27
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 271 D. AKUNTABILITAS KEUANGAN D.1. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Penyelenggaraan pemerintahan di daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan dalam rangka pemberian layanan publik yang berkualitas untuk mencapai tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Kebijakan implementasi Otonomi Daerah di Indonesia memberikan perubahan mendasar bagi restrukturisasi pemerintahan daerah yaitu dengan adanya pemberian kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerah sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat masing- masing daerah. Pengelolaan keuangan di daerah merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara, karena pada dasarnya pengelolaan keuangan daerah adalah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara secara keseluruhan dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk mendukung tercapainya pengelolaan keuangan yang akuntabel, transparan, serta sinergis dan terintegrasi antara pusat dan daerah, telah diterbitkan beberapa regulasi peraturan perundang-undangan terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah yaitu : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

D. AKUNTABILITAS KEUANGAN - gunungkidulkab.go.id2)_lakip_gk_2014.pdf · tentang SAP, dan peraturan lainnya sebagai pedoman yang harus diacu oleh pemerintah daerah dalam penyelenggaraan

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

271

D. AKUNTABILITAS KEUANGAN

D.1. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Penyelenggaraan pemerintahan di daerah merupakan bagian dari

penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan dalam rangka pemberian layanan

publik yang berkualitas untuk mencapai tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat

adil, makmur, dan sejahtera. Kebijakan implementasi Otonomi Daerah di Indonesia

memberikan perubahan mendasar bagi restrukturisasi pemerintahan daerah yaitu

dengan adanya pemberian kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah

untuk mengelola daerah sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat masing-

masing daerah.

Pengelolaan keuangan di daerah merupakan bagian dari pengelolaan keuangan

negara, karena pada dasarnya pengelolaan keuangan daerah adalah merupakan

subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara secara keseluruhan dan merupakan

elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk mendukung

tercapainya pengelolaan keuangan yang akuntabel, transparan, serta sinergis dan

terintegrasi antara pusat dan daerah, telah diterbitkan beberapa regulasi peraturan

perundang-undangan terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah dengan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5589);

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

272

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4438);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nmor 130, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049).

Sebagai tindak lanjut dari peraturan perundangan-undangan tersebut di atas

telah disusun berbagai regulasi sebagai peraturan pelaksanaan yang komprehensif dan

terpadu yang memuat beberapa kebijakan terkait dengan perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dengan maksud

untuk memudahkan dalam pelaksanaan dan tidak menimbulkan multitafsir dalam

penerapannya. Beberapa peraturan pelaksanaan terkait dengan pengelolaan keuangan

daerah dan menjadi pedoman pokok bagi penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Selain peraturan pokok tersebut telah

pula disusun beberapa peraturan perundangan-undangan yang terkait dengan

pengelolaan keuangan daerah diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

tentang SAP, dan peraturan lainnya sebagai pedoman yang harus diacu oleh pemerintah

daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebagai amanat dari peraturan

perundangan tersebut untuk Kabupaten Gunungkidul telah disusun beberapa peraturan

daerah dan peraturan bupati sebagai peraturan pelaksanaannya.

Dengan telah ditetapkannya peraturan perundangan di bidang pengelolaan

keuangan tersebut maka antara perencanaan dan penganggaran diharapkan dapat

terintegrasi menuju pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan efisien melalui

perencanaan penganggaran yang transparan, akuntabel, dan partisipatif dengan berbasis

kinerja dan berorientasi kepada prestasi kerja dimana antara kebijakan, sasaran,

masukan, keluaran, dan hasil merupakan satu kesatuan yang terpadu. Pelaksanaan

anggaran diformulasikan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

merupakan instrumen yang mengatur mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan di daerah.

Penyusunan anggaran pada dasarnya bertujuan untuk memberikan arah

kebijakan perekonomian yang menyelaraskan antara kebijakan ekonomi makro,

sumber daya yang tersedia, dan mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai

dengan kebijakan pemerintah dan kewenangan yang diberikan kepada daerah dalam

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

273

mempersiapkan kondisi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah secara lebih baik.

Dengan pelaksanaan anggaran yang berpedoman pada prestasi kerja/hasil mengandung

maksud bahwa setiap penyelenggara negara/pemerintahan berkewajiban untuk

bertanggungjawab atas hasil proses dan penggunaan sumber daya, yaitu dari sisi

pendapatan merupakan perkiraan penerimaan yang terukur dan rasional yang dapat

dicapai dari setiap sumber pendapatan. Sedangkan untuk belanja merupakan batas

tertinggi pengeluaran yang harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya

agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dalam rangka pelayanan publik

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Belanja daerah dikelompokkan dalam

belanja tidak langsung dan belanja langsung, dimana belanja tidak langsung adalah

belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program

dan kegiatan atau input yang digunakan tidak secara langsung dapat diukur dengan

outputnya sedangkan belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara

langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yaitu input yang digunakan

berkaitan dengan output yang dihasilkan.

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung

jawab, dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat

dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Secara tertib adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah dikelola secara tepat

waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti administrasi yang dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan keuangan

daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

3. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan

dengan membandingkan keluaran dan hasil.

4. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu

atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

5. Ekonomis merupakan perolehan masukan dengan kualitas tertentu pada tingkat

harga yang terendah.

6. Transparan adalah merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan

masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya

tentang keuangan daerah.

7. Bertanggung jawab adalah merupakan perwujudan kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

274

8. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaan dan/atau

keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan objektif.

9. Kepatutan adalah tindakan atau sikap yang dilakukan secara wajar dan

proporsional.

10. Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk

pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas pelayanan publik

dan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan adanya kebijakan desentralisasi dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, penyusunan kebijakan umum pengelolaan

keuangan daerah diarahkan untuk dapat mendukung program-program yang berkaitan

dengan upaya pencapaian visi dan misi penyelenggaraan pemerintahan daerah

sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015.

Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah sebagai

pelaksanan RPJMD, setiap tahun disusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Berdasarkan RKPD dan

pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun,

Kepala Daerah menyusun Rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan

Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk dibahas bersama

DPRD menjadi Kesepakatan KUA dan PPAS dan menjadi dasar dalam penyusunan

rancangan APBD.

Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, ditegaskan bahwa pembangunan

daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.

Dengan demikian tema dan prioritas pembangunan di kabupaten, selain harus selaras

dan mengacu dengan tema dan prioritas pembangunan nasional juga harus selaras dan

mengacu dengan tema dan prioritas pembangunan Pemerintah Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Tema dan prioritas pembangunan nasional Tahun 2014, yakni :

“Memantapkan Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

yang Berkeadilan” dengan prioritas (1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, (2)

Pendidikan, (3) Kesehatan, (4) Penanggulangan Kemiskinan, (5) Ketahanan Pangan,

(6) Infrastruktur, (7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, (8) Energi, (9) Lingkungan

Hidup dan Pengelolaan Bencana, (10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca

Konflik, (11) Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi, (12) Politik, Hukum

dan Keamanan (polhutkam), (13) Perekonomian, dan (14) Kesejahteraan Rakyat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

275

Sedangkan Tema RKPD Pemerintah Daerah DIY Tahun 2014 yakni:

”Memantapkan Perekonomian Daerah dan Stabilitas Sosial Politik Menuju

Daerah Istimewa Yogyakarta yang Lebih Berkarakter, Berbudaya, Maju,

Mandiri, dan Sejahtera”. Untuk mendukung pelaksanaan tema pembangunan

tersebut di atas, telah ditetapkan beberapa prioritas pembangunan Pemerintah Daerah

DIY Tahun 2014 adalah: (1). Reformasi birokrasi dan tata kelola; (2). Pendidikan; (3).

Kesehatan; (4). Penanggulangan kemiskinan; (5). Ketahanan pangan; (6). Infrastruktur;

(7). Iklim investasi dan usaha; (8). Energi; (9). Lingkungan hidup dan pengelolaan

bencana; (10). Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik, dan (11)

Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Selanjutnya berdasarkan kendala dan permasalahan yang masih dihadapi dalam

upaya pembangunan daerah ke depan, serta sinkronisasi dengan kebijakan nasional

maka Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menetapkan tema pembangunan daerah

tahun 2014 yaitu “Penguatan Perekonomian Masyarakat dan Pelayanan Dasar

serta Pengembangan Budaya Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat.”

Dari tema pembangunan di atas, selanjutnya dirumuskan prioritas

pembangunan Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 sebagai berikut:

a. reformasi birokrasi dan tata kelola serta pelayanan publik;

b. pendidikan;

c. kesehatan;

d. penanggulangan kemiskinan;

e. ketahanan pangan;

f. infrastruktur dan daya dukung pariwisata;

g. investasi dan iklim usaha;

h. energi;

i. lingkungan hidup dan pengelolaan bencana;

j. daerah tertinggal, wilayah perbatasan, dan rawan konflik; dan

k. kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi..

Dikaitkan pencapaian sasaran pembangunan dalam RPJM Daerah 2010-2015,

fokus dan kegiatan-kegiatan pokok tersebut merupakan rencana aksi tahunan.

Disamping prioritas nasional, prioritas pembangunan daerah di Kabupaten

Gunungkidul juga memperhatikan upaya pencapaian sasaran 8 (delapan) tujuan

pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs) pada tahun 2015 yang

terdiri dari (1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) menyediakan pelayanan

pendidikan dasar untuk semua; (3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

276

perempuan; (4) menurunkan angka kematian anak; (5) meningkatkan kesehatan ibu;

(6) memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya; (7) memastikan

keberlanjutan lingkungan; dan (8) membangun kemitraan global dalam pembangunan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun

Anggaran 2014 disusun berdasarkan Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2014

sesuai dengan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 903/2943 dan

Nomor 19/KPTS/2013 serta pada perubahan anggaran dengan Nota Kesepakatan

Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Nomor 900/4530 dan Nomor 25/KPTS/2014.

Sedangkan untuk Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara berdasarkan Nota

Kesepakatan Nomor 903/2944 dan Nomor 20/KPTS/2013 serta untuk perubahan

anggaran dengan Nota Kesepakatan Nomor 900/4531 dan Nomor 26/KPTS/2014.

Kebijakan Umum APBD memuat kebijakan mengenai pendapatan daerah, kebijakan

belanja daerah, dan kebijakan pembiayaan daerah yang memuat komponen-komponen

pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan dari setiap bidang kewenangan

yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Untuk PPAS memuat pagu

indikatif sementara berdasarkan urusan wajib dan pilihan serta masing-masing bidang.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun

Anggaran 2014 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013 dengan

rencana Pendapatan Daerah sebesar Rp1.295.207.003.018,80, Belanja Daerah

Rp1.345.370.674.028,45, dan Pembiayaan Daerah sebesar Rp50.163.671.009,65.

Dengan adanya perubahan asumsi dan kondisi perekonomian daerah yang tidak sesuai

dengan asumsi kebijakan umum APBD yang telah disusun maka melalui perubahan

anggaran yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 8

Tahun 2014 tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014, maka Pendapatan

Daerah direncanakan menjadi Rp1.356.261.456.616,86 atau bertambah

Rp61.054.453.598,06, Belanja Daerah menjadi Rp1.492.754.893.762,03 atau

bertambah Rp147.384.219.733,58, serta Pembiayaan Daerah menjadi

Rp136.493.437.15,17 atau bertambah sebesar Rp86.329.766.135,52.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

277

D.2. PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan daerah adalah faktor yang sangat penting dan strategis dalam

perencanaan APBD karena besar kecilnya pendapatan daerah akan menentukan

seberapa besar kemampuan daerah dalam mewujudkan pelaksanaan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan daerah. Pendapatan daerah dalam struktur APBD

terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan

Daerah Yang Sah. Sumber penerimaan APBD Kabupaten Gunungkidul dalam 5

(lima) tahun terakhir sebagian besar masih berasal dari Dana Perimbangan. Walaupun

penerimaan yang bersumber dari PAD meningkat secara signifikan namun secara

keseluruhan kontribusi terhadap pendapatan daerah relatif kecil. Kondisi ini

menunjukkan bahwa kapasitas fiskal Kabupaten Gunungkidul masih relatif kecil,

karena dari sisi penerimaan masih sangat tergantung pada dana transfer dari

pemerintah pusat. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 maka

Pajak Bumi dan Bangunan serta Pajak Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan

yang semula sebagai pajak pusat dialihkan menjadi pajak daerah. BPHTB telah

dilaksanakan kabupaten Gunungkidul mulai tahun 2010 dan untuk PBB baru akan

dilaksanakan pada tahun 2014. Dengan pengalihan tersebut pada awalnya akan

berakibat terjadinya penurunan penerimaan daerah, namun demikian dengan

berjalannya waktu serta kesiapan daerah maka penerimaan tersebut diharapkan akan

makin meningkat.

D.2.1. Kebijakan Pendapatan Daerah

Secara umum kebijakan perencanaan pendapatan daerah untuk tahun 2014 adalah

peningkatan pendapatan daerah dengan penentuan target pendapatan

mempertimbangkan penerimaan tahun sebelumnya dan penerimaan tahun berjalan

serta evaluasi atas hasil/kinerja pemungutan pendapatan daerah tahun sebelumnya.

Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah pada tahun 2014 meliputi:

a. Kebijakan terhadap pendapatan asli daerah adalah peningkatan Pendapatan Asli

Daerah yang diupayakan untuk tidak memberatkan masyarakat. Upaya ini

ditempuh melalui pemanfaatan aset daerah yang selama ini belum dikelola secara

optimal serta sumber-sumber lain yang potensial, penyesuaian regulasi serta

intensifikasi dan ekstensifikasi, kebijakan untuk penerapan pola pengelolaan

keuangan BLUD selain RSUD juga direncanakan pada beberapa puskesmas,

dengan pelaksanaan pengalihan PBB maka penerimaan pajak yang semula sebagai

bagi hasil pajak menjadi pajak daerah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

278

b. Kebijakan untuk Penerimaan Dana Perimbangan

Penerimaan bagi hasil Pajak dengan pelaksanaan pengalihan PBB menjadi pajak

daerah maka penerimaan dana perimbangan akan berkurang oleh karenanya

beberapa pembiayaan pembangunan daerah diupayakan bersumber dari dana

Tugas Pembantuan/Dekonsentrasi maupun bagi hasil cukai tembakau. Untuk

DAU telah disampaikan pengiriman data dasar penghitungan DAU yang meliputi

data jumlah pegawai, jumlah penduduk, Indeks Kemahalan Konstruksi, luas

wilayah, serta jumlah penduduk miskin. Sedangkan untuk DAK telah

dilaksanakan koordinasi dengan kementerian teknis atas program dan kegiatan

yang dapat didanai dari DAK dan telah disampaikan usulan/proposal kepada

kementerian terkait dengan harapan penerimaan DAK dapat meningkat.

c. Kebijakan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Peningkatan pendapatan dilakukan melalui optimalisasi koordinasi, komunikasi

dan konsultasi dengan pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah DIY untuk dapat

memperoleh pendanaan bagi pembangunan di daerah. Untuk DIY telah dilakukan

koordinasi melalui kesepakatan Trilateral Desk untuk menyepakati sharring

pendanaan untuk program / kegiatan prioritas Perencanaan Pembangunan Daerah

antara Bappeda DIY dan Bappeda kabupaten/kota dan akan ditindaklanjuti dalam

APBD 2014. Mengenai penggunaannya menyesuaikan dengan petunjuk teknis

diantaranya untuk pemberdayaan masyarakat desa, pembangunan prasarana fisik

serta pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

diamanatkan bahwa dalam rangka pelaksanaan keistimewaan Pemerintah Daerah

Istimewa Yogyakarta, Pemerintah menyediakan pendanaan dalam rangka

penyelenggaraan urusan keistimewaan dalam APBD yang mencakup

kelembagaan, kebudayaan, pertanahan, dan tata ruang. Berdasarkan arah dan

kebijakan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, dana transfer

keistimewaan sebagian akan dialokasikan kepada Kabupaten/Kota dalam rangka

mendukung pelaksanaan urusan keistimewaan tersebut.

D.2.2. Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah

Sejalan dengan kebijakan perencanaan pendapatan daerah maka untuk dapat

mencapai target rencana pendapatan daerah pada Tahun Anggaran 2014 beberapa

upaya yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah yaitu :

a. Peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dan wajib retribusi daerah

melalui peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan yang telah dimiliki.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

279

b. Peningkatan sumber daya aparatur melalui pembinaan dan pelatihan untuk

menghasilkan aparatur yang berkualitas dan profesional serta penyediaan sarana

dan prasarana dalam pemungutan pendapatan daerah.

c. Khusus untuk pelaksanaan pemungutan PBB pada TA 2014 dilakukan kerjasama

dan pendampingan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta serta

bank BPD DIY. Demikian pula dengan penyediaan sarana dan prasarana serta

pelatihan SDM sehingga diharapkan pelaksanaan pemungutan PBB dapat berjalan

dengan baik.

d. Intensifikasi Pendapatan Asli Daerah, dilaksanakan melalui :

1. pencermatan dan pengkajian terhadap obyek pendapatan baik berupa pajak

maupun retribusi daerah serta lain-lain PAD yang sah yang telah ada dan

masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik melalui perubahan tarif

maupun peningkatan pemungutannya.

2. mereview regulasi dan penyusun regulasi tentang pajak dan retribusi daerah,

3. sosialisasi peraturan daerah kepada masyarakat dan dunia usaha,

4. penegakan pelaksanaan peraturan daerah dengan melibatkan SKPD terkait

dan peningkatan pemungutannya.

e. Ekstensifikasi pendapatan asli daerah, dilaksanakan melalui upaya pencarian

sumber-sumber pendapatan baru yang tidak membebani masyarakat, antara lain

melalui:

1. Pengembangan desa wisata, desa kerajinan, serta pengembangan obyek wisata

baru yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan secara tidak

langsung dapat meningkatkan pendapatan daerah.

2. Peningkatan peran dan kerjasama dengan pihak ketiga dalam pemungutan

pendapatan dan pengelolaan kekayaan daerah.

f. Melaksanakan pembinaan dan mendorong peningkatan potensi dan kemampuan

wajib pajak.

g. Peningkatan kinerja SKPD pemungut pendapatan daerah melalui koordinasi dan

kerjasama;

h. Memberikan kepastian hukum dan peningkatan kesadaran masyarakat secara

berkala dan berkelanjutan kepada wajib pajak;

i. Pemanfaatan aset-aset daerah yang memiliki nilai ekonomis tinggi melalui

kerjasama dengan pihak ke tiga;

j. Optimalisasi upaya untuk memperoleh bagian pendapatan yang semakin

meningkat dari pemerintah pusat dengan memperluas serta memperkuat jaringan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

280

yang sudah ada, serta peningkatan koordinasi dan informasi untuk meraih dana

perimbangan, dana bagi hasil, dan potensi dana lainnya sesuai dengan mekanisme

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

k. Perbaikan kualitas pelayanan perizinan di seluruh tingkatan;

l. Pelayanan setoran pajak di lapangan atau dengan cara jemput bola kepada wajib

pajak, serta pembayaran online surat ATM Bank BPD;

m. Dalam merencanakan target pendapatan daerah dari kelompok PAD ditetapkan

secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan tahun lalu,

potensi, dan asumsi pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi serta rincian

objek penerimaan.

Pendapatan daerah untuk Tahun Anggaran 2014 setelah perubahan

anggaran dari rencana Rp1.356.261.456.616,86 realisasinya mencapai

Rp1.380.262.053.914,34 atau telah mencapai 101,77 % yang terdiri dari:

1. Pendapatan Asli Daerah

Rencana Pendapatan Asli Daerah Rp144.367.217.444,98 realisasinya

mencapai Rp166.720.096.281,22 atau 115,48 % yang berasal dari:

a. Pajak Daerah dari rencana Rp27.365.530.627,00 realisasi

Rp28.681.843.802,50,00 atau 104,81 % yang terdiri atas :

1) Pajak Hotel dari rencana Rp52.500.150,00 realisasi

Rp56.512.620,00 atau 107,64 %.

2) Pajak Restoran dari rencana Rp1.920.000.000,00 realisasi

Rp2.014.769.578,00 atau 104,94 %.

3) Pajak Hiburan dari rencana Rp.22.278.000,00 realisasi

27.041.000,00 atau 121,38 %.

4) Pajak Reklame dari rencana Rp620.000.000,00 realisasi

Rp598.671.900,00 atau 96,56 %.

5) Pajak Penerangan Jalan dari rencana Rp8.416.688.060,00 realisasi

Rp8.964.809.132,00 atau 106,51 %.

6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dari rencana

Rp599.500.000,00 realisasi Rp652.082.000,00 atau 108,77 %.

7) Pajak Parkir dari rencana Rp20.000.000,00 realisasi

Rp20.336.000,00 atau 101,68 %.

8) Pajak Air Tanah dari rencana Rp314.956.747,00 realisasi

Rp325.924.485,00 atau 103,48 %.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

281

9) Pajak Sarang Burung Walet dari rencana Rp2500.000,00 realisasi

Rp1.200.000,00 atau 48,00 %.

10) Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB) dari rencana Rp13.100.553.320,00

realisasi Rp13.219.774.303,00 atau 100,91 %.

11) BPHTB dari rencana Rp2.296.554.350,00 realisasi

Rp2.800.722.784,50 atau 121,95 %.

b. Retribusi Daerah dari rencana Rp22.262.387.703,00 realisasi

Rp25.677.645.667,00 atau 115.34 % yang terdiri atas:

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan rencana Rp2.924.672.000,00 realisasi

Rp3.220.490.950,00 atau 110,11 %.

2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan rencana

Rp362.774.100,00 realisasi Rp403.304.800,00 atau 111,17 %.

3) Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akta Catatan Sipil rencana

Rp650.000,00 realisasi Rp650.000,00 atau 100,00 %.

4) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum rencana

Rp361.837.200,00 realisasi Rp353.339.000,00 atau 97,65 %.

5) Retribusi Pelayanan Pasar dari rencana Rp1.214.396.500,00 realisasi

Rp1.217.849.750,00 atau 100,28 %.

6) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor rencana

Rp368.860.000,00 realisasi Rp484.760.000,00 atau 131,42 %.

7) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dari rencana

Rp1.030.662.277,00 realisasi Rp731.226.358,00 atau 70,95 %.

8) Retribusi Pelayanan Kesehatan pada UPT Puskeswan dari rencana

Rp,105.000.00000 realisasi Rp141.369.000,00 atau 134,64 %.

9) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah rencana Rp680.716.126,00

realisasi Rp834.665.107,00 atau 122,62 %.

10) Retribusi Tempat Pelelangan Ikan rencana

Rp450.000.000,00 realisasi Rp532.085.500,00 atau 118,24 %.

11) Retribusi Terminal rencana Rp178.302.500,00 realisasi

Rp141.390.500,00 atau 79,30 %.

12) Retribusi Tempat Khusus Parkir rencana

Rp812.400.000 00 realisasi Rp843.046.500,00 atau 103,77 %.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

282

13) Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

rencana Rp22.000.000,00 realisasi Rp12.712.500,00 atau 57,78 %.

14) Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga rencana

Rp12.161.070.000,00 realisasi Rp14.989.421.527,00 atau 123,26 %.

15) Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah rencana

Rp666.950.000,00 realisasi Rp697.482.500,00 atau 104,57 %.

16) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) rencana

Rp650.000.000,00 realisasi Rp763.960.875,00 atau 117,53 %.

17) Retribusi Izin Gangguan/Keramaian rencana Rp.250.000.000,00

realisasi Rp272.429.800,00 atau 108,57 %.

18) Retribusi Izin Trayek rencana Rp.22.097.000,00 realisasi

Rp37.461.000,00 atau 169,53 %.

c. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dari

rencana Rp7.938.941.873,00 realisasi Rp7.939.323.691,06 atau 100,00%

yang terdiri dari:

Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank:

1) Perusahaan Daerah Bank Daerah Gunungkidul rencana

Rp1.422.019.606,00 realisasi Rp1.422.019.606,00 atau 100,00 %.

2) Bank Pembangunan Daerah rencana Rp6.513.070.867,21 realisasi

Rp6.513.070.867,21 atau 100,00 %.

3) BUKP rencana Rp3.851.400,68 realisasi Rp4.233.217,85 atau

109,91%.

d. Lain-lain PAD yang Sah dengan rencana Rp86.800.357.241,09 dan

realisasi Rp104.422.393.091,66 atau 120,30 % yang terdiri dari:

1) Hasil Penjualan Aset Daerah yang tidak Dipisahkan dari rencana

Rp955.500.000,00 realisasi Rp734.825.000,00 atau 76,90%.

2) Penerimaan Jasa Giro dari rencana Rp2.100.000.000,00 realisasi Rp

2.455.795.364,00 atau 116,94%.

3) Pendapatan Bunga Deposito dari rencana Rp13.900.000.000,00

realisasi Rp16.834.805.228,43 atau 121,11%.

4) Tuntutan Ganti Kerugian Daerah rencana Rp3.317.609.023,36

realisasi Rp3.385.676.404,72 atau 102,55 %.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

283

5) Komisi Potongan dan selisih Nilai Tukar Rupiah dari rencana

Rp00,00 realisasi sebesar Rp109.050,00

6) Pendapatan Denda atas Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dari

rencana Rp00,00 realisasi Rp64.442.965.28

7) Pendapatan Denda Retribusi dari rencana Rp604.565.000,00 realisasi

Rp831.210.380,00 atau 137,49%.

8) Pendapatan Hasil Eksekusi jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan

rencana Rp00,00 realisasi Rp74.980.000,00

9) Pendapatan dari Pengembalian dari rencana Rp00,00 realisasi

Rp1.528.976.647,98

10) Pendapatan dari hasil Operasi Penegakan Perda rencana Rp0,00

realisasi Rp6.376.000,00

11) Pendapatan Bunga dari Pinjaman Penguatan Modal dari rencana

Rp35.000.000,00 realisasi Rp21.011.295,00 atau 60,03 %.

12) Pendapatan Hasil Kerjasama dengan pihak Ketiga dari rencana

Rp0,00 realisasi Rp2.992.000,00

13) Pendapatan BLUD dari rencana Rp33.009.255.000,00 realisasi

Rp45.424.924.534,00 atau 137,61 %.

14) Penerimaan Penempatan/Perpanjangan Kios dan Los dari rencana

Rp353.047.888,52 realisasi Rp435.435.175,00 atau 123,34 %.

15) Pendapatan dari pengelolaan BUKP dari rencana Rp73.960.329,21

realisasi Rp86.744.703,25 atau 117,29 %.

16) Dana Kapitasi JKN FKTP dari rencana Rp32.451.420.000,00

realisasi Rp32.534.088.344,00 atau 100,25 %.

2. Dana Perimbangan

Dari rencana penerimaan Rp933.326.957.936,00 realisasi mencapai

Rp923.974.088.292,00 atau 99,00 % yang terdiri dari:

a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak rencana Rp24.375.803.936,00

realisasi Rp30.413.649.292,00 atau 124,76 %.

b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam dari rencana

Rp2.151.998.421,00 realisasinya Rp2.266.273.630,00 atau 105,31 %.

c. Dana Alokasi Umum rencana Rp847.388.294.000,00 realisasi

Rp847.388.294.000,00 atau 100,00%.

d. Dana Alokasi Khusus rencana Rp61.562.860.000,00 realisasi

Rp46.172.145.000,00 atau 91,59 %.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

284

3. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah

Lain-lain Pendapatan yang Sah rencana Rp278.567.281.235,88 realisasi

Rp289.567.869.341,12 atau 103,95 % yang terdiri dari :

a. Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi rencana Rp.49.275.600.235,88

realisasi Rp60.256.969.641,12 atau 122,29 %.

b. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus untuk percepatan pembangunan

infrastruktur daerah dari rencana sebesar Rp198.417.239.000,00 realisasi

sebesar Rp198.741.257.700,00 atau 100,16 %.

c. Bantuan Keuangan Dari Provinsi DIY rencana Rp30.874.442.000,00

realisasi Rp30.569.642.000,00 atau 99,01 %.

D.3. BELANJA DAERAH

Belanja daerah secara keseluruhan dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten, yang terdiri

dari urusan wajib dan urusan pilihan, serta termasuk pelaksanaan urusan

keistimewaan.

Kebijakan penetapan target capaian kinerja setiap belanja berdasarkan Rencana

Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 dan berpedoman pada RPJM Daerah

Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015, baik dalam lingkup pemerintah daerah,

satuan kerja perangkat daerah (SKPD), maupun program dan kegiatan, yang bertujuan

untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan meningkatkan efektifitas

dan efisiensi penggunaan anggaran.

Belanja daerah dapat dimaknai sebagai rencana pembangunan daerah yang

terkait dengan pengadaan barang dan jasa pada tahun berkenaan. Belanja daerah

meliputi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung

merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan

program dan kegiatan, meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja

bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada pemerintahan desa, belanja bantuan keuangan

kepada pemerintahan desa, dan belanja tidak terduga.

Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung

dengan pelaksanaan program dan kegiatan dengan mempertimbangkan target kinerja,

indikator/tolok ukur kinerja, standar satuan harga, analisis standar belanja (ASB), dan

standar pelayanan minimal (SPM). Belanja langsung dikelompokkan menjadi belanja

pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

Penerimaan pendapatan yang berasal dari dana perimbangan keuangan yaitu

berupa transfer Dana Alokasi Umum (DAU) sebagian besar digunakan untuk belanja

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

285

yang mengikat dan wajib yaitu: belanja gaji pegawai dan tunjangan, sedangkan dana

perimbangan yang berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) berdasarkan pedoman harus

dimanfaatkan dalam bentuk program kegiatan yang sesuai dengan peruntukannya

sebagaimana ditetapkan dalam petunjuk teknis penggunaan dana alokasi khusus

(DAK) yang diterbitkan oleh Kementerian Teknis.

D.3.1. Kebijakan Belanja Daerah

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun

dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil

dari input yang direncanakan. Kebijakan perencanaan belanja adalah:

1. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan

yang telah ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Belanja penyelenggaraan urusan wajib dan pilihan diprioritaskan untuk

melindungi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam bentuk

peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, infrastruktur daerah dan

desa, pengelolaan sumber daya alam, pelayanan sosial, dan fasilitas umum yang

layak, pelayanan kependudukan, serta mengembangkan sistem jaminan pelayanan

kesehatan daerah.

Kebijakan belanja daerah pada APBD Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2014

secara umum diarahkan untuk:

1. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi

dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban

daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,

kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak untuk mengembangkan

sistem jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

2. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi

pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan secara terukur. Hal tersebut

bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta

memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

3. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah daerah

memberikan perhatian maksimal terhadap upaya peningkatan investasi di daerah

melalui penyertaan modal daerah dan investasi non permanen.

4. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas

pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam

rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawabnya.

Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja

Perangkat Daerah harus SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

286

Timeable) yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

5. Penggunaan dana perimbangan diprioritaskan untuk kebutuhan sebagai berikut :

a. Dana Alokasi Umum ditujukan untuk mendanai kebutuhan belanja pegawai

negeri sipil daerah dan urusan wajib dalam rangka peningkatan pelayanan

dasar dan pelayanan umum;

b. Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai

kebutuhan investasi fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan

daerah antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatan, pertanian,

pekerjaan umum, perdagangan, keluarga berencana, lingkungan hidup,

kehutanan, kelautan dan perikanan, sarana dan prasarana pemerintah daerah,

transparasi pedesaan, dan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang

ditetapkan oleh menteri teknis terkait sesuai dengan peraturan perundang-

undangan;

c. Dana Bagi Hasil (DBH) Cukai tembakau yang digunakan untuk peningkatan

kualitas bahan baku, sosialisasi ketentuan dibidang cukai, dan pembinaan

lingkungan sosial.

6. Pemerintah Daerah menyediakan dana pendamping/cost sharing pada

program/kegiatan yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah DIY

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain untuk

program yang bersumber dana dari Dana Alokasi Khusus (DAK) pendamping

fisik konstruksi minimal 10 (sepuluh) persen untuk DAK, Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, Jaminan Kesehatan Semesta

(JAMKESTA), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pembayaran Honorarium

GTT/PTT, trilateral desk, serta mendukung kelancaran Pemilu 2014.

7. Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak

daerah yang harus dilaksanakan paling lambat pada tahun 2014.

8. Alokasi Dana Desa (ADD) dan bantuan keuangan serta bagi hasil kepada

pemerintahan desa.

Kebijakan alokasi belanja langsung dalam APBD mengutamakan pendanaan terhadap

urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang

dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya

dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas

pelayanan publik.

Program dan kegiatan prioritas pembangunan disusun sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi SKPD dan mempedomani Standar Pelayanan Minimal (SPM). Implementasi

SPM secara bertahap tersebut meliputi 15 (lima belas) jenis SPM sebagaimana diatur

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

287

pada PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar

Pelayanan Minimal (SPM).

Bidang pendidikan mendapatkan alokasi belanja memenuhi ketentuan sekurang-

kurangnya 20 (dua puluh) persen dari belanja daerah. Dalam rangka peningkatan akses

dan pelayanan bidang kesehatan, direncanakan dialokasikan anggaran urusan

kesehatan minimal 10 (sepuluh) persen dari total belanja APBD di luar gaji. Alokasi

belanja diupayakan dapat mendorong dan memberikan stimulasi bantuan kepada

masyarakat dan swasta untuk berperan serta dalam pembangunan disamping adanya

ketentuan yang mewajibkan 30% dari belanja langsung berupa belanja modal dalam

pengertian bahwa dalam penganggarannya mendasarkan pada ketentuan bahwa alokasi

belanja modal tersebut juga meliputi jenis belanja barang modal yang akan diserahkan

atau dihibahkan kepada masyarakat dan tidak semata-mata hanya yang tercantum pada

rekening belanja modal saja.

Kebijakan Belanja Tidak Langsung meliputi :

1. Belanja Pegawai

Kebijakan belanja pegawai digunakan untuk membiayai belanja gaji PNS dan rencana

kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD sebesar 6 (enam) persen dan pemberian gaji

ketiga belas, penyediaan cadangan accres gaji pegawai sebesar 1 (satu) persen dari

jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan, kenaikan pangkat, tunjangan

keluarga dan mutasi pegawai. Disamping itu juga untuk pembayaran gaji DPRD,

Tunjangan Komunikasi Intensif (TKI), gaji Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,

penyesuaian tambahan penghasilan bagi PNSD (TPP), serta pemberian insentif

pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

2. Belanja Bunga

Kebijakan belanja bunga digunakan untuk membayar atau memenuhi kewajiban

pembayaran bunga pinjaman pemerintah daerah. Saat ini pinjaman pemerintah daerah

adalah dari LOAN Asian Development Bank (ADB) untuk proyek air bersih dengan

jangka waktu pinjaman selama 20 (dua puluh) tahun dan akan berakhir atau lunas pada

tahun 2016.

3. Belanja Hibah

Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan hibah kepada pemerintah, masyarakat

atau kelompok masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan lainnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan secara spesifik telah ditentukan

peruntukannya serta diberikan secara selektif dengan mempertimbangkan kemampuan

keuangan daerah, rasionalitas serta ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

Belanja hibah pada dasarnya bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara

terus menerus dan penggunaannya harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

dalam naskah perjanjian hibah daerah. Pengertian hibah tidak mengikat/tidak secara

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

288

terus menerus diartikan bahwa pemberian hibah tersebut ada batas akhirnya tergantung

pada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam

menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan mempertimbangkan asas

manfaat, keadilan, dan kepatutan, mulai dari landasan pertimbangan pemberian,

penggunaan sampai pengawasannya.

4. Belanja Bantuan Sosial

Belanja bantuan sosial diberikan kepada kelompok/anggota masyarakat dan bersifat

selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat artinya bahwa pemberian bantuan tersebut

tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran, serta memiliki kejelasan

peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah,

asas manfaat, keadilan, kepatutan, transparan, akuntabilitas, dan kepentingan

masyarakat luas. Sebagaimana diatur pada Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, bantuan sosial terdiri dari bantuan sosial kepada

individu dan/atau keluarga yang direncanakan dan yang tidak dapat direncanakan

sebelumnya. Bantuan sosial yang direncanakan dialokasikan kepada individu/atau

keluarga yang sudah jelas nama, alamat penerima, dan besarannya pada saat

penyusunan APBD. Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya

dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada

saat penyusunan APBD yang apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan

resiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan.

Kebijakan belanja bantuan sosial pada tahun 2014 dialokasikan untuk meningkatkan

pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di bidang penanggulangan

kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, beasiswa pendidikan, sosial dan penyandang

cacat, santunan korban bencana, santunan bagi rumah tangga miskin yang keluarganya

meninggal, dan keagamaan.

5. Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa

Belanja bagi hasil kepada pemerintahan desa digunakan untuk untuk mendukung

peningkatan kapasitas keuangan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa

sesuai ketentuan peraturan perundangan, berasal dari bagi hasil penerimaan PBB serta

bagi hasil pajak dan retribusi daerah dari provinsi dan kabupaten. Adapun besarannya

memperhitungkan rencana target pendapatan pajak dan retribusi daerah pada Tahun

Anggaran 2014, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2013 yang belum

direalisasikan kepada Pemerintah Desa dianggarkan dalam Perubahan APBD Tahun

Anggaran 2014.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

289

6. Bantuan keuangan kepada Partai Politik dianggarkan pada jenis belanja bantuan

keuangan, objek belanja bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian objek

belanja nama partai politik penerima bantuan keuangan dengan berpedoman pada

peraturan perundang-undangan. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri dalam

Negeri Nomor 74 Tahun 2013 maka belanja bantuan keuangan kepada partai politik

diarahkan pada tujuan pendidikan politik masyarakat.

7. Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa

Kebijakan belanja bantuan keuangan kepada pemerintahan desa didasarkan pada

pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal antar desa mendasarkan kemampuan

keuangan daerah. Belanja bantuan keuangan kepada pemerintahan desa digunakan

untuk meningkatkan kemampuan keuangan desa dalam rangka menunjang pelaksanaan

tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan desa, kesejahteraan kepala desa, dan

perangkat desa, pembangunan desa untuk percepatan/akselerasi pembangunan desa,

serta pemberdayaan lembaga dan masyarakat desa, yang meliputi:

a. Alokasi Dana Desa (ADD) yang pembagian untuk setiap desa ditetapkan secara

merata dan proporsional dengan keputusan kepala daerah, sesuai Pasal 68 dan

penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

b. Bantuan pelantikan kepala desa dan perangkat desa.

c. Bantuan untuk pemberian penghasilan tetap bagi kepala desa dan perangkat desa.

d. Bantuan untuk pemilihan kepala desa dan pengisian perangkat desa.

e. Bantuan untuk pemberian uang duka bagi kepala desa dan perangkat desa yang

meninggal dunia.

f. Bantuan keuangan yang berasal dari APBD Pemda DIY untuk pemberdayaan

masyarakat desa.

8. Belanja Tidak Terduga

Kebijakan penetapan anggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan

mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2013 dan kemungkinan adanya

kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, berada di luar

kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Anggaran belanja tidak terduga dianggarkan

untuk mendanai kegiatan yang bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas

pemerintah daerah, sifatnya tidak biasa atau yang diperkirakan tidak terjadi berulang,

tidak dapat diprediksi, memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam

rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat, serta tidak biasa/tanggap

darurat, yang mendesak untuk dilaksanakan, dan belum teranggarkan dalam program

kegiatan yaitu: kebutuhan tanggap darurat bencana, untuk penanganan bencana alam,

bencana sosial, penanganan gangguan keamanan, yang tidak tertampung dalam bentuk

program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2014, pengembalian atas kelebihan

penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup dengan disertai bukti

yang sah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

290

D.3.1.1. Kebijakan Belanja Daerah Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah

Pada Tahun Anggaran 2014, kebijakan belanja daerah secara umum diarahkan dapat

mendukung tema dan prioritas pembangunan daerah yang dirinci pada berbagai bidang

urusan kewenangan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan yang diwujudkan

dalam bentuk peningkatan kualitas dan akses pelayanan pendidikan, kesehatan,

peningkatan industri kecil dan menengah, peningkatan usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM), pengembangan fasilitasi investasi industri, dan pariwisata,

kebudayaan, pengembangan dunia usaha, pelayanan sosial, infrastruktur daerah, dan

fasilitas umum yang layak, peningkatan sarana perdagangan, serta reformasi birokrasi

dan tata kelola serta pelayanan publik.

D.3.1.2. Kebijakan Belanja Daerah Berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD)

Penentuan besaran pagu indikatif untuk masing-masing SKPD disusun berdasarkan

pada tugas dan fungsi SKPD yang dijabarkan dalam pelaksanaan program dan

kegiatan sesuai prioritas program kegiatan pembangunan daerah Tahun 2014 serta

menjabarkan sasaran RPJM Daerah Tahun 2010-2015. Besaran pagu indikatif Tahun

Anggaran 2014 untuk masing-masing SKPD adalah sebagai berikut:

Tabel 3.51.

PROYEKSI BELANJA LANGSUNG MENURUT SKPD

TAHUN ANGGARAN 2014

NO. SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

JUMLAH PAGU

INDIKATIF T.A.

2014 (Rp)

1. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga 91.746.612.700,00

2. Dinas Kesehatan 34.999.433.000,00

3. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari 23.770.402.266,00

4. Dinas Pekerjaan Umum 71.273.722.000,00

5. BAPPEDA 3.625.247.000,00

6. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika 5.825.000.000,00

7. Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan 2.150.000.000,00

8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 3.680.000.000,00

9. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi 9.399.518.000,00

10. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Energi

Sumber Daya Mineral

4.644.416.000,00

11. Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan 6.500.000.000,00

12. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik 1.058.500.000,00

13. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 1.157.100.000,00

14. Satuan Polisi Pamong Praja 1.906.700.000,00

15. Sekretariat Daerah 18.355.325.000,00

16. Sekretariat DPRD 18.178.087.000,00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

291

NO. SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

JUMLAH PAGU

INDIKATIF T.A.

2014 (Rp)

17. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset

Daerah

15.769.759.300,00

18. Inspektorat Daerah 1.450.837.000,00

19. Kecamatan Wonosari 345.000.000,00

20. Kecamatan Paliyan 335.000.000,00

21 Kecamatan Panggang 335.610.000,00

22. Kecamatan Tepus 333.700.000,00

23. Kecamatan Rongkop 327.810.000,00

24. Kecamatan Semanu 329.425.000,00

25. Kecamatan Ponjong 306.775.000,00

26. Kecamatan Karangmojo 264.850.000,00

27. Kecamatan Playen 264.390.000,00

28. Kecamatan Nglipar 264.500.000,00

29. Kecamatan Ngawen 264.150.000,00

30. Kecamatan Semin 263.300.000,00

31. Kecamatan Patuk 325.024.000,00

32. Kecamatan Saptosari 334.720.000,00

33. Kecamatan Gedangsari 354.700.000.00

34. Kecamatan Girisubo 354.550.000,00

35. Kecamatan Tanjungsari 334.405.000,00

36. Kecamatan Purwosari 339.920.000,00

37. Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu 660.000.000,00

38. Badan Kepegawaian Daerah 6.170.265.000,00

39. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan

Keluarga Berencana

12.539.497.000,00

40. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah 1.100.000.000,00

41. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura 8.500.000.000,00

42. Dinas Peternakan 2.600.000.000,00

43. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan 3.208.800.000,00

44. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 4.498.643.700,00

45. Dinas Kelautan dan Perikanan 5.525.525.000,00

46. Kantor Pengelolaan Pasar 4.000.000.000,00

JUMLAH 369.971.218.966,00

Sumber: DPPKAD Kabupaten Gunungkidul 2014

Belanja Daerah setelah perubahan anggaran dari rencana sebesar

Rp1.492.754.893.762,03 realisasinya sebesar Rp1.267.018.277.809,81 atau 84,88 %

yang terdiri dari:

a. Belanja Tidak Langsung dari anggaran Rp990.136.985.280,03 realisasi sebesar

Rp874.421.389.657,00 atau 88,31 % terdiri dari :

1) Belanja Pegawai dari anggaran Rp862.434.002.748,02 realisasi

Rp796.210.751.797,00 atau 92,32 %.

2) Belanja Bunga dari anggaran Rp18.580.000,00 realisasi Rp18.577.205,00 atau

99,98 %.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

292

3) Belanja Hibah dari anggaran Rp7.032.420.000,00 realisasi

Rp6.847.920.000,00 atau 97,38 %.

4) Belanja Bantuan Sosial dari anggaran Rp13.410.000.000,00 realisasi

Rp13.212.500.000,00 atau 98,53 %.

5) Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintahan Desa dari anggaran

Rp5.487.262.223.30,00 realisasi Rp5.484.747.012,00 atau 99,95 %.

6) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah

Desa dan Partai Politik dari anggaran Rp.55.132.404.000,00 realisasi

Rp52.289.556.643,00 atau 94,84 %.

7) Belanja Tidak Terduga dari anggaran Rp46.622.316.308.71 realisasi

Rp357.337.000,00 atau 0,77 %.

b. Belanja Langsung dari anggaran Rp502.617.908.482,00 realisasi sebesar

Rp392.596.888.152,81 atau 78,11 % terdiri dari:

1) Belanja Pegawai dari anggaran Rp48.247.755.012,00 realisasi

Rp40.542.034.325,00 atau 84,03 %.

2) Belanja Barang dan Jasa dari anggaran Rp267.312.992.291,00 realisasi

Rp224.765.132.337,00 atau 84,08 %.

3) Belanja Modal dari anggaran Rp187.057.661.179,00 realisasi

Rp127.289.721.490,61 atau 68,05 %.

Rincian Belanja Langsung per SKPD dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 3.57.

Rincian Belanja Langsung per SKPD Tahun 2014

No Urusan/SKPD Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)

Urusan Wajib

1 Dinas Pendidikan,

Pemuda, dan Olahraga 116.330.802.900,00 59.952.600.568,00 56.378.202.332,00

2 Dinas Kesehatan 64.664.663.461,00 46.362.523.611,00 18.302.139.850,00

3 RSUD Wonosari 39.288.157.000,00 35.948.154.921,00 3.340.002.079,00

4 Dinas Pekerjaan Umum 73.416.423.072,00 69.639.375.278,14 3.777.047.793,86

5 Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah 4.368.912.000,00 4.220.839.964,00 148.072.036,00

6 Dinas Perhubungan,

Komunikasi, dan

Informatika

7.361.569.000,00 6.527.119.970,00 834.449.030,00

7 Kantor Pengendalian

Dampak Lingkungan 2.242.623.500,00 2.212.637.213,00 29.986.287,00

8 Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil 4.295.337.160,00 3.628.400.429,00 666.936.731,00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

293

No Urusan/SKPD Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)

9 Dinas Sosial, Tenaga

Kerja, dan Transmigrasi 9.648.060.000,00 9.049.810.246,00 598.249.754,00

10 Dinas Perindustrian,

Perdagangan, Koperasi,

dan ESDM

8.067.622.500,00 7.143.522.016,00 924.100.484,00

11 Dinas Kebudayaan dan

Kepariwisataan 8.856.246.000,00 8.070.873.171,00 785.372.829,00

12 Kantor Kesbang Pol 1.309.995.000,00 1.055.680.905,00 254.314.095,00

13 BPBD 1.300.151.500,00 1.111.175.528,00 188.975.972,00

14 Satpol PP 5.509.062.500,00 4.598.015.061,00 911.047.439,00

15 DPRD 0,00 0,00 0,00

16 Kepala daerah dan Wakil 0,00 0,00 0,00

17 Sekretariat Daerah 34.631.648.000,00 31.660.916.225,00 2.970.731.775,00

18 Sekretariat DPRD 16.345.499.500,00 13.371.383.280,00 2.974.116.220,00

19 DPPKAD 31.132.475.749,00 27.540.432.576,00 3.592.043.173,00

20 Inspektorat Daerah 1.623.437.500,00 1.348.073.396,00 275.364.104,00

21 Kecamatan Wonosari 442.812.500,00 394.646.892,00 48.165.608,00

22 Kecamatan Paliyan 369.938.000,00 340.445.089,00 29.492.911,00

23 Kecamatan Panggang 399.179.500,00 385.548.999,00 13.630.501,00

24 Kecamatan Tepus 383.718.500,00 359.820.407,00 23.898.093,00

25 Kecamatan Rongkop 389.790.000,00 384.834.475,00 4.955.525,00

26 Kecamatan Semanu 448.805.000,00 443.006.206,00 5.798.794,00

27 Kecamatan Ponjong 386.312.500,00 369.158.592,00 17.153.908,00

28 Kecamatan Karangmojo 364.855.000,00 359.332.091,00 5.522.909,00

29 Kecamatan Playen 334.780.000,00 330.345.501,00 4.434.499,00

30 Kecamatan Nglipar 314.147.500,00 308.720.479,00 5.427.021,00

31 Kecamatan Ngawen 342.394.000,00 337.436.049,00 4.957.951,00

32 Kecamatan Semin 333.245.000,00 327.743.266,00 5.501.734,00

33 Kecamatan Patuk 417.136.500,00 359.755.023,00 57.381.477,00

34 Kecamatan Saptosari 380.490.000,00 372.492.550,00 7.997.450,00

35 Kecamatan Gedangsari 450.735.000,00 437.153.237,00 13.581.763,00

36 Kecamatan Girisubo 399.879.000,00 380.243.998,00 19.635.002,00

37 Kecamatan Tanjungsari 442.239.000,00 393.508.625,00 48.730.375,00

38 Kecamatan Purwosari 412.202.000,00 392.094.000,00 20.108.000,00

39 KPMPT 708.996.500,00 647.778.766,00 61.217.734,00

40 Badan Kepegawaian

Daerah 4.583.705.090,00 2.996.260.087,00 1.587.445.003,00

41 Badan Pelaksana

Penyuluhan dan

Ketahanan Pangan

4.067.474.000,00 3.961.629.224,00 105.844.776,00

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

294

No Urusan/SKPD Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)

42 Badan Pemberdayaan

Masyarakat, Perempuan,

dan KB

21.925.834.600 14.133.373.074,00 7.792.461.526,00

43 Kantor Perpustakaan dan

Arsip Daerah 1.555.563.500,00 1.481.012.444,00 74.551.056,00

Urusan Pilihan

44 Dinas Tanaman Pangan

dan Hortikultura 8.671.599.250,00 7.823.137.184,67 848.462.065,33

45 Dinas Peternakan 4.124.887.500,00 3.904.919.022,00 219.968.478,00

46 Dinas Kehutanan dan

Perkebunan 5.321.583.700,00 5.203.697.947,00 117.885.753,00

47 Dinas Kelautan dan

Perikanan 8.158.663.000,00 7.080.261.065,00 1.078.401.935,00

48 Kantor Pengelolaan Pasar 6.094.256.000,00 5.246.999.502,00 847.256.498,00

JUMLAH 502.617.908.482,00 392.596.888.152,81 76.318.046.733,00

Sumber: DPPKAD Kabupaten Gunungkidul

Hasil pengukuran penggunaan biaya untuk mencapai sasaran strategis tahun 2014

sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2014, untuk mencapai 23 sasaran strategis

dianggarkan sebesar Rp309.242.425.897.00 dan terealisasi sebesar Rp228.363.439.229.00

atau 73,85%. Adapun anggaran dan penggunaan dana untuk masing-masing sasaran strategis

terdapat dalam tabel 3.58.

Tabel 3.58.

Target dan Realisasi Anggaran Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2014

No Sasaran Strategis Anggaran

(Rp)

Realisasi

Anggaran (Rp)

%

Anggaran

1 Sentra produksi memiliki infrastruktur

air dan sanitasi yang handal

14.685.788.600,00 14.299.126.075,00 97,37

2 Kawasan permukiman memiliki

infrastruktur air yang handal

781.500.000,00 778.226.000,00 99,58

3 Sentra produksi memiliki infrastruktur

transportasi, energi, air,

telekomunikasi, dan sanitasi yang

handal

52.123.626.872,00 49.314.875.675,00 94,61

4 Kawasan permukiman memiliki

infrastruktur dasar transportasi, energi,

air, telekomunikasi, dan sanitasi

41.508.932.972,00 33.326.502.238,00 80,29

5 Peningkatan daya dukung dan

produktivitas Pantai Sadeng sebagai

kawasan minapolitan untuk memacu

pengembangan kawasan Pantai Selatan

1.532.180.000,00 1.046.419.000,00 68,30

6 Seluruh potensi sumber daya alam 6.450.644.500,00 5.434.574.290,00 84,25

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

295

No Sasaran Strategis Anggaran

(Rp)

Realisasi

Anggaran (Rp)

%

Anggaran

dipetakan dan dipromosikan secara

tepat sasaran dengan data yang akurat

untuk mendorong investasi

7 Setiap kecamatan memiliki komoditas

unggulan yang dikelola secara lestari

dengan menerapkan teknologi

produksi dan pengolahan yang tepat

guna

9.064.685.500,00 7.035.663.115,00 77,62

8 Setiap kecamatan memiliki Unit

Pelayanan Bisnis dan lembaga

pembiayaan yang mampu

memfasilitasi pengembangan

komoditas unggulan

2.180.177.380,00 1.924.453.330,00 88,27

9 Setiap kecamatan memiliki pasar yang

mampu menjamin ketersediaan

kebutuhan pokok dan sarana produksi

serta penjualan komoditas di

wilayahnya

6.459.473.000,00 5.524.862.050,00 85,53

10 Kabupaten Gunungkidul mencapai

ketahanan pangan

1.360.660.000,00 969.803.900,00 71,27

11 Kabupaten Gunungkidul menjadi

destinasi wisata unggulan dengan

infrastruktur yang handal

9.128.027.000,00 8.680.134.600,00 95,09

12 Pengembangan wisata budaya berbasis

pemberdayaan masyarakat

966.232.500,00 778.170.000,00 80,54

13 Seluruh potensi sumber daya alam

dipetakan dan dipromosikan secara

tepat sasaran dengan data yang akurat

untuk mendorong investasi

497.430.000,00 450.333.700,00 90,53

14 Anak Usia Dini terlayani PAUD 5.288.233.500,00 5.092.175.868,00 96,29

15 Pendidikan Dasar, Menengah dan

Anak usia sekolah lulus SLTA dan

memiliki keterampilan Bahasa Inggris,

komputer, agrobisnis, dan

kewirausahaan

78.101.070.300,00 27.572.588.226,00 35,30

16 Angkatan kerja menjadi pekerja

profesional atau wirausaha yang peduli

memajukan daerahnya

3.549.838.000,00 3.336.925.800,00 94,00

17 Rumah sakit, puskesmas, dan

jaringannya memenuhi standar mutu

serta mampu menjangkau/dijangkau

oleh masyarakat di wilayahnya

42.031.416.723,00 34.974.564.325,00 83,21

18 Keluarga sadar gizi, berperilaku hidup

bersih sehat, dan menerapkan norma

keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera

3.921.084.100,00 3.740.070.530,00 95,38

19 Pemuda pemudi Gunungkidul meraih

prestasi regional, nasional, dan

internasional

5.249.432.000,00 4.640.091.300,00 88,39

20 Seluruh SKPD dan pemerintahan desa

memiliki aparatur yang kompeten

sesuai kebutuhan serta menerapkan

akuntabilitas kinerja dan bebas KKN

4.198.450.000,00 2.586.703.000,00 61,61

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

296

No Sasaran Strategis Anggaran

(Rp)

Realisasi

Anggaran (Rp)

%

Anggaran

21 Seluruh perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian dan pelaporan

dilaksanakan secara tepat waktu dan

terintegrasi dengan data yang akurat

9.669.228.000,00 7.990.598.424,00 82,64

22 Pelayanan publik dilaksanakan sesuai

standar pelayanan prima serta

menciptakan iklim usaha yang

kondusif

589.702.500,00 544.712.925,00 92,37

23 Masyarakat memperoleh perlindungan

dan kepastian hukum dalam

melaksanakan kegiatannya secara

tertib dan damai

9.904.612.450,00 8.321.864.858,00 84,02

Jumlah 309.242.425.897,00 228.363.439.229,00 73,85

D.4. Kebijakan Pembiayaan Daerah

Penerimaan Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran

yang bersangkutan maupun tahun anggaran sebelumnya. Kebijakan pembiayaan

daerah Tahun Anggaran 2014 digunakan untuk menutup defisit anggaran yang terjadi

dan untuk memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan netto merupakan selisih

lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan netto

harus dapat menutup defisit anggaran sebagaimana diamanatkan pada Pasal 28 ayat

(5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 61 ayat (2) Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah. Jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup defisit anggaran.

Pembiayaan daerah direncanakan dengan asumsi sebesar Rp13.930.673.090,00 yang

terdiri dari Penerimaan Pembiayaan sebesar Rp21.400.000.000,00 dan Pengeluaran

Pembiayaan sebesar Rp7.469.326.910,00

D.4.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan

Kebijakan Pengeluaran pembiayaan digunakan untuk menampung penerimaan yang

berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA), serta

penerimaan kembali pemberian pinjaman/dana bergulir. Kebijakan penerimaan

pembiayaan Tahun Anggaran 2014 direncanakan Rp21.400.000.000,00 yang berasal

dari estimasi sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA APBD

Tahun Anggaran 2013) Rp20.000.000.000,00 dan penerimaan kembali pemberian

pinjaman sebesar Rp1.400.000.000,00.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014

297

D.4.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan

Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah direncanakan untuk

pemberdayaan masyarakat melalui investasi jangka panjang permanen maupun non

permanen. Investasi non permanen dipergunakan untuk pemberian penguatan modal

atau dana bergulir pada kelompok peternak melalui program penguatan modal

peternak sapi sebesar Rp1.400.000.000,00, sedangkan investasi permanen untuk

penyertaan modal pada Bank BPD DIY, dan BPR Bank Daerah Gunungkidul (BDG)

sebesar Rp6.000.000.000,00, serta untuk pembayaran pokok utang LOAN ADB

sebesar Rp69.326.910,00. Penyertaan modal pada BUMD dilakukan untuk

memperkuat struktur permodalan, meningkatkan akses pembiayaan bagi Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sehingga BUMD dimaksud dapat lebih

berkompetisi, tumbuh, dan berkembang.

Kebijakan pembiayaan diarahkan untuk menutup defisit anggaran atau

memanfaatkan surplus dalam bentuk penerimaan atau pengeluaran daerah.

Pembiayaan daerah juga dimanfaatkan untuk penyertaan modal dan pembayaran

utang. Pembiayaan daerah setelah perubahan anggaran dari rencana sebesar

Rp136.493.437.145,17 realisasinya sebesar Rp136.583.817.924,17 atau 100,07%.

Pembiayaan daerah terdiri dari:

a. Penerimaan Pembiayaan setelah perubahan APBD, dari rencana

Rp160.572.764.055,17 realisasi Rp160.662.055.760,17 atau 100,06 %, yang

terdiri:

1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)

dari rencana Rp159.572.764.055,17 realisasi Rp159.572.764.055,17 atau

100%.

2) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman dari rencana Rp1.000.000.000,00

realisasi Rp1.089.291.705,00 atau 108,93%.

b. Pengeluaran Pembiayaan dari rencana Rp24.079.326.910,00 realisasi

Rp24.078.237.836,00 atau 99,99 %, yang terdiri dari:

1) Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah dari anggaran

Rp23.000.000.000,00 realisasi Rp23.000.000.000,00 atau 100%.

2) Pembayaran Pokok Utang dari anggaran Rp79.326.910,00 realisasi

Rp78.237.836,00 atau 98,63 %.

3) Pemberian Pinjaman Daerah dari anggaran Rp1.000.000.000,00 realisasi

Rp1.000.000.000,00 atau 100,00 %.

c. Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp249.827.594.028,70