Upload
vankiet
View
217
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan Profil Kesehatan .............................................................................. 2
C. Dasar Penyusunan ....................................................................................... 3
D. Sistematika Penyajian ................................................................................. 5
BAB 2 GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
A. Letak Geografis ........................................................................................... 7
B. Keadaan Iklim ............................................................................................ 9
C. Keadaan Penduduk ................................................................................... 11
D. Keadaan Ekonomi ..................................................................................... 14
E. Keadaan Pendidikan .................................................................................. 17
F. Perilaku Masyarakat ................................................................................. 19
G. Keadaan Lingkungan ............................................................................... 23
H. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ...................................................... 29
I. Indikator dan Usia Harapan Hidup (UHH) ............................................. 30
BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. Mortalitas (Angka Kematian) .................................................................... 34
B. Morbiditas (Angka Kesakitan) .................................................................. 44
C. Status Gizi Masyarakat ............................................................................. 75
BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. Pelayanan Kesehatan Dasar ...................................................................... 81
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang ....................................... 119
C. Pemberantasan Penyakit Menular ........................................................... 124
D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar ......................... 136
E. Perbaikan Gizi Masyarakat ...................................................................... 139
F. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan .......................................... 146
G. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana ......................................... 147
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
BAB 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. Sarana Kesehatan .................................................................................... 149
B. Tenaga Kesehatan..................................................................................... 157
C. Pembiayaan Kesehatan ........................................................................... 162
BAB 6 KESIMPULAN ............................................................................................. 165
LAMPIRAN PROFIL
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kabupaten Donggala
Tahun 2016 8
Tabel 2.2 Kondisi Topografi Berdasarkan Luas Wiayah
Kabupaten Donggala Tahun 2012 9
Tabel 2.3 Rata-rata Parameter Cuaca pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
Menurut Bulan Kabupaten Donggala Tahun 2015 10
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Donggala
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Tahun 2012 - 2016 11
Tabel 2.5 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten Donggala Tahun 2016 12
Tabel 2.6 Rasio Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Donggala
Tahun 2015 14
Tabel 2.7 Total PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten Donggala atas Dasar
Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010, 2012 - 2015 15
Tabel 2.8 Distribusi Posyandu Menurut Strata Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016 22
Tabel 2.9 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya
di Kabupaten Donggala Tahun 2014 - 2015 29
Tabel 2.10 Indikator dan Indeks Harapan Hidup
Kabupaten Donggala Tahun 2014 - 2015 31
Tabel 3.1 Pola 10 Besar Penyakit pada Pasien di Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 44
Tabel 3.2 Penemuan Kasus Pneumonia pada Balita
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 52
Tabel 4.1 Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi Peserta KB Baru
di Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 108
Tabel 4.2 Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi Peserta KB Aktif
di Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 109
Tabel 4.3 Interval dan Kriteria Kecukupan Obat
Kabupaten Donggala Tahun 2016 117
Tabel 5.1 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Donggala
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Tahun 2012 - 2016 150
Tabel 5.2 Target Ratio (per 100.000 Penduduk) Tenaga Kesehatan
Yang Berada di UPT Puskesmas danRSUD Kabelota
Kabupaten Donggala Tahun 2016 160
Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kesehatan yang Mengikuti Tugas Belajar
Kabupaten Donggala Tahun 2010 - 2015 161
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proporsi Komposisi Penduduk Menurut Kelompok
Golongan Umur Kabupaten Donggala Tahun 2016 13
Gambar 5.1 Anggaran Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2016 163
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Rasio Beban Tanggungan Penduduk Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016 17
Grafik 2.2 Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas dan Penduduk
Berumur 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf
Kabupaten Donggala Tahun 2015 18
Grafik 2.3 Persentase Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
di Kabupaten Donggala Tahun 2015 19
Grafik 2.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Kriteria Rumah Sehat
Per – Puskesmas di Kabupaten Donggala Tahun 2016 24
Grafik 3.1 Trend Angka Kematian Neonatal (AKN) Per 1.000 KH
Per Jenis Kelamin dan Puskesmas Kabupaten Donggala
Tahun 2016 35
Grafik 3.2 Trend Angka Kematian Neonatal (AKN) Per 1.000 KH
Kabupaten Donggala Tahun 2012-2016 36
Grafik 3.3 Trend Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1.000 KH
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 37
Grafik 3.4 Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1.000 KH
Per jenis Kelamin dan Puskesmas Kabupaten Donggala
Tahun 2016 38
Grafik 3.5 Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1.000 KH
Per jenis Kelamin dan Puskesmas Kabupaten Donggala
Tahun 2016 40
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Grafik 3.6 Trend Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1.000 KH
Kabupaten Donggala Tahun 2012-2016 41
Grafik 3.7 Angka Kematian Ibu (AKI) Per 1.000 KH
Per jenis Kelamin dan Puskesmas Kabupaten Donggala
Tahun 2016 42
Grafik 3.8 Trend Angka Kematian Ibu (AKI) Per 1.000 KH
Kabupaten Donggala Tahun 2012-2016 43
Grafik 3.9 CNR Seluruh Kasus TB Paru Per 100.000 Penduduk
Kabupaten Donggala Tahun 2013 - 2016 45
Grafik 3.10 Persentase Kasus TB Paru BTA (+) Tingkat Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 46
Grafik 3.11 Trend Penemuan Kasus TB Paru (+) Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016 47
Grafik 3.12 Angka Keberhasilan Pengobatan atau Success Rate (%)
Tingkat Puskesmas Kabupaten Donggala Tahun 2016 48
Grafik 3.13 Jumlah Kasus HIV/AIDS Menurut Kelompok Umur
Kabupaten Donggala Tahun 2016 50
Grafik 3.14 Trend Jumlah Penderita Kasus HIV/AIDS
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 51
Grafik 3.15 Penderita Pneumonia Ditemukan dan Ditangani pada Balita
Menurut Puskesmas Kabupaten Donggala Tahun 2016 53
Grafik 3.16 Trend Penderita Pneumonia Ditemukan dan Ditangani
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
pada Balita Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 54
Grafik 3.17 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 56
Grafik 3.18 Jumlah Penderita Kusta Selesai Berobat (Release from Treatment)
Kusta Kering (Pausi Basiler) dan Kusta Basah (Multi Basiler)
Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas Kabupaten Donggala Tahun 2016
58
Grafik 3.19 Trend Penemuan Kasus Baru Kusta Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016 59
Grafik 3.20 Trend NCDR dan Angka Cacat Tingkat 2 Penyakit Kusta
Per 100.000 Penduduk di Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016 60
Grafik 3.21 Jumlah Sediaan Darah Diperiksa yang Positif Malaria
Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 62
Grafik 3.22 Trend API Malaria Per 1.000 Penduduk Kabupaten Donggala Tahun
2012 – 2016 63
Grafik 3.23 Jumlah Kasus dan Kematian Penyakit Malaria
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 64
Grafik 3.24 Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 66
Grafik 3.25 Trend Angka Kesakitan (Incidence Rate) DBD
Per 100.000 Penduduk Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016 67
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Grafik 3.26 Trend Kaus dan Kematian (Case Fatality Rate) DBD
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 68
Grafik 3.27 Jumlah Seluruh Kasus Filariasis Menurut Jenis Kelamin dan
Puskesmas Kabupaten Donggala Tahun 2016 70
Grafik 3.28 Kasus Campak di Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016 73
Grafik 3.29 Target dan Cakupan Campak Kabupaten Donggala
Tahun 2013 - 2016 73
Grafik 3.30 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 76
Grafik 3.31 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 77
Grafik 3.32 Kasus Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan
Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 78
Grafik 3.33 Trend Kasus Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 79
Grafik 4.1 Trend Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 83
Grafik 4.2 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Menurut Puskesmas Kabupaten Donggala Tahun 2016 84
Grafik 4.3 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 87
Grafik 4.4 Trend Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 88
Grafik 4.5 Trend Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 90
Grafik 4.6 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 91
Grafik 4.7 Trend Penanganan Komplikasi Kebidanan
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 92
Grafik 4.8 Cakupan Pelayanan Komplikasi Kebidanan Menurut Pusksmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 93
Grafik 4.9 Trend Penanganan Komplikasi Neonatal
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 94
Grafik 4.10 Trend Cakupan KN1 dan KN3
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 96
Grafik 4.11 Cakupan KN1 dan KN3 Menurut Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 97
Grafik 4.12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 100
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Grafik 4.13 Trend Pelayanan Kesehatan Bayi
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 101
Grafik 4.14 Trend Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 102
Grafik 4.15 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 103
Grafik 4.16 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 105
Grafik 4.17 Trend Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 106
Grafik 4.18 Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi
Peserta KB Baru Menurut Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 108
Grafik 4.19 Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi
Peserta KB Aktif Menurut Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 110
Grafik 4.20 Trend Imunisasi pada Bayi Menurut Jenis Vaksin
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 113
Grafik 4.21 Cakupan Imunisasi TT2 pada Ibu Hamil Menurut Puskesmas
Kabupaten Donggala Tahun 2016 115
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Grafik 4.22 Trend Kelompok Usila yang Mendapat Pelayanan Kesehatan
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 118
Grafik 4.23 Trend Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016 119
Grafik 4.24 Pencapaian BOR, BTO, TOI, ALOS, GDR, dan NDR
di RSUD Kabelota Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 122
Grafik 4.25 Trend KLB di Desa/Kelurahan yang Terkena dan
Ditangani <24 jam Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016 124
Grafik 4.26 Trend Penemuan dan Penanganan (Pengobatan) Kasus Pneumonia
pada Balita Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 127
Grafik 4.27 Jumlah Kasus HIV, AIDS, IMS/Syphilis dan
Kematian Akibat AIDS Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016 129
Grafik 4.28 TTU Memenuhi Syarat Kesehatan
Kabupaten Donggala Tahun 2016 138
Grafik 4.29 TPM Menurut Status Higiene Sanitasi
Kabupaten Donggala Tahun 2016 139
Grafik 4.30 Trend Jumlah Balita Ditimbang dan Balita BGM
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 141
Grafik 4.31 Trend Jumlah Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Dua Kali
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 143
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Grafik 4.32 Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 144
Grafik 5.1 Jumlah Posyandu Menurut Strata
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 156
Grafik 5.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga
Kabupaten Donggala Tahun 2016 159
Grafik 5.3 Jumlah Anggaran Kesehatan Perkapita
Kabupaten Donggala Tahun 2012 - 2016 164
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
A. Latar Belakang
Profil Kesehatan adalah produk dari sistem informasi kesehatan yang
penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif untuk
dipakai sebagai alat tolak ukur kemajuan pembangunan kesehatan dan dapat sebagai
bahan evaluasi program-program kesehatan. Serta sebagai dasar penyusunan
Rencana Pembangunan Daerah Bidang Kesehatan.
Berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas disebutkan
bahwa sistem informasi kesehatan wajib dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan
Puskesmas sehingga disusunlah Profil Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2016 ini.
Dengan tersusunnya Profil ini, maka dapat dijadikan sebagai sumber data dan
informasi resmi yang disajikan secara sederhana dan informatif dengan harapan
dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Data dan informasi kesehatan semakin dibutuhkan masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan sebagai
hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah
terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kesehatan mereka, sebab kesehatan menyangkut hajat hidup masyarakat
luas dan semua orang butuh untuk sehat. Kepedulian masyarakat akan informasi
kesehatan, memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan.
Untuk itu, harus dapat menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan
masyarakat dengan penyajian yang sistematik, informatif, lengkap dan tepat waktu.
Dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2016 ini,
menyajikan bentuk data terpilah menurut jenis kelamin yang berbetuk kuantitatif dan
kualitatif. Pengarusutamaan gender (PUG) adalah salah satu strategi pembangunan
yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender melalui pengintegrasian
permasalahan, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki harus
PENDAHULUAN
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
dimasukkan ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantaun dan evaluasi dari
seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan diberbagai bidang kehidupan dan
pembangunan. Data terpilah menurut jenis kelamin sangat penting artinya dalam
setiap penyusunan perencanaan kebijakan/program/kegiatan pembangunan.
B. Tujuan Profil Kesehatan
Tujuan umum penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Donggala untuk
menyediakan data dan informasi yang relevan, akurat, dan sesuai kebutuhan
dalam rangka meningkatkan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan
berdaya guna sehingga dapat melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi
terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari
penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan dan
pencapaian target indikator Sustainable Development Goals (MDG`s) bidang
kesehatan, serta berbagai upaya terkait dengan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan lintas sektor seperti Badan Pusat Statistik (BPS).
Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Donggala
adalah :
1. Diperolehnya data dan informasi umum dan lingkungan yang meliputi
lingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi ;
2. Diperolehnya data dan informasi tentang status kesehatan masyarakat
yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi
masyarakat ;
3. Diperolehnya data dan informasi tentang upaya kesehatan yang meliputi
cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan ;
4. Diperolehnya data dan informasi untuk bahan penyusunan perencanaan
kegiatan program kesehatan ;
5. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program–
program kesehatan ;
6. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh
berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang adadi Puskesmas, Rumah
sakit maupun unit-unit kesehatan lainnya ;
7. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan
pelaporan kesehatan.
C. Dasar Penyusunan
Pembangunan sektor kesehatan termasuk hal yang sangat penting karena
merupakan salah satu unsur dari kesejahteraan umum yang sangat menentukan
ketahanan dari bangsa Indonesia.
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Donggala memiliki landasan hukum
pada beberapa Peraturan Perundangan Kesehatan, antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat dan Daerah.
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional tahun 2005-2025.
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
5. Peraturan Presiden RI nomor 72 Tahun 2012 Tentang sistem Kesehatan
Nasional (SKN).
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 Tentang
Sistem Informasi Kesehatan (SIK).
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data (KOMDAT) dalam Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) Terintegrasi.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang
SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
9. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.
10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837/MENKES/VII/2007 Tentang
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Online.
12. Kesepakatan bersama (No.07/MEN.PP dan PA/5/2010 Nomor
593/MENKES/SKB/V/2010) antara Menteri PP dan PA dengan Menteri
Kesehatan tentang pelaksanaan pengarusutamaan gender di bidang
kesehatan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa keberhasilan manajemen
kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi
kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan, dukungan hukum kesehatan
serta administrasi kesehatan. Lebih lanjut disebutkan bahwa SKN terdiri dari 6
subsistem, yaitu :
1) Subsistem Upaya Kesehatan
2) Subsistem Pembiayaan Kesehatan
3) Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
4) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
5) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
6) Subsistem Manajemen Kesehatan
Untuk manajemen kesehatan tingkat keberhasilannya sangat ditentukan oleh
tersedianya data dan informasi dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Unsur utama dalam manajemen kesehatan tersebut adalah informasi
kesehatan. Dalam tatanan desentralisasi atau otonomi daerah di bidang
kesehatan, kualitas dari informasi kesehatan nasional dengan SIKNAS sangat
ditentukan dari Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA).
Penataan kembali dan pengembangan lebih lanjut merupakan sesuatu yang sangat
penting, disamping untuk kepentingan nasional juga merupakan sebuah sarana
pemantauan dan evaluasi dari pembangunan di daerah. Dengan berlakunya Sistem
Kesehatan Nasional tersebut, dilaksanakan pengumpulan data dan pengolahan data
yang dibukukan dalam sebuah Profil Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2016.
Profil Kesehatan Kabupaten Donggala adalah gambaran situasi kesehatan di
Kabupaten Donggala yang diterbitkan setahun sekali. Profil Kesehatan Kabupaten
Donggala menyajikan data tentang kesehatan dan data pendukung lain yang
berhubungan dengan kesehatan. Data yang ada ditampilkan secara sederhana
dalam bentuk tabel dan grafik, dimana data yang disajikan mengacu pada Indikator
SPM yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor
741/MENKES/PER/VII/2008.
D. Sistematika Penyajian
Penyajian informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Kabupaten
Donggala Tahun 2016 disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang latar belakang, tujuan, dasar penyusunan dan
sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Donggala Tahun 2016.
Bab II : Gambaran Umum
Bab ini menyajikan gambaran Kabupaten Donggala secara umum dilihat dari
kondisi geografis wilayah Kabupaten Donggala. Selain itu mengulas tentang
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan,
ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku masyarakat, dan lingkungan.
Bab III : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang hasil pembangunan kesehatan sampai dengan
tahun 2016 mencakup angka kematian bayi, balita dan ibu; angka kesakitan;
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
dan angka status gizi masyarakat yang merupakan indikator dari pencapaian
pembangunan kesehatan secara menyeluruh.
Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang upaya–upaya kesehatan yang telah dilaksanakan
dalam pembangunan di bidang kesehatan sampai tahun 2016 untuk tercapai dan
berhasilnya program–program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran
tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan meliputi pencapaian cakupan
pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjang; pemberantasan penyakit
menular; pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar; pencapaian
perbaikan gizi masyarakat; pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan serta
pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.
Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Gambaran tentang keadaan
sumber daya yang mencakup tentang keadaan tenaga dan sarana kesehatan pada
tahun 2016. Pada Bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah serta distribusi
tenaga per Kecamatan, serta jumlah dan penyebaran sarana pelayanan
kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit dan UPT Puskesmas termasuk Pustu,
Poskesdes. Selain itu, digambarkan pula tentang perkembangan penyediaan
obat generik, distributor obat yang terdiri dari Pedagang Besar Farmasi, Apotek
dan Toko Obat.
Bab VI : Kesimpulan
Bab ini menyajikan tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah
lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016. Selain
keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-
hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
Lampiran
Pada lampiran ini berisi 81 tabel yang berupa data kesehatan pencapaian
Kabupaten Donggala dan terkait dengan kesehatan gender yang responsif. Profil
Kesehatan dapat disajikan dalam bentuk hardy copy (berupa buku) atau dalam bentuk
soft copy (file).
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Kabupaten Donggala adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah,
Indonesia yang merupakan Ibukota sekaligus pusat administrasi terletak di Kota Donggala.
Donggala adalah kabupaten terluas ke-7, terpadat ke-4, populasi terbanyak ke-4 di Sulawesi
Tengah.
Berikut gambaran umum Kabupaten Donggala dan perilaku penduduk pada tahun
2016 yang meliputi letak geografis, keadaan iklim, keadaan penduduk, keadaan ekonomi,
keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, keadaan sosial budaya dan perilaku masyarakat.
A. Letak Geografis
Secara astronomi, Kabupaten Donggala terletak diantara 00-30 Lintang
Utara dan 20-20 Lintang Selatan, serta 119º,45’ dan 121º,45’ Bujur Timur.
Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Donggala memiliki batas wilayah
sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tolitoli
2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Sigi, Kota Palu dan
wilayah Propinsi Sulawesi Barat
3. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Sigi dan Kabupaten
Parigi Moutong
4. Sebelah Barat : berbatasan dengan Selat Makassar dan wilayah
Propinsi Sulawesi Barat
Kabupaten Donggala sebelum adanya pemekaran Kabupaten sesuai
dengan Undang-Undang No.27 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten
Sigi mempunyai luas wilayah 1.047.171 Ha yang terbagi atas 30 Kecamatan
dengan 302 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan terbentuknya Kabupaten Sigi, maka
Kabupaten Donggala pada Tahun 2016 memiliki wilayah seluas 527.569 Ha
(5.275,69 Km²) dengan penduduk sebesar 293.742 jiwa yang terbagi menjadi
16 Kecamatan, 158 Desa dan 9 Kelurahan, dimana Kecamatan Rio
GAMBARAN UMUM
DAN PERILAKU
PENDUDUK
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Pakava merupakan kecamatan terluas (872,16 Km²) sedangkan kecamatan
dengan luas wilayah tekecil adalah Kecamatan Banawa Tengah yang hanya
memiliki luas 74,64 Km². Sebagai gambaran dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut
:
Tabel 2.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kabupaten Donggala
Tahun 2016
N
o. Kecamatan Luas (Km²)
Persentas
e
Jumlah
Desa/Kel
1 Rio Pakava 872,16 16,53 14
2 Pinembani 402,61 7,63 9
3 Banawa 99,04 1,88 14
4 Banawa Selatan 430,67 8,16 19
5 Banawa Tengah 74,64 1,41 8
6 Labuan 126,01 2,39 7
7 Tanantovea 302,64 5,74 10
8 Sindue 177,19 3,36 13
9 Sindue Tombusabora 211,55 4,01 6
10
Sindue Tobata 211,92 4,02 6
11
Sirenja 286,94 5,44 13
1
2
Balaesang 314,23 5,96 13
13
Balaesang Tanjung 188,85 3,58 8
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
1
4
Damsol 732,76 13,89 13
15
Sojol 705,41 13,37 9
16
Sojol Utara 139,07 2,64 5
Luas Kabupaten Donggala 5.275,69 100,00 167
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.
Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio kultur, potensi sumber daya
dan infrastrukturnya Kabupaten Donggala dapat dipetakan sebagai berikut
Pantai Barat, meliputi Kecamatan Labuan, Tanantovea, Sindue, Sindue
Tombusabora, Sindue Tobata, Sirenja, Balaesang, Balaesang Tanjung, Damsol,
Sojol dan Sojol Utara yang merupakan daerah pantai dengan potensi yang
menonjol adalah perikanan, pertambangan, peternakan dan perdagangan.
Wilayah ini memiliki potensi tambang yang cukup besar khususnya galian C
dan emas. Banawa, meliputi kecamatan Banawa, Banawa Tengah, Banawa
Selatan, Pinembani dan Rio Pakava yang merupakan daerah yang relatif subur.
Khusus Kecamatan Banawa sebagai ibukota Kabupaten Donggala,
infrastrukturnya sudah mulai tertata dengan baik sehingga dapat menunjang
kegiatan pemerintah dan masyarakat. Potensi pariwisata juga sudah mulai
ditata. Bagian terbesar dari struktur ekonomi adalah pertanian, perkebunan dan
perikanan.
Kondisi Topografi Kabupaten Donggala cukup beragam, mulai dari
dataran yang rendah, dataran yang berbukit hingga pengunungan. Dataran
rendah tersebar di sepanjang pesisir Kabupaten Donggala yang berhadapan
langsung dengan Selat Makassar dimana sebagian besar berada di wilayah
Pantai Barat. Wilayah perbukitan dan pegunungan sebagian besar berada pada
wilayah perbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong dengan ketinggian yang
bervariasi mulai dari ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut hingga
mencapai ketinggian di atas 2.500 meter di atas permukaan laut. Secara lebih
terperinci dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2
Kondisi Topografi Berdasarkan Luas Wilayah
Kabupaten Donggala
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Tahun 2012
N
o.
Rentang Tingkat
Kemiringan
Kondisi Luas
Wilayah
(Ha)
Persentas
e
(%)
1 0 – 3° Datar 123.094 23,33
2 3 – 15° Landai sampai
berombak 12.506 2,37
3 15 – 40° Berombak sampai
bergelombang 95.075 18,02
4 > 40° Begelombang
sampai berbukit 296.894 56,28
Total 527.569 100,00
Sumber : Kajian Potensi Sumberdaya yang terkait dengan investasi di Kabupaten Donggala, Tahun 2012.
B. Keadaan Iklim
Sebagaimana dengan daerah–daerah lain di Indonesia, Kabupaten
Donggala memiliki 2 musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim
panas terjadi antara bulan April–September sedangkan musim hujan terjadi
pada bulan Oktober–Maret.
Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara Mutiara Palu tahun 2015
bahwa suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada Bulan Oktober dan Desember
(29,50C) dan suhu udara terendah terjadi pada bulan Februari (27,1
0C).
Sementara kelembaban udara yang dicatat pada stasiun yang sama berkisar
antara 64-79%. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada Bulan Januari
dan Juni yang mencapai 78,8% sedangkan kelembaban udara rata-rata terendah
terjadi pada Bulan September yaitu 64,7%.
Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Mutiara Palu Tahun
2015 terjadi pada bulan Juni 112,5 mm², sedangkan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Desember yaitu 0,00 mm².
Sementara itu kecepatan angin rata-rata berkisar antara 3-6 knots. Pada
Tahun 2015 arah angin terbanyak setiap bulannya dari arah Barat Laut. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3
Rata – rata Parameter Cuaca
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu Menurut Bulan
Kabupaten Donggala Tahun 2015
No.
Kecamatan
Suh
u Udara
( 0C
)
Tekana
n Udara ( mb )
Kelembab
an Udara ( % )
Penyinar
an Matahari ( % )
Cura
h Hujan ( mm )
Kecepat
an Angin ( Knots )
1 Januari 27,2 1012,0 78,8 54,2 55,9 4,1
2 Februari 27,1 1012,4 77,9 55,0 58,0 4,4
3 Maret 27,5 1012,8 77,9 62,0 64,6 4,2
4 April 28,1 1011,4 75,2 72,0 69,6 4,3
5 Mei 28,5 1012,0 74,0 76,6 32,4 4,1
6 Juni 27,7 1011,7 78,8 59,6 112,5 3,4
7 Juli 28,4 1012,2 69,6 92,3 21,2 4,6
8 Agustus 28,6 1012,3 67,2 90,1 4,5 4,8
9 September 29,3 1012,2 64,7 86,7 20,0 5,5
1
0 Oktober 29,5 1012,4 65,0 84,2 11,5 5,2
1
1 November 29,0 1010,1 72,6 75,5 42,5 4,9
1
2 Desember 29,5 1009,4 68,4 72,9 0,0 4,8
Rata-rata Tahun
2015 28,0 1011,7 72,5 73,4 41,1 4,5
2014 27,2
8 1011,07 77,88 63,06 58,76 3,83
2013 27,7
0 1010,20 76,40 57,70 62,33 3,60
2012 27,7
0 1010,30 76,00 62,90 63,38 3,80
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
2011 27,6
0 1009,90 76,10 54,50 71,98 3,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.
C. Keadaan Penduduk
Masalah utama kependudukan di Indonesia meliputi tiga hal pokok yaitu
jumlah penduduk yang besar, persebaran penduduk yang kurang merata serta
komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana proporsi penduduk
berusia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban
Tanggungan (RBT). Untuk wilayah Kabupaten Donggala sendiri masalah
utama kependudukan yang dihadapi adalah penyebaran penduduk yang tidak
merata dan hanya berpusat pada daerah–daerah tertentu saja. Hal ini dapat
terlihat di Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah yang merupakan ibukota
Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk paling terbesar sebanyak 44.129
jiwa.
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala,
jumlah penduduk masih sama pada tahun 2015 dengan 2016 karena
sesuai dengan data terakhir yang diberikan oleh BPS. Adapun jumlah
penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Donggala tahun 2012–2016
dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten Donggala
Tahun 2012–2016 No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
2012 2013 2014 2015 *2016
1 Sojol utara 9.516 9.516 9.786 10.132 10.132
2 Sojol 25.852 25.852 26.670 26.784 26.784
3 Damsol 29.431 29.431 29.997 30.219 30.219
4 Balaesang 23.185 23.185 23.710 23.953 23.953
5 Balaesang Tanjung 10.526 10.526 10.873 11.203 11.203
6 Sirenja 20.551 20.551 20.953 21.177 21.177
7 Sindue Tobata 8.924 8.924 9.186 10.675 10.675
8 Sindue Tombusabora 11.512 11.512 12.026 10.746 10.746
9 Sindue 18.751 18.751 19.118 19.409 19.409
10 Labuan 13.546 13.546 14.039 14.311 14.311
11 Tanantovea 15.441 15.441 15.806 16.103 16.103
12 Banawa 32.564 32.564 33.220 22.379 22.379
13 Banawa Tengah 10.244 10.244 10.564 21.356 21.356
14 Banawa Selatan 24.079 24.079 24.645 24.802 24.802
15 Rio Pakava 22.593 22.593 23.635 23.503 23.503
16 Pinembani 6.037 6.037 6.687 6.990 6.990
JUMLAH 282.752 282.752 290.915 293.742 293.742
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2012 – 2016.
Kepadatan penduduk Kabupaten Donggala tahun 2016 menurut
kecamatan tidak merata dengan jumlah penduduk sebesar 293.742 jiwa
dan luas wilayah 5.275,69 Km2
sehingga diperoleh rata-rata angka
kepadatan penduduk sebesar 55,7 jiwa per Km2. Ditinjau dari kepadatan
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
penduduk, Kecamatan Banawa adalah terpadat (337,8 jiwa per Km2)
disusul Kecamatan Banawa Tengah (143 jiwa per Km2). Hal ini
disebabkan karena Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah merupakan
wilayah ibukota Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk terbesar
44.129 jiwa namun tidak dengan luas wilayah yang terbesar (173,68 Km2)
dan merupakan pusat kegiatan pemerintahan dan perdagangan.
Sedangkan Kecamatan Pinembani merupakan wilayah kerja di
Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk yang terkecil sebesar
6.750 jiwa dengan luas wilayah terbesar ke-5 (402,61 Km2) dengan
kepadatan penduduk 16,8 jiwa per Km2 di wilayah Kabupaten Donggala
pada tahun 2016. Adapun luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk
menurut Kecamatan pada tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5
Luas wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten DonggalaTahun 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.
2. Komposisi penduduk
a. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat
menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu
komposisi penduduk juga mencerminkan Rasio beban tanggungan
(Dependency Ratio) yaitu perbandingan antara penduduk umur
non produktif (umur 0–14 tahun dan umur 65 tahun keatas)
dengan penduduk produktif (umur 15–64 tahun). Tingginya
Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan
pemerintah secara ekonomi di wilayahnya.
Angka beban tanggungan untuk Kabupaten Donggala tahun
2016 sebesar 65,1% dengan penduduk sebesar 293.742 jiwa yang
terdiri dari 105.124 jiwa penduduk usia belum produktif (anak-anak
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Kepadatan
Penduduk (per Km2)
1 Sojol utara 139,07 10.002 71,9
2 Sojol 705,41 12.140 17,2
3 Damsol 732,76 15.004 20,5
4 Balaesang 314,23 30.681 97,6
5 Balaesang Tanjung 188,85 24.229 128,3
6 Sirenja 286,94 11.105 38,7
7 Sindue Tobata 211,55 21.372 101,0
8 Sindue Tombusabora 211,92 21.623 102,0
9 Sindue 177,19 19.553 110,4
10 Labuan 126,01 14.304 113,4
11 Tanantovea 302,64 16.149 53,4
12 Banawa 99,04 44.593 450,3
13 Banawa Tengah 74,64 25.103 336,3
14 Banawa Selatan 430,67 12.068 28,0
15 Rio Pakava 872,16 11.697 13,4
16 Pinembani 402,61 6.757 16,8
JUMLAH 5.275,69 296.380 56,2
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
dan remaja; usia 0-14 tahun), 177.955 jiwa penduduk usia produktif
(15-64 tahun), dan 10.663 jiwa penduduk tidak produktif (lanjut
usia; 65+ tahun). Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia
produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak 65 jiwa terhadap
penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan tidak produktif
lagi (65+ tahun). Proporsi komposisi penduduk menurut kelompok
golongan umur dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1
Proporsi Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Golongan Umur
Kabupaten Donggala
Tahun 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.
Berdasarkan gambar 2.1 tersebut, bahwa beban tanggungan
ekonomi pada usia produktif tergolong tinggi karena harus
menanggung sebesar 36 persen untuk usia belum produktif dan 3
persen untuk usia tidak produktif lagi.
b. Ratio Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari
ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dan
perempuan per penduduk perempuan. Berdasarkan hasil proyeksi
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Donggala didapatkan
rasio jenis kelamin penduduk tahun 2016 sebesar 104,7%, yaitu
masing-masing sebesar 150.224 jiwa penduduk laki-laki dan
143.518 jiwa penduduk perempuan. Dengan demikian di
Kabupaten Donggala, setiap 100 penduduk perempuan terdapat
sekitar 104 penduduk laki-laki.
Adapun rasio penduduk menurut jenis kelamin dapat
disajikan pada tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6
Rasio Penduduk Menurut Jenis Kelamin
36%
61%
3%
Usia belum produktif (0-14tahun)
Usia produktif (15-64tahun)
Usia tidak produktif lagi (65+ tahun)
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Kabupaten Donggala
Tahun 2015
No
.
Golongan
Umur
(Thn)
Laki-Laki Perempuan
Jumla
h
%
Rasio
Jenis
Kelam
in Jumlah % Jumlah %
1 0 - 14 53.875 35,
9 51.249
35,
7 105.12
4 35,
8 105,1
2 15 – 64 90.976 60,
6 86.979
60,
6 177.95
5 60,
6 104,6
3 65 + 5.373 3,6 5.290 3,7 10.663 3,6 101,6
Jumlah 150.22
4 100
,0 143.51
8 100
,0 293.74
2 100
,0 104,7
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.
D. Keadaan Ekonomi
Tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata dengan memanfaatkan
potensi dan sumber-sumber daya yang tersedia. Sejalan dengan maksud tersebut
berbagai upaya telah dilakukan khususnya untuk menciptakan lapangan kerja dan
memberikan kesempatan berusaha yang dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat. Dengan demikian maka secara otomatis akan merangsang dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang
ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi
makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik
Regional Bruto baik atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan atas
dasar harga konstan.
Produk Domestik Regional Bruto sebagai ukuran produktivitas
mencerminkan seluruh nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu wilayah dalam 1 Tahun. Produk Domestik Regional (PDR)
batas dasar harga konstan menunjukkan peningkatan, hal ini berarti
bahwa terjadi perbaikan perekonomian Kabupaten Donggala.
Salah satu ukuran yang dapat memberikan gambaran mengenai
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
kondisi suatu daerah adalah melalui angka PDRB, pada tahun 2015
PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Donggala mencapai 9.371
Miliar Rupiah dan atas dasar harga konstan sebesar 7.281 Miliar Rupiah
dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,12 persen yang berarti keadaan
ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai angka
pertumbuhan 6,24 persen.
Tabel 2.7
Total PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten Donggala atas Dasar Harga Berlaku dan
Harga Konstan 2010, 2012 - 2015
Rincian
Total PDRB
(Miliar Rupiah)
PDRB per Kapita
(Juta Rupiah)
2013 2014 2015 2013 2014 2015
Harga Berlaku 7.452 8.405 9.371 25,8 28,89 31,9
Harga Konstan 6.458 6.861 7.281 22,4 23,6 24,8
Sumber : PDRB Menurut Lapangan usaha dalam IPM Kab. Donggala, 2015.
Dari sisi pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku mengalami
peningkatan cukup tinggi yakni dari 28,89 juta rupiah tahun 2014 menjadi
31,9 juta rupiah tahun 2015. Meningkatnya pendapatan perkapita
diakibatkan karena meningkatkan output seluruh ekonomi, utamanya
output sektor pertanian dan sektor penggalian yang merupakan sektor
penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Donggala.
Output sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan
pertumbuhan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan maraknya
ekplorasi bahan galian C di Kabupaten Donggala. Secara umum, seluruh
kategori ekonomi PDRB mengalami pertumbuhan yang positif.
2. Angka Beban Tanggungan
Rasio Beban tanggungan digunakan untuk mengetahui beban
tanggungan ekonomi suatu negara. Tingginya rasio beban tanggungan
merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi suatu negara karena
sebagian besar pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif harus
dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan golongan yang non produktif.
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Semakin besar rasio tanggungan berarti semakin besar beban tanggungan bagi
kelompok usia produktif. Tinggi rendahnya angka tanggungan dapat dibedakan
3 golongan, yaitu :
a. Angka beban tanggungan rendah apabila< 30
b. Angka beban tanggungan sedang apabila 30 - 40
c. Angka beban tanggungan tinggi apabila > 41
Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur maka
Angka Beban Tanggungan penduduk Kabupaten Donggala tahun 2012
dan 2013 sebesar 65,08 kemudian tahun 2014 kembali meningkat menjadi
65,10 namun menurun lagi menjadi 63,3 pada tahun 2015 dan kembali
meningkat menjadi 65,10 pada tahun 2016.
Hal ini berarti bahwa tahun 2016, setiap 100 orang berusia
produktif (usia 15-64 tahun) harus menanggung 65 orang yang berusia
belum produktif (0-14 tahun) dan usia tidak produktif lagi (usia 65-
75+) dengan termasuk golongan angka beban tanggungan tinggi. Rasio
beban tanggungan penduduk Kabupaten Donggala tahun 2012–2016
secara rinci dapat dilihat pada grafik 2.1 berikut.
Grafik 2.1
Rasio Beban Tanggungan Penduduk
Kabupaten Donggala
Tahun 2012– 2016
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2012 - 2016.
Salah satu faktor yang menyebabkan beban tanggungan ekonomi
tersebut meningkat dari tahun 2015 adalah secara umum kinerja pertumbuhan
perekomonian tahun 2016 lebih baik dibandingkan dengan tahun 2015.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi tersebut memberikan harapan bagi
penduduk Kabupaten Donggala dalam meningkatkan taraf hidupnya.
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Donggala tahun 2016, PDRB per kapita
Kabupaten Donggala mencapai 31,902.000 Juta Rupiah dengan pertumbuhan
65.08
65.08
65.10
63.30
65.10
62.00
62.50
63.00
63.50
64.00
64.50
65.00
65.50
2012 2013 2014 2015 2016
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
sebesar 11,67 persen sedangkan pada tahun 2012-2014 sebesar 10,79 persen ;
11,62 persen ; dan 10 ;42 persen.
E. Keadaan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia. Pendidikan berkontibusi terhadap
perubahan perilaku masyarakat serta menjadi pelopor utama dalam rangka
penyiapan SDM dan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan
syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk
meningkatkan peran pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas
pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan
meningkatkan rata-rata lama sekolah.
Penduduk Kabupaten Donggala tergolong penduduk muda, berarti pada
umumnya masih berada pada usia sekolah (sekitar 40 persen). Dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 maka dibutuhkan sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai, terutama dalam rangka menyukseskan program wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun.
Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk yang dalam
hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang pernah
sekolah, dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Pada tahun 2015,
jumlah penduduk Kabupaten Donggala yang berumur 10 tahun ke atas sebesar
221.118 jiwa sedangkan yang berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf sebesar
213.147 jiwa. Gambaran jumlah penduduk Kabupaten Donggala yang berumur 10
tahun keatas dan yang melek huruf serta pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat
dilihat pada grafik 2.2 dan 2.3 berikut.
Grafik 2.2
Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas dan Penduduk Berumur
10 Tahun Keatas yang Melek Huruf
Kabupaten Donggala
Tahun 2015
221,118
213,147
Berumur 10 Th ke atas
Berumur 10 Th ke atas yg MelekHuruf
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2015. (Lampiran Profil Tabel 3).
Pada grafik 2.3, berdasarkan perhitungan BPS Kabupaten Donggala tahun 2015
kepemilikan ijazah tertinggi berada pada tingkat SMP/MTs sebesar 35,7 persen dan
terendah pada tingkat S1/DIV sebesar 0,8 persen.
Grafik 2.3
Persentase Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Di Kabupaten Donggala
Tahun 2015
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.Lampiran Profil Tabel 3).
F. Perilaku Masyarakat
Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan, akan disajikan tiga indikator yaitu Persentase
3.9
24.6
35.7
16.2 13.5
2.8 1.0 0.8
1.6
-
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Persentase
Posyandu dan Poskesdes.
1. Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan
interaksi antara anggota keluarga yang mejadi awal penting dari suatu
proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat
sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan
aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat. Dalam upaya
meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi Kesehatan
Kementerian Kesehatan berupaya meningkatkan persentase rumah tangga
ber – PHBS.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan dimasyarakat. Setiap rumah
tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS pada tatanan rumah tangga
dinilai berdasarkan indikator yang meliputi 10 indikator PHBS di rumah
tangga yaitu :
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi bayi ASI Eksklusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
h. Makan buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah
Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan nilai perilaku dan
lingkungan sehat tiap keluarga dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Sehat 1, yaitu apabila keluarga berperilaku positif kurang dari 25
persen dari jumlah seluruh indikator PHBS.
2. Sehat 2, yaitu bila keluarga berperilaku positif 25 persen–49 persen
dari jumlah seluruh indikator PHBS.
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
3. Sehat 3, yaitu bila keluarga berperilaku positif 50% - 74% dari
jumlah seluruh indikator PHBS
4. Sehat 4, yaitu bila keluarga berperilaku positif lebih dari 75%.
Manfaat rumah tangga ber-PHBS bagi rumah tangga, yaitu :
a) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
b) Anak tumbuh sehat dan cerdas
c) Anggota keluarga giat bekerja
d) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi
gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah
pendapatan keluarga.
Pada tahun 2016 di Kabupaten Donggala, cakupan Rumah Tangga
ber-PHBS adalah sebanyak 12.078 rumah tangga (56,4%) dari 21.399
(28,8 persen) rumah tangga yang dipantau sedangkan target Renstra
Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala tahun 2016 sebesar 67%. Artinya
bahwa cakupan rumah tangga ber-PHBS belum memenuhi target. Data
persentase rumah tangga ber-PHBS menurut kecamatan dan puskesmas
dapat dilihat pada lampiran profil tabel 57.
2. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal dewasa ini.
Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu
kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi
dan Penanggulangan Diare. Untuk Meningkatkan kualitas Posyandu telah
dilakukan pengelompokan Posyandu ke dalam 4 tingkat
perkembangan, yaitu (1) Posyandu Pratama, (2) Posyandu Madya, (3)
Posyandu Purnama dan (4) Posyandu Mandiri.
Berdasarkan tabel 69 Profil Kesehatan Kabupaten Donggala, pada
tahun 2016 jumlah Posyandu di Donggala adalah sebanyak 437 unit
(strata Pratama 22,2 persen; strata Madya 41,9 persen; strata Purnama
34,3 persen dan srata Mandiri 1,6 persen). Target Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Donggala tahun 2016 untuk strata Posyandu
Purnama dan Mandiri sebesar 100%. Artinya bahwa untuk strata Purnama
dan Mandiri di Kabupaten Donggala belum mencapai target Renstra
Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala. Tingkat perkembangan Posyandu
dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut.
Tabel 2.8
Distribusi Posyandu Menurut Strata
Kabupaten Donggala
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Tahun 2012 – 2016
Sumber : Seksi Kesehatan Dasar. Program Promkes. Dinkes Kab. Donggala,
2012 – 2016. (Lampiran Profil Tabel 69).
Berdasarkan tabel 2.7, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah
posyandu sepanjang tahun 2012 sampai tahun 2015 sedangkan apabila
melihat perkembangan posyandu maka strata Purnama dan Mandiri
mengalami peningkatan sepanjang 5 tahun terakhir. Jumlah posyandu
aktif di Kabupaten Donggala pada tahun 2016 sebanyak 157 unit atau
35,9 persen.
3. Pos Kesehatan Desa
Pos Kesehatan Desa adalah upaya kesehatan bersumber masyarakat
yang dibentuk di desa dalam rangka menyediakan pelayanan kesehatan
dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan terutama untuk :
a. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB,
dan faktor-faktor risikonya serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
b. Penanggulangan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya.
c. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
d. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
No.
Strata Posyandu
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah
% Jumlah
% Jumlah
% Jumlah
% Jumlah
%
1 Pratam
a 115
25,6
119 2
6,6 115
25,6
119 2
6,6 97
22,2
2 Madya 251 5
5,8 236
52,8
251 5
5,8 236
52,8
183 41,9
3 Purnama
80 1
7,8 88
19,7
80 1
7,8 88
19,7
150 34,3
4 Mandir
i 4
0,9
4 0
,9 4
0,9
4 0
,9 7 1,6
Jumlah
450 1
00 447
100
450 1
00 447
100
437 10
0
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Poskesdes adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dimiliki oleh Desa Siaga yaitu desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Berdasarkan data program dilaporkan bahwa pada tahun 2016, dari
167 desa/kelurahan yang ada terdapat 101 Poskesdes, 104 Posbindu dan
101 Desa siaga. Secara rinci jumlah UKBM dan Desa siaga menurut
kecamatan disajikan secara rinci pada lampiran profil tabel 70 dan 71.
G. Keadaan Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering mendapatkan perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku,
pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status
derajat kesehatan masyarakat.
Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit/gangguan kesehatan sebagai
akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas lingkungan. Berikut ini akan disajikan indikator–indikator yang
menggambarkan tentang keadaan lingkungan yaitu rumah sehat, tempat–tempat
umum sehat, akses terhadap air bersih dan akses terhadap jamban sehat.
Perkembangan kondisi penyehatan lingkungan dan sanitasi dasar di Kabupaten
Donggala akan diuraikan berikut.
1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah yang memenuhi kriteria minimal :
akses air minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi dan pencahayaan
(Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan dan Permenkes Nomor Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang
Rumah). Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan dapat
mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak–anak. Anak–anak
memerlukan lingkungan
bebas, tempat bermain luas yang mampu mendukung daya kreativitasnya.
Dengan kata lain, rumah apabila terlampau padat disamping merupakan media
yang cocok untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran
nafas juga dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Kriteria rumah sehat berdasarkan Riskesdas 2010 adalah apabila
memenuhi 7 kriteria, yaitu atap berplafon, dinding permanen, jenislantai bukan
tanah, tersedia jendela, ventilasi cukup, pencahayaannya alami cukup, dan
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
tidak padat huni (≥ 8 m2/orang). Persentase rumah tangga menurut kriteria
rumah sehat Per-Puskesmas dapat dilihat pada grafik 2.8.
Pada grafik 2.4 menunjukkan bahwa jumlah rumah sehat sebanyak
38.675 unit dari jumlah seluruh rumah di Kabupaten Donggala tahun 2016
sebanyak 69.939 unit. Rumah sehat tertinggi pada tahun 2016 berada pada
wilayah kerja Puskesmas Sabang dengan jumlah 3.740 unit (51,9%) sedangkan
rumah sehat terendah adalah Puskesmas Pinembani sebanyak 350 unit ( 23,2
persen).
Grafik 2.4
Persentase Rumah Tangga Menurut Kriteria Rumah Sehat Per-Puskesmas
di Kabupaten Donggala
Tahun 2016
Sumber Data : Seksi Kesehatan Lingkungan, Dinkes Kab. Donggala. 2016.
(Lampiran Profil Tabel 58).
2. Tempat – tempat Umum Sehat
Tempat-tempat umum (TTU) adalah tempat yang banyak dikunjungi
orang sehingga dikhawatirkan dapat menjadi sumber penyebaran penyakit.
TTU meliputi sarana pendidikan, hotel, rumah sakit, restoran, bioskop, pasar,
terminal, tempat wisata, stasiun, kantin sekolah dan lain-lain. TTU memiliki
potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan,
ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi
terhadap TTU dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum
Ogoamas, 55.2 Balukang, 72.1
Tonggolobibi, 70
Sabang, 51.9 Tambu, 70.1
Malei, 64.2
Tompe, 65.6 Batusuya, 62.6
Toaya, 43 Labuan, 49.5
Wani, 49.0
Donggala, 65.1 Lembasada, 45.6
Lalundu, 20 L. Despot, 41
Pinembani ,23.2
- 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan
penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya
Kategori TTU yang sehat apabila memiliki sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas
lantai (luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki
pencahayaan ruang yang sesuai.
Data yang diolah dari laporan Puskesmas masing–masing per kecamatan
tahun 2016 menunjukkan bahwa persentase TTU sehat mencapai 96% untuk
Kabupaten Donggala. Apabila dibandingkan dengan persentase cakupan pada
tahun 2015 yang mencapai 97,1% maka pada tahun 2016 persentase cakupan
TTU sehat mengalami penurunan. Data persentase TTU sehat menurut
kecamatan, disajikan pada lampiran profil tabel 63.
3. Akses Terhadap Air Bersih
Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang
menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan
data nasional tahun 2012, 90% kualitas fisik air minum di Indonesia termasuk
dalam kategori baik (tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau). Sumber
air minum yang digunakan penduduk Kabupaten Donggala dapat dibedakan
menurut sarana bukan jaringan perpipaan (sumur gali terlindungi, sumur gali
dengan
pompa, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air terlindungi,
penampungan air hujan) dan perpipaan (PDAM, BPSPAM).
Terdapat 16 puskesmas di Kab. Donggala melaporkan bahwa dari
293.742 jiwa jumlah penduduk tahun 2016, jumlah sarana sumur gali
terlindung sebanyak 1.453 unit dengan 36.616 jiwa penduduk pengguna.
Sedangkan jumlah sarana sumur gali terlindungi memenuhi syarat 1.308 unit
dengan jumlah penduduk pengguna memenuhi syarat sebanyak 24.401 jiwa.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, maka pengguna sumur gali
terlindungi dan sarana memenuhi syarat cenderung tetap.
Jumlah sarana sumur gali dengan pompa sebanyak 1.049 unit dengan
penduduk pengguna sebanyak 24.843 jiwa sedangkan sarana sumur gali
dengan pompa memenuhi syarat sebanyak 927 unit dengan 17.669 jiwa
penduduk pengguna. Artinya jumlah sarana sumur gali dengan pompa
memenuhi syarat mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2015
sedangkan jumlah penduduk pengguna sumur gali dengan pompa cenderung
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
tetap (jumlah sarana sumur gali dengan pompa yang memenuhi syarat, 2015
sebanyak 919 unit).
Pada tahun 2016, untuk jumlah penduduk pengguna sumur bor dengan
pompa memenuhi syarat sebanyak 25.141 jiwa dengan jumlah sarana
memenuhi syarat sebanyak 1.229 unit dari 1.380 unit sarana dengan jumlah
penduduk pengguna sebanyak 32.214 jiwa. Sedangkan pada tahun 2015,
jumlah sarana sumur bor dengan pompa memenuhi syarat sebanyak 1.229 unit
dengan jumlah penduduk pengguna 25.140 jiwa sehingga jumlah penduduk
pengguna dan sarana sumur bor dengan pompa memenuhi syarat pada tahun
2016 cenderung tetap dibandingkan dengan tahun 2015.
Jumlah penduduk pengguna mata air terlindungi memenuhi syarat
sebanyak 2.077 jiwa dengan jumlah sarana 25 unit dari 30 unit jumlah sarana
dengan 2.377 jiwa penduduk pengguna mata air terlindungi. Sedangkan pada
tahun 2015, jumlah penduduk
pengguna mata air terlindungi yang memenuhi syarat sebanyak 1.951 jiwa
dengan jumlah sarana 23 unit. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, maka
jumlah penduduk pengguna dan sarana mata air terlindungi memenuhi syarat
mengalami peningkatan.
Jumlah sarana dan penduduk pengguna penampungan air hujan (PAH)
tahun 2016 sebanyak 75 unit dengan 990 jiwa. Sedangkan jumlah sarana PAH
memenuhi syarat sebanyak 45 unit dengan 678 jiwa penduduk pengguna PAH.
Apabila dibandingkan tahun 2015, maka jumlah sarana dan penduduk
pengguna PAH memenuhi syarat adalah cenderung tetap (tahun 2015, sarana
dan penduduk pengguna PAH yang memenuhi syarat sebanyak 45 unit dan 678
jiwa).
Penduduk yang menggunakan perpipaan yang memenuhi syarat
sebanyak 122.579 jiwa dengan jumlah sarana yang memenuhi syarat sebanyak
143 unit. Jika dibandingkan pada tahun 2015 penduduk pengguna perpipaan
yang memenuhi syarat sebanyak 122.078 jiwa dengan jumlah sarana yang
memenuhi syarat sebanyak 138 unit, sehingga dapat dikatakan bahwa
penduduk pengguna perpipaan dan sarana yang memenuhi syarat mengalami
peningkatan pada tahun 2016.
Jumlah penduduk Kab. Donggala yang memiliki akses air minum
berkualitas (layak) pada tahun 2016 sebanyak 232.810 jiwa atau 79,3%
sedangkan tahun 2015, sebanyak 217.439 jiwa atau 74%. Artinya penduduk
pengguna akses air minum berkualitas (layak) pada tahun 2016 mengalami
peningkatan apabila dengan tahun 2015. Cakupan persentase penduduk
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) menurut
kecamatan dan puskesmas tahun 2016 dapat dilihat pada lampiran profil tabel
59.
4. Akses Terhadap Jamban Sehat
Salah satu fasilitas sanitasi adalah jamban, jamban sehat sangat erat
kaitannya dengan lingkungan dan risiko penularan penyakit, khususnya
penyakit saluran pencernaan. Dalam hal ini jenis
sarana jamban yang layak (jamban sehat) dibedakan dalam 4 jenis sarana
jamban sehat yakni komunal, leher angsa, plengsengan dan cemplung.
Cakupan persentase penduduk Kabupaten Donggala dengan akses
sanitasi layak (jamban sehat) dapat dilihat pada lampiran profil tabel 61.
Jumlah penduduk Kab. Donggala pada tahun 2015 sebanyak
293.742 jiwa, dari 30.242 jiwa penduduk pengguna komunal terdapat
25.985 jiwa penduduk yang memenuhi syarat dengan jumlah sarana
komunal 534 unit yang memenuhi syarat dari 630 unit sarana komunal
yang tersedia. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, jumlah sarana
komunal dan jumlah penduduk pengguna komunal yang memenuhi
syarat sebesar 528 unit dan 27.009 jiwa. Hal ini mengalami peningkatan
pada jumlah sarana namun menurun pada jumlah penduduk pengguna
sarana komunal tersebut.
Pada tahun 2016, jumlah penduduk pengguna plengsengan 39.647
jiwa dengan jumlah sarana 3.306 unit tetapi penduduk pengguna
plengsengan memenuhi syarat sebanyak 5.501 jiwa dengan sarana 685
unit. Sedangkan pada tahun 2015, jumlah penduduk pengguna
plengsengan 41.647 jiwa dengan jumlah sarana 3.306 unit tetapi
penduduk pengguna plengsengan yang memenuhi syarat sebanyak 5.501
jiwa dengan sarana 685 unit. Artinya bahwa jumlah sarana dan penduduk
pengguna sarana plengsengan cenderung tetap.
Jumlah penduduk pengguna leher angsa pada tahun 2015 sebesar
152.663 jiwa dengan jumlah sarana 30.692 unit tetapi penduduk
pengguna leher angsa yang memenuhi syarat sebanyak 152.307 jiwa
dengan sarana 30.581 unit. Sedangkan pada tahun 2016, jumlah
penduduk pengguna leher angsa sebesar 161.083 jiwa dengan jumlah
sarana 25.589 unit tetapi penduduk pengguna leher angsa yang
memenuhi syarat sebanyak 150.416 jiwa dengan sarana 21.285 unit. Hal
ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk pengguna dan sarana leher
angsa mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
2015. Pada tahun 2016, penduduk dengan akses sanitasi layak sebesar
181.902 jiwa atau 61,9% sedangkan pada tahun 2015 jumlah penduduk
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
dengan akses sanitasi layak sebesar 184.817 jiwa atau 62,9%.
H. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Angka IPM suatu daerah memperlihatkan jarak yang harus ditempuh untuk
mencapai nilai maksimum, yaitu 100 (angka IPM berkisar antara 0-100). Hasil
penghitungan angka IPM Kabupaten Donggala ternyata belum termasuk dalam
kategori tinggi menurut skala international (IPM lebih dari 80). IPM Kabupaten
Donggala tahun 2014 sebesar 63,55 termasuk dalam tingkat pembangunan manusia
sedang (IPM antara 60-80) dan meningkat menjadi 63,82 pada tahun 2015, nilai ini
masih termasuk dalam tingkat pembangunan manusia (IPM) sedang. Untuk rata-rata
penduduk Sulawesi Tengah tahun 2015 sebesar 66,76 termasuk dalam tingkat
pembangunan manusia sedang (IPM antara 60-80), artinya tingkat variasi
pembangunan baik dari sisi kesehatan, pendidikan dan perekonomian masih relatif
sama.
Ditinjau dari capaian IPM antar kabupaten/kota Se-Sulawesi Tengah,
peringkat IPM Kabupaten Donggala berada pada posisi ke 8 pada tahun 2014
dari 13 kabupaten/kota Se-Sulawesi Tengah. Pada tahun 2015 tidak mengalami
pergeseran yaitu tetap pada posisi ke 8. Hal ini bukan dikarenakan
pembangunan manusia di Kabupaten Donggala hingga tahun 2015 tidak
mengalami peningkatan (percepatan pembangunan manusia) yang cukup
dibandingkan dengan daerah lain di Sulawesi Tengah.
Tabel 2.9
Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya di Kabupaten Donggala Tahun 2014 -
2015
Kabupaten/Prop.
Indeks Pembangunan Manusia Peringkat *)
2014 2015 2014 2015
Donggala 63,55 63,82 (8) (8)
Sulawesi Tengah 66,43 66,76 25
Sumber : Indeks Pembangunan Manusia Kab. Donggala, 2015.
Nilai IPM Kabupaten Donggala sangat ditentukan oleh capaian tiga dimensi
dasar pembangunan manusia. Dilihat dari peningkatannya, ternyata IPM dari
komponen angka harapan hidup, daya beli, dan pendidikan terjadi kenaikan.
Peningkatan tertinggi secara berurut dicapai indeks pendidikan, indeks daya beli dan
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
indeks kesehatan. Dari indikator (indeks) tersebut menjelaskan terjadi perbaikan
besar-besaran pada aspek ekonomi dan pendidikan di Kabupaten Donggala,
perbaikan ini dalam jangka panjang berdampak pula pada peningkatan angka
kesehatan.
I. Indikator dan Usia Harapan Hidup (UHH)
Usia harapan hidup di Kabupaten Donggala tahun 2014 (65,79 tahun) lebih
rendah dari rata-rata usia harapan hidup penduduk Sulawesi Tengah sebesar 67,18
tahun. Pada tahun 2015, angka harapan hidup di Kabupaten Donggala tidak
mengalami perubahan dari tahun sebelumnya sebesar 65,79 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Donggala
belum mampu memberi dampak positif pada perbaikan umur penduduk.
Faktor-faktor yang mampu memberikan sumbangan positif dalam
meningkatnya angka harapan hidup adalah meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam membudayakan pola hidu sehat. Pergeseran nilai budaya tradisional menuju
hidup sehat yang lebih modern, akan menentukan kemampuan mental dan fisik
penduduk. Dengan demikian melihat kenyataan tersebut rata-rata indeks peluang
umur panjang dan sehat di Kabupaten Donggala lebih rendah dibandingkan
Sulawesi Tengah. Namun demikian secaa umum indeks peluang umur panjang dan
sehat di Kabupaten Donggala dari tahun ke tahun dalam kondisi baik dan
cenderung mengalami peningkatan walaupun masih dibawah angka Propinsi.
Hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi produktivitas sumberdaya manusia adalah terletak pada keadaan
kesehatannya sendiri. Rendahnya kondisi kesehatan akan menghasilkan pekerja-
pekerja kurang produktif dengan mental yang kurang bagus sehingga menyebabkan
produktivitas rendah dan tingkat output yang dicapai tidak optimal. Dengan demikian
aspek kesehatan dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi, misalnya perbaikan kesehatan seseorang dapat
menyebabkan peningkatan dalam partisipasi tenaga kerja, perbaikan kesehatan dapat
pula membawa perbaikan tingkat pendidikan, bahkan perbaikan kesehatan
menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk produktif yang dapat meningkatkan
partisipasi angkatan kerja, semua itu dapat berpengaruh terhadap meningkatnya
pertumbuhan ekonomi.
Tabel 2.10
Indikator dan Indeks Harapan Hidup Kabupaten Donggala
Tahun 2014 - 2015
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Kabupaten/Kota
Angka Harapan Hidup
2014 2015 Selisih
Donggala 65,79 65,79 0
Sulawesi Tengah 67,18 67,26 0,08
Sumber : Indeks Pembangunan Manusia Kab. Donggala, 2015.
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Kabupaten Donggala adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah,
Indonesia yang merupakan Ibukota sekaligus pusat administrasi terletak di Kota Donggala.
Donggala adalah kabupaten terluas ke-7, terpadat ke-4, populasi terbanyak ke-4 di Sulawesi
Tengah.
Berikut gambaran umum Kabupaten Donggala dan perilaku penduduk pada tahun
2016 yang meliputi letak geografis, keadaan iklim, keadaan penduduk, keadaan ekonomi,
keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, keadaan sosial budaya dan perilaku masyarakat.
J. Letak Geografis
Secara astronomi, Kabupaten Donggala terletak diantara 00-30 Lintang
Utara dan 20-20 Lintang Selatan, serta 119º,45’ dan 121º,45’ Bujur Timur.
Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Donggala memiliki batas wilayah
sebagai berikut :
5. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tolitoli
6. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Sigi, Kota Palu dan
wilayah Propinsi Sulawesi Barat
7. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Sigi dan Kabupaten
Parigi Moutong
8. Sebelah Barat : berbatasan dengan Selat Makassar dan wilayah
Propinsi Sulawesi Barat
Kabupaten Donggala sebelum adanya pemekaran Kabupaten sesuai
dengan Undang-Undang No.27 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten
Sigi mempunyai luas wilayah 1.047.171 Ha yang terbagi atas 30 Kecamatan
dengan 302 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan terbentuknya Kabupaten Sigi, maka
Kabupaten Donggala pada Tahun 2016 memiliki wilayah seluas 527.569 Ha
(5.275,69 Km²) dengan penduduk sebesar 293.742 jiwa yang terbagi menjadi
16 Kecamatan, 158 Desa dan 9 Kelurahan, dimana Kecamatan Rio
GAMBARAN UMUM
DAN PERILAKU
PENDUDUK
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Pakava merupakan kecamatan terluas (872,16 Km²) sedangkan kecamatan
dengan luas wilayah tekecil adalah Kecamatan Banawa Tengah yang hanya
memiliki luas 74,64 Km². Sebagai gambaran dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut
:
Tabel 2.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kabupaten Donggala
Tahun 2016
N
o. Kecamatan Luas (Km²)
Persentas
e
Jumlah
Desa/Kel
1 Rio Pakava 872,16 16,53 14
2 Pinembani 402,61 7,63 9
3 Banawa 99,04 1,88 14
4 Banawa Selatan 430,67 8,16 19
5 Banawa Tengah 74,64 1,41 8
6 Labuan 126,01 2,39 7
7 Tanantovea 302,64 5,74 10
8 Sindue 177,19 3,36 13
9 Sindue Tombusabora 211,55 4,01 6
10
Sindue Tobata 211,92 4,02 6
11
Sirenja 286,94 5,44 13
1
2
Balaesang 314,23 5,96 13
13
Balaesang Tanjung 188,85 3,58 8
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
1
4
Damsol 732,76 13,89 13
15
Sojol 705,41 13,37 9
16
Sojol Utara 139,07 2,64 5
Luas Kabupaten Donggala 5.275,69 100,00 167
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.
Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio kultur, potensi sumber daya
dan infrastrukturnya Kabupaten Donggala dapat dipetakan sebagai berikut
Pantai Barat, meliputi Kecamatan Labuan, Tanantovea, Sindue, Sindue
Tombusabora, Sindue Tobata, Sirenja, Balaesang, Balaesang Tanjung, Damsol,
Sojol dan Sojol Utara yang merupakan daerah pantai dengan potensi yang
menonjol adalah perikanan, pertambangan, peternakan dan perdagangan.
Wilayah ini memiliki potensi tambang yang cukup besar khususnya galian C
dan emas. Banawa, meliputi kecamatan Banawa, Banawa Tengah, Banawa
Selatan, Pinembani dan Rio Pakava yang merupakan daerah yang relatif subur.
Khusus Kecamatan Banawa sebagai ibukota Kabupaten Donggala,
infrastrukturnya sudah mulai tertata dengan baik sehingga dapat menunjang
kegiatan pemerintah dan masyarakat. Potensi pariwisata juga sudah mulai
ditata. Bagian terbesar dari struktur ekonomi adalah pertanian, perkebunan dan
perikanan.
Kondisi Topografi Kabupaten Donggala cukup beragam, mulai dari
dataran yang rendah, dataran yang berbukit hingga pengunungan. Dataran
rendah tersebar di sepanjang pesisir Kabupaten Donggala yang berhadapan
langsung dengan Selat Makassar dimana sebagian besar berada di wilayah
Pantai Barat. Wilayah perbukitan dan pegunungan sebagian besar berada pada
wilayah perbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong dengan ketinggian yang
bervariasi mulai dari ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut hingga
mencapai ketinggian di atas 2.500 meter di atas permukaan laut. Secara lebih
terperinci dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2
Kondisi Topografi Berdasarkan Luas Wilayah
Kabupaten Donggala
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Tahun 2012
N
o.
Rentang Tingkat
Kemiringan
Kondisi Luas
Wilayah
(Ha)
Persentas
e
(%)
1 0 – 3° Datar 123.094 23,33
2 3 – 15° Landai sampai
berombak 12.506 2,37
3 15 – 40° Berombak sampai
bergelombang 95.075 18,02
4 > 40° Begelombang
sampai berbukit 296.894 56,28
Total 527.569 100,00
Sumber : Kajian Potensi Sumberdaya yang terkait dengan investasi di Kabupaten Donggala, Tahun 2012.
K. Keadaan Iklim
Sebagaimana dengan daerah–daerah lain di Indonesia, Kabupaten
Donggala memiliki 2 musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim
panas terjadi antara bulan April–September sedangkan musim hujan terjadi
pada bulan Oktober–Maret.
Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara Mutiara Palu tahun 2015
bahwa suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada Bulan Oktober dan Desember
(29,50C) dan suhu udara terendah terjadi pada bulan Februari (27,1
0C).
Sementara kelembaban udara yang dicatat pada stasiun yang sama berkisar
antara 64-79%. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada Bulan Januari
dan Juni yang mencapai 78,8% sedangkan kelembaban udara rata-rata terendah
terjadi pada Bulan September yaitu 64,7%.
Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Mutiara Palu Tahun
2015 terjadi pada bulan Juni 112,5 mm², sedangkan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Desember yaitu 0,00 mm².
Sementara itu kecepatan angin rata-rata berkisar antara 3-6 knots. Pada
Tahun 2015 arah angin terbanyak setiap bulannya dari arah Barat Laut. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3
Rata – rata Parameter Cuaca
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu Menurut Bulan
Kabupaten Donggala Tahun 2015
No.
Kecamatan
Suh
u Udara
( 0C
)
Tekana
n Udara ( mb )
Kelembab
an Udara ( % )
Penyinar
an Matahari ( % )
Cura
h Hujan ( mm )
Kecepat
an Angin ( Knots )
1 Januari 27,2 1012,0 78,8 54,2 55,9 4,1
2 Februari 27,1 1012,4 77,9 55,0 58,0 4,4
3 Maret 27,5 1012,8 77,9 62,0 64,6 4,2
4 April 28,1 1011,4 75,2 72,0 69,6 4,3
5 Mei 28,5 1012,0 74,0 76,6 32,4 4,1
6 Juni 27,7 1011,7 78,8 59,6 112,5 3,4
7 Juli 28,4 1012,2 69,6 92,3 21,2 4,6
8 Agustus 28,6 1012,3 67,2 90,1 4,5 4,8
9 September 29,3 1012,2 64,7 86,7 20,0 5,5
1
0 Oktober 29,5 1012,4 65,0 84,2 11,5 5,2
1
1 November 29,0 1010,1 72,6 75,5 42,5 4,9
1
2 Desember 29,5 1009,4 68,4 72,9 0,0 4,8
Rata-rata Tahun
2015 28,0 1011,7 72,5 73,4 41,1 4,5
2014 27,2
8 1011,07 77,88 63,06 58,76 3,83
2013 27,7
0 1010,20 76,40 57,70 62,33 3,60
2012 27,7
0 1010,30 76,00 62,90 63,38 3,80
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
2011 27,6
0 1009,90 76,10 54,50 71,98 3,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.
L. Keadaan Penduduk
Masalah utama kependudukan di Indonesia meliputi tiga hal pokok yaitu
jumlah penduduk yang besar, persebaran penduduk yang kurang merata serta
komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana proporsi penduduk
berusia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban
Tanggungan (RBT). Untuk wilayah Kabupaten Donggala sendiri masalah
utama kependudukan yang dihadapi adalah penyebaran penduduk yang tidak
merata dan hanya berpusat pada daerah–daerah tertentu saja. Hal ini dapat
terlihat di Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah yang merupakan ibukota
Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk paling terbesar sebanyak 44.129
jiwa.
3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala,
jumlah penduduk masih sama pada tahun 2015 dengan 2016 karena
sesuai dengan data terakhir yang diberikan oleh BPS. Adapun jumlah
penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Donggala tahun 2012–2016
dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten Donggala
Tahun 2012–2016 No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
2012 2013 2014 2015 *2016
1 Sojol utara 9.516 9.516 9.786 10.132 10.132
2 Sojol 25.852 25.852 26.670 26.784 26.784
3 Damsol 29.431 29.431 29.997 30.219 30.219
4 Balaesang 23.185 23.185 23.710 23.953 23.953
5 Balaesang Tanjung 10.526 10.526 10.873 11.203 11.203
6 Sirenja 20.551 20.551 20.953 21.177 21.177
7 Sindue Tobata 8.924 8.924 9.186 10.675 10.675
8 Sindue Tombusabora 11.512 11.512 12.026 10.746 10.746
9 Sindue 18.751 18.751 19.118 19.409 19.409
10 Labuan 13.546 13.546 14.039 14.311 14.311
11 Tanantovea 15.441 15.441 15.806 16.103 16.103
12 Banawa 32.564 32.564 33.220 22.379 22.379
13 Banawa Tengah 10.244 10.244 10.564 21.356 21.356
14 Banawa Selatan 24.079 24.079 24.645 24.802 24.802
15 Rio Pakava 22.593 22.593 23.635 23.503 23.503
16 Pinembani 6.037 6.037 6.687 6.990 6.990
JUMLAH 282.752 282.752 290.915 293.742 293.742
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2012 – 2016.
Kepadatan penduduk Kabupaten Donggala tahun 2016 menurut
kecamatan tidak merata dengan jumlah penduduk sebesar 293.742 jiwa
dan luas wilayah 5.275,69 Km2
sehingga diperoleh rata-rata angka
kepadatan penduduk sebesar 55,7 jiwa per Km2. Ditinjau dari kepadatan
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
penduduk, Kecamatan Banawa adalah terpadat (337,8 jiwa per Km2)
disusul Kecamatan Banawa Tengah (143 jiwa per Km2). Hal ini
disebabkan karena Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah merupakan
wilayah ibukota Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk terbesar
44.129 jiwa namun tidak dengan luas wilayah yang terbesar (173,68 Km2)
dan merupakan pusat kegiatan pemerintahan dan perdagangan.
Sedangkan Kecamatan Pinembani merupakan wilayah kerja di
Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk yang terkecil sebesar
6.750 jiwa dengan luas wilayah terbesar ke-5 (402,61 Km2) dengan
kepadatan penduduk 16,8 jiwa per Km2 di wilayah Kabupaten Donggala
pada tahun 2016. Adapun luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk
menurut Kecamatan pada tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5
Luas wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten DonggalaTahun 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.
4. Komposisi penduduk
c. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat
menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu
komposisi penduduk juga mencerminkan Rasio beban tanggungan
(Dependency Ratio) yaitu perbandingan antara penduduk umur
non produktif (umur 0–14 tahun dan umur 65 tahun keatas)
dengan penduduk produktif (umur 15–64 tahun). Tingginya
Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan
pemerintah secara ekonomi di wilayahnya.
Angka beban tanggungan untuk Kabupaten Donggala tahun
2016 sebesar 65,1% dengan penduduk sebesar 293.742 jiwa yang
terdiri dari 105.124 jiwa penduduk usia belum produktif (anak-anak
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Kepadatan
Penduduk (per Km2)
1 Sojol utara 139,07 10.002 71,9
2 Sojol 705,41 12.140 17,2
3 Damsol 732,76 15.004 20,5
4 Balaesang 314,23 30.681 97,6
5 Balaesang Tanjung 188,85 24.229 128,3
6 Sirenja 286,94 11.105 38,7
7 Sindue Tobata 211,55 21.372 101,0
8 Sindue Tombusabora 211,92 21.623 102,0
9 Sindue 177,19 19.553 110,4
10 Labuan 126,01 14.304 113,4
11 Tanantovea 302,64 16.149 53,4
12 Banawa 99,04 44.593 450,3
13 Banawa Tengah 74,64 25.103 336,3
14 Banawa Selatan 430,67 12.068 28,0
15 Rio Pakava 872,16 11.697 13,4
16 Pinembani 402,61 6.757 16,8
JUMLAH 5.275,69 296.380 56,2
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
dan remaja; usia 0-14 tahun), 177.955 jiwa penduduk usia produktif
(15-64 tahun), dan 10.663 jiwa penduduk tidak produktif (lanjut
usia; 65+ tahun). Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia
produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak 65 jiwa terhadap
penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan tidak produktif
lagi (65+ tahun). Proporsi komposisi penduduk menurut kelompok
golongan umur dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1
Proporsi Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Golongan Umur
Kabupaten Donggala
Tahun 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.
Berdasarkan gambar 2.1 tersebut, bahwa beban tanggungan
ekonomi pada usia produktif tergolong tinggi karena harus
menanggung sebesar 36 persen untuk usia belum produktif dan 3
persen untuk usia tidak produktif lagi.
d. Ratio Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari
ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dan
perempuan per penduduk perempuan. Berdasarkan hasil proyeksi
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Donggala didapatkan
rasio jenis kelamin penduduk tahun 2016 sebesar 104,7%, yaitu
masing-masing sebesar 150.224 jiwa penduduk laki-laki dan
143.518 jiwa penduduk perempuan. Dengan demikian di
Kabupaten Donggala, setiap 100 penduduk perempuan terdapat
sekitar 104 penduduk laki-laki.
Adapun rasio penduduk menurut jenis kelamin dapat
disajikan pada tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6
Rasio Penduduk Menurut Jenis Kelamin
36%
61%
3%
Usia belum produktif (0-14tahun)
Usia produktif (15-64tahun)
Usia tidak produktif lagi (65+ tahun)
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Kabupaten Donggala
Tahun 2015
No
.
Golongan
Umur
(Thn)
Laki-Laki Perempuan
Jumla
h
%
Rasio
Jenis
Kelam
in Jumlah % Jumlah %
1 0 - 14 53.875 35,
9 51.249
35,
7 105.12
4 35,
8 105,1
2 15 – 64 90.976 60,
6 86.979
60,
6 177.95
5 60,
6 104,6
3 65 + 5.373 3,6 5.290 3,7 10.663 3,6 101,6
Jumlah 150.22
4 100
,0 143.51
8 100
,0 293.74
2 100
,0 104,7
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.
M. Keadaan Ekonomi
Tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata dengan memanfaatkan
potensi dan sumber-sumber daya yang tersedia. Sejalan dengan maksud tersebut
berbagai upaya telah dilakukan khususnya untuk menciptakan lapangan kerja dan
memberikan kesempatan berusaha yang dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat. Dengan demikian maka secara otomatis akan merangsang dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang
ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi
makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik
Regional Bruto baik atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan atas
dasar harga konstan.
Produk Domestik Regional Bruto sebagai ukuran produktivitas
mencerminkan seluruh nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu wilayah dalam 1 Tahun. Produk Domestik Regional (PDR)
batas dasar harga konstan menunjukkan peningkatan, hal ini berarti
bahwa terjadi perbaikan perekonomian Kabupaten Donggala.
Salah satu ukuran yang dapat memberikan gambaran mengenai
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
kondisi suatu daerah adalah melalui angka PDRB, pada tahun 2015
PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Donggala mencapai 9.371
Miliar Rupiah dan atas dasar harga konstan sebesar 7.281 Miliar Rupiah
dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,12 persen yang berarti keadaan
ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai angka
pertumbuhan 6,24 persen.
Tabel 2.7
Total PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten Donggala atas Dasar Harga Berlaku dan
Harga Konstan 2010, 2012 - 2015
Rincian
Total PDRB
(Miliar Rupiah)
PDRB per Kapita
(Juta Rupiah)
2013 2014 2015 2013 2014 2015
Harga Berlaku 7.452 8.405 9.371 25,8 28,89 31,9
Harga Konstan 6.458 6.861 7.281 22,4 23,6 24,8
Sumber : PDRB Menurut Lapangan usaha dalam IPM Kab. Donggala, 2015.
Dari sisi pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku mengalami
peningkatan cukup tinggi yakni dari 28,89 juta rupiah tahun 2014 menjadi
31,9 juta rupiah tahun 2015. Meningkatnya pendapatan perkapita
diakibatkan karena meningkatkan output seluruh ekonomi, utamanya
output sektor pertanian dan sektor penggalian yang merupakan sektor
penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Donggala.
Output sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan
pertumbuhan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan maraknya
ekplorasi bahan galian C di Kabupaten Donggala. Secara umum, seluruh
kategori ekonomi PDRB mengalami pertumbuhan yang positif.
4. Angka Beban Tanggungan
Rasio Beban tanggungan digunakan untuk mengetahui beban
tanggungan ekonomi suatu negara. Tingginya rasio beban tanggungan
merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi suatu negara karena
sebagian besar pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif harus
dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan golongan yang non produktif.
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Semakin besar rasio tanggungan berarti semakin besar beban tanggungan bagi
kelompok usia produktif. Tinggi rendahnya angka tanggungan dapat dibedakan
3 golongan, yaitu :
d. Angka beban tanggungan rendah apabila< 30
e. Angka beban tanggungan sedang apabila 30 - 40
f. Angka beban tanggungan tinggi apabila > 41
Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur maka
Angka Beban Tanggungan penduduk Kabupaten Donggala tahun 2012
dan 2013 sebesar 65,08 kemudian tahun 2014 kembali meningkat menjadi
65,10 namun menurun lagi menjadi 63,3 pada tahun 2015 dan kembali
meningkat menjadi 65,10 pada tahun 2016.
Hal ini berarti bahwa tahun 2016, setiap 100 orang berusia
produktif (usia 15-64 tahun) harus menanggung 65 orang yang berusia
belum produktif (0-14 tahun) dan usia tidak produktif lagi (usia 65-
75+) dengan termasuk golongan angka beban tanggungan tinggi. Rasio
beban tanggungan penduduk Kabupaten Donggala tahun 2012–2016
secara rinci dapat dilihat pada grafik 2.1 berikut.
Grafik 2.1
Rasio Beban Tanggungan Penduduk
Kabupaten Donggala
Tahun 2012– 2016
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2012 - 2016.
Salah satu faktor yang menyebabkan beban tanggungan ekonomi
tersebut meningkat dari tahun 2015 adalah secara umum kinerja pertumbuhan
perekomonian tahun 2016 lebih baik dibandingkan dengan tahun 2015.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi tersebut memberikan harapan bagi
penduduk Kabupaten Donggala dalam meningkatkan taraf hidupnya.
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Donggala tahun 2016, PDRB per kapita
Kabupaten Donggala mencapai 31,902.000 Juta Rupiah dengan pertumbuhan
65.08
65.08
65.10
63.30
65.10
62.00
62.50
63.00
63.50
64.00
64.50
65.00
65.50
2012 2013 2014 2015 2016
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
sebesar 11,67 persen sedangkan pada tahun 2012-2014 sebesar 10,79 persen ;
11,62 persen ; dan 10 ;42 persen.
N. Keadaan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia. Pendidikan berkontibusi terhadap
perubahan perilaku masyarakat serta menjadi pelopor utama dalam rangka
penyiapan SDM dan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan
syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk
meningkatkan peran pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas
pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan
meningkatkan rata-rata lama sekolah.
Penduduk Kabupaten Donggala tergolong penduduk muda, berarti pada
umumnya masih berada pada usia sekolah (sekitar 40 persen). Dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 maka dibutuhkan sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai, terutama dalam rangka menyukseskan program wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun.
Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk yang dalam
hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang pernah
sekolah, dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Pada tahun 2015,
jumlah penduduk Kabupaten Donggala yang berumur 10 tahun ke atas sebesar
221.118 jiwa sedangkan yang berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf sebesar
213.147 jiwa. Gambaran jumlah penduduk Kabupaten Donggala yang berumur 10
tahun keatas dan yang melek huruf serta pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat
dilihat pada grafik 2.2 dan 2.3 berikut.
Grafik 2.2
Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas dan Penduduk Berumur
10 Tahun Keatas yang Melek Huruf
Kabupaten Donggala
Tahun 2015
221,118
213,147
Berumur 10 Th ke atas
Berumur 10 Th ke atas yg MelekHuruf
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2015. (Lampiran Profil Tabel 3).
Pada grafik 2.3, berdasarkan perhitungan BPS Kabupaten Donggala tahun 2015
kepemilikan ijazah tertinggi berada pada tingkat SMP/MTs sebesar 35,7 persen dan
terendah pada tingkat S1/DIV sebesar 0,8 persen.
Grafik 2.3
Persentase Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Di Kabupaten Donggala
Tahun 2015
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.Lampiran Profil Tabel 3).
O. Perilaku Masyarakat
Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan, akan disajikan tiga indikator yaitu Persentase
3.9
24.6
35.7
16.2 13.5
2.8 1.0 0.8
1.6
-
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Persentase
Posyandu dan Poskesdes.
4. Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan
interaksi antara anggota keluarga yang mejadi awal penting dari suatu
proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat
sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan
aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat. Dalam upaya
meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi Kesehatan
Kementerian Kesehatan berupaya meningkatkan persentase rumah tangga
ber – PHBS.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan dimasyarakat. Setiap rumah
tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS pada tatanan rumah tangga
dinilai berdasarkan indikator yang meliputi 10 indikator PHBS di rumah
tangga yaitu :
k. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
l. Memberi bayi ASI Eksklusif
m. Menimbang balita setiap bulan
n. Menggunakan air bersih
o. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
p. Menggunakan jamban sehat
q. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
r. Makan buah dan sayur setiap hari
s. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
t. Tidak merokok di dalam rumah
Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan nilai perilaku dan
lingkungan sehat tiap keluarga dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Sehat 1, yaitu apabila keluarga berperilaku positif kurang dari 25
persen dari jumlah seluruh indikator PHBS.
2. Sehat 2, yaitu bila keluarga berperilaku positif 25 persen–49 persen
dari jumlah seluruh indikator PHBS.
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
3. Sehat 3, yaitu bila keluarga berperilaku positif 50% - 74% dari
jumlah seluruh indikator PHBS
4. Sehat 4, yaitu bila keluarga berperilaku positif lebih dari 75%.
Manfaat rumah tangga ber-PHBS bagi rumah tangga, yaitu :
e) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
f) Anak tumbuh sehat dan cerdas
g) Anggota keluarga giat bekerja
h) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi
gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah
pendapatan keluarga.
Pada tahun 2016 di Kabupaten Donggala, cakupan Rumah Tangga
ber-PHBS adalah sebanyak 12.078 rumah tangga (56,4%) dari 21.399
(28,8 persen) rumah tangga yang dipantau sedangkan target Renstra
Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala tahun 2016 sebesar 67%. Artinya
bahwa cakupan rumah tangga ber-PHBS belum memenuhi target. Data
persentase rumah tangga ber-PHBS menurut kecamatan dan puskesmas
dapat dilihat pada lampiran profil tabel 57.
5. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal dewasa ini.
Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu
kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi
dan Penanggulangan Diare. Untuk Meningkatkan kualitas Posyandu telah
dilakukan pengelompokan Posyandu ke dalam 4 tingkat
perkembangan, yaitu (1) Posyandu Pratama, (2) Posyandu Madya, (3)
Posyandu Purnama dan (4) Posyandu Mandiri.
Berdasarkan tabel 69 Profil Kesehatan Kabupaten Donggala, pada
tahun 2016 jumlah Posyandu di Donggala adalah sebanyak 437 unit
(strata Pratama 22,2 persen; strata Madya 41,9 persen; strata Purnama
34,3 persen dan srata Mandiri 1,6 persen). Target Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Donggala tahun 2016 untuk strata Posyandu
Purnama dan Mandiri sebesar 100%. Artinya bahwa untuk strata Purnama
dan Mandiri di Kabupaten Donggala belum mencapai target Renstra
Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala. Tingkat perkembangan Posyandu
dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut.
Tabel 2.8
Distribusi Posyandu Menurut Strata
Kabupaten Donggala
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Tahun 2012 – 2016
Sumber : Seksi Kesehatan Dasar. Program Promkes. Dinkes Kab. Donggala,
2012 – 2016. (Lampiran Profil Tabel 69).
Berdasarkan tabel 2.7, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah
posyandu sepanjang tahun 2012 sampai tahun 2015 sedangkan apabila
melihat perkembangan posyandu maka strata Purnama dan Mandiri
mengalami peningkatan sepanjang 5 tahun terakhir. Jumlah posyandu
aktif di Kabupaten Donggala pada tahun 2016 sebanyak 157 unit atau
35,9 persen.
6. Pos Kesehatan Desa
Pos Kesehatan Desa adalah upaya kesehatan bersumber masyarakat
yang dibentuk di desa dalam rangka menyediakan pelayanan kesehatan
dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan terutama untuk :
e. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB,
dan faktor-faktor risikonya serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
f. Penanggulangan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya.
g. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
h. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
No.
Strata Posyandu
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah
% Jumlah
% Jumlah
% Jumlah
% Jumlah
%
1 Pratam
a 115
25,6
119 2
6,6 115
25,6
119 2
6,6 97
22,2
2 Madya 251 5
5,8 236
52,8
251 5
5,8 236
52,8
183 41,9
3 Purnama
80 1
7,8 88
19,7
80 1
7,8 88
19,7
150 34,3
4 Mandir
i 4
0,9
4 0
,9 4
0,9
4 0
,9 7 1,6
Jumlah
450 1
00 447
100
450 1
00 447
100
437 10
0
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Poskesdes adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dimiliki oleh Desa Siaga yaitu desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Berdasarkan data program dilaporkan bahwa pada tahun 2016, dari
167 desa/kelurahan yang ada terdapat 101 Poskesdes, 104 Posbindu dan
101 Desa siaga. Secara rinci jumlah UKBM dan Desa siaga menurut
kecamatan disajikan secara rinci pada lampiran profil tabel 70 dan 71.
P. Keadaan Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering mendapatkan perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku,
pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status
derajat kesehatan masyarakat.
Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit/gangguan kesehatan sebagai
akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas lingkungan. Berikut ini akan disajikan indikator–indikator yang
menggambarkan tentang keadaan lingkungan yaitu rumah sehat, tempat–tempat
umum sehat, akses terhadap air bersih dan akses terhadap jamban sehat.
Perkembangan kondisi penyehatan lingkungan dan sanitasi dasar di Kabupaten
Donggala akan diuraikan berikut.
5. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah yang memenuhi kriteria minimal :
akses air minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi dan pencahayaan
(Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan dan Permenkes Nomor Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang
Rumah). Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan dapat
mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak–anak. Anak–anak
memerlukan lingkungan
bebas, tempat bermain luas yang mampu mendukung daya kreativitasnya.
Dengan kata lain, rumah apabila terlampau padat disamping merupakan media
yang cocok untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran
nafas juga dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Kriteria rumah sehat berdasarkan Riskesdas 2010 adalah apabila
memenuhi 7 kriteria, yaitu atap berplafon, dinding permanen, jenislantai bukan
tanah, tersedia jendela, ventilasi cukup, pencahayaannya alami cukup, dan
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
tidak padat huni (≥ 8 m2/orang). Persentase rumah tangga menurut kriteria
rumah sehat Per-Puskesmas dapat dilihat pada grafik 2.8.
Pada grafik 2.4 menunjukkan bahwa jumlah rumah sehat sebanyak
38.675 unit dari jumlah seluruh rumah di Kabupaten Donggala tahun 2016
sebanyak 69.939 unit. Rumah sehat tertinggi pada tahun 2016 berada pada
wilayah kerja Puskesmas Sabang dengan jumlah 3.740 unit (51,9%) sedangkan
rumah sehat terendah adalah Puskesmas Pinembani sebanyak 350 unit ( 23,2
persen).
Grafik 2.4
Persentase Rumah Tangga Menurut Kriteria Rumah Sehat Per-Puskesmas
di Kabupaten Donggala
Tahun 2016
Sumber Data : Seksi Kesehatan Lingkungan, Dinkes Kab. Donggala. 2016.
(Lampiran Profil Tabel 58).
6. Tempat – tempat Umum Sehat
Tempat-tempat umum (TTU) adalah tempat yang banyak dikunjungi
orang sehingga dikhawatirkan dapat menjadi sumber penyebaran penyakit.
TTU meliputi sarana pendidikan, hotel, rumah sakit, restoran, bioskop, pasar,
terminal, tempat wisata, stasiun, kantin sekolah dan lain-lain. TTU memiliki
potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan,
ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi
terhadap TTU dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum
Ogoamas, 55.2 Balukang, 72.1
Tonggolobibi, 70
Sabang, 51.9 Tambu, 70.1
Malei, 64.2
Tompe, 65.6 Batusuya, 62.6
Toaya, 43 Labuan, 49.5
Wani, 49.0
Donggala, 65.1 Lembasada, 45.6
Lalundu, 20 L. Despot, 41
Pinembani ,23.2
- 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan
penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya
Kategori TTU yang sehat apabila memiliki sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas
lantai (luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki
pencahayaan ruang yang sesuai.
Data yang diolah dari laporan Puskesmas masing–masing per kecamatan
tahun 2016 menunjukkan bahwa persentase TTU sehat mencapai 96% untuk
Kabupaten Donggala. Apabila dibandingkan dengan persentase cakupan pada
tahun 2015 yang mencapai 97,1% maka pada tahun 2016 persentase cakupan
TTU sehat mengalami penurunan. Data persentase TTU sehat menurut
kecamatan, disajikan pada lampiran profil tabel 63.
7. Akses Terhadap Air Bersih
Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang
menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan
data nasional tahun 2012, 90% kualitas fisik air minum di Indonesia termasuk
dalam kategori baik (tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau). Sumber
air minum yang digunakan penduduk Kabupaten Donggala dapat dibedakan
menurut sarana bukan jaringan perpipaan (sumur gali terlindungi, sumur gali
dengan
pompa, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air terlindungi,
penampungan air hujan) dan perpipaan (PDAM, BPSPAM).
Terdapat 16 puskesmas di Kab. Donggala melaporkan bahwa dari
293.742 jiwa jumlah penduduk tahun 2016, jumlah sarana sumur gali
terlindung sebanyak 1.453 unit dengan 36.616 jiwa penduduk pengguna.
Sedangkan jumlah sarana sumur gali terlindungi memenuhi syarat 1.308 unit
dengan jumlah penduduk pengguna memenuhi syarat sebanyak 24.401 jiwa.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, maka pengguna sumur gali
terlindungi dan sarana memenuhi syarat cenderung tetap.
Jumlah sarana sumur gali dengan pompa sebanyak 1.049 unit dengan
penduduk pengguna sebanyak 24.843 jiwa sedangkan sarana sumur gali
dengan pompa memenuhi syarat sebanyak 927 unit dengan 17.669 jiwa
penduduk pengguna. Artinya jumlah sarana sumur gali dengan pompa
memenuhi syarat mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2015
sedangkan jumlah penduduk pengguna sumur gali dengan pompa cenderung
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
tetap (jumlah sarana sumur gali dengan pompa yang memenuhi syarat, 2015
sebanyak 919 unit).
Pada tahun 2016, untuk jumlah penduduk pengguna sumur bor dengan
pompa memenuhi syarat sebanyak 25.141 jiwa dengan jumlah sarana
memenuhi syarat sebanyak 1.229 unit dari 1.380 unit sarana dengan jumlah
penduduk pengguna sebanyak 32.214 jiwa. Sedangkan pada tahun 2015,
jumlah sarana sumur bor dengan pompa memenuhi syarat sebanyak 1.229 unit
dengan jumlah penduduk pengguna 25.140 jiwa sehingga jumlah penduduk
pengguna dan sarana sumur bor dengan pompa memenuhi syarat pada tahun
2016 cenderung tetap dibandingkan dengan tahun 2015.
Jumlah penduduk pengguna mata air terlindungi memenuhi syarat
sebanyak 2.077 jiwa dengan jumlah sarana 25 unit dari 30 unit jumlah sarana
dengan 2.377 jiwa penduduk pengguna mata air terlindungi. Sedangkan pada
tahun 2015, jumlah penduduk
pengguna mata air terlindungi yang memenuhi syarat sebanyak 1.951 jiwa
dengan jumlah sarana 23 unit. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, maka
jumlah penduduk pengguna dan sarana mata air terlindungi memenuhi syarat
mengalami peningkatan.
Jumlah sarana dan penduduk pengguna penampungan air hujan (PAH)
tahun 2016 sebanyak 75 unit dengan 990 jiwa. Sedangkan jumlah sarana PAH
memenuhi syarat sebanyak 45 unit dengan 678 jiwa penduduk pengguna PAH.
Apabila dibandingkan tahun 2015, maka jumlah sarana dan penduduk
pengguna PAH memenuhi syarat adalah cenderung tetap (tahun 2015, sarana
dan penduduk pengguna PAH yang memenuhi syarat sebanyak 45 unit dan 678
jiwa).
Penduduk yang menggunakan perpipaan yang memenuhi syarat
sebanyak 122.579 jiwa dengan jumlah sarana yang memenuhi syarat sebanyak
143 unit. Jika dibandingkan pada tahun 2015 penduduk pengguna perpipaan
yang memenuhi syarat sebanyak 122.078 jiwa dengan jumlah sarana yang
memenuhi syarat sebanyak 138 unit, sehingga dapat dikatakan bahwa
penduduk pengguna perpipaan dan sarana yang memenuhi syarat mengalami
peningkatan pada tahun 2016.
Jumlah penduduk Kab. Donggala yang memiliki akses air minum
berkualitas (layak) pada tahun 2016 sebanyak 232.810 jiwa atau 79,3%
sedangkan tahun 2015, sebanyak 217.439 jiwa atau 74%. Artinya penduduk
pengguna akses air minum berkualitas (layak) pada tahun 2016 mengalami
peningkatan apabila dengan tahun 2015. Cakupan persentase penduduk
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) menurut
kecamatan dan puskesmas tahun 2016 dapat dilihat pada lampiran profil tabel
59.
8. Akses Terhadap Jamban Sehat
Salah satu fasilitas sanitasi adalah jamban, jamban sehat sangat erat
kaitannya dengan lingkungan dan risiko penularan penyakit, khususnya
penyakit saluran pencernaan. Dalam hal ini jenis
sarana jamban yang layak (jamban sehat) dibedakan dalam 4 jenis sarana
jamban sehat yakni komunal, leher angsa, plengsengan dan cemplung.
Cakupan persentase penduduk Kabupaten Donggala dengan akses
sanitasi layak (jamban sehat) dapat dilihat pada lampiran profil tabel 61.
Jumlah penduduk Kab. Donggala pada tahun 2015 sebanyak
293.742 jiwa, dari 30.242 jiwa penduduk pengguna komunal terdapat
25.985 jiwa penduduk yang memenuhi syarat dengan jumlah sarana
komunal 534 unit yang memenuhi syarat dari 630 unit sarana komunal
yang tersedia. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, jumlah sarana
komunal dan jumlah penduduk pengguna komunal yang memenuhi
syarat sebesar 528 unit dan 27.009 jiwa. Hal ini mengalami peningkatan
pada jumlah sarana namun menurun pada jumlah penduduk pengguna
sarana komunal tersebut.
Pada tahun 2016, jumlah penduduk pengguna plengsengan 39.647
jiwa dengan jumlah sarana 3.306 unit tetapi penduduk pengguna
plengsengan memenuhi syarat sebanyak 5.501 jiwa dengan sarana 685
unit. Sedangkan pada tahun 2015, jumlah penduduk pengguna
plengsengan 41.647 jiwa dengan jumlah sarana 3.306 unit tetapi
penduduk pengguna plengsengan yang memenuhi syarat sebanyak 5.501
jiwa dengan sarana 685 unit. Artinya bahwa jumlah sarana dan penduduk
pengguna sarana plengsengan cenderung tetap.
Jumlah penduduk pengguna leher angsa pada tahun 2015 sebesar
152.663 jiwa dengan jumlah sarana 30.692 unit tetapi penduduk
pengguna leher angsa yang memenuhi syarat sebanyak 152.307 jiwa
dengan sarana 30.581 unit. Sedangkan pada tahun 2016, jumlah
penduduk pengguna leher angsa sebesar 161.083 jiwa dengan jumlah
sarana 25.589 unit tetapi penduduk pengguna leher angsa yang
memenuhi syarat sebanyak 150.416 jiwa dengan sarana 21.285 unit. Hal
ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk pengguna dan sarana leher
angsa mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
2015. Pada tahun 2016, penduduk dengan akses sanitasi layak sebesar
181.902 jiwa atau 61,9% sedangkan pada tahun 2015 jumlah penduduk
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
dengan akses sanitasi layak sebesar 184.817 jiwa atau 62,9%.
Q. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Angka IPM suatu daerah memperlihatkan jarak yang harus ditempuh untuk
mencapai nilai maksimum, yaitu 100 (angka IPM berkisar antara 0-100). Hasil
penghitungan angka IPM Kabupaten Donggala ternyata belum termasuk dalam
kategori tinggi menurut skala international (IPM lebih dari 80). IPM Kabupaten
Donggala tahun 2014 sebesar 63,55 termasuk dalam tingkat pembangunan manusia
sedang (IPM antara 60-80) dan meningkat menjadi 63,82 pada tahun 2015, nilai ini
masih termasuk dalam tingkat pembangunan manusia (IPM) sedang. Untuk rata-rata
penduduk Sulawesi Tengah tahun 2015 sebesar 66,76 termasuk dalam tingkat
pembangunan manusia sedang (IPM antara 60-80), artinya tingkat variasi
pembangunan baik dari sisi kesehatan, pendidikan dan perekonomian masih relatif
sama.
Ditinjau dari capaian IPM antar kabupaten/kota Se-Sulawesi Tengah,
peringkat IPM Kabupaten Donggala berada pada posisi ke 8 pada tahun 2014
dari 13 kabupaten/kota Se-Sulawesi Tengah. Pada tahun 2015 tidak mengalami
pergeseran yaitu tetap pada posisi ke 8. Hal ini bukan dikarenakan
pembangunan manusia di Kabupaten Donggala hingga tahun 2015 tidak
mengalami peningkatan (percepatan pembangunan manusia) yang cukup
dibandingkan dengan daerah lain di Sulawesi Tengah.
Tabel 2.9
Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya di Kabupaten Donggala Tahun 2014 -
2015
Kabupaten/Prop.
Indeks Pembangunan Manusia Peringkat *)
2014 2015 2014 2015
Donggala 63,55 63,82 (8) (8)
Sulawesi Tengah 66,43 66,76 25
Sumber : Indeks Pembangunan Manusia Kab. Donggala, 2015.
Nilai IPM Kabupaten Donggala sangat ditentukan oleh capaian tiga dimensi
dasar pembangunan manusia. Dilihat dari peningkatannya, ternyata IPM dari
komponen angka harapan hidup, daya beli, dan pendidikan terjadi kenaikan.
Peningkatan tertinggi secara berurut dicapai indeks pendidikan, indeks daya beli dan
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
indeks kesehatan. Dari indikator (indeks) tersebut menjelaskan terjadi perbaikan
besar-besaran pada aspek ekonomi dan pendidikan di Kabupaten Donggala,
perbaikan ini dalam jangka panjang berdampak pula pada peningkatan angka
kesehatan.
R. Indikator dan Usia Harapan Hidup (UHH)
Usia harapan hidup di Kabupaten Donggala tahun 2014 (65,79 tahun) lebih
rendah dari rata-rata usia harapan hidup penduduk Sulawesi Tengah sebesar 67,18
tahun. Pada tahun 2015, angka harapan hidup di Kabupaten Donggala tidak
mengalami perubahan dari tahun sebelumnya sebesar 65,79 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Donggala
belum mampu memberi dampak positif pada perbaikan umur penduduk.
Faktor-faktor yang mampu memberikan sumbangan positif dalam
meningkatnya angka harapan hidup adalah meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam membudayakan pola hidu sehat. Pergeseran nilai budaya tradisional menuju
hidup sehat yang lebih modern, akan menentukan kemampuan mental dan fisik
penduduk. Dengan demikian melihat kenyataan tersebut rata-rata indeks peluang
umur panjang dan sehat di Kabupaten Donggala lebih rendah dibandingkan
Sulawesi Tengah. Namun demikian secaa umum indeks peluang umur panjang dan
sehat di Kabupaten Donggala dari tahun ke tahun dalam kondisi baik dan
cenderung mengalami peningkatan walaupun masih dibawah angka Propinsi.
Hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi produktivitas sumberdaya manusia adalah terletak pada keadaan
kesehatannya sendiri. Rendahnya kondisi kesehatan akan menghasilkan pekerja-
pekerja kurang produktif dengan mental yang kurang bagus sehingga menyebabkan
produktivitas rendah dan tingkat output yang dicapai tidak optimal. Dengan demikian
aspek kesehatan dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi, misalnya perbaikan kesehatan seseorang dapat
menyebabkan peningkatan dalam partisipasi tenaga kerja, perbaikan kesehatan dapat
pula membawa perbaikan tingkat pendidikan, bahkan perbaikan kesehatan
menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk produktif yang dapat meningkatkan
partisipasi angkatan kerja, semua itu dapat berpengaruh terhadap meningkatnya
pertumbuhan ekonomi.
Tabel 2.10
Indikator dan Indeks Harapan Hidup Kabupaten Donggala
Tahun 2014 - 2015
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Kabupaten/Kota
Angka Harapan Hidup
2014 2015 Selisih
Donggala 65,79 65,79 0
Sulawesi Tengah 67,18 67,26 0,08
Sumber : Indeks Pembangunan Manusia Kab. Donggala, 2015.
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna apabila pemenuhan sumber
daya sarana, tenaga dan pembiayaan kesehatan dapat memadai dan seimbang dengan
kebutuhan karena merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan
kesehatan berkualitasdan diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang dapat diukur dengan indikator kecukupan sebagai berikut :
A. Sarana Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan
sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini adalah fasilitas
pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas terdiri dari
Puskesmas, Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
Penyediaan sarana kesehatan di Kabupaten Donggala relatif cukup banyak baik
dari segi jumlah maupun jenisnya melalui Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya,
sarana pelayanan lain, dan sarana produksi dan distribusi kefarmasian terdapat pada
tabel 5.1 atau secara rinci dapat dilihat pada lampiran profil tabel 67 berikut.
Tabel 5.1
Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Donggala
Tahun 2012 - 2016
SITUASI SUMBER DAYA
KESEHATAN
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
N
o.
Sarana Kesehatan 20
12
2013 2014 201
5
201
6
Rumah Sakit
1. Rumah Sakit Umum 1 1 1 1 2
2. Rumah Sakit Bersalin 0 0 0 0 0
Puskesmas dan
Jaringannya
3. Puskesmas perawatan 8 8 8 9 9
4. Puskesmas non perawatan 6 6 8 7 7
5. Puskesmas Keliling 18 22 22 17 17
6. Puskesmas pembantu 74 72 71 71 71
7 Pusat Kesehatan Desa 63 97 97 101 101
8 Pos Pelayanan Terpadu 45
0
447 451 451 437
Sarana Pelayanan Lain
9. Praktek Dokter Perorangan 0 0 0 2 1
1
0.
Unit Transfusi Darah 0 1 1 1 1
Sarana Produksi dan
Distribusi Kefarmasian
1
1.
Apotek 4 6 9 9 9
1
2.
Toko Obat 10 6 6 6 6
1
3.
GFK 1 1 1 1 1
Sumber : Bidang JAMSARKES - Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan.
Dinkes Kab. Donggala. Tahun 2012 - 2016.
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
1. Rumah Sakit
Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan
preventif, didalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif
dan rehabilitatif. Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan pada
masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif serta
berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Sejak tahun 2011, berdasarkan kepemilikan, Rumah Sakit dikelompokkan
menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Pengelompokan ini
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010
tentang Perizinan Rumah sakit. Rumah sakit publik adalah Rumah Sakit yang
dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat
nirlaba. Sedangkan Rumah Sakit privat adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh
badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero.
Pada tahun 2016, jumlah rumah sakit publik di Kabupaten Donggala
sebanyak 2 unit yang merupakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabelota
dan Pratama Tambu. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan
sarana Rumah Sakit yaitu dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan
yang biasanya diukur dengan jumlah Rumah Sakit dan tempat tidur serta ratio
nya terhadap jumlah penduduk. Jumlah tempat tidur RSUD Kabelota pada
tahun 2016 sebanyak 105 tempat tidur dengan ratio mencapai
293.742/100.000 penduduk. Artinya bahwa 1 unit RSUD Kabelota melayani
penduduk sebanyak 293.742 jiwa yang dilengkapi dengan 105 tempat tidur.
Sedangkan untuk pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Pratama Tambu belum
berjalan karena masih sementara dalam proses pengurusan izin operasional.
a) Pemakaian Tempat Tidur
Pelayanan sarana kesehatan (Rumah Sakit) dapat diukur kinerjanya
antara lain dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). BOR yang ideal untuk suatu
Rumah Sakit adalah antara 60%-80% sedangkan pada tahun 2016
persentase BOR di RSUD Kabelota Kabupaten Donggala sebesar 18,7
persen. Artinya pemanfaatan BOR belum mencapai pemanfaatan yang
ideal.
b) Rata–rata lama rawat seorang pasien/Average Length of stay (ALOS)
Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum yang ideal
adalah 3-9 hari. Rata-rata lama rawat seorang pasien pasien di RSUD
Kabelota tahun 2016 sebesar 3 hari. Angka ini menunjukkan mutu
pelayanan di RSUD Kabelota rata-rata bagus.
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
c) Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati/Turn of Interval (TOI)
Angka ideal untuk TOI adalah 1-3 hari. Rata-rata angka TOI RSUD
Kabelota pada tahun 2016 sebesar 13 hari, meningkat dibandingkan pada
tahun 2015 sebesar 20 hari. Angka ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur
di RSUD Kabelota belum efektif.
d) Angka kematian penderita yang dirawat <48 jam/Net death rate (NDR)
Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25/1.000 penderita keluar.
Nilai NDR RSUD Kabelota tahun 2016 sebesar 14,3/1.000 penderita
keluar. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas mutu RSUD Kabelota sudah
baik karena nilainya dibawah 25/1.000 penderita, namun nilai NDR ini
mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 2015
sebesar 9,7/1.000 penderita keluar.
e) Angka kematian umum penderita yang dirawat di Rumah sakit/Gross
death rate (GDR)
Angka GDR yang dapat ditolerir maksimum 45. Pada tahun 2016,
angka GDR sebesar 6,1 sedangkan pada tahun 2015 sebesar 16,9. Artinya
angka GDR ini meningkat karena nilainya semakin dibawah dari angka
GDR yang ditolerir apabila dibandingkan dengan tahun 2015.
2. Puskesmas dan Jaringannya
Puskesmas dan jaringannya terdiri atas Puskesmas (Pusat kesehatan
masyarakat) yaitu Puskesmas rawat inap dan non rawat inap, Puskesmas
pembantu dan Puskesmas keliling roda 4. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masayarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menkes RI No. 75 Tahun
2014).
Pustu adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi
menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang
lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang
disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Pusling roda
4 adalah tim pelayanan kesehatan puskesmas yang dilengkapi dengan
kendaraan bermotor/roda 4/perahu bermotor, peralatan kesehatan, dan
peralatan komunikasi yang berasal dari puskesmas. Puskesmas keliling
berfungsi menunjang dan membantu kegiatan pelaksanaan program
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau atau sulit dijangkau
oleh sarana kesehatan.
Pada tahun 2016, jumlah sarana kesehatan Kabupaten Donggala berupa
16 unit Puskesmas (9 unit Puskesmas rawat inap dan non rawat inap 7 unit)
dengan ratio Puskesmas mencapai 5,45/100.000 penduduk (target Renstra
Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala tahun 2016 sebesar 0,05 penduduk.)
Artinya telah memenuhi target yang ada dengan perhitungan bahwa setiap 5
puskesmas melayani sebanyak 100.000 penduduk atau 1 Puskesmas melayani
penduduk sebanyak 18.358 jiwa.
Jumlah Pustu sebanyak 71 unit dengan ratio Pustu mencapai
24,2/100.000 penduduk (target Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala
tahun 2016 sebesar 0,26 penduduk). Artinya ratio pustu telah memenuhi target
dengan perhitungan bahwa 24 pustu melayani 100.000 penduduk atau 1 Pustu
melayani sebanyak 4.137 jiwa.
3. Sarana Pelayanan Lain
Rumah bersalin, klinik, Praktek dokter perorangan dan unit transfusi
darah (UTD) merupakan bagian dari sarana pelayanan lain di Kabupaten
Donggala. Pada tahun 2016, terdapat 1 unit Klinik Wani Sehat di wilayah kerja
Puskesmas Wani Kecamatan Tanantovea, 1 unit praktek dokter perorangan di
wilayah kerja Kabupaten Donggala sedangkan UTD hanya terdapat 1 unit di
RSUD Kabelota Kabupaten Donggala.
4. Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan
salah satu hak asasi manusia sehingga penyediaan obat esensial merupakan
kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik
maupun swasta.
Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin
keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin
mutu obat hingga ketangan konsumen adalah menyediakan sarana
penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapatmenjaga keamanan secara
fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola
yang terlatih.
Instalasi farmasi merupakan unit pengelola perbekalan kefarmasian dan
alat kesehatan yang ada ditingkat propinsi dan kabupaten/kota, sebagai sarana
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
administrasi dan pelaporan serta evaluasiyang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan kefarmasian. Jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian di
wilayah kerja Kabupaten Donggala pada tahun 2016 berupa Apotek sebanyak 9
unit, Toko obat sebanyak 6 unit dan GFK sebanyak 1 unit.
5. Sarana Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
Pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan
telah diakui oleh semua pihak, hasil pengamatan maupun pengalaman sampai
peningkatan catatan program yang dikaji secara statistik semuanya
membuktikan bahwa peran serta masyarakat amat menentukan terhadap
keberhasilan, kemandirian, dan kesinambungan pembangunan kesehatan.
Peran serta masyarakat itu semakin menampakkan sosoknya setelah
muncul posyandu sebagai salah satu bentuk UKBM yang merupakan wujud
nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Pelayanan
kesehatan dengan terus mendorong peran serta aktif masyarakat kesadaran
masyarakat untuk hidup sehat dan bersih berorientasi kepada kepedulian
lingkungan terus dibina sehingga tumbuh dan berkembang menjadi sikap
budaya bangsa. Bentuk UKBM yang ditampilkan adalah Posyandu, Poskesdes
dan Desa Siaga Aktif.
a. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu adalah salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna
memberdayakan masyarakat danmemberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untukmempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita.
Terdapat 4 strata Posyandu yaitu Pratama, Madya, Purnama dan
Mandiri. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas,
yaitu kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare. Ratio Posyandu di Kabupaten Donggala
pada tahun 2016 mencapai 1,3/100 Balita yang artinya setiap 100.000
penduduk rata-rata dilayani oleh 1 Posyandu.
Berdasarkan grafik 5.1, perkembangan strata posyandu sepanjang
5 tahun terakhir (2012-2016) maka strata pratama meningkat statusnya
menjadi strata madya kemudian purnama dan strata tertinggi adalah
mandiri. Artinya bahwa perkembangan yang paling meningkat
perubahannya adalah strata mandiri (tahun 2016 : 1,6 persen).
Gambaran jumlah Posyandu menurut strata, kecamatan dan puskesmas
di Kabupaten Donggala tahun 2016 dapat dilihat pada lampiran profil
tabel 69.
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Grafik 5.1
Jumlah Posyandu Menurut Strata
Kabupaten Donggala
Tahun 2012–2015
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan - Seksi Kesehatan Dasar. Program Promosi Kesehatan. Dinkes Kab. Donggala, Tahun 2012 – 2016.
b. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
Poskesdes merupakan UKBM yang memberikan pelayanan
kesehatan dasar buka setiaphari dan dapat diakses dengan mudah oleh
penduduk di wilayah tersebut. Poskesdes dikelola oleh 1 orang bidan
dan minimal 2 orang kader. Kegiatan utama poskesdes yaitu pengamatan
dan kewaspadaan dini (surveilans perilaku berisiko, lingkungan dan
masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan
dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan.
Pelayanan yang diberikan poskesdes juga mencakup pertolongan
persalinan dan pelayanan KIA. Ratio Poskesdes pada tahun 2016
mencapai 34,4/100.000 penduduk artinya setiap 34 Poskesdes melayani
100.000 penduduk atau 1 Poskesdes melayani sebanyak 2.908 jiwa.
c. Desa siaga (Desi) Aktif
2012 2013 2014 2015 2016
Pratama 25.6 26.6 25.7 25.3 22.2
Madya 55.8 52.8 50.8 49.4 41.9
Purnama 17.8 19.6 22.6 24.4 34.3
Mandiri 0.9 0.8 0.9 0.9 1.6
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Desa Siaga adalah desa dan kelurahan yang penduduknya dapat
mengaksespelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan UKBM.
Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah
memiliki minimal sebuah Poskesdes dengan tenaga 1 bidan dan 2 kader.
Sampai dengan tahun 2016 terdapat 101 (60,5%) desa siaga dengan
ratio 34,4/100.000 penduduk atau 1 desa siaga melayani 2.908 jiwa.
Secara rinci jumlah desa siaga menurut kecamatan dan puskesmas dapat
dilihat pada lampiran profil tabel 71.
6. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan
Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan
yang memadai baik dari segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk
menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses
pendidikan yang berkualitas pula. Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan
untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan
swasta melalui institusi pendidikan dan jenjang pendidikan. Kabupaten
Donggala telah memiliki 1 unit Akademi Keperawatan Donggala yang dikelola
oleh pemerintah daerah dengan program studi yang diselenggarakan yakni
keperawatan.
B. Tenaga Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai hak
yang sama dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau juga merupakan hak seluruh
masyarakat Indonesia. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
dalam rangka melakukan upaya kesehatan tersebut perlu didukung dengan sumber
daya kesehatan, khususnya Tenaga kesehatan yang memadai, baik dari segi kualitas,
kuantitas, maupun penyebarannya.
Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) merupakan salah satu sub sistem
dalam sistem kesehatan nasional yang mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya dan pelayanan
kesehatan. Upaya dan pelayanan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang bertanggung jawab, memiliki etik dan moral tinggi, keahlian, dan berwenang.
Menurut Undang–undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
menyebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam 12 jenis tenaga yaitu tenaga medis,
tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian,
tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga
kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lainnya.
Tenaga kesehatan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas harus
didukung oleh SDM yang berkualitas disamping ketersediaan sumber daya yang lain.
Hal yang penting diperhatikan dalam pengadaan SDM adalah jumlah, jenis, distribusi
tenaga kesehatan dan rationya terhadap jumlah penduduk.
Penguatan sumber daya dalam mendukung pengembangan dan pemberdayaan
Tenaga Kesehatan dilakukan melalui peningkatan kapasitas Tenaga Kesehatan,
penguatan system informasi Tenaga Kesehatan, serta peningkatan pembiayaan dan
fasilitas pendukung lainnya. Namun dengan semakin tingginya pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan semakin
meningkat. Untuk itu dibutuhkan penambahan tenaga kesehatanyang terampil dan
siap pakai sesuai dengan karateristik dan fungsi tenaganya. Sampai saat ini kebutuhan
tenaga kesehatan masih belum sepenuhnya terpenuhi. Hal tersebut dapat dilihat dari
usulan permintaan kebutuhan tenaga kesehatan baik di UPT Puskesmas, RSUD
Kabelota dan Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala.
1. Jumlah dan Ratio Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga Per
100.000 Penduduk
Pada tahun 2016, jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di
Kabupaten Donggala sebanyak 686 orang yang tersebar antara lain Dinas
Kesehatan 92 orang, RSUD Kabelota 116 orang, UPTD Puskesmas 448
orang dan AKPER Donggala 30 orang. Jumlah ini meningkat
dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 573 orang.
Berdasarkan grafik 5.2, jumlah tenaga kesehatan menurut jenis
tenaga yang paling banyak adalah Bidan sebanyak 215 orang kemudian
perawat sebanyak 201 orang dan kesehatan lingkungan 38 orang.
Grafik 5.2
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga
Kabupaten Donggala
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Tahun 2016
Sumber : Bidang SDMK dan Kepegawaian. Dinkes Kab. Donggala. RSUD Kabelota.
AKPER Kab. Donggala, 2016.
Metode ratio terhadap nilai adalah metode perhitungan yang
diperkirakan untuk menghitung kebutuhan tenaga kesehatan di suatu
wilayah berdasarkan ratio terhadap penduduk. Perhitungan kebutuhan
tenaga kesehatan dalam penyusunan Dokumen Data dan Informasi
PPSDM Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala dengan
menggunakan ratio kebutuhan per 100.000 penduduk perjenis tenaga
kesehatan. Untuk menghitung kekurangan perjenis tenaga menggunakan
perhitungan jumlah kebutuhan dikurangi jumlah tenaga yang ada saat ini.
Jumlah tenaga yang ada saat ini dihitung tenaga kesehatan yang ada di
unit pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan rumah sakit daerah seperti
tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2
Target Ratio (per 100.000 penduduk) Tenaga Kesehatan
Yang Berada di UPT Puskesmas dan RSUD Kabelota
Kabupaten Donggala
Tahun 2016
No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah Rasio
1 Dokter Spesialis 6
2,0
2 Dokter Umum 24
8,2
3 Dokter Gigi 7
2,4
4 Bidan 215
149,8
5 Perawat 201
68,4
6
24
7
215
201
9
21
1
25
38
24
-
2
-
-
11
dr. spesialis
dr. umum
dr. gigi
Bidan
Perawat
Perawat gigi
Farmasi
Apoteker
Kesmas
Kesling
Gizi
Fisioterapi
Radiografer
Radioterapis
Teknisi gigi
Analisis kesehatan
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
Sumber
:
Sekretariat - Bagian Kepegawaian dan Umum, Dinkes Kab. Donggala, 2016.
2. Pendidikan Tenaga Kesehatan
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan
kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bertugas disarana pelayanan
kesehatan dimasyarakat. Dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat tersebut tenaga diharuskan untuk memiliki kemampuan
melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, yang
mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
Untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas maka
dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, salah satu caranya dengan
mengikuti tugas belajar. Setiap tahun terdapat tenaga kesehatan yang
mengikuti Tubel dengan jenjang pendidikan yang berbeda–beda. Jenjang
pendidikan yang paling banyak diikuti tenaga kesehatan adalah
pendidikan Diploma III (DIII) kesehatan. Tenaga kesehatan tersebut
berasal dari unit-unit kesehatan, seperti UPT Puskesmas Se-Kabupaten
Donggala, RSUD Kabelota Donggala, dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Donggala. Adapun jumlah tenaga kesehatan yang mengikuti Tubel
berdasarkan jenjang pendidikannya dapat dilhat pada tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3
Jumlah Tenaga Kesehatan yang Mengikuti Tugas Belajar
Kabupaten Donggala
Tahun 2012–2015
Tahun D III D IV S1 S2 Dokter
Spesialis Jumlah
6 Perawat Gigi 9
3,1
7 Tenaga Kesehatan
Masyarakat 25 8,5
8 Tenaga Kesehatan
Lingkungan 38 12,9
9 Tenaga Gizi 24
8,2
10 Tenaga Teknis Kefarmasian 21
7,5 11 Apoteker
1
12 Tenaga Fisioterapis 11
3,7
13 Tenaga Teknisi Medis 2
0,7
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
2012
2013
2014
2015
5
0
0
0
0
1
0
0
17
0
2
2
1
5
4
4
1
9
0
0
24
15
6
6
Jumlah 5 1 21 14 10 51
Sumber : Bidang Pengembangan SDMK. Dinkes Kab. Donggala. 2012 – 2016.
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sepanjang 5
tahun terakhir, jumlah tenaga kesehatan yang mengikuti tugas
belajar sebanyak 51 orang yang terdiri dari jenjang pendidikan
Diploma III (DIII) mencapai 5 orang, Diploma IV (DIV) sebanyak
1 orang, Sarjana Satu (S1) sebanyak 21 orang, Strata Dua (S2)
sebanyak 14 orang, dan Spesialis sebanyak 10 orang.
Berdasarkan Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019, dimana
pelaksanaan pendidikan tinggi dan peningkatan mutu SDM
Kesehatan memiliki sasaran jumlah peserta baru penerima bantuan
pendidikan sebanyak 5.000 orang, jadi jumlah penerima bantuan
pendidikan setiap tahunnya sebanyak 1.000 orang. Apabila
diestimasikan terhadap 34 propinsi di Indonesia, maka jumlah
penerima bantuan pendidikan setiap propinsi adalah 29 orang.
Sehingga apabila dibandingkan dengan Kabupaten Donggala, maka
jumlah tenaga kesehatan yang mengikuti Tugas belajar tergolong
meningkat termasuk yang berkaitan dengan peningkatan mutu SDM
Kesehatan.
C. Pembiayaan Kesehatan
Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan
pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Dalam melaksanakan upaya
pembangunan kesehatan diperlukan pembiayaan, baik yang bersumber dari
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
pemerintah, maupun masyarakat termasuk swasta. Pembiayaan kesehatan yang
bersumber dari pemerintah terdiri atas (1) APBD Kesehatan meliputi APBD Propinsi
dan APBD Kabupaten/Kota, (2) APBN Kesehatan meliputi APBN Propinsi dan
kabupaten/kota termasuk pinjaman hutang luar negeri (PHLN).
Berdasarkan data dari Sekretariat Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala tahun
2016, jumlah anggaran belanja yang dialokasikan untuk pembiayaan kesehatan
sebesar Rp. 142.804.425.659 dari anggaran belanja keseluruhan Kabupaten Donggala
sebesar Rp. 1.340.083.948.465. Apabila dipersentasekan, maka besarnya pembiayaan
kesehatan baru mencapai 7,5 persen dan angka ini menurun apabila dibandingkan
dengan tahun 2015 yang mencapai 6,5 persen. Hal ini berarti masih dibawah target
Indonesia Sehat yaitu sebesar 15 persen. Namun anggaran perkapita pada tahun 2016
sebesar Rp. 486,156 mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan tahun 2015
sebesar Rp. 418.744 dan tahun 2014 sebesar Rp. 358.374.
Untuk menggambarkan situasi pembiayaan kesehatan di Kabupaten Donggala,
berikut ini uraian tentang aloksi anggaran pembangunan APBD Kabupaten Donggala
dan APBD RSUD Kabelota Donggala pada grafik 5.11 dan 5.12 berikut.
Gambar 5.11
Anggaran Kesehatan
Kabupaten DonggalaTahun 2016
Sumber : Bagian Perencanaan dan Program. Dinkes Kab. Donggala. 2016.
Pada periode tahun 2013-2016, jumlah anggaran pembangunan kesehatan di
Kabupaten Donggala meskipun persentase APBD kesehatan terhadap ABD Kabupaten
Donggala belum ada yang mencapai 10 persen, akan tetapi telah meningkat
sepanjang 4 tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 sebesar 64.142.533.565 dari
841.187.002.144 total APBD Kabupaten Donggala atau 3,6 persen kemudian pada
tahun 2014 sebesar 104.256.335.114 dari 845.240.563.000 atau 7 persen kemudian
meningkat lagi pada tahun 2015 sebesar 123.002.591.413 dari 1.159.304.117.800
APBD Kabupaten
70%
APBD RSUD Kabelota
30%
Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016
atau 6,5 persen dan pada tahun 2016 sebesar 142.804.425.659 dari
1.340.083.948.465 atau 7,5 persen.
Grafik 5.3
Jumlah Anggaran Kesehatan Perkapita
Kabupaten Donggala
Tahun 2012 – 2016
Sumber : Bagian Perencanaan dan Program. Dinkes Kab. Donggala. RSUD Kabelota. 2012 - 2016.
Jumlah anggaran kesehatan perkapita di Kabupaten Donggala cenderung
mengalami trend yang meningkat sepanjang 5 tahun terakhir. Pada tahun 2012
sebesar Rp. 216.743 meningkat menjadi Rp. 226.850 pada tahun 2013, hingga
meningkat sampai Rp. 486.156 pada tahun 2016. Selengkapnya tentang besaran
anggaran pembiayaan kesehatan Kabupaten Donggala tahun 2016 dapat dilihat
pada lampiran tabel 81.
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
500,000
2012 2013 2014 2015 2016
216,743 226,850
358,374
418,744
486,156