37
Referat “RAYNAUD SYNDROME” ini telah di periksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Angkatan Laut LAKESLA RSAL DR RAMELAN – Fakultas Kedokteran Hang Tuah Surabaya. Mengetahui, Dosen Pembimbing 1 LEMBAR PENGESAHAN REFERAT LAKESLA RAYNAUD SYNDROME

DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Referat “RAYNAUD SYNDROME” ini telah di periksa dan disetujui

sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi

kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Angkatan Laut

LAKESLA RSAL DR RAMELAN – Fakultas Kedokteran Hang Tuah

Surabaya.

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Letkol Laut (K) dr. Djati Widodo EP., M.Kes

1

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT LAKESLA

RAYNAUD SYNDROME

Page 2: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan YME, sehingga

atas berkat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan referat

‘Raynaud Syndrome’ sebagai salah satu tugas dalam menjalani

masa keapniteraan klinik di bagian LAKESLA RSAL Dr. Ramelan

Surabaya.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan ini, khususnya

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Letkol Laut (K) dr. Djati

Widodo EP., M.Kes selaku pembimbing.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih banyak

kekurangannya. Untuk itu kami sangat menghargai saran dan kritik

yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki tugas referat ini

maupun tugas-tugas selanjutnya. Kami berharap semoga tugas ini

dapat bermanfaat bagi semua yang memebacanya.

Surabaya.Juli 2015

Penyusun

2

Page 3: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN---------------------------------------------------------1

KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------2

DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------------------3

BAB I LATAR BELAKANG ------------------------------------------------------5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA---------------------------------------------------7

CEREBRAL PALSY

2.1 Fisiologi sirkulasi digit------------------------------------------------------7

2.2 Raynaud Syndrome-----------------------------------------------------------9

2.2.1 Definisi--------------------------------------------------------------------9

2.2.2 Klasifikasi----------------------------------------------------------------9

2.2.3 Etiologi-------------------------------------------------------------------10

2.2.4 Patofisiologi------------------------------------------------------------12

2.2.5 Diagnosa Klinis-------------------------------------------------------13

2.2.6 Manajemen-------------------------------------------------------------15

2.3. Terapi Oksigen Hiperbarik-----------------------------------------------17

2.3.1 Pengertian--------------------------------------------------------------17

2.3.2 Manfaat Terapi--------------------------------------------------------18

2.3.3 Indikasi Terapi---------------------------------------------------------19

2.3.4 Kontraindikasi Terapi-----------------------------------------------20

2.3.5 Komplikasi Terapi----------------------------------------------------22

3

Page 4: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

2.4 Hubungan Terapi Oksigen Hiperbarik dengan Raynaud’s Syndrome---------------------------------------------------------------------------24

BAB III KESIMPULAN------------------------------------------------------------27

DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------28

4

Page 5: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

BAB IPENDAHULUAN

Sindroma Raynaud merupakan suatu sindroma akibat

insufisiensi arteri jari-jari tangan maupun kaki, tanpa melihat

penyebabnya maupun muncul sebagai akibat iskemik episodik atau

kontinyu, nekrosis jari atau gangren. Sindroma Raynaud dapat terjadi

dengan sendirinya, atau dapat berupa gejala sekunder dari suatu

penyakit lain, misalnya skleroderma atau lupus. Sedangkan

fenomena Raynaud adalah suatu fenomena dari episode asfiksia

digiti episodik yang disebabkan karena insufisiensi arteri akibat

vasospasme atau obstruksi organik (Birnstingl, 1971). Fenomena ini

ditandai dengan serangan episodik, yang disebut serangan

vasospastik, yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah pada jari

kaki dan tangan. Fenomena ini pertama kali dijelaskan oleh Maurice

Raynaud pada tahun 1862. Secara sederhana, deskripsi umum

fenomena Raynaud berupa perubahan warna trifase pada digiti,

dengan warna putih (pucat) yang menjadi biru (sianosis) diikuti

hiperemi reaktif (merah). Meskipun demikian, telah diketahui bahwa

tidak setiap pasien mengalami perubahan warna dengan seluruh

trifase dan sebagian besar pasien datang dengan keluhan

perubahan warna unifase yang melibatkan perubahan warna terisolir

digiti menjadi kebiruan, yang dikenal sebagai akrosianosis.

Akrosianosis adalah fenomena umum pada bayi yang baru lahir dan

anak berusia muda. Akrosianosis umumnya bilateral, simetris, dan

melibatkan tangan serta kaki (Sharathkumar, 2011).

Studi yang mempelajari Raynaud’s phenomenon menunjukkan prevalensi terjadinya sindroma Raynaud’s primer bervariasi pada tiap populasinya, berkisar antara 4,9-20,1% pada wanita dan 3,8-13,5% pada laki-laki. Tidak ada predileksi ras pada sindroma Raynaud’s primer.

Di Amerika Serikat prevalensi terjadinya Raynaud’s

phenomenon lebih tinggi pada wanita (11%) dibandingkan pada laki-

5

Page 6: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

laki (8%). Insidensi tahunan terjadi pada 2,2% wanita dan 1,5% pada

laki-laki. Sedangkan insidensi sindroma Raynaud’s sekunder

tergantung pada kelainan yang mendasari.

Kesehatan hiperbarik adalah ilmu yang mempelajari tentang

masalah-masalah kesehatan yang timbul akibat pemberian tekanan

lebih dari 1 atmosfer (Atm) terhadap tubuh dan aplikasinya untuk

pengobatan, dimana pemberian oksigen tekanan tinggi untuk

pengobatan yang dilaksanakan dalam ruang udara bertekanan

tinggi (RUBT) (Riyadi, 2013).

BAB IIPEMBAHASAN

6

Page 7: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

2.1 Fisiologi sirkulasi digitiKecepatan aliran darah dipengaruhi oleh gradien tekanan yang

melewati vascular bed dan tahanan terhadap aliran yang melaluinya.

Gradien tekanan yang dihasilkan bergantung pada panjang

pembuluh darah dan viskositas darah. Adanya variasi dari kelima

parameter tersebut menyebabkan perubahan laju aliran darah

(Birnstingl, 1971).

Aliran darah jari lebih berkaitan dengan regulasi suhu

dibandingkan kebutuhan metabolik lokal, dan sangat bertanggung

jawab terhadap suhu lokal dan laju aliran darah (Burton, 1939 dalam

Birnstingl, 1971). Mekanisme aliran darah lokal yang bervariasi

terdapat pada anastomosis arteri-vena, terutama pada sejumlah

bagian jari tangan dan jari kaki, yaitu nail beds dan pulpa phalangeal

distal, dimana pada kedua bagian ini laju aliran darah paling

dipengaruhi (Birnstingl, 1971).

Aliran darah digiti dikontrol oleh sistem saraf pusat yang bekerja

melalui :

1. Sabut saraf simpatis vasokonstriktor

2. Respon lokal dalam otot polos dinding pembuluh darah

Pada penyakit Raynaud yang sebenarnya, atau vasospasme

fungsional, terjadi konstriksi arteriol dan venule. Tetapi kadang-

kadang, venule dan kapiler dapat berdilatasi, melalui paralisis

anoksia lokal yang menimbulkan warna kebiruan. Ketika spasme

berhenti, tahap refleks vasodilatasi muncul disebabkan karena

akumulasi substansi dilatator dalam jaringan (Birnstingl, 1971).

Pada obstruksi organik, blokade biasanya terjadi pada arteriol

atau arteri digiti. Hilangnya tekanan transmural dalam arteri terhadap

blokade menimbulkan kontraksi pasif dinding pembuluh darah,

sehingga menurunkan aliran darah. Terlebih lagi, reduksi dalam

pembuluh darah ini menghasilkan berkurangnya aliran sebanyak

empat kali lipat, menurut hukum Poiseuille. Faktor pasif lainnya yaitu

viskositas darah, yang meningkat pada laju aliran darah yang

7

Page 8: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

rendah. Hasil akhir dari berbagai pengaruh ini yaitu aliran darah

menjadi bergantung pada suatu keadaan ketidaksetimbangan yang

tidak stabil, dimana tekanan pembuluh darah intra-arterial distal

menurun ke ‘titik kritis tekanan’ terhadap obstruksi yang terjadi,

menyebabkan aliran darah berhenti mendadak (Roddie dan

Shepherd, 1957 dalam Birnstingl, 1971). Hal ini khususnya terjadi

ketika tonus vasomotor tinggi, sebagai contoh selama paparan

terhadap suhu dingin atau ketika pembuluh darah terkompresi oleh

genggaman tangan, dan menjelaskan hilang-timbulnya (intermitensi)

episode iskemik, yang disebut fenomena Raynaud akibat blokade

organik permanen. Namun karena perubahan struktural melibatkan

arteri dari jari-jari yang berbeda, iskemik jarang terjadi secara

simetris (Birnstingl, 1971).

Efek denervasi simpatisAliran darah di tangan awalnya meningkat disebabkan hilangnya

aktivitas vasokonstriktor pusat. Puncak aliran terjadi sekitar dua hari

setellah simpatektomi, dengan peningkatan aliran darah sebanyak

lima hingga 12 kali. Hal ini diikuti dengan reduksi aliran darah secara

bertahap hingga beberapa minggu, aliran darah yang tersisa berada

di tingkat preoperatif (Barcroft, 1952 dalam Birnstingl, 1971).

Menurunnya aliran terjadi bila seksio preganglionik ataupun

postganglionik telah dilakukan dan disebabkan karena penyembuhan

tonus intrinsik otot dinding pembuluh darah. Ketika simpatektomi

selesai, refleks pemanasan maupun pendinginan tubuh tidak

menimbulkan efek terhadap laju aliran darah di tangan. Meskipun

begitu, setelah satu atau dua tahun, respon vasokonstriktor kembali

untuk mendinginkan tangan, yang muncul kembali sebagai sifat

arteriol digiti itu sendiri (Birnstingl, 1971).

2.2 Raynaud’s Syndrome

2.2.1 Definisi

8

Page 9: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Raynaud’s phenomenon dicirikan oleh adanya iskemia digital

episodik, yang secara klinis dimanifestasikan oleh adanya

perkembangan berurutan dari digitalis yang memucat, cyanosis, dan

rubor pada jari-jari tangan dan kaki setelah adanya paparan dingin

dan diikuti oleh rewarming. Stres emosional juga dapat

menyebabkan Raynaud’s phenomenon. Perubahan warna yang

terjadi biasanya berbatas tegas dan hanya terbatas pada jari-jari

tangan dan kaki. Biasanya satu atau lebih digiti akan tampak putih

ketika pasien terpapar lingkungan dingin atau menyentuh objek

dingin. Blanching (pucat), atau pallor, menunjukkan fase iskemik dari

fenomena dan merupakan hasil dari vasospasme arteri digitalis.

Selama fase iskemik, kapiler dan venule berdilatasi, dan sianosis

yang berasal dari deoxygenated blood tampak pada pembuluh-

pembuluh darah ini. Sensasi dingin atau mati rasa atau paresthesia

dari digiti sering terjadi pada fase pallor dan sianosis (Creager,

2008).

Dengan adanya rewarming, vasospasme digitalis berakhir,

dan darah yang mengalir ke arteriol dan kapiler yang berdilatasi akan

meningkat. “Reactive hyperemia” ini menyebabkan warna merah

cerah pada digiti. Selain rubor dan hangat, pasien juga mengalami

sensasi nyeri, throbbing selama fase hiperemik. Meskipun respons

warna trifasik khas pada Raynaud’s phenomenon, beberapa pasien

mungkin hanya mengeluhkan pallor dan sianosis; yang lain mungkin

hanya mengalami sianosis saja (Creager, 2008).

2.2.2 KlasifikasiRaynaud’s phenomenon secara luas dibagi menjadi dua

kategori: yang pertama adalah jenis idiopatik, disebut Raynaud’s

disease, dan yang kedua adalah jenis sekunder (Raynaud’s

syndrome), yang berhubungan dengan penyakit lain atau penyebab

vasospasme yang telah diketahui (Creager, 2008).

9

Page 10: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Gambar 2.1. Klasifikasi Raynaud’s phenomenon (Creager, 2008)

2.2.3 EtiologiLebih dari 50% pasien dengan Raynaud’s phenomenon

memiliki Raynaud’s disease. Raynaud’s disease lebih sering terjadi

pada wanita dibandingkan pada pria, dan biasanya berusia antara 20

sampai 40 tahun. Jari-jari tangan lebih sering terkena dibandingkan

jari-jari kaki (Creager, 2008).

Pada Raynaud’s phenomenon sekunder, Raynaud’s

phenomenon terjadi pada 80-90% pasien dengan sistemik sklerosis

(skleroderma). Hal ini dapat menjadi satu-satunya gejala

skleroderma selama bertahun-tahun. Pada kelainan ini, abnormalitas

pada pembuluh darah digitalis memegang peranan penting. Ischemic

fingertip ulcer dapat berkembang dan mengarah ke gangren dan

autoamputasi. Sekitar 20% pasien dengan systemic lupus

erythematosus (SLE) memiliki Raynaud’s phenomenon. Kadang-

kadang, iskemia digitalis persisten dapat berkembang dan

menyebabkan ulkus atau gangrene. Pada kebanyakan kasus yang

berat, pembuluh-pembuluh darah kecil tersumbat oleh endarteritis

proliferatif. Raynaud’s phenomenon terjadi sekitar 30% pada pasien

dengan dermatomyositis atau polymyositis (Creager, 2008).

10

Page 11: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Aterosklerosis pada ekstremitas merupakan penyebab

Raynaud’s phenomenon yang sering pada pria >50 tahun.

Thromboangiitis obliterans seharusnya dipertimbangkan sebagai

penyebab Raynaud’s phenomenon pada pria muda, terutama

perokok. Kadang-kadang, Raynaud’s phenomenon juga dapat

mengikuti oklusi akut arteri sedang dan besar oleh adanya trombus

atau embolus. Pada pasien dengan thoracic outlet compression

syndrome, Raynaud’s phenomenon dapat timbul sebagai akibat

penurunan tekanan intravaskular, stimulasi serat simpatetik pleksus

brakialis, atau kombinasi keduanya. Raynaud’s phenomenon juga

berhubungan dengan berbagai dyscrasia darah dan hipertensi

pulmonary primer (Creager, 2008).

Gambar 2.2. Etiologi Raynaud’s phenomenon (Sharathkumar, 2011)

2.2.4 Patofisiologi

11

Page 12: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Pada individu dengan Raynaud phenomenon,salah satu atau

lebih dari bagian tubuh mengalami vasospasme yang sering dengan

disertai perubahan warna pada kulit. Pasien sering mendeskripsikan

dalam tiga tahap yang dimulai dari vasokonstriksi, diikuti cyanosis,

dan kemerahan (rapid blood reflow).

Pada Raynaud phenomenon primer dihubungkan dengan

perubahan fungsional. Sebaliknya, pada Raynaud phenomenon

sekunder terjadi kelainan struktural pada mikrovaskular.Patogenesis

dibagi tiga mekanisme vaskular, neural dan kelainan intravaskular

1. Kelainan VaskularDefisiensi mediator vasodilator termasuk nitrit oxide,telah

berpengaruh pada patogenesis Raynaud phenomenon,selain

itu endothelin-1, yang merupakan suatu vasokonstriktor yang

poten ditemukan dalam endotelium, didapatkan pada sirkulasi

dengan kadar yang tinggi pada pasien dengan Raynaud

phenomenon sekunder. Pelepasan endothelin-1 memicu

rangsang vasoaktiv termasuk angiotensin,vasopresin, TGF-

beta.

Angiotensin mempunyai efek vasokonstriktiv dan

profibrotik. Pada pasien dengan sklerotik sistemik,

abnormalitas struktural dihubungkan dengan proliferasi fibrotik

vaskular yang mengakibatkan penurunan aliran darah menuju

digiti. (Heather Hansen,2014)

2. Kelainan NeuralGangguan vasodilatasi dapat terjadi pada Raynaud

phenomenon. Neuropeptide,kalsitonin gen-related peptide,

merupakan vasodilator poten yang disekresikan oleh saraf

yang mempersarafi pembuluh darah. Jumlah kalsitonin gen

related yang berkurang ditemukan dalam biopsi pasien

dengan Raynaud primer maupun sklerosis sistemik. Pada

pasien dengan Raynaud phenomenon sekunder ditemukan

12

Page 13: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

peningkatan kadar neuropeptide Y. Neuropeptide Y

merupakan vasokonstriktor poten.

2.2.5 Diagnosa Klinis Gejala. Raynaud’s phenomenon muncul ketika terjadi

pendinginan pada tangan atau kadang oleh emosi. Terjadi

mati rasa dan tingling pada jari-jari, yang menjadi putih lilin

atau sedikit sianosis. Saat episode ini hilang, yang sering

dipercepat dengan menggosok atau menggoyangkan jari, jari-

jari ini menjadi lebih sianosis dan pada tahap ini terasa nyeri.

Raynaud’s disease terjadi 10 kali lebih umum pada wanita dan

simetris, serta tidak mengenai ibu jari (Birnstingl, 1971).

Lesi Trophic. Adanya ulserasi terminal atau patch dari dry

pulp necrosis pada jari mengindikasikan iskemia lokal berat

dan merupakan bukti adanya kehilangan struktural dari

feeding artery (Birnstingl, 1971).

Riwayat. Pada Raynaud’s disease, pasien biasanya wanita

muda yang mengeluhkan dingin pada jari-jari, yang bertambah

berat antara 18 dan 25. Onset lanjut menunjukkan adanya

penyakit kolagen (Birnstingl, 1971).

Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan pada wajah pasien dapat

membantu dalam eksklusi scleroderma sistemik, dengan

mulut kecil dan rapat, serta kulit wajah dan leher yang tidak

elastis dan sedikit edematous. Warna kulit perlu dinilai, dan

tangan dielevasikan ke atas kepala pasien untuk melihat

apakah terjadi perubahan warna postural: pada tangan yang

iskemik karena obstruksi arteri subklavikula, akan tampak

pucat (Birnstingl, 1971).

Radiologi. Foto polos X-ray pada tangan dapat membantu

menyingkirkan diagnosa rheumatoid arthritis. Pada Raynaud’s

disease, arteri digitalis paten dan akan tampak normal pada

13

Page 14: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

arteriography. Pada kelainan kolagen, arteriography tidak

begitu berguna untuk diagnosis awal, meskipun pasien

dengan skleroderma sistemik mudah menunjukkan

vasospasme, pembuluh-pembuluh darah akan berkontraksi

menjadi benang halus selama pemeriksaan (Birnstingl, 1971).

Tes Laboratorium. Hemoglobin, WBC (White Blood Cell) dan

platelet count, pemeriksaan hapusan darah dan ESR

(Erythrocyte Sedimentation Rate) harus terus dipantau.

Peningkatan sedang dari ESR umum terjadi pada kelainan

kolagen, sementara sedimentasi yang sangat cepat dapat

mengindikasikan adanya haemagglutination (Birnstingl, 1971).

2.2.6 Manajemen1. Terapi suportif

Perubahan gaya hidup efektif dapat membantu pada

pasien dengan penyakit ringan. Menghentikan kebiasaan

merokok, menghentikan penggunaan obat-obatan yang

berhubungan dengan RP (Raynaud’s phenomenon), maupun

merubah pekerjaan juga dapat membantu. Pil kontraseptif

seharusnya dihentikan bila diketahui ada hubungan dengan

perkembangan RP (Belch, 1996).

Ketakutan terhadap penyakit juga dapat memperburuk

gejala dan penghiburan kadang diperlukan. Saran untuk

mempertahankan kehangatan dan proteksi dari dingin sangat

penting, antara lain dapat dengan menggunakan sarung

tangan dan kaos kaki penghangat (electrically heated gloves

and socks) (Belch, 1996).

Perawatan luka yang baik pada ulcer digitalis juga

harus dilakukan. Jika ada ulkus yang lembab, harus dilakukan

swab dan dikirim untuk pemeriksaan kultur (Belch, 1996).

2. Simpatektomi

14

Page 15: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Simpatektomi operatif pada ekstremitas atas memiliki

relapse rate yang tinggi dan respons yang buruk pada RS

(Raynaud’s Syndrome). Karena itu, terapi ini tidak lagi

direkomendasikan untuk RP (Raynaud’s phenomenon) pada

ekstremitas atas. Di sisi lain, simpatektomi masih memainkan

peran penting pada terapi RP yang mengenai ekstremitas

bawah di mana hasilnya dapat menguntungkan (Belch, 1996).

3. Terapi Obat

Penggunaan vasodilator pada RP (Raynaud’s

phenomenon) masih kontroversial karena banyak studi yang

menunjukkan tidak terkontrol. Tetapi, masih ada beberapa

senyawa yang dapat memberikan keuntungan, antara lain

inositol, nicotinate, naftidrofuryl, dan oxpentifylline, yang

efeknya baru akan tampak setelah 2 sampai 3 bulan terapi.

Pada pasien yang lebih berat, pengobatan ini tidak

memberikan keuntungan (Belch, 1996).

Banyak studi yang telah dilakukan untuk mempelajari

penggunaan calcium channel antagonist pada RP dan

nifedipine sekarang telah menjadi gold standard terapi

Raynaud’s. Meskipun demikian, penggunaannya dibatasi oleh

efek samping vasodilator yang susceptible pada pasien RP.

Hal ini meliputi kemerahan pada wajah, palpitasi, sakit kepala

dan, pada jangka panjang, ankle swelling. Jika

pengobatannya perlu dihentikan karena efek samping ini,

calcium antagonist lain seperti diltiazem dan amilodipine dapat

dicoba (Belch, 1996).

Salah satu pendekatan yang paling efektif pada RS

(Raynaud’s Syndrome) yang berhubungan dengan sklerosis

sistemik adalah pengembangan terapi prostaglandin, yaitu

dengan PGE1 dan PGI2. Iloprost adalah analog PGI2 yang

memberikan keuntungan pada terapi RP, di mana iloprost

lebih stabil dibandingkan PGE1 dan PGI2 (Belch, 1996).

15

Page 16: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Gambar 2.3. Flow chart management Raynaud’s

phenomenon (Belch, 1996)

2.3 Terapi Oksigen Hiperbarik2.3.1 Pengertian

Kesehatan hiperbarik adalah ilmu yang mempelajari tentang

masalah-masalah kesehatan yang timbul akibat pemberian tekanan

lebih dari 1 atmosfer (Atm) terhadap tubuh dan aplikasinya untuk

pengobatan, dimana Pemberian oksigen tekanan tinggi untuk

pengobatan yang dilaksanakan dalam ruang udara bertekanan tinggi

(RUBT) (Riyadi, 2013).

Terdapat 3 hukum yang berperan dalam terapi oksigen

hiperbarik, yaitu :

1. Hukum Boyle

Pada suhu tetap, tekanan berbanding terbalik dengan volume.

2. Hukum Henry

16

Page 17: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Jumlah gas terlarut dalam cairan atau jaringan sebanding

dengan tekanan parsial gas tersebut dalam cairan atau jaringan.

3. Hukum Dalton

Tekanan total suatu campuran gas adalah sama dengan jumlah

tekanan parsial dari masing – masing bagian gas.

Tergantung dari fisiologi dan patofisiologi tiap individu, efek

oksigen bertekanan tinggi dapat bervariasi, yaitu : supresi produksi

α-toxin pada gas gangrene, peningkatan aktivitas leukosit,

penurunan perlekatan sel putih pada dinding kapiler, vasokonstriksi

pada pembuluh darah normal, perbaikan pertumbuhan fibroblas dan

produksi kolagen, stimulasi produksi enzim peroksida dismutase,

penyimpanan ATP pada membran sel dengan reduksi pada edema

sekunder, supresi respon imun tertentu, peningkatan aktivitas

osteoklas, peningkatan proliferasi kapiler, dan sebagainya

(Baromedical, 2014).

2.3.2 Manfaat terapi- Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh

jaringan tubuh, bahkan pada aliran darah yang

berkurang

- Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk

meningkatkan aliran darah pada sirkulasi yang

berkurang

- Mampu membunuh bakteri, terutama bakteri anaerob

seperti Closteridium perfingens (penyebab penyakit gas

gangren)

- Mampu menghentikan aktivitas bakteri (bakteriostatik)

antara lain bakteri E. coli dan Pseudomonassp. yang

umumnya ditemukan pada luka-luka mengganas.

- Mampu menghambat produksi racun alfa toksin.

- Meningkatkan viabilitas sel atau kemampuan sel untuk

bertahan hidup.

17

Page 18: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

- Menurunkan waktu paruh karboksihemoglobin dari 5

jam menjadi 20 menit pada penyakit keracunan gas CO

- Dapat mempercepat proses penyembuhan pada

pengobatan medis konvensional

- Meningkatkan produksi antioksidan tubuh tertentu

- Memperbaiki fungsi ereksi pada pria penderita diabetes

(laporan para ahli hiperbarik di Amerika Serikat pada

tahun 1960)

- Meningkatkan sensitivitas sel terhadap radiasi

- Menahan proses penuaan dengan cara pembentukan

kolagen yang menjaga elastisitas kulit

- Badan menjadi lebih segar, badan tidak mudah lelah,

gairah hidup meningkat, tidur lebih enak dan pulas

Dengan berbagai mekanisme tersebut, terapi hiperbarik dapat

digunakan sebagai terapi kondisi akut hingga penyakit degeneratif

kronis seperti arteriosklerosis, stroke, penyakit pembuluh darah

perifer, ulkus diabetik, cerebral palsy, trauma otak, multiple sclerosis,

dsb (Riyadi, 2013).

2.3.3 Indikasi terapiKelainan atau penyakut yang merupakan indikasi terapi oksigen

hiperbarik diklasifikasikan menurut kategorisasi yang dibuat oleh The

Committee of Hyperbaric Oxygenation of the Undersea and

Hyperbaric Medical Society ialah sebagai berikut (Riyadi, 2013) :

● Emboli

● Keracunan gas CO dan asap rokok

● Clostridial myonecrosis (gas gangrene)

● Trauma

● Dekompresi

● Anemia karena kehilangan darah

● Necrotizing soft tissue infections (or subcutaneous tissue,

muscle or fascia)

18

Page 19: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

● Osteomyelitis

● Compromised skin grafts and flaps

● Luka bakar

1.1.4. Kontraindikasi terapi

a. Absolut : Pneumothorax yang belum dirawat

b. Relatif :

• ISPA

Menyulitkan penderita untuk melaksanakan

ekualisasi. Dapat ditolong dengan penggunaan

dekongestan atau melakukan miringotomi bilateral

• Sinusitis kronis

Sama dengan ISPA dapat diberikan dekongestan

atau dilakukan miringotomi bilateral.

• Penyakit kejang

Menyebabkan penderita lebih mudah terserang

konvulsi oksigen. Bilamana perlu penderita dapat

diberikan anti-konvulsan sebelumnya.

• Emfisema dengan retensi CO2

Ada kemungkinan bahwa penambahan oksigen

lebih dari normal akan menyebabkan penderita secara

spontan berhenti bernafas akibat rangsangan

hipoksik. Pada penderita dengan penyakit paru yang

disertai retensi CO2, terapi oksigen hiperbarik dapat

dikerjakan bila penderita diintubasi atau memakai

ventilator.

• Panas tinggi yang tidak terkontrol

Merupakan predisposisi terjadinya konvulsi

oksigen. Kemungkinan ini dapat diperkecil dengan

pemberian obat antipiretik juga dapat dengan

pemberian anti konvulsan.

• Riwayat penumothorax spontan

19

Page 20: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Penderita yang mengalami pneumothorax spontan

dalam RUBT tunggal akan menimbulkan masalah

tetapi di dalam RUBT kamar ganda dapat dilakukan

pertolongan-pertolongan yang memadai. Sebab itu

bagi penderita yang mempunyai riwayat

pneumothorax spontan harus dilakukan persiapan-

persiapan untuk mengatasi hal tersebut.

• Riwayat operasi dada

Menyebabkan terjadinya luka dengan air trapping

yang timbul saat dekompresi. Setiap operasi dada

harus diteliti kasus demi kasus untuk menentukan

langkah-langkah yang harus diambil. Tetapi jelas

dekompresi harus dilakukan secara lambat.

• Riwayat operasi telinga

Operasi pada telinga dengan penempatan kawat

atau topangan plastik di dalam telinga setelah

stapedoktomi, mungkin suatu kontraindikasi

pemakaian oksigen hiperbarik sebab perubahan

tekanan dapat mengganggu implan terseut konsultasi

dengan spesialis THT perlu dilakukan.

• Kerusakan paru asimptomatis yang nampak secara

radiologis

Memerlukan proses dekompresi yang sangat

lambat. Menurut pengalaman, waktu dekompresi

antara 5-10 menit tidak menimbulkan masalah

• Infeksi virus

Pada percobaan binatang ditemukan bahwa infeksi

virus akan lebih hebat bila binatang tersebut diberi

oksigen hiperbarik. Dengan alasan ini dianjurkan agar

penderita yang terkena salesma (common cold)

menunda pengobatan dengan oksigen hiperbarik

sampai gejala akut menghilang apabila tidak

20

Page 21: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

memerlukan pengobaran sehera dengan oksigen

hiperbarik

• Spherosis kongenital

Pada keadaan ini butir-butir eritrosit sangat fragil

dan pemberian oksigen hiperbarik dapat diikuti

dengan hemolisis yang berat. Bila memang

pengobatan hiperbarik mutlak diperlukan, keadaan ini

tidak boleh jadi penghalang sehingga harus

dipersiapkan langkah-langkah yang perlu untuk

mengatasi komplikasi yang mungkin timbul.

• Riwayat neuritis optik

Pada beberapa penderita dengan riwayat neuritis

optik terjadinya kebutaan dihubungkan dengan terapi

oksigen hiperbarik. Namun kasus yang terjadi sangat

sedikit. Tetapi jika ada penderita dengan riwayat

neuritis optik diperkirakan mengalami gangguan

penglihatan yang berhubungan dengan retina,

bagaimanapun kecilnya pemberian oksigen hiperbarik

harus segera dihentikan dan perlu konsultasi dengan

ahli mata.

2.3.5 Komplikasi terapiKetika digunakan dalam protokol standar tekanan yang tidak

melebihi 3 ATA ( 300 kPa ) dan durasi pengobatan kurang dari 120

menit , terapi oksigen hiperbarik aman. Efek samping yang paling

umum adalah:

• Barotrauma telinga

Sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk

menyamakan tekanan di kedua sisi membran timpani

akibat tuba eustachius tertutup. Barotrauma telinga tengah

dan sinus dapat dicegah dengan teknik ekuilisasi, dan

otitis media dapat dicegah dengan pseudoephidrine.

21

Page 22: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Barotrauma telinga dalam sangat jarang, tapi jika

membran timpani ruptur dapat menyebabkan gangguan

pendengaran permanen, tinnitus dan vertigo.

• Barotrauma paru

Pneumotoraks dan emboli udara lebih berbahaya

pada terapi ini. komplikasi akibat robek di pembuluh darah

paru karena perubahan tekanan tapi jarang terjadi.

• Barotrauma dental

Menyebabkan nyeri pada gigi yang berlubang

akibat penekanan saraf.

• Toksisitas oksigen

Toksisitas oksigen dapat dicegah dengan bernafas

selama lima menit udara biasa di ruang udara bertekanan

tinggi untuk setiap 30 menit oksigen . Hal ini

memungkinkan antioksidan untuk menetralisir radikal

oksigen bebas yang terbentuk selama terapi.

• Gangguan neurologis

Meningkatkan potensi terjadinya kejang akibat

tingginya kadar O2.

• Fibroplasia retrolental

Tekanan parsial oksigen yang tinggi nerhubungan

dengan penutupan patent ductus arteriosus sehingga

pada bati prematur secara teori dapat terjadi fibroplasia

retrolental.

• Katarak

Komplikasi ini jarang terjadi. Menyebabkan

pandangan berkabut.

• Transient-miopia reversibel

Meskipun jarang namun dapat terjadi setelah terapi HBO

berkepanjangan yang menyebabkan perubahan bentuk/deformitas

dari lensa (Riyadi, 2013).

22

Page 23: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

2.4 Hubungan Terapi Oksigen Hiperbarik dengan Raynaud’s

Syndrome

Raynaud’s syndrome adalah gangguan sirkulasi darah di jari

tangan dan kaki (kadang juga pada telinga dan hidung meskipun

kurang umum). Hal ini menyebabkan kolaps pada arteri kecil akibat

terpapar oleh suhu yang dingin, stress emosional, atau agen-agen

vasokonstriktif seperti obat atau merokok (www.baromedical.ca,

2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Copeman dan

Ashfield, dengan pemberian HBOT Raynaud’s syndrome dirasa

membaik dan hasilnya, yakni peningkatan kehangatan dan sirkulasi

jaringan bertahan lebih lama (Copemand 1967, Ashfield 1969).

Manfaat HBOT terhadap Raynaud’s syndrome antara lain adalah

meningkatkan sirkulasi lokal, oksigenasi dan metabolism sel,

meningkatkan kontrol saraf pembuluh darah (mekanisme tidak

diketahui) sehingga serangan menjadi kurang sering, meningkatkan

toleransi suhu dingin dan serangan Raynaud, mengurangi mati rasa

dan kesemutan, mengurangi kemungkinan thrombosis dengan

mengurangi kekentalan darah, mengurangi efek iskemia (aliran

darah rendah) dengan meningkatkan transportasi oksigen,

mengurangi kejadian ulkus atau gangrene (www.baromedical.ca,

2014).

Pada tekanan yang lebih besar dari normal, tubuh mampu

memasukkan oksigen lebih ke dalam sel darah, plasma darah, cairan

serebrospinal dan cairan tubuh lainnya. Peningkatan absorbsi

oksigen secara signifikan membantu kemampuan tubuh untuk

penyembuhannya sendiri (www.hyperbaricmedicalcenter.com. 2012).

Komponen paling penting HBOT adalah meningkatkan jumlah

oksigen terlarut dalam plasma dan jaringan. Menempatkan pasien di

ruang hiperbarik tidak memiliki efek fisiologis lain yang dikenal.

Namun, ada beberapa reaksi tubuh terhadap peningkatan oksigen,

dan efek dari oksigen tekanan tinggi mirip dengan efek obat tertentu

23

Page 24: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

(misalnya, dapat memblok peroksidasi lipid atau menyebabkan

neovaskularisasi) (Kindwall, 1992).

Ketika ada restriksi (oklusi) dalam aliran darah karena operasi,

penyakit, atau cedera, sel-sel darah merah memblokir pembuluh

darah dan tidak dapat mentransfer oksigen ke sel-sel di sisi lain dari

oklusi. Hal ini menyebabkan pembengkakan dan kekurangan

oksigen, menyebabkan hipoksia dan jaringan akan mulai rusak.

Gambar 2.4. Aliran darah yang terhambat oleh

restriksi

(www.hyperbaricmedicalcenter.com, 2012).

Menghirup oksigen 100% di bawah tekanan menyebabkan

oksigen untuk berdifusi ke dalam plasma darah. Plasma kaya

oksigen ini mampu perjalanan melewati daerah restriksi,

menyebarkan oksigen hingga 4 kali lebih jauh ke dalam jaringan.

24

Page 25: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

Lingkungan bertekanan membantu mengurangi pembengkakan dan

ketidaknyamanan, sambil memberikan tubuh dengan setidaknya 10

kali pasokan normal oksigen untuk membantu memperbaiki jaringan

yang rusak akibat oklusi asli atau kondisi hipoksia berikutnya

(www.hyperbaricmedicalcenter, 2012).

Gambar 2.5. Oksigenasi hiperbarik di dalam aliran darah

HBOT juga memediasi peningkatan nitrit okside (NO) (Boykin,

Baylis 2007). NO menyebabkan efek vasodilatasi langsung maupun

tidak langsung dengan cara menghambat agen vasokonstriktor

seperti angiotensin II (www.cvphysiology.com, 2008). Sehingga

diameter pembuluh darah akan lebih besar.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanTerapi oksigen hiperbarik dapat dimanfaatkan sebagai salah

satu pilihan terapi dari Raynaud’s syndrome. Manfaatnya antara lain

adalah meningkatkan sirkulasi lokal, oksigenasi dan metabolisme

sel, meningkatkan kontrol saraf dan pembuluh darah sehingga

mengurangi serangan, meningkatkan toleransi suhu dingin dan

serangan Raynaud, mengurangi mati rasa dan kesemutan,

mengurangi kemungkinan trombosis dengan mengurangi kekentalan

darah, mengurangi efek iskemia (aliran darah rendah) dengan

meningkatkan transportasi oksigen, serta mengurangi kejadian ulkus

maupun gangren.

25

Page 26: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

3.2 SaranBagi penderita Raynaud’s syndrome, sebaiknya:

1. Selalu melindungi kedua tangan dan kaki pada cuaca dingin.

Syal, topi, pakaian berlapis dapat dipakai untuk menjaga

kehangatan wajah dan suhu tubuh.

2. Menghentikan kebiasaan merokok.

3. Makan dan minum dapat membantu menjaga kehangatan

tubuh. Cobalah untuk mengkonsumsi makanan-makanan

ringan untuk mempertahankan energi. Makanan dan minuman

hangat juga sangat penting, terutama pada cuaca dingin.

4. Latihan ringan akan dapat membantu sirkulasi tetapi jangan

sampai jari-jari tangan dan kaki kedinginan. Pada cuaca

dingin, lakukan latihan indoor.

Daftar Pustaka

Baromedical.ca/medical/dermatology/raynauds-disease/Birnstingl Postgraduate Medical Journal (May 1971) 47,293-310

Creager MA. Peripheral arteries,In : ACP medicine.Section I.Cardiovascular Medicine.Hamilton:BC Dekker,2008

Ferris’s Clinical Advisor 2014

Heather Hansen,MD,http://emedicine.medscape.com/article/331197-overview#a3

Riyadi, Buku ajar Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik,2013

Sharathkumar and Castillo-Caro Pediatric Rheumatology 2011, 9:16

26

Page 27: DAFTAR ISIkaryatulisilmiah.com/.../2016/06/Referat-raynaud.docx · Web viewKami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya laporan

27