Upload
lydien
View
224
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL
RADIO SWASTA DAN PELESTARIAN SENI BUDAYA DAERAH
(Peran Radio 92,5 Swara Slenk FM Dalam Melestarikan Seni Karawitan di
Surakarta)
Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Diajukan Oleh:
Triana Yulianti Sucipto
D 0212100
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
RADIO SWASTA DAN PELESTARIAN SENI BUDAYA DAERAH
(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Radio 92,5 Swara Slenk FM
Dalam Pelestarian Seni Karawitan di Surakarta)
Triana Yulianti Sucipto
Sofiah
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
AbstractAs time progresses, broadcast radio tecnology is lagging behind new discoveries, such as television. But even so, not necesarily make the radio left by the listener. New discoveries such as the internet also create a new trend in the world of radio broadcasting. As a mass media, broadcast radio has a function as a distributor of cultural values from one generation, to the next generation. Radio Swara Slenk FM was founded by a pupeteer named Ki Warseno Slenk, has a vision and mision to preserve local arts, especialy local arts of Java.
According to Djuarsa Sendjaja et al. (Morissan, 2009), in general the study of mass communication discusses two main points, namely: (1) mass communication studies that see the role of mass media to the wider community and its institutions; And (2) mass communication studies that see the relationship between the media and its audiences, both group and individual. This study aims to describe the role of Radio Swara Slenk FM in preserving the art of karawitan.The conclusion of this research is, Radio Swara Slenk FM able to run its role as mass media in preserving artistry of karawitan in Surakarta. The role is apparent in terms of making music programs that are able to entertain karawitan and educate the public. In addition, there is also a race macapat elementary school as Surakarta, to also introduce the art of karawitan to children from an early age. In certain occasions, Radio Swara Slenk FM also invites listeners to participate directly in the musical program karawitan, so it can stimulate public awareness to participate preserve the art of karawitan and introduce the art of karawitan more broadly.
Keywords : The Role of Mass Media, Local Arts Preservation, Radio Swara Slenk FM.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali macam
kebudayaan. Dengan berbagai karaketeristik yang berbeda, kebudayaan tersebut
mampu menjadi identitas bagi masing-masing daerah di Indonesia. Budaya-
budaya lokal tersebut juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan
domestik dan mancanegara. Namun sayangnya, semakin berkembangnya
teknologi dan maraknya arus globalisasi, kebudayaan lokal perlahan mulai
tergerus dan tergeser oleh budaya Barat yang mulai merasuki jiwa-jiwa generasi
muda saat ini.
Menurut Sri Handayani, Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang (UNNES) dalam wawancara untuk Kompas.com, saat ini banyak anak-
anak muda kurang mengenal kesenian tradisional seperti karawitan, gamelan, dan
juga wayang baik itu wayang kulit, wayang orang, maupun wayang golek, mereka
(anak muda) lebih senang dengan kesenian dan tradisi dari luar yang tidak jelas
benar dari mana asalnya (Kompas, diakses pada Rabu, 25 Januari 2017 pukul
13.35 WIB). Kesenian tradisional tersebut semakin tergeser oleh budaya pop
khas Barat yang dianggap lebih menarik dan modern bagi kalangan muda zaman
sekarang. Padahal, bukan tidak mungkin budaya yang digandrungi anak muda itu
sama sekali tidak memiliki nilai positif.
Menurut Djuarsa Sendjaja dkk. (Morissan, 2009), secara umum studi
komunikasi massa membahas dua hal pokok, yakni: (1) studi komunikasi massa
yang melihat peran media massa terhadap masyarakat luas beserta institusi-
institusinya; dan (2) studi komunikasi massa yang melihat hubungan antara media
dengan audiennya, baik secara kelompok maupun individual. Untuk itu, peran
Radio Swara Slenk FM dalam melestarikan seni Karawitan menjadi perlu untuk
dievaluasi lebih lanjut dan menjadi salah satu bahan kajian dalam penelitian studi
komunikasi massa. Kemampuan media penyiaran, dalam hal ini radio, dalam
menyampaikan pesan kepada masyarakat luas menjadikan radio sebagai objek
penelitian yang penting, terutama dalam ilmu komunikasi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
Bagaimana peran serta Radio 92.5 Swara Slenk FM dalam melestarikan seni
Karawitan di Surakarta?
Kajian Teori
1. Radio Sebagai Media Komunikasi Massa
Harold Lasswell mendefinisikan komunikasi dengan pernyataan who
says what in which channel to whom with what effect? (Deddy Mulyana,
2000). Dari pernyataan Lasswell dapat dirumuskan unsur komunikasi sebagai
berikut:
1. Komunikator (communicator, source, sender)
2. Pesan (massage)
3. Media (media, channel)
4. Komunikan (communican, receiver, recipient)
5. Efek (effect, impact, influence)
Dari pendapat Lasswell tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan
melalui suatu media tertentu sehingga menimbulkan efek kepada komunikan.
Media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dapat melalui berbagai
macam, salah satunya adalah media massa. Komunikasi yang menggunakan
media massa sebagai perantara penyampaian pesan disebut komunikasi
massa.
Radio sebagai media komunikasi massa merupakan sebuah kegiatan
penyampaian pesan dari komunikator, kepada komunikan melalui media
massa yakni radio. Perbedaan mendasar antara radio dan televisi adalah radio
sifatnya auditif, sedankan televisi sifatnya audio-visual, oleh karenanya,
penyampaian pesan melalui radio siaran hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan bahasa lisan (Onong Uchjana Effendy, 1978). Karena
karakteristik audien radio yang hanya ingin mendengarkan sesuatu yang
ringan-ringan saja, maka acara yang disiarkan oleh radio cenderung santai
dan penyajiannya akan dibuat semenarik mungkin agar khalayaknya tidak
cepat jenuh. Terlebih lagi khalayak radio cenderung selektif dan mudah
berpaling.
2. Radio Swasta
Radio lahir dari kebutuhan informasi publik. Dalam hal ini radio
memiliki beban tuntutan publik sebagai saluran informasi dalam hubungan
sosial, yang lebih kecenderungan memperkembangkan dan memajukan
kebudayaan (Fred Wibowo, 2012). Informasi, pendidikan, dan hiburan
merupakan tiga muatan utama dari radio siaran dalam fungsinya sebagai
media massa yang berada dalam ranah publik dan dengan demikian menjadi
institusi masyarakat (Fred Wibowo, 2012). Kehadiran radio sebagai institusi
masyarakat, membawa kewajiban radio sebagai medium penyebar informasi
yang diperlukan oleh masyarakat dalam berkomunikasi. Oleh karenanya,
Radio Siaran di tengah masyarakat ada dalam rangka pelayanan informasi
(Fred Wibowo, 2012).
Dalam modal pendiriannya, Stasiun Penyiaran Swasta didirikan dengan
modal awal yang seluruhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia dan/ atau
badan hukum Indonesia berupa perseroan terbatas (PT). Sumber pembiayaan
radio swasta diperoleh melalui iklan, dan usaha lain yang sah dan terkait
dengan penyelenggaraan penyiaran (Harliantara Harley Prayudha & Andy
Rustam, 2013).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2005 mengenai
Penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Swasta, dalam hal stasiun radio, maka
pemusatan kepemilikan dan penguasaan stasiun radio swasta oleh satu orang
atau satu badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa
wilayah siaran di seluruh Indonesia dibatasi sebagai berikut:
1. Satu badan hukum hanya boleh memiliki satu izin penyelenggaraan
radio.
2. Paling banyak memiliki saham sebesar 100% pada badan hukum ke
satu sampai dengan ketujuh.
3. Paling banyak memiliki saham sebesar 49% pada badan hukum ke
delapan sampai dengan keempat belas.
4. Paling banyak memiliki saham sebesar 20% pada badan hukum kelima
belas sampai dengan kedua puluh satu.
5. Paling banyak memiliki saham sebesar 5% pada badan hukum kedua
puluh dua dan seterusnya.
3. Program Acara Radio
Menurut Masduki, istilah program di radio dapat dianalogikan sebagai
barang (goods) atau pelayanan (services) (Masduki, 2005). Lebih lanjut
dijelaskan menurut John R. Bittner bahwa program atau kerap disebut pula
dengan istilah acara adalah barang yang dibutuhkan orang sehingga mereka
bersedia mendengarnya. Dalam menyusun program acara di radio tidak bisa
dilakukan dengan sembarangan. Standar yang sangat mendasar dalam strategi
memprogram acara radio adalah (Harliantara Harley Prayudha & Andy
Rustam, 2013):
1. Rumuskan target-target penyiaran, baik dalam pendekatan meraih
pendengar semaksimal mungkin sesuai pilihan segmentasi, serta
pertimbangan memperoleh keuntungan finansial melalui target
periklanan.
2. Pemahaman apa yang dimiliki penyusun program siaran tentang
karakteristik medium radio, terutama yang berkaitan dengan kekuatan
radio maupun kelemahannya.
3. Penempatan waktu peyiaran yang dianggap tepat, berhubungan dengan
kesempatan dan kebiasaan target pendengar mendengarkan siaran radio.
4. Format dan bentuk siaran seperti apa yang menjadi kesukaan target
pendengar. Perumusannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Keseimbangan tujuan menghibur dan menginformasikan.
b. Keseimbangan antara musik dan siaran kata.
c. Keragaman model acara yang dimungkinkan, seperti program
pemberitaan, drama, requez quis, game, dan acara iklan.
d. Keseimbangan kebutuhan khalayak yang mendengarkan radio sebagai
refleksi peran radio terhadap kebutuhan pendengar.
5. Elemen atau unsur siaran apa saja yang menjadi kebutuhan acara,
berkaitan dengan isi siaran yang dibutuhkan pendengar. Karenanya
penyusunan program mempertimbangkan elemen dasar yang dibutuhkan,
menyangkut musik, informasi, bunyi-bunyian, kepenyiaran, dan materi
lainnya. Kebutuhan-kebutuhan elemen menyesuaikan desain program
sebagai turunan dan penetapan format siaran dan target segmentasi.
6. Kegiatan merencanakan program siaran standar lainnya gunakan aktivitas
riset khalayak sebagai pendekatan yang lebih terukur, walaupun saat ini
masih banyak yang mengandalkan asumsi atau insting.
Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas
mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Secara garis
besar, berdasarkan jenisnya program dibagi menjadi 2, yakni program
informasi, dan program hiburan (Morissan, 2009). Program informasi lebih
lajut dibagi lagi menjadi 2 jenis yakni program berita keras (hard news) yang
merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan, dan berita
lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini.
Sementara itu program hiburan dibagi menjadi 3 kelompok, yakni program
musik, drama permainan (game show), dan pertunjukan.
4. Peran Media Massa Dalam Pelestarian Seni Budaya
Menurut Harold Lasswell, media massa memiliki fungsi sebagai berikut
(Darwanto, 2007):
1. Media massa memiliki peran sebagai pengamat lingkungan (the
surveillance of the environment).
2. Media massa mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh
dengan kebutuhan khalayak sasaran karena komunikator lebih
menekankan pada seleksi evaluasi interpretasi (the correlation of part of
society inresponding to the environtmen).
3. Media massa berperan sebagai penyalur nilai-nilai budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya (the transmission of the social heritage
from one generation to the next).
Dari yang telah dikemukakan oleh Lasswell mengenai fungsi utama
media massa, maka dapat dijabarkan bahwa, pertama media massa merekam
informasi yang berada dalam masyarakat. Dalam hal ini media massa berlaku
sebagai pengamat. Media massa mengamati dan kemudian merekam
informasi yang dapat berupa kejadian atau peristiwa yang ada di masyarakat
untuk kemudian disebarluaskan. Kedua, media massa melakukan seleksi
mengenai informasi-informasi apa saja yang harus beredar di masyarakat.
Seleksi ini dilakukan untuk membatasi arus informasi di masyarakat, dan bisa
juga dilakukan untuk mengarahkan pemikiran masyarakat terhadap suatu hal.
Ketiga, media massa menjadi sarana penyaluran warisan sosial dan budaya di
masyarakat dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Media massa dapat
massa menjadi media dalam melestarikan nilai-nilai budaya yang ada di
masyarakat, sehingga nilai-nilai tersebut tidak luntur.
Menurut Fred Wibodo (2012), terdapat 3 muatan utama yang terkandung
di dalam radio siaran dalam fungsinya sebagai media massa, yakni informasi,
pendidikan, dan hiburan. Di balik muatan informasi, pendidikan, dan hiburan,
terdapat substansi yang sangat bermakna dari fungsi keberadaan radio siaran.
Substansi ini bersangkut paut dengan nilai-nilai yang seharusnya terus
dikembangkan oleh media komunikasi apapun, yakni menjadikan kehidupan
manusia ini menjadi lebih insani dalam konteks kesatuan dan keserasian
dengan seluruh alam lingkungannya. Dengan kata lain, media massa
membangun kehidupan yang semakin berkebudayaan.
Pada dasarnya, media massa memiliki sifat transitory atau meneruskan.
Melalui sifat media massa sebagai penerus, media massa menjadi perantara
pesan yang kemudian diteruskan kepada khalayak. Dalam hal ini media
massa meneruskan pesan berupa budaya kepada masyarakat. Media massa
menyiarkan nilai-nilai kebudayaan yang kemudian diterima oleh masyarakat
dan diapresiasi secara berkelanjutan. Sehingga nantinya nilai-nilai
kebudayaan tersebut akan terus ada dan berkembang di masyarakat.
Dalam buku “Theories of Mass Communication”, Melvin de Fleur
menjelaskan bahwa hal terpenting dalam teori komunikasi kontemporer
adalah bagaimana mengukur pengaruh (effect) komunikasi terhadap
kehidupan masyarakat (Eduard Depari & Colin Andrews, 1995). Lebih lanjut,
Melvin de Fleur juga memberikan contoh misalnya, bagaimana komunikasi
mempengaruhi ide politik masyarakat atau pola pemilihan mereka dalam
pemilihan umum? Atau bagaimana komunikasi mempengaruhi pilihan
masyarakat terhadap produk tertentu?
Media massa memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan
masyarakat. Media massa dapat mempengaruhi pikiran masyarakat mengenai
suatu hal. Media massa juga dapat mengarahkan pemikiran atau pandangan
masyarakat terhadap suatu isu. Pengaruh yang diberikan oleh media massa
sangat besar dan berkaitan dengan berbagi aspek. Misalnya sifat komunikator,
isi media, serta sifat khalayak atau komunikan. Yang menjadi persoalan yakni
seberapa jauh aspek-aspek tersebut turut berperan dalam penentuan
tanggapan oleh khalayak yang berhadapan dengan media.
Lazarsfeld dan Merton menjelaskan bahwa sebenarnya media massa
hanya berpengaruh dalam memperkokoh norma-norma budaya yang berlaku.
Keduanya mengasumsikan bahwa media bekerja secara konservatif dan
hanya menyesuaikan diri dengan norma-norma budaya masyarakat seperti
selera dan nilai-nilai, daripada memimpin mereka untuk membentuk norma-
norma yang baru (Eduard Depari & Colin MacAndrews, 1995).
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa media massa
memiliki kemampuan untuk memperkuat norma-norma budaya melalui
informasi-informasi yang disampaikan setiap harinya. Selain itu, media massa
juga mampu mengaktifkan perilaku tertentu dalam individu, apabila informasi
yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan individu dan tidak bertentangan
dengan norma-norma budaya yang berlaku. Media massa bahkan dapat
menumbuhkan norma-norma budaya baru dalam perilaku selama norma
tersebut tidak dihalangi oleh hambatan-hambatan sosial budaya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan menggunakan
pendekatan kualitatif, yang bermaksud untuk memberikan uraian mengenai suatu
gejala sosial yang diteliti (Y. Slamet, 2006). Lebih lanjut dirinya juga menjelaskan
bahwa dalam penelitian deskriptif, peneliti mendeskripsikan suatu gejala
berdasarkan pada indikator-indikator yang dia jadikan dasar dari ada tidaknya
suatu gejala yang dia teliti.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Stasiun Radio Swara Slenk FM yang
berlokasi di kawasan Kranggan RT 02/ RW 18 Makamhaji, Surakarta, Sukoharjo.
Lokasi ini dipilih berdasarkan keterkaitan penelitian mengenai peran radio
komunitas dalam melestarikan seni karawitan di Surakarta.
Penelitian ini mengamati objek yakni program acara musik Karawitan yang
disiarkan oleh Radio Swara Slenk FM, dari sini peneliti nantinya akan melihat dan
mengamati bagaimana Radio Swara Slenk FM menjalankan perannya dalam
melestarikan seni Karawitan di Surakarta.
Sementara itu, subjek dari penelitian ini adalah pihak-pihak yang dianggap
mengetahui dan memahami mengenai permasalahan yang diteliti. Pihak-pihak
yang menjadi subjek penelitian di antaranya adalah perwakilan dari elemen
masyarakat, yakni Radio Swara Slenk FM, seniman Karawitan, kalangan
budayawan, dan masyarakat pendengar acara musik karawitan di Radio Swara
Slenk FM.
Peneliti menggunakan 2 sumber data, yakni data primer yang dikumpulkan
dan diolah sendiri oleh peneliti, dan data sekunder sebagai data pedukung yang
didapat dari pustaka penunjang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
wawancara, observasi, dan pengumpulan data kepustakaan. Peneliti mewawancara
piak-pihak yang dianggap mengerti pokok permasalahan yang sedang diteliti.
Pihak-pihak yang diwawancara di antaranya adalah 2 orang perwakilan dari Radio
Swara Slenk FM, dan 4 orang pendengar.
Peneliti menggunakan teknik validitas data dengan metode triangulasi
sumber, yakni membandingkan dan mengecek kembali derajat kepecayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda (Kriyantono, 2008).
Untuk teknik analisis data, peneliti menggunakan metode analisis interaktif, yang
terdiri dari 3 komponen utama, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi (Sutopo, 2006).
Sajian dan Analisis Data
Peran Radio Swara Slenk FM Dalam Melestarikan Kesenian Karawitan
a. Pengaruh Keberadaan Radio Swara Slenk FM Dalam Menayangkan
Program Acara Karawitan
Menurut Harold Lasswell (Darwanto, 2007), media massa memiliki
peran sebagai penyalur nilai-nilai budaya dari satu generasi, ke generasi
selanjutnya. Dari pendapat Lasswell tersebut, dapat dijabarkan bahwa,
media massa menjadi sarana penyaluran warisan sosial dan budaya di
masyarakat dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Media massa dapat
menjadi media dalam melestarikan nilai-nilai budaya yang ada di
masyarakat, sehingga nilai-nilai tersebut tidak luntur.
Dalam rangka melestarikan kesenian Jawa, khususnya kesenian
karawitan, Radio Swara Slenk FM membuat beberapa acara yang
menyajikan kesenian Karawitan sebagai hiburan utamanya. Terdapat lima
acara yang menyajikan karawitan di Radio Swara Slenk FM, diantaranya
adalah Palaran, Kembang Setaman, Klenengan Nyes, Ronda-Ronda, dan
Sekar Macapat.
Menamakan diri sebagai radio budaya, dan memiliki tujuan utama
dalam melestarikan kebudayaan, tentunya Radio Swara Slenk FM
memiliki strategi tersendiri dalam mencapai tujuannya itu. Sejalan dengan
itu, Radio Swara Slenk FM memiliki komitmen nyata dalam melestarikan
kesenian Karawitan dengan mempertahankan dan menjadikan lebih baik
acara-acara musik karawitan di Radio Swara Slenk FM. Selain itu, Radio
Swara Slenk FM juga merangkul lembaga-lembaga lain agar tujuan
pelestarian kesenian karawitan lebih mudah dicapai. Lembaga-lembaga
tersebut diantaranya adalah Kraton Surakarta, Taman Budaya Jawa
Tengah, Balai Sudjatmoko, ISI Surakarta, dan SMKI atau SMK 8.
Agar tujuan pelestarian kesenian karawitan semakin mudah tercapai,
Radio Swara Slenk FM tidak hanya menyiarkan siaran musik karawitan
begitu saja, melainkan juga mengajak pendengar untuk turut berpartisipasi
dalam acara tersebut. Salah satu acara dimana pendengar dapat menjadi
pengisi acara adalah acara Sekar Macapat. Dalam acara tersebut,
pendengar dapat datang langsung untuk mengisi acara pada saat on air,
datang untuk direkam kemudian disiarkan di kemudian hari, atau
berpartisipasi secara langsung melalui melalui telepon.
Sayangnya, pendengar yang secara sukarela mau berpartisipasi
mengisi acara masih didominasi oleh orang-orang dewasa di atas usia 30
tahun. Partisipasi pendengar usia di bawah itu masih sedikit sekali. Untuk
menyiasati itu, pihak Radio Swara Slenk FM mengadakan perlombaan
Nembang Macapat untuk anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah
dasar yang rutin diadakan setiap dua tahun sekali dalam rangka
memperingati ulang tahun Radio Swara Slenk FM. Juri-juri yang menilai
perlombaan tersebut berasal dari berbagai kalangan praktsi yang mengerti
mengenai kesenian karawitan, khususnya nembang macapat, seperti
misalnya seniman karawitan, guru kesenian karawitan, dosen karawitan,
dan lain sebagainya.
Dalam fungsinya sebagai media massa, Harold Lasswell (Darwanto,
2007) radio memiliki kewajiban untuk mengadakan korelasi antara
informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran karena
komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi interpretasi. Jika
dilihat dari pemaparan di atas, Radio Swara Slenk FM telah memberikan
dampak bagi kemajuan masyarakat melalui pengelolaan informasi dan
hiburan yang mampu menarik pendengar, khususnya dalam aspek budaya.
Dengan memanfaatkan potensi lokal, Radio Swara Slenk FM mampu
mengolah informasi yang ada, dalam hal ini kesenian daerah, menjadi
menarik untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dilihat dari manfaat yang
dirasakan oleh masyarakat secara langsung, Radio Swara Slenk FM telah
memenuhi kebutuhan pendengar dengan menjadi saluran informasi dan
penyedia hiburan yang disukai oleh masyarakat
b. Tayangan Kesenian Karawitan Sebagai Hiburan Budaya Mulai Disukai
Masyarakat
Menurut Fred Wibowo (2012), terdapat tiga muatan utama yang
terkandung dalam sebuah siaran radio dalam fungsinya sebagai media
massa, yakni informasi, pendidikan, dan hiburan. Dalam rangka
menjalankan fungsinya sebagai media hiburan, radio membuat program
acara yang mampu menarik pendengar. Ketika pendengar tertarik dengan
materi yang disiarkan, dalam hal ini pendengar terhibur dengan materi
tersebut, maka proses penyerapan informasi akan lebih mudah diterima
oleh pendengar.
Sebagai media massa lokal, Radio Swara Slenk FM juga memiliki
fungsi hiburan bagi pendengarnya. Maka dari itu, Radio Swara Slenk FM
pun memiliki program-program acara yang mampu menghibur dan
menarik pendengarnya. Salah satunnya adalah program acara musik
Karawitan, yang juga merupakan salah satu kesenian tradisional Jawa.
Terdapat beberapa acara musik karawitan di Radio Swara Slenk FM
dengan pendengar setia yang banyak. Selain bertujuan untuk melestarikan
kesenian karawitan, program acara tersebut juga menjadi hiburan bagi
pendengarnya.
Program acara yang disiarkan oleh Radio Swara Slenk FM selain
memiliki fungsi untuk melestarikan kesenian karawitan, juga berfungsi
untuk menghibur pendengar. Anggapan mengenai program siaran juga
memiliki manfaat sebagai hiburan muncul di kalangan pendengar sebagai
penikmat utama. Ketika ditanya mengenai apakah siaran kesenian
karawitan di Radio Swara Slenk FM menghibur atau tidak, secara umum
pendengar menanggapi positif. Dan memang motivasi utama pendengar
adalah untuk mencari hiburan.
Dari hasil wawancara peneliti terhadap pendengar acara siaran musik
karawitan Radio Swara Slenk FM mengenai sejauh mana acara musik
karawitan di Radio Swara Slenk FM mampu menghibur pendengarnya,
peneliti sampai pada kesimpulan bahwa program acara musik karawitan
di Radio Swara Slenk FM memang disukai pendengar dan menjadi
hiburan yang berbudaya. Siaran yang selalu menampilkan unsur
kebudayaan menjadi alasan paling umum yang diutarakan oleh responden.
Banyak manfaat yang diperoleh dari acara siaran musik karawitan, selain
sebagai hiburan, siaran musik karawitan di Radio Swara Slenk FM juga
menjadi sarana edukasi bagi pendengarnya, karena pendengar dapat
belajar mengenai kesenian musik karawitan melalui acara-acara yang
disiarkan.
Kesimpulan dan Saran
Peran serta Radio Swara Slenk FM dalam melestarikan kesenin karawitan
terlihat dari pertama, dibuatnya beberapa program acara karawitan yang
ditayangkan secara rutin di Radio Swara Slenk FM. Penyiaran program acara
musik karawitan menjadi sarana hiburan dan edukasi yang menarik bagi
pendengar. Kedua, mengadakan perlombaan macapat tingkat SD. Melalui
kegiatan ini, sasaran pendengar tidak hanya pada pendengar-pendengar dewasa,
melainkan juga dapat menyasar pada pendengar anak-anak. Ketiga, mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi dalam program acara kesenian karawitan dalam
bentuk menjadi pengisi acara maupun dialog interaktif.
Karena kekurangan sumber daya manusia, kegiatan siaran langsung karawitan
sudah tidak lagi dilakukan. Padahal pada saat siaran langsung tersebut, pendengar
dapat datang dan melihat langsung bagaimana para seniman memainkan alat
musik gamelan. Melalui kegiatan siaran langsung tersebut, penonton yang hadir
dapat terhibur dan juga menjadi sarana edukasi. Alangkah baiknya jika kegiatan
siaran langsung program musik karawitan kembali dilakukan. Agar tujuan Radio
Swara Slenk FM dalam melestarikan kesenian Jawa juga semakin mudah tercapai.
Untuk menyiasati kekurangan SDM yang dikeluhkan, pihak Radio Swara Slenk
FM dapat merekrut voluntir atau sukarelawan.
Daftar PustakaAstuti, Santi Indra. (2008). Jurnalisme Radio Teori dan Praktek. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.Darwanto. (2007). Televisi Sebagai Media Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Depari, Eduard; MacAndrews, Colin. (1995). Peranan Komunikasi Massa Dalam
Pembangunan. Yogyakarta: UGM PressDjamal, Hidajanto; Fachruddin, Andi. (2011). Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah,
Organisasi, dan Regulasi. Jakarta: Kencana.Effendy Onong Uchjana. (1993). Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung:
Mandar Maju.Effendy, Onong Uchjana. (1978). Radio Siaran, Teori dan Praktek.
Bandung:Penerbit Alumni.Kompas. (2008).
http://nasional.kompas.com/read/2008/09/14/02422737/anak.muda.ogah.melirik.seni.tradisional, diakses pada Rabu, 25 Januari 2017 pukul 13.35 WIB.
Kridalaksana, Harimurti; Rahyono, F.X; Puspitorini, Dwi; Widodo, Supriyanto; Darmoko. (2001). Wiwara, Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti; Rahyono, F.X; Puspitorini, Dwi; Widodo, Supriyanto; Darmoko. (2001). Wiwara, Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kriyantono, R. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Masduki. (2004). Perkembangan dan Problematika Radio Komunitas di Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 1, Nomor 1, Juni 2004: 73-86.
Morissan. (2009). Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana Prenada.
Mubah, Safril. (2011). Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi. Surabaya: Universitas Airlangga
Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurudin. (2013). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.Prayudha, Harliantara Harley; M, Andy Rustam. (2013). Radio Is Sound Olny:
Pengantar dan Prinsip Penyiaran di Era Digital. Jakarta: Broadcastmagz Publisher.
Rakhmat, Jalaludin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Slamet, Y. (2006). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Soedarsono. (1992). Pengantar Aprsiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka.Sutopo, H. B. (2006). Metode Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya
Dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.Undang-Undang NO. 32 tahun 2002 Tentang Penyiaran.Wibowo, Fred. (2007). Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus.