bedah

Beberapa pilihan insisi, antara lain: (3)(7)

• Cincinnati: berupa insisi transversal, mulai dari sisi anteromedial (persendian navikular-

kuneiformis) kaki sampai ke sisi anterolateral (bagian distal dan medial sinus tarsal),

dilanjutkan ke bagian belakang pergelangan kaki setinggi sendi tibiotalus.

• Insisi Turco curvilineal medial/posteromedial: insisi ini dapat menyebabkan luka terbuka,

khususnya di sudut vertikal dan medial kaki. Untuk menghindari hal ini, beberapa operator

memilih beberapa jalan, antara lain:

9

Page 10: Referat Ctev

Tiga insisi terpisah – insisi posterior arah vertikal, medial, dan lateral

Dua insisi terpisah – curvilinear medial dan posterolateral.

Banyak pendekatan bisa dilakukan untuk terapi operatif di semua kuadran, antara lain:

• Plantar: fasia plantaris, abduktor halucis,fleksor digitorum brevis, ligamen plantaris panjang

dan pendek

• Medial: struktur-struktur medial, selubung tendon, pelepasan talonavikular dan subtalar,

tibialis posterior, FHL (fleksor halucis longus), dan pemanjangan FDL (fl eksor digitorum

longus)

• Posterior: kapsulotomi persendian kaki dan subtalar, terutama pelepasan ligamen talofi bular

posterior dan tibiofi bular, serta ligamen kalkaneofi bular

• Lateral: struktur-struktur lateral, selubung peroneal, persendian kalkaneokuboid, serta

pelepasan ligamen talonavikular dan subtalar

Pendekatan mana pun harus bisa menghasilkan pajanan yang adekuat. Struktur-struktur yang

harus dilepaskan atau diregangkan adalah:

• Tendon Achilles

• Pelapis tendon dari otot-otot yang melewati sendi subtalar

• Kapsul pergelangan kaki posterior dan ligamen Deltoid

• Ligamen tibiofi bular inferior

• Ligamen fibulokalkaneal

• Kapsul dari sendi talonavikular dan subtalar

• Fasia plantar pedis dan otot-otot intrinsik.

Aksis longitudinal talus dan kalkaneus harus dipisahkan sekitar 20° dari proyeksi lateral.

Koreksi yang dilakukan kemudian dipertahankan dengan pemasangan kawat di persendian

talokalkaneus, atau talonavikular atau keduanya. Hal ini juga dapat dilakukan menggunakan

gips. Luka pasca operasi tidak boleh ditutup paksa. Luka dapat dibiarkan terbuka agar

membentuk jaringan granulasi atau nantinya dapat dilakukan cangkok (graft) kulit.

Penatalaksanaan dengan operasi harus mempertimbangkan usia pasien :

1. Pada anak kurang dari 5 tahun, koreksi dapat dilakukan hanya melalui prosedur

jaringan lunak

2. Untuk anak lebih dari 5 tahun, membutuhkan pembentukan ulang tulang/bony

10

Page 11: Referat Ctev

reshaping (misal, eksisi dorsolateral dari persendian kalkaneokuboid [prosedur Dillwyn

Evans] atau osteotomi tulang kalkaneus untuk mengoreksi varus).

3. Apabila anak berusia lebih dari 10 tahun, dapat dilakukan tarsektomi lateralis atau

arthrodesis.

Pin untuk fiksator biasanya dilepas setelah 3-6 minggu. Satelah itu, tetap diperlukan perban

yang dipasangkan dengan sepatu Dennis Brown selama 6-12 bulan.

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada keadaan deformitas ini adalah sebagai berikut.(3)

Infeksi (jarang)

Kekakuan dan keterbatasan gerak: kekakuan yang muncul pada awal berhubungan

dengan hasil yang kurang baik.

Nekrosis avaskular talus: sekitar 40% kejadian nekrosis avaskular talus muncul pada

teknik kombinasi pelepasan medial dan lateral.

Overkoreksi yang mungkin karena pelepasan ligamen interoseum dari persendian

subtalus

Perpindahan tulang navikular yang berlebihan ke arah lateral.

Adanya perpanjangan tendon.

2.9 Diagnosa Banding

Diagnosa banding yang berkaitan dengan Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) adalah

sebagai berikut.(3)(2)

• Postural clubfoot

Postural clubfoot terjadi karena posisi fetus dalam uterus. Jenis abnormalitas kaki ini dapat

dikoreksi secara manual. Postural clubfoot memberi respons baik pada pemasangan gips serial

dan jarang relaps.

• Metatarsus adductus (atau varus)

Metatarsus adductus merupakan suatu deformitas pada tulang metatarsal. Forefoot mengarah

ke garis tengah tubuh, atau berada pada aposisi adduksi. Abnormalitas ini dapat dikoreksi

dengan manipulasi dan pemasangan gips serial.

11

Page 12: Referat Ctev

2.10 Prognosis

Kurang lebih 50% kasus CTEV bayi baru lahir dapat dikoreksi tanpa tindakan operatif. Teknik

Ponseti (termasuk tenotomi tendon Achilles) dilaporkan memiliki tingkat kesuksesan sebesar

89%. Peneliti lain melaporkan rerata tingkat kesuksesan sebesar 10-35%. Sebagian besar kasus

melaporkan tingkat kepuasan 75-90%, baik dari segi penampilan maupun fungsi kaki.Tiga

puluh delapan persen pasien CTEV membutuhkan tindakan operatif lebih lanjut (hampir dua

pertiganya adalah prosedur pembentukan ulang tulang). Rerata tingkat kekambuhan deformitas

mencapai 25%, dengan rentang 10-50%. Hasil terbaik didapatkan pada anak-anak yang

dioperasi pada usia lebih dari 3 bulan (biasanya dengan ukuran lebih dari 8 cm).(3)

12

Page 13: Referat Ctev

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Congenital Talipes Equino Varus atau yang dikenal dengan Clubfoot bukan merupakan

suatu embryonic malformation. Kaki yang normal berkembang menjadi clubfoot saat

trimestester kedua selama masa kehamilan. Pada usia kehamilan di bawah 16 minggu,

penyakit ini sulit dideteksi dengan ultrasonografi. Oleh sebab itu, seperi displasia panggul dan

idiopatic scoliosis, clubfoot dapat digolongkan sebagai developmental deformation.

Pengetahuan tentang Congenital Talipes Equino Varus ini penting bagi seorang dokter

terutama dokter umum di daerah. Diagnosis yang tepat dapat ditegakkan melalui serangkaian

anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik. Dengan demikian, terapi yang sesuai

dapat segera dilakukan untuk mengatasi deformitas yang terjadi.

Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan

gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat ini mungkin

paling efektif adalah metode Ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya operasi.

Walaupun demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif. Penatalaksanaan

dengan operasi harus mempertimbangkan usia pasien Pada anak kurang dari 5 tahun, koreksi

dapat dilakukan hanya melalui prosedur jaringan lunak Untuk anak lebih dari 5 tahun,

membutuhkan pembentukan ulang tulang/bony reshaping (misal, eksisi dorsolateral dari

persendian kalkaneokuboid [prosedur Dillwyn Evans] atau osteotomi tulang kalkaneus untuk

mengoreksi varus). Apabila anak berusia lebih dari 10 tahun, dapat dilakukan tarsektomi

lateralis atau arthrodesis. Prognosis bergantung pada berat ringannya kasus, umumnya 50%

dapat diatasi dengan metode nonoperatif.

13

Page 14: Referat Ctev

DAFTAR PUSTAKA

1. Tillett, R.L., et all. Clinical Outcome of Congenital Talipes Equinovarus Diagnosed

Antenatally by Ultrasound. The journal of Bone and Joint Surgery. St Mary’s Hospital,

London, England. http://www.bjj.boneandjoint.org.uk/content/82-B/6/876.full.pdf diakses

tanggal 14 Februari 2013.

2. Siapkara and Duncan. Congenital talipes equinovarus : A Review Of Current Management.VOL. 89-B, No. 8, AUGUST 2007 http://www.bjj.boneandjoint.org.uk/content/89-B/8/995.full.pdf diakses tanggal 14 Februari 2013.

3. Chandra,Bayu Cahyono. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV).CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012. http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_191Congenital%20Talipes%20Equinovarus.pdf diakses tanggal 15 Februari 2013.

4. Anonym. Congenital talipes equinovarus (CTEV).http://www.physio-pedia.com/Congenital_talipes_equinovarus_%28CTEV%29 diakses tanggal 15 Februari 2013.

5. Orthopediatric Corp. A Patient Guide to Clubfoot.AP08-002. http://www.orthopediatrics.com/docs/Guides/clubfoot.html diakses tanggal 16 Februari 2013

6. Alvin et all. Newborn Foot. Am Fam Physician. 2004 Feb15;69(4):865-872. http://www.aafp.org/afp/2004/0215/p865.html diakses tanggal 17 Februari 2013.

7. Patel, et all. Clubfoot. http://emedicine.medscape.com/article/1237077-overview#a04 diakses tanggal 17 Februari 2013

14