19
CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA) 08/24/22 1 Eva Achjani Zulfa

CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA). Tiga teori utama dari cultural deviance theories adalah :. 1) social disorganization; 2) differential association; 3) culture conflict. Social disorganization. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN

BUDAYA)

04/19/23 1Eva Achjani Zulfa

Page 2: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

Tiga teori utama dari cultural deviance theories adalah:

1) social disorganization; 2) differential association; 3) culture conflict.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 2

Page 3: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

Social disorganization

memfokuskan diri pada perkemmbangan area-area yang angka kejahatannya tinggi

yang berkaitan dengan disintegrasi nilai-nilai konvensional yang disebabkan oleh

indusstrialisasi yang cepat, peningkatan imigrasi, dan urbanisasi.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 3

Page 4: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

differential association

orang belajar melakukan kejahatan sebagai akibat hubungan (contact) dengan nilai-nilai

dan sikap-sikapantisocial, serta pola-pola tingkab laku kriminal.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 4

Page 5: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

culture conflict

kelompok-kelornpok yang berlainan belajar conduct norms (aturan yang mengatur tingkah laku) yang berbeda, dan bahwa

conduct norms dari suatu kelompok mungkin berbemuran dengan aturan-aturan

konvensional kelas menengah.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 5

Page 6: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

deviantany behavior that members of a social group

define as violating their norms.“

dapat diterapkan baik pada:a. perbuatan non-kriminal yang dipandang oleh

kelompok itu sebagai aneh atau tidak biasab.perbuatan kriminal (perbuatan yang oleh

masyarakat dilarang)

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 6

Page 7: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

C. CULTURE CONFLICT THEORY

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 7

Page 8: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

conduct norms:

Conduct norms (norma-norma yang mengatur kehidupan kita sehari-hari) merupakan aturan-aturan yang merefleksikan sikap-sikap dari kelompok-kelompok yang masing-masing dari kita memilikinya. Tujuan dari norma-norma tersebut adalah untuk mendefinisikan apa yang dianggap sebagai tingkah laku yang pantas atau normal dan apa yang dianggap tingkah laku tak pantas atau abnormal.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 8

Page 9: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

conduct norms

• setiap kelompok memiliki conduct norms-nya sendiri• bahwa conduct norms dari satu kelompok mungkin

bertentangan dengan conduct norms kelompok lain. • Seeorang individu yang mengikuti norma kelompoknya

mungkin saja dipandang telah melakukan suatu kejahatan apabila norma-norma kelompoknya itu bertentangan dengan norma-norma dan masyarakat dominan.

• perbedaan utama antara seorang kriminal dengan seorang non kriminal adalah bahwa masing-masing menganut perangkat conduct norms yang berbeda.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 9

Page 10: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

Sellin

• Konflik Primer konflik primer terjadi ketika norma-norma

dari dua budaya bertentangan (clash)

• Konflik Sekunder muncul jika satu budaya berkembang menjadi

budaya yang berbeda-beda, masing-masing memiliiki perangkat conduct norms-nya sendiri.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 10

Page 11: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

Tiga kemungkinan MunculnyaKonflik Primer

• Pertentangan itu bisa terjadi di perbatasan antara area-area budaya yang berdekatan;

• apabila hukum dari satu kelompok budaya meluas sehingga mencakup wilayah dari kelompok budaya yang lain; atau

• apabila anggota-anggota ada satu kelompok berpindah ke budaya yang lain.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 11

Page 12: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

Konflik Sekunder

Konflik jenis ini terjadi ketika satu masyarakat homogen atau sederhana menjadi

masyarakatrakat yang kompleks di mana sejumlah kelompok-kelompok sosial

berkembang secara konstan dan norma-norma seringkali tertinggal.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 12

Page 13: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

Teori sub-budaya

muncul sebagai respon atas problem khusus yang tidak

dihadapi oleh anggota budaya dominan.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 13

Page 14: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

Marvin Wolfgang dan Franco Ferracuti

• Berakar dari teori konflik budaya. • Menurut teori subculture of violence, system

nilai dari beberapa sub-budaya menuntut penggunaan kekerasan secara berlebih dalam situasi sosial tertentu.

• Norma ini, yang berdampak pada tingkah laku sehari-hari, mengalami pertentangan dengan norma-norma konvensional milik kelas menengah.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 14

Page 15: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

Albert Cohendelinquent subculture

• muncuI di daerah-daerah kumuh dari kota-kota'besar Amerika Serikat.

• Menurut Cohen, posisi relatif keluarga-keluarga muda dalam strukktur sosial menentukan problem-problem yang akan dihadapi anakkanak sepanjang hidupnya.

• Keluarga-keluarga kelas bawah yang tidak pernah mengenal gaya hidup keluarga kelas menengah, sebagai contoh, tidak dapat mennsosialisasikan anak-anak mereka dengan cara yang akan mempersiapkan mereka untuk memasuki kelas menengah.

• Anak-anak tumbuh dengan ketrampilan komunikasi yang miskin, lemah dalam komitmen pendidikan, dan ketidakmampuan menunda keinginan.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 15

Page 16: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

delinquent subculture

• Sekolah menampilkan satu problem khusus. • Di sana, anak-ank kelas bawah dievaluasi oleh guru-guru kelas menengah atas

dasar alat ukur kelas menengah. • Pengukuran ini dilandasi nilai-nilai kelas menengah seperti kepercayaan diri, cara-

cara yang baik, penghargaan kepada harga benda, rencana jangka panjang. • Dengan ukuran-ukuran seperti itu, anak-anak kelas menengah jatuh di bawah

standar yang mesti mereka dapat apabila mereka ingin berkompetisi secara sukkses dengan anak-anak kelas menengah

Cohen berpendapat bahwa pengalaman mereka itu membawa frustasi dan tekanan, yang mereka tanggapi dengan mengadopsi satu dari tiga peranan

yaitu: corner boy, college boy, atau delinquent boy.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 16

Page 17: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

corner boy

mencoba berbuat yang terbaik dari situasi yang buruk. Mereka menghabiskan waktu di lingkungannya dengan kelompok bermainnya, menghabiskan waktu siang dalam beberapa aktiviitas kelompok seperti berjucli atau berlomba atletik.

Dia mendapatkan bantuan dari teman-teman bermainnya dan ia sangat setia kepada kelompoknya itu. Kebanyakan anak-anak kelas bawah menjadi corner boys.

Pada akhirnya mereka mendapat pekerjaan kasar dan hidup dengan gaya hidup konvensional.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 17

Page 18: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

college boy

Anak-anak ini berjuang terus menerus untuk memasuki standar-standar kelas menengah, tetapi peluang mereka untuk sukses sangat terbatas karena hambatan akaademis dan sosial mereka.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 18

Page 19: CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)

delinquent boy.• hedonisme sesaat, • pencarian semata-mata kesenangan, tanpa

perencanaan atau pemiikiran tentang apa yang akan dilakukan, di mana atau kapan.

• Anak-anak delinquent berkeluyuran di jalan-jalan sampai seseorang mendapat satu ide; kemudian melakukan perbuatan begitu saja tanpa memiikirkan akibatnya otonomi kelompok adalah yang paling penting.

• Anggota-anggota itu saling setia satu dengan yang lain dan melawan setiap upaya dari keluarga, sekolah atau masyarakat untuk mengekang tingkah laku mereka.

04/19/23 Eva Achjani Zulfa 19