Upload
rahmi-nurrosyid-p
View
26
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
CVA
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Stroke
1. DefinisiStroke adalah kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner dan Suddarth, 2002).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Elizabeth J. Corwin, 2002).Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis, embolis, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Price, 2002).Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat. Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler. Persoalan pokok pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada daerah otak tertentu.Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya, bahkan bahkan kejadian stroke dapat berulang. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri. Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat bersifat primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif, atau sekunder akibat proses lain seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes mellitus (Misbach, 1999).2. Klasifikasi CVA
1. Stroke HemoragikPerdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).
1) Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain.
2) Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala.
3) Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma.
4) Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang lebih muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat adiktif).
2. Stroke Non Hemoragic (Iskmeik)Terbagi atas 2 yaitu :
1) Stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran arah ini menyebabkan iskemik yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trombosis adalah di percabangan arteri carotis besar dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke trombotik biasanya berjalan lambat.2) Stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis di bagian tengah atau Middle Carotid Artery ( MCA ). Dengan adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan iskemik.(Rochani, 2000)3. Etiologi
Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia menengah dan dewasa tua karena adanya penyempitan atau sumbatan vaskuler otak yang berkaitan erat dengan kejadian.
a. Trombosis SerebriMerupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan fokal dinding pembuluh darah akibat anterosklerosis.
b. EmbolismeKebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit jantung.Sedangkan menurut Price (2002) mengatakan bahwa stroke haemoragi disebabkan oleh perdarahan serebri. Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh upture arteria serebri. Ekstravasasi darah terjadi dari daerah otak dan atau subaracnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser. Perdarahan ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan.Menurut Harsono (2002) ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan antara lain:
a. Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Kira-kira perdarahan sub arachnoid disebabkan oleh pecahnya seneusisma 5-6% akibat malformasi dari arteriovenosus.
b. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Penyebab yang paling sering adalah hipertensi, dimana tekanan diastolic pecah.
Harsono (2002) membagi faktor risiko yang dapat ditemui pada klien dengan Stroke yaitu:
1) Faktor risiko utama
a. HipertensiHipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.b. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus mampu, menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke otak, pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel otak.
c. Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan stroke. Dikemudian hari seperti penyakit jantung reumatik, penyakit jantung koroner dengan infark obat jantung dan gangguan irama denyut jantung. Faktor resiko ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepaskan sel- sel/ jaringan- jaringan yang telah mati ke aliran darah.d. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi berkali- kali dalam seminggu. Makin sering seseorang mengalami TIA maka kemungkinan untuk mengalami stroke semakin besar.4. Faktor Resiko
a. Kadar lemak darah yang tinggi termasuk kolesterol dan trigliserida. Meningginya kadar kolesterol merupakan faktor yang menyebabkan aterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah.
b. Obesitasc. MerokokMerokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan vikositas darah.d. Riwayat keluarga dengan strokee. Lanjut usiaPenyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia dapat menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker darah dapat menyebabkan terjadinya pendarahan otakf. Kadar asam urat darah tinggig. Penyakit paru- paru menahun(Brunner & Suddarth, 2002; Harsono, 2002)5. Patofisiologi
6. Manefestasi KlinisStroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori) (Hudak & Gallo, 1996).a. Defisit motorik: Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sesi otak yang berlawanan
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.b. Defisit sensori:
Defisit visual: Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada setengah bidang pandang pada sisi yang sama), diplopia (penglihatan ganda), penurunan ketajaman penglihatan
Hilangnya atau tidak memberikan respon terhadap sensasi superficial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas, dan dingin)
Hilangnya atau tidak memberikan respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)
c. Defisit komunikasi: Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang dapat difahami) - dapat berbicara dengan menggunakan respons satu kata
Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan - mampu untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan tidak tepat dan tidak sadar tentang kesalahan ini)
Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat
Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan)
d. Gangguan persepsi: ganggua skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas yang mengalami paralise), disorientasi (waktu, tempat, orang), apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-obyek dengan tepat), agnosia (ketidakmampuan mengidentifikasi lingkungan melalui indra), kelainan dalam memperkirakan ukuran dan menilai objek serta menemukan letak objek dalam ruangan, kerusakan memori untuk mengingat letak khusus objek atau tempat, disorientasi kanan dan kiri.e. Defisit Intelektual
Kehilangan memori
Rentang perhatian singkat
Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar)
Penilaian buruk
Ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu situasi ke situasi yang lain
Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau berpikir secara abstrak
f. Disfungsi Aktivitas Mental dan Psikologis
Labilitas emosional (menunjukkan reaksi dengan mudah atau tidak tepat)
Kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial
Penurunan toleransi terhadap stres
Ketakutan, permusuhan, frustasi, marah
Kekacauan mental dan keputusasaan
Menarik diri, isolasi
Depresi
g. Gangguan Eliminasi (Kandung kemih dan usus)
Lesi unilateral karena stroke mengakibatkans sensasi dan kontrol partial kandung kemin, sehingga klien sering mengalami berkemih, dorongan dan inkontinensia urine.
Jika lesi stroke ada pada batang otak, maka akan terjadi kerusakan lateral yang mengakibatkan neuron motorik bagian atas kandung kemih dengan kehilangan semua kontrol miksi
Kemungkinan untuk memulihkan fungsi normal kandung kemih sangat baik
Kerusakan fungsi usus akibat dari penurunan tingkat kesadaran, dehidrasi dan imobilitas
Konstipasi dann pengerasan fesesGejala (anamnesa)Non HemoragikHemoragik
Permulaan (awitan)Waktu (saat serangan)PeringatanNyeri KepalaKejangMuntahKesadaran menurunSub akut/kurang mendadakBangun pagi/istirahat+ 50% TIA+/---Kadang sedikitSangat akut/mendadakSedang aktifitas-++++++++
Koma/kesadaran menurunKaku kudukKernigPupil edemaPerdarahan RetinaBradikardiaPenyakit lainPemeriksaan:Darah pada LPX foto SkedelAngiografiCT ScanOpthalmoscopeLumbal pungsi Tekanan Warna EritrositArteriografiEEG
+/-----hari ke-4Tanda adanya aterosklerosis di retina, koroner, perifer. Emboli pada ke-lainan katub, fibrilasi, bising karotis-+Oklusi, stenosisDensitas berkurang(lesi hypodensi)Crossing phenomenaSilver wire artNormalJernih< 250/mm3oklusidi tengah
++++++++sejak awalHampir selalu hypertensi, aterosklerosis, HHD+Kemungkinan pergeseran glandula pinealAneurisma. AVM. massa intra hemisfer/ vaso-spasme.Massa intrakranial densitas bertambah.(lesi hyperdensi)Perdarahan retina atau corpus vitreumMeningkatMerah>1000/mm3ada shiftshift midline echo
(Rochani, 2000)5. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke antara lain adalah:
a. Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di daerah inguinal menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.b. CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahanc. EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang mengalami gangguand. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahane. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragikf. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovenag. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(Harsono, 2003).6. KomplikasiKomplikasi utama pada stroke menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002 yaitu :
a. Hipoksia Serebralb. Penurunan darah serebralc. Luasnya area cedera
7. Penatalaksanaana. Perawatan umum stroke
1) Penatalaksanaan awal selama fase akut dan mempertahankan fungsi tubuh. Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia, 2001 mengemukakan hal-hal berikut:
a) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan oksigen 0-2 L/menit sampai ada hasil gas darah.
b) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi intermiten.
2) Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus.
Asia Pacific Consensus on Stroke Manajement, 2001, mengemukakan bahwa peningkatan tekanan darah yang sedang tidak boleh diobati pada fase akut stroke iskemik. Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia, 2002, mengemukakan bahwa tekanan darah diturunkan pada stroke iskemik akut bila terdapat salah satu hal berikut :
a) Tekanan sistolik > 220 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
b) Tekanan diastolik > 120 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
c) Tekanan darah arterial rata-rata > 130-140 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
d) Disertai infark miokard akut/ gagal jantung atau ginjal akut.Pada umumnya peningkatan tekanan darah pada fase akut stroke diakibatkan oleh:
Stress daripada stroke
Jawaban fisiologis dari otak terhadap keadaan hipoksia
Tekanan intrakranial yang meninggi.
Kandung kencing yang penuh
Rasa nyeri.
Tekanan darah dapat berkurang bila penderita dipindahkan ke tempat yang tenang, kandung kemih dikosongkan, rasa nyeri dihilangkan, dan bila penderita dibiarkan beristirahat.
e) Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.
Keadaan hiperglikemia dapat dijumpai pada fase akut stroke, disebabkan oleh stres dan peningkatan kadar katekholamin di dalam serum. Dari percobaan pada hewan dan pengalaman klinik diketahui bahwa kadar glukosa darah yang meningkat memperbesar ukuran infark. Oleh karena itu, kadar glukosa yang melebihi 200 mg/ dl harus diturunkan dengan pemberian suntikan subkutan insulin.Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia mengemukakan bahwa hiperglikemia ( >250 mg% ) harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu sekitar 150 mg% dengan insulin intravena secara drips kontinyu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia harus diatasi segera dengan memberikan dekstrose 40% intravena sampai normal dan diobati penyebabnya.f) Suhu tubuh harus dipertahankan normal.
Suhu yang meningkat harus dicegah, misalnya dengan obat antipiretik atau kompres. Pada penderita iskemik otak, penurunan suhu sedikit saja, misalnya 2-3 derajat celsius, sampai tingkat 33C atau 34 C memberi perlindungan pada otak. Selain itu, pembentukan oxygen free radicals dapat meningkat pada keadaan hipertermia. Hipotermia ringan sampai sedang mempunyai efek baik, selama kurun waktu 2-3 jam sejak stroke terjadi, dengan memperlebar jendela kesempatan untuk pemberian obat terapeutik.
g) Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurun, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
h) Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian cairan intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni atau hipotonik.
i) Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin dosis rendah subkutan, bila tidak ada kontra indikasi.Terapi farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke :
a) Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragic, diberikan sdalam 24 jam sejak serangan gejala-gejala dan diberikan secara intravena.b) Obat antipletelet, obat ini untuk mengurangi pelekatan platelet. Obat ini kontraindikasi pada stroke haemorhagik.c) Bloker kalsium untuk mengobati vasospasme serebral, obat ini merilekskan otot polos pembuluh darah.d) Trental dapat digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapiler mikrosirkulasi, sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan otak yang mengalami iskemik.
BAB III
TINJAUAN KASUSA. Pengkajian
I. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK)
: Tn. Z2. Umur
: 70 tahun3. Alamat dan telephone
: Jl. Berok I no. xx4. Komposisi
:
NoNamaGenderHub dgn KKTTI/UmurPendidikan
12Ny. RTn. BPrLkIstriAnak66 tahun30 tahunTamat SDTamat SMA
Genogram :
66 th
Keterangan :
= Perempuan
= Klien
= Laki-laki
= Menikah
= Meninggal
= Tinggal Serumah
5. Tipe Keluarga Kelurga Tn. Z merupakan tipe keluarga inti, karena Tn. Z tinggal dalam satu rumah dengan istri dan satu anak laki- lakinya.6. Suku
Tn. Z mengatakan bahwa ia memiliki suku minang. Tn. Z berkomunikasi dengan bahasa minang dalam kehidupan sehari- harinya. Tn.Z sering menkonsumsi makanan yang berlemak dan berkolesterol seperti jeroan. Tn.Z juga mengatakan bahwa diamenghabiskan 1 bungkus rokok perhari.7. Agama
Semua anggota keluarga Tn. Z beragama islam dan taat dalam menjalankan ibadahnya. Tn.Z tidak pernah sholat ke mesjid, hanya sholat dirumah saja bersama istrinya.Namun sejak sakit Ny.R hanya dapat shalat duduk karena Ny.R mengalami kelumpuhan anggota gerak sebelah kanan. nya.8. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Keluarga Tn. Z ini termasuk keluarga dengan golongan ekonomi rendah, dimana penghasilan Tn. Z perbulan yaitu Rp 800.000,00 hasil dari kuli bangunan. Kadang-kadang anak Tn. Z mengirimkan uang sebesar Rp 50.000- Rp 100.000 perbulan. Tn.Z tidak memiliki tabungan keluarga.batas9. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Aktivitas rekreasi yang dilakukan keluarga Tn. Z yaitu nonton TV bersama istri dan anaknya, makan bersama sehari sekali pada malam hari. Dan keluarga tidak pernah pergi berekreasi bersama-sama karena keterbatasan biaya.II. Riwayat & Tahap Perkembangan Keluarga
10. Tahap perkembangan keluarga saat iniPada tahap ini keluarga Tn. Z berada pada tahap keluarga dengan tahapan lansia, saat ini Tn. Z tinggal bersama istri dan anak bungsunya yang belum menikah.11. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhiPada saat ini Tn. Z ingin melihat anak bungsunya menikah, mengingat usia dari Tn. Z yang semakin bertambah.12. Riwayat keluarga intiTn.Z dan Ny.R menikah karena dijodohkan oleh orang tua mereka. Ny.R mengatakan bahwa mengalami kelumpuhan pada anggota gerak sebelah kanan sejak terkena stroke kurang lebih 1 tahun yang lalu. Untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya Ny. R di bantu oleh suami dan anaknya.13. Riwayat keluarga sebelumnyaNy. R mengatakan bahwa orang tua laki- lakinya memiliki riwayat penyakit hipertensi. Dan tidak ada riwayat penyakit menular atau keturunan.III. Lingkungan
14. Karakteristik rumah
Rumah yang dimiliki Tn. Z terdiri dari 3 kamar. Kamar mandi digabung dengan dapur. Rumah Tn. Z berlantai semen dan dinding rumah Tn. Z belum dicat, 1 kamar rusak karena gempa, atap rumah klienbocor dan sampai saat ini belum diperbaiki karena masalah biaya. Ruang tamu Tn. Z hanya terdiri dari 1 perangkat kursi tamu yang sudah lapuk. Ruang tamu digabung dengan ruang makan yang terdapat rak piring, sebuah lemari dan meja kayu yang tertata rapi. Di kamar mandi terdapat sumur. Tn. Z mengkonsumsi air sumur yang telah dimasak untuk minum. Lingkungan rumah dan keadaan rumah agak kotor karena Ny.R mengalami kesulitan untuk membersihkannya. Pencahayaan rumah cukup, cahaya matahari cukup menerangi rumah.
Denah Rumah :
15. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Hubungan Tn. Z dengan tetangga disekitar rumah cukup baik, Tipe komunitas bersifat heterogen umumnya bersuku minang.16. Mobilitas geografis keluarga
Tn. Z menetap di padang,dirumah mereka sendiri, rumah yang ditempeti Tn. Z tidak berpindahpindah dari awal berkeluarga sampai saat ini Tn. Z bertempat tinggal dirumah yang ditempatinya saat ini.17. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat
Tn. Z dengan anakanaknya jarang sekali berkumpul bersamasama karena satu orang anak Tn. Z tinggal di Jawa. Namun, anak keduanya sering menjenguk Tn. Z dan pada sore harinya kembali kerumahnya yang juga berada di padang. Tn. Z tidak pernah ikut dalam kegiatan dilingkungannya karena sibuk bekerja untuk mencari nafkah.18. Sistem pendukungan keluarga
Tn. Z mempunyai 1 orang anak tidak jauh dari tempat tinggalnya, dan sering membantu Ny.R. untuk memenuhi kebutuhan keluarga Tn.Z baik dari segi ekonomi maupun material. Keluarga Tn.Z memiliki kartu akses pelayanan kesehatan jamkesmas.IV. Struktur Keluarga
19. Pola komunikasi keluargaKelurga Tn. Z mempunyai pola komunikasi yang terbuka, ketika ada masalah Tn. Z bermusyawarah bersama anggota keluarga lainnya. 20. Struktur kekuatan keluarga
Jika Tn. Z mempunyai masalah kadangkadang Tn. Z bicara dengan Tn.B. Kadangkadang pengambilan keputusan dibantu oleh Tn.B21. Struktur peran
Tn. Z adalah kepala keluarga bekerja sebagai kuli bangunan, Tn. Z tingggal bersama istri dan anak bungsunya yang belum menikah. Istri Tn. Z menderita penyakit stroke sejak satu tahun yang lalu. Walaupun demikian peran Ny. R tidak diabaikan begitu saja.
22. Nilai dan normal budaya
Menurut Tn. Z mereka menjunjung tinggi nilai atau norma-norma keluarga yang diyakini yaitu agama islam dengan menerapkan aturan-aturannya serta saat beribadah. Nilai agama dan norma budaya yang diterapkan Tn. Z tidak ada yang bertentangan dengan kesehatanV. Fungsi Keluarga23. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga Tn. Z saling mendukung, menyayangi dan menghormati antara anggota keluarganya dan saling membantu, dilihat dari pehatian anak yang tinggal di padang yang sering mengunjungi
24. Fungsi Sosialisasi
Tn. Z mengatakan interaksi antar anggota keluarga baik, Tn. Z mengatakan berusaha untuk mengikuti aturan atau norma yang ada dimasyarakat sehingga dapat menyesuaikan dengan masyarakat sekitarnya.25. Fungsi Perawatan Keluarga
a. Kemampuan mengenal masalah kesehatan, Tn. Z mengatakan cuma sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala dari penyakit Ny.R
b. Keluarga Tn. Z kurang mampu mengambil keputusan jika ada masalah kesehatan, Tn. Z juga mengatakan mengalami masalah biaya jika berobat yang membutuhkan biaya yang lebih besar.
c. Keluarga kurang mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.
d. Keluarga kurang mampu memelihara (memodifikasi lingkungan rumah yang sehat karena kurangnya sarana dalam rumah klien)
e. Keluarga kurang mampu menggunakan pelayanan kesehatan , keluarga Tn. Z mengatakan jika sakit ia mencoba dahulu obat tradisionalPemeriksaan Fisik KeluargaNoKomponenNy. RTn.ZTn. B
1.
Kepala
Bentuk mesochepal, kulit kepala Kotor, rambut putih, lurus pendek dan tidak rontokBentuk mesochepal, kulit kepala bersih, rambut hitam, ikal dan tidak rontok
Bentuk mesochepal, kulit kepala bersih, rambut hitam, ikal dan tidak rontok
2.MataSimetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhorSimetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhorSimetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor
3.TelingaSimetris, Bersih, tidak ada serumenSimetris, Bersih, tidak ada serumenSimetris, Bersih, tidak ada serumen
4.HidungSimetris, Bersih, tidak ada polipSimetris, Bersih, tidak ada polipSimetris, Bersih, tidak ada polip
5.MulutTidak ada pembesaran tonsil, mukosa bibir lembabTidak ada bau mulut.Tidak ada pembesaran tonsil, mukosa bibir lembabTidak ada bau mulut.Tidak ada pembesaran tonsil, mukosa bibir lembabTidak ada bau mulut.
6.Leher dan TenggorokanTidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan pembesaran pembuluh limfe dan vena jugularisTidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan pembesaran pembuluh limfe dan vena jugularisTidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan pembesaran pembuluh limfe dan vena jugularis
7.Dada dan Paru-paruBentuk simetris, tidak ditemukan bunyi nafas tambahan, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasanBentuk simetris, tidak ditemukan bunyi nafas tambahan, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasanBentuk simetris, tidak ditemukan bunyi nafas tambahan, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan
8.AbdomenDatar, tidak kembung, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hatiDatar, tidak kembung, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hatiDatar, tidak kembung, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati
9.EkstremitasTerjadi kelemahan pada Ekstremitas kanan, mengalami keterbatasan gerakTidak ada edema, tidak ada kekakuan sendi, tidak ada nyeri sendi, tidak terdapat luka, tidak mengalami keterbatasan gerakTidak ada edema, kadang mengalami kekakuan sendi, tidak ada nyeri sendi, tidak terdapat luka, tidak mengalami keterbatasan gerak
10.BB46 Kg57 Kg62 Kg
11.TB150 Cm162 Cm165 Cm
12.Tanda VitalTD : 130/90 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi 88 x/mntTD : 120/70 mmHgRR : 22 x/mnt
Nadi 80 x/mntTD : 120/80 mmHgRR : 20 x/mnt
Nadi 88 x/mnt
13.KeluhanKaki dan tangan kanannya terasa lemah digerakkan.Tidak ada keluhanTidak ada keluhan.
VI. Stres dan Koping Keluarga
26. Stressor jangka pendek
Tn. Z mengatakan saat ini memikirkan masalah kesehatan yang terjadi pada istrinya
27. Stressor jangka panjang
Keluarga mengatakan jika ada uang Ny.R akan dibawa berobat lebih lanjut sehingga sembuh total dan tidak susah berjalan lagi sehingga dapat melakukan aktivitas seperti sebelum sakit
28. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga selalu memberikan dorongan dan semangat pada anggota keluarga yang memiliki masalah terutama Ny. R29. Strategi koping yang digunakan
Bila ada anggota keluarga yang sakit maka hal pertama yang dilakukan adalah membawa ke pengobatan alternative dan bila ada suatu masalah maka anak Tn. Z yang membantu menyelesaikan masalah
30. Strategi adaptasi disfungsional
Bila Tn. Z salah maka Ny. R dan Tn. B meningatkan Tn. Z, begitu juga sebaliknya, mereka dalam keluarga saling menghargaiVII. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. Z berharap agar Ny. R dapat sembuh, sehingga Ny. R dapat melakukan aktifitas seperti sebelum sakit.ANALISA DATA
NoDataMasalahEtiologi
1DO :
TD Ny. R : 150/100 mmHg
Pemeriksaan kekuatan motorik
3333
5555
3333
5555
Klien terlihat berjalan dengan bantuan tongkat
DS :
Ny.R mengatakan mengalami stroke sejak 1 tahun yang lalu, pada saat terkena stroke klien mengalami pelo saat berbicara, mulut mencong dan anggota gerak sebelah kanan mengalami kelemahan Pada saat mengalami serangan stroke tersebut Tn. Z membawa Ny. R ke pengobatan alternatif terlebih dahulu sebelum ke rumah sakitPerubahan pemeliharaan kesehatan pada Ny.R dikeluarga Tn. Z
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2DO :
Anggota gerak sebelah kanan Ny. R mengalami kelemahan Ny. R menggunakan tongkat untuk berjalan
Atap di dapur rumah klien terlihat bocor ketika hujan akan membuat lantai dapur licinDS :
Tn. Z mengatakan atap rumah bocor jadi ketika hujan lantai di dapur menjadi basah dan licin
Resiko cidera pada Ny.R di keluarga Tn. ZKetidakmampuan keluarga dalam mengatur dan memodifikasi lingkungan yang dapat menyebabkan cidera pada keluarga Tn. Z khususnya Ny. R
Intervensi Keperawatan
NODX KEPERAWATANKRITERIA HASILPERENCANAAN KEPERAWATAN
1Perubahan pemeliharaan kesehatan pada Ny.R dikeluarga Tn. Z b.d
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
TUM : Setelah dilakukan 3x kunjungan pada keluarga Tn. Z maka keluarga Tn. Z memahami tentang cara memelihara kesehatanTUK :
Setelah diberikan penjelasan 1x60 menit keluarga mampu mengenal masalah kesehatan dengan menyebutkan pengertian, penyebab dan tanda gejala penyakit stroke dan pencegahannyaKriteria :
Respon verbal keluarga
Standar :
1. Sroke adalah gangguan fungsi otak, yang berlangsung dengan cepat. Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan pada pembuluh darah. 2. Menyebutkan penyebab stoke yaitu penyempitan atau sumbatan pembuluh darah otak, perdarahan serebri dan 4 faktor risiko antara lain Hipertensi, Diabetes Mellitus, Kolesterol tinggi, Kegemukan.3. Menyebutkan 2 dari 5 tanda dan gejala stroke yaitu kelemahan salah satu sisi tubuh, kesulitan bicara
1. Diskusi dengan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala stroke dengan menggunakan lembar timbal balik2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali pengertian, penyebab dan tanda gejala stroke
3. Beri pujian yang positif atas usaha yang dilakukan keluarga
2.Resiko cidera pada Ny.R dikeluarga Tn. Z b.dKetidakmampuan keluarga dalam mengatur dan memodifikasi lingkungan yang dapat menyebabkan cidera pada keluarga Tn. Z khususnya Ny. R
TUM :Setelah 3x kunjungan keluarga Tn.Z mampu memodifikasi lingkungan sehingga tidak menimbulkan resiko cidera pada keluarga Tn. Z terutama pada Ny. R
TUK :
Setelah 1x30 menit keluarga Tn.Z mampu memahami tentang cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah cideraKriteria :
Respon verbal dan psikomotorStandar :
1. Dapat mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan resiko cidera
2. Dapat mengidentifikasi upaya preventif atas bahaya tersebut
3. Dapat memahami cara melindungi diri yang tepat dari cidera
1. Kaji ulang tentang faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan resiko cidera pada keluarga Tn. Z2. Lakukan pengaturan dan modifikasi lingkungan agar lebih aman
3. Monitor keluarga Tn. Z terutama Ny. R secara berkala terutama 3 hari kunjungan pertama4. Ajarkan keluarga Tn. Z tentang upaya pencegahan cidera
Daftar PustakaHudak, C.M., Gallo, B.M. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Ed. 6 Vol 2. Jakarta: EGC.
Harsono. 2002. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Price, S.A., Wilson, L.M. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed 4 Vol 2. Jakarta: EGC.
Doengoes, M.E., Moorhouse M.F., Geissler, A.C. 2000. Rebcana Asuhan Keperawatan Ed 3. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCMisbach. 1999. Stroke, Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Corwin, E.J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Rochani, Siti, 2000, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Saraf Indonesia, Surabaya.
K. Dapur
mandi
K. Rusak
Ruang Tamu
K. Tn. Z
EMBED Visio.Drawing.11
29
_1488519664.vsdDiabetes Melitus
Tubuh tidak mampu memecah glukosa sebagai energi
Glukoneogenesis di Hati
Peningkatan lemak di pembuluh darah
LDL & VDL membawa lemak ke sel endotel arteri
Oksidasi kolesterol dan trigliserida
Membentuk radikal bebas
Merusak sel endotel
Reaksi inflamasi dan imun
Terbentuk jaringan parut
Leukosit tertarik ke area cedera dan menempel
Trombosit tertarik ke area cedera
Berpindah ke interstitial
Aktifasi pembekuan dan fibrosis
Faktor resiko DM
Obesitas
Faktor resiko Obesitas (kurang gerak, alkohol, dll)
Terbentuk trombus
Melepaskan sitokinin proinflamatori
Merangsang proliferasi sel otot polos
Terbentuk plak aterosklerosis
Sel otot polos tumbuh di tunika intima
Terjadi emboli
Menyumbat pembuluh darah otak
Perdarahan intraserebral
Trauma kepala, ruptur aneurisma, malformasi arterivenosa
Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Trombosis
Pembuluh darah pecah
Terjadi bekuan platelet pada luka
Tekanan darah sangat tinggi
Penumpukan trombosit pada luka
Respon inflamasi
Luka pada jaringan pembuluh darah
Iritasi pembuluh darah
Hipertensi
Peningkatan resistensi perifer
Pembuluh darah inelastis
Rokok, alkohol, makanan berlemak
Penurunan elastisitas pembuluh darah
Usia >35 tahun
Faktor resiko Hipertensi (kurang gerak, obesitas, dll)
Hemoragik
Sel otak kurang O2 dan nutrisi
Iskemia jaringan otak
Kematian sel-sel otak
Infark serebri
Respon inflamasi
Cerebrovaskuler Accident (CVA/stroke)
Peningkatan TIK
Nyeri
Thalamus
Hemisfer dominan:1. Afasia2. Anomia berat dg pemahaman & repetisi lumayan
Hemisfer non-dominan:1. Anosognosia
Kapsula Interna:1. Hemiparese2. Hemiplegia kontralateral
Substansia alba:1. Hemianopia
Gg. komunikasi verbal, Integritas kulit, Mobilitas fisik, Perawatan diri, Intoleransi aktivitas, Konsep diri, Ketergantungan
Pons1. Nyeri kepala2. Rigiditas deserebri3. Hemiplegia4. Paralisis fasia homolateral5. Defiasi mata
Koma mendadak
Gg. Rasa nyaman, Gg. Istirahat, kejang, Resiko Injury, Gg perfusi jaringan, Integritas Kulit, Mobilitas fisik, Perawatan diri, Intoleransi aktivitas, Gg sensori persepsi
Subtalamik diensefalon:Bola mata melirik ke bawah-dalam dg paralisis gerakan ke atas & posisi kedua bola mata melihat ujung hidung
Gg sensori penglihatan
Hemisfer 1. Frontalis : Gg motorik2. Parietalis: Gg proses dan integritas informasi sensorik3. Temporalis: Gg pendengaran4. Oksipitalis: Gg penglihatan & sensori warna
Subthalamus & Mesensefalon dorsal1. Pupil mengecil2. Reaksi trhdp cahaya lambat
Putamen1. Hemiplegia2. Sefalgia3. Muntah4. Penurunan kesadaran5. Defek hemisensorik6. Gg gerak bola mata
Gg perfusi jaringan, defisit volume cairan, inefektif pola nafas, resiko perubahan suhu tubuh, resiko infeksi, resiko cedera, resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ketidaefekftifan bersihan jalan nafas
Serebelum1. Gg okulomotor2. Gg keseimbangan3. Nistagmus4. Muntah terus-menerus5. singultus
Peningkatan TIK
Medula oblongata1. Gg jantung2. Gg pernapasan3. Refleks telan menurun4. Muntah5. Hipersaliva6. Gg sistem saraf simpatis
Mesensefalon1. Paralisis okulomorius ipsilateral2. Koma
1. Gg perfusi jaringan2. Gg sirkulasi3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas4. Resiko aspirasi5. Gg eliminasi 6. Gg pola nafas tidak efektif7. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh8. Gg rasa nyaman9. Gg kebersihan mulut
Penyakit jantung
Jantung mengeluarkan sisa-sisa darah
Aliran darah dari jantung melemah