28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi kegiatan pembelajaran, analisis data hasil penelitian beserta pembahasan dari keseluruhan tindakan pemebelajaran yang telah dilaksanakan. Dari pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan dapat dikemukakan hasil penelitian yang terbagi dalam dua bagian yaitu (1) Hasil Pra Tindakan dan (2) Hasil Pelaksanaan Tindakan. 4.1.1 Hasil Pra tindakan Untuk mengetahui kondisi awal, peneliti melakukan wawancara dengan rekan sesama guru matematika SD Karuna Dipa. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran matematika di SD Karuna Dipa masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran, hal ini yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa pada sebagian besar materi matematika khususnya pada materi keliling dan luas daerah segitiga.

cuplikan BAB IV.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi kegiatan pembelajaran, analisis data hasil penelitian beserta pembahasan dari keseluruhan tindakan pemebelajaran yang telah dilaksanakan. Dari pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan dapat dikemukakan hasil penelitian yang terbagi dalam dua bagian yaitu (1) Hasil Pra Tindakan dan (2) Hasil Pelaksanaan Tindakan.4.1.1 Hasil Pra tindakan

Untuk mengetahui kondisi awal, peneliti melakukan wawancara dengan rekan sesama guru matematika SD Karuna Dipa. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran matematika di SD Karuna Dipa masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran, hal ini yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa pada sebagian besar materi matematika khususnya pada materi keliling dan luas daerah segitiga.

Selanjutnya hasil penelitian pra tindakan berupa hasil tes awal yang dilaksanakan pada hari Senin, 12 Maret 2012 yang diikuti oleh 26 siswa. Dari hasil analisis tes awal (lampiran 2) diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Secara keseluruhan sebanyak 22 siswa dikategori tuntas dengan persentase 84,6% dan 5 siswa dikategori belum tuntas dengan persentase 15,4%.2) Nilai rata-rata siswa 79,1.3) Persentase daya serap siswa terhadap materi prasyarat adalah bervariasi.4) Daya serap persoal:a. Daya serap soal nomor 1 tentang yakni nomor 1 tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan adalah 93,6%.b. Daya serap soal nomor 2 tentang operasi hitung perkalian dan pembagian adalah 81,7%c. Daya serap soal nomor 3 tentang sifat-sifat bangun datar segitiga adalah 96,2%, d. Daya serap soal nomor 4 tentang keliling dan luas daerah persegi panjang adalah 58,7%.5).Ketuntasan klasikal tercapai karena daya serap klasikal menunjukkan 79,1%, hanya 15,4% belum tuntas belajar.

Berdasarkan hasil analisis tes awal dan diskusi peneliti bersama pengamat menetapkan 4 orang siswa dari subyek penelitian sebagai informan. Ke empat orang siswa tersebut adalah siswa yang berkemampuan rendah. Peneliti mengambil keempat subyek dengan tingkat kemampuan rendah karena dari siswa tersebut peneliti akan mendapatkan informasi yang cukup mengenai kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Untuk identifikasi nama sebagai informan digunakan simbol I dan peneliti digunakan simbol P. Kelima informan tersebut masing-masing adalah siswa yang berinisial MK sebagai informan I (I4), RS sebagai informan I (I3), CA sebagai informan I (I2), dan SO sebagai informan I (I1).

Selain menetapkan 4 orang siswa sebagai subyek penelitian, peneliti membentuk kelompok belajar yang heterogen, baik dalam kemampuan akademik maupun dari jenis kelamin. Kelompok yang terbentuk (lampiran 3) sebanyak 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, yaitu 4 kelompok beranggota 4 orang dan 2 kelompok beranggota 5 orang.

4.1.2 Hasil Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Mc Tagart yang setiap siklusnya terdiri dari (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan (d) refleksi. Adapun pelaksanaan tindakan direncanakan dua siklus, yakni siklus I menemukan rumus keliling segitiga dan siklus II menemukan rumus luas daerah segitiga.

4.1.2.1 Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pada bagian ini akan dipaparkan data yang di peroleh selama tindakan pada siklus I, paparan tersebut meliputi: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan (d) refleksi. Berikut hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I:

a. Hasil dari perencanaan pada siklus I

1) Bahan dan alat pembelajaran yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu batang lidi, penggaris, dan gunting.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1). Dapat dilihat pada Lampiran 4.

3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS 1). Dapat dilihat pada Lampiran 5.4) Hasil kerja kelompok. Dapat dilihat pada Lampiran 6.5) Lembar pengamatan siswa. Dapat dilihat pada Lampiran 10.

6) Lembar pengamatan kegiatan guru. Dapat dilihat pada lampiran 9.7) Pedoman wawancara untuk siswa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dengan mengunakan metode penemuan terbimbing.

8) Tes akhir dan kunci jawaban dengan materi pengukuran keliling segitiga. Dapat dilihat pada Lampiran 7.b. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Setelah subyek selesai mengerjakan soal, pekerjaan dikumpul dan diperiksa, selanjutnya dianalisis. Hasil tes untuk keempat informan penelitian dapat dilihat pada lampiran 8b dan untuk hasil tes keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 8a. Berikut hasil tes akhir tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah :

1. Hasil tes siswa menunjukkan bahwa tidak semua informan penelitian tuntas belajar. Hal ini ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh masing-masing informan penelitian yaitu I1 memperoleh nilai 75,0, I2 memperoleh nilai 56,3, I3 memperoleh nilai 56,3, dan I4 memperoleh nilai 68,8. Untuk persentase subyek penelitian/informan yang tuntas adalah 50,0%, sedangkan persentase yang belum tuntas adalah 50,0%.

2. Pada materi keliling segitiga, I1 dan I4 dapat dikatakan tuntas belajar. Namun I2 dan I3 belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan prasyarat yang mereka miliki.

3. Daya serap klasikal terhadap materi menentukan keliling segitiga adalah 86,2% dan Ketuntasan secara klasikal adalah 92,3%. Dengan demikian pembelajaran dikatakan tuntas belajar.

4. Nilai rata-rata siswa adalah 80,8.5. Daya serap persoal:a. Daya serap soal nomor 1 tentang menentukan panjang keliling segitiga dengan penyajian gambar adalah 93,6%..b. Daya serap soal nomor 2 tentang menyelesaikan soal cerita yang terkait dengan menghitung keliling segitiga adalah 92,3%c. Daya serap soal nomor 3 tentang menyelesaikan cerita yang terkait dengan menentukan salah satu sisi segitiga bila diketahui panjang keliling dan kedua sisinya adalah 57,7%,

Untuk nmengetahui penyebab kesulitan atau masalah yang dihadapi oleh subyek dan pemahaman lebih mendalam subyek penelitian terhadap materi yang dipelajari, maka peneliti melakukan wawancara kepada informan penelitian dan siswa lainnya. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa siswa telah memahami konsep keliling segitiga namun dalam menyelesaikan soal, mereka belum tahu langkah-langkah pengerjaannya sehingga masih banyak melakukan kesalahan, selain itu karena kurangnya ketelitian dalam perhitungan. Transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran 11.

c. Observasi

1. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa

Observasi terhadap siswa dilakukan oleh peneliti sebagai guru mata pelajaran dan rekan guru sebagai pengamat (lampiran 10). Berikut hasil observasi yang diperoleh:

1. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah dalam kategori baik, namun masih terdapat siswa yang bermain di dalam kelas dan berbicara di luar konteks materi.2. Siswa aktif selama kegiatan belajar mengajar sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian besar siswa mau bertanya apabila ada kesulitan dan menjawab pertanyaan dari peneliti.3. Kerja sama siswa masih dalam kategori cukup, hal ini dapat dilihat ketika melakukan praktek hanya siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang yang aktif malakukan diskusi.

4. Sebagian besar siswa mampu mengerjakan dan menyelesaikan LKS meskipun mengalami kesulitan.

5. Hanya beberapa siswa yang tidak dapat merumuskan hipotesis yang telah mengarahkan pada rumus menghitung keliling segitiga kemudian menguji hipotesis yang mereka peroleh.

6. Siswa mampu mengambil keputusan dan menyimpulkan pembelajaran dengan bimbingan guru

7. Siswa mampu mengerjakan soal yang diberikan.

2. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru

Observasi terhadap peneliti dilakukan oleh reka guru sebagai pengamat (lampiran 9). Berikut hasil observasi yang diperoleh:

1. Peneliti menyiapkan bahan mengajar dan alat bantu dengan sangat baik.

2. Peneliti memberikan bimbingan kepada siswa dalam merumuskan dan menguji hipotesis baik.

3. Penampilan peneliti, struktur mengajar dalam kategori sangat baik, kemampuan mengajukan pertanyaan baik.

4. Dalam menggunakan waktu masih dalam kategori cukup

5. Kemampuan mengembangkan masalah baik.

6. Kemampuan memberikan bimbingan dalam menyimpulkan hipotesis baik.

7. Kemampuan memberikan motivasi dan menciptakan suasana responsif diantara siswa masih cukup. d. Refleksi

Refleksi tehadap hasil belajar siswa selama siklus I ini dilaksanakan dalam bentuk tes seperti ulangan harian dan hasil observasi. Hasil tes dan observasi selanjutnya didiskusikan bersama-sama pengamat untuk menemukan solusi yang tepat pada pembelajaan berikutnya.

Adapun hambatan dan permasalahan yang ditemui pada siklus I sebagai berikut. (1) Hanya sebagian siswa yang terlibat dalam tanya jawab antar siswa dan antara siswa dengan guru masih tergolong kategori cukup. Dalam tanya jawab, terungkap bahwa terjadi perbedaan dalam menentukan jenis segitiga, cara menggambar segitiga, hasil pengukuran panjang sisi segitiga pada masing-masing kelompok. (2) Kemampuan siswa dalam mengerjakan dan mendiskusikan LKS sudah tergolong dalam kategori baik sekali.(3) Kemampuan siswa dalam menemukan masalah yang diberikan sudah dalam kategori baik. (4) Kemampuan siswa dalam mengambil keputusan dan menyimpulkan hasil praktek masih dalam kategori cukup. Meski dalam presentase, seluruh anggota kelompok yang tampil, tetapi tidak semua mampu mengemukakan hasil penemuan di depan kelas. (5) Jumlah siswa yang terlibat dalam menyimpulkan materi pelajaran bersama-sama guru sudah tergolong cukup.Namun masih perlu ditingkatkan agar lebih baik. (6) Kemampuan siswa dalam menyelesaiakan soal latihan sudah dalam kategori sangat baik.Hambatan dan permasalahan yang timbul, diduga terjadi karena sebagai berikut. (1)Kurangnya ketelitian siswa dalam melakukan pengukuran panjang sisi segitiga. (2) Siswa lupa dengan cciri-ciri segitiga. (3) Bimbingan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dalam melakukan pengukuran panjang sisi belum optimal. (4) Siswa belum terbiasa tampil mengemukakan pendapat di depan kelas. Sebagian siswa menyatakan malu dan takut salah ketika menyajikan hasil kerja kelompok. (5) Banyak siswa yang kurang konsentrasi dalam belajar. Ada siswa yang berperilaku di luar konteks pembelajaran. (6) Masih ada siswa yang belum mengerti dengan topik yang dibahas, sehingga tidak turut aktif dalam menyimpulkan hasil penemuan.

Dari penyebab munculnya hambatan dan masalah, solusi yang dipilih sebagai langkah perbaikan sebagai berikut. (1) Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menyampaikan kepada siswa agar pada saat pembelajaran berikutnya siswa telah siap duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing. (2) Guru memperagakan penggunaan peralatan belajar yang benar. Guru juga meminta siswa yang lebih pintar untuk membantu teman satu kelompok dalam melakukan pengukuran panjang sisi. (3) Guru menunjuk langsung anggota kelompok untuk mengemukakan hasil penemuan kelompok di depan kelas. (4) Melarang siswa menggunakan telepon seluler selama pembelajaran berlangsung, memanggil nama siswa yang berbicara di luar konteks pembelajaran dan mengingatkan siswa yang lainnya untuk tidak melakukan hal yang sama.4.1.2.2. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pada akhir tindakan dilanjutkan dengan pemberian tes. Hasil pekerjaan siswa diperiksa dan dianalisis. Dari hasil analisis diperoleh nilai yang digunakan sebagai dasar menentukan tingkat keberhasilan siswa. Hasil analisis tes akhir dapat dilihat pada lampiran 15.

Berikut hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II: a. Hasil dari perencanaan pada siklus II1) Bahan pembelajaran yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2). Dapat dilihat pada lampiran 12.

3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS 2). Dapat dilihat pada lampiran 13.4) Lembar pengamatan siswa. Dapat dilihat pada lampiran 19.

5) Lembar pengamatan kegiatan guru. Dapat dilihat pada lampiran 18.6) Pedoman wawancara untuk siswa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dengan mengunakan metode penemuan terbimbing.7) Tes akhir dan kunci jawaban dengan materi luas daerah segitiga 15.b. Hasil Pelaksanaan Siklus II

Setelah seluruh siswa selesai mengerjakan soal, pekerjaan dikumpul dan diperiksa, selanjutnya dianalisis. Hasil tes untuk keempat informan penelitian dapat dilihat pada lampiran 17 dan untuk hasil tes keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 16.

Berikut hasil tes akhir tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah :1. Hasil tes siswa menunjukkan bahwa semua informan penelitian tuntas belajar. Hal ini ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh masing-masing informan penelitian yaitu I1 memperoleh nilai 75,0, I2 memperoleh nilai 68,8, I3 memperoleh nilai 68,8, dan I4 memperoleh nilai 75,0. Untuk persentase subyek penelitian/informan yang tuntas adalah 100%.2. Pada materi luas daerah segitiga, I1, I2, I3, dan I4 dapat dikatakan tuntas belajar.

3. Daya serap klasikal terhadap materi menentukan luas daerah segitiga adalah 87,9% dan Ketuntasan secara klasikal adalah 100%. Dengan demikian pembelajaran dikatakan tuntas belajar.

4. Nilai rata-rata siswa adalah 82,5.

5. Daya serap persoal:a. Daya serap soal nomor 1 tentang menentukan luas daerah segitiga dengan penyajian gambar adalah 91,5%..b. Daya serap soal nomor 2 tentang menyelesaikan soal cerita yang terkait dengan menghitung luas daerah segitiga adalah 82,1%c. Daya serap soal nomor 3 tentang menyelesaikan cerita yang terkait dengan menentukan tinggi segitiga bila diketahui luas dan alasnya adalah 83,3%,

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap informan pada siklus II diperoleh bahwa subyek penelitian telah memahami konsep luas daerah segitiga. Kesalahan yang terjadi dikarenakan siswa bingung menentukan alas dan tinggi segitiga, kurang teliti dan siswa yang tidak paham operasi hitung perkalian bilangan bulat. Draf wawancara terhadap keempat informan penelitian dapat dilihat pada lampiran 20.c. Hasil Observasi pada siklus II

Observasi terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh rekan guru sebagai pengamat (lampiran 19. Berikut hasil observasi yang diperoleh:

1. Siswa telah siap mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat ketika awal pembelajaran siswa telah tertib duduk bersama kelompoknya masing-masing dan telah mempersiapkan alat tulis dan buku pelajaran, namun masih terdapat siswa yang tidak membawa alat tulis seperti mistar dan penghapus.

2. Siswa aktif selama kegiatan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian besar siswa mau bertanya bila ada kesulitan dan menjawab pertanyaan dari peneliti.

3. Siswa mampu mengerjakan dan menyelesaikan LKS, walaupun masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan.

4. Siswa dengan bimbingan guru mampu mengajukan hipotesis, menguji hipotesis, dan menyimpulkan hipotesis.

Observasi terhadap peneliti dilakukan oleh rekan guru sebagai pengamat (lampiran 18). Hasil observasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan bahan dan alat bantu mengajar, kemampuan memberikan motivasi dan kemampuan memberi bimbingan dalam menyimpulkan hipotesis sangat baik.

2. Penampilan guru, struktur mengajar, kemampuan mengembangkan masalah, kemampuan mengajukan pertanyaan, kemampuan memberi bimbingan terhadap siswa dalam merumuskan dan menguji hipotesis sangat baik.

3. Kemampuan membina suasana responsif diantara siswa pada pembelajaran sudah baik.

4. Dalam menggunakan waktu sudah dalam kategori baik.

d. Refleksi

Adapun hasil dari pelaksanaan tindakan siklus II adalah:

1. Berdasarkan pengamatan dan evaluasi yang telah dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus II didapat hasil tes siklus II rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 1,7 dari hasil tes siklus I (dapat dilihat pada lampiran 8a) hal ini dikarenakan siswa sudah menguasai konsep luas segitiga dan telah mencapai standar ketuntasan belajar mengajar yang telah ditentukan. 2. Selain itu dari hasil observasi yang dilakukan pada aktivitas guru pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 10,4% dari hasil observasi siklus I, sedangkan aktivitas siswa meningkat 12,5% dari siklus I. 3. Kriteria taraf keberhasilan aktivitas guru maupun siswa pada siklus I ke siklus II meningkat dari baik menjadi sangat baik. Guru sudah dapat mengelola waktu dengan tepat pada siklus II sehingga rencana dan pelaksanaan sesuai dengan target yang diharapkan. Pertanyaan yang ada pada LKS sudah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa sehingga guru tidak perlu menerangkan berulang-ulang. Sehingga dapat disimpulkan tindakan siklus II telah berjalan dengan baik dan berhasil4. Subyek penelitian termasuk informan sudah dapat mengikuti pembelajaran metode penemuan terbimbing.

5. I1, I2, I3 dan I4 sudah dapat dikatakan tuntas belajar.

6. Subyek penelitian dengan bimbingan guru sudah dapat menemukan rumus luas segitiga.

7. Pada tindakan siklus II, semua subyek penelitian sudah tuntas belajar. 4.2 . Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian pada peleksanaan tindakan siklus I maupun siklus II, ditemukan hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil observasi aktivitas guru siklus I adalah 79,2% (dapat dilihat pada lampiran 9) dengan kategori baik, dan siklus II adalah 89,6% dengan kategori baik (dapat dilihat pada lampiran 18). Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 10,4%. Secara keseluruhan aktivitas guru dalam proses belajar mengajar dikategorikan baik, karena guru telah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dengan sangat baik.

2. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I adalah 78,1% (dapat dilihat pada lampiran 10) dengan kategori baik, dan siklus II adalah 90,6% dengan kategori baik (dapat dilihat pada lampiran 19). Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 12,5%. Secara keseluruhan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dikategorikan baik, karena siswa telah dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan baik.

3. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar keliling dan luas daerah segitiga. Hal ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata tes hasil belajar siswa pada tes pra tindakan sampai dengan pelaksanaan dua siklus yaitu tes pra tindakan dengan nilai rata-rata 79,1 dan siklus I dengan nilai rata-rata 80,8 dengan skor peningkatan sebesar 1,7. Pada siklus II nilai rata-rata mencapai 82,5, sehingga siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,7 dari hasil tes siklus I. (dapat dilihat pada lampiran 8a).

4. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada subyek wawancara setiap kali selesai tindakan didapatkan, sebagian besar siswa berpendapat bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS menjadikan mereka lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang sedang dibahas. Siswa lebih menyukai belajar berkelompok dikarenakan dapat bekerjasama dengan teman dalam satu kelompok.

5. Keaktifan dan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat masih perlu ditingkatkan khususnya bagi siswa yang berkemampuan rendah.

6. Mengawali pembelajaran dengan permasalahan nyata yang dekat dengan siswa dapat membuat siswa tertarik untuk belajar.

7. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan kegiatan penemuan rumus dapat menambah peningkatan hasil belajar siswa.

8. Pemberian masalah secara nyata dalam menggali pengetahuan siswa dapat meningkatkan pola pikir siswa.4.3. Pembahasan

Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka pembahasan pada penelitian ini meliputi pelaksanaan tahap-tahap pembelajaran dengan matode penemuan terbimbing. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing yang telah dilakukan, pembelajaran dibagi dalam 3 tahapan yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap akhir. Tahap-tahap kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran dijabarkan sebagai berikut:

Pada tahap awal pertama-tama peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan salam dan memeriksa kesiapan dan kelengkapan pembelajaran siswa seperti alat tulis, buku dll. Kegiatan selanjutnya guru menginformasikan materi yang akan di pelajari kemudian peneliti menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penyampaian tujuan pembelajaran ini digunakan untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh seluruh siswa pada kegiatan pembelajaran ini yaitu: siswa dapat menemukan rumus keliling dan luas daerah segitiga, dan siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas daerah segitiga. Selanjutnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, siswa membutuhkan pemahaman terhadap materi prasyarat. Apabila materi prasyarat tidak dipahami dan dikuasai oleh siswa maka kemampuan siswa untuk menemukan rumus menghitung keliling dan luas daerah segitiga dan menggunakan rumus tersebut tidak dapaat ditingkatkan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih maksimal, guru harus memberikan dorongan semangat belajar, sehingga siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam meningkatkan semagat belajar siswa,guru memberikan motivasi yang tinggi. Memberikan motivasi siswa dapat dilakukan dengan menjelaskan pentingnya materi keliling dan luas daerah segitiga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemberian motivasi ini diharapkan siswa lebih siap belajar. Motivasi yang tinggi akan membantu siswa untuk lebih serius dalam mempelajari materi yang akan diberikan. Motivasi tidak hanya untuk menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan belajar, tetapi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa tersebut memperoleh pengetahuan dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Kemudian peneliti mengajukan persoalan dan pertanyaan seperlunya, yaitu peneliti menggambar suatu bangun dengan mencantumkan ukurannya, kemudian guru bertanya berapa panjang keliling dan luas bangun tersebut ? Selanjutnya peneliti menggambar suatu bangun yang ada hubungannya dengan bangun sebelumnya untuk dianalisis oleh siswa sendiri. Kegiatan ini sesuai dengan pendapat Dienes (dalam Hudoyo, 1988:108) bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya. Asumsi ini berati bahwa belajar konsep-konsep matematika tingkat lebih tinggi tidak mungkin bila prasyarat yang mendahului konsep-konsep itu belum dipelajari. Hal ini sesuai dengan teori belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel (dalam Dahar, 1998:112) bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dengan kata lain pelajaran baru haruslah dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada sedemikian hingga konsep-konsep baru benar-benar terserap.

Selanjutnya peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Kemudian peneliti menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Setelah siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya, peneliti menentukan ketua untuk tiap kelompok serta membagikan LKS yang digunakan sebagai bahan dalam mengerjakan LKS pada masing masing kelompok. Selain itu peneliti juga menyuruh siswa untuk mengeluarkan alat yang digunakan untuk mengerjakan LKS seperti gunting dan penggaris. Peneliti meminta setiap kelompok berdiskusi menyelesaikan masalah yang ada pada lembar kerja kelompok.

Kegiatan berkelompok ini bertujuan agar siswa melakukan kerjasama pada suatu penemuan dalam pembelajaran sehingga mereka tidak pasif saja. Dengan siswa melakukan sesuatu penemuan maka pembelajaran tersebut akan lebih bermakna bagi siswa. Jika siswa aktif melibatkan dirinya di dalam menemukan sesuatu prinsip dasar, anak itu akan mengerti konsep tersebut lebih baik, ingat lebih lama dan akan mampu menggunakan konsep tersebut dikonteks yang lain. Lebih lanjut siswa akan menunjukkan kegembiraan dan minat yang akan membawa anak untuk mencari hubungan-hubungannya.

Peneliti membimbing siswa dengan pertanyaan yang mengarah. Setelah diskusi selesai yang dilakukan peneliti kemudian meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sedangkan kelompok yang tidak presentasi menanggapi hasil kerja kelompok yang presentasi. peneliti memberikan pertanyaan arahan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban dari kelompok yang presentasi. Sebagian besar siswa menanggapi presentasi dari temannya. peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa untuk sampai pada menemukan sesuatu. Kegiatan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1980:211) pada penyajian materi dengan menggunakan metode discovery yaitu Guru dan murid berdialog untuk sampai kepada menemukan sesuatu. Setelah diskusi berakhir peneliti memandu siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi, yaitu tentang menemukan rumus keliling dan luas daerah segitiga.

Pada tahap akhir peneliti memandu siswa untuk menyimpulkan pelajaran yang telah di pelajari dan mencatatnya dibuku masing-masing. Kemudian peneliti memberikan soal-soal evaluasi sebagai aplikasi penemuan yang dilakukan siswa agar siswa lebih memahami konsep yang telah ditemukan. Kegiatan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1980:211) tentang petunjuk agar penemuan tidak ngawur yaitu buatlah kegiatan sebagai aplikasi penemuan. Setelah siswa selesai mengerjakan soal evaluasi kemudian peneliti menyuruh siswa untuk mengumpulkannya. Kemudian peneliti menutup pembelajaran dengan salam.

Dari kegiatan yang telah dilakukan pada siswa mulai tahap awal sampai tahap akhir, pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing mampu mengoptimalkan interaksi semua komponen dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing telah berhasil diterapkan di kelas IVC SD Karuna Dipa Palu karena telah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan dan keterlaksanaan pembelajaran. Keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat dari observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Hasil observasi aktivitas guru siklus I adalah 79,2% (dapat dilihat pada lampiran 9) dengan kategori baik, dan siklus II adalah 89,6% dengan kategori baik (dapat dilihat pada lampiran 18). Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 10,4%. Secara keseluruhan aktivitas guru dalam proses belajar mengajar dikategorikan baik, karena guru telah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dengan baik. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa siklus I adalah 78,1% (dapat dilihat pada lampiran 10) dengan kategori baik, dan siklus II adalah 90,6% dengan kategori sangat baik (dapat dilihat pada lampiran 19). Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 12,5%. Secara keseluruhan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dikategorikan baik, karena siswa telah dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan baik.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat dikatakan bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keliling dan luas daerah segitiga. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai siswa dan prosentase ketuntasan klasikal mulai dari tes awal hingga tes akhir tindakan siklus II. Dari data hasil analisis tes awal, diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 80,8% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 sebanyak 22 orang siswa, sedangkan siswa yang memperoleh nilai < 65 sebanyak 4 orang siswa serta nilai rata-rata siswa mencapai 79,1. Pada siklus I, diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 92,3% dan jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 sebanyak 24 orang siswa, sedangkan siswa yang memperoleh nilai < 65 sebanyak 2 orang siswa serta nilai rata-rata siswa mencapai 80,5. Pelaksanaan tindakan siklus I dinyatakan berhasil, karena telah mencapai indikator keberhasilan tindakan yakni persentase ketuntasan klasikal minimal 75%. Setelah pelaksanaan siklus I selesai, maka dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus II dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat lagi.

Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 100% , artinya semua siswa dikatakan tuntas belajar dan memperoleh nilai 65. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang lebih baik lagi dari siklus I. Adanya peningkatan tersebut disebabkan pengelolaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing telah berlangsung secara efektif.

Berdasarkan uraian di atas bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVC SD Karuna Dipa Palu pada materi keliling dan luas daerah segitiga. Hal ini sejalan dengan pendapat Fatmawati (2009:1) bahwa penerapan metode penemuan terbimbing pada hubungan antar sudut dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negei 5 Palu.Hasil penelitian tersebut mununjukkan bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.